Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN GROWTH TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN Mei Lestari
[email protected]
Astri Fitria Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT This research is to test the influence of profitability variable by using Return on Assets (ROA) calculation, Liquidity by using Current Ratio (CR) calculation and Growth (growth of sales), to the Dividend Payout Ratio (DPR) on companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2009-2012 periods. Purposive sampling is used as sampling technique and 11 companies have been selected as samples. The analysis techniques are multiple regressions with the smallest quadratic equation and hypothesis test which is performed by using t statistics to test partial regression coefficient and f statistics to test the significance influence simultaneously with level of significance 5%. Moreover, classic assumption test which includes normality test, multicolinearity test, heteroscedasticity test, and autocorrelation test is also performed in this research. The result of analysis of analysis shows that profitability variable has positive influence to the Dividend Payout Ratio. Liquidity has not influence to the Dividend Payout Ratio and Growth has not influence to the Dividend Payout Ratio. The prediction capability of these three variables to the DPR is 19.4% as it has been shown by adjusted R square 19.4% while the remaining is influences by other factors that are not included in the research model. Keywords: profitability, liquidity, growth, dividend policy. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel profitabilitas dengan perhitungan Return on Asset (ROA), likuiditas dengan perhitungan Current Ratio (CR) dan Growth (growth of sales), terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang listed di BEI periode 2009 - 2012. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta f-statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan level of significance 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap Dividen Payout Ratio, Likuiditas tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio dan Growth tidak berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio. Kemampuan prediksi dari ketiga variabel tersebut terhadap DPR sebesar 19,4% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R square sebesar 19,4% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Kata kunci: profitabilitas, likuiditas, growth, kebijakan dividen.
PENDAHULUAN Semakin pesatnya perkembangan perusahaan bisnis Property dan Real Estate menjadikannya daya tarik tersendiri bagi para pelaku pasar untuk menginvestasikan sebagian kekayaannya di sektor bisnis ini. Hal ini mengakibatkan banyak investor yang melirik sektor industri Property dan Real Estate sebagai lahan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu Property dan Real Estate dapat dijadikan sebagai salah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
2
satu tolak ukur untuk menilai petumbuhan ekonomi suatu negara, sektor ini juga berpengaruh terhadap sektor ekonomi lainnya. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka setiap perusahaan pada disektor ini dituntut untuk dapat mempertaruhkan kelangsungan usahanya dan melakukan strategi yang tepat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Para pelaku pasar terutama investor sangat membutuhkan informasi terkait perusahaan yang ingin diajak kerjasama untuk keputusan investasinya. Oleh karena itu besarnya kekayaan serta operasional perusahan menjadi pembanding utama oleh para investor di pasar. Kegiatan investasi merupakan kegiatan yang sangat menarik bagi para investor, kegiatan ini memang mengandung resiko serta ketidakpastian. Namun, semua itu dapat teratasi jika investor memiliki banyak pertimbangan serta cermat dalam menganalisis suatu resiko dari obyek perusahaan tersebut. Informasi yang diperoleh dari perusahaan berdasarkan pada kinerja di sebuah perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Berdasarkan laporan keuangan yang ada di sebuah perusahaan, investor dapat mengetahui kinerja di perusahaan dalam kemampuannya untuk menghasilkan profitabilitas dan besarnya pendapatan dividen perlembar saham (Harianto, 2013). Islamiya (2012) menyatakan bahwa tujuan para investor menginvestasikan dananya kepada suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan return tanpa mengabaikan risiko yang akan dihadapinya. Return tersebut dapat berupa capital gain atau dividen untuk investasi pada surat hutang. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan. Kebijakan pembagian dividen merupakan salah satu keputusan penting bagi perusahaan dalam bidang keuangan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan, yaitu dana yang dibagikan kepada para pemegang saham hal ini ditunjukkan oleh pembayaran kepada para pemegang saham dan dana untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha hal ini tercermin dalam rencana pada pos laba yang ditahan (Gitosudarmo dan Basri,2002:227). Keputusan pembagian dividen ini juga menjadi salah satu keputusan yang sangat penting bagi manajemen perusahaan. Keputusan ini akan berdampak bagi kelanjutan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan harus mempertimbangkan apakah ingin membagikan dividen kepada para investor atau menahan laba untuk perusahaan. Kebijakan dividen dengan membayarkan dividen dalam jumlah besar akan menjadi daya tarik bagi para investor, sedangkan keputusan ini berbanding dengan kepentingan manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan berkurangnya pengalokasian sumber dana bagi operasional serta investasi perusahaan. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen lebih kecil, sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi ukuran laba yang ditahan dan mengurangi sumber pendanaan internal perusahaan. Sutrisno (2000) menyebutkan bahwa dalam membayarkan dividen, pihak perusahaan dapat menerapkan salah satu dari keempat jenis kebijakan dividen yaitu : (1) kebijakan pemberian dividen stabil, (2) kebijakan dividen fleksibel, (3) kebijakan dividen dengan rasio yang konstan, dan (4) kebijakan pemberian dividen reguler yang rendah ditambah ekstra. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividen (laba yang dibagikan) disebut dividen payout ratio. Dividen payout ratio merupakan perbandingan besarnya dividen yang dibagi untuk setiap lembar saham dengan laba per lembar saham. Dimana semakin tinggi dividen payout ratio yang diterapkan suatu perusahaan, maka semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali dalam perusahaan yang ini berarti manghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto, 2001:266).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
3
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah profitabilitas, likuiditas dan growth berpengaruh terhadap kebijakan dividen (dividen payout ratio). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal jangka waktu pengambilan sampel yang lebih panjang yaitu antara 2009-2012. Penambahan periode serta pemilihan sampel yang lebih spesifik diharapkan agar mendapatkan hasil yang berbeda dibanding penelitian sebelumnya. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian dari perusahaan, sedangkan obligasi (bond) adalah suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati (Jogiyanto, 2003:11-12). Sedangkan menurut Sunariyah (2004:5) pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan Surat berharga. Ditempat inilah para pelaku pasar bertemu. Definisi Dividen Ikatan Akuntan Indonesia (2004), dalam PSAK No. 23, merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan akan berdampak berupa peningkatan saldo laba (retained earnings) perusahaan. Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan tersebut.Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham. Jenis – jenis Dividen Bagi para investor atau pemegang saham, dividen merupakan keuntungan yang diperoleh sebagai atas dana yang diinvestasikan dalam bentuk lembar saham yang beredar. Menurut Weygandt dan Kimmel (dalam Sandy, : 2013) Ada beberapa jenis dividen, yaitu: a. Cash Dividen adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Jenis dividen ini merupakan yang paling umum dan diminati oleh investor. Dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang. Karena saldo laba (retained earnings) adalah salah satu bentuk pendanaan internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham. b. Script Dividen adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk surat hutang (notes payable). Jenis dividen ini sudah jarang dipakai saat ini. c. Property Dividen
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
4
adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk aset perusahaan seperti merchandise, real estate, investment, dan lain-lain. Jenis dividen ini umumnya dibagikan oleh perusahaaan tambang yang selalu berpindah-pindah lokasi penambangannya. d. Liquidating Dividen adalah dividen yang dibagikan dalam rangka mengembalikan sebagian investasi kepada pemegang saham. Jenis dividen ini merupakan satu-satunya jenis dividen yang membagikan dividen dengan mengurangi agio saham (paid in capital) perusahaan. e. Stock Dividen adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk saham di perusahaan tersebut. Jenis dividen ini biasanya akan dipakai oleh perusahaan yang tidak mempunyai uang tunai yang cukup untuk membagikan dividen tetapi perusahaan tetap ingin membagikan dividen. Definisi Kebijakan Dividen Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba ditahan untuk diinvestasikan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. permasalahan ini menjadi rumit karena adanya alternatif pendanaan dari luar (Husnan, 1996:289). Terdapat lima teori yang telah dikembangkan manajemen keuangan mengenai variabel apa saja yang mempengarui besarnya dividen, menurut Menurut Brigham dan Houston (2001:66-73) yaitu : Hipotesis Sinyal. Hipotesis sinyal dikemukakan oleh Merton Miller menegaskan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dalam kebijakan dividen tidak harus menunjukkan investor lebih menyukai dividen daripada laba yang ditahan. Sebaliknya, meraka menyatakan bahwa perubahan harga saham sesudah pembagian dividen hanya menunjukkan adanya kandungan informasi atau pengisyaratan yang penting dalam pengumuman dividen tersebut. Dengan kata lain Merton Miller menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba. Dividend Irrelevance Theory. Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Mondigliani. Merton Miller dan Franco Mondigliani berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, dengan kata lain mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba ditahan. Bird in the hand Theory. Pendapat Myron Gordon dan John Lintner bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan dengan menentukan rasio pembagian dividen yang tinggi. Kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya. Tax Preference Theory. Pada teori ini dijelaskan bahwa para investor lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan, para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi. Para investor juga bersedia untuk
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
5
menerima pengembalian sebelum pajak atas saham yang relative lebih rendah daripada pengembalian sebelum pajak atas obligasi. Clientle Effect Theory. Teori yang menyatakan bahwa kecenderungan perusahaan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan dividennya. Merton Miller menyatakan bahwa satu klientele sama baiknya dengan yang lain, sehingga adanya pengaruh klientele tidak harus menyiratkan bahwa satu kebijakan dividen lebih baik dari yang lain. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Astuti (2004:145) ada 6 faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu: Peraturan Pemerintah. Beberapa negara ikut mengatur kebijakan dividen bagi perusahaan dengan tujuan untuk melindungi kreditur. Hambatan dalam perjanjian/kontrak. Bank akan membatasi pembayaran dividen tunai sampai batas tertentu dari laba bisa dicapai atau bank mengatur pembayaran denda sampai jumlah tertentu. Hal ini dilakukan oleh bank berkaitan dengan perjanjian kredit dari bank kepada perusahaan. Hambatan internal. Jumlah pembayaran dividen tunai juga tergantung pada tersedianya uang kas perusahaan. Walaupun laporan rugi laba menyatakan adanya laba yang cukup besar namun belum tentu jumlah tersebut sama dengan jumlah uang kas tunai yang ada di perusahaan. Jadi saldo dari laporan arus kas akan lebih menentukan jmlah pembayaran dividen tunai. Perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang. Bila pimpinan perusahaan melihat adanya peluang untuk pengembangan perusahaan, maka pimpinan akan cenderung menahan labanya untuk pembiayaan rencana pembangunan. Pertimbangan pemilik perusahaan. Dalam menentukan kebijakan dividen, perusahaan harus sepakat untuk mengutamakan kesejahteraan pemilik. Walaupun tidak mungkin untuk membuat kebijakan yang dapat memaksimumkan kesejahteraan atau kepuasan setiap pemilik, namun setidaknya perusahaan dapat membuat kebijakan dividen yang memuaskan sebagian besar pemilik misalnya bila sebagian pemilik tergolong dalam kelompok peringkat pajak yang tertinggi, maka dapat diputuskan untuk pembayaran dividen dengan prosentase rendah sehingga memberi kesempatan kepada pemilik untuk menunda pembayaran pajak sampai mereka menjual sahamnya. Pertimbangan pasar. Perusahaan hendaknya ikut mempertimbangakan reaksi pasar atas kebijakan dividen yang diambilnya. Pada umumnya pasar akan bereaksi positif atas kebijakan dividen yang tetap tau bertumbuh secara tetap. Sehingga beberapa pemimpin perusahaan tidak mau menurunkan pembayaran dividen walau laba perusahaan menurun. Alternatif Pembayaran Dividen Ada tiga macam alternatif pembayaran dividen menurut Astuti (2004:146) yaitu: Constant Payout Ratio Dividen Policy. Constant Payout Ratio Dividen Policy merupakan penetapan pembagian rasio yang tetap terhadap keuntungan yang didapat perusahaan. Dengan kebijakan ini perusahaan kurang dapat memperkirakan jumlah pembayaran dividen yang akan dilakukan setiap periode. Jumlah pembayaran dividen dengan presentase tetap dari earning per share (EPS) akan mempengaruhi posisi harga saham di pasar. Pada saat laba menurun maka pembayaran dividen juga menurun dan hal ini akan menyebabkan harga saham menurun juga.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
6
Regular Dividen Policy. Kebijakan ini perusahaan membayar dividen per lembar saham dalam jumlah rupiah yang tetap setiap periode. Kebijakan ini meniadakan keraguraguan investor/pemegang saham sekaligus menginformasikan bahwa perusahaan dalam keadaan baik dan lancar. Dengan kebijakan ini pembayaran dividen per lembar saham hampir tidak pernah turun. Low Regular and Extra Dividen Policy. Menurut kebijakan ini perusahaan membayar dividen tunai secara rutin setiap periode dalam jumlah yang tetap dan rendah, jika laba perusahaan periode yang bersangkutan sangat baik maka jumlah pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran dividen ekstra. Dividen Payout Ratio (DPR) Dividen merupakan hak pemegang saham (common stock), untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan dari pembagian dividen pemegang saham biasa. Dividen payout ratio adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash dividen” disebut dividend payout ratio. Dividen payout ratio merupakan perbandingan antara dividen per share dengan earning per share pada periode yang bersangkutan Di dalam komponen dividen per share terkandung unsur dividen, sehingga jika semakin besar dividen yang dibagikan maka semakin besar pula dividend payout ratio. Menurut Hatta (2002) dalam wijaya dan wibawa (2010) menyebutkan terdapat sejumlah perdebatan mengenai bagaimana kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat pertama menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat kedua menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan. Pendapat ketiga menyatakan bahwa semakin tinggi dividen payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah. Pengembangan Hipotesis Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen. Profitablitas adalah kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satusatunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang (Astuti: 2004). Menurut Sulistiyowati.,et al (dalam Islamiyah 2012) menyatakan bahwa pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam bentuk pembukuan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Konsep Pecking Order Theory menyatakan perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar keuntungannya lebih besar sebagai dividen. Stabilitas keuntungan adalah penting untuk mengurangi risiko apabila terjadi penurunan laba yang memaksa manajemen untuk memotong dividen. Perusahaan yang memiliki stabilitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
7
keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas keuntungan mereka. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio profitabilitas maka akan semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada investor. Manajemen sering menggunakan aspek profitabilitas sebagai kriteria keberhasilan, karena profitabilitas memberikan gambaran perbandingan antara laba dengan modal yang telah ditanamkan. Profitabilitas mencerminkan kemampuan modal perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas dapat dijadikan pedoman menarik minat investor untuk menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. investor jangka pendek yang secara khusus lebih tertarik pada nilai kembalian investasi yang tinggi dalam bentuk dividen (Kadir,2010). Pembayaran dividen sangat berpengaruh pada laba yang diperoleh perusahaan. Dividen dibayarkan kepada para pemegang saham atas dasar laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dividen hanya dapat dibayarkan kepada para pemegang saham jika perusahaan memperoleh laba pada tahun yang bersangkutan. Kepemilikan saham dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, interaksi antara laba yang dilaporkan dan kepemilikan saham minoritas akan mempengaruhi dividen payout ratio. Penelitian tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Natalia (2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen. Menurut Hanafi dan Halim (dalam Islamiyah 2012) rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio lancar atau (current ratio) adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Menurut Arilaha (2009) yang dikutip Islamiyah (2012) likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Likuiditas perusahaan yang diukur dengan current rasio memiliki pengaruh terhadap dividen payout ratio. Konsep likuiditas perusahaan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasi perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi rendahnya likuiditas perusahaan tidak berarti mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Untuk itu, perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik tidak berati pembayaran dividen lebih baik pula Likuditas perusahaan dapat diukur melalui rasio keuangan seperti : current ratio, quick ratio. Likuiditas perusahaan diasumsikan dalam penelitian ini mampu menjadi alat prediksi tingkat pengembabalian investasi berupa dividen bagi investor. Current ratio sering kali dijadikan sebagi ukuran likuiditas, termasuk dalam persyaratan kontrak kredit. Penelitian ini juga didukung oleh Khasanah (2009). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh growth terhadap kebijakan dividen. Menurut Kesuma (2009) seperti dikutip Clarensia et al., (2013) pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
8
pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya. Cara pengukurannya adalah dengan membandingkan penjualan pada tahun t setelah dikurangi penjualan pada periode sebelumnya terhadap penjualan pada periode sebelumnya. Menurut Weston dan Brigham (1994) seperti dikutip Laksono (2006) Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung mampu membagikan dividen yang lebih tinggi. Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing utama perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan untuk mempertahankan keuntungan dalam menandai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan tinggi akan mencerminkan pendapatan meningkat sehingga pembayaran dividen cenderung meningkat. Hatta (2002) dalam Laksono (2006) mengemukakan suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung mampu membagikan dividen yang lebih tinggi. Penelitian ini didukung oleh Hutauruk (2013) yang menerangkan bahwa variabel ini berpengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio. Laksono (2006) juga mengemukakan bahwa variabel ini juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio. Alasan pemilihan variabel ini juga didasari dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penjualan perusahaan, maka semakin meningkat pula struktur keuangan yang ada di perusahaan tersebut. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 : Growth berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan property dan real estate yang mempublikasikan laporan keuangan yang lengkap selama empat tahun berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 untuk periode yang berakhir 31 Desember yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, (2) Perusahaan property dan real estate yang minimal 2 kali membagikan dividen selama periode 2009-2012, (3) Perusahaan property dan real estate yang tidak mangalami penurunan total penjualan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan kriteria diatas yang masuk dalam kriteria untuk dijadikan sampel sebanyak 11 perusahaan dari 52 perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2012.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
9
Tabel 1 Perusahaan yang terpilih menjadi sampel NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
1
COWL
Cowell Development Tbk
2
CTRA
Ciputra Development Tbk
3
CTRP
Ciputra Property Tbk
4
DILD
Intiland Development Tbk
5
GMTD
Gowa Makassar Tourism Development Tbk
6
JRPT
Jaya Real Property Tbk
7
JSPT
Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
8
LPKR
Lippo Karawaci Tbk
9
MKPI
Metropolitan Kentjana Tbk
10
PJAA
Pembangunan Jaya Ancol Tbk
11
PUDP
Pudjiadi Prestige Tbk
Pada penelitian ini teknik analisis data menggunakan menggunakan SPSS 20. Menurut Qudratullah (2013) Staistical Package for the Social Sciences atau disingkat SPSS merupakan paket software statistika untuk analisis data. Program ini pertama kali dibuat pada tahun 1960-an oleh Noran H. Nie, C. Hadley serta Date Bent dari Stanford University. Pada tahun 1984 dikenalkan SPSS/PC+ untuk Personal Computer (PC). Pergantian versi disini lebih pada penambahan aksesories program dan pengembangan aplikasi statistika tanpa mengubah konsep dasar SPSS itu sendiri. SPSS mengalami perkembangan dari versi 6.0 hingga versi terbaru saat ini yaitu SPSS versi 20. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Menurut Sugiama (2008:58) seperti yang dikutip Jannati (2010) variabel independen adalah variabel yang tidak terikat pada variabel lain atau menjadi penyebab berubahnya variabel lain (variabel dependen). Ada tiga variabel independen dalam penelitian ini yaitu : a. Profitabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Pada penelitian ini menggunakan Return On Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan perusahaan melalui pendayagunaan seluruh asset perusahaan. Dari rasio ini juga dapat menilai seberapa efisien perusahaan mendayagunakan seluruh asetnya untuk mencapai laba bersih sebesar itu (Tambunan, 2013;205). Earning after tax ROA = -----------------------Total asset
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
10
b. Likuiditas Menurut Halim (dalam Islamiyah 2012) rasio Likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Menurut dalam Almilia dan Devi (2007:6) seperti yang dikutip Clarensia et al (2013), likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendeknya tepat waktu. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aset lancar lebih besar daripada hutang lancarnya. Aktiva Lancar CR = ---------------------Hutang Lancar
c. Growth Menurut Weston dan Brigham (1994) seperti yang dikutip Laksono (2006) Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung mampu membagikan dividen yang lebih tinggi. Total Penjualant – Total Penjualant-1 GROWTH =----------------------------------------------Total Penjualant-1 Variabel Dependen Kebijakan Dividen Menurut Sugiama (2008:58) seperti yang dikutip Jannati (2010) variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Kebijakan Dividen dengan persentase tetap pembayaran tunai yang dikenal dengan nama constant – payout – ratio dividen policy yaitu Dividen Payout Ratio atau DPR dalam Astuti (2004:146) denga rumus sebagai berikut : Dividen Per Share DPR = ------------------------Earning Per Share Pengujian Hipotesis Menurut Sugiyono (2007:210), analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variable dependen (kriterium), bila dua atau lebih variable dependen sebagai factor predictor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Analisis Regresi Linier Berganda merupakan pengembangan dari analisis regresi sederhana. Kegunaanya adalah untuk meramalkan nilai variable terikat (Y) pabila variable bebasnya (X) dua atau lebih. Analisi regresi berganda bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas terhadap suatu variabel terikat Y.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
11
Persamaan dalam penelitian ini adalah: Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e Keterangannya Y = Dividen Payout Ratio a = Konstanta X1 = Return On Assets X2 = Current Ratio X3 = Growth e = Standart Eror HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu profitabilitas, likuiditas, growth dan kebijakan dividen. Tabel 2 Statistik Deskriptif Min. Statistic .03
.814
Std. Deviation Statistic .04218
CR
44
1.07
7.82
2.3441
1.40005
GROWTH
44
.01
1.21
.2582
.28197
DPR
44
.00
.62
.2391
.16889
ROA
Valid N (listwise)
Max. Statistic .19
Mean
N Statistic 44
44
Keterangan ROA : Profitabilitas CR : Likuiditas GROWTH : Growth DPR : Kebijakan dividen Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah data yang digunakan adalah 44 sampel selama periode penelitian tahun 2009 sampai 2012. Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa jumlah Profitabilitas (ROA) perusahaan pada tahun penelitian memiliki rata-rata (mean) sebesar 0,0814 atau 8,1% dengan nilai minimum sebesar 0,03 atau 3%. Sedangkan nilai maksimumnya sebesar 0,19 atau 19%. Profitabilitas (ROA) dihitung dari jumlah laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total assetnya. Likuiditas (CR) perusahaan pada tahun penelitian memiliki rata-rata (mean) sebesar 2,3441 dengan nilai minimum sebesar 1,07. Sedangkan nilai maksimumnya sebesar 7,82. Likuiditas (CR) dihitung dari aktiva lancar dibagi hutang lancar. Semakin besar tingkat lukuiditas perusahaan maka semakin besar total asset lancarnya untuk pembayaran kewajibannya. Growth perusahaan pada tahun penelitian memiliki rata-rata (mean) sebesar 0,2521 atau 25,21% dengan nilai minimum sebesar 0,01 atau 1%. Sedangkan nilai maksimumnya sebesar 1,21 atau 121%. Growth (growth of sales) dihitung dari total penjualan tahun ini dikurangi total penjualan tahun lalu dibagi total penjualan tahun lalu. Dividen Payout Ratio (DPR) perusahaan pada tahun penelitian memiliki rata-rata (mean) sebesar 0,2725 atau
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
12
27,25% dengan nilai minimum sebesar 0,00, pada penelitian ini dijelaskan bahwa kriteria sampel pada penelitian ini pada perusahaan real estate dan property yang minimal pembagian dividennya 2x dalam periode 2009-2012. Sedangkan nilai maksimumnya sebesar 0,62 atau 62%. Dividen Payout Ratio (DPR) dihitung dari Dividend per Share dibagi Earning Per Share. Uji Asumsi Klasik Regresi terpenuhi apabila penaksir kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) dari koefisien regresi adalah linier, tak biasa dan mempunyai varians minimum, ringkasnya penaksir tersebut adalah Best Linier Unbiased Estimator (BLUE), maka perlu dilakukan uji (pemeriksaan) terhadap gejala multikolinieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas. Sehingga asumsi klasik penaksir kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) tersebut terpenuhi. Oleh karena itu, uji asumsi klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa ui t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statsistik (Ghozali, 2006:110). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan tingkat signifikansi 5%. Data dapat disimpulkan berdistribusi normal jika angka probabilitasnya lebih dari 0,05 dan sebaliknya jika kurang dari 0,05 maka data tersebut dikatakan tidak berdistribusi normal. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada masing-masing variabel di atas adalah 0,304 untuk Profitabilitas (ROA), 0,062 untuk Likuiditas (CR), 0,081 untuk Growth dan 0,735 untuk kebijakan dividen (DPR).menunjukkan cukup bukti bahwa data terdistribusi secara normal karena nilainya sudah di atas 0,05 (p > 0,05). b. Uji Multikolinearitas. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Jika variable indpenden saling berkorelasi, maka variable-variabel ini tidak orthogonal. Variable orthogonal adalah variabel independen sama dengan nol (Ghozali,2006:91). Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen digunakan Variance Inflation Factor (VIF). Data dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1. Pada penelitian ini seluruh variabel tersebut lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance nya juga lebih dari 0,01. c. Uji Autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-l (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. uji Durbin Watson diperoleh nilai sebesar 1,486 sehingga dapat disimpulkan bahwa data uji Durbin Watson yaitu sebesar 1,486 terletak diantara -2 sampai +2 yang berarti tidak ada autokorelasi di antara ketiga variabel independen tersebut. d. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode scatter plot (grafik plot). Berdasarkan grafik plot yang dihasilkan terlihat titik-titik menyebar secara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
13
acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedasitas pada model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi regresi linier berganda layak digunakan untuk interprestasi dan analisa lebih lanjut. Uji Koefisien Determinasi Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi dari variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin besar R2 berarti semakin tepat persamaan perkiraan regresi linear. Koefisien determinasi merupakan ikhtisar yang menyatakan seberapa baik garis regresi sampel mencocokkan data. Koefisien determinasi untuk mengukur proporsi variasi dalam variabel tidak bebas yang dijelaskan oleh regresi. Nilai koefisien determinasi (nilai R2) adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Hasil pengujian koefisien determinasi yang menggunakan Adjusted R square memperlihatkan bahwa pengaruh profitabilitas (ROA), likuiditass (CR), dan Growth terhadap kebjiakan dividen perusahaan (DPR) pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai Adjusted R square pada penelitian ini sebesar 0,194 atau sama dengan 19,4%, yang berarti bahwa variasi perubahan variabel dependen yaitu kebijakan dividen perusahaan (DPR) dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu profitabilitas (ROA), likuiditass (CR), dan Growth sebesar 19,4% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Uji Hipotesis Uji Statistik F Menurut Ghozali (2006:84), uji ini menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Dengan menentukan besarnya α untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil pengolahan data. Nilai α ditetapkan 5% atau tingkat signifikansi sebesar 95%. Uji signifikansi model dengan uji F digunakan untuk mengetahui apakah model regresi linier berganda yang telah didapatkan telah signifikan (telah sesuai untuk menggambarkan pengaruh simultan variabel bebas terhadap variabel terikat). Uji signifikansi model ini dapat dilihat pada nilai F hitung yang telah diperoleh dari program SPSS sebagai berikut:
Model 1 Regression Residual Total
Tabel 3 Uji Statistik F Surn of Square df Mean Square 3 .102 .307 .919 1.227
40 43
F
Sig
4.460
.009b
.023
Pada uji ini dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel independen berpengaruh secara simultan (bersama) terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi α = 0,05. Jika hasil statistik F pada taraf signifikansi ≤ 0,05 berarti variabel-variabel independen
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
14
mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variabel terikat dan sebaliknya. Uji ini merupakan kecocokan model untuk selanjutnya diuji secara parsialnya melalui uji statistik t. Uji Statistik T Menurut Ghozali (2006:84-85), uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji parsial (uji t) digunakan untuk menguji lebih lanjut serta mengetahui apakah model persamaan regresi telah signifikan untuk digunakan mengukur pengaruh secara parsial variabel bebas profitabilitas (return on assets), likuiditas (current ratio) dan growth (growth of sales) terhadap kebijakan dividen. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS diperoleh hasil uji t sebagai berikut: Tabel 4 Analisis Regresi Model
1 (Constant) ROA CR GROWTH
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .152 .071 1.613 -.001 -.161
.553 .017 .082
.403 -.009 -.268
T 2.132
Sig. .039
2.919 -0.63 -1.954
.006 .950 .058
Collinearity Statistics Tolerance VIF .984 .988 .994
1.017 1.012 1.006
Dari hasil perhitungan uji secara partial diperoleh nilai t hitung sebesar (2.919) dan nilai signifikansi sebesar 0,006. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis pertama diterima berarti terdapat pengaruh signifikan dan positif antara variabel profitabilitas (ROA) dengan variabel DPR. Kondisi ini sesuai dengan teori yang ada dimana bila terjadi kenaikan ROA maka DPR akan semakin tinggi. ROA yang tinggi menunjukkan kemampuan membayar dividen tinggi sehingga DPR tinggi. Maka hipotesis pertama diterima. Menurut perhitungan diatas maka dapat disimpulkan secara partial diperoleh nilai t hitung sebesar (-0,001) dan nilai signifikansi sebesar 0,950. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% maka hipotesis kedua ditolak berarti antara variabel likuiditas (CR) tidak ada pengaruhnya terhadap variabel DPR. Hasil tabel 2 menunjukkan nilai t hitung untuk variabel growth bernilai negatif sebesar -0,161 dengan nilai signifikansi 0,058 yang lebih besar dari tingkat keyakinan 0,05 (0,058 > 0,05). Hal ini menunjukkan growth tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan, ini berarti hipotesis ketiga ditolak. Dari tabel 2 diatas juga dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
DPR = 0,152 + 1,613 ROA – 0,001 CR – 0,161 GROWTH + e Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Pada penelitian ini menggunakan Return On Assets (ROA). Return On Assets (ROA) diperoleh dari membandingkan laba bersih dengan total
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
15
asset. Semakin besar tingkat ROA perusahaan, menunjukkan semakin baik kinerja keuangan perusahaan. Hal ini manjadi salah satu magnet daya tarik investor untuk bergabung dengan perusahaan. Hipotesis pada penilitian ini diterima yakni berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Tanda positif dalam penelitian ini sesuai dengan teori Information content or signaling hypothesis, Mondigliani-Miller yang menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang, berdasarkan teori tersebut menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi melalui asset yang dimiliki yang tercermin dalam return on asset (ROA) menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen yang tercermin dalam dividen payout ratio (DPR). Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Variabel likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan nilai t hitung -0,063, dan tingkat signifikan 0,950 yang lebih besar dari 0.05. Likuiditas dalam penelitian ini menggunakan Current Ratio (CR), perhitungan aktiva lancar dibagi hutang lancar. Menurut Arilaha (2009) seperti dikutip Islamiyah (2012) menyatakan bahwa likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Likuiditas perusahaan yang diukur dengan current ratio memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap dividen payout ratio. Konsep Pecking Order Theory likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasi perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Penelitian ini juga didukung oleh Khasanah (2009), Likuiditas sebagai variabel independen tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio. hali ini dikarenakan pada kondisi ekonomi yang belum menentu, sehingga likuiditas tidak digunakan untuk membayar dividen tetapi dialokasikan pada pembelian aktiva tetap guna memanfaatkan kesempatan investasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi rendahnya likuiditas perusahaan tidak berarti mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Untuk itu, perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik tidak berati pembayaran dividen lebih baik juga. Pengaruh Growth Terhadap Kebijakan Dividen Pertumbuhan penjualan tinggi, akan mencerminkan pendapatan meningkat sehingga pembayaran dividen cenderung meningkat. Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah. Pada hipotesis diatas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,058. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% maka hipotesis ditolak berarti tidak ada pengaruh antara variabel growth dengan variabel dividen payout ratio. Hal ini berarti naik turunnya growth tidak mempengaruhi variabel kebijakan dividen (dividen payout ratio). Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang baik akan selalu membagikan dividen nya tinggi, akan tetapi perusahaan lebih cenderung untuk mengalokasikan dana mereka untuk investasi baik berupa asset tetap maupun pembelian saham perusahaan lain atau juga bisa meraka gunakan untuk ekspansi perusahaan. Hal ini wajar dilakukan karena manajemen perusahaan lebih cenderung kepada pembiayaan internal mereka sebelum mengambil keputusan menejemen untuk mengalokasikan keuntungan mereka untuk dibagikan kepada para stakehoders.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
16
SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen; (2) likuiditas yang diproksi dengan current ratio tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen; (3) Growth tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa peneliti hanya menggunakan perusahaan satu sektor saja dan hanya meneliti empat tahun berjalan. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan pokok bahasan yang sama dengan penelitian ini, diharapkan untuk memperhatikan hasil penelitian ini dan mengembangkannya dengan landasan teori yang relevan, menambah jumlah sampel, serta dengan teknik analisis yang lebih relevan. Hendaknya juga dapat mengembangkan analisisnya dengan menambah penggunaan sampel dan variabel, memperpanjang periode pengamatan sehingga dapat lebih menajamkan hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA Astuti, D. 2004.Manajemen Keuangan Perusahaan. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Brigham, E. F. dan J. F. Houston.2001. Manajemen Keuangan. Buku II. Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Clarensia et al.,2013. Pengaruh Likuiditas,Profitabilitas,Pertumbuhan Penjualan, dan Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham. Skripsi publikasi. Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur. Jakarta. Ghozali. I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gitosudarmo, I. dan Basri.2002. Manajemen Keuangan.Edisi Keempat.Cetakan Pertama.BPFE.Yogyakarta. Harianto, R. 2013. Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Husnan, S. 1996. Manajemen Keuangan dan Teori Penerapan (keputusan Jangka Panjang). BPFE. Yogyakarta. Hutauruk, Y. F. 2013. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Aset, Pertumbuhan Revenues, dan Harga Saham Penutupan Terhadap Deviden Payout Ratio. Umrah Journal of Accounting 1 (1):1-24 Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntasi Keuangan, per 1 oktober 2004, Salemba Empat, Jakarta. Islamiyah, R. 2012. Pengaruh Free CashFlow, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage dan Growth terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Artikel Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (PERBANAS). Surabaya. Jannati, A. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth terhadap Kebijakan Dividen. Skripsi publikasi. Fakultas Ekonomi Universitas siliwangi. Tasikmalaya. Jogiyanto, H M. 2003.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta.
Kadir, A.2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Credit Agencies Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen 11 (1).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 4 (2014)
17
Khasanah, U. 2009. Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio. Skripsi pubiikasi. Program Studi Keuangan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. Laksono, B. 2006. Analisis Pengaruh Return on Asset, Sales Growth, Asset Growth, Cash Flow dan Likuiditas terhadap Dividen Payout Ratio. Tesis publikasi. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Natalia, D. 2013. Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi publikasi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Padang. Qudrotullah, M., F. 2013. Analisis Regresi Terapan: Teori, Contoh Kasus, dan Alpikasi dengan SPSS. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Riyanto, B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta. Sandy, A. 2013. Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Kas Pada Perusahaan Otomotif. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 1 (1), Januari 58-76. Sugiyono, 2007.Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kesepuluh. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi keempat. Unit penerbit dan percetakan (UPP) AMP YKPN.Yoyakarta. Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan. EKONISIA. Yogyakarta. Wijaya, L,.R.,P. dan Wibawa, B.,A. 2010. Pengaruh Keputusan Investasi Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto ●●●