Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
PENGARUH KESEMPATAN INVESTASI, KINERJA KEUANGAN, DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN Pramita Juitasari
[email protected]
Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of investment opportunity, financial performance, and corporate governance to the dividend policy on companies which join The Indonesian Institute for Corporate Governance survey. The financial performance variable in this research is profitability ratio. Firm size is used as control variable. The results of this study show that corporate governance variable has significant influence to the dividend policy and firm size has negative significant influence to the dividend policy. The investment opportunity variable and profitability do not have any influence to the dividend policy. Keywords: Investment Opportunity, Profitability, Corporate Governance, Firm Size ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesempatan investasi, kinerja keuangan, dan corporate governance terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang mengikuti survei The Indonesian Institute For Corporate Governance. Variabel kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas. Ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel corporate governance berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen dan ukuran perusahaan (size) berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel kesempatan investasi dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kata kunci: kesempatan investasi, profitabilitas, corporate governance, ukuran perusahaan
PENDAHULUAN Salah satu dari kebijakan keuangan perusahaan adalah pembayaran dividen kepada investor yang telah menginvestasikan dana mereka pada perusahaan berupa saham. Dividen merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran dividen risikonya lebih kecil dari capital gain, selain itu dividen lebih dapat diperkirakan sebelumnya. Dalam hal ini ada dua jenis dividen yang bisa diperoleh pemegang saham, yaitu dividen kas dan non kas. Dividen kas (cash dividend) adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Dividen non kas adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Pembagian dividen tunai bagi pihak manajemen suatu bukti penciptaan nilai tambah perusahaan dan pencapaian kinerja yang sungguh – sungguh atas kepercayaan pemegang saham berinvestasi di suatu perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen harus mampu menentukan tingkat pembagian dividen tunai melalui kebijakan dividen tunai yang matang (Ronosulistyo, 2008). Kebijakan dividen tunai dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme pengawasan pemegang saham terhadap pihak manajemen. Pemegang saham berusaha menjaga agar pihak manajemen tidak terlalu banyak memegang kas karena kas yang banyak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
2
akan memicu penyalahgunaan wewenang pihak manajemen untuk menikmati kas tersebut bagi kepentingan dirinya sendiri. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan, sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Menurut Halim (2005) pengaruh besarnya pembagian dividen dapat menjadi informasi bagi perusahaan karena dividen merupakan tanda tersedianya laba perusahaan dan besarnya dividen yang dibayar sebagai informasi tingkat pertumbuhan laba saat ini dan masa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu hal yang diharapkan oleh semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Pertumbuhan tersebut diharapkan dapat memberikan aspek positif bagi perusahaan seperti adanya kesempatan investasi di suatu perusahaan. Menurut Haryetti dan Araji (2012) Kesempatan investasi juga dipengaruhi oleh kebijakan dividen yang akan dilakukan oleh pihak perusahaan. Perusahaan yang telah lama beroperasi cenderung berupaya menghasilkan keuntungan dan membagikan keuntungannya kepada para pemegang saham. Perusahaan dalam tahap tersebut mempunyai banyak cadangan laba yang dapat digunakan untuk berinvestasi kembali tanpa mengurangi proporsi dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan cerminan dari kinerja keuangan perusahaan dan untuk memberikan informasi keuangan yang dapat menjelaskan kondisi perusahaan dalam suatu periode. Menurut Prawironegoro (2007:47) Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka–angka keuangan. Kinerja keuangan diukur menggunakan rasio profitabilitas melalui net profit margin. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2007). Dimana kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atas kinerja operasionalnya dalam memperoleh pendapatan. Sehingga keuntungan tersebut dapat dialokasikan untuk pembagian dividen kepada pemegang saham atau keuntungan tersebut ditahan untuk perluasan usaha. Hubungan antara pemegang saham dan manajer perusahaan seringkali terjadi perbedaan kepentingan. Perbedaan tersebut mengakibatkan keputusan yang diambil oleh manajer perusahaan kurang mengakomodasi kepentingan pihak pemegang saham. Hal tersebut disebabkan manajer perusahaan mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena dapat menambah biaya perusahaan yang menyebabkan penurunan dividen yang akan diterima dan juga akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk menghindari terjadinya perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan kepentingan pemegang saham, perusahaan dapat menerapkan Good Corporate Governance dimana suatu sistem pengelolahan perusahaan yang baik untuk mencapai tujuan dan mengawasi kinerja perusahaan. Salah satu manfaat dari penerapan Good Corporate Governance yaitu dapat mendukung pencapaian kinerja perusahaan dan mengurangi agency cost. Pengungkapan laporan keuangan yang transparan dan akurat menjadi informasi yang sangat penting bagi investor dan kreditor untuk mengambil keputusan dalam menanamkan dananya atau memberikan pinjaman pada perusahaan. Laporan keuangan hanya menyajikan data – data keuangan perusahaan, namun data – data non keuangan dapat dilihat dari adanya prinsip – prinsip dari Corporate Governance. Menurut Kaihatu (2006) ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate Governance secara konsisten terbukti dapat menjadi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
3
penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Berdasarkan prinsip–prinsip Good Corporate Governance tersebut diharapkan dapat menciptakan pengendalian internal yang efektif bagi manajemen perusahaan agar laporan keuangan perusahaan tersebut dapat dikatakan andal, jelas, konsisten dan dapat dibandingkan serta dapat memenuhi standart akuntansi yang berlaku secara umum. Menurut Wijayanti dan Supatmi (2009) corporate governance dalam suatu perusahaan tercermin pada pertangungjawaban manajer selaku pengambil keputusan dalam mengelola perusahaan kepada pemegang saham. Salah satu pertanggungjawabannya adalah mengenai pembagian keuntungan atau dikenal dengan dividen. Sehingga perusahaan yang memiliki corporate governance yang kuat akan membayar dividen lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kesempatan investasi, profitabilitas dan corporate governance terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang mengikuti survei The Indonesian Institute for Corporate Governance melalui pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) periode 2008-20011. Alasan peneliti menggunakan perusahaan yang mengikuti survei The Indonesian Institute for Corporate Governance karena setiap tahun semakin bertambah perusahaan-perusahaan di Indonesia yang ikut serta dalam mengikuti survei The Indonesian Institute for Corporate Governance. Penerapan Good Corporate Governance dapat diukur melalui pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang hasilnya disajikan di majalah SWA dimana suatu program riset dan pemeringkatan penerapan Good Corporate Governance di Indonesia dan melalui penilaian penerapan Good Corporate Governance dapat menuntut perusahaan terus mengembangkan dan memperbaiki kualitas Corporate Governance dari berbagai perspektif secara berkelanjutan. Sehingga perusahaan dapat mewujudkan tujuannya untuk kepentingan bersama. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Martono dan Harjito (2010) tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham yang diterjemahkan sebagai memaksimumkan harga saham. Dalam kenyataannya tidak jarang manajer perusahaan memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama. Karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka manajer bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham. Namun dalam praktek sering terjadi konflik antara kedua belah pihak yang dinamakan agency problem. Agency problem ini dapat muncul antara manajer dan pemegang saham atau antara kreditur dan pemegang saham. Tidak jarang tindakan manajer bukannya memakmurkan pemegang saham, melainkan memperbesar skala perusahaan dengan cara ekspansi atau membeli perusahaan lain. Agency theory menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (disebut agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahnya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional (Sutedi, 2011:13). Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori keagenan yang menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik diantara keduanya. Hal tersebut disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan menambah biaya perusahaan yang menyebabkan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
4
penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima. Pemegang saham menginginkan agar biaya tersebut dibiayai oleh utang, tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa utang mengandung risiko yang tinggi. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan (monitoring) yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu biaya yang disebut agency cost. Kebijakan Dividen Perusahaan harus melakukan kebijakan dividen yang tepat untuk mencapai hasil yang optimal. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimalkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2006). Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak tepisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam sebuah perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan. (Van Horne dan Wachowicz, 2007:270). Menurut Prawironegoro (2007:215) Kebijakan dividen adalah keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tentang pembagian laba bersih kepada para pemegang saham. Laba bersih atau earning after tax (EAT) merupakan hasil kerja manajemen dan seluruh pelaksana kerja perusahaan. Dalam berbagai kepusatakaan manajemen keuangan menunjukkan bahwa laba bersih hanya dibagi dua yaitu untuk pemilik perusahaan sebagai dividen dan untuk laba ditahan (retained earning). Dividen merupakan hasil investasi yang dapat dinikmati secara langsung oleh pemilik modal. Laba ditahan merupakan hasil investasi yang ditanamkan kembali untuk menambah modal kerja atau untuk perluasan usaha. Dengan demikian kebijakan dividen merupakan kebijakan yang harus diambil oleh manajemen untuk mengalokasikan laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode dalam bentuk dividen atau laba ditahan. Jadi, manajer keuangan harus mampu menentukan kebijakan yang mampu menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan datang. Berikut jenis-jenis dividen yang dapat dibagikan yaitu: 1. Dividen tunai Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk mengumumkan dividen tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui maka dividen segera diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan, daftar pemegang saham terakhir harus disiapkan. Karena itu, biasanya terdapat tenggang waktu antara saat pengumuman dan pembayaran. Pengumuman dividen tunai merupakan kewajiban dan, karena pembayaran biasanya dilakukan dengan segera, maka biasanya disebut sebagai kewajiban lancar. 2. Dividen properti Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut sebagai dividen properti atau dividend in kind. Dividen properti dapat berupa barang dagang, real estat, atau investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi. Ketika dividen properti diumumkan, perusahaan harus menetapkan kembali nilai wajar properti yang akan dibagikan, dengan mengakui setiap keuntungan atau kerugian sebagai perbedaaan antara nilai wajar dan nilai buku properti pada tanggal pengumuman.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
5
3.
4.
Dividen likuidasi Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan kadang – kadang disebut sebagai dividen likuidasi (liquidating dividends), yang menyiratkan bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan dari laba. Setiap dividen yang tidak didasarkan pada laba merupakan pengurangan modal disetor perusahaan, dan sejauh itu merupakan dividen likuidasi. Dividen saham Dividen saham (stock dividend) merupakan penerbitan oleh suatu perseroan atas saham miliknya sendiri kepada pemegang saham atas dasar prorate. Beberapa akuntan berpendapat bahwa nilai pari saham yang diterbitkan sebagai dividen harus ditransfer dari laba ditahan ke modal saham. Sementara yang lainnya berpendapat bahwa nilai wajar (fair value) saham yang diterbitkan yaitu nilai pasarnya pada tanggal pengumuman harus ditransfer dari laba ditahan ke modal saham dan tambahan modal disetor.
Teori Kebijakan Dividen Menurut Brigham dan Houston (2006) terdapat beberapa teori kebijakan pembagian dividen yaitu: a. Dividend Irrelevant Theory Menurut Modigliani dan Miller (MM), Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga saham (nilai perusahaan) maupun terhadap biaya modalnya. Kebijakan dividen yang satu sama baiknya dengan kebijakan dividen yang lain. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak relevan.
b.
c.
d.
e.
Teori The Bird in the Hand Teori The Bird in the Hand adalah teori yang menjelaskan bahwa investor menghendaki pembayaran dividen yang tinggi atau dikatakan kebijakan dividen adalah relevan. Alasan yang sering dikemukakan dalam memilih teori dividen relevan ini karena ada anggapan bahwa mendapat dividen tinggi saat ini resikonya lebih kecil daripada mendapat capital gain di masa yang akan datang. Teori Tax Preference Teori Tax Preference adalah teori yang mengemukakan bahwa investor menghendaki pembayaran dividen yang rendah. Hal ini dikarenakan dividen dikenakan pajak, sehingga banyak investor tidak menghendaki pembayaran dividen yang tinggi. Capital gain selanjutnya dipilih karena pajak capital gain relatif lebih rendah daripada dividen. Signaling Hypotesis Di dalam teori ini bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah penurunan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan mengalami masa sulit di masa mendatang. Teori “Clientele Effect” Teori ini menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan deviden perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payou Ratio yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
6
f.
Residual Theory Of Dividends Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: (1) mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan, (2) mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi, (3) memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal tersebut semaksimal mungkin dan, (4) membayar dividen hanya jika ada sisa laba. Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua keperluan investasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007) faktor – faktor yang biasa harus dianalisis perusahaan ketika membuat keputusan kebijakan dividen: 1. Aturan – aturan hukum Hukum badan perusahaan memutuskan legalitas distribusi apapun kepada para pemegang saham biasa perusahaan. Berbagai aturan hukum penting dalam membuat batasan hukum yang memungkinkan kebijakan dividen akhir perusahaan dapat berjalan. Aturan – aturan hukum ini berkaitan dengan penurunan nilai modal, insolvensi (kebangkrutan), dan penahanan laba yang tidak dibenarkan. 2. Kebutuhan pendanaan perusahaan Dalam hal ini, anggaran kas, laporan sumber dan penggunaan dana yang diproyeksikan, serta perkiraan laporan arus kas akan digunakan. Intinya adalah menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang kan terjadi ditengah ketiadaaan perubahan kebijakan dividen. Kemungkinan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan dividen harus dianalisis dalam kaitannya dengan distribusi probabilitas kemungkinan arus kas masa depan dan juga saldo kas. Berdasarkan analisis ini, perusahaan dapat menentukan dana residual yang mungkin dimilikinya di masa depan. 3. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen. Karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan, maka semakain besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang bertumbuh dan menguntungkan mungkin saja tidak likuid karena dananya digunakan untuk aktiva tetap dan modal kerjanya permanen. 4. Kemampuan untuk meminjam (Akses ke pasar modal) Kemampuan meminjam ini bisa dalam bentuk batas kredit atau perjanjian kredit bergulir dari suatu bank, atau hanya berupa kesediaan informal dari suatu lembaga keuangan untuk memberikan kredit. Selain itu, fleksibilitas keuangan bisa berasal dari kemampuan perusahaan untuk masuk ke pasar modal melalui penerbitan obligasi. Semakin besar dan semakin kuat perusahaan, maka akan semakin baik aksesnya ke pasar modal. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk meminjam, maka akan semakin besar fleksibilitasnya untuk meminjam, dan semakin besar pula kemampuannya untuk membayar dividen tunai. Dengan adanya akses yang mudah ke dana utang, pihak manajemen tidak perlu terlalu khawatir dengan pengaruh dividen tunai terhadap likuiditasnya. 5. Stabilitas Laba Suatu perusahaan yang memiliki laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayar deviden dengan persentase yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
7
labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahuntahun yang akan datang dapat tercapai sehingga perusahaan akan lebih cenderung menahan sebagian besar laba saat ini. Deviden yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayarkan apabila laba menurun pada masa yang akan datang. Kesempatan Investasi/Invesment Opportunity Set (IOS) Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil atau aktiva finansiil. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah, dan bangunan. Sedangkan aktiva finansiil merupakan aktiva berupa surat – surat berharga seperti saham dan obligasi. Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi berpengaruh terhadap besarnya laba yang dihasilkan dari suatu investasi (Martono dan Harjito, 2010). Menurut Myers (1977) set kesempatan investasi (IOS) merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi antara aktiva yang dimiliki (asset in place) dan pilihan investasi yang menguntungkan di masa depan. IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar. IOS merupakan sesuatu yang melekat dan bersifat unsorvable, oleh karenanya dibutuhkan adanya proksi. Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva di tempat (berupa nilai buku aktiva, ekuitas maupun perusahaan) dan nilai kesempatan bertumbuh suatu perusahaan di masa depan (berupa nilai pasar perusahaan). Proksi set kesempatan investasi yang telah digunakan oleh para peneliti secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama (Gaver dan Gaver, 1993; Jones dan Sharma, 2001; dan Kallapur dan Trombley, 1999), yaitu: 1. Proksi berdasarkan harga, proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya (assets in place). 2. Proksi berdasarkan investasi, proksi ini percaya pada gagasan bahwa satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara posistif pada nilai IOS suatu perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapakan dapat memberikan peluang investasi di masa berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan. 3. Proksi berdasarkan varian, proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Dalam penelitian ini hanya akan menggunakan satu proksi IOS saja yaitu market to book value equity (MVE/BE) yang masuk dalam kategori proksi berdasarkan harga. Tarjo dan Hartono (2003) menyatakan bahwa rasio market to book value mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas menunjukkan kesempatan investasi perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
8
Kinerja Keuangan Menurut Prawironegoro (2007:47) Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka–angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode sekarang harus dibandingkan dengan: (1) kinerja keuangan periode masa lalu, (2) anggaran neraca dan rugi-laba, dan (3) rata – rata kinerja keuangan perusahaan sejenis. Hasil perbandingan itu menunjukkan penyimpangan yang menguntungkan, kemudian penyimpangan itu dicari penyebabnya. Setelah ditemukan penyebab penyimpangan, manajemen mengadakan perbaikan dalam perencanaan dan perbaikan dalam pelaksanaan. Kegiatan perusahaan dapat disajikan dalam laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik adalah perusahaan yang hasil kerjanya diatas kinerja perusahaan pesaing, atau diatas rata – rata perusahaan sejenis. Salah satu dari analisis kinerja keuangan adalah analisis profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Untuk memperoleh laba diatas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expense) atas pendapatan. Hal tersebut berarti manajemen harus memperluas pangsa pasar dengan tingkat harga yang menguntungkan dan menghapusakan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah net profit margin. Net profit margin merupakan rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2005). Net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Net profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Menurut Syamsuddin (2007) Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan. Semakin tinggi penghasilan yang diperoleh perusahaan dari hasil operasinya akan memperbesar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Corporate Governance Governance yang terjemahannya adalah pengaturan yang dalam konteks Good Corporate Governance (GCG) ada yang menyebut tata pamong. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur uyang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewan pengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Sutedi, 2011). Shleifer dan Vishny (1997) dalam Trihapsari (2006) juga menyatakan bahwa corporate governance merupakan suatu mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa supplier keuangan, misalnya pemegang saham dan pemberi pinjaman (bondholders), dari perusahaan memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain , bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan kontrol terhadap manajer. Selain itu juga dijelaskan bahwa perusahaan yang telah menerapkan corporate governance akan lebih dipercaya kreditor maupun investor sehingga sahamnya lebih likuid dan harga saham bisa meningkat. Menurut FCGI (2001) yang mempergunakan definisi Cadbury Committee, Corporate Governance yaitu seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
9
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Disamping itu FCGI juga menjelaskan, bahwa tujuan dari Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dari definisi-definisi mengenai corporate governance diatas, corporate governance dapat dilihat sebagai peran, mulai dari penanggung jawaban tertinggi dalam perusahaan (dewan komisaris dan direksi), manajemen, sampai ke stakeholders, dalam menanggapi risiko dan dalam penyelenggaraan organisasi yang memantau kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahan secara bersama. Prinsip-Prinsip Corporate Governance Corporate Governance memiliki beberapa prinsip, dan prinsip-prinsip Corporate Governance ini dipastikan dapat diterapkan pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan. Menurut FCGI (2001) Prinsip-prinsip Corporate Governance yaitu: 1. Fairness (Keadilan) Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. 2. Transparency (Transparansi) Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. 3. Accountability (Akuntabilitas). Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris. 4. Responsibility (Pertanggungjawaban). Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Pengembangan Hipotesis Pengaruh kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen Salah satu persamaan antara kebijakan dividen dan keputusan investasi adalah keduanya sama-sama bersumber dari laba perusahaan. Laba perusahaan akan dipergunakan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham dan sisanya akan ditahan sebagai laba ditahan (retained earnings) yang akan digunakan untuk investasi perusahaan guna pertumbuhan di masa yang akan datang. Sehingga, semakin tinggi dana perusahaan dipakai untuk investasi, maka akan semakin kecil pendapatan yang akan diterima para pemegang saham, begitupun sebaliknya. Berbeda dengan pendapat Haruman (2008) adanya kesempatan investasi yang memberikan keuntungan tinggi bagi perusahaan dapat diartikan adanya prospek yang menjanjikan bagi investor di masa yang akan datang untuk dapat membayar dividen yang lebih tinggi. Menurut Haryetti dan Araji (2012) kesempatan investasi juga dipengaruhi oleh kebijakan dividen yang akan dilakukan oleh pihak perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Kesempatan Investasi berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
10
Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen Menurut Sawir (2001) seorang pemilik saham perusahaan pada prinsipnya lebih berkepentingan dengan keuntungan saat ini dan di masa – masa yang akan datang, dengan stabilitas keuntungan tersebut dan perbandingannya dengan keuntungan perusahaan lain. Pemegang saham akan menaruh minat pada kondisi keuangan perusahaan sejauh hal itu dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk berkembang, membayar dividen, dan menghindari kebangkrutan. Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberi sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dengan membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Menurut Sulistiyowati et al (2010) semakin besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. Pengaruh coporate governance terhadap kebijakan dividen Menurut Kaihatu (2006) ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai sesungguhnya perusahaan. Laporan keuangan merupakan sarana yang penting bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan secara periodik. Dalam laporan keuangan tersebut investor dapat mengetahui keberhasilan manajemen dalam memperoleh laba atau profit yang merupakan bagian dari kinerja perusahaan. Menurut Wijayanti dan Supatmi (2009) Corporate Governance perusahaan yang kuat mencerminkan bahwa pemegang saham memiliki pengaruh kuat terhadap penentuan kebijakan dividen perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4 : Corporate Governance berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan termasuk dalam pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk dalam pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, (2) Perusahaan yang telah melaporkan laporan keuangan tahunan selama 4 tahun secara berturut-turut dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 di Bursa Efek Indonesia, (3) Perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh publik, (4) Perusahaan yang membagikan dividen kas selama 4 tahun berturut-turut pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
11
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Kesempatan Investasi Kesempatan investasi menggunakan proksi market to book value of equity. Menurut Tarjo dan Hartono (2003) menyatakan bahwa rasio market to book value mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas menunjukkan kesempatan investasi perusahaan. Rumus ini sebagai berikut: (Jumlah saham beredar X Harga Penutupan Saham) MBVE = Total Ekuitas b. Profitabilitas Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas yaitu net profit margin. Rasio net profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan (Prastowo dan Juliaty, 2005). Rasio net profit margin dihitung dengan formula sebagai berikut: Laba Bersih Net Profit Margin =
X 100% Penjualan Bersih
c. Corporate Governace Menurut Sulistiyowati (2010) Penerapan good corporate governance (GCG) yaitu seberapa baik perusahaan menerapkan good corporate governance (GCG). Penerapan good corporate governance (GCG) menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI). Perhitungan good corporate governance (GCG) menggunakan hasil program riset dan pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) berupa skor dan indeks persepsi penerapan good corporate governance (GCG) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skala skor penerapan tersebut terdiri dari 3 kategori berdasarkan tingkat kepercayaan yaitu 55 sampai 100, jika perusahaan memiliki skor mendekati atau mencapai nilai 100 maka perusahaan tersebut semakin baik atau sangat terpercaya dalam menerapkan corporate governance. Variabel Dependen Kebijakan Dividen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividend payout ratio (DPR) yaitu mengukur proporsi laba bersih per satu lembar saham biasa yang dibayarkan dalam bentuk dividen (Prastowo dan Juliaty, 2005), yang dihitung sebagai berikut:
Dividen per lembar saham DPR = Laba Bersih per lembar saham
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
12
Variabel Kontrol Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti. Variabel corporate governance memiliki kemungkinan secara endogen ditentukan oleh berbagai faktor. Dengan mengakui sifat endogenitas dari variabel corporate governance, jika tidak memasukkan variabel kontrol sebagai pembanding maka penelitian ini hanya dapat mengintepretasikan hasil penelitian sebagai hubungan yang parsial. Dalam penelitian ini, variabel kontrol menggunakan ukuran perusahaan. ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar kekayaan yang dimiliki perusahaan. ukuran perusahaan dianggap dapat mengontrol variabel corporate governance. Menurut Wijayanti dan Supatmi (2009) ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural total asset. Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan satu persamaan regresi yang berbeda, yaitu : Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + ε Keterangan: α = Konstanta β1 – β3 = Koefisien regresi Y = Dividend Payout Ratio X1 = Market to book value of equity X2 = Net Profit Margin X3 = Corporate Governance X4 = Ukuran Perusahaan ε = Error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Berdasarkan hasil uji normalitas pada penelitian ini terdapat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hal ini didukung dengan tampilan grafik histogram yang menunjukkan pola distribusi normal. Dan hasil analisis statistik non parametrik KolmogrovSmirnov (K-S) untuk semua variabel adalah berasal dari populasi yang berdistribusi normal, karena nilai Asymp Sig. (2-tailed) > 0,05 sehingga dapat disimpulkan sebagian data memenuhi asumsi berdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas adanya multikolinieritas. c. Uji Autokorelasi. Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1,342 terletak Antara -2 sampai +2, yang berarti tidak ada masalah autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara ZEPRED dengan SRESID. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
13
Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis 1, 2, dan 3 Persamaan regresi ini digunakan untuk menjawab hipotesis 1, 2, dan 3, serta untuk mengetahui apakah variabel kontrol berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Tabel 1 Analisis Regresi DPR = β0 + β1.MBVE + β2.NPM + β3.CG + β4.SIZE + ε
Model
1
(Constant) MBVE NPM CG SIZE
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.398 .601 .017 .014 .098 .314 .011 .004 -.147 .041
Standardize d Coefficients Beta .185 .049 .401 -.544
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
2.325 1.241 .314 2.496 -3.564
.028 .225 .756 .019 .001
.904 .814 .780 .865
VIF 1.106 1.229 1.282 1.156
a. Dependent Variable: DPR
Sumber: Olah data SPSS.20 Berdasarkan hasil tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: a. Pengujian Hipotesis Perngaruh Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui nilai t sebesar 1,241 dengan signifikansi sebesar 0,225 (lebih besar dari α = 0,05). Dengan demikian bahwa kesempatan investasi yang dalam penelitian ini menggunakan market to book value equity (MBVE) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Hal ini dikarenakan adanya harga saham yang meningkat tidak mempengaruhi penurunan ataupun kenaikan pembayaran dividen. Berdasarkan Dividend Irrelevant Theory menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga saham (nilai perusahaan) maupun terhadap biaya modalnya. Modigliani dan Miller (MM) berpendapat bahwa kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari asset perusahaan. Oleh karena itu nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi (Sutrisno, 2009). Sehingga perusahaan dapat
menggunakan kesempatan investasi tanpa mempengaruhi laba yang dibagi untuk pembayaran dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Haryetti dan Araji (2012) yang menyatakan bahwa kesempatan investasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
14
b. Pengujian Hipotesis Perngaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Berdasarkan tabel 1 Dapat diketahui nilai t sebesar 0,314 dengan signifikansi sebesar 0,756 (lebih besar dari α = 0,05). Dengan demikian profitabilitas yang diukur dengan net profit margin (NPM) menunjukkan bahwa NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Hal ini dikarenakan adanya pembayaran dividen yang stabil atau meningkatnya pembayaran dividen pada saat laba bersih mengalami penurunan. Berdasarkan signalling hypotesis menyatakan bahwa besaran dividen yang diterima merupakan suatu sinyal bagi investor bahwa manajemen perusahaan dapat meramalkan suatu penghasilan yang lebih baik di masa yang akan datang (Brigham dan Houston, 2006). Oleh karena itu perusahaan akan selalu berupaya untuk mempertahankan pembayaran dividen meskipun terjadi penurunan jumlah laba yang diperolehnya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sulistyowati (2010) yang menyatakan variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. c. Pengujian Hipotesis Perngaruh Corporate Governance Terhadap Kebijakan Dividen Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui nilai t sebesar 2,496 dengan signifikansi sebesar 0,019 (lebih kecil dari α = 0,05). Dengan demikian bahwa corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR) dengan arah koefisien yang positif. Hal ini berarti semakin baik corporate governance maka semakin tinggi dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Corporate governance dapat dilihat dari prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perusahaan seperti transparansi dapat dilihat dari pengungkapan laporan tahunan yang lengkap dan penyajiannya tepat waktu, akuntabilitas yang terlihat dari kualitas komite audit, kewajaran terlihat dalam opini auditor pada laporan keuangan yang diumumkan perusahaan, dan responsibilitas yang terlihat dari tanggung jawab sosial perusahaan pada sumber daya manusia dan masyarakat sekitar. Menurut Kaihatu (2006) penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan secara konsisten terbukti bahwa dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan dapat menjadi penghambat atas aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai sesungguhnya. Dalam laporan keuangan tersebut investor dapat mengetahui keberhasilan manajemen dalam memperoleh laba atau profit, dan laba tersebut yang akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Putri et al (2012) dan Wijayanti dan Supatmi (2009) menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki corporate governance yang kuat akan membayar dividen lebih tinggi, karena investor lebih tertarik pada perusahaan yang menetapkan kebijakan dividen yang tinggi. d. Pengaruh ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol terhadap kebijakan dividen Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui nilai t sebesar -3,564 dengan signifikansi sebesar 0,001 (lebih kecil dari α = 0,05). Dengan demikian bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen dengan arah koefisien yang negatif. Arah negatif menunjukkan bahwa perusahaan yang memilki ukuran besar akan membagikan dividen rendah. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hatta (2002) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba yang lebih besar, sehingga akan mampu membayar deviden yang lebih tinggi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
15
SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) kesempatan investasi yang menggunakan proksi market to book value equity (MBVE) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen; (2) profitabilitas yang diukur dengan net profit margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap kebijakan Dividen; (3) corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR) dengan arah koefisien yang positif. Hal ini berarti semakin baik corporate governance maka semakin tinggi dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham; (4) ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Keterbatasan Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah (1) penelitian ini hanya menggunakan perusahaan yang terdaftar di BEI dan berturut-turut masuk dalam pemeringkatan CGPI tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 sehingga diperoleh jumlah sampel yang tidak banyak; (2) Penelitian ini hanya menggunakan variabel kesempatan investasi (market to book value equity), profitabilitas (net profit margin), corporate governance (CG), dan ukuran perusahaan (size), namun masih banyak variabel yang mempengaruhi dividend payout ratio (DPR). DAFTAR PUSTAKA Brigham, E. F dan J.F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Salemba Empat. Jakarta FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta. Gaver, J. J. dan K. M. Gaver. 1993. Additional Evidence on The Association between the Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies. Journal of Accounting and Economics, No. 16, Page: 125-160 Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi II. Semarang. Badan Penerbit-UNDIP. Halim, A. 2005. Analisis Investasi. Salemba Empat. Jakarta Hanafi, M. H dan A. Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta Haruman, T. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan (Survei pada Perusahaan Manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak Haryetti dan R, Araji. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Investment Opportunity Set dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi Volume 20 Hatta, A. J. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Investifasi Pengaruh Teori Stakeholder. jurnal akuntansi dan auditing indonesia. Vol.6. No.2 Jensen, M.C. dan W.H. Meckling 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4, Hal. 305360 Jones, S. dan R. Sharma. 2001. The Association Between Investment Opportunity Set Proxies and Corporate Financing and Dividend Decisions: Some Australian Evidence. Managerial Finance, Vol. 27, No. 3, Page: 48-64
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
16
Kaihatu, T. S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.8, No. 1: 1-9 Kallapur, S. dan M. A. Trombley. 1999. The Association Between Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth. Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 26, No.3, Page: 505-519 Martono dan D. A. Harjito. 2010. Manajemen Keuangan. EKONISIA. Yogyakarta Myers, S. C. 1977. Determinants of Corporate Borrowing. Journal of Financial Economics, Vol. 5, Page: 147-175 Prastowo, D dan R. Juliaty. 2005. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi, Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta Prawironegoro, D. 2007. Manajemen Keuangan. Diadit Media. Jakarta Putri, G. A, M. Djasuli, G. A. Harwida. 2013. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, Tingkat Hutang, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ronosulistyo, R. 2008. Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Studi pada enam perusahaan di Indonesia terbaik versi The Forbes Global 2000 (terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Bandung Sawir, A. 2001, Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI. Jakarta Sulistiyowati, I, R. Anggraini, dan T. H. Utaminingsih. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto Sutedi, A. 2011. Good Corporate Governance. Edisi Kesatu. Sinar Grafika. Jakarta Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. EKONISIA. Yogyakarta Syamsuddin, L. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi Dalam : Perencanaan, Pengawasan, Dan Pengambilan Keputusan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Tarjo dan J. Hartono. 2003. Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Makalah Seminar, Simposium Nasional Akuntansi VI, Ikatan Akuntansi Indonesia Trihapsari, E. 2006. Analisis Korelasi antar Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance dengan Manajemen Laba pada Emiten di Bursa Efek Jakarta. Disertasi. Program Sarjan Universitas Dipenogoro Van Horne, J.C dan J.M. Wachowicz. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi 12. Salemba Empat. Jakarta Wijayanti, S dan Supatmi. 2009. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV: 135-146 ●●●