ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UTANG, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, KESEMPATAN INVESTASI, DAN JENIS INDUSTRI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN Ivan Widhyasmoro Linda Ariany Mahastanti Fakultas Ekonomika & Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana
Abstract: Dividen policy is the decision of company management whether profits are reinvested to the in retained earnings, or distributed to shareholders in dividends. There are several factors that could be expeted to effect the dividend policy, including the company’s debt policy, profitability, liquidity of the company, investment opportunities of company, and types of industrial companies. This research aims to determine whether these factors affect the payment of dividends. This research uses panel data regression analysis model to analyze the data and using a sample of 70 companies listed on Bursa Efek Indonesia (BEI). This result indicate that the variable liquidity, investment opportunity and type of industry do not affect dividend policy. Debt policy and profitability variables are variables that affect dividend policy.
Keyworrds: debt policy, profitability, liquidity, investment opportunities, industry type, dividend policy Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pembayaran dividen merupakan salah satu elemen yang menarik banyak pihak seperti pemegang saham, kreditur, investor, maupun pihak-pihak lain yang memerlukan informasi penting dari data keuangan perusahaan. Pada akhir-akhir tahun ini, kebijakan pembayaran dividen untuk setiap jenis perusahaan pun mengalami fluktuasi dalam pembayaran dividennya, bahkan ada yang sama sekali
1
tidak melakukan pembayaran dividen. Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan dari perusahaan apakah laba yang diperoleh diinvestasikan kembali dalam bentuk laba ditahan, atau dibagikan langsung kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Tetapi pada kejadian yang sebenarnya, perusahaan banyak mengalami penurunan dalam pembagian dividen bahkan ada yang tidak mengeluarkan dividen sama sekali dalam beberapa tahun. Ini dapat dilihat dari laporan keuangan beberapa perusahaan hal ini dapat dikarenakan seperti perusahaan mengalami penurunan profitabilitas sehingga diputuskan untuk mengurangi jumlah pembagian dividen, seperti yang terlihat di laporan keuangan PT Tripolypta Indonesia Tbk tahun 2010 (lihat di lampiran 5) yang mengalami penurunan profitabilitas sehingga harus mengurangi jumlah dividen yang dibagikan dari tahun sebelumnya, atau sama sekali tidak mengeluarkan dividen untuk dibagikan karena langsung dijadikan dalam bentuk laba ditahan. Ada juga kejadian yang dialami oleh PT Champion Pasifik Indonesia Tbk pada tahun 2010 (lihat di lampiran 6), ketika mengalami peningkatan profitabilitas dari tahun sebelumnya justru perusahaan tersebut memilih untuk tidak membagikan dividen sama sekali. Selain itu ada pula perusahaan yang mengalami profitabilitas rendah akan tetapi justru membagikan dividen yang tinggi, hal ini dikarenakan untuk membuat investor tertarik karena investor menyukai dividen yang tinggi. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tentang kebijakan dividen. Peneliti-peneliti terdahulu sudah menyimpulkan bahwa kebijakan utang, profitabilitas,
likuiditas,
dan
kesempatan
investasi
secara
signifikan
mempengaruhi kebijakan dividen (Nuringsih, 2005; Prabawa, 2006; Suharli, 2007; Dewi, 2008; Puspita 2009; Tarigan dan Sigiharto, 2010; dan Sari, 2010). Pada tingkat penggunaan utang yang tinggi, perusahaan cenderung membagikan dividen yang rendah, dengan keputusan ini perusahaan masih memiliki laba ditahan yang digunakan untuk menutup utang (Nuringsih, 2005).
Kebijakan
dividen dapat juga berhubungan dengan kesempatan investasi. Salah satu persamaan antara kebijakan dividen dan keputusan investasi adalah keduanya sama-sama bersumber dari laba perusahaan. Laba perusahaan akan dipergunakan
2
untuk membayar dividen kepada para pemegang saham dan sisanya akan ditahan sebagai laba ditahan (retained earnings) yang akan digunakan untuk investasi perusahaan yang nantinya akan berguna untuk pertumbuhan perusahaan pada masa yang akan datang. Sebagian besar pembayaran dividen dilakukan dengan kas dari perusahaan tersebut sehingga likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen. Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen karena dividen merupakan arus kas keluar maka semakin besar posisi kas dan likuiditas menyeluruh dari perusahaan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen (Van Horne, 1998, hal 37 dalam Prabawa, 2006). Apabila perusahaan tidak likuid maka hal ini akan mempengaruhi pembayaran dividen. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nuringsih, 2005; Prabawa, 2006; Suharli, 2007; Dewi, 2008; Puspita, 2009; Tarigan dan Sigiharto 2010; dan Sari, 2010. Adapun pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) dalam penelitian ini menambah variabel baru yaitu jenis industri, karena setiap jenis sektor industri perusahaan masing-masing membagikan dividen yang berbeda-beda. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan ke dalam beberapa sektor industri bedasarkan kegiatan operasionalnya dan juga perkembangan saham-saham perusahaan, karena harga saham dipengaruhi oleh kondisi industri yang bersangkutan. Pengelompokkan perusahaan tersebut dapat melihat risiko perusahaan, melalui persaingan, atau proses operasi perusahaannya (Yohana, 2009). Misalnya, risiko operasi perusahaan manufaktur lebih tinggi, karena siklus yang lebih panjang sehingga perputaran dana menjadi lebih lama dan dibutuhkan dana operasional yang lebih besar untuk menjalankan operasai perusahaan. Dengan proses tersebut risiko perusahaan memiliki utang yang tinggi menjadi besar. Dari sektor-sektor industri tersebut ada juga dapat terlihat perusahaan yang harga sahamnya relatif stabil dan ada yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Saham yang mempunyai harga tinggi bisa saja menjadi tidak berharga dalam
3
waktu singkat. Dengan memperhatikan hal ini, jelas risiko yang dialami juga cukup besar. Oleh karena itu dengan tingkat risiko yang besar seperti itu, investor berharap akan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi juga, salah satunya dalam bentuk dividen. Dividen bisa juga menjadi sebuah sinyal kepada investor. Apabila perusahaan tersebut membagikan dividen yang lebih tinggi dapat menunjukan bahwa kondisi perusahaan tersebut dalam kondisi yang baik dan bisa memberikan keuntungan pada masa mendatang walaupun sebenarnya kondisi perusahaan memiliki risiko industri yang cukup tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Modigilani dan Miller dalam Atmaja LS (2003) dengan ”signalling theory”-nya yang menyatakan bahwa kenaikan dividen biasanya merupakan suatu ”sinyal” kepada investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Maka dari itu peneliti tertarik apakah pengklasifikasian industri tersebut berpengaruh terhadap pembagian hasil keuntungan atau dividen kepada para pemegang saham; (2) Pengambilan data penelitian-penelitian sebelumnya hanya menggunakan sampel beberapa perusahaan saja, dalam penelitian kali ini peneliti ingin mencoba sampel dengan mengambil data seluruh perusahaan yang listing di BEI yang membagikan dividen, keculali perusahaan yang berada di sektor keuangan karena pada laporan keuangan sektor industri keuangan memiliki tipikal yaang jauh berbeda dengan perusahaan-perusahaan pada sektor industri lainnya; (3) Teknik analisis yang digunakan juga berbeda dari penelitianpenelitian sebelumnya, yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi data panel, yaitu gabungan dari data time series (antar waktu), yakni periode 20092010; dan cross section (antar individu atau antar ruang), yakni diteliti bedasarkan perusahaan beserta dengan pengklasifikasian jenis industrinya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Persoalan Penelitian Bedasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka persoalan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
4
1. Apakah kebijakan utang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan? 2. Apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan? 3. Apakah likuiditas mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan? 4. Apakah kesempatan investasi mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan? 5. Apakah jenis industri mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?
Manfaat Penelitian 1. Memberikan sumbang saran dan informasi tambahan pengetahuan terutama dalam hal pengambilan kebijakan dividen yang harus dilakukan manajemen perusahaan yang terkait dengan variabel kebijakan utang, profitabilitas, kesempatan investasi, likuiditas dan jenis industri. 2. Memberikan masukan dan tambahan bahan pertimbangan bagi investor untuk menentukan pilihan dan strategi investasi pada suatu perusahaan baik itu untuk semua jenis perusahaan.
Landasan Teori dan Perumusan Masalah Teori Kebijakan Dividen Dividen dapat diartikan sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah sahan yang dipegang oleh masingmasing pemilik (Stice et al, 2005 dalam Suharli, 2004). Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham (Hanafi, 2004). Ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi dalam pembayaran dividen. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi untuk menentukan kebijakan dividen yang optimal bagi perusahaan. Bringham dan Weston (1990:198-2010) dan Atmaja, LS (2003:285-287) mengkaji beberapa kebijakan dividen : a) Teori ”The Bird in the Hand” Gordon dan Litner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika Dividen Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka
5
menerima dividen daripada capital gain (Atmaja LS 2003:287). Jadi investor memandang keuntungan yang di dapat dari pembayaran dividen lebih pasti daripada keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga saham (capital gain). b) Teori ”Signaling Hypotesis” Modigilani dan Miller dalam Atmaja LS (2003) berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen biasanya merupakan suatu ”sinyal” kepada investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang, sebaliknya suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini invstor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di waktu mendatang.
c) Teori Residual Dividen Teori ini menyatakan, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang telah menguntungkan telah habis didanai. Para investor lebih menyukai jika perusahaan menahan keuntungannya untuk diinvestasikan lagi, dibandingkan jika keuntungan itu diberikan berupa dividen (Widayanti, 2009). Jadi teori ini menjelaskan bahwa dividen yang dibayarkan kepada pihak investor merupakan dana sisa (residu) dari kegiatan-kegiatan investasi yang telah didanai. Jadi dalam penelitian ini menggunakan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) sehingga dalam penelitian ini memfokuskan kepada foktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dividen. Proksi dividen dalam penelitian ini menggunakan DPR, yaitu Dividen dibagi dengan Earning After Tax.
Teori Keagenan Manajer dan pemegang saham merupakan orang yang berbeda. Manajer dipandang sebagai agen dari pemilik atau pemegang saham (Widayanti, 2009). Seringkali managemen dan pemegang saham memiliki kepentingan yang berbeda dan bertentangan sehingga dapat terjadi konflik di dalamnya. Kebijakan dividen terkait dengan hubungan antara manajer dengan pemegang saham yang memiliki
6
kepentingan berbeda diantaranya manajer menghendaki pembagian dividen kecil karena perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk membayar utang perusahaan yang tinggi, atau perusahaan membutuhkan dana yang besar juga untuk mendanai kegiatan investasinya, sementara para pemegang saham menghendaki pembagian dividen yang besar. Perbedaan antara kepentingan pemilik atau pemegang saham dan kepentingan manajer tersebut menimbulkan apa yang disebut dengan masalah keagenan (agency problem) (Widayanti, 2009).
Kebijakan Utang Rasio manajemen utang adalah seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang, atau pengungkit keuangan (financial laverage) (Bringham dan Houston, 2004:101). Financial laverage menunjukan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya (Sartono RA, 2001:120). Rasio total utang terhadap total aktiva, yang umumnya disebut sebagai rasio utang (debt ratio), akan mengukur persentase dari dana yang diberikan para kreditur (Bringham dan Houston, 2004:103). Semakin tinggi rasio hutang ini menunjukan bahwa sebagian aktivitas operasi perusahaan didanai dari pinjaman utang. Oleh karena itu ketergantungan perusahaan kepada pihak eksternal (kreditur) juga tinggi yang mengakibatkan biaya utang (biaya bunga) yang harus diberikan kepada kreditur juga semakin besar. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap profitabilitasnya.
Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono RA, 2001:122). Puspita (2009) menyatakan Return On Asset adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya yang diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap total asetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian rasio ini yang nantinya
7
dipakai oleh investor atau pemegang saham untuk melihat keuntungan yang akan diterima, baik yang secara langsung dibagikan dalam bentuk dividen, ataupun keuntungan tersebut diinvestasikan lagi ke dalam perusahaan dalam bentuk laba ditahan.
Likuiditas Aktiva liquid (liquid asset) adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga pasar yang berlaku (Bringham dan Houston, 2004:95). Aktiva-aktiva liquid tersebut dapat dianalisis untuk dapat memberikan sebuah ukuran likuiditas yang cepat dan mudah untuk digunakan, yaitu dengan menganalisis rasio dengan menghubungkan jumlah kas dengan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Posisi likuiditas dapat mempengaruhi dalam pembagian dividen, karena dividen merupakan salah satu arus kas keluar (cash outflow), jadi semakin tinggi posisi likuiditas perusahaan semakin besar kemungkinan perusahaan membayar dividen.
Kesempatan Investasi Apabila kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi (Suharli, 2007). Dana yang didapat dari profit perusahaan akan digunakan untuk mendanai kegiatan investasi yang menguntungkan daripada dibagikan dalam bentuk dividen. Investment Opportunity Set (IOS) adalah set kesempatan investasi yang merupakan pilihan investasi di masa yang akan datang dan mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva dan ekuitas (Sari, 2010). Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah market to book value of asset ratio. Proksi ini dipilih karena nilai pasar mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva dan kesempatan investasi di masa yang akan datang (Tjandra, 2005 dalam Sari, 2010).
8
Jenis Industri Profil perusahaan telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan jadi luas pengungkapan dalam laporan tahunan mungkin tidak sama untuk semua sektor ekonomi (Erdanu, 2010). Perusahaan-perusahaan publik yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) diklasifikasikan menurut sektor industri yang telah ditetapkan oleh BEI. Istilah industri sering diidentifikasikan sebagai kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah (bahan baku) menjadi barang setengah jadi atau barang mentah menjadi barang jadi. Menurut Ruhimat dan Mustar (2008) industri dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan bersifat komersial untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perusahaan-perusahaan publik yang tercatat di dalam Bursa Efek Jakarta (BEI) diklasifikasikan menurut sektor industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut dengan Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA). JASICA indeks tahun 2010 mengelompokan perusahaan-perusahaan tersebut ke dalam sembilan sektor industri, yaitu (1) Sektor Pertanian (Agriculture); (2) Sektor Pertambangan (Mining); (3) Sektor Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and Chemicals); (4) Sektor Aneka Industri (Miscellaneous Industry); (5) Sektor Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods Industry); (6) Sektor Properti dan Real Estate (Property and Real Estate); (7) Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi (Infrastucture, Utilities and Transportation); (8) Sektor Keuangan (Finence); dan yang terakhir, (9) Sektor Perdagangan Jasa dan Investasi (Trade, Service, and Investment). Dalam penelitian ini tidak dimasukan perusahaan sektor keuangan karena laporan keuangan perusahaan dari jenis industri keuangan memiliki karakteristik yang berbeda dari perusahaan-perusahaan di sektor industri lainnya. Jadi dalam penelitian ini hanya menggunakan delapan jenis industri saja.
9
Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Kebijakan Utang terhadap Kebijakan Dividen Dalam penelitian Nuringsih (2005), menunjukan bahwa penggunaan utang yang tinggi, perusahaan cenderung membayar dividen rendah, dengan keputusan ini perusahaan masih memiliki laba ditahan yang digunakan sebagai cadangan menutup utang. Kebijakan dividen rendah berdampak positif bagi pihak kreditur karena kepentingan mereka diperhatikan karena sebagian laba yang diperolah digunakan untuk melaksanakan kewajibannya kepada kreditur. Sebaliknya, perusahaan dengan utang rendah pembagian dividen kepada pemegang saham cenderung lebih tinggi karena perusahaan memiliki beban bunga yang kecil sehingga laba perusahaan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Bedasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah: H1:
Kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Profitabilitas terhadap kebijakan dividen Menurut Puspita (2009) profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen karena peningkatan profitabilitas (ROA) disebabkan laba yang dihasilkan berupa earning after tax juga mengalami kenaikan, sehingga perusahaan yang memiliki laba yang besar akan menentukan kebijakan dividen kepada pemegang saham yang lebih besar. Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen dibagikan lebih besar apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang besar juga. Jadi semakin besar keuntungan yang diperoleh maka semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Bedasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H2:
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
10
Likuiditas terhadap kebijakan dividen Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen karena dividen merupakan arus kas keluar maka semakin besar posisi kas dan likuiditas menyeluruh dari perusahaan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen (Van Horne, 1998, hlm.37 dalam Prabawa, 2006). Apabila perusahaan tidak likuid maka hal ini akan mempengaruhi pembayaran dividen kepada pemegang saham. Berdasarkan dari uraian tersebut hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H3:
Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen Dalam penelitian Suharli (2010) kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan apabila kondisi perusahaan sedang memiliki kesempatan investasi yang baik maka setiap dana yang tersedia di perusahaan akan cenderung digunakan untuk mendanai kegiatan investasi tersebut daripada dibagikan untuk pembayaran dividen kepada pihak investor. Bedasarkan uraian tersebut hipotesis yang diajukan adalah seperti berikut: H4:
Kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Jenis Industri terhadap Kebijakan Dividen Bedasarkan teori yang diuraikan sebelumnya, bahwa pengelompokan industri bedasarkan dengan kegiatan operasionalnya, dan juga perkembangan sahamsaham perusahaan, karena harga saham dipengaruhi oleh kondisi industri yang bersangkutan. Pengelompokkan perusahaan tersebut dapat melihat risiko perusahaan, melalui persaingan, atau proses operasi perusahaannya (Yohana, 2009). Misalnya, risiko operasi perusahaan manufaktur lebih tinggi, karena siklus yang lebih panjang sehingga perputaran dana menjadi lebih lama dan dibutuhkan dana operasional yang lebih besar untuk menjalankan operasai perusahaan. Dengan proses tersebut risiko perusahaan memiliki utang yang tinggi menjadi besar. Dari sektor-sektor industri tersebut ada juga dapat terlihat perusahaan yang harga sahamnya relatif stabil dan ada yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Saham yang mempunyai harga tinggi bisa saja menjadi tidak berharga dalam
11
waktu singkat. Dengan memperhatikan hal ini, jelas risiko yang dialami juga cukup besar. Oleh karena itu dengan tingkat risiko yang besar seperti itu, investor berharap akan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi juga, salah satunya dalam bentuk dividen. Jadi hipotesis yang dapat ditarik adalah : H5:
Jenis Industri berpengaruh terhadap kebijakan dividen
Gambar 1 Model Penelitian untuk menduga pengaruh kebijakan utang, profabilitas, likuiditas, kesempatan investasi, dan jenis industri terhadap kebijakan dividen.
Kebijakan Utang
Profitabilitas
Likuiditas
Kebijakan Dividen
Kesempatan Investasi Jenis Industri
12
Metodelogi Penelitian Pada bagian ini dijelaskan tentang jenis dan sumber data,
penentuan
populasi beserta teknik pengambilan sampelnya, variabel penelitian dan pengukurannya, dan teknik analisisnya.
Jenis dan Sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2010 serta data dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode 2010. Dalam rangka penulisan skripsi ini, periode waktu yang digunakan untuk pengamatan selama 2 tahun berturut-turut.
Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006 dalam Guntur, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI sesuai dengan pengklasifikasian BEI periode 2009-2010 kecuali perusahaan-perusahaan yang berada di sektor keuangan. Sampel merupakan bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang diharapkan memiliki karakteristik yang sama dengan populasi (Sekaran, 2003 dalam Sari, 2010). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu purposive sampling untuk mewakili populasi. Sampel yang didapatkan harus memenuhi kriteria yaitu sebagai berikut : 1. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan 2 tahun berturut-turut, yaitu tahun tahun 2009 sampai dengan 2010 2. Perusahaan yang membagikan dividen berturut-turut pada periode 20092010 3. Perusahaan yang memiliki informasi keuangan (ROA, total asset lancar, total utang lancar, kapitalisasi pasar, jumlah saham yang beredar dan closing price) pada periode 2009-2010.
13
Pengukuran variabel Variabel dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Proksi yang digunakan adalah Dividen Payout Ratio (DPR), kerena dividen yang dimaksud adalah bagian dari laba bersih yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham (Suharli, 2007, dan Sari, 2010) Dividen Payout Ratio (DPR) =
Variabel independen Dalam penelitian ini menggunakan 5 variabel independen, baik berpengaruh secara positif maupun negatif. Variabel-variabel tersebut adalah, kebijakan utang, profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi dan jenis industri, yang diproksikan dengan “Debt to Asset Ratio (DAR)” untuk kebijakan utang, “Return on Aset (ROA)” untuk profitabilitas, “Cash Ratio” untuk likuiditas, “Market to Book Value Asset (MBVA)” untuk kesempatan investasi, dan untuk variabel jenis industri di-coding dengan menggunakan kode jenis industrinya sesuai dengan pengklasifikasian oleh BEI. Berikut ini adalah perhitungan dari proksi variabel-variabel tersebut: DAR
=
ROA
=
Cash Ratio
=
MBVA
=
Keterangan :
14
Nilai Pasar
(Total Aset – Total Ekuitas) + (jumlah saham yang beredar
=
x closing price) Nilai Buku Aset
=
Total Aset
Teknik Analisis Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan regresi data panel, yaitu gabungan dari data time series (antar waktu) dan cross section (antar individu atau antar ruang), sehingga regresi dengan menggunakan data panel disebut dengan model regresi data panel (Gujarati, 2003). Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan software Limdep. Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang diajukan mengenai hubungan variabel dependen yang diwakili oleh rasio pembayaran dividen dan variabel independen yang diwakili kebijakan utang, profitabilitas, posisi likuiditas, kesempatan investasi dan jenis industri dengan menggunakan beberapa pengujian yang dikemukakan dengan model regresi data panel. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian statistik deskriptif dan regresi data panel dengan sebelumnya melakukan uji Hausman untuk menentukan tehnik fixed effect atau random effect yang digunakan untuk menguji regresinya. Adapun model persamaan yang digunakan dan akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : DPR =
+
DAR +
ROA +
Cash Ratio +
MBVA +
JENIS + e
Analisis Dan Pembahasan Gambaran umum objek penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010. Berdasarkan kriteria sampel yang dikumpulkan maka diperoleh 70 perusahaan yang memenuhi kriteria. Pada penelitian ini, data diperoleh berdasarkan pada tahun penelitiaan bukan bedasarkan jumlah perusahaan.
15
Pada tabel ini di bawah ini disajikan hasil seleksi sampel dengan metode purposive sampling, yaitu :
Tabel 1. Seleksi Sampel
Keterangan Jumlah awal perusahaan listing BEI
Jumlah 431
Pelanggaran kriteria 1: Perusahaan tidak mengeluarkan laporan keuangan selama 2 tahun berturut-turut, yaitu tahun 2009 sampai dengan 2010
7
Pelanggaran kriteria 2: Perusahaan tidak membagikan dividen berturut-turut pada periode 2009-2010
282
Pelanggaran kriteria 3: Perusahaan tidak memiliki salah satu informasi keuangan (ROA, Current Ratio, DAR, total aset, total ekuitas, jumlah saham yang
72
beredar dan closing price (perusahaan di sektor keuangan)
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
70
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
Pembahasan Penelitian ini menguji hipotesis yang dikemukakan dengan model analisis regresi data panel. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian Statistik Deskriptif, dan uji Hausman untuk menentukan apakah yang dipakai tehnik fixed effect atau random effect.
16
Tabel 2 Pengujian statistik Deskriptif
Variabel
Mean
Std. Dev.
Minimum
Maximum
Cases
DPR
0.38
0.31
0.001
1.51
140
DAR
0.41
0.18
0.009
0.89
140
ROA
0.12
0.10
0.008
0.82
140
CR
2.79
3.15
0.17
27.20
140
MBVA
2.58
3.13
0.38
18.51
140
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
Dari tabel di atas menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 140 sampel data, yaitu dari 70 data observasi perusahaan selama dua tahun. Tabel di atas juga menunjukan bahwa rata-rata masing-masing variabel-variabel menunjukan angka positif. Dari 140 sampel tersebut dapat diketahui variabel dividen (DPR) mempunyai mean 0.38 dan standar deviasi sebesar 0.31. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata perusahaan sampel membagikan dividen pada tingkatan yang cukup tinggi yaitu 38% dari laba yang dimiliki, padahal rata-rata profitabilitas (ROA) sampel perusahaan hanya sebesar 12%. Nilai minimum DPR yaitu 0,1% yaitu pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk, sedangkan nilai maksimumnya 151% yaitu dialami oleh PT GoodYear Indonesia Tbk. Profitabilitas terendah didapat dari PT Sumi Kabel Indonesia Tbk, yaitu hanya sebesar 0.8%, sedangakan profitabilitas tertinggi didapat dari PT Petrosa Tbk yaitu mencapai 82%. Variabel kebijakan utang (DAR) memiliki nilai rata-rata 0.41 dan standar deviasi sebesar 0.41. Hal ini menunjukan bahwa satu utang perusahaan akan ditanggung oleh aset sebesar 0.41. Ini menunjukan bahwa sampel perusahaan mempunyai rata-rata tingkat utang yang cukup tinggi, yaitu sebesar 41%. Dilihat dari rata-rata ketiga variabel, yaitu DPR, ROA, dan DAR, menunjukan bahwa walaupun rata-rata perusahaan memiliki tingkat utang yang lebih tinggi dari profitabilitasnya, perusahaan mampu juga memberikan dividen pada tingkat yang 17
cukup besar. Hal ini mengindikasikan bahwa perushaan ingin memberikan sinyal kepada investor walaupun perusahaan tersebut memiliki tingkat hutang yang cukup tinggi, tetapi perusahaan tersebut masih layak untuk diinvestasikan karena masih dapat memberikan tingkat pengembalian yang cukup besar. Nilai maksimum DAR perusahaan sebesar 89% yang dialami oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk, yang menunjukan bahwa aset PT Multi Bintang Indonesia Tbk sebagian besar didapat karena melakukan pinjaman yaitu sebasar 89%, terlihat pada laporan keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2009
(lihat
lampiran 8) yang memilki total aset sebesar Rp. 993.465 juta tetapi memiliti total utang sebesar Rp. 888.122 juta. Nilai minimum DAR dialami oleh PT Sampoerna Agro Tbk yaitu sebesar 0.9%. Variabel likuiditas (CR) memiliki nilai rata-rata 2.79 dan standar deviasi sebesar 3.15. Hal ini menunjukan bahwa variabel CR memiliki sebaran yang cukup besar karena standar deviasi lebih besar daripada nilai rata-ratanya. Ratarata perusahaan memiliki nilai likuiditas sebesar 2.79 kali, yang artinya bahwa setiap utang lancar dapat dibiayai oleh aset lancar sebanyak 2.79 kali. Pada PT Gudang Garam Tbk, memiliki nilai maksimum yang tinggi, yaitu sebesar 27.2 kali, dan CR tingkat minimum didapat pada PT Duta Graha Indah Tbk, yaitu sebesar 0.17 kali. Variabel kesempatan Investasi (MBVA) memiliki nilai rata-rata 2.58 dan standar deviasi sebesar 3.13. Hal ini juga menunjukan bahwa variabel MBVA memiliki sebaran yang cukup besar karena standar deviasi lebih besar daripada nilai rata-ratanya. Rata-rata perusahaan memiliki kesempatan investasi sebesar 2.58 kali, yang berarti harga pasar lebih besar 2.58 kali daripada nilai buku asetnya. Untuk nilai minimum variabel MBVA perusahaan sampel sebesar 0.38 (PT Colorpak Indonesia Tbk) dan nilai maksimumnya sebesar 18.51 (PT Perusahaan Gas Negara Persero). Untuk variabel jenis industri, informasi tentang sampel dapat dilihat dari tabel berikut:
18
Tabel 3 Jumlah Sampel Jenis Industri
Kode Jenis
Jenis Industri
1 Pertanian 2 Pertambangan 3 Industri Dasar dan Kimia 4 Aneka Industri 5 Industri Barang Konsumsi 6 Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan 7 Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi 8 Perdagangan Jasa dan Investasi Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
Jumlah perusahaan
Jumlah yang membagikan dividen
Persentase
21 30 64 48 35 61 29 71
3 5 16 14 16 9 2 5
14.29% 16.67% 25.00% 29.17% 45.71% 14.75% 6.90% 7.04%
Dari tabel di atas menunjukan bahwa angka 1 (satu) sampai dengan 8 (delapan) pada kolom kode jenis industri (JENIS) menunjukan klasifikasi sektor industri dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis-jenis industri tersebut diberi kode angka 1 sampai dengan 9 sebagai berikut secara berurutan adalah: (1) Pertanian; (2) Pertambangan; (3) Industri Dasar dan Kimia; (4) Aneka Industri; (5) Industri Barang Konsumsi; (6) Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan; (7) Infrastruksur, Utilitas dan Transportasi; serta (8) Perdagangan, jasa dan Investasi. Untuk sektor keuangan tidak dimasukan ke dalam penelitian karena ada beberapa faktor yang kurang informatif dalam pengolahan data penelitian ini. Seperti di dalam laporan keuangan perusahaan sektor keuangan tidak mengklasifikasikan nilai aset lancar dan aset tetap, sehingga dalam perhitungan current ratio-nya tidak bisa dilakukan. Dari tabel di atas juga menunjukan bahwa jenis industri yang memiliki proporsi paling banyak mengeluarkan dividen selama 2 (dua) tahun berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan 2010 adalah dari jenis industri Barang Konsumsi, yaitu sama-sama sebesar 45.71% atau 16 perusahaan dari 35 perusahaan yang membagikan dividen dalam kurun waktu tersebut, sedangkan yang paling sedikit membagikan dividen selama kurun waktu 2009-2010 adalah dari jenis industri Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, yaitu hanya 6.9% dari 19
total perusahaan yang berada pada sektor industri Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi.
Pengujian hipotesis Dalam pengujian hipotesis ini DAR, ROA, CR MBVA, dan JENIS sebagai variabel bebas (independent variable) dan DPR sebagai variabel terikat (dependent variable). Untuk menentukan tehnik analisis regresi data panel memakai tehnik fixed effect atau random effect, maka dilakukan uji Hausman (dapat dilihat dilampiran). Hasil uji Hausman untuk mengetahui tehnik yang digunakan, yaitu sebagai berikut : Ho : Random Effect Ha : Fixed Effect Hasil pengujian Hausman menghasilkan nilai P-Value = 0.163906 yang artinya, p-value>α, Ho diterima (lihat di lampiran 5), jadi dalam pemilihan tehnik analisis regresi dalam pengujian ini digunakan tehnik random effect. Rangkuman hasil data dengan tehnik random effect ditunjukan pada tabel berikut: Tabel 4 Hasil Uji Regresi Data Panel 2009-2010 (Random effect) Variabel Koefisiensi
Standard Error
b/St.Er.
P[|Z|>z]
Mean of X
DAR
-0.391
0.168
-3.097
0.020*
0.413
ROA
0.547
0.278
1.966
0.049*
0.129
CR
-0.003
0.008
-0.412
0.680
2.796
MBVA
0.0003
0.009
0.042
0.966
2.586
JENIS
0.013
0.017
0.797
0.425
4.428
keterangan: * Signifikan 5% (P-value < 0.05) Sumber : data sekunder yang diolah, 2012 Bedasarkan tabel diatas, maka uji regresi data panel dari perusahaan sampel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : Hasil analisis untuk menduga pengaruh yaitu kebijakan dividen yang diproksikan oleh DAR terhadap kebijakan dividen yang diproksikan oleh DPR.
20
H1 dalam penelitian ini diterima karena DAR memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dan memiliki nilai koefisiensi negatif. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan penelitian terdahulu yaitu Nuringsih (2005), Dewi (2008), dan Sari (2010) yang menyebutkan bahwa DAR mempengaruhi DPR secara signifikan. Hal ini menunjukan bahwa apabila perusahaan memiliki tingkat utang yang tinggi maka dana yang dimiliki perusahaan akan digunakan untuk pembayaran kewajiban kepada kreditur terlebih dahulu daripada digunakan untuk pembayaran dividen kepada pihak investor. Bedasarkan tabel hasil analisis tersebut, pengujian
dilakukan terhadap
profitabilitas (ROA) diperoleh nilai signifikan lebih kecil dari nilai signifikansi 0.05 dan memiliki nilai koefisien positif. Dengan demikian hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan bahwa profitabilitas (ROA) yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. ROA mengalami peningkatan karena laba yang dihasilkan (earning after tax) juga mengalami kenaikan, dengan begitu aliran kas yang masuk ke perusahaan juga mengalami peningkatan sehingga dana untuk mensejahterakan para pemegang saham melalui dividen juga meningkat, jadi perusahaan yang memiliki profitabilitas atau aliran kas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal sebaliknya akan terjadi jika aliran kas atau profitabilitasnya tidak baik. Hasil analisis ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa penghasilan yang tinggi melalui aset yang dimiliki yang tercermin dari ROA menunjukan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen (Puspita, 2009). Hasil pengolahan data juga menunjukan bahwa likuiditas perusahaan yang diproksikan oleh current ratio tidak memiliki nilai signifikan lebih besar dari nilai signifikansi 0.05, yang menunjukan bahwa hipotesis ditolak, artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan dari likuiditas terhadap dividen payout ratio. Current ratio menunjukan bahwa seberapa besar utang jangka pendek perusahaan dapat dijamin dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan. Investor ingin menginvestasikan sebagian dananya dengan mengharapkan keuntungan yang
21
didapat dalam jangka waktu yang panjang. Maka dari itu hal yang diperhatikan investor tidak hanya dengan kemampuan perusahaan membayar utang jangka pendeknya, melainkan kewajiban jangka panjangnya tentu juga menjadi perhatian bagi para investor. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Tarigan dan Sigiharto (2010) yang menyebutkan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan current ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Hal ini
mengindikasikan bahwa current ratio tidak dipertimbangkan dalam kebijakan manajemen mengeluarkan dividen. Pengujian selanjutnya dilakukan terhadap variabel kesempatan investasi yang diproksikan dengan Market to Book Value Asset. Dari hasil perhitungan analisis regresi data panelnya dapat diperoleh bahwa nilai signifikan lebih besar dari nilai signifikansi 0.05, yang berarti bahwa veriabel kesempatan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, maka H4 ditolak. Secara umum perusahaan sampel adalah perusahaan yang mapan yang sudah beroperasi dalam kurun waktu yang lama, sehingga walaupun perusahaan memiliki kesempatan investasi yang besar, perusahaan tidak akan mengubah atau mengurangi proporsi pembagian dividen karena telah memiliki banyak cadangan laba ditahan (retained earning). Hasil ini sesuai dengan penelitian Sari (2010) yang menyebutkan bahwa kesempatan investasi tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Variabel jenis industri ternyata tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap dividen payout ratio yang ditunjukan pada hasil analisis regresi data panel memiliki nilai signifikan diatas nilai signifikansi 0.05. Hal ini disebabkan karena variabel jenis industri diukur hanya bedasarkan kode jenis industri saja, tidak diklasifikasikan bedasarkan risiko atau hal-hal lain yang mempengaruhi masing-masing jenis industri tersebut. Variabel jenis industri ini diuji secara langsung tanpa memperhatikan variabel perantaranya yang mungkin bisa menjadi faktor pendukung dalam pengklasifikasian jenis industri oleh BEI, seperti risiko atau kondisi pasar dari masing-masing industri tersebut. Inilah yang mungkin membuat hasil regresinya menjadi tidak signifikan.
22
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Bedasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan terhadap permasalahan penelitian yang diajukan dengan sampel penelitian, dimana jumlah sampel yang digunakan yaitu 70 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia namun bukan perusahaan jenis industri perbankan dan keuangan lainnya, maka dapat ditarik kesimpulan:
Variabel kebijakan utang (DAR) berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen (dividen payout ratio). Hal ini membuktukan bahwa apabila perusahaan memiliki utang yang tinggi cenderung akan membagikan dividen yang rendah karena perusahaan memiliki beban bunga yang tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh diprioritaskan kepada pihak kreditur daripada kesejahteraan pemegang saham.
Variabel profitabilitas (ROA) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen (DPR). Hal ini menunjukan bahwa perusahaan dapat membayar dividen yang lebih besar karena mengalami peningkatan profitabilitas perusahaan.
Variabel likuiditas, kesempatan investasi, dan jenis industri sama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Ini menunjukan bahwa likuiditas, kesempatan investasi, dan jenis industri tidak menjadi pertimbangan manajemen perusahaan dalam mengambil kebijakan pembayaran dividen.
Keterbatasan dan Saran Keterbatasan dalam penelitian ini adalah variabel jenis industri diukur hanya dengan menggunakan kode masing-masing jenis industri saja, tidak menggunakan variabel perantaranya yang menjadi dasar pengklasifikasian jenis
23
industri tersebut. Untuk penelitian dengan variabel jenis industri selanjutnya diuji dengan menggunakan variabel perantaranya, seperti risiko masing-masing industri, kondisi pasar masing-masing industri dan lain sebagainya.
24
DAFTAR PUSTAKA Anggara, Maulana Setya. “Hubungan Biaya Keagenan, Resiko Pasar dan Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia: 2010 Atmaja, Lukas Setia. 2003. “Manajemen Keuangan” Edisi Revisi dilengkapi soal-jawab. Yogyakarta: ANDI Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F, 2001. “Manajemen Keuangan” Edisi ke-8 Terjemahan, Jakarta: Erlangga. Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001. “Manajemen Keuangan” Edisi ke-9 Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” Edisi ke-10 Terjemahan. Salemba Empat: Jakarta Dewi, Christianty Sisca, “Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Konstitusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen” Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Vol. 10, No. I , April 2008, 47 – 58 Guzarati, Damodar N. 2003. “Basics Econometrics”. Fourth Edition. New York: Mc Graw Hill. Nuringsih, Kartika “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen” Jurnal Akuntansi Keuangan Indonesia, 2005 Puspita, Fira. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Payout Ratio” Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro: 2009
Ruhimat, Mamat, dkk. 2008. “Persiapan UN Geografi SMA/MA” Bandung: Grafindo Media Pratama Sari, Ratih Fitria, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang,
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Kebijakan
Dividen”
Investasi
dan
Kesempatan
Fakultas
Ekonomi
Universitas Sebelas Maret, Surakarta: 2010 Sartono, R. Agus. 2001. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi” Edisi 4. BPFE-UGM: Yogyakarta Suharli, Michell, “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei 2007: 9-17 Tarigan, Immi Fiska dan Sugiharto, Toto, “Influence of ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Debt to Total Asset (DTA) and Earnings Pershare on Dividend Policy (House/Dividend Payout Ratio). Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma: 2010 Warnida, Denny Yohana, “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Klasifikasi Industri, Pertumbuhan Dan Risiko Terhadap Leverage Perusahaan Publik Di Indonesia”. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang: 2009 Wahidahwati, 2002, ”Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts: Analisis Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial. Penerimaan Risiko (Risk Taking), Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividend”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi V, Hal: 601-625 Widayanti, Rita, dkk. 2009. “Manajemen Keuangan” Edisi ke-2. Salatiga: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
www.idx.co.id http://sahamok.com/pasar-modal/emiten/daftar-perusahaan-publik-terbuka-tbkemiten-bei-bursa-efek-indonesia/ http://www.duniainvestasi.com/bei/ http://pedagangsaham.com/index.php?option=com_content&view=article&id=104&Ite mid=21