SKRIPSI
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN PEMBAGIAN DIVIDEN TERHADAP ASIMETRI INFORMASI (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007)
Oleh: SOVIANA WULANDARI NIM: 10508002685
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN PEMBAGIAN DIVIDEN TERHADAP ASIMETRI INFORMASI (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Soviana Wulandari NIM: 105082002685
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. NIP. 131 474 891
Pembimbing II
Rini, SE., Ak., M.Si NIP. 150 370 231
Hari ini Rabu Tanggal 17 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Soviana Wulandari NIM: 105082002685 dengan judul Skripsi “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kebijakan Pembagian Dividen Terhadap Asimetri Informasi (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juni 2009
Tim Penguji Komprehensif
Amilin, SE., Ak., M.Si. Ketua
Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si. Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Penguji Ahli
Hari ini Kamis Tanggal 8 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Soviana Wulandari NIM: 105082002685 dengan
judul
Skripsi
“Pengaruh
Mekanisme
Corporate
Governance
dan
Kebijakan Pembagian Dividen Terhadap Asimetri Informasi (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2005-2007)”.
penampilan
Memperhatikan
mahasiswa
tersebut
selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 Oktober 2009
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr.Abdul Hamid, MS I
Rini, SE., Ak., M.Si. Penguji Penguji II
Amilin, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN PEMBAGIAN DIVIDEN TERHADAP ASIMETRI INFORMASI (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007)
RINI Dosen Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
SOVIANA WULANDARI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarf Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh mekanisme corporate governance dan kebijakan pembagian dividen terhadap asimetri informasi. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini di-proxy dengan kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, dan pengungkapan transparansi. Sedangkan untuk variabel asimetri informasi di-proxy dengan bid-ask spread. Penelitian ini menggunakan metode content analysis, yaitu metode analisis data melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari satu dokumen, dengan menggunakan instrumen penelitian, laporan good corporate governance pada laporan tahunan perusahaan dan laporan keuangan tahunan perusahaan sampel tahun 2005-2007 ditelusuri untuk mencari item-item pengungkapan transparansi, persentase kepemilikan saham institusional, jumlah komisaris independen, jumlah dewan direksi, jumlah komite audit, dividend payout ratio yang diungkapkan oleh perusahaan sampel serta laporan harga saham harian perusahaan yang digunakan untuk menghitung spread yang terjadi pada perusahaan sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Hasil uji pada penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kepemilikan saham institusional dan ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread, (2) komisaris independen, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread, (3) secara simultan atau bersama-sama variabel independen yang terdiri dari kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread. Kata kunci: mekanisme corporate governance, kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, kebijakan pembagian dividen dan asimetri informasi.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi Nama
: Soviana Wulandari
Tempat/Tanggal Lahir
: Bekasi, 24 September 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Orang Tua: 1. Ayah
: Tri Budi Santoso
2. Ibu
: Sumarmi
Anak ke dari
: 1 dari 2 bersaudara
Telepon
: 021-8821064 / 021-98656664
Alamat
: Perumahan Bulak Kapal Permai Blok FF No. 35 Tambun Selatan, Bekasi 17513.
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1991-1993
: TK. Kartika Puri Bekasi
1993-1999
: SDN Duren Jaya 01 Bekasi
1999-2002
: SMPN 2 Kota Bekasi
2002-2005
: SMUN 4 Kota Bekasi
2005-2009
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Akuntansi.
Pengalaman Organisasi Pimpinan Redaksi Majalah Sekolah : SMUN 4 Kota Bekasi OSIS
: SMUN 4 Kota Bekasi
Himpunan Mahasiswa Islam
: Komisariat UIN Jakarta
BKC
: UIN Jakarta
Divisi Acara
: Bakti Sosial ESQ 145
Pengalaman Kerja 2008
: Bank Perkreditan Rakyat Syariah Kota Bekasi
2008-2009
: KAP Junaedi, Chairul, Labib dan Rekan
i
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS AND DIVIDEND PAYOUT POLICY TOWARD ASYMMETRIC INFORMATION By: Soviana Wulandari ABSTRACT The objective of this research is to analyze the influence of corporate governance mechanisms and dividend payout policy toward asymmetric information. In this research, corporate governance mechanisms were proxied by institutional ownership, board of independent commissioner, board of director size, audit committee, and transparency. Asymmetric information was proxied by bid-ask spread. This research used content analyze method, a method for data with observation technique and analyze on content or message from document, using good corporate governance report on annual report and financial report 20052007. It was traced to find out of transparency disclosure items, percentage of institutional ownership, the composition of the company¶s board of independent commissioner, number of the company¶s board of directors, number of audit committee, transparency disclosure and dividend payout ratio that disclosed by the sample firm. Even though the company¶s daily stock price report which used to calculate spread that happened on the sample firm. Multiply regression linear was applied to analyze using descriptive statistic, classic assumption test and hypothesis test. The result showed that (1) institutional ownership and board of directors size have influence on asymmetric information that proxied by bid-ask spread, (2) board of independent commissioner, audit committee, transparency disclosure, and dividend payout policy haven¶t influence on asymmetric information that proxied by bid-ask spread, (3) all independent variables together have influence on asymmetric information that proxied by bid-ask spread. Keyword: corporate governance mechanisms, institusional ownership, board of independent commissionare, board of director size, audit committee, transparency disclosure, dividend payout policy and asymmetric information.
ii
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN PEMBAGIAN DIVIDEN TERHADAP ASIMETRI INFORMASI Oleh: Soviana Wulandari
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh mekanisme corporate governance dan kebijakan pembagian dividen terhadap asimetri informasi. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini di-proxy dengan kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, dan pengungkapan transparansi. Sedangkan untuk variabel asimetri informasi di-proxy dengan bid-ask spread. Penelitian ini menggunakan metode content analysis, yaitu metode analisis data melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari satu dokumen, dengan menggunakan instrumen penelitian, laporan good corporate governance pada laporan tahunan perusahaan dan laporan keuangan tahunan perusahaan sampel tahun 2005-2007 ditelusuri untuk mencari item-item pengungkapan transparansi, persentase kepemilikan saham institusional, jumlah komisaris independen, jumlah dewan direksi, jumlah komite audit, dividend payout ratio yang diungkapkan oleh perusahaan sampel serta laporan harga saham harian perusahaan yang digunakan untuk menghitung spread yang terjadi pada perusahaan sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Hasil uji pada penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kepemilikan saham institusional dan ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread, (2) komisaris independen, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread, (3) secara simultan atau bersama-sama variabel independen yang terdiri dari kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen berpengaruh signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread. Kata kunci: mekanisme corporate governance, kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, kebijakan pembagian dividen dan asimetri informasi.
iii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. My Lovely Parents papa Q bapak Tri Budi Santoso, mama Q ibu Sumarmi dan My Lil Brother (Sovyan Afandy) yang selalu menjadi motivasi dan semangat terbesar dalam diri penulis. Ini kado istimewa pertama dari mbak untuk mama dan papa… terima kasih atas semua do’a, tangis, sujud, dan kasih sayang kalian selama ini. 2. Keluarga besar Gito Atmodjo: Pakdhe Budi, Budhe Richi (Madam), Tante Ari (Bunda), Om Nur, Mbak Ika, De’ Kiki, Mas Dony, Mas Rasi, Mbak Sinta Dan seluruh Keluarga Besar Atmo Soekarto….terima kasih banyak untuk nasihat, support, dan perhatiannya. 3. Keluarga Mamaku: Mbah Kung, Mbah Putri, Mbah uYut, Lik Is, Om Min, Lik Sri, Via, Mas Inuk, Lik Atun. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial sekaligus pembimbing 1 skripsi penulis. 5. Ibu Rini SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
iv
6. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak., M. Si, selaku Sekretaris Jurusan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan penguji komprehensif penulis. 8. Bapak Amilin SE, Ak., M.Si, selaku Dosen Penguji Komprehensif dan Penguji Skripsi penulis. 9. Dosen Jurusan Akuntansi: Pak Hepi, Bu Rahma, Pak Masrul, Pak Cebba, Bu Nurul, Bu Hary, Pak Fuad, dan dosen akuntansi lainnya yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama ini. Serta seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu urusan administrasi penulis. 10. Sahabatku Dina Septiani dan Gina Karlina, we’re still ³The Power Puff Girls´ dan perjalanan Tiga Wanita belum berakhir. Tetap letakkan semua harapan dan cita-cita qt 5 cm di depan kening qt. 11. Kawan-kawan sepermainan kecilku Kak Lia, Kak Ledy, Shella, Meikha, Sari yang selalu memberi semangat dan info-info. 12. Tetangga-tetanggaku di Bulak
Kapal
Permai terima
kasih
atas
perhatiannya, walau mama dan papa di Solo aku tetep merasa kalian seperti orang tua dan keluargaku di Bekasi. 13. Teman-teman ‘seperjuangan kompre’ : Epi, Ita, Fifi, Ratih, Urfy dan Lili, qt terus saling mendukung ya kawan… 14. Temen-temen akunt C’05 : walau cita-cita kita buat jalan-jalan lum kesampean ‘Yang Penting Kompak’. 15. Anak-anak ‘Akmen’05’ : ga nyangka klo bakal dapet temen-temen yang menyenagkan seperti kalian. Muv ya gw galak waktu jadi bendahara, maklum tuntutan profesi. 16. Santi, rika (burki), aRif F, Yuli, Erna, Andi, defi, Yenti, Berlian_thanks buat data, sharing info dan bantuannya selama penyusunan skripsi. 17. Anak nongkrong kampuz Kamal, Ade Konde, Samsul, Heri, Nandar, Irfan, Bang Syarif, Rohli, Amung kapanpun dimanapun adalah moment, seru
v
bisa main sama kalian, ga cuma seneng tapi banyak cerita, ilmu dan pengalaman yang bisa jadi motivasi n semangat buat diriku. Kapan-kapan qt jalan-jalan lagi yo…. 18. In d Kost Soulmate: Ara, Indri, Iffah…dari asrama mpe kosan jadi harihari yang ga terlupakan sama kalian. Aku kangen kalian… 19. Keluarga alumni SMUN 4 Bekasi “soul community’(IPA 4) n ‘X.25’: lagi bt…lagi seneng…lagi susah…tetep ngumpul… 20. Sahabat-sahabatku lainnya dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala doa, dukungan, dan bantuannya.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, Juli 2009 Penulis,
Soviana Wulandari
vi
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul Lembar Pengesahan Skripsi Lembar Pengesahan Uji Komprehensif Lembar Pengesahan Uji Skripsi Daftar Riwayat Hidup…………………………………………………………
i
Abstract .......................................................................................................
ii
Abstrak ........................................................................................................
iii
Kata Pengantar ..........................................................................................
iv
Daftar Isi......................................................................................................
vii
Daftar Tabel ................................................................................................
x
Daftar Gambar............................................................................................
xi
Daftar Lampiran .........................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang ....................................................................
1
B.
Rumusan Masalah ...............................................................
5
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
7
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka..........................................................................
10
1. Corporate Governance ...........................................................
10
a. Definisi Corporate Governance…………………………...
10
b. Tujuan Corporate Governance .........................................
13
c. Manfaat Corporate Governance........................................
14
d. Prinsip-Prinsip Corporate Governance .............................
15
e. Kepemilikan Institusional .................................................
18
f. Komisaris Independen ......................................................
19
g. Ukuran Dewan Direksi .....................................................
22
h. Komite Audit ....................................................................
25
i. Transparansi .....................................................................
31
vii
2. Kebijakan Pembagian Dividen................................................
34
a. Definisi Dividen ...............................................................
34
b. Jenis-jenis Dividen ...........................................................
35
c. Dividend Signalling Theory ..............................................
36
3. Asimetri Informasi ..................................................................
38
a. Definisi Asimetri Informasi ...............................................
38
b. Tipe Asimetri Informasi.....................................................
39
c. Alat Ukur Asimetri Informasi ............................................
40
4. Mekanisme Corporate Governance dan Asimetri Informasi ....
42
5. Kebijakan Pembagian Dividend dan Asimetri Informasi ..........
43
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................
44
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................
49
D. Perumusan Hipotesis....................................................................
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
51
B. Metode Penentuan Sampel ...........................................................
51
C. Metode Pengumpulan Data ..........................................................
52
D. Metode Analisis Data…………. ..................................................
53
1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................
54
2. Uji Asumsi Klasik…................................................................. .
55
a. Uji Normalitas Data ...........................................................
55
b. Uji Multikolinearitas ..........................................................
55
c. Uji Autokorelasi.................................................................. .
56
d. Uji Heteroskedastisitas ......................................................
56
3. Uji Hipotesis……………………………………………………
57
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)……………………………..
57
b. Uji Statistik t………………………………………………..
58
c. Uji Regresi Simultan (Uji F) ..............................................
58
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................
58
1. Variabel Independen …………………………………………...
58
2. Variabel Dependen……………………………………………..
60
viii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..............................................
62
B. Hasil Analisis Data………………………………………………..
64
1. Uji Statistik Deskriptif ............................................................
64
2. Uji Asumsi Klasik……………………………………………...
68
a. Uji Normalitas……………………………………………….
68
b. Uji Multikolinearitas.............................................................
73
c. Uji Autokorelasi ...............................................................
74
d. Uji Heteroskedastisitas ……………………………… .........
76
3. Uji Hipotesis……………………………………………………
78
a. Koefisien Determinasi (AdjustedR2)....................................
78
b. Uji Individu (Uji t) ..............................................................
81
c. Uji Regresi Simultan (Uji F) ...............................................
99
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ...................................................................................
101
B. Implikasi dan Keterbatasan……………………………………….
103
Daftar Pustaka……………………………………………………………….
105
Lampiran……………………………………………………………………..
108
ix
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
2.1
Perbandingan Penelitian Sebelumnya dan Sekarang…….. ....... …
47
3.1.
Pengukuran Operasional Variabel Penelitian ........................... ....
61
4.1.
Rincian Sampel Penelitian ....................................................... …
62
4.2.
Daftar Nama Perusahaan ......................................................... …
63
4.3.
Deskriptive Statistics ............................................................... …
64
4.4.
Nilai Korelasi Hasil Pengujian Multikolinearitas ..................... …
73
4.5.
Nilai Tolerance dan VIF Hasil Pengujian Multikolinearitas ..... …
74
4.6.
Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen...
75
4.7.
Hasil Uji Autokorelasi Saat Tanggal Pengumuman Dividen……...
75
4.8.
Hasil Uji Autokorelasi Setelah Tanggal Pengumuman Dividen …..
75
4.9. 4.10.
Halaman
2
78
2
79
2
80
Hasil Analisis Adjusted R Sebelum Pengumuman Dividen……... Hasil Analisis Adjusted R Pada Tanggal Pengumuman Dividen...
4.11.
Hasil Analisis Adjusted R Setelah Pengumuman Dividen…… …..
4.12.
Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen ................................................................................... …...
81
4.13.
Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Saat Pengumuman Dividen...
83
4.14.
Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Setelah Tanggal Pengumuman Dividen ................................................................................... …...
85
4.15.
Hasil Uji Simultan Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen ... …...
99
4.16.
Hasil Uji Simultan Pada Tanggal Pengumuman Dividen…………..
99
4.17.
Hasil Uji Simultan Setelah Tanggal Pengumuman Dividen...... …...
99
x
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1.
Skema Kerangka Pemikiran.................................................. ……
49
4.1.
Hasil Uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen ….
69
4.2.
Hasil Uji Normalitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen .... ……
69
4.3.
Hasil Uji Normalitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen……
70
4.4.
Hasil uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Setelah Transformasi…………………………………………........... ……
4.5.
Hasil uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Setelah Transformasi…………………………………………........... …….
4.6.
71
71
Hasil uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Setelah Transformasi…………………………………………........... ……..
72
4.7.
Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen
76
4.8.
Hasil Uji Heteroskedastisitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen ..
77
4.9.
Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen
77
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan Halaman
1
Daftar Indikator Pengukuran Variabel……………………………
108
2
Daftar Hasil Pengumpulan Data (Pooled Data)………………….
109
3
Daftar Hasil Perhitungan Spread………………………...............
112
4
Hasil Pengujian Statistik Deskriptif……………………………..
115
5
Hasil Uji Normalitas Sebelum Pengobatan……………..............
116
6
Hasil Uji Normalitas Setelah Pengobatan……………………….
119
7
Hasil Uji Multikolinearitas………………………………………
122
8
Hasil Uji Autokorelasi…………………………………………...
123
9
Hasil Uji Heteroskedastisitas…………………………………….
125
10
Hasil Uji Regresi…………………………………………………
128
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perilaku dan kualitas keputusan investor sangat dipengaruhi oleh kualitas informasi yang dihasilkan manajemen dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan dan annual report yang dibuat oleh manajemen diharapkan dapat menjadi alat yang paling efektif untuk mengkomunikasikan informasi keuangan maupun perkembangan seluruh kegiatan operasional perusahaan dalam suatu periode kepada pihak-pihak berkepentingan di luar korporasi. Manajer sebagai pengelola (agent) dianggap memiliki informasi yang lebih
banyak mengenai informasi internal, kondisi perusahaan jangka pendek, maupun prospek perusahaan dimasa depan dari pada pemilik (pemegang saham). Berdasarkan teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara pemilik (principle) dan pengelola (agent) dalam suatu perusahaan dapat menimbulkan
masalah
keagenan
(agency
problem)
yaitu
berupa
ketidaksejajaran kepentingan antara principle dan agent dimana manajer sebagai pengelola cenderung bersikap oportunis terhadap pengungkapan informasi mengenai kondisi perusahaan seperti memanipulasi data keuangan perusahaan agar terlihat lebih “cantik” dan dapat menarik perhatian para investor. Kondisi yang demikian dikenal dengan informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (asymmetric information).
1
Asimetri informasi merupakan kondisi yang merugikan bagi investor dalam menentukan keputusan investasinya. Menurut Veronica dan Bachtiar (2003), tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang dipengaruhi oleh penilaian (judgement) dari manajer, karenanya tingkat pengungkapan memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat asimetri informasi, semakin tinggi tingkat pengungkapan penuh (full disclosure) akan mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan pengguna laporan. Terdapat pengujian pengungkapan informasi terhadap asimetri informasi seperti yang dilakukan oleh Khomsiyah dan Susanti (2003); dan Murni (2003) menyatakan bahwa pengungkapan terbagi menjadi dua, yaitu pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dan pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Penelitian ini mendapatkan hasil yang berbeda, Khomsiyah dan Susanti tidak
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara
pengungkapan dengan bid-ask spread yang dijadikan proksi untuk mengukur asimetri informasi, sementara Murni (2003) menemukan adanya pengaruh luas pengungkapan terhadap asimetri informasi yang diproksikan dengan bid-ask spread. Beberapa kasus mengenai skandal bisnis dan malpraktik manajemen menyebabkan ambruknya perusahaan-perusahaan ternama di Amerika Serikat seperti Enron, WorldCom, Merck, Lehman Brothers, dan “kawan-kawannya”. Sedangkan di Indonesia, berita kejatuhan perusahaan yang menimbulkan heboh besar beberapa saat lalu adalah goyahnya Bakrie Group (dengan holding-nya Bakrie&Brothers) menyebabkan harga sahamnya merosot secara
2
drastis pada 7 oktober 2008 senilai Rp. 2.175 perlembar, padahal diawal Juni 2008 harga sahamnya menyentuh angka Rp. 8.850 perlembar (SWA XXIV, 2009:87-89). Dengan melihat kasus-kasus tersebut, menjadi cerminan adanya ketidakterbukaan informasi, adanya ketidaksetaraan informasi, serta adanya benturan kepentingan (conflict of interest) antara agent dan principle yang tidak diungkapkan secara fair kepada publik terutama para investor. Untuk mengantisipasi terjadinya asimetri informasi, diperlukan suatu mekanisme yang dapat meminimalkan tingkat asimetri informasi yang dilakukan oleh agent kepada principle. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah praktik good corporate governance yang merupakan struktur, sistem, serta proses yang saling berintegrasi untuk mewujudkan kelima prinsip utamanya, yaitu: transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness. Untuk pelaksanaan mekanisme corporate governance yang optimal diperlukan adanya struktur yang ideal seperti: komisaris independen, komite audit, direksi, dan komite penunjang lainnya. Selain struktur yang ideal diperlukan adanya sistem yang digunakan sebagai aturan main dan kejelasan secara deskripsi serta fungsi organ yang jelas, dalam sebuah sistem yang baik diperlukan adanya pedoman tentang pelaksanaan corporate governance, sistem penilaian dan evaluasi yang efektif, serta apresiasi kerja yang dapat meningkatkan kinerja para karyawan. Telah banyak penelitian untuk menilai efektifitas penerapan mekanisme corporate governance terhadap praktik manajemen laba yang merupakan dampak dari adanya asimetri informasi,
3
seperti yang dilakukan oleh Ujiyanto dan Pramuka (2007); Iqbal dan Fachriyah (2007); Sulistyanto dan Wibisono (2003); dan Asmoro (2007). Selain pelaksanaan mekanisme corporate governance, Apriani (2005) menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan salah satu bentuk corporate action yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengkomunikasikan informasi mengenai prospek masa perusahaan bagi investor. Sejalan dengan Apriani (2005), Pramastuti (2007) mengungkapkan bahwa pengumuman dividen dianggap sebagai sinyal positif yang mengandung informasi bagi investor mengenai prospek dan kondisi perusahaan dimasa yang akan datang, serta menunjukkan tingkat asimetri informasi yang rendah. Kebijakan dividen memiliki banyak aspek daya tarik seperti mekanisme transmisi informasi, kandungan informasi atas dividen menghipotesiskan bahwa para manajer menggunakan pengumuman dividen untuk memberi sinyal perubahan dalam pengharapannya tentang prospek perusahaan yang akan datang (Aharony dan Swary, 1980) dalam Bandi dan Jogiyanto (2000). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan beberapa hasil pengujian empiris sebelumnya, maka penulis akan mencoba untuk meneliti pengaruh penerapan mekanisme corporate governance dan corporate action berupa kebijakan dividen untuk menurunkan tingkat asimetri informasi. Alasan penulis menggunakan variabel corporate governance karena pada penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa pengungkapan penuh sangat penting dalam menurunkan tingkat asimetri informasi, penulis berpendapat bahwa corporate governance dapat dijadikan sistem, struktur, serta proses yang efektif untuk dapat meningkatkan pengungkapan informasi kepada publik
4
karena mekanisme corporate governance dilaksanakan berdasarkan kelima prinsipnya sehingga asimetri informasi akan menurun. Sedangkan variabel corporate action, yaitu kebijakan pembagian dividen dipilih karena berdasarkan signalling theory, kebijakan pembagian dividen dapat dijadikan sebagai signal yang positif dari agent kepada principle atas prospek masa depan perusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis memilih judul berikut: “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kebijakan Pembagian Dividen Terhadap Asimetri Informasi (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007)”.
B. Rumusan Masalah Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan atau stakeholders. Dalam rangka ini, penciptaan kekayaan pemilik kemudian dijadikan indikator kesuksesan perusahaan dalam menciptakan nilai dan keberhasilan manajemen dalam pengelolaan perusahaan. Sumber informasi yang dapat menggambarkan keadaan perusahaan adalah laporan keuangan yang disampaikan oleh manajemen, tetapi informasi tersebut akan menjadi kurang dapat diandalkan ketika terdapat informasi yang tidak simetris antara manajer (agent) dan pemilik (principle). Informasi yang asimetris dapat mengakibatkan kualitas laporan keuangan rendah sehingga menyesatkan para stakeholder (investor) yang ingin mengetahui kinerja perusahaan dan mengambil keputusan investasi.
5
Pemberian informasi efektif kepada masyarakat serta pengelolaan perusahaan yang baik akan menurunkan asimetri informasi yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan stakeholders, sehingga proses monitoring oleh pihak luar manajemen perusahaan dapat lebih efektif dan stakeholders dapat menilai kinerja manajemen perusahaan secara fair. Pengungkapan yang dapat meningkatkan corporate governance adalah pengungkapan yang memiliki kredibilitas dan kualitas yang tinggi, sehingga pengungkapan itu dapat dijadikan acuan dan dipercaya stakeholders guna pengambilan keputusan investasi yang penting. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diproxy dengan kepemilikan saham institusional terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread? 2. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diproxy dengan keberadaan komisaris independen terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread? 3. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diproxy dengan ukuran (jumlah) dewan direksi terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread? 4. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diproxy dengan ukuran (jumlah) komite audit terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread?
6
5. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diproxy dengan pengungkapan yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk pelaksanaan dari prinsip transparansi terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread? 6. Apakah terdapat pengaruh kebijakan pembagian dividen terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread? 7. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama mekanisme corporate governance yang di-proxy dengan kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, serta kebijakan dividen terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji adanya pengaruh mekanisme corporate governance dan corporate action berupa kebijakan pembagian dividen terhadap asimetri informasi yang diterapkan oleh perusahaan yang listing di BEI selama periode 2005-2007 serta dampaknya terhadap reaksi pasar. Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang di-proxy dengan kepemilikan saham institusional terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread.
7
b. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang di-proxy dengan keberadaan komisaris independen terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread. c. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang di-proxy dengan ukuran dewan direksi terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread. d. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang di-proxy dengan keberadaan komite audit terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread. e. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang di-proxy dengan pengungkapan transparansi terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread. f. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan pembagian dividen terhadap tingkat asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread. g. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang di-proxy
dengan
kepemilikan
saham
institusional,
komisaris
independen, ukuran dewan direksi, komite audit, pengungkapan secara transparan, serta kebijakan pembagian dividen secara simultan (bersama-sama) terhadap asimetri informasi perusahaan yang di-proxy dengan bid-ask spread.
8
2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi Pembaca dan Publik Sebagai referensi, kepustakaan, dan untuk penelitian berikutnya kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan kesempurnaan dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh mekanisme CG terhadap asimetri informasi. b. Bagi Perusahaan Memberikan informasi dan bukti empiris kepada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia mengenai pentingnya menerapkan mekanisme corporate governance dengan konsiten (bukan karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi saja) dapat menghambat terjadinya rekayasa kinerja yang merupakan dampak dari adanya asimetri informasi. Pelaksanaan Corporate Action berupa kebijakan pembagian dividen dalam perusahaan dapat dijadikan sebagai alat sinyal bagi perusahaan kepada investor yang dapat meningkatkan belief (kepercayaan) investor terhadap perusahaan. c. Bagi Penulis Menambah
pengetahuan
mengenai
pentingnya
penerapan
mekanisme corporate governance dan organ-organ pendukung CG dalam pengelolaan perusahaan, serta corporate action (pembagian dividen) terhadap asimetri informasi perusahaan yang telah melakukan penerapan mekanisme CG dengan baik.
9
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Corporate Governance a. Definisi Corporate Governance Konsep good corporate governance muncul atas dasar pengalaman Amerika Serikat yang harus melakukan restrukturisasi di lingkungan korporasinya setelah terjadi Wall Street Crash pada tahun 1929. Dua pakar hukum, yakni Adolf Augustus Berle dan Gardiner C. Means, dinilai punya andil bagi kelahiran konsep corporate governance lewat monograf karya mereka, “The Modern Corporation and Private Property” (1932, Macmillan). Sekitar 50 tahun kemudian, muncul dua teori yang terkait dengan corporate governance adalah: stewardship theory dan agency theory Chin (2000); Shaw (2003) dalam Kalihatu (2006). Stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak yang dapat
dipercaya untuk
bertindak
dengan sebaik-baiknya
kepentingan publik maupun stakeholder.
bagi
Sedangkan agency theory
yang dikembangkan oleh Michael Jense dan Eugene Fama dalam bukunya “The Separation of Ownership and Control”, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang saham akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.
10
Selepas perang dunia II, banyak perusahaan AS yang berekspansi dan menjelma menjadi perusahaan multinasional. Banyak perusahaan besar dengan kontrol dominan tehadap urusan bisnis mereka tanpa akuntabilitas dan pengawasan yang memadai. Lalu di Eropa, khususnya Inggris, pada akhir 1980-an tejadi praktik korporasi yang menimbulkan masalah, seperti praktik creative accounting dan terbatasnya peran auditor. Sebagai respon atas masalah ini muncullah Cadbury Report (1992) dari Cadbury Committee yang konon merupakan yang pertama memperkenalkan
istilah
corporate
governance
dengan
tegas
menyatakan ”Corporate governance is the system by which companies are directed and controlled.” Beragam definisi tentang corporate governance yang dinyatakan oleh beberapa peneliti dan organisasi sebagai berikut: Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dalam Almilia (2006), mendefinisikan Corporate Governance: “Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of right and responsibility among different participants in the corporation, such as, the board, managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance.”
11
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan: “Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.” Sedangkan menurut Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) (2002), mendefinisikan: “corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.” Menurut Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 dalam Asmoro (2007), Good Corporate Governance adalah : “Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainya, berdasarkan peraturan perundang undangan dan nilai-nilai etika”. Menurut pakar manajemen Jill dan Aris Solomon dalam bukunya Corporate Governance and Accountability, mendefinisikan corporate governance
sebagai
sistem
yang
mengatur
hubungan
dan
pertanggungan jawab atau akuntabilitas perusahaan kepada seluruh anggota the stakeholders non-pemegang saham (Sutojo dan Aldridge, 2005:25).
12
b. Tujuan Corporate Governance Tujuan dari corporate governance seperti yang dinyatakan dalam OECD adalah bertujuan: 1) Untuk mengurangi kesenjangan antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan dari suatu perusahaan (pemegang saham mayoritas dan pemegang saham lainya). 2) Meningkatkan kepercayaan bagi para investor dalam melakukan investasi. 3) Mengurangi biaya modal (cost of capital) 4) Meyakinkan kepada semua pihak atas komitmen legal dalam pengelolaan perusahaan. 5) Penciptaan nilai bagi perusahaan termasuk hubungan antara para stakeholders (kreditur, investor, karyawan perusahaan, bondholder, pemerintah dan shareholder). Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG, undated:3) dalam Unnisa (2008) mengungkapkan bahwa penerapan corporate governance mempunyai tujuan, yaitu: 1) Meraih kembali kepercayaan imvestor dan kreditor nasional dan internasional. 2) Memenuhi tuntutan standar global. 3) Meminimalkan biaya
kerugian dan biaya
pencegahan atas
penyalahgunaam wewenang oleh pengelola (agency cost). 4) Mengurangi biaya modal (cost of capital) dengan menekan risiko yang dihadapi kreditor.
13
5) Meningkatkan nilai saham perusahaan. 6) Mengangkat citra perusahaan. c. Manfaat Corporate Governance Dalam melaksanakan corporate governance, ada beberapa manfaat menurut
Komite
Nasional
Kebijakan
Corporate
Governance
(KNKCG), antara lain: 1) Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar kompetitif serta mendorong iklim investasi. 2) Mendorong pengelolaan perseroan secara profesional, transparan, dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Dewan Komisaris, Direksi, dan RUPS. 3) Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi agar dalam setiap pengambilan keputusan maupun menjalankan tindakan di landasi moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap para stakeholder maupun
kelestarian
lingkungan
disekitar
perseroan. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) kegunaan dari GCG adalah: 1) Lebih mudah memperoleh modal 2) Biaya modal yang lebih rendah
14
3) Memperbaiki kinerja usaha 4) Mempengaruhi harga saham 5) Memperbaiki kinerja ekonomi. Menurut Harmanto dalam majalah SWA (2004), beberapa manfaat menerapkan Good Corporate Governance, misalnya: kepercayaan investor, mitra bisnis ataupun kreditor; menjadi lebih linear karena pembagian tugas serta kewenangan yang jelas; perimbangan kekuatan diantara struktur internal perusahaan, yakni direksi, komisaris, komite audit dan sebagainya; pengambilan keputusan menjadi lebih akuntabel dan lebih berhati-hati demi sustainability perusahaan. d. Prinsip - Prinsip Corporate Governance Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menyatakan bahwa dalam prinsip corporate governance terdapat empat unsur penting yaitu : 1) Fairness (keadilan);
Menjamin perlindungan
hak-hak
para
pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. 2) Transparency (transparansi); Mewajibkan adanya suatu sistem informasi
yang
diperbandingkan
terbuka, yang
tepat
waktu, jelas
menyangkut
keadaan
dan
dapat
keuangan,
pengeloalaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. 3) Accountability (akuntabilitas); Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan
15
kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawasi oleh dewan komisaris. 4) Responsibility (pertanggungjawaban); peraturan serta
ketentuan
yang
Memastikan dipatuhinya
berlaku
sebagai cerminan
dipatuhinya nilai-nilai sosial. Prinsip-prinsip Corporate Governance dari OECD diatas menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1) Hak-hak para Pemegang Saham; 2) Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham; 3) Peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam corporate governance; 4) Transparansi dan Penjelasan; 5) Peranan Dewan Komisaris. Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG), prinsip dasar pelaksanaan corporate governance antara lain: 1) Transparansi (Keterbukaan) Prinsip Dasar Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah
kepentingan.
diakses dan
Perusahaan
harus
dipahami mengambil
oleh pemangku inisiatif
untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
16
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. 2) Akuntabilitas (Accountability) Prinsip Dasar Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3) Responsibilitas (Responsibility) Prinsip Dasar Perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4) Independensi (Independency) Prinsip Dasar Untuk melancarkan pelaksanaan good corporate governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masingmasing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
17
5) Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness) Prinsip Dasar Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. e. Kepemilikan Institusional Kepemilikan saham institusional adalah saham perusahaan yang dipegang oleh institusi lain. Kemungkinan suatu perusahaan berada pada posisi tekanan keuangan juga banyak dipengaruhi oleh struktur kepemilikan
perusahaan tersebut. Struktur kepemilikan tersebut
menjelaskan
komitmen dari menyelamatkan
perusahaan.
pemiliknya Dengan
untuk adanya
institusional ownership, monitoring atas perusahaan akan meningkat. Hal ini diakibatkan karena institusi lain yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan akan memonitor lebih ketat, yang didukung oleh information channel yang lebih baik dibandingkan kepemilikan saham oleh individu. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan hubungan antara kepemilikan institusional dengan kinerja keuangan. Penelitian tersebut
antara lain dilakukan oleh Chaganti & Damanpour yang dijelaskan Lastanti (2004) dalam Yuniarto (2007) yang meneliti mengenai kepemilikan institusional, struktur modal dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa besarnya kepemilikan saham oleh institusi dapat mempengaruhi secara positif dan siginifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Cornet et al., (2006) dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007)
menyimpulkan bahwa
tindakan
pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. f. Komisaris Independen Menurut Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2006) pengertian komisaris independen adalah: “anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan”. Menurut Surya dan Yustiavandana (2006:135) dalam Asmoro (2007) pengertian komisaris independen adalah: “komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelola perusahaan”.
Dari pengertian tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komisaris independen harus independen dari direksi dan
19
pemegang saham pengendali serta tidak mempunyai kepentingan yang dapat
mempengaruhi
kemampuan
mereka
untuk
menjalankan
kewajiban secara adil atas nama perusahaan. Dalam kaitannya dengan implementasi GCG diperusahaan, diharapkan bahwa keberadaan komisaris maupun komisaris
independen tidak hanya
sebagai
pelengkap, karena dalam diri komisaris melekat tanggung jawab secara hukum (yuridis). (Effendi, 2009: 19) Kriteria komisaris independen menurut Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 Jakarta tanggal 19 Juli 2004, yaitu : 1) Jumlah minimal komisaris independen adalah tiga puluh persen dari seluruh anggota dewan komisaris atau paling sedikit 1 (satu) orang. 2) Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten ataupun perusahaan publik. 3) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten atau pemegang saham mayoritas atau pemegang saham utama dari perusahaan tercatat yang bersangkutan. 4) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direktur dan atau komisaris lainnya dari perusahaan tercatat yang bersangkutan. 5) Tidak mempunyai kedudukan rangkap pada perusahaan lain yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan atau hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan tercatat.
20
Tugas Komisaris Independen Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2006) menyatakan komisaris
independen memiliki tugas-tugas
utama
meliputi: 1) Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut. 2) Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajermanajer profesional. 3) Memastikan bahwa perusahaan
memiliki
informasi,
sistem
pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik. 4) Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya. 5) Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan baik. 6) Memastikan
prinsip-prinsip
dan
praktek
Good
Corporate
Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik, berupa: a) Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan. b) Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain. c) Diungkapkannya
transaksi
yang
mengandung
benturan
kepentingan secara wajar dan adil.
21
d) Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku. e) Menjamin akuntabilitas organ perseroan. g. Ukuran Dewan Direksi Menurut UU RI No.40 Tahun 1997 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 angka 5 menyatakan bahwa Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik didalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Ukuran dan komposisi direksi dapat mempengaruhi
efektif
tidaknya aktivitas monitoring. Menurut Prefer dalam Yuniarto (2007) menyatakan bahwa peningkatan ukuran dan diversitas dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena tercipta network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumberdaya. Jumlah dewan direksi yang besar kurang efektif dalam memonitor manajemen. Hal tersebut didukung oleh penelitian Yermarck dalam Yuniarto (2007) menyatakan bahwa jumlah dewan direksi yang kecil meningkatkan kinerja perusahaan. Agar pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut: 1) Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
22
2) Direksi harus profesional yaitu
berintegritas dan memiliki
pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. 3) Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan memastikan kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan. 4) Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Syarat Menjadi Dewan Direksi Dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 93 ayat 1 bahwa yang dapat diangkat menjadi anggota direksi ialah orang perseorangan: 1) Yang mampu melaksanakan perbuatan hukum; 2) Dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatannya tidak pernah: a) dinyatakan pailit; b) menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau c) dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. Tanggung Jawab Dewan Direksi Menurut OECD dewan direksi bertanggung jawab untuk: 1) Menyusun strategi dan mengarahkan bisnis perusahaan.
23
2) Menyusun kebijakan operasi bisnis. 3) Memonitor kinerja manajemen perusahaan dalam mencapai tujuan strategis perusahaan. 4) Menghasilkan keuntungan yang optimal bagi para pemegang saham, menjaga keseimbangan semua pihak yang terkait dalam perusahaan. 5) Menjaga perusahaan mereka selalu mematuhi undang-undang atau ketentuan
hukum
yang
berlaku,
termasuk
undang-undang
perpajakan, ketentuan hukum tentang persaingan yang sehat, perburuhan, lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja. 6) Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non pemegang saham, termasuk karyawan perusahaan, para kreditur, pelanggan, perusahaan, pemasok, dan masayarakat disekitar lokasi perusahaan atau proyek yang mereka dirikan. Tugas Dewan Direksi Sesuai dengan tanggung jawab mereka dewan direksi mempunyai tugas-tugas sebagai berikut (Sutojo dan Aldridge,2005:110-111): 1) Membangun
budaya
beretika tinggi
di
dalam
organisasi
perusahaannya, termasuk dikalangan board of directors sendiri, direksi dan para eksekutif. Budaya beretika tinggi tersebut meliputi cara berbisnis dengan para pelanggan, kreditur, perusahaan pemasok, mitra usaha maupun dalam memperlakukan karyawan dan masyarakat sekitar. Dalam banyak hal budaya beretika bisnis yang tinggi merupakan salah satu sarana jangka panjang perusahaan
24
untuk meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat kepada mereka. 2) Mengesahkan rencana kerja dan anggaran tahunan yang disajikan Chief Executive Officer (CEO) dalam rapat board of directors. 3) Secara berkala board of directors mengevaluasi hasil penerapan strategi bisnis perusahaan, hasil rencana usaha bisnis yang dicapai, dan kinerja CEO. 4) Mengevaluasi penggunaan dana dalam jumlah besar, termasuk dana yang digunakan untuk mendanai pembelian sarana produksi, upaya merger dan akuisisi. 5) Mengawasi dan memverifikasi sistem manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. 6) Mengawasi pelaksanaan kegiatan bisnis perusahaan agar tidak melanggar undang-undang dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. 7) Melalui komite audit mengawasi kinerja internal dan eksternal auditor perusahaan, termasuk kinerja mereka dalam penyusunan laporan keuangan. 8) Mengevaluasi kinerja dan mengganti CEO (bila diperlukan). h. Komite Audit Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal dari kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite
25
audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertangung jawab kepada dewan komisaris. Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dalam Effendi (2009, 25) mendefinisikan komite audit sebagai berikut: ”suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam melakukan fungsi pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan , manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaanperusahaan.” Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001), pengertian komite audit adalah: “komite yang menerima delegasi tugas-tugas dewan komisaris karena pendelegasian wewenang tersebut akan bermanfaat dalam pelaksanaan pekerjaan dewan komisaris secara rinci dengan memusatkan perhatian dewan komisaris kepada bidang khusus perusahaan atau pelaksanaan good corporate governance oleh manajemen”. Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum memadai. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan
fungsi
direksi
dalam
melaksanakan
pengelolaan
perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit diharuskan memiliki keahlian yang memadai. Komite audit ini memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.
26
Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang melandasi integritasnya karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dengan internal auditor (Surya dan Yustiavandana, 2006:145) dalam Asmoro (2007). Peraturan Bapepam (Nomor: SE-03/PM/2000) menyatakan bahwa tujuan komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk: 1) Meningkatkan kualitas laporan keuangan. 2) Menciptakan iklim mengurangi
disiplin
kesempatan
dan pengendalian
terjadinya
yang dapat
penyimpangan
dalam
pengelolaan perusahaan. 3) Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit. 4) Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris. Pentingnya komite audit dalam suatu perusahaan terbuka dikuatkan dengan ketentuan-ketentuan: 1) Surat Edaran Ketua Bapepam No.Se-03/PM/2000 tentang Komite Audit. Ketentuan ini mewajibkan setiap perusahaan publik atau emiten untuk memiliki komite audit. Ketentuan ini menyebutkan bahwa komite audit bertugas membentu dewan komisaris dengan memberikan
pendapat
profesional
yang
independen
untuk
27
meningkatkan kualitas
kerja serta mengurangi penyimpangan
pengelolaan perusahaan. 2) Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/072004 Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat yang berlaku sejak tanggal 19 Juli 2004. Ketentuan ini menyatakan bahwa komite audit memiliki tugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris. 3) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-133/M-BUMN/1999 tentang Pembentukan Komite Audit bagi Badan Usaha Milik Negara. Ketentuan ini menyebutkan bahwa komite audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan dan bertanggung jawab langsung kepada komisaris. 4) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Audit No.48 menetapkan persyaratan bagi auditor bahwa masalah-masalah tertentu
yang
bersangkutan
dengan
pelaksanaan
audit
dikomunikasikan kepada orang-orang yang memiliki tanggung jawab pengawasan dalam proses pelaporan keuangan. Pihak yang disebut
28
sebagai penerima informasi dan ketentuan tersebut adalah komite audit. Syarat suatu komite audit adalah: 1) Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris; 2) Komite terdiri dari sekurang-kuranggya satu orang komisaris independen dan sekurang kurangnya dua orang anggota darinya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik; 3) Memiliki
integritas
tinggi,
kemampuan,
pengetahuan,
dan
pengalaman yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik; 4) Salah seorang dari anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan keuangan dan akuntansi; 5) Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan; 6) Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa audit dan atau non audit pada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat oleh komisaris; 7) Bukan merupakan karyawan kunci emiten atau perusahaan publik dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat komisaris; 8) Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum, maka dalam
29
jangka waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain; 9) Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten, komisaris, direktur, atau pemegang saham utama emiten; 10) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten; 11) Tidak merangkap sebagai anggota komite audit pada emiten atau perusahaan publik lain pada periode yang sama; 12) Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai sekretaris komite audit. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance (2006), komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: a. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, b. Struktur pengendalian internal perusahaan telah dapat dilaksanakan dengan baik, c. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan d. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Pada umumnya komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu:
30
1) Laporan Keuangan (Financial Reporting) Tanggung jawab komite audit dibidang laporan keuangan adalah untuk memastikan apakah laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang 2) Tata kelola perusahan (Corporate Governance) Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap
benturan
kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan
perusahaan. 3) Pengawasan perusahaan (Corporate Control) Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko termasuk didalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan
sistem
pengendalian
internal serta
memonitor
proses
pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
i. Transparansi Sutojo dan Aldridge (2008,171-192) dalam bukunya yang berjudul Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat), mengemukakan beberapa peran transparansi dalam good corporate governance adalah:
31
1) Sistem Pengendalian Internal Pengungkapan informasi perusahaan secara transparan, akurat, dan tepat waktu merupakan salah satu sarana penting bagi para stakeholders (terutama pemegang saham dan kreditur) untuk mengawasi perkembangan jalannya operasi bisnis perusahaan. Pengungkapan informasi perusahaan secara transparan menjadi salah satu sarana untuk menerapkan sistem pengendalian internal perusahaan. Tanpa sistem pengendalian internal yang efektif, kendala atau risiko yang dapat menyebabkan kerugian besar dapat berlangsung lama tanpa terdeteksi pemilik perusahaan. 2) Memperkuat Posisi Bursa Efek Nasional Menurut OECD dalam guideline on corporate governance, pemerintah Negara yang menentukan secara tegas keharusan perusahaan publik mengungkapkan informasi perusahaan secara transparan, akan mampu menarik investor dan memelihara kepercayaan investor kepada pasar modal nasional mereka. Menurut Effendi (2009:104) dalam bukunya yang berjudul The Power of Good Corporate Governance Teori dan Implementasi, menyatakan empat tujuan utama keterbukaan informasi (disclosure) terutama pengungkapan informasi finansial dan nonfinansial bagi perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan transparansi dalam pemberian informasi. 2) Mendukung proses implementasi GCG, termasuk pelaporan kepada pemangku kepentingan.
32
3) Mengupayakan kualitas
manajemen perusahaan
yang
lebih
independen) dituntut
lebih
professional. 4) Bagi auditor eksternal (auditor memahami
analisis
strategi dan
risiko
perusahaan secara
keseluruhan. OECD guidelines on disclosure and transparency menyarankan informasi perusahaan yang berikut diungkapkan secara transparan, yaitu: 1) Hasil operasi bisnis dan keuangan perusahaan 2) Sasaran bisnis perusahaan 3) Struktur kepemilikan dan hak suara 4) Nama dan kualifikasi anggota direksi, proses pemilihan dan kebijaksanaan balas jasa direksi dan komisaris utama 5) Transaksi dengan relasi dekat perusahaan 6) Faktor risiko yang dapat diperkirakan 7) Hal-hal yang bersangkutan dengan karyawan dan stakeholders yang lain 8) Struktur tata kelola dan kebijaksanaan perusahaan. UU RI No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, mewajibkan Perseroan Terbatas Indonesia setiap tahun menyampaikan informasi tentang kondisi perusahaan selama tahun yang bersangkutan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan tahunan yang disampaikan dalam RUPS itu antara lain memuat:
33
1) Laporan keuangan yang terdiri dari atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan. 2) Laporan mengenai kegiatan perseroan. 3) Laporan Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 4) Rincian
masalah
yang
timbul
selama
tahun
buku
yang
mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan. 5) Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau. 6) Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris. 7) Gaji dan tunjangan bagi Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.
2.
Kebijakan Pembagian Dividen a. Definisi Dividen Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan. Dividen merupakan proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang
34
saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya dan disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang. b. Jenis-jenis Dividen Kieso et.al., (2002:359-365) menyebutkan ada beberapa jenis dividen yaitu : 1) Dividen Tunai (cash dividend) Dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah bentuk kas. Yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut. 2) Dividen properti (property dividend) Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dividen dalam bentuk ini disebut property dividend. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagang, real estate, atau investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi. 3) Dividen hutang (scrip dividend) Dividen hutang timbul apabila laba tidak dibagi saldonya, mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kasnya tidak
35
cukup. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan script kepada pemegang saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk khusus dari wesel bayar, yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. 4) Dividen Likuidasi (liquidating dividend) Dividen Likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba, dan berapa yang merupakan pengembalian modal sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya. 5) Dividen saham (stock dividend) Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan sahamsaham yang dimilikinya. Dividen saham dapat berupa saham yang jenisnya sama maupun berbeda. c. Dividend Signaling Theory Dividend
signaling
theory pertama
kali
dicetuskan
oleh
Bhattacharya (1979) dalam Pramastuti (2007). Dividend signaling theory mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan cash dividend mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham. Menurut Ross (2003) terdapat 3 syarat yang perlu diperhatikan dalam mengoptimalkan kebijakan dividen sebagai sinyal, yaitu :
36
1) Manajemen harus selalu memiliki insentif yang sesuai untuk mengirimkan sinyal yang jujur, meskipun beritanya buruk. 2) Sinyal dari perusahaan yang sukses tidak mudah diikuti oleh pesaingnya yaitu perusahaan yang kurang sukses. 3) Sinyal itu harus memiliki hubungan yang cukup berarti dengan kejadian yang diamati (misalnya, pembagian dividen yang tinggi pada masa sekarang akan dihubungkan dengan arus kas yang tinggi pula di masa mendatang). Jika manajemen memang memutuskan untuk membagi dividen, maka manajemen harus memiliki keyakinan bahwa perusahaannya akan memiliki profitabilitas yang baik dimasa mendatang. Oleh karena itu, manajer akan bekerja keras demi meningkatkan laba perusahaan untuk menarik investor supaya berinvestasi di perusahaannya. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang adalah dengan melihat dividen yang dibayarkan. Indikator ini sangat berguna untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Jika suatu perusahaan bisa memperoleh laba yang semakin besar, maka secara teoritis perusahaan akan mampu membagikan dividen yang makin besar. Dengan membagi dividen yang besar akan menarik para investor untuk berinvestasi karena mereka melihat bahwa perusahaan tersebut memiliki laba yang cukup untuk membayar tingkat keuntungan yang disyaratkannya. Hal tersebut
37
menjadi indikator bahwa masa depan perusahaan cukup menjanjikan. Dengan kata lain profitabilitas perusahaan akan semakin membaik di masa depan.
3. Asimetri Informasi a. Definisi Asimetri informasi Asimetri informasi merupakan situasi dimana suatu pihak memiliki akses informasi yang lebih besar dari pada pihak lain. Dalam suatu perusahaan adanya asimetri informasi terjadi karena manajer (agent) memiliki dan mengetahui informasi atas prospek atau perkembangan perusahaan yang tidak dimiliki pemilik (principle) dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder tidak memiliki sumber daya yang cukup, insentif, atau akses atas informasi yang relevan untuk memonitor tindakan manajer, dimana hal ini memberikan kesempatan atas praktek manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Jansen dan Meckling (1976) dalam Rahmawati et. al., (2007) berpendapat bahwa jika antara agent dan principal adalah orang-orang yang berusaha memaksimalkan utilitasnya, maka ada indikasi bahwa agent tidak akan selalu melakukan yang terbaik untuk kepentingan
38
principle. Laporan keuangan sebagai sarana informasi bagi investor, kreditor, dan calon investor yang potensial, serta pemakai lain untuk pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang berhubungan dengan perusahaan. Sehingga pengungkapan informasi akuntansi (keuangan) yang berkualitas dan relevan berguna bagi investor untuk menurunkan asimetri informasi. Komalasari (2000) dalam Murni (2003) menyatakan bahwa: “Ketika timbul asimetri informasi, keputusan ungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk saham-saham perusahaan.” Terjadinya
asimetri
informasi,
menurut
beberapa
penelitian
mengindikasikan adanya praktik manajemen laba dalam perusahaan yang dilakukan oleh manajer (agent) atas dasar pemenuhan kebutuhan pribadi. b. Tipe Asimetri Informasi Ada dua tipe asimetri informasi, yaitu: 1) Adverse Selection Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melakukan atau akan melakukan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih dari pada pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi ketika investor tidak dapat melihat nilai ekonomi perusahaan yang benar. Informasi tidak sempurna mengenai kualitas manajemen dan nilai ekonomi
39
perusahaan menghasilkan risiko
keagenan lebih
besar yang
dibebankan pada pemegang saham. 2) Moral Hazard Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melakukan atau akan melakukan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi tersebut, sedangkan pihak lain tidak bisa. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik dari sebagian besar perusahaan besar. Asimetri informasi menciptakan masalah bahaya moral (moral hazard) ketika manajer mempunyai insentif untuk mengejar kepentingannya sendiri atas biaya pemegang saham. c. Alat Ukur Asimetri Informasi Beberapa penelitan yang berhubungan dengan asimetri informasi dengan alat ukur yang berbeda-beda pula. Adapun yang beberapa alat ukur yang digunakan sebagai proksi untuk menilai tingkat asimetri informasi dari penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain: 1) Forcast Dispertion, merupakan alat ukur asimetri informasi dengan menghitung standar deviasi dari rasio-rasio keuangan,
seperti
penelitian Lang and Lundholm (1999) yang melakukan pengukuran asimetri informasi dengan proksi forcast dispertion. 2) Trading Volume Activity, seperti penelitian tentang asimetri informasi yang dilakukan oleh Bartov dan Bodnar (1996) dalam
40
Rahmawati et.al., (2007) menjadikan volume perdagangan saham sebagai proksi asimetri informasi yang didasarkan pada perputaran saham tahunan. 3) Bid Ask-Spread, dari beberapa penelitian terdahulu, Komalasari (2000), Mardiyah (2002), Coller dan Yohn (1997), Senteney (1991), Brooks (1994), Krinsky dan Lee (1996) dimana Asimetri Informasi diukur dengan menggunakan Bid Ask Spread. Berdasarkan literatur mikrostruktur O’Hara (1995) dalam Rahmawati et.al., (2007) mengenai Bis Ask Spread menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut: a) Order Processing Cost, terdiri dari biaya yang dibebankan oleh pedagang
sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan
pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi. b) Inventory Holding Cost, yaitu cost yang ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan. c) Adverse Selection Component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang
41
memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal. Asimetri informasi sering diproksikan dengan Bid Ask Spread yang dapat dihitung dengan rumus berikut: Relative bid-ask spread dioperasikan dengan: SPREADi,t = (aski,t – bidi,t)/{(aski,t + bid i,t)/2} x 100 Keterangan: aski,t
:
harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada
hari t bid i,t : harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t
4. Mekanisme Corporate Governance dan Asimetri Informasi Teori sinyal menyatakan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi (Fala, 2007). Adanya asimetri informasi antara agent dan principle dapat menimbulkan sikap oportunis para manajer. Menurut Lins dan Warnock (2004) dalam Fala (2007) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance dapat mengendalikan perilaku manajemen. Oleh sebab mekanisme
corporate
governancedapat
itu, pelaksanaan
mempengaruhi
pilihan
manajemen dalam menerapkan prinsip akuntansi yang terkait dengan prinsip
konservatisme
dimana
penerapan
kebijakan
akuntansi
konservatisme yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah
42
menerapkan akuntansi konservatisme untuk menghasilkan kinerja yang berkualitas. Kusumawati dan Riyanto (2005) dalam Fala (2007), melihat mekanisme corporate governance memiliki fungsi service dan control yang dapat memberikan suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal positif). Sinyal positif tersebut mengindikasikan rendahnya asimetri informasi antara pengelola dan pemilik. Dengan demikian, investor diharapkan akan menerima sinyal ini dan bersedia membayar premium yang lebih tinggi untuk perusahaan yang well-governed di Indonesia. Sehingga, penerapan good corporate governance berhubungan negatif dengan asimetri informasi di mata investor.
5. Kebijakan Pembagian Dividen dan Asimetri Informasi Hubungan antara kebijakan pembagian dividen dan asimetri informasi dapat dijelaskan melalui dividend signaling theory yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab ini. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymmetric information antara manajer dan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai sinyal tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang
43
positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif. Seperti hubungan corporate governance dengan asimetri informasi, sinyal yang ditimbulkan dari kebijakan pembagian dividen diharapkan oleh para investor bahwa tidak ada lagi asimetri informasi dengan para pengelola perusahaan.
B. Penelitian Terdahulu Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan pengaruh mekanisme corporate governance dan corporate action terhadap tingkat asimetri informasi. 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Holm dan Scholer (2008), tentang “Reduction of Asymmetric Information Through Corporate Governance Mechanisms – The Importance of Ownership Dispertion and International Orientation”, bahwa transparansi sebagai mekanisme corporate governance berpengaruh signifikan dalam penurunan tingkat asimetri informasi pada perusahaan yang berorientasi internasional. Sedangkan keberadaaan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap penurunan asimetri informasi pada jenis perusahaan yang melakukan pemisahan kepemilikan (ownership dispertion). Adapun dalam penelitian tersebut menggunakan 100 perusahaan yang listing di Copenhagen Stock Exchange.
44
2. Penelitian Khomsiyah dan Susanti (2003) mengungkapkan dalam hipotesisnya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengungkapan dengan asimetri informasi, ternyata ditolak. Karena berasarkan hasil pengujian Pearson Correlation menunjukkan bahwa pengungkapan informasi tidak berhubungan secara signifikan dengan asimetri informasi. Hasil tersebut berbeda dengan ekspektasi sebelumnya argumentasinya adalah pengungkapan sebagai salah satu alat yang penting untuk mengatasi masalah keagenan antara manajemen dan pemilik, karena dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi. 3. Penelitian lain yang berhubungan dengan asimetri informasi dilakukan oleh Lang dan Lundholm (1996) menunjukkan bahwa kebijakan pengungkapan yang lebih informatif akan mengurangi asimetri informasi. Hal ini dibuktikan bahwa perusahaan yang mempunyai kebijakan memberikan pengungkapan informasi yang lebih banyak akan diikuti oleh analis yang lebih besar, tingkat akurasi forecast yang lebih baik, sehingga dispertion dan volatility forecast lebih kecil. 4. Sedangkan penelitian mengenai mekanisme corporate governance telah dilakukan oleh Ujiyanto dan Pramuka (2007) melakukan penelitian yaitu menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap praktik manajemen laba yang merupakan akibat dari adanya asimetri informasi. Hasil penelitian menunjukkan proporsi komisaris independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. 5. Penelitian Nasution dan Setiawan (2007) menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dan keberadaan komite audit
45
merupakan mekanisme corporate governance yang mampu mengurangi tindak manajemen laba yang terjadi pada industri di bidang perbankan. 6. Iqbal dan Fachriyah (2007) melakukan penelitian mekanisme corporate governance yang di-proxy dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, dan komite audit yang digunakan sebagai alat pereda praktik manajemen laba. Hasil pengujian penelitian ini menunjukkan hanya kepemilikan manajerial dan dewan direksi yang dapat digunakan sebagai alat pereda praktik manajemen laba karena dewan direksi dapat meningkatkan pengawasan manajemen dalam pembuatan laporan keuangan, sementara kepemilikan manajerial dijadikan sebagai motivasi para manajer untuk terus meningkatkan profitability dan sustainability perusahaan. 7. Vinola Herawaty (2008) melakukan penelitian pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan mekanisme corporate governance sebagai variabel moderating. Hasil pengujian empirisnya menyatakan bahwa komisaris independen dan kepemilikan saham institusional sebagai variabel moderating mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan karena dapat meminimumkan earning management.
Sedangkan
kepemilikan
manajerial
tidak
mampu
meminimumkan tindakan manajemen untuk memanipulasi laba. 8. Suluh Pramastuti (2007) dalam thesisnya, melakukan analisis kebijakan dividen dengan pengujian dividend signaling theory. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kenaikan (penurunan) dividen direspon secara positif (negatif) oleh pasar. Ketika dividen naik dan pasar bereaksi positif, kondisi
46
ini
mendukung
dividen
signaling
theory
jika
pasar
cenderung
mengintepretasikan bahwa kenaikan dividen dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini juga dianggap oleh investor bahwa di dalam perusahaan tersebut terdapat controling shareholders yang tidak melakukan eksploitasi terhadap kaum minoritas yang berarti tidak terjadi kesenjangan informasi (asimetri informasi) manajemen dan shareholders-nya. Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sebelumnya dan Sekarang Variabel yang Digunakan
Penelitian Sebelumnya
INST
KOMIND
BDSIZE
KOMAUD
DVDN
Holm and Scholer
TRANS
ASYM
(2008) Khomsiyah
dan
Susanti (2003) Lang
and
Lundholm (1996) Ujiyanto
dan
Pramuka (2007) Nasution
dan
Setiawan (2007) Iqbal
dan
Fachriyah (2007) Vinola Herawaty
(2008)
Suluh Pramastuti (2007) Penelitian
Sekarang Sumber: Data dari berbagai Sumber
47
Keterangan: INST: Kepemilikan Saham Institusional BDSIZE: Ukuran Dewan Direksi KOMAUD: Komite Audit
TRANS: Transparansi
DVDN: Kebijakan Pembagian Dividen ASYM: Asimetri Informasi. KOMIND: Keberadaan Komisaris Independen.
C. Kerangka Pemikiran Corporate Governance merupakan isu yang masih hangat dalam dunia perekonomian, terutama di Indonesia. Corporate governance secara ringkas dapat dinyatakan sebagai cara mengelola perusahaan yang baik, yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip antara lain: transparansi, akuntabilitas, kewajaran, dan prinsip lainnya yang dapat membantu terbentuknya perusahaan yang baik. Pengumuman pembagian dividen merupakan salah satu bentuk dari corporate action yang dapat dijadikan sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang. Dalam penelitian ini, corporate governance dan corporate action dikaitkan dengan asymmetric information, yaitu ketimpangan informasi yang terjadi antara pemilik dan pengelola dalam perusahaan karena adanya perbedaan kepentingan. Dengan adanya corporate governance dan corporate action berupa kebijakan pembayaran dividen, diharapkan perusahaan dapat menurunkan tingkat asimetri informasi yang terjadi sehingga masalah agency dapat diselesaikan.
48
Cara menganalisis pengaruh antara corporate governance dan corporate action dengan asymmetric information adalah dengan melihat variabel yang terkait: kepemilikan saham institusional (INST), komisaris independen (KOMIND), ukuran dewan direksi (BDSIZE), komite audit (KOMAUD), transparansi (TRANS), serta kebijakan pembagian dividen (DVDN) selama 3 periode, kemudian dibandingkan dengan Asymmetric information yang terjadi pada perusahaan. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Kepemilikan Saham Institusional (X1) Ujiyanto dan Pramuka (2007) Ha1 Komisaris Independen (X2) Ujiyanto dan Pramuka
Ha2
Ukuran Dewan Direksi (X3) Iqbal dan Fachriyah (2007)
Ha3
Komite Audit (X4) Setiawan dan Nasution (2007) Transparansi (X5) Rini (2007) Kebijakan Pembagian Dividen (X6) Suluh Pramastuti (2007)
Asimetri Informasi (Y1) Khomsiyah dan Susanti (2003)
Ha4
Ha5
Ha6 Ha7
49
D. Perumusan Hipotesis Ha1
: Kepemilikan Saham Intitusional memiliki pengaruh terhadap tingkat asimetri informasi.
Ha2
: Komisaris Independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asimetri informasi.
Ha3
: Ukuran Dewan Direksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asimetri informasi.
Ha4
: Komite Audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asimetri informasi.
Ha5
: Transparansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asimetri informasi.
Ha6
: Kebijakan Pembagian Dividen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asimetri informasi.
Ha7
: Kepemilikan Saham Institusional, Komisaris Independen, Ukuran Dewan Direksi, komite Audit, Transparansi, dan Kebijakan Pembagian Dividen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat asimetri informasi.
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Objek penelitian ini adalah laporan corporate governance (tata kelola perusahaan) dan corporate action berupa kebijakan pembagian dividen tunai emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh emiten yang konsisten listing di BEI tahun 2005 sampai 2007. Jenis riset dalan penilitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif (data sekunder). Dilihat dari dimensi waktu yang digunakan, penelitian ini masuk dalam kelompok data time series dengan menggunakan annual report periode 2005 sampai 2007.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) . Periodisasi populasi penelitian mencakup data objek penelitian tahun 2005 hingga tahun 2007. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan.
Penentuan Sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan kriteria-kriteria berikut: 1. Perusahaan tidak pernah mengalami delisting (tidak terdaftar/keluar) di BEI selama tahun 2005 sampai 2007.
51
2. Annual report dan financial report perusahaan tersedia di Pusat Referensi Pasar Modal (Capital Market Referance Centre) dan dapat diakses melalui website www.idx.co.id tiga tahun secara berturut-turut selama 2005-2007. 3. Perusahaan sampel melakukan corporate action berupa pembagian dividen tunai tiga tahun berturut-turut selama 2005-2007. 4. Terdapat transaksi jual beli saham perusahaan sampel pada lima hari sebelum hingga lima hari setelah pengumuman dividen. 5. Pengumuman dividen tidak bercampur dengan peristiwa lain, seperti: stock split, bonus share, reverse split, stock dividend, right issue, right offering, dan warrant.
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo 2002:147). Strategi pengumpulan data yang digunakan adalah strategi arsip, dimana untuk mendapatkan data sekunder, teknik pengumpulan data yang dapat digunakan adalah teknik pengumpulan data dari basis data (Jogiyanto, 2005: 82). Penelitian dilakukan dengan cara pengambilan data laporan tahunan (annual report) perusahaan yang go public yang terdaftar di BEI dengan mendatangi Pusat Referensi Pasar Modal (Capital Market Referance Centre) dan melakukan download langsung melalui website www.idx.co.id. Sedangkan untuk data-data yang berkaitan
52
dengan harga saham diakses dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pengumpulan data dengan cara pooled data, yaitu gabungan antara data cross section dan time series. Data pooling adalah kombinasi antara data runtut waktu yang memiliki observasi temporal biasa pada suatu unit analisis, dengan data silang tempat yang memiliki observasi-observasi pada suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu (Sayrs, 1989: 5-7 dalam Kuncoro, 2004). Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa: 1. Data perusahaan yang terdaftar di BEI selama 2005-2007. 2. Data perusahaan yang menerbitkan annual report dan financial report periode 2005-2007. 3. Data tentang corporate action yang dilakukan perusahaan. 4. Data tanggal pengumuman dividen perusahaan sampel tahun 2005-2007, yang akan digunakan sebagai event date pada penelitian ini. 5. Data bid dan ask saham perusahaan sampel pada saat event date.
D. Metode Analisis Untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan
untuk
memprediksi besar variabel tergantung dengan menggunakan data variabel bebasnya. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan model berikut:
53
Keterangan: Y = Asimetri informasi Į = Konstanta, harga Y bila X = 0 ȕ = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas (X). X1 = Kepemilikan Institusional (INST) X2 = Keberadaan Komisaris Independen (KOMIND) X3 = Ukuran Dewan Direksi (BDSIZE) X4 = Keberadaan Komite Audit (KOMAUD) X5 = Pengungkapan Transparansi (TRANS) X6 = Kebijakan Pembagian Dividen (DVDN) e
=
Error
Nilai koefisien regresi atau ȕ diperoleh dengan menggunakan program SPSS versi 15.0. 1. Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi (ringkasan, pengaturan, atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik) sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Statistik
deskriptif
umumnya
digunakan
dalam
penelitian untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain berupa: rata-rata (mean), median, modus, dan standar deviasi (Indriantoro dan Supomo, 2005:170).
54
2. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian regresi berganda, perlu dilakukan suatu pengujian asumsi klasik agar model regresi menjadi suatu model yang lebih representatif. Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas data, uji multikoloniearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi yang digunakan karena data yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu tahun. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau tidak dengan menggunakan Normal P-Plot. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan analisa grafik, dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1)
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, maka
model regresi memenuhi asumsi
normalitas. 2)
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikoliniearitas Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005:91). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem
55
multikoliniearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara
variabel
independennya.
Ada
tidaknya
multikoliniearitas di dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang terbebas dari problem multikolinearitas apabila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10, maka data tersebut tidak ada multikolinearitas (Ghozali, 2005:92). c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi digunakan pada model regresi yang datanya time series. Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji
Durbin-Watson,
dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali: 2005, 96): a) 0 < d < dI, berarti tidak ada autokorelasi positif b) dI ” d ” du, berarti tidak ada autokorelasi positif c) 4 – dI < d < 4, berarti tidak ada korelasi negatif d) 4 – du ” d ” 4 – dI, berarti tidak ada korelasi negatif e) du < d < 4 – du, berarti tidak ada autokorelasi, positif ataupun negatif. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedstisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan
56
ke pengamatan yang lain dengan menggunakan grafik Scatteplot. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105). Dasar pengambilan keputusannya, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar,
kemudian
menyempit),
maka
mengindikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105). 3. Uji Hipotesis a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Nilai R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tetapi, karena R2 mengandung kelemahan mendasar dimana adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Oleh karena itu, pada penelitian ini yang digunakan adalah adjusted R2 berkisar antara nol dan satu. Nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Nilai adjusted R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali: 2005, 83).
57
b. Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat digunakan tingkat signifikan 5% (Ghozali, 2005: 84-85). c. Uji Regresi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah keseluruhan variabel independen mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap satu variabel dependen. Menurut Ghozali (2005:84), dapat disimpulkan bahwa jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 ditolak, namun jika nilai signifikan < 0,05 maka H0 diterima.
E. Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian dibagi menjadi 2 yaitu variabel dependen dan independen. Variabel independen terdiri dari kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, pembagian dividen, dan asymmetric information. Sedangkan variabel dependen adalah asimetri informasi. 1. Variabel Independen a. Kepemilikan saham institusional (INST/X1) Kepemilikan saham institusional diukur dengan menggunakan skala rasio yang diperolah dari jumlah persentase saham perusahaan sampel
58
yang dimiliki oleh pihak institusional adalah persentase kepemilikan oleh institusi lain. b. Komisaris independen (KOMIND/X2) Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio yang diperoleh dengan membandingkan jumlah komisaris independen terhadap total komisaris yang dimiliki perusahaan pada periode t. c. Ukuran dewan direksi (BDSIZE/X3) Ukuran Dewan Direksi dalam penelitian ini diukur dengan cara menghitung jumlah orang yang menduduki jabatan sebagai direksi perusahaan pada periode t. d. Komite audit (KOMAUD/X4) Komite audit merupakan variabel dengan menggunakan skala rasio yang diperoleh dari menghitung jumlah orang yang diangkat sebagai komite audit perusahaan pada periode t. e.
Transparansi (TRANS/X5) Transparansi diukur dengan menggunakan dimensi berupa uraianuraian yang diungkapkan oleh perusahaan dalam annual report-nya yang berkaitan dengan pengungkapan corporate governance. Indikator pada variabel ini dimodifikasi dari penelitian Rini (2007), adalah ukuran (jumlah)
item pengungkapan dalam
laporan tahunan
perusahaan.
59
Dimana: X = Persentase pelaksanaan transparansi XP = Banyaknya item pengungkapan yang dilakukan perusahaan. XD= Jumlah item pengungkapan yang mungkin dilakukan perusahaan. f. Kebijakan Pembagian Dividen (DVDN/X6) Pembagian dividen merupakan salah satu bentuk dari corporate action yang dapat diukur dengan menghitung dividend payout ratio perusahaan disetiap periode.
dimana:
DPR
: Rasio Pembayaran Dividen
Cash Dividend Paid : Kas yang dibayarkan untuk dividen tunai Net Income
: Laba Bersih Perusahaan pada periode t
Dividen diprediksikan berhubungan positif dengan tingkat asimetri informasi dan reaksi pasar sebagai alat sinyal perusahaan kepada para stakeholders. 2. Variabel Dependen Asimetri informasi (Y) Penelitian ini menggunakan bid-ask spread sebagai proksi dari asimetri informasi. Model ini seperti yang telah digunakan dalam penelitian Komalasari (2000), Khomsiyah dan Susanti (2003), Rahmawati, et.al (2007), sebagai berikut:
Relative bid-ask spread dioperasikan dengan: SPREADi,t = (aski,t – bidi,t)/{(aski,t + bid i,t)/2} x 100
60
Keterangan: aski,t
:
harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada
hari t bidi,t
: harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t
Berikut operasional variabel dalam penelitian ini ditunjukkan oleh tabel dibawah ini : Tabel 3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian Variabel Indikator Kepemilikan Saham Institusional Persentase saham yang dimiliki (X1) oleh investor institusional Ujiyanto dan Pramuka (2007) Komisaris Independen (X2) Ujiyanto dan Pramuka (2007) Ukuran Dewan Direksi (X3) Jumlah orang Iqbal dan Fachriyah (2007) Komite Audit (X4) Jumlah orang Setiawan dan Nasution (2007) Transparansi Persentase Jumlah pengungkapan yang dilakukan perusahaan, setiap (X5) pengungkapan diberi skor 1 Rini (2007) dengan nilai maksimal 100% Kebijakan Pembagian Dividend Payout Ratio Dividen (X6) Suluh Pramastuti (2007) Asimetri Informasi (Y1) Bid Ask-Spread Khomsiyah dan Susanti (2003) Sumber: Data dari berbagai Sumber
Skala Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling untuk menentukan sampel. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil sampel selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2005 – 2007. Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Data yang digunakan berasal dari annual report tahun 2005, 2006, dan 2007 yang diakses melalui website seperti: yahoo.finance.com, www.idx.co.id, dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). Tabel 4.1 Rincian Sampel Penelitian Kriteria
Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2005
343
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006
352
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007
378
Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan secara konsisten tahun 2005-2007 Perusahaan yang secara konsisten membagikan dividen selama tahun 2005-2007 Perusahaan yang memenuhi kriteria tahun 2005
144
Perusahaan yang memenuhi kriteria tahun 2006
29
Perusahaan yang memenuhi kriteria tahun 2007
30
Sumber: Data diolah
59 29
62
Adapun daftar nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan EMITEN KODE Astra Graphia ASGR Astra International ASII Asuransi Bintang ASBI Asuransi Harta Aman Pratama AHAP Asuransi Jasa Tania ASJT Bank International Indonesia BNII Bank Mandiri BMRI Bank Negara Indonesia BBNI Bank Rakyat Indonesia BBRI Berlian Laju Tanker BLTA Centrin Online CENT Citra Marga Nusaphala Persada CMNP Colorpak Indonesia CLPI Fast Food Indonesia FAST Gowa Makasar Tourism Development GMTD Hexindo Adiperkasa HEXA Indosat ISAT Jaya Real Properti JRPT Kresna Graha Sekurindo KREN Lippo Karawaci LPKR Maskapai Reasuransi Ind. MREI Mitra Adiperkasa MAPI Perusahaan Gas Negara PGAS Pool Advista Indonesia POOL Pudjiadi & Sons Estate PNSE Ramayana Lestari Sentosa RALS Rig Tenders RIGS Telekomunikasi Indonesia TLKM Trimegah Securities TRIM United Tractors UNTR Yulie Sekurindo YULE
Sumber: www.idx.co.id
63
B. Hasil Analisis Data 1. Uji Statistik Deskriptif Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kepemilikan saham institusional, persentase komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependen, yaitu asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread. Hasil pengujian variabel tersebut secara deskriptif seperti berikut ini: Tabel 4.3 Descriptive Statistics
INST KOMIND BDSIZE KOMAUD TRANS DVDN ASYM_5 ASYM_0 ASYM5 Valid N (listwise)
N Statistic 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88
Min Statistic 28.2300 20.0000 2.0000 .0000 25.0000 7.1429 .4462 .3810 .4393
Max Statistic 98.1000 71.4286 11.0000 8.0000 100.0000 92.8571 38.5318 58.8235 44.5194
Mean Statistic Std. Error 65.6928 1.8182 39.6031 .9842 5.4659 .2493 3.3977 .1580 71.7330 2.2177 38.4777 2.2147 5.8600 1.0081 5.7943 1.1082 5.4286 .9809
Std. Statistic 17.0563 9.2325 2.3388 1.4820 20.8041 20.7757 9.4563 10.3956 9.2017
Sumber: Data diolah
Tabel 4.3 menyajikan informasi bahwa jumlah data yang menjadi objek penelitian adalah 88. Jumlah tersebut adalah 29 perusahaan go public di tahun 2005, 29 perusahaan di tahun 2006 dan 30 perusahaan listing di BEI pada tahun 2007 yang memenuhi kriteria dalam pemilihan sampel serta memiliki tahun tutup buku 31 Desember. a. Kepemilikan Saham Institusional (INST) Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa sampel yang kepemilikan saham institusionalnya terbesar adalah PT. Asuransi Jasa Tania, Tbk
64
pada tahun 2007 yaitu sebesar 98.1% dan sampel data dengan proporsi kepemilikan saham terkecil adalah PT. Citra Marga Nusaphala Persada, Tbk pada tahun 2007 yaitu sebesar 28.23% dari seluruh saham yang dimiliki oleh perusahaan sampel. Untuk besar rata-rata komposisi saham yang dimiliki oleh pihak institusional dari banyaknya jumlah data yang diteliti adalah 65.69%. Standar deviasi dari kepemilikan saham institusi adalah 17.056. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman dari kepemilikan saham institusional yang diteliti. b. Komisaris Independen (KOMIND) Untuk variabel komisaris independen dapat dilihat pada tabel 4.3 bahwa Bank Mandiri, Tbk pada tahun 2007 memiliki komposisi komisaris indepnden terbesar yaitu 71.43% sedangkan sampel data yang memiliki komposisi komisaris independen terendah adalah PT. Rigs Tenders, Tbk di tahun 2006 yaitu 20% dari jumlah keseluruhan komisaris dalam perusahaan. Untuk besar rata-rata keberadaan komisaris independen dari banyaknya jumlah yang diteliti adalah 39.603%. Standar deviasi dari keberadaan komisaris independen adalah 9.2325. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman dari jumlah keberadaan komisaris independen yang diteliti. c. Ukuran Dewan Direksi (BDSIZE) Ukuran dewan direksi terbesar yaitu sebanyak 11 dimiliki oleh Bank Mandiri, Tbk pada tahun 2007 dan perusahaan sampel yang memiliki direksi paling sedikit adalah PT. Pool Advista Indonesia, Tbk pada tahun 2005 dan 2006, PT. Yulie Sekurindo, Tbk selama tahun
65
2005-2007, dan Pudjiadi & Sons Estate di tahun 2007 yaitu sebanyak 2 orang. Untuk rata-rata ukuran dewan direksi dalam penelitian ini sebesar 5.466 atau 6 orang. Standar deviasi ukuran dewan komisaris adalah 2.339 atau 2 orang. d. Komite Audit (KOMAUD) Dari hasil pengujian tabel 4.3 menunjukkan bahwa Bank Negara Indonesia, Tbk pada tahun 2005 adalah sampel yang memiliki komite audit terbanyak yaitu 8 orang, sedangkan sampel data yang tidak memiliki komite audit sebanyak 4 perusahaan pada tahun 2005. Untuk besar rata-rata jumlah komite audit mean dari komite audit sebesar 3,398 atau 3 orang, besarnya rata-rata jumlah komite audit dari sampel yang diobservasi selama tahun 2005 sampai 2007 sesuai dengan ketentuan Bapepam No.SE-03/PM/2000 tentang komite audit. Standar deviasi dari komite audit adalah 1.482 atau 2 orang. Nilai tersebut menunjukkan jumlah komite audit yang tidak cukup beragam pada sampel yang diteliti. e. Transparansi (TRANS) Dari 88 sampel yang diobservasi, pada tabel 4.3 dapat dilihat sampel data yang melakukan pengungkapan transparansi terendah adalah Asuransi harta Aman Pratama, Tbk dan Gowa Makasar Tourism Development di tahun 2005 yaitu sebanyak 25% atau hanya mengungkapkan 2 item dari 8 item pengungkapan bentuk dari transparansi. Sampel data yang melakukan pengungkapan transparansi
66
terbanyak ada 10 perusahaan yang terdiri dari tahun 2005, 2006, dan 2007 sebanyak 100% atau 8 item. Untuk besar rata-rata pengungkapan yang mungkin dilakukan perusahaan dari banyaknya jumlah yang diteliti adalah 71.73% atau 6 item pengungkapan. Standar deviasi dari pengungkapan transparansi yang dilakukan perusahaan adalah 20.8%. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman dari pengungkapan transparansi yang diteliti. f. Kebijakan Pembagian Dividen (DVDN) Pada tabel 4.3 dapat dilihat sampel yang memiliki rasio pembayaran dividen terendah adalah perusahaan PT. Kresna Graha Sekurindo, Tbk pada tahun 2005 yaitu 7.143% dan sampel data yang memiliki rasio pembayaran dividen terbesar adalah perusahaan PT Yulie Sekurindo, Tbk pada tahun 2007 yaitu 92.857%. Untuk besar rata-rata dividend payout ratio (DPR) dari banyaknya jumlah data yang diteliti adalah 38.48% dari net income. Standar deviasi dari pembagian dividen adalah 20.776. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman dari pembagian dividen tunai yang diteliti. g. Asimetri Informasi (ASYM) Hasil pengujian statistik deskriptif menunjukkan bahwa asimetri informasi yang diproksikan dengan bid ask spread terbesar untuk lima hari sebelum pengumuman dividen adalah Asuransi Bintang, Tbk sebesar 38.5318 pada tahun 2005 dan 2007, lima hari setelah pengumuman dividen adalah PT. Rigs Tenders, Tbk yaitu sebesar 44.519 pada tahun 2005 dan 2007, dan spread yang terjadi pada tanggal
67
pengumuman dividen adalah PT. Yulie Sekurindo, Tbk di tahun 2006 sebesar 58.824. Untuk bid-ask spread terendah untuk lima hari sebelum pengumuman dividen adalah PT. Astra Internasional, Tbk sebesar 0.446 pada tahun 2007, lima hari setelah pengumuman dividen adalah Perusahaan Gas Negara yaitu sebesar 0.439 pada tahun 2006, dan spread yang terjadi pada tanggal pengumuman dividen adalah PT. Astra Internasional, Tbk di tahun 2005 sebesar 0.381. Besar rata-rata asimetri informasi yang diproksikan dengan bid-ask spread untuk lima hari sebelum tanggal pengumuman dividen sebesar 5.860, lima hari setelah tanggal pengumuman dividen yaitu sebesar 5.794, dan pada tanggal pengumuman dividen sebesar 5.429. Nilai tersebut menunjukkan bahwa besarnya tingkat asimetri informasi lima hari sebelum, lima hari setelah, dan pada tanggal pengumuman dividen tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji
normalitas
Probability-Plot
dilakukan
(P-Plot).
dengan
Pengujian
menggunakan ini
dimaksudkan
metode untuk
mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Pengujian normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini untuk periode sebelum, saat, dan sesudah tanggal pengumuman yang hasilnya dapat dilihat
sebagai
berikut:
68
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: AS YM_5 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Data diolah
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: ASYM_0 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed C um Prob
Sumber: Data diolah
Gambar 4.3 69
Hasil Uji Normalitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: ASYM5 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Data diolah
Uji normalitas dengan P-P Plot pada gambar 4.1, gambar 4.2, dan gambar 4.3 di atas, menunjukkan bahwa terdapat titik-titik yang tidak menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya menyimpang dan menjauhi dari garis diagonal sehingga P-P Plot untuk lima hari sebelum tanggal pengumuman dividen, lima hari sebelum tanggal pengumuman dividen, maupun pada tanggal pengumuman dividen menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik dan valid maka langkah pengobatan dilakukan dengan mentransformasi data mentah kedalam bentuk logaritma dari masing-masing data yang diuji (Ghozali: 2005, 32-33). Berikut P-P Plot setelah pengobatan:
Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen 70
Setelah Transformasi Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: LGASYM_5 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed C um Prob
Sumber: Data diolah
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen Setelah Transformasi Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: LGASYM0 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observe d Cum Prob
Sumber: Data diolah
Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen
71
Setelah Transformasi Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: LGASYM5 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observe d Cum Prob
Sumber: Data diolah
Setelah dilakukan transformasi data dapat dilihat pada gambar 4.4, gambar 4.5, dan gambar 4.6 bahwa P-P Plot sebelum pengumuman dividen, pada tanggal pengumuman dividen, dan setelah pengumuman dividen di atas, menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data telah berdistribusi normal. Terkait
dengan
pengujian
asumsi
klasik
lainnya,
yaitu
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Maka data hasil transformasi (setelah pengobatan)
yang dilakukan akan
digunakan selanjutnya pada pengujian asumsi klasik lainnya dan uji hipotesis dalam model regresi penelitian ini.
b. Uji Multikolinearitas
72
Multikolinearitas menunjukkan apakah dalam model
regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang bebas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 0.10, maka data tersebut dikatakan tidak ada multikolonieritas. Hasil uji multikolonieritas terhadap data untuk pengujian hipotesis ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.4 Nilai Korelasi Hasil Pengujian Multikolinearitas Model 1 Correlations
Covariances
DVDN BDSIZE KOMIND INST TRANS KOMAUD DVDN BDSIZE KOMIND INST TRANS KOMAUD
DVDN BDSIZE .221 1.000 .221 1.000 -.028 -.172 -.353 -.150 -.360 -.055 -.150 -.483 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 -.001
KOMIND -.028 -.172 1.000 .405 -.018 -.108 .000 .000 .000 .000 .000 .000
INST -.353 -.150 .405 1.000 .154 -.042 .000 .000 .000 .000 .000 .000
TRANS -.360 -.055 -.018 .154 1.000 -.414 .000 .000 .000 .000 .000 .000
KOMAUD -.150 -.483 -.108 -.042 -.414 1.000 .000 -.001 .000 .000 .000 .002
a Dependent Variable: Asimetri Informasi Sumber: Data diolah
Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen pada tabel 4.4, tampak bahwa variabel ukuran dewan komisaris (BDSIZE) yang memiliki korelasi terbesar dibandingkan dengan variabel lain dengan tingkat korelasi sebesar -0.483 atau sekitar 48%. Oleh karena korelasi masih
dibawah
95%,
maka
dapat
dikatakan
tidak
terjadi
multikolinearitas.
73
Tabel 4.5 Nilai Tolerance dan VIF Hasil Pengujian Multikolinearitas Collinearity Keterangan Model Statistics Tolerance VIF 1 INST .715 1.398 Tidak Terjadi Multikolinearitas KOMIND .755 1.325 Tidak Terjadi Multikolinearitas BDSIZE .627 1.594 Tidak Terjadi Multikolinearitas KOMAUD .481 2.078 Tidak Terjadi Multikolinearitas TRANS .577 1.734 Tidak Terjadi Multikolinearitas DVDN .674 1.484 Tidak Terjadi Multikolinearitas a Dependent Variable: Asimetri Informasi Sumber: Data diolah
Dari hasil pengujian nilai tolerance pada tabel 4.5 diatas, nilai VIF terendah dihasilkan oleh variabel kebijakan pembagian dividen (DVDN) sebesar 1,484 sedangkan nilai VIF terbesar dihasilkan komite audit (KOMAUD) dengan nilai 2,078, maka nilai VIF untuk setiap variabel independen < 10 dengan angka tolerance berkisar antara 0,481 sampai 0,755. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada problem multikolinearitas antar variabel independen dalam model penelitian ini. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada tidaknya problem autokorelasi angka DW (Durbin Watson) dapat dijadikan panduan dalam pengambilan keputusan. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2005: 95). Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen
74
Model 1
R .659(a)
R Square .435
Adjusted Std. Error of R Square the Estimate .393 .43290
DurbinWatson 2.155
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD b Dependent Variable: ASYM_5 Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.6, terlihat angka Durbin Watson untuk lima hari sebelum pengumuman dividen sebesar 2.155, angka ini terletak diatas du 1,801 dan dI 1,518 pada tabel Durbin Watson tingkat signifikan 0,05. Nilai DW 2,155 lebih besar dari batas atas (du) 1,801 dan kurang dari 4-1,801 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi, positif atau negatif. Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Saat Tanggal Pengumuman Dividen Model 1
R .677(a)
R Square .459
Adjusted Std. Error of R Square the Estimate .419 .43040
DurbinWatson 2.338
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD b Dependent Variable: ASYM_0 Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.7, terlihat angka Durbin Watson pada tanggal pengumuman dividen sebesar 2.338, angka ini terletak diatas du 1,661 dan dI 1,383 pada tabel Durbin Watson tingkat signifikansi 0,01. Nilai DW 2,338 lebih besar dari batas atas (du) 1,661 dan kurang dari 41,661 (4-du), maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat
autokorelasi positif atau negatif. Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Tanggal Pengumuman Dividen Model 1
R .684(a)
R Square .467
Adjusted Std. Error of R Square the Estimate .428 .40664
DurbinWatson 2.181
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD b Dependent Variable: ASYM5 Sumber: Data diolah
75
Berdasarkan tabel 4.7, terlihat angka Durbin Watson untuk lima hari setelah pengumuman dividen sebesar 2.181, angka ini terletak diatas du 1,801 dan dI 1,518 pada tabel Durbin Watson tingkat signifikan 0,05. Nilai DW 2,181 lebih besar dari batas atas (du) 1,801 dan kurang dari 4-1,801 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi, positif atau negatif. d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain.
Hasil pengujian dapat diamati dengan
mengunakan grafik scatterplot. Gambar 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Scatterplot
Dependent Variable: LGASYM_5 3
2
1
0
-1
-2
-3 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data yang diolah
Dari grafik scatterplot pada gambar 4.7 diatas terlihat bahwa titiktitik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi untuk sebelum pengumuman dividen.
76
Gambar 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Saat Tanggal Pengumuman Dividen Scatterpl ot
Dependent Variable: LGASYM0 4
2
0
-2
-4 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas pada tanggal pengumuman dividen yang ditunjukkan oleh gambar 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tanggal Pengumuman Dividen Scatterplot
Dep endent Variable: LGASYM5 4
2
0
-2
-4 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data yang diolah
Dari grafik scatterplot pada gambar 4.9 menunjukkan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, dengan
77
demikian dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi setelah tanggal pengumuman.
3. Uji Hipotesis a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi bertujuan untuk menerangkan seberapa jauh kemampuan variabel-variabel independen yaitu kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi,
dan kebijakan
pembagian
dividen dalam
menjelaskan variabel dependen asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread. Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah adanya bias terhadap jumlahvariabel
indpenden yang
dimasukkan kedalam model. Maka dalam penelitian ini digunakan nilai adjusted R2 untuk mengukur kemampuan variabel-variabel independen menjelaskan variabel independen. Tabel 4.9 Hasil Analisis Adjusted R2 Sebelum Pengumuman Dividen Model 1
R .659(a)
R Square .435
Adjusted R Square .393
Std. Error of the Estimate .43290
a Predictors: (Constant), DVDN,BDSIZE,KOMIND,INST,TRANS,KOMAUD b Dependent Variable: ASYM_5 Sumber: Data diolah 2
Nilai Adjusted R pada tabel 4.9 menunjukkan nilai 0.393, hal ini berarti 39.3% asimetri informasi yang terjadi selama lima hari sebelum tanggal pengumuman dividen dapat dijelaskan oleh variasi dari ke enam variabel independen kepemilikan saham institusional (INST), komisaris independen (KOMIND), komite audit (KOMAUD), ukuran
78
dewan direksi (BDSIZE), transparansi (TRANS), dan kebijakan pembagian dividen (DVDN). Sedangkan sisanya sebesar 60,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Artinya, berdasarkan hasil uji determinasi mekanisme corporate governance dan corporate action berupa kebijakan pembagian dividen mempunyai pengaruh yang lemah terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread karena semakin nilai determinasi mendekati nol maka pengaruhnya lemah. Lemahnya pengaruh dalam model regresi ini dikarenakan banyak faktor lain yang dapat menjelaskan asimetri informasi yang diproxy bid-ask spread seperti management forecast. Lang dan Lundholm (1996), Coller dan Yohn (1997) dalam Khomsiyah dan Susanti (2003) mengemukakan bahwa pengumuman management forecast merupakan cara yang efektif untuk menurunkan spread karena analisa dengan tingkat akurasi yang baik dapat mengurangi asimetri informasi (bid-ask spread) karena informasi yang diterima oleh partisipan pasar dianggap cukup dapat diandalkan. Tabel 4.10 Hasil Analisis Adjusted R2 Pada Tanggal Pengumuman Dividen Model 1
R .677(a)
R Square .459
Adjusted R Square .419
Std. Error of the Estimate .43040
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD b Dependent Variable: ASYM0
Sumber: Data diolah
Nilai Adjusted R2 pada tanggal pengumuman dividen sebesar 0.419, menyatakan bahwa 41.9% tingkat asimetri informasi yang diproxy dengan bid-ask spread dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. Sehingga 58.1% lebih banyak dijelaskan oleh faktor-
79
faktor lainnya. Ini berarti, hasil pengujian menunjukkan asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread dapat dijelaskan oleh kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, pengungkapan transparansi, dan kebijakan pembagian dividen pengaruhnya cukup kuat atau sedang. Tabel 4.11 Hasil Analisis Adjusted R2 Setelah Pengumuman Dividen Model 1
R .684(a)
R Square .467
Adjusted R Square .428
Std. Error of the Estimate .40664
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, KOMIND, INST, TRANS, KOMAUD b Dependent Variable: ASYM5
Sumber: Data yang diolah
Tabel 4.11 menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar 0.428. Temuan ini menunjukkan bahwa asimetri informasi yang di-proxy dengan bidask spread dapat dijelaskan oleh kepemilikan saham institusional, komisaris
independen,
ukuran
dewan
direksi,
komite
audit,
pengungkapan transparansi, dan kebijakan pembagian dividen sebesar 42,8%. Sedangkan sisanya, sebesar 57,2% dijelaskan oleh variabel lainnya. Jika besarnya dampak ini diinterpretasikan berdasarkan ukuran kuatnya hubungan, maka dampaknya secara bersama-sama mekanisme corporate governance dan corporate action terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread untuk pengujian setelah pengumuman dividen adalah cukup kuat atau sedang.
80
b. Uji Individu (Uji t) Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual yaitu mekanisme corporate governance dalam hal kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, dan pengungkapan transparansi serta corporate action berupa kebijakan pembayaran dividen dalam menerangkan variabel dependen, yaitu asimetri informasi yang diukur dengan bid-ask spread untuk lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread yang terjadi pada tanggal pengumuman dividen (Ghozali, 2005). Berikut hasil pengujian. Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) INST KOMIND BDSIZE KOMAUD TRANS DVDN
Standardized Coefficients
t
Sig.
.495
.622
B .183
Std. Error .370
Beta
.013 .003
.003 .006
.387 .056
3.921 .585
.000 .560
-.112 -.054
.025 .045
-.470 -.144
-4.457 -1.199
.000 .234
-.001 .001
.003 .003
-.019 .050
-.175 .495
.862 .622
a Dependent Variable: ASYM_5
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.12, maka persamaan regresi untuk pengujian lima hari sebelum tanggal pengumuman dividen dapat di rumuskan sebagai berikut:
Interpretasi dari persamaan linier berganda diatas adalah sebagai berikut:
81
1) Koefisien konstanta sebesar 0.183 menunjukkan bahwa bila nilai variabel independen nol, maka bid-ask spread akan ada sebesar 0.183 dengan nilai positif meskipun tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel
independennya
yaitu
kepemilikan
saham
institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen. 2) Koefisien regresi sebesar 0,013 menyatakan bahwa
setiap
penambahan satu persen variabel kepemilikan saham institusional, maka asimetri informasi (spread) akan meningkat sebesar 0,013. 3) Koefisian regresi variabel komisaris independen sebesar 0,003 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen variabel komisaris independen, maka akan meningkatkan tindakan asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,003. 4) Koefisien regresi -0,112 pada variabel ukuran dewan direksi menyatakan setiap penambahan dewan direksi dalam suatu perusahaan, maka akan menurunkan tingkat asimetri informasi (spread) sebesar 0,112. 5) Koefisien regresi -0,054 menyatakan bahwa setiap penambahan anggota komite audit, maka dapat mengurangi tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,054. 6) Koefisien regresi pada variabel pengungkapan transparansi sebesar -0.001 menyatakan bahwa setiap penambahan pengungkapan transparansi akan menurunkan pula tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,001.
82
7) Koefisien regresi 0,001 menyatakan bahwa setiap peningkatan rasio pembayaran dividen, maka akan menambah pula tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,001. Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Saat Pengumuman Dividen Unstandardized Coefficients
Model
1
Standardized Coefficients
T
Sig.
(Constant)
B .051
Std. Error .368
.139
.890
INST
.013
.003
.405
4.186
.000
KOMIND BDSIZE
.003 -.106
.006 .025
.054 -.440
.575 -4.264
.567 .000
KOMAUD
-.090 -.001 .002
.045 .003 .003
-.236 .055 .055
-2.003 -.507 .557
.048 .614 .579
TRANS DVDN
Beta
a Dependent Variable: ASYM0
Sumber: Data yang diolah
Dari hasil pengujian pada tabel 4.13 di atas maka dapat disusun suatu persamaan regresi berganda untuk pengujian pada tanggal pengumuman dividen sebagai berikut:
Berikut interpretasi dari persamaan linier berganda pada tanggal pengumuman dividen: 1) Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah 0.051 dengan nilai positif, ini dapat diartikan bahwa asimetri informasi (spread) saat pengumuman dividen akan bernilai 0.051 jika kepemilikan saham institusional, komisaris independen, ukuran dewan direksi, komite audit, transparansi, dan kebijakan pembagian dividen masing-masing bernilai 0. Nilai itu berarti tingkat asimetri
83
informasi akan ada meskipun tidak dipengaruhi oleh variabelvariabel independennya. 2) Koefisien regresi 0.013 pada variabel kepemilikan saham institusional menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen saham
institusional
dapatmeningkatkan
tindakan
asimetri
informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,013. 3) Koefisian regresi 0,003 menyatakan bahwa setiap penambahan satu anggota komisaris independen, tidak dapat menurunkan tindakan asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,003. 4) Koefisien regresi variabel ukuran dewan direksi sebesar -0,106 menyatakan bahwa setiap penambahan satu orang dewan direksi akan menurunkan tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,106. 5) Koefisien regresi -0,090
menyatakan bahwa
setiap terjadi
penambahan satu anggota komite audit, maka dapat menurunkan tingkat asimetri informasi (spread) sebesar 0,090. 6) Koefisien regresi -0,001 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen variable transparansi, maka akan berdampak pada penurunan tingkat asimetri informasi (spread) sebesar 0,001. 7) Koefisien regresi 0.002 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen rasio pembayaran dividen (DPR) dapat mempengaruhi tingkat asimetri informasi (spread) sebesar 0,002.
84
Tabel 4.14 Hasil Uji Regresi Variabel Dependen Setelah Tanggal Pengumuman Dividen Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) INST KOMIND BDSIZE KOMAUD TRANS DVDN
Standardized Coefficients
t
Sig.
B -.161
Std. Error .347
Beta -.464
.644
.015 .005
.003 .005
.462 .091
4.820 .974
.000 .333
-.104
.024
-4.419
.000
-.083
.042
-.452 -.229
-1.959
.054
-.002
.003
-.095
.893
.374
.000
.003
.017
.174
.862
a Dependent Variable: ASYM5
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.14 maka persamaan regresi berganda untuk pengujian setelah pengumuman dividen adalah sebagai berikut:
Persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1) Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah 0.161, ini dapat diartikan bahwa Y (tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengn bid-ask spread setelah tanggal pengumuman dividen) akan bernilai 0.161 jika INST, KOMIND, BDSIZE, KOMAUD, TRANS, dan DVDN masing-masing bernilai nol. Nilai itu berarti tingkat asimetri informasi akan ada meskipun tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya. 2) Koefisien regresi 0,015 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen saham institusional, maka akan asimetri informasi yang diproxy dengan bid-ask spread akan bertambah sebesar 0,015. 3) Koefisian regresi 0,005 pada variabel komisaris independen menyatakan bahwa setiap penambahan satu orang komisaris
85
independen, maka akan menambah asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,005. 4) Koefisien regresi -0,104 menyatakan bahwa setiap penambahan satu anggota dewan direksi akan menurunkan tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,104. 5) Koefisien regresi -0,083 pada variabel komite audit menyatakan bahwa setiap penambahan satu orang komite audit, maka akan menurunkan tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bidask spread sebesar 0,083. 6) Koefisien regresi -0,002 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen variable transparansi, maka akan menurunkan tingkat asimetri informasi di-proxy dengan bid-ask spread sebesar 0,002. 7) Koefisien regresi 0,000 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen rasio pembayaran dividen, maka tidak akan mengurangi dan menambah tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread. Pembahasan Hasil Uji t Untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah diterima atau diitolak dengan melihat tingkat signifikansi (pada kolom sig.) pada tabel 4.12 untuk hasil uji regresi sebelum tanggal pengumuman dividen, tabel 4.13 untuk hasil uji regresi pada tanggal pengumuman dividen, serta pada tabel 4.14 yang merupakan hasil uji regresi setelah tanggal pengumuman dividen, maka hipotesis penelitian tentang
86
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen secara individual dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kepemilikan Saham Institusional – Asimetri Informasi Hasil uji t menunjukkan bahwa kepemilikan saham institusional berpengaruh secara signifikan terhadap asimetri informasi, baik asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread yang terjadi pada tanggal pengumuman dividen. Hal ini dibuktikan pada tabel 4.12, tabel 4.13, dan tabel 4.14 tingkat signifikansi (pada kolom sig.) untuk kepemilikan institusional (INST) sebesar 0,000. Dimana nilai 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ha1 diterima. Semakin besar persentase kepemilikan saham institusional, maka asimetri informasi (spread) semakin rendah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajgofal et al., (1999) dalam Iqbal dan Fachriyah (2007), Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku oportunis yang dapat menimbulkan adanya asimetri informasi. Namun arah dari hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Balsam et al., (2002) dalam Herawaty (2008)
menemukan
hubungan yang negatif antar discretionary accrual yang tidak
87
diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal pengumuman karena investor institusional mempunyai akses atas sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan pengelolaan laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual. Peneliti menduga bahwa arah positif ini disebabkan karena besarnya kepemilikan saham institusional dalam perusahaan akan dinilai positif oleh pasar, dimana
para
mempertahankan
pemegang
saham
kepemilikannya
institusional sehingga
cenderung
manajer
dapat
mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi antara investor yang
lebih
terinformasi
dan kurang terinformasi
menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan pasar untuk saham-saham perusahaan (Komalasari, 2000) dalam Murni (2003). Selanjutnya, hasil penelitian ini kontradiktif dengan hasil penelitian Asmoro (2007), Herawaty (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional sebagai bagian dari mekanisme corporate governance gagal mengurangi perilaku manajemen laba yang merupakan dampak dari adanya asimetri informasi. Hal ini dikarenakan struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada suatu institusi yang biasanya memiliki saham yang cukup besar yang mencerminkan kekuasaan, sehingga mempunyai kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan dan mengatur proses penyusunan laporan keuangan.
Akibatnya manajer terpaksa
88
melakukan tindakan berupa manajemen laba demi untuk memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu, diantaranya pemilik. Adanya pengaruh kepemilikan saham institusional terhadap asimetri informasi yang
di-proxy
dengan
bid-ask
spread
disebabkan kepemilikan saham oleh pihak institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat menurunkan asimetri informasi. 2) Komisaris Independen – Asimetri Informasi Untuk menguji hipotesis ke-2 (Ha2) yang diajukan diterima atau ditolak dengan melihat tingkat signifikansi hasil uji t lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread yang terjadi pada tanggal pengumuman dividen. Pada tabel 4.12 menunjukkan nilai signifikansi variabel komisaris independen (KOMIND) sebelum pengumuman dividen sebesar 0,560. Tabel 4.13 menunjukkan pengaruh komisaris independen terhadap asimetri informasi asimetri yang di-proxy dengan bid-ask spread memliki tingkat sinifikansi sebesar 0,567; dan setelah pengumuman dividen pada tabel 4.14 terlihat angka signifikan sebesar 0,333 pada variabel komisaris independen. Hal ini menunjukkan bahwa komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread karena hasil signifikansi pada tabel 4.12; 4.13; dan 4.14 menunjukkan angka > 0,05 serta nilai beta
89
yang positif menunjukkan bahwa setiap penambahan jumlah komisaris independen tidak mampu untuk menurunkan tingkat asimetri informasi. Berdasarkan hasil analisis tersebut menyatakan bahwa Ha2 gagal diterima (ditolak). Hasil ini konsisten dengan penelitian Asmoro (2007); Ujiyanto dan Pramuka (2007); Herawaty (2008) yang menemukan pengaruh yang positif antara proporsi komisaris independen dengan earning management. Penelitin ini mendukung penelitian Sylvia dan Siddharta (2005) yang menyatakan bahwa pengangkatan dewan komisaris indepnden oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak ditujukan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG). Namun penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Wedari (2004) dalam Asmoro (2007) yang menemukan pengaruh yang negatif dan signifikan komisaris independen dengan earning management sebagai akibat adanya asimetri informasi dikarenakan komisaris independen dapat memonitor manajemen dalam rangka menyelaraskan perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen. Penyebab tidak berpengaruhnya komisaris independen terhadap asimetri informasi yang
di-proxy
dengan
bid-ask
spread
disebabkan karena tidak efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen terhadap perusahaan. Hal ini seperti yang telah ditegaskan dari hasil survai Asian Development Bank dalam Gideon (2005) bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan
90
dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya menjadi tidak efektif. Ada kemungkinan penempatan atau penambahan anggota dewan dari luar perusahaan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali/ founders) masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan bias menurun. 3) Ukuran Dewan Komisaris - Asimetri Informasi Hasil uji t menunjukkan bahwa ukurn dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap asimetri informasi, baik asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread yang terjadi pada tanggal pengumuman dividen. Hal ini dibuktikan pada tabel 4.12, tabel 4.13, dan tabel 4.14 tingkat signifikansi (pada kolom sig.) untuk ukuran dewan direksi (BDSIZE) sebesar 0,000. Dimana nilai 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan nilai beta negatif yang berarti ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi, sehingga Ha3 diterima. Semakin banyak jumlah direksi, maka asimetri informasi (spead) semakin rendah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chotorou et al., (2001) dalam Iqbal dan Fachriyah (2007), Wardhani (2006) dalam Yuniarto (2007) menemukan bahwa
91
ukuran dewan direksi yang besar dapat memonitor proses pelaporan keuangan dengan lebih efektif dibandingkan dengan ukuran dewan direksi yang kecil. Penelitian ini mendukung penelitian Prabowo (2007) yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi dalam persahaan berpengaruh terhadap biaya agency yang timbul akibat dari adanya konflik kepentingan dan asimetri informasi antara agent dan principle. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Iqbal dan Fachriyah (2007) membuktikan bahwa semakin besar ukuran atau semakin banyak jumlah dewan direksi maka semakin tinggi manajemen laba, ini berarti ukuran dewan direksi yang kecil akan lebih efektif dalam menjalankan fungsi monitoringnya atas laporan keuangan sehingga mengurangi kesempatan bagi manajer untuk memanipulasi laba. Adanya pengaruh ukuran dewan direksi terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread disebabkan karena para dewan direksi dapat melaksanakan fungsi monitoringnya dengan baik, maka dapat peluang terjadinya praktik manajemen laba dapat diminimumkan. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa ukuran atau jumlah dewan direksi adalah salah satu
mekanisme good
corporate governance
yang
dapat
mengurangi konflik kepentingan dan kesenjangan informasi yang timbul dari hubungan keagenan antara manajemen dan pemegang saham serta adanya dewan direksi dalam pengelolaan perusahaan
92
agar
dapat
menghasilkan
keuntungan
(profitability)
dan
memastikan kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan. 4) Komite Audit – Asimetri Informasi Hasil uji t pada tabel 4.12 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,234 dan pada tabel 4.14 yang menunjukkan nilai signifikansi pada variabel komite audit (KOMAUD) sebesar 0,054. Dimana nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread untuk pengujian lima hari sebelum dan lima hari setelah pengumuman dividen. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asmoro (2007) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit pada perusahaan dalam melaksanakan pemeriksaan atau penelitian terhadap fungsi direksi dalam mengelola perusahaan belum optimal. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarto (2007) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit hanyalah bersifat formalitas untuk memenuhi peraturan, sehingga keberadaan komite audit tidak menjalankan fungsinya sebagai badan pengawas dalam perusahaan dengan baik. Sedangkan untuk hasil uji t pada tanggal pengumuman dividen pada tabel 4.13 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,042. Dimana nilai 0,042 < 0,05 dengan arah hubungan negatif yang berarti Ha4
diterima,
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
93
keberadaan komite audit dalam perusahaan berpengaruh terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread pada tanggal pengumuman dividen. Semakin besar jumlah komite audit dalam perusahaan, semakin rendah spread yang dihasilkan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Nasution (2007) yang menyatakan bahwa komite audit yang ada di perusahaan sebagai salah satu mekanisme corporate governance mampu mengurangi tindak manipulasi laba oleh manajemen. Namun, arah negatif dari hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Iqbal dan Fachriyah (2007) yang menunjukkan hasil positif signifikan komite audit terhadap perilaku manajemen laba yang diduga bahwa perusahaan yang memiliki komite audit akan dinilai positif oleh pasar, dimana pasar merasa manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dari perspektif efisiensi (sebagai motivasi untuk meningkatkan laba) bukan
sebagai
perilaku
oportunistik
manajemen
yang
memanfaatkan kondisi informasi yang tidak simetris antara pengelola dan pemegang saham. Peneliti
menduga
adanya
perbedaan
tingkat
signifikansi
keberadaan komite audit terhadap tingakat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread antara pengujian sebelum dan setelah tanggal penguuman dengan pada tanggal pengumuman disebabkan karena saham-saham perusahaan yang memiliki komite audit baru di reaksi positif oleh pasar yang menganggap
94
perusahaan telah meningkatkan sistem pengawasan dan penerapan good corporate governance dengan keberadaan komite audit ketika perusahaan mengumumkan kebijakan untuk melakukan pembagian dividen tunai atas laba tahunan perusahaan sehingga tingkat asimetri informasi menurun yang ditandai dengan spread yang rendah. 5) Transparnsi – Asimetri Informasi Untuk menguji Ha5 yang diajukan diterima atau ditolak dengan melihat tingkat signifikansi hasil uji t lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread yang terjadi pada tanggal pengumuman dividen. Pada
tabel
4.12
menunjukkan nilai
signifikansi
variabel
pengungkapan transparansi (TRANS) sebelum pengumuman dividen sebesar 0,862. Tabel 4.13 menunjukkan pengaruh pengungkapan transparansi terhadap asimetri informasi asimetri yang di-proxy dengan bid-ask spread pada tanggal pengumuman dividen memliki tingkat sinifikansi sebesar 0,614; dan setelah pengumuman dividen pada tabel 4.14 terlihat angka signifikan sebesar 0,374 pada variabel pengungkapan transparansi. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan transparansi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread karena hasil signifikansi pada tabel 4.12; 4.13; dan 4.14 menunjukkan angka > 0,05 akan tetapi nilai beta yang negatif berarti bahwa pengungkapan transparansi dalam
95
perusahaan yang go public dapat menurunkan tingkat asimetri informasi. Berdasarkan hasil analisis tersebut menyatakan bahwa Ha5 ditolak. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lang dan Lundholm (1996), Welker (1995) dalam Khomsiyah dan Susanti (2003), Healy et al., (1999) dalam Veronica dan Bachtiar (2003), Rahmawati et al., (2007) yang menyatakan bahwa peningkatan pengungkapan menyebabkan fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang
karena
berkurangnya
asimetri
informasi
antara
manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya. Penelitian ini tidak konsisten dengan Verrecchia (1991) dalam Murni (2003) menunjukkan bahwan dengan mengungkapkan informasi privat maka tuntutan investor terhadap kompensasi menurun karena biaya transaksi turun sehingga komponen adverse selection dan bid-ask spread berkurang. Begitu juga dengan hasil penelitian Holm dan Scholer (2008) yang menunjukkan adanya penurunan tingkat asimetri informasi dalam suatu perusahaan jika mekanisme corporate governance berupa pengungkapan keterbukaan (transparansi) meningkat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Khomsiyah dan Susanti (2003) yang menyatakan bahwa pengungkapan informasi tidak berhubungan secara signifikan dengan asimetri informasi, baik asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread untuk
96
sebelum tanggal pelaporan keuangan, setelah pelaporan keuangan, maupun spread yang terjadi pada tanggal pelaporan keuangan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara pengungkapan transparansi dengan asimetri inormasi yang di-proxy dengan bidask spread diduga karena pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan hanyalah untuk memenuhi ketentuan Bapepam dalam rangka pelaksanaan good corporate governance. 6) Kebijakan Pembagian Dividen – Asimetri Informasi Hasil uji t antara variabel kebijakan pembagian dividen (DVDN) dengan asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread yang dapat dilihat pada tabel 4.12, tabel 4.13, dan tabel 4.14. Pada tabel 4.12 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,622 untuk pengujian sebelum tanggal pengumuman. Tabel 4.13 yang menunjukkan nilai signifikansi pada variabel kebijakan pembagian dividen (DVDN) sebesar 0,579. Dan nilai signifikan untuk pengujian setelah tanggal pengumuman dividen sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 4.14 adalah sebesar 0,862. Dimana nilai signifikansi untuk lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah
pengumuman dividen,
maupun
pada tanggal
pengumuan dividen tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti keberadaan kebijakan pembagian dividen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread. Dengan demikian Ha6 ditolak.
97
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2007) yang melakukan penelitian tentang agency cost menyatakan bahwa kebijakan pembagian dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya agensi yang timbul dari adanya kondisi informasi yang tidak simetris antara agent dan principle. Hasil peneletian ini sejalan dengan penelitian Khomsiyah dan Susanti (2003) yang menunjukkan tidak ada perubahan spread yang signifikan disekitar event window yaitu: tujuh hri sebelum pelaporan keuangan, tujuh hari setelah pelaporan keuangan, maupun spread yang terjadi pada tanggal pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini kontradiktif dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti (seperti: Yohn, 1997; Senteney, 1991; Lee et al., 1994) dalam Khomsiyah dan Susanti (2003) yang melakukan penelitian tentang pelaksanaan salah satu bentuk corporate action yaitu pengumuman laba yang dianggap memiliki hubungan dengan asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread, adanya pengaruh pengumuman laba terhadap spread yang disebabkan adanya komponen asimetri informasi dari spread tersebut.
98
c. Uji Regresi Simultan (Uji Statistik F) Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (pada kolom sig.) dan nilai F-tabel. Hasil analisis regresi disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.15 Hasil Uji Simultan Sebelum Tanggal Pengumuman Dividen Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Mean Square
Df
11.676 15.179
6 81
26.855
87
1.946 .187
F 10.384
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, INST, TRANS, KOMIND, KOMAUD b Dependent Variable: ASYM_5 Sumber: Data yang diolah
Tabel 4.16 Hasil Uji Simultan Pada Tanggal Pengumuman Dividen Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 12.713
df 6
Mean Square 2.119
15.005
81
.185
27.717
87
F 11.438
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, INST, TRANS, KOMIND, KOMAUD b Dependent Variable: ASYM_0 Sumber: Data yang diolah
Tabel 4.17 Hasil Uji Simultan Setelah Tanggal Pengumuman Dividen Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 11.748
Df 6
13.394 25.142
81 87
Mean Square 1.958
F 11.841
Sig. .000(a)
.165
a Predictors: (Constant), DVDN, BDSIZE, INST, TRANS, KOMIND, KOMAUD b Dependent Variable: ASYM5 Sumber: Data yang diolah
Dari hasil analisis regresi ini, didapat f-tabel tabel 4.15 adalah 10,384 dengan tingkat sinifikansi 0,000 oleh karena probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05 maka model regresi penelitian ini dapat dipakai untuk memprediksi tingkat asimetri informasi sebelum tanggal
99
pengumuman dividen. Hasil pengujian pada tanggal pengumuman dividen menunjukkan nilai f-tabel pada tabel 4.16 sebesar 11.438 yang memiliki tingkat signifikan 0,000. Sedangkan untuk pengujian setelah pengumuman dividen pada tabel 4.17 ditunjukkan hasil f-tabel sebesar 11,841 dengan tingkar signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan tingkat signifikansi dari tabel 4.12, tabel 4.13, dan tabel 4.14 tersebut lebih kecil dari 0,05 (Į=5%) berarti bahwa Ha7 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan (bersama-sama) kepemilikan saham institusional (INST),
keberadaan komisaris
independen
(KOMIND), ukuran dewan direksi (BDSIZE), jumlah komite audit (KOMAUD), pengungkapan transparansi (TRANS), dan kebijakan pembayaran dividen (DVDN), berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread pada tanggal pengumuman dividen. Dengan kata lain, model regresi yang terbentuk adalah signifikan.
100
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel independen yaitu mekanisme corporate governance yang di-proxy dengan kepemilikan saham institusional; keberadaan komisaris independen; ukuran dewan direksi; jumlah komite audit; dan pengungkapan transparansi, serta kebijakan pembayaran dividen terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread pada tanggal pengumuman dividen. Dari hasil analisa dan pembahasan bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh signifikan kepemilikan saham institusional (INST) terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread pada tanggal pengumuman dividen dengan tingkat signifikansi 0,000. 2. Tidak terdapat pengaruh signifikan keberadaan komisaris independen (KOMIND) terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen dengan signifikansi sebesar 0,560; lima hari setelah pengumuman dividen menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,333; maupun spread pada tanggal pengumuman dividen pada tingkat signifikansi 0,567.
101
3. Terdapat pengaruh signifikan ukuran dewan direksi (BDSIZE) terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread pada tanggal pengumuman dividen dengan tingkat signifikansi 0,000. 4. Tidak terdapat pengaruh signifikan jumlah komite audit (KOMAUD) terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen dengan signifikansi sebesar 0,234; lima hari setelah pengumuman dividen menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,054. Namun terdapat pengaruh yang signifikan spread pada tanggal pengumuman dividen pada tingkat signifikansi 0,048 < 0,05. 5. Tidak terdapat pengaruh signifikan pengungkapan transparansi (TRANS) terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen dengan signifikansi sebesar 0,862; lima hari setelah pengumuman dividen menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,374; maupun spread pada tanggal pengumuman dividen pada tingkat signifikansi 0,614. 6. Tidak terdapat pengaruh signifikan kebijakan pembayaran dividen (DVDN) terhadap asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen dengan signifikansi sebesar 0,622; lima hari setelah pengumuman dividen menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,862; maupun spread pada tanggal pengumuman dividen pada tingkat signifikansi 0,579.
102
7. Terdapat pengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) kepemilikan saham institusional, keberadaan komisaris independen, ukuran dewan direksi, jumlah komite audit, pengungkapan transparansi, dan kebijakan pembayaran dividen, berpengaruh terhadap penurunan asimetri informasi yang di-proxy dengan bid-ask spread lima hari sebelum pengumuman dividen, lima hari setelah pengumuman dividen, maupun spread pada tanggal pengumuman dividen dengan tingkat signifikansi 0,000.
B. Implikasi dan Keterbatasan Berikut ini ditemukan beberapa implikasi yang relevan dengan penelitian, implikasi tersebut dapat dijabarkan antara lain: 1. Dapat digunakan sebagai pertimbangan, khususnya yang berkaitan dengan masalah keterbukaan informasi dalam pengelolaan perusahaan. 2. Dapat berguna untuk pengambilan kebijakan terhadap pelaksanaan good corporate governance disektor swasta maupun pemerintah sebagai langkah tegas untuk mengurangi kesenjangan informasi (asimetri informasi) antara pengelola dan pemilik untuk menghindari adanya earning management dan biaya agensi (agency problem) yang tidak efektif. 3. Bagi perusahaan publik penerapan mekanisme corporate governance yang optimal dan pelaksanaan corporate action berupa kebijakan pembagian dividen diharapkan dapat menumbuhkan belief dari para investor.
103
4. Bagi investor dan calon investor yang tertarik menanamkan modalnya melalui pasar modal, hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi dalam mempertimbangkan keputusan informasi. 5. Kalangan akademisi maupun para peneliti yang berminat terhadap good corporate governance, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan bid-ask spread untuk melakukan pengukuran asimetri informasi masih kurang efektif, karena bidask spread diukur melalui perbedaan harga permintaan dan penawaran saham sehingga lebih menggambarkan likuiditas pasar saham. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan alat ukur asimetri yang lain seperti yang dilakukan oleh Lang dan Lundholm (1997) yang menggunakan forcast dispertion analist untuk mengukur tingkat asimetri informasi. Pengukuran ini perlu digunakan pada penelitian selanjutnya terutama untuk penelitian yang menggunakan data sekunder.
104
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Lailul L. Sifa. 2006. Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Apriani, Lisia. 2005. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Kenaikan/Penurunan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Utilitas Publik dan Perusahaan dalam Industri Tidak Diregulasi). Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Ariwibowo, Taufik Yunianto. 2007. Analisis Reaksi Investor Terhadap Pengumuman Penurunan Dividen. Skripsi: Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Asmoro, Kurniawan Yuli. 2007. Pengaruh Good Corporate Governance dan Pemegang Saham Pengendali Terhadap Praktek Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi: Universitas Trisakti, Jakarta. Bandi dan Jogiyanto Hartono. 2000. Perilaku Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Pengumuman Dividen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (Vol. 3, No. 2, Juli 2000). Basyori, Kurniawan. 2007. Analisis Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap Return Saham. Skripsi: Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Boediono, Gideon SB.. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power Of Good Corporate Governance Teori dan Implementasi. Salemba Empat, Jakarta. Fala, Dwiyana Amalia S. 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. FCGI. 2001. Peran Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan): Seri Tata Kelola Perusahaan Jilid II. www.fcgi.co.id (diakses tanggal 20 Maret 2009). Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hamid, Abdul. 2007. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
105
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktik Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. www.google.com (diakses tanggal 10 Maret 2009). Holm, Claus and Fina Scholer. 2008. Reduction Of Asymmetric Information Through Corporate Governance Mechanisms-The Importance Of Ownership Dispersion and International Orientation. www.ssrn.com (diakses tanggal 25 Desember 2008). Indriantoro, Nur dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Menejemen. BPFE: Yogyakarta. Iqbal, Syaiful dan Nurul Fachriyah. 2007. Corporate Governance Sebagai Alat Pereda Praktik Manajemen Laba (Earning Management). Tema (Volume 8, Nomor 1, Maret 2007). Jian Shen, Ming., Min, Chin., 2006. A Study of Ownership Structure and Firm Values Under Corporate Governance—The Case Listed and OTC Companies in Taiwan’s Finance Industry. Journal of American Academy Business. Cambridge. Joko, Sugiarsono. 2008. GCG, Antara Teori dan Praktik SWA 01/XXIV/9-23 Januari 2008. __________. 2008. GCG, Skandal Bisnis, dan Kejatuhan Perusahaan. SWA 27/XXIV/ 18 Desember 2008 - 7 Januari 2009. Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. www.google.com (diakses tanggal 30 Desember 2008). Khomsiyah dan Susanti. 2003. Pengungkapan, Asimetri Informasi, dan Cost Of Capital. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Kuncoro, Mudjarad. “Model Pooled Time Series”. Artikel diakses tanggal 23 Juni
2009, dari http://www.mudrajad.com/x/content/view/8/31, 2004. KNKCG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance. http://www.cicfcgi.org/news/files/Pedoman_GCG_060906.pdf. (diakses tanggal 20 Maret 2009). Lang, Mark H. and Russell J. Lundholm. 1996. Corporate Disclosure Policy and Analyst Behavior. The Accounting Review (Volume 71 No.4, Oct 1996: 467492). Murni, Siti Asiah. 2003. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi Terhadap Cost Of Equity Capital pada Perusahaan Publik Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.
106
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi. Makasar. Pramastuti, Suluh. 2007. Analisis Kebijakan Dividen: Pengujian Dividend Signalling Theory dan Rent Extraction Hypothesis. Thesis: Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Rahmawati, Yacob Suparno, dan Nurul Qomariyah. 2007. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (Vol. 10, No. 1, Januari 2007). Ross, Stephen A. 2003. Fundamentals of Corporate Finance. McGraw-Hill. New York. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi. Padang. Sulistyanto, H. Sri dan Haris Wibisono. 2003. Good Corporate Governance: Berhasilkah Diterapkan di Indonesia?. Jurnal Widya Warta (No. 2 Tahun XXVI/Juli 2003). Sulistyowati, Firma. 2003. Peran Fraud Auditor dalam Mendeteksi Fraud Untuk Mewujudkan Good Governance dan Good Corporate Governance di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Sektor Publik (Vol. 04, No. 01, Mei 2007). Sutojo, Siswanto dan E. John Aldridge. 2008. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Sehat). PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta. Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka.2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar. Unnisa, Syafaat. 2008. Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance Terhadap Kondisi Keuangan Perusahaan. Skripsi: Universitas Trisakti, Jakarta. Veronica, Sylvia dan Yanivi S. Bachtiar. 2003. Hubungan Antara Manajemen Laba dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Yuniarto, Fajar Eka. 2007. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firms). Skripsi: Universitas Trisakti, Jakarta.
107