Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PENDANAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, PROFITABILITAS DAN GROWTH TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN Norna Cholifah
[email protected]
Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The company in managing the profit has found two components which are dividend and profit balance. The decision to separate profit as dividend or to retain it to be re-invest is a decision which still consider controversial. This research is conducted to analyze the influence of funding policy, managerial ownership, profitability and growth to the dividend policy. This research uses secondary data which is the financial statement of Manufacturing Companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) based on the classification of Indonesia Capital Market Directory (ICMD) in the period of 2008-2011. The sample collection technique uses purposive sampling, so the samples which have been obtained are 37 companies. The analysis data instrument in this research is the multiple linear regressions analysis. The analysis technique is statistic analysis which is in the form of statistic t-test and statistic F-test. The result of the research shows that simultaneously funding policy, managerial ownership, profitability and growth have significant influence to the dividend policy. Partially managerial ownership and profitability have significant influence to the dividend policy while funding policy and growth have no significant influence to the dividend policy. Keywords: Funding Policy, Managerial Ownership, Profitability, Growth, Dividend Policy.
ABSTRAK Perusahaan dalam mengelola laba ditemukan dengan dua komponen yaitu dividen dan saldo laba. Keputusan untuk membagi laba sebagai dividen atau menahannya untuk diinvestasikan kembali merupakan keputusan yang masih mengundang kontroversi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kebijakan pendanaan, kepemilikan manajerial, profitabilitas dan growth terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan pengklasifikasian Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode 2008-2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purpose sampling, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 37 perusahaan. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis statistik yang berupa uji statistik t dan uji statistik F. Hasil penelitian ini menunjukkan secara bersama kebijakan pendanaan, kepemilikan manajerial, profitabilitas dan growth mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Secara parsial kepemilikan manajerial dan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan kebijakan pendanaan dan growth tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kata kunci: Kebijakan pendanaan, kepemilikan manajerial, profitabilitas, growth, kebijakan dividen
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
2
PENDAHULUAN Persaingan di dalam dunia usaha pada era globalisasi mengalami kemajuan yang pesat, sehingga akan muncul persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat. Kondisi tersebut menyebabkan banyak perusahaan harus pandai untuk menerapkan kiat-kiat khusus agar maju dan tetap baik sehingga kelangsungan hidup suatu perusahaan tetap bertahan dan mengalami peningkatan nilai perusahaan. Menurut Sulistyowati et al (2010) peningkatan nilai perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai keuntungan yang ditargetkan. Melalui keuntungan yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain laba, tingkat kelangsungan hidup suatu perusahaan dipengaruhi adanya sumber dana penanaman modal dari investor. Investor akan menilai dan mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya ke perusahaan mana modal akan ditanamkan. Oleh karena itu investor memerlukan laporan keuangan guna untuk melihat perkembangan dan prospek keuntungan di masa mendatang. Tujuan investor menanamkan modalnya untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mengharapkan pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) yang salah satunya berupa pendapatan deviden. Oleh karena itu setiap perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi supaya tetap mempunyai keunggulan dan daya saing dalam upaya menghasilkan laba bersih secara optimal. Untuk mengelola laba yang diperoleh, perusahaan menetapkan kebijakan laba dengan dua komponen, yaitu dividen dan laba ditahan. Keputusan untuk membagi laba sebagai deviden atau menahannya untuk diinvestasikan kembali, merupakan keputusan yang masih mengundang kontroversi. Dividen merupakan penentuan pembagian laba yang dibayarkan kepada pemegang saham yang jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham yang dimiliki. Sedangkan saldo laba (retained erning) adalah bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham yang ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali (reinvestment) dengan tujuan untuk mengejar pertumbuhan perusahaan. Apabila tidak diperhatikan kemungkinan adanya dana dari luar, maka secara teoritis laba dibenarkan untuk diinvestasikan kembali apabila dapat dipergunakan dan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari biaya modal sendiri (Husnan, 2012: 309). Kebijakan deviden merupakan salah satu wewenang yang didelegasikan para pemegang saham kepada dewan direksi yang berupa masalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai bentuk laba ditahan guna untuk pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka laba yang ditahan perusahaan akan berkurang dan akan mengurangi sumber dana internal perusahaan, namun di lain pihak hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan investor. Pemegang saham menunjuk manajer untuk mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Dengan kewenangan yang dimiliki, manager bertindak bukan untuk kepentingan pemegang saham tetapi untuk kepentingan pribadinya sendiri. Hal itu tidak disukai oleh pemegang saham karena pengeluaran yang dilakukan oleh manajer akan menambah kos perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan dan dividen yang akan diterima pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara investor dengan manajer sering disebut dengan agency problem. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan (agency problem) adalah meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Manajer yang memiliki saham perusahaan berarti manajer tersebut sekaligus adalah pemegang saham. Manajer yang memiliki saham perusahaan tentunya akan menyelaraskan kepentingannya dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
3
kepentingan sebagai pemegang saham. Dengan keterlibatan kepemilikan saham , manajer akan bertindak secara hati – hati karena mereka ikut menanggung konsekuensi atas keputusan yang diambilnya (Dewi, 2008). Selain itu dengan keterlibatan kepemilikan saham, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan pendanaan, kepemilikan manajerial, profitabilitas dan growth terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut selama periode 2008-2011 dan berdasar pengklasifikasian Indonesian Capital Market Directory (ICMD). TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan (Brigham dan Houston, 2006: 26). Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham. Pemegang saham mempekerjakan manajemen untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Teori Agensi memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas perusahaannya yang selalu meningkat. Sedangkan agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Pertentangan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal dapat menimbulkan permasalahan dalam agency theory yang dikenal sebagai Asymetric Information yaitu ketidakseimbangan informasi karena pihak agen berada pada posisi yang memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan (prospek, risiko, dan nilai perusahaan dibandingkan dengan prinsipal (Husnan, 2012: 275). Dalam hal ini dapat menimbulkan kecenderungan bagi pihak agen untuk menyembunyikan informasi mengenai kinerja perusahaan. Dengan adanya informasi asimetri dan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan (monitoring) yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu kos yang disebut agency cost. Agency costs muncul karena principal ingin memastikan apakah agen mengambil keputusan yg sesuai dengan kepentingannya. Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen salah satunya dapat dikurangi dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Kebijakan Dividen Ikatan Akuntan Indonesia (2009) merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Menurut Sartono (1996: 369) kebijakan dividen adalah suatu keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagi kepada para pemegang saham atau akan ditahan dalam bentuk laba
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
4
ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan tersebut. Dalam hal ini manajemen harus membuat suatu kebijakan dividen yang menyangkut penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham dengan menentukan besarnya laba yang dibagi sebagai dividen dan besarnya laba yang ditahan. Pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer untuk menginformasikan prestasi dan prospek perusahaan. Adapun tujuan dari pembagian dividen adalah sebagai berikut: 1. Untuk memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham, karena jumlah dividen yang dibayar akan mempengaruhi harga saham. 2. Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Pembayaran dividen diharapkan memberikan gambaran kinerja yang baik di mata investor dan dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberi hasil kepada investor. 3. Sebagian investor memandang bahwa risiko dividen adalah lebih rendah dibanding risiko capital gain. Investor menganggap dividen yang diterima sekarang lebih berharga daripada capital gain yang diperoleh di masa mendatang, karena dividen merupakan penerimaan yang lebih pasti daripada capital gain 4. Digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan komunikasi secara tidak langsung kepada pemegang saham tentang tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan. 5. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi. Teori Kebijakan Dividen Brigham dan Houston (2006: 69) menyebutkan ada tiga teori kebijakan dividen dari preferensi investor yaitu: 1. Teori Ketidakrelevanan Dividen Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga saham (nilai perusahaan) maupun terhadap biaya modalnya. Dijelaskan bahwa pendukung utama teori ketidakrelevanan ini adalah Miller dan Modiglani. Mereka menggunakan sejumlah asumsi, khususnya tentang ketiadaan pajak dan biaya pialang, leverage keuangan tidak memiliki pengaruh terhadap biaya modal, para investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang prospek perusahaan, distribusi laba ke dalam bentuk dividen atau laba ditahan tidak mempengaruhi biaya ekuitas perusahaan dan kebijakan capital budgeting merupakan kebijakan yang independen terhadap kebijakan dividen. 2. Teori “bird in the hand“ Teori ini dapat dijelaskan dengan menggunakan pemahaman bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen keuntungan modal (capital gain). 3. Teori Preferensi Pajak Ada dua alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi yaitu: (1) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu, investor yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanam kembali laba ke dalam perusahaan. Keuntungan modal yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
5
pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi, (2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya terjual, sehingga ada efek nilai waktu. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang. Karena adanya keuntungan ini, para investor mungkin lebih senang perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Martono dan Harjito (2010: 255) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan dana bagi perusahaan Apabila perusahaan memiliki kebutuhan dana yang besar maka semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Perusahaan lebih memilih investasi yang menguntungkan yaitu menahan laba kemudian selisih laba dengan laba ditahan digunakan untuk membayar dividen. 2. Likuiditas perusahaan Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membagikan dividen dalam jumlah yang besar. 3. Kemampuan untuk meminjam Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membyar dividen juga tinggi. 4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditor untuk menjaga kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya. Perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada pemegang saham. 5. Pengendalian perusahaan Apabila perusahaan membayar dividen yang terlalu besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar akan mengakibatkan berkurangnya saham yang dimiliki oleh pemegang saham tertentu yang akan berpengaruh terhadap pengendalian perusahaan. Kebijakan Pendanaan Menurut Husnan (2012: 251) keputusan pendanaan perusahaan menyangkut tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan mengenai berapa banyak hutang dan modal sendiri yang akan dipergunakan dalam menentukan rasio hutang dan modal sendiri. Pendanaan yang dasar kebijakan pendanaannya berkaitan dengan sumber internal maupun sumber eksternal. secara teoritis didasarkan pada dua kerangka teori yaitu: 1. Balance theory Berdasarkan balance theory, perusahaan mendasarkan kebijakan pendanaan pada struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dibentuk dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
6
menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan utang terhadap biaya kebangkrutan. Menurut Husnan (2012: 275) balance theory menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah besar maka hutang tidak boleh ditambah. 2. Pecking order theory. Teori Pecking order mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut Husnan (2012: 274) teori pecking order mencerminkan persoalan yang diciptakan oleh informasi asimetri (asymetric information) suatu istilah yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak (tentang prospek, risiko dan nilai perusahaan) daripada pemodal publik. Adanya informasi asimetri ini mempengaruhi pilihan antara sumber dana internal (dana dari hasiloperasi perusahaan) atau eksternal, dan antara penerbitan hutang baru atau ekuitas baru. Sesuai dengan toeri ini urutan penggunaan sumber dana adalah internal fund (dana internal), debt (utang), dan equity (modal sendiri). Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada kebijakan pendanaan yang berasal dari hutang. Adapun kelebihan dana dari hutang adalah: (1) Bunga yang dibayarkan dapat menjadi pengurangan pajak yang selanjutnya akan menurunkan biaya efektif hutang tersebut; (2) Kreditor akan mendapatkan pengembalian dalam jumlah teta, sehingga pemegang saham tidak harus membagi keuntungannya jika bisnis berjalan dengan baik. Kepemilikan Manajerial Menurut Hatta (2002) dalam Dewi (2008) kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase. Kebijakan kepemilikan manajerial dimaksudkan untuk memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan saham sehingga dengan keterlibatan tersebut maka kedudukan manajer sejajar dengan pemilik perusahaan (pemegang saham). Manajer diperlakukan bukan semata sebagai pihak eksternal yang digaji untuk kepentingan perusahaan tetapi diperlakukan sebagai pemegang saham. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri. Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya managerial ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam program kebijakan untuk mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan utang dan dividen mempunyai peranan penting yaitu mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering disebut bonding mechanism. Bonding mechanism berusaha menyamakan kepentingan dari pemegang saham dengan kepentingan dari manajemen melalui programprogram yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu (Harahap, 1998: 304). Kinerja keuangan perusahaan mampu memberikan gambaran baik kepada manajemen maupun para investor mengenai pertumbuhan dan perkembangan perusahaan serta kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Hal tersebut dapat dilihat melalui pencapaian laba yang diperoleh perusahaan. Laba perusahaan merupakan unsur dasar kebijakan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
7
dividen. Keuntungan yang layak dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban tetapnya yaitu bunga pajak. Growth Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan (Hendardi, 2010). Perusahaan yang tumbuh dengan cepat akan memperoleh hasil yang positif dalam persaingan usaha yang diiringi dengan peningkatan pangsa pasar. Petumbuhan laba perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan serta kinerja yang baik sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan laba suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik. Pengembangan Hipotesis Pengaruh kebijakan pendanaan terhadap kebijakan dividen Kebijakan pendanaan yang diperoleh melalui hutang digunakan untuk membantu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Jika pendanaan diperoleh melalui hutang maka rasio hutang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko. Beberapa investor mempunyai pandangan bahwa semakin tinggi tingkat resiko perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai hasil dari resiko tersebut. Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi maka investor berharap akan mendapatkan dividen yang tinggi. Putri dan Nasir (2010) menyatakan bahwa penggunaan hutang memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hal ini menunjukkan setelah krisis perusahaan memerlukan tambahan dana dalam waktu singkat untuk kegiatan bisnisnya. Dengan dana hutang maka akan menarik investor untuk menanamkan sahamnya yang akan menambah sumber dana untuk operasional perusahaan serta menunjukkan pada masyarakat luas bahwa kondisi perusahaan telah pulih dari krisis dan diharapkan akan menerima laba dari hasil perkembangan perusahaan tersebut dengan membagikan dividen yang tinggi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Kebijakan pendanaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manager diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkat yang rendah. Menurut Nuringsih (2005) kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Semakin besar keterlibatan manajer dalam managerial ownership menyebabkan aset yang dimiliki tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga dividen yang dibagikan semakin besar, selain itu struktur kepemilikan saham di Indonesia relatif terkonsentrasi atau dikuasai oleh keluarga sehingga cenderung membagi dividen besar. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungannya lebih besar sebagai dividen. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
8
akan mempengaruhi dividen payout ratio. Menurut Sulistyowati et al (2010) menyatakan bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen. Manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit. Pengaruh positif ini menunujukkan bahwa semakin tinggi laba maka semakin tinggi pula cash flow dalam perusahaan, maka diharapkan perusahaan akan membayar dividen yang tinggi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh growth terhadap kebijakan dividen Apabila tingkat pertumbuhan suatu perusahaan cepat, maka semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Menurut Hendardi (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan laba perusahaan maka akan semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Pengaruh positif ini disebabkan, apabila perusahaan masih mempunyai kelebihan laba setelah membiayai kesempatan investasi yang dapat diterima, maka laba ini akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 : Growth berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Rerangka Pemikiran Laba Perusahaan Kebijakan Manajemen
Saldo Laba
Laba dibagikan berupa dividen
Kebijakan pendanaa n
Kepemilikan manajerial
Profitabilitas
Growth
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Sampel dan Data Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menganalisis data-data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan pengklasifikasian Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2008-2011. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapat sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Pengambilan sampel jenis ini terbatas pada jenis sampel tertentu yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih sampel adalah: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2011, (2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
9
secara rutin dari tahun 2008–2011, (3) Perusahaan manufaktur yang memiliki kepemilkan manajerial selama tahun 2008-2011, (4) Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen selama tahun 2008-2011. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report) perusahaan dan data komposisi kepemilikan manajerial yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI), website BEI yaitu www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2008-2011. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham yaitu pembagian laba dalam jumlah deviden yang dibayarkan tergantung dari kebijakan setiap perusahaan (Sulistyowati et al, 2010). Dalam penelitian ini pengukuran kebijakan dividen menggunakan rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio). DPR yaitu rasio pendapatan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dengan total pendapatan perusahaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham. Dividen Payout Ratio (DPR) diukur dengan menggunakan rumus: Dividen per Lembar DPR =
x 100% Earning per Lembar
Variabel Independen a. Kebijakan Pendanaan Kebijakan pendanaan merupakan kebijakan tentang perolehan sumber dana yang akan digunakan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini pengukuran kebijakan pendanaan menggunakan rasio hutang (Debt to Equity Ratio). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio (DER) diukur dengan menggunakan rumus: Total Hutang DER = x 100% Modal b. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki manajer (berasal dari pihak manajemen) yang dapat dilihat dari persen kepemilikan saham oleh manajer di Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Kepemilikan Manajemen diukur dengan menggunakan rumus: Saham yang dimiliki oleh manajer MOWN = x 100% Total saham beredar c. Profitabilitas Profitabilitas adalah tingkat keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan pada periode tertentu dalam menjalankan operasionalnya. Dalam penelitian ini pengukuran profitabilitas menggunakan rasio Return on Asset (ROA). ROA adalah alat analisis yang digunakan dalam mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
10
Return on Asset (ROA) diukur dengan menggunakan rumus: Laba Bersih ROA= x 100% Total Aktiva d. Growth Perusahaan berkembang adalah perusahaan yang mengalami peningkatan pertumbuhan dalam perkembangan usahanya dari tahun ke tahun. Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan perubahan laba. Rasio ini menunjukkan persentase kenaikan laba tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Growth diukur dengan menggunakan rumus: (laba t – laba t-1) Growth t =
x 100% laba t-1
Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan satu persamaan regresi, yaitu : DPR = α + β1 DER + β2 MOWN + β3 PROF + β4 GROWTH + e Keterangan : DPR α β1, β2, β3, β4 DER MOWN PROF GROWTH e
= Kebijakan Dividen = Konstanta = Koefisien regresi = Kebijakan Pendanaan = Kepemilikan Manajerial = Profitabilitas = Growth = Variabel residual
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Berdasarkan uji normalitas pada penelitian ini terdapat titik-titik menyebar sekitar garis diagonal dengan penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Dengan memperhatikan grafik tersebut dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 2. Hasil Uji Normalitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
11
b. Uji Multikolinieritas. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas bahwa nilai tollerance dari semua variabel lebih dari 0,10. Hasil VIF menunjukkan bahwa variabel bebas memiliki nilai VIF kurang dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model regresi. c. Uji Autokorelasi. Hasil uji autokorelasi menunjukkan angka Durbin Watson sebesar 1,402. Nilai tersebut berada diantara -2 sampai +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Hasil dari uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y secara acak sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas.
Gambar 3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Data Outlier Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali, 2006: 36). Deteksi outlier dapat dilakukan dengan menetukan nilai batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data kedalam skor standardized atau yang biasa disebut Z-score. Menurut Hair (1998) dalam Ghozali (2006: 36) nilai Z-score adalah: (1) Untuk sampel kecil (kurang dari 80), maka standar skor dengan nilai 2,5 dinyatakan outlier, (2) Untuk sampel besar standar skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4 Dari hasil pemilihan sampel yang telah ditentukan diperoleh sebanyak 37 perusahaan manufaktur selama tahun 2008-2011, sehingga terdapat 148 pengamatan yang menjadi sampel perusahaan. Dari 148 pengamatan tersebut terdapat sampel yang memiliki rentang yang sangat jauh dari data observasi lainnya sehingga data tersebut perlu di outlier. Dari data yang terkumpul diketahui ada 9 sampel yang harus dibuang karena merupakan outlier, sehingga diperoleh 138 sampel yang akan digunakan dalam analisis penelitian ini.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
12
Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis 1, 2, 3, dan 4 Persamaan regresi ini digunakan untuk menjawab hipotesis 1, 2, 3, dan 4. Tabel 1 Analisis Regresi DPR = β0 + β1.DER + β2.MOWN + β3.PROF + β4.GROWTH + e
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error (Constant) ,283 ,048 DER -,008 ,020 MOWN ,010 ,003 ROA ,011 ,002 GROWTH -,002 ,002 a. Dependent Variable: DPR
Standardize d Coefficients Beta
1
-,033 ,244 ,362 -,100
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
5,860 -,409 2,997 4,396 -1,263
,000 ,683 ,003 ,000 ,209
,972 ,941 ,919 ,996
VIF 1,029 1,063 1,089 1,004
Sumber: Olah data SPSS 20 Berdasarkan hasil tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: a. Pengujian hipotesis perngaruh kebijakan pendanaan terhadap kebijakan dividen Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui variabel kebijakan pendanaan mempunyai tingkat signifikansi 0,683 yang berada lebih besar dari 0,05, maka hipotesis pertama berhasil ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel kebijakan pendanaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen dengan arah koefisien negatif. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Penerbitan hutang akan membuat dana yang tersedia digunakan oleh manajer bertambah sehingga pembayaran lain (termasuk dividen) ditunda sampai hutang diminimalisir atau bahkan dilunasi. Tidak signifikannya penelitian ini dikarenakan berapapun total liabilitas yang digunakan sebagai dana perusahaan tidak mempengaruhi keputusan manajemen untuk membagikan dividen. Hal ini dapat disebabkan karena manajemen tidak menggunakan hutang sebagai sumber dana untuk pembayaran dividen melainkan untuk mendanai investasi atau kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan menggunakan hutang karena laba ditahan yang dimiliki kurang memenuhi untuk mendanai investasi atau kegiatan operasi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Nasir (2006), Sulistyowati et al (2008), Lutfaniah (2010), Hendardi (2010), Santoso (2011) dan Lopolusi (2013), bahwa pengaruh variabel kebijakan pendanaan terhadap kebijkan dividen adalah tidak signifikan. b. Pengujian hipotesis perngaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui variabel kepemilikan manajerial mempunyai tingkat signifikansi 0,003 yang berada lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis kedua berhasil diterima. Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen dengan arah koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar keterlibatan manajer dalam managerial ownership menyebabkan aset yang dimiliki tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga dividen yang dibagikan semakin besar, selain itu struktur kepemilikan saham di Indonesia relatif terkonsentrasi atau dikuasai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
13
oleh keluarga sehingga cenderung membagi dividen besar (Nuringsih, 2005). Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan yang ia pimpin mempunyai peran ganda yaitu sebagai manajer sekaligus investor, dimana dalam hal ini manajer sebagai investor lebih menyukai pendapatan dividen yang besar (Bird in The Hand Theory). Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri, hal tersebut sesuai dengan teori bonding mechanism yang bertujuan untuk menyamakan kepentingan dari pemegang saham dengan kepentingan dari manajemen melalui program-program. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Nasir (2006), dan Dewi (2008) bahwa pengaruh variabel kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen adalah signifikan. c. Pengujian hipotesis pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui variabel profitabilitas mempunyai tingkat signifikansi 0,000 yang berada lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis ketiga berhasil diterima. Hal ini berarti bahwa variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen dengan arah koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen. Manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungannya lebih besar sebagai dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan mendapatkan laba yang tinggi dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham akan semakin besar. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuringsih (2005), Dewi (2008), Lutfaniah (2010), Santoso (2011) bahwa pengaruh variabel profitabilitas terhadap kebijakan dividen adalah signifikan. d. Pengaruh ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol terhadap kebijakan dividen Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui variabel growth mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,209 yang berada lebih besar dari 0,05, maka hipotesis keempat berhasil ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel growth tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen dengan arah koefisien negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi growth maka semakin rendah pembayaran dividen. Semakin besar kebutuhan dana perusahaan waktu mendatang dalam rangka untuk membiayai kesempatan investasi serta pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan labanya dari pada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lopolusi (2013) bahwa pengaruh variabel growth terhadap kebijakan dividen adalah tidak signifikan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Kebijakan pendanaan yang diukur dengan Debt to Eqity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen; (2) Kepemilikan manajerial yang diukur dengan Managerial Ownership (MOWN) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen; (3) Profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen; (4) Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
14
Saran Beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang memiliki kepentingan dengan hasil penelitian ini adalah: (1) Periode pengamatan diperluas agar sampel yang diperoleh lebih banyak. Sehingga hasil penelitian menjadi lebih baik karena unsur keterwakilan data yang lebih tinggi dibandingkan pengambilan sampel yang lebih sedikit; (2) Memilih obyek penelitian yang dapat diterapkan pada lingkup yang lebih luas, sehingga dimungkinkan mengganti dengan sektor perusahaan lain atau semua perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan harapan dapat menambah jumlah observasi yang lebih banyak untuk melihat pengaruh terhadap kebijakan dividen; (3) Penelitian yang selanjutnya diharapkan dapat menambah beberapa variabel bebas lain yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen, sehingga perkembangan penelitian bermanfaat untuk kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Z. 1992. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. BPFE. Yogyakarta. Brigham E.F. dan Houston J.L. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Salemba Empat. Jakarta. Dewi, S.C. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Deviden. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 10(1): 47-58. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Harahap, S.S. 1998. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hendardi, M.F. 2010. Pengaruh Saham Manajer dan Saham Institusional Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Sekolah Tinngi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Husnan, S. 2012. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. UPP STIM YKPN. Yogyakarta Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Pendapatan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 23. Salemba Empat. Jakarta. Kieso, D.E., J.J Weygant, dan T.D. Warfeild. 2007. Intermediate Accounting. Twelfth Edition. John Wiley & Sons, Inc. USA. Terjemahan E. Salim. 2008. Akuntansi Intermediate. Edisi keduabelas. Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Lopolusi, I. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sektor Manufaktur yang terdaftar Di PT. Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.2 No.1 (2013) Lutfaniah. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Sekolah Tinngi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Martono dan Harjito, A. 2010. Manajemen Keuangan. EKONISIA. Edisi pertama. Yogyakarta Nuringsih, K. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2(2): 103-123. Putri, I. F. dan M. Nasir. 2006. Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. 23-26 Agustus: 1-25 Riyanto, B. 2011. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi keempat. BPFE. Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
15
Santoso, R.P. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Sari, R. F. 2010. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Sartono, Agus.1996. Manajemen Keuangan. Edisi 3. BPFE. Yogyakarta. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Sulistyowati, A., R. Anggraini, dan T. H. Utaminingtyas. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Universitas Negeri Jakarta. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. EKONISIA. Yogyakarta. Sunyoto, D. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. CAPS. Yogyakarta.