Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
PENGARUH PROFITABILITAS, CASH POSITION, LEVERAGE, GROWTH TERHADAP KEBIJAKAN PEMBAGIAN DIVIDEN Anisah
[email protected]
Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The investors’ desire to the capital which has been invested by them is to gain high profit with certain risk. The factor which determines dividend becomes more difficult since the management party is in dillematic position. There are some factors which influence the dividend policy, so the purpose of this research is to test profitability, cash position, leverage, and growth to the dividend sharing policy. The samples are 10 finance sector companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the years of 2008-2011 and these companies have been selected by using purposive sampling method. The multiple regressions analysis is used as the analysis technique. The hypothesis test uses t-test to test the regression coefficient of each variable. Significance test uses F-test to test the suitability of independent variables to the dividend payout ratio with level of significance 5%. Based on the result of t-test data analysis it can be concluded that profitability (ROE), cash position, growth (Assets growth) do not give any significant influence to the dividend policy (Dividend Payout Ratio) while leverage variable (DER) gives significant influence to the dividend policy (Dividend Payout Ratio). Keywords:
Profitability (ROE), Cash Position, Leverage (DER), Growth (Assets Growth), Dividend Payout Ratio ABSTRAK
Keinginan para investor terhadap dana yang telah diinvestasikannya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang besar dengan tingkat risiko tertentu. Faktor penentu kebijakan dividen menjadi semakin sulit karena pihak manajemen berada pada posisi dilematis. Banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji profitabilitas, cash position, leverage, growth terhadap kebijakan pembagian dividen. Sampel penelitian ini adalah perusahaan sektor finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008– 2011 Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 10 perusahaan. Adapun sampel yang digunakan dipilih secara purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Uji hipotesis menggunakan uji-t untuk menguji koefisien regresi masing-masing variabel. Uji signifikansi menggunakan uji-F untuk menguji kesesuaian variabel independen terhadap variabel dividend payout ratio dengan level of significance 5%. Berdasarkan hasil analisis data uji-t dapat disimpulkan bahwa profitabilitas (ROE), cash position, growth (Assets growth) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (Deviden Payout Ratio), Sedangkan variabel leverage (DER) memberikan pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (Deviden Payout Ratio). Kata-kata kunci:
profitabilitas (ROE), cash position, leverage (DER), growth (Assets growth), Dividend Payout Ratio.
PENDAHULUAN Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan. Manager keuangan dengan hati-hati harus dapat mengambil keputusan dengan tepat mengingat setiap keputusan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
2
keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan yang lainnya yang berdampak pada nilai perusahaan. Manejemen keuangan menyangkut penyelesaian dan keputusan penting yang diambil perusahaan. Perusahaan dihadapkan pada tiga keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan untuk menentukan berapa banyak dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Bursa Efek Indonesia memiliki peran sebagai Lembaga Pasar Modal yang merupakan wadah untuk mengalokasikan dan secara efisien. Para Investor dapat melakukan investasi pada beberapa sektor-sektor perusahaan yang sudah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia melalui pembelian efek-efek yang baru ditawarkan ataupun yang diperdagangkan di pasar modal. Keputusan investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan kondisi ketidakpastian yang sulit untuk diprediksi oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang terjadi investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik suatu negara. Informasi yang didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran dividen oleh perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan. Dalam kebijakan dividen manajer keuangan akan dihadapkan pada keputusan penggunaan keuntungan yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau ditahan untuk keperluan tambahan investasi atau kombinasi keduanya (Yuniningsih, 2002). Semakin tinggi DPR maka investor / pemegang saham akan semakin diuntungkan tetapi di sisi lain akan memperkecil laba ditahan. Kebijakan dividen ini merupakan kebijakan yang sulit karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah harus membagikan bagian keuntungan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen ataukah menahannya dan jika akan dibagikan sebagai dividen, berapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan sebagai dividen tersebut. Oleh karena itu, kebijakan dividen yang diambil oleh suatu perusahaan harus optimal dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhinya. Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dan merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Bagi para investor, dividen tunai merupakan tingkat pengembalian investasi atas dana yang diinvestasikan pada entitas yang mengeluarkan surat berharga saham. Investor akan senang bila memperoleh return atas investasinya yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Investor akan lebih memilih dividen tunai walaupun jumlahnya tidak begitu besar karena belum tentu pada periode berikutnya manajemen dapat membukukan laba dan membagikannya sebagai dividen tunai kepada pemegang saham. Perusahaan yang mampu membayar dividen pada para pemegang sahamnya akan dianggap publik sebagai perusahaan yang baik kinerjanya karena diasumsikan mampu membukukan laba dan memperhatikan kepentingan para pemegang sahamnya. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen tidak stabil (Sartono, 2001). Dari kesimpulan di atas maka penelitian ini mengidentifikasi variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap rasio kebijakan pembagian dividen seperti profitabilitas (ROE), cash position, leverage (DER), growth perusahaan. Profitabilitas sejak dulu menjadi indikator pertama yang diperhatikan, karena profitability mencerminkan kapasitas atau kemampuan perusahaan untuk membayar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
3
dividen. Profitabilitas penting bagi perusahaan karena dapat mengindikasikan bahwa perusahaan mampu membukukan laba pada periode tersebut. Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberi sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan laba. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi keuntungan atau profit. Profitabilitas juga tidak kalah penting bagi investor dan calon investor untuk pertimbangan mereka akan kondisi perusahaan dan tingkat pengembalian yang mereka harapkan pada perusahaan yang menjadi tujuan investasinya. Semakin tinggi profitability yang didapat perusahaan maka semakin tinggi kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar dividen. Perusahaan membayar dividen dengan earning yang disisihkannya dan kemudian dibagi menurut proporsi saham. Cash Position merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan menetapkan besarnya dividen. Rosdini (2009) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah posisi kas. Perusahaan yang memiliki posisi kas kuat, maka semakin besar pula kemampuan membayar dividen. Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan dasar dalam penentuan besaran dividen karena untuk meningkatkan likuiditas yang dalam hal ini adalah posisi kas, perusahaan harus menurunkan dividend payout ratio memperkecil aliran kas keluar. Cash Position menurut Almilia dan Kristijadi (2003), dihitung menggunakan rumus kas dibagi total aktiva. Leverage merupakan faktor yang berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Suharli (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang leverage operasi atau keuangannya tinggi akan memberikan dividen yang rendah, hal ini sesuai dengan pandangan bahwa perusahaan yang berisiko akan membayar dividen yang rendah, dengan maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) perusahaan. Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100% (Sartono, 2001). Marlina dan Clara (2009) mengungkapkan peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Asset Growth menunjukkan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan (Growth), maka akan semakin besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut sehingga semakin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan yang berarti semakin kecil Dividen yang dibayarkan. Berdasarkan uraian singkat yang telah dikemukakan pada latar belakang permasalahan diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan penelitian adalah: 1. Apakah rasio profitabilitas (ROE) berpengaruh positif terhadap terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di BEI? 2. Apakah cash position berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di BEI? 3. Apakah Leverage (DER) berpengaruh negatif terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di BEI? 4. Apakah Assest Growth berpengaruh posifit terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di BEI? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh rasio profitabilitas (ROE), cash position, Leverage (DER), growth terhadap kebijakan pembagian dividen pada sektor usaha finance di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
4
TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Dividen adalah sebuah pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham yang berasal dari pendapatan atau earnings dalam bentuk kas atau saham (Ambarwati, 2010). Jenis-jenis dividen meliputi dividen kas, dividen properti, dividen saham dan dividen likuidasi. Menurut Baridwan (2003: 434) cash dividend (dividen kas) adalah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Di dalam Cash Dividend terdapat 3 jenis menurut tingkat pertumbuhan dividennya diantaranya adalah: Dividen dengan Zero Growth (Zero Growth Dividend) adalah dividen yang dibagikan secara tetap misalnya Rp 100 per saham, maka sepanjang perusahaan itu listing di Bursa Efek, Dividen yang diterima selalu nominal Rp 100 bukannya dalam persentase. Constant Growth Dividend (Dividen dengan pertumbuhan tetap) Yaitu dividen dengan pertumbuhan dividen yang tetap misalnya 8% maka setiap tahun akan diperoleh pembagian dividen sebesar 108% dari dividen saham satu periode sebelumnya. Script Dividend (Dividen Hutang) adalah suatu surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang tertentu yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Surat ini berbunga sampai dengan dibayarkan uang tersebut kepada yang berhak. Script dividen seperti ini biasa dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil keputusan tentang pembagian laba dimana perusahaan belum (tidak) mempunyai persediaan uang tunai yang cukup untuk membayar dividen tunai. Menurut Suaidi (1994: 231) dalam Hakim (2011) property dividend (dividen aktiva) adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk barang-barang (tidak berupa uang tunai ataupun modal saham perusahaan). Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut. Perusahaan melakukan hal ini karena uang tunai perusahaan tertanam dalam investasi saham perusahaan lain dan penjualan investasi atau persediaan. Apabila jumlah cukup banyak akan menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan turun sehingga merugikan perusahaan dan pemegang saham sendiri. Menurut Munandar (1983: 314) dalam Hakim (2011) liquidating dividend (dividen likuidasi) adalah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham dimana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran bagian laba (cash dividend) sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut. Menurut Munandar (1983: 314) dalam Hakim (2011) stock dividend (dividen saham) adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yg dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. Di Indonesia saham yg dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat berupa saham yang jenis sama maupun yang jenis berbeda. Dividen diberikan kepada para pemegang saham setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai yang artinya dividen diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Menurut Ambarwati (2010) keputusan yang diambil dalam manajemen terkait dengan pembayaran dividen adalah : 1. Dividen yang akan dibayarkan apakah dividen rendah atau dividen tinggi, hal ini akan sangat tergantung pada preferensi pemegang saham perusahaan yang akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
5
2. Dividen yang akan dibayarkan bersifat stabil atau tidak stabil, hal ini harus diputuskan dengan baik karena menyangkut minat investor di masa yang akan datang. 3. Dividen yang akan dibayarkan apakah setiap tahun atau periodik. Apakah kebijakan dividen untuk dibagikan harus diumumkan, biasanya diumumkan lewat surat resmi atau media cetak. Terdapat tiga teori dividen menurut referensi investor yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2001) : 1. Dividend Irrelevance Theory Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1961), yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Mereka berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasar perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba dan resiko bisnisnya, tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio (DPR). 2. Bird in the Hand Theory Teori yang dikemukakan oleh Lintner (1956) menyatakan bahwa para pemegang saham lebih suka apabila earning dibagikan dalam bentuk dividen daripada ditahan (retained earning). Tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang aman. 3. Tax Differential Theory Teori ini menyatakan bahwa apabila dividen dikenai pajak dengan jumlah yang lebih tinggi daripada pajak capital gain, maka pemodal menginginkan agar dividen tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud memaksimumkan nilai perusahaan. Selain teori diatas terdapat beberapa teori lain mengenai kebijakan dividen menurut Hanafi (2004) yaitu: 1. Isu Informasi Dividen ( Information Content of Dividend) Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan sebaliknya harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Sekilas fenomena tersebut tampak konsisten dengan argumen bahwa dividen meningkatkan nilai perusahaan. Namun menurut argumen lain, dividen tidak menyebabkan fluktuasi harga, tetapi prospek perusahaan yang ditunjukkan oleh fluktuasi dividen yang dibayarkan, dan menyebabkan perubahan harga saham. 2. Efek Klien (Clientele Effect) Menurut argumen ini, kebijakan dividen ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu. Ada kelompok pemegang saham yang lebih menyukai penghasilan saat ini berharap mendapatkan dividend payout ratio yang tinggi dan ada kelompok investor yang lebih memilih capital gain karena berpajak rendah daripada dividen. Kebijakan dividen yang berubah-ubah akan mengacaukan efek klien tersebut dan menyebabkan harga saham berubah. Dividen dibagikan kepada para pemegang saham yang terdaftar pada waktu yang telah ditentukan. Mekanisme pembagian dividen yang aktual adalah sebagai berikut: 1. Announce Date (tanggal pengumuman), adalah pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen sesuai dengan hasil RUPS. 2. Holder of Record Date (tanggal pencatatan pemegang saham), adalah hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. Investor yang membeli saham setelah tanggal tersebut tidak berhak menerima dividen yang akan dibagikan. 3. Ex- Dividend Date (tanggal ex-dividend), adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya, biasanya dengan jangka waktu empat hari kerja
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
6
sebelum tanggal pencatatan saham. Perdagangan saham sebelum tanggal ex-dividend disebut cum dividend. 4. Dividend Payment (tanggal pembayaran), adalah tanggal pada saat dividen benar-benar dibayarkan oleh perusahaan. Dividen payout ratio (DPR) Frankfurter dan Wood (2003) mendefinisikan dividen sebagai pendistribusian earning perusahaan (past atau present) dalam bentuk real asset kepada pemegang saham menurut proporsi kepemilikan mereka. Amidu dan Abor (2006) menyatakan bahwa dividend payout ratio (DPR) merupakan rasio antara dividend per share dengan earning per share. DPR mencerminkan kebijakan dividen dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. Dividen payout ratio merupakan persentase dividen yang dibagikan dari keuntungan bersih perusahaan (Ambarwati, 2010). Menurut Horne dan Machowicz (1998) dividend payout ratio merupakan persentase pendapatan perusahaan yang diberikan kepada para pemegang saham secara tunai. Dividend payout ratio yang ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun yang dilakukan berdasarkan besar kecilnya laba bersih setelah pajak. Jumlah dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham atau kesejahteraan para pemegang saham (Prihantoro, 2003). Menurut Riyanto (2001), ada beberapa macam cara menetapkan dividend payout ratio, yaitu: 1. Kebijakan dividen yang stabil Jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. 2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus ekstra tertentu. Kebijakan ini menetapkan dengan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan sedikit memburuk. Tetapi di lain pihak, jika keadaan keuangan perusahaan membaik maka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen tambahan. 3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya. Dengan kata lain, perusahaan akan membayar dividen sebesar 50% dari jumlah keuntungan netto yang diperoleh perusahaan. 4. Kebijakan dividen yang fleksibel Besarnya dividend payout ratio setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Profitabilitas Suharli dan Oktarina (2005) menyatakan profitability adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Laba inilah yang akan menjadi dasar pembagian dasar pembagian dividen perusahaan, apakah dividen tunai ataupun dividen saham. laba diperoleh dari selisih antara harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) dan harta yang keluar (beban dan kerugian). Peningkatan laba bersih perusahaan akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen bagi investor. Kondisi profitability perusahaan yang baik akan mendorong para investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitability ini misalnya bagi pemegang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
7
saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono, 2001). Cash Position Menurut Satria (2012: 24) cash position adalah jumlah kas yang ada di perusahaan, dana investasi atau bank yang dimiliki dalam suatu waktu tertentu. Posisi kas merupakan salah satu rasio likuiditas yang merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Bagi perusahaan, posisi kas yang besar sering merupakan sinyal yang kuat dari kekuatan keuangan, sementara posisi kas kecil adalah tanda peringatan yang potensial. Hal ini dikarenakan kas sangat dibutuhkan untuk pembiayaan operasional. Leverage Menurut Husnan (1998) ada dua tipe leverage, yaitu operating dan financial leverage. Operating leverage terjadi ketika perusahaan menggunakan aktiva untuk menimbulkan beban tetap yang harus di tutup dari hasil operasinya, sedangkan financial leverage terjadi saat perusahaan menggunakan utang dan menimbulkan beban (utang) yang harus dibayarkan dari hasil operasi. Menurut Sartono (2001) perusahaan yang melakukan leverage dengan tujuan agar mendapat keuntungan yang lebih besar dari biaya aset dan sumber dananya, meningkatkan keuntungan para pemegang saham, akan tetapi kegiatan leverage juga meningkatkan risiko perusahaan, karena jika perusahaan mendapat keuntungan lebih rendah dari biaya tetapnya, keuntungan pemegang saham akan menurun. Dalam penelitian ini, pengukuran leverage yang digunakan adalah debt to equity ratio. Debt to equity ratio menggunakan proporsi total debt perusahaan terhadap total equity perusahaan. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan dengan total aktivanya. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan utang/financial Leverage yang tinggi. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi cenderung akan membagikan dividen dalam jumlah yang rendah. Ada beberapa alasan, yang pertama hutang dapat mempengaruhi kemampuan beberapa perusahaan untuk membayar dividen. Hal ini disebabkan karena perusahaan membiayai kegiatan bisnisnya melalui hutang sehingga perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Kedua, pada beberapa perjanjian hutang berlaku pembatasan dalam pembagian dividen oleh kreditur. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajibannya untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Growth Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
8
Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai dividen tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001:248). Penelitian Terdahulu Suharli (2006) pada penelitiannya menguji pengaruh ROE, DER, dan harga saham terhadap dividend payout ratio. Sample pada penelitian ini sebanyak 62 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil dari penelitian tersebut adalah ROE dan Harga saham memiliki hubungan positif signifikan. Sedangkan variabel lain (DER) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap DPR. Damayanti dan Fatchan (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruhi Investasi, Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio: Studi Empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ”. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder. Pengambilan sample digunakan metode purposive sampling, dengan jumlah sample yang diperoleh sebanyak 32 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil dari analisis tersebut adalah variabel investasi, likuiditas dan growth memiliki hubungan yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR. Sedangkan variabel profitabilitas dan size tidak memiliki pengaruh signifikan dan positif. Fauz dan Rosidi (2007) dalam penelitiannya menganalisis pengaruh free cash flow (FCF), debt to equity ratio (DER), collateralisable assets (COL), managerial ownership (MOS) dan institusional ownership (IOS). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Tahun penelitian yang digunakan mulai tahun 1999-2003. Sample yang digunakan berjumlah 17 perusahaan. Hasil penelitian tersebut yaitu variabel COL memiliki pengaruh positif signifikan dan variabel DER memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Sedangkan pada variabel lain tidak memiliki pengaruh signifikan. Marlina dan Clara (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio”. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan non probability sampling dan diperoleh 24 perusahaan. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regersi linier berganda (multiple linear regression). Diperoleh hasil bahwa variabel cash position (CP) dan return on assets (ROA) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen payout ratio (DPR). Sedangkan variabel bebas yang lain, yaitu debt to equity ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio (DPR). Pengembangan Hipotesis Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Pembagian Dividen Profitabilitas dalam penelitian ini yang digunakan adalah Return On Equity (ROE) yang berarti kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih perusahaan maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen payout ratio.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
9
Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Puspita, 2009). H1: Profitabilitas (ROE) berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen. Pengaruh Cash Position terhadap Kebijakan Pembagian dividen Cash Position merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan menetapkan besarnya dividen. Karena besarnya dividen yang dibayarkan akan sangat dipengaruhi oleh besarnya posisi kas pada suatu perusahaan. Posisi kas yang cukup akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan dana untuk dividen yang akan dibayarkan, maka dapat disimpulkan bahwa posisi kas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. H2: Cash Position berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen. Pengaruh Leverage terhadap Kebijakan Pembagian dividen Faktor penentu kebijakan dividen menyatakan bahwa salah satu faktor penentunya adalah pembatasan-pembatasan yang diberikan kreditur dimana kadang-kadang para kreditur bisa memberikan batasan mengenai jumlah pembayaran dividen yang boleh dilakukan oleh perusahaan. Tindakan ini biasanya dilakukan agar perusahaan mampu mengarahkan usahanya dalam pelunasan hutang. Sehingga disimpulkan bahwa leverage (DER) diperlukan oleh perusahaan ketika menerapkan suatu kebijakan dividen karena semakin tinggi rasio leverage (DER) akan menurunkan dividen yang dibagikan. H3: Leverage (DER) berpengaruh negatif terhadap kebijakan pembagian dividen. Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Pembagian Dividen Aset adalah aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar dari modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahan (Ang, 1997). Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana ekstern lainya, maka keadaanya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi. Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik. H4: Assest Growth berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan sektor finance yang sudah go publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2011. Sampel yang diambil dalam penelitian ini diambil berdasarkan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan adalah: (1) Perusahaan sektor finance yang sudah go public dan terdaftar di
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
10
Bursa Efek Indonesia, (2) Perusahaan yang mempublikasi laporan keuangan selama 20082011, (3) Perusahaan yang membagikan deviden berturut-turut pada tahun 2008-2011, (4) Perusahaan yang memperoleh laba pada tahun 2008-2011. (5) Tingkat pertumbuhan aset (assest growth) tidak ada yang negatif berturut-turut selama tahun 2008-2011. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pembayaran dividen pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut PSAK Nomor 23 (revisi 2009) merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Pada penelitian ini Jumlah dividen diindikasikan dengan Rasio Pembayaran Dividen atau Dividend Pay-out Ratio (DPR). Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Rasio pembayaran dividen dihitung dengan cara sebagai berikut: DPR = Deviden Per Lembar Earning per Lembar Variabel Independen (X) Variabel-variabel independen dalam penelitian ini adalah: 1. Profitabilitas-ROE (X1) Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah ROE. ROE merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (net income after tax) terhadap total ekuitas. ROE =
Laba Bersih ∑ Ekuitas Pemegang Saham
2.
Cash Position Posisi kas yang merupakan rasio kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak (earning after tax). Deviden merupakan Cash Out Flow dengan demikian makin kuatnya posisi kas perusahaan akan semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan saldo kas akhir tahun dengan Earning After Tax sebagai berikut :
Cash Position = Kas akhir tahun Laba Bersih Setelah Pajak 3.
Leverage Menurut Arilaha (2009) Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Perhitungan DER dapat dihitung dengan menggunkan rumus sebagai berikut: Total Hutang DER = Total Ekuitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
11
4.
Growth Pertumbuhan perusahaan adalah gambaran tolak ukur keberhasilan perusahaan. Aset adalah aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. (Ang, 1997). Potensi pertumbuhan (GP) diproyeksikan antara total assets pada tahun t dengan total assets pada tahun t-1 terhadap total assets pada t-1 Total Asett – Total assett-1 Growth =
Total assett-1
Teknik Analisis Data Tahap-tahap yang digunakan dalam mengelola data setelah data terkumpul adalah sebagai berikut: Pengujian Asumsi Klasik Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian penyimpangan asumsi klasik terhadap model regresi yang telah diolah yang meliputi: Uji normalitas Adhitama dan Sudaryono (2005), uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data yang dipakai dalam penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Dalam penelitian ini selain menggunakan uji grafik juga menggunakan uji statistik. Salah satu uji statistik yang bisa digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). a. Nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05. Distribusi adalah tidak normal. b. Nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05. Distribusi adalah normal. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan uji Variance Inflation Factor (VIF). Keduanya menunjukkan setiap independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance). Jika pengujian menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) kriteria yang digunakan yaitu: - Jika nilai VIF > 10 , menyatakan adanya gejala multikolinearitas. - Jika nilai VIF < 10 , menyatakan tidak adanya gejala multikolinearitas. Uji Autokolerasi Menurut Ghozali (2006), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara pengganggu periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelum). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel bebas. Pengujian tersebut dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan Hipotesis Ho : tidak ada autokorelasi (ρ = 0) Ha : ada autokorelasi (ρ ≠ 0)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
12
2. Menentukan nilai d hitung atau nilai Durbin-Watson test untuk tiap-tiap sampel perusahaan. 3. Dari jumlah observasi (n) dan jumlah variabel independen (k) ditentukan nilai batas atas (du) dan batas bawah (dl) dari tabel. 4. Mengambil keputusan dengan kriteria sebagai berikut : a. dw < dl, Ho ditolak, ada autokorelasi positif. b. du < dw < dl, tanpa kesimpulan. c.du < dw < (4 – du), Ho diterima, tidak ada autokorelasi. d. (4 – du) < dw < (4 – dl), tanpa kesimpulan. e. dw > (4 – dl), Ho diterima, ada autokorelasi negatif. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi yang dipakai dalam penelitian terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas diantaranya dengan menggunakan grafik scatterplot dan uji park (Ghozali, 2006). Analisis Regresi Linier Berganda Merupakan alat yang digunakan untuk menentukan persamaan regresi yang menunjukkan hubungan antara variabel terikat yang ditentukan dengan dua atau lebih variabel bebas. Tujuan utama analisis regresi adalah untuk perkiraan nilai suatu variabel (terikat) jika nilai variabel lain yang berhubungan dengannya (variabel bebas) sudah ditentukan. Adapun model dari Regresi Linier Berganda adalah DPR= a + β ROE +β CP 1
1
2
2
+β L +β G + еі. dimana: 3 3
4
4
Y = Dividend Payout Ratio a = konstanta ROE = Return On Equity CP = Cash Position L = Leverage G = Growth b1, …, bn = Koefisien regresi e1 = error term Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, maka uji yang digunakan adalah uji F dan uji-t. Uji Statistik F Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel independen sesuai sebagai variabel penjelas terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima yang berarti variabel Profitabilitas (ROE), Cash Position, Leverage (DER) Assest Growth sesuai sebagai variabel penjelas terhadap variabel Dividend Payout Ratio. b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak yang berarti variabel Profitabilitas (ROE), Cash Position , Leverage (DER) Assest Growth tidak sesuai sebagai variabel penjelas terhadap variabel Dividend Payout Ratio.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
13
Uji t Uji t adalah pengujian secara statistik untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima yang berarti variabel Profitabilitas (ROE), Cash Position , Leverage (DER) Assest Growth berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. b. Jika nilai > 0,05 maka hipotesis ditolak yang berarti variabel Profitabilitas (ROE), Cash Position , Leverage (DER) Assest Growth tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Uji Koefisien Determinasi ( R2 ) Uji koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi anatar nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dalam independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Statistik deskriptif variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
DPR
40
5.65
90.32
34.8673
16.88053
ROE
40
6.15
72.79
25.9470
14.70353
CP
40
.02
3.62
1.1418
.69414
DER
40
.63
12.07
5.9773
3.57834
GROWTH
40
2.08
122.24
22.1998
21.3923
Valid N (listwise)
40
Tabel 1 menunjukkan bahwa Dividen Payout Ratio rata-rata yang dimiliki dari 10 sampel perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian diperoleh sebesar 34.8673 dengan deviasi standar sebesar 16.88053%. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen kepada setiap pemegang saham sebesar 34.8673 %. Return On Equity akan menunjukkan kinerja perusahaan ataupun tingkat keuntungan bersih yang diraih perusahaan dari tahun 2008-2011 pada sampel yang sudah ditentukan, besarnya nilai Return On Equity yaitu sebesar 25.9470% dengan nilai standar deviasinya sebesar 14.70353%. Nilai Cash Position atau posisi kas suatu perusahaan tahun 2008-2011 untuk perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini diperoleh sebesar 1.1418. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyimpan kas yang akan digunakan sebagai penyediaan dana untuk pembayaran dividen ebesar 1.1418% dengan deviasi standar 0,69414%. Nilai Debt to Equity Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam rangka memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui jumlah modal yang dimiliki sebesar 5.9773% dengan nilai standar deviasi sebesar 3.57834%
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
14
Besarnya nilai Assest Growth menunjukkan sebuah pertumbuhan perusahaan dan mampu mengefisiensikan aktiva yang dimiliki secara keseluruhan. Adanya nilai yang rendah merupakan indikasi bahwa sebuah perusahaan tidak mampu berkembang dan beroperasi dengan baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai Assest Growth 22.1998% dengan standar deviasi sebesar 21.3923%. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Dengan hasil Histogram diketahui bahwa kurva dependen dan regression standardlized residual membentu gambar seperti lonceng. Berdasarkan Normal P-Plot Regression Standardized terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Oleh karena itu berdasarkan uji normalitas, analisis regresi layak digunakan. Analisis uji statistik Non-Parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) menggunakan bantuan SPSS versi 16 diketahui bahwa bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (KS) sebesar 0,547 dengan asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,942 atau probabilitas di atas 0,05 (0,942 > 0,05) maka dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas. Dari hasil analisis dan pengujian terhadap keempat variabel bebas tersebut tidak terdapat gejala multikolinieritas. Hal ini dijelaskan oleh hasil perhitungan nilai Tolerance tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan juga hasil perhitungan nilai Variance Infation Factor (VIF) dari keempat variabel tersebut yaitu ROE 1.492, cash position memberikan nilai VIF 1.734 kemudian nilai VIF DER 1.349 assest growth sebesar 1.200. Keempat variabel tersebut memiliki nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model uji regresi ini. c. Uji Autokolerasi. Dari output di atas nilai Durbin-Watson (D-W) menunjukkan bahwa nilai dhitung sebesar 1,689. Nilai hitung dibadingkan dengan dtabel yaitu dL dan dU. Dalam perhitungan ini diketahui bahwa n=40, k (varibel independen) = 4 dan α = 0,05 maka dL =1,248 dan dU =1,7209 sehingga nilai 4- dU sebesar 4-1,7029 = 2,2791 sedangkan nilai dL =1,2484 karena nilai D-W 1,689 terletak antara dU dengan 4- dU, autokolerasi pada penelitian ini tidak dapat disimpulkan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan pengujian ulang uji autokolerasi menggunakan metode Run-Test. Berdasarkan output tersebut juga dapat diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,423 lebih besar dari 0,05 sehingga menyatakan nilai residua menyebar secara acak diterima. Dengan demikian maka tidak terjadi autokorelasi dalam persamaan regresi tersebut. d. Uji Heteroskedastisitas. Berdasarkan tampilan pada scatterplot terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh karena itu berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. HASIL UJI SPSS Tabel 2 Hasil Uji Koefisien Determinasi - Model Summaryb Model 1
R .520a
R Square .270
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.187
a. Predictors: (Constant), GROWTH, DER, ROE, CP b. Dependent Variable: DPR
15.22208
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
15
Tabel 3 Hasil Uji F - ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
3003.228
4
750.807
Residual
8109.915
35
231.712
11113.144
39
Total
F
Sig.
3.240
.023a
Tabel 4 Hasil Analisis Model Regresi Linier Berganda dan Hasil Uji-t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t
Sig.
54.762
8.657
6.326
.000
-.232
.202
-.202
-1.146
.260
CP
-4.271
4.625
-.176
-.924
.362
DER
-1.844
.791
-.391
-2.332
.026
.091
.125
.116
.731
.470
ROE
GROWTH
a. Dependent Variable: DPR a. Predictors: (Constant), GROWTH, DER, ROE, CP b. Dependent Variable: DPR
Analisis Model Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda (multiple regresion method) digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel bebas yang meliputi ROE, Cash Position, DER dan Assest Growth terhadap variabel terikat yaitu Devidend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor keuangan 2008-2011. Adapun hasil ringkasan dari uji regresi dapat dilihat pada tabel 4. Pada tabel 4 diatas yang diintepretasikan adalah nilai dalam kolom B, baris pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen. Dengan melihat tabel tersebut dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y= 54.762 - 0.232X1 – 4.271X2 – 1.844X3 + 0,091X4 Uji Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,270 atau 27%. Artinya perubahan yang terjadi pada variabel DPR sebesar 27% mampu dijelaskan oleh variabel Return On Equity, Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Assest Growth, sedangkan 73% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Hasil Uji Signifikansi Model (Uji F) Uji F dikenal dilakukan untuk menguji apakah model regresi signifikan atau tidak signifikan. Hasil dari uji signifikansi pada penelitian ini terdapat pada tabel 3. Berdasarkan perhitungan regresi diperoleh Fhitung sebesar 3.240 dan nilai signifikansinya adalah 0,023 yang artinya dengan tingkat kepercayaan (confidende interval) 95% maka kondisi ini menunjukkan bahwa secara statistik variabel ROE, Cash Position, Debt
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
16
to Equity Ratio (DER) dan assest growth sesuai sebagai variabel penjelas terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel Return On Equity, Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Assest Growth berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan sektor keuangan yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil tersebut menujukkan jika ada perubahan pada Return On Equity,Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Assest Growth akan mempengaruhi pada Dividend Payout Ratio yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dimana apabila semakin tinggi Return On Equity,Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Assest Growth maka terdapat kemungkinan perusahaan akan membagikan dividen lebih besar. Dari beberapa penelitan yang menyatakan rasio keuangan yang didapat dari hasil perhitungan laporan keuangan suatu perusahaan dapat dijadikan sebuah pedoman bagi manajemen untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang akan mereka tetapkan dalam membagikan dividen. Penggunaan analisis rasio keuangan merupakan standar pelaporan dari keseluruhan aktivitas perusahaan. Dari rasio-rasio keuangan itulah para investor mampu melihat suatu perkembangan, kinerja perusahaan dengan cara menghubungkan pos-pos keuangan dan dapat memudahkan mereka dalam pengambilan keputusan untuk menempatkan investasi serta menghitung tingkat dividen yang akan diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk pos-pos keuangan seperti Return On Equity,Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Assest Growth dapat digunakan dasar untuk mengukur tingkat kemungkinan dividen yang akan dibagikan. Hasil Uji hipotesis (Uji-t) Uji t dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan cara melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.9. Pengaruh dari masingmasing variabel ROE, CP, DER dan Growth terhadap DPR dapat dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikansi. a. Pengaruh Rasio profitabilitas (ROE) terhadap DPR Pada Hipotesis 1 (H1) yang menyatakan bahwa “Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen”. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan besarnya nilai t hitung sebesar -1,146 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,260 (lebih dari 0,05), maka hasil yang didapat adalah Hipotesis 1 (H1) ditolak yang berarti bahwa Return on Equity secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sehingga Hipotesis 1 tidak teruji kebenarannya. b. Pengaruh Cash Position terhadap DPR Pada Hipotesis 2 (H2) yang menyatakan bahwa “Cash Position berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen”. Maka hasil yang didapat adalah sebaliknya Cash position berpengaruh negatif terhadap kebijakan pembagian dividen, hasil ini ditunjukkan dengan besarnya signifikansi t (sig.t) sebesar 0,362 dimana tingkat signifikansi ini jauh lebih besar dari level signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. c. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap DPR Pada Hipotesis 3 (H3) yang menyatakan bahwa “Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan pembagian dividen”. Maka hasil yang didapat adalah leverage memang berpengaruh negatif terhadap kebijakan pembagian dividen, hasil ini ditunjukkan dengan besarnya signifikansi t (sig.t) sebesar 0,020 dimana tingkat signifikansi ini lebih kecil dari level signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 dapat diterima dan teruji kebenarannya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
17
d. Pengaruh Assest Growth terhadap DPR Pada Hipotesis 4 (H4) yang menyatakan bahwa “growth berpengaruh positif terhadap kebijakan pembagian dividen”. Maka hasil yang didapat adalah growth berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan pembagian dividen, hasil ini ditunjukkan dengan besarnya signifikansi t (sig.t) sebesar 0,876 dimana tingkat signifikansi ini jauh lebih besar dari level signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Pembahasan Pada hasil uji-t diatas didapatkan bahwa Return On Equity secara parsial tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh adanya masalah Agency dimana kepentingan antara manajemen dan pihak pemegang saham berbeda. konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi yang juga menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah. Perusahaan lebih mementingkan untuk melakukan ekspansi salah satu cara yakni dengan cara menahan profitabilitas untuk memperkuat struktur modal. Perusahaan dalam membagikan dividen tidak selalu berbanding lurus dengan hasil laba perusahaan yang dapat pada tahun tersebut, terdapat kemungkinan perusahaan menerapkan kebijakan dividen yang berbeda seperti kebijakan dividen konstan ataupun kebijakan dividen dengan jumlah dividen minimal plus ektra tertentu yang tidak selalu terpengaruh oleh tingkat ROE. Cash Position secara parsial tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, hal ini terjadi kemungkinan karena perusahaan melakukan investasi yang berlebihan. Teori Free Cash Flow menyatakan bahwa manajer yang memiliki arus kas bebas yang besar akan cenderung melakukan investasi yang tidak optimal daripada harus membayarkan arus kas atau yang disebut dividen kepada para pemegang saham, akan tetapi membayarkan dividen kepada pemegang saham maka dapat mengurangi dana yang berada di bawah kontrol manajemen, membatasi kemampuan manajemen untuk mendorong pertumbuhan dan meningkatkan kemungkinan harus menggunakan dana ekternal untuk mendanai investasi dimasa yang akan datang. Pernyataan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lintner (1956) yang menyatakan bahwa para pemegang saham lebih suka apabila earning dibagikan dalam bentuk dividen daripada ditahan (retained earning). Tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka diperusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang aman dan tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor hanya ditentukan oleh tingkat resiko operasi bukan ditentukan dari kebijakan pembagian dividenya. Debt to Equity Ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Pernyataan ini menyatakan bahwa interaksi antara kebijakan hutang dan kebijakan dividen dapat dihubungkan dengan informasi asimetris yaitu informasi yang mencakup informasi tentang rencana kemajuan perusahaan dan penggunaan laba yang berarti terdapat hubungan interdependensi antara kebijakan hutang dan kebijakan dividen. Pernyataan ini sesuai dengan teori “Pecking Order Theory” bahwa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan pembiayaan internal daripada pembiayaan eksternal dan akan mengadaptasi target rasio pembayaran dividen kepada peluang investasi sehingga tidak adanya suatu kebijakan yang tetap kepada investor dalam pembagian dividen. Peningkatan hutang untuk suatu ekspansi perusahaan akan mengakibatkan berkurangnya pembagian dividen karena perusahaan dalam pembiayaannya telah melakukan perjanjian
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
18
kepada pemberi kredit (debitur) untuk melakukan angsuran pokok beserta bunga. Pembayaran tersebut mengakibatkan berkurangnya laba karena perusahaan lebih mendahulukan pembayaran hutang-hutangnya daripada pembayaran dividen, maka pembagian dividen secara langsung akan menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauz dan Rosidi (2007) yang menyatakan bahwa Variabel DER memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Assest Growth secara parsial berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Yang berarti bahwa setiap penambahan assest growth maka akan berpengaruh terhadap penambahan pembayaran pembagian dividen. Hal ini mengindikasikan bahwa rasio pertumbuhan aset merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham dengan nilai kenaikan setiap tahunnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan aset dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur tingkat kemungkinan dividen yang akan dibagikan. PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkuan yaitu: 1. Faktor profitabilias (Return On Equity), Cash Position, Leverage (DER) dan Assest Growth mempunyai pengaruh signifikan secara sebagai variabel penjelas terhadap variabel Dividend Payout Ratio. Kondisi ini ditunjukkan juga oleh hasil koefisien determinasi (R2) yang menyatakan bahwa variable Return On Equity, Cash Position, Leverage (DER) dan Assest Growth mempengaruhi DPR. 2. Variabel ROE, CP, DER dan Growth pengaruhnya terhadap Dividend Payout Ratio menurut hasil penelitian adalah sebagai berikut: a. Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa ROE bepengaruh positif terhadap DPR, maka hasil penelitian ini adalah ROE berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR. b. Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa Cash Position bepengaruh positif terhadap DPR, maka hasil penelitian ini adalah Cash Position berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR. c. Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa DER bepengaruh negatif terhadap DPR, maka hasil penelitian ini adalah DPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. d. Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa Assest Grwoth bepengaruh positif terhadap DPR, maka hasil penelitian ini adalah Assest Growth berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dimasa yang akan datang, yaitu antara lain: 1. Bagi investor maupun calon investor, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengambilan keputusan yang tepat sehubungan dengan investasinya pada instrumen pasar modal yang ada di Bursa Efek Indonesia dan mengharapkan return dari dividen. Maka sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen baik faktor internal perusahaan maupun faktor eksternal perusahaan, karena hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh dalam melakukan investasi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
19
2. Sampel penelitian masih terbatas pada perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia, bagi para akademisi yang tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan dividen sebaiknya menambahkan objek penelitian, periode penelitian, dan faktor-faktor yang berbeda dengan penelitian ini atau dapat juga dengan menambahkan faktor lain untuk melihat pengaruhnya terhadap kebijakan pembagian dividen. 3. Perusahaan sebelum melakukan kebijakan membagikan dividen harus mengkaji terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen sehingga dalam pelaksanaannya nanti akan saling menguntungkan antara pihak investor dan pihak perusahaan. Investor menyukai perusahaan yang kinerja keuangannya sehat dan dapat menghasilkan laba yang stabil serta cenderung meningkat, untuk mencegah hilangnya kepercayaan dari para investor maupun dari publik. Sehingga manajemen harus lebih bijak dalam mengontrol stabilitas keuangan secara efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Adhitama,W. dan E. A. Sudaryono. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen 5: 211-222. Almilia, L.S. dan Kristijadi. 2003. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia 7(2): 183-208. Ambarwati. 2010. Manajemen Keuangan Lanjutan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Amidu, M. and J. Abor. 2006. Determinants of Dividend Payout Ratios in Ghana. Journal of Risk Finance 7(2): 136-145. Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Media Staff Indonesia. Jakarta. Arilaha, M. A. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan 13(1): 78-87. Baridwan, Z. 2003. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi kelima. BPFE. Yogyakarta. Brigham, E. F. dan F. J. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi kedelapan. Erlangga. Jakarta. Damayanti, S. dan A. Fatchan. 2006. Analisis Pengaruh Investasi Likuiditas Profitabilitas Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi dan Keuangan 5 (1): 51-62. Fauz, A. dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen 8 (2): 259-267. Frankfurter, G. Dan Jr. Wood. 2003. Dividend Policy Theory and Practice. Academic Press. USA. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariste dengan Program SPSS. Badan Penerbit. Universitas Diponegoro. Semarang. Hakim, L. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Program Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Hanafi, M. 2004. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta. Horne, V. dan J. M. Wachowicz, 1998. Fundamentals of Financial Managament. Edisi kesepuluh. Prentice-Hall, Inc. Imran, K. 2011. Determinants of Dividend Payout Policy : A Case of Pakistan Engineering Sector. The Romanian Economic Journal, Year XIV 41: 47-60
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
20
Indriantoro, N. 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi kedua. BPFE. Yogyakarta. Lintner, J. 1956. Distribution of Incomes of Corporation of Among Dividends, Retained Earnings, and Taxes. The American Review 5: 97-113. Marlina, L. dan D. Clara. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis 2(1): 1-6 Miller, M. H. dan F. Modigliani. 1961. Dividend policy, growth, and the valuation of shares. Journal of Business 34: 411-433. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23. Revisi 2009 Pendapatan. Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta. Prihantoro. 2003. Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Bisnis 1(8): 7-14. Puspita. 2009. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden Payout Ratio: Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2007. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Riyanto. B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE-UGM. Yogyakarta. Rosdini, D. 2009. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividend Payout Ratio, Working Paper In Accounting and Finance. Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran. Ross, S.A. 1977. The determination offinancial structure: The incentive Signaling approach. Bell Journal of Economics 8: 23-40. Sartono, A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPEF. Yogyakarta Satria, A.P. 2012. Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership dan Return On Assest Terhadap Dividend Payout Ratio. Skripsi. Program Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Suad, H. 1998. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang . Edisi kedua. Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta Suharli, M. Dan M. Oktarina. 2005. Memprediksi Tingkat Pengembalian Investasi pada Equity Securities Melaluli Rasio Profitabilitas, Likuiditas dan Hutang Pada Perusahaan Publik di Jakarta. Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo. . 2006. Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage,dan Harga Saham terhadap Jumlah Dividen Tunai. Jurnal Manajemen Akuntansi & Sistem Informasi 6 (2): 243-256. . 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 9 (1): 9-17. Yuniningsih. 2002. Interdependensi Antara Kebijakan Dividend payout ratio, Financial Leverage, dan Investasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol 9 (1): 64- 182.