PENGARUH BIAYA KUALITAS DAN VOLUME PENJUALAN TERHADAP LABA KOTOR (Studi Kasus pada Perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya) FATHUR ROHMAN Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi e-mail :
[email protected]
ABSTRACT The objective of this research is to know whether the cost of quality and sale volume influenced on the groos profit partially and simultaneously. This research was conducted by using an analytic descriptive method with the case study approach at Batik Nadira Company Tasikmalaya. The data were collected through a field study and a literary study. The data were analysed by using a path analysis. The research result showed that partially the cost of quality influenced dosnt significantly on the groos profit at Batik Nadira Company Tasikmalaya, or Ho was accepted. Furthermore, partially the sale volume significantly influenced on the groos profit at Batik Nadira Company Tasikmalaya, or Ha was accepted. The influence of cost of quality and sale volume was very strong. Moreover, simultaneously the cost of quality and sale volume significantly influenced on the groos profit at Batik Nadira Company Tasikmalaya, or Ha was accepted. Keywords : Cost of quality, sale volume, groos profit.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh biaya kualitas dan volume penjualan terhadap laba kotor secara parsial dan simultan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus pada perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian lapangan dan kepustakaan. Rancangan analisis data yang dilakukan adalah analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengujian secara parsial pada biaya kualitas berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor pada perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya atau (Ho) diterima. Analisis secara parsial selanjutnya dilakukan pada volume penjualan diperoleh bahwa volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor pada perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya atau (Ha) diterima. Analisis pada pengaruh biaya kualitas dan volume penjualan diperoleh pengaruh yang sangat kuat. Berikutnya pengujian secara simultan dilakukan pada biaya kualitas dan volume penjualan diperoleh bahwa biaya kualitas dan volume penjualan berpengaruh
signifikan terhadap laba kotor pada perusahaan Batik Nadira
Tasikmalaya atau (Ha) diterima.
Kata kunci : biaya kualitas, volume penjualan, laba kotor.
PENDAHULUAN Saat ini dunia usaha di indonesia semakin meningkat dan berkembang pesat. Sehingga secara otomatis persaingan usahapun semakin ketat oleh karena itu keadaan ini memaksa perusahaan untuk bersaing dan bertahan dalam perdagangan global. Dengan hal ini perusahaan dituntut untuk mempertajam strategi bisnisnya agar dapat bertahan dengan persaingan yang semakin ketat. Saat ini telah terdaftar sertifikat standar internasional yang harus dimiliki oleh perusahaan agar dapat mengikuti persaingan usaha ditingkat internasional.
Standar tersebut adalah ISO 9000. Untuk memperoleh sertifikat ISO 9000, perusahaan harus membuktikan bahwa mereka mengikuti prosedur operasi pada ISO 9000; yang meliputi inspeksi terhadap proses produksi, pemeliharaan peralatan, melatih tenaga kerja, menguji produk dan dikaitkan dengan keluhan pelanggan. Perusahaan penguji independen mengaudit operasi perusahaan dan membuat rekomendasi untuk mengeluarkan sertifikat tersebut (Blocher et,. Al. diterjemahkan oleh A. Susty.A, 2000 : 25) Selain itu, indonesia pun memiliki sertifikat standar nasional (SNI) yang harus dipatuhi perusahaan yang berskala nasional. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian atas kualitas barang sangat diutamakan dan merupakan faktor penentu bagi perusahaan atas kondisi barang produksinya. Saat ini perusahaan tidak hanya harus memperhatikan kualitas produksi namun juga kualitas barang yang dihasilkan, ini merupakan salah satu bagian yang dipertimbangkan. Dengan keadaan ini maka seharusnya perusahaan-perusahaan kembali menyusun strategi dengan sebaik mungkin agar perusahaan akan terus bertahan dan selalu melakukan kegiatan produksinya. Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dalam berbagai segmen, seperti senantiasa melakukan inovasi dan evaluasi terhadap barang yang diproduksinya serta dalam menghasilkan produk dengan memberikan nilai tambah bagi konsumen baik dari segi manfaat ataupun dari segi kualitas. Hal ini pula yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur dengan selalu menyediakan produk yang berkualitas adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, agar perusahaan tetap bertahan hidup dalam
persaingan dan kelangsungan usaha perusahaan. Suatu produk yang berkualitas tidak hanya merupakan produk dengan tampilan yang menarik saja tetapi juga harus memenuhi kriteria yang sesuai dengan selera, kebutuhan dan kepuasan konsumen. Kualitas produk merupakan acuan yang utama bagi suatu perusahaan manufaktur. Apabila perusahaan berproduksi tanpa memperhatikan kualitas produknya, maka sama saja perusahaan tersebut menghilangkan kesempatan untuk menguasai pasar. Karena saat ini tidak dapat dipungkiri lagi bahwa konsumen semakin kritis dalam memilih dan menentukan produk yang dibeli. Perusahaan manufaktur yang kegiatan utamanya mengolah barang jadi, harus mampu menghasilkan produk yang berkualitas dengan biaya yang rendah dan harga jual yang kompetitif akan menjadi incaran para konsumen sehingga mampu survive dan bersaing dengan perusahaan lain serta perusahaan pun tak akan kehilangan pangsa pasar. Selain itu dengan mempunyai kualitas yang bagus dan inovatif maka konsumen akan merasa bahwa kualitas produk adalah produk yang mempunyai nilai lebih tinggi. Nilai tinggi yang dirasakan oleh pelanggan memungkinkan perusahaan untuk menentukan harga yang lebih tinggi atau untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih meningkatkan pendapatan. Untuk menjaga konsistensi kualitas produk sesuai dengan kebutuhan pasar, maka dilakukan pengendalian kualitas (quality control) dalam sistem manajemen mutu atas aktivitas produksi yang dilakukan. Pada umumnya pengendalian kualitas di dalam perusahaan mempunyai beberapa tujuan tertentu, antara lain terdapatnya peningkatan kepuasan konsumen
dan proses produksi dapat dilaksanakan dengan biaya seefisien mungkin sehingga walaupun dengan adanya biaya kualitas tidak akan menjadi tambahan biaya yang terlalu besar dalam biaya produksi. Dengan demikian, apabila perusahaan semata-mata berproduksi pada biaya yang serendah-rendahnya namun tidak memperhatikan kepuasan konsumen maka perusahaan semacam ini sudah tidak lagi memperhatikan kualitas produknya. Sehingga mengakibatkan terdapatnya kenaikan biaya produksi yang sangat besar karena perusahaan dibebani dengan biaya jumlah produk yang gagal atau produk yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan, maka keadaan ini tidak dapat dikatakan sebagai usaha untuk melaksanakan pengendalian kualitas yang baik. Dengan demikian pengendalian kualitas harus dapat mengarahkan kepada beberapa tujuan tersebut secara terpadu sehingga kualitas produk menjadi lebih baik dan biaya produksi dapat ditekan seefisien mungkin dan dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal ini pula yang dilakukan oleh Perusahaan Batik Nadira sebagai perusahaan manufaktur dalam pelaksanaan produksinya perusahaan Batik Nadira menetapkan sistem manajemen kualitas yang dalam penerapannya diperlukan biaya kualitas untuk pencapaian produk berkualitas dan juga dapat meningkatkan volume penjualan serta laba kotor yang diperoleh pun akan meningkat. Penerapan biaya kualitas diperusahaan Batik Nadira mengambil kebijakan bahwa biaya pencegahan dan biaya penilaian menjadi tindakan yang utama. Dalam hal produksi biaya pencegahan berfungsi untuk biaya desain produk baju
batik dengan motif yang berbeda, biaya pemeliharaan mesin jahit dan biaya pelaporan kualitas. Biaya penilaian di Perusahaan Batik Nadira seperti biaya untuk memeriksa kain yang baru datang dan yang siap diproses, dan selalu melakukan evaluasi terhadap produk yang diproduksi serta terhadap mesin produksinya. Maka di perusahaan Batik Nadira biaya pencegahan dan biaya penilaian menjadi biaya yang paling diutamakan dibandingkan biaya kualitas yang lainnya, karena biaya pencegahan dan biaya penilaian akan menurunkan biaya kegagalan internal dan juga biaya kegagalan eksternal. Kualitas yang baik menurunkan tingkat pengembalian produk, efisiensi waktu, selain itu juga dapat meningkatkan volume penjualan serta dapat meningkatkan laba bagi perusahaan. Dalam perusahaan produksi perdagangan seperti Batik Nadira, barang yang tidak sesuai dengan yang diinginkan atau barang cacat memang tidak dapat dihilangkan. Namun dengan adanya biaya kualitas produk cacat tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Penelitian ini dilakukan di Perusahaan batik Nadira karena Perusahaan Batik Nadira merupakan perusahaan yang bersifat profit oriented, di mana kegiatan usahanya difokuskan dalam pencapaian laba yang maksimum namun dengan biaya yang seefisien mungkin. Untuk pencapaian tersebut maka Perusahaan Batik
Nadira
selalu
memperhatikan kualitas
produk
yang
dihasilkannya sehingga konsumen merasa puas pada produk yang dihasilkannya. Di perusahaan Batik Nadira kualitas suatu produk selalu menjadi yang diutamakan karena jika hasil produksinya berkualitas maka kepuasan konsumen
akan tercapai. Dengan mengutamakan kualitas ini maka biaya kualitas pun selalu teranggar dalam setiap tahunnya. Biaya kualitas dibatik Nadira lebih mengutamakan pada biaya pencegahan dan biaya penilaian. Biaya pencegahan di Perusahaan Batik Nadira dengan selalu memfokuskan memeriksa setiap mesin produksi, perencanaan desain dan pelaporan dari setiap kualitas produk. Dan untuk biaya penilaian di perusahaan Batik Nadira yaitu dengan pemilihan kain yang bagus dan baik untuk diberikan obat serta pewarnaan sehingga kain tersebut tidak dapat mengkerut agar menghasilkan produk yang baik. Sedangkan pada biaya kegagalan internal dengan memfokuskan memperbaiki barang cacat tersebut sebelum barang itu sampai ketangan konsumen dan untuk biaya kegagalan eksternal perusahaan merekrut barang cacat tersebut dan melakukan lagi produksi ulang apabila produk tersebut telah terlanjur sampai ketangan konsumen. Jadi biaya kualitas sangat berperan bagi perusahaan dalam proses produksi, mulai saat produk tersebut diproduksi, sampai produk tersebut selesai diproduksi, dan sampai ke tangan konsumen hingga akhirnya produk tersebut berubah menjadi laba dalam hal ini laba kotor yang di terima perusahaan. Sehingga keberhasilan dalam pengelolaan biaya kualitas mempunyai peranan penting bagi perusahaan dalam meningkatkan laba kotor karena pangsa pasar yang di dapat perusahaan lebih besar atau dapat dikatakan profitabilitasnya meningkat. Sehingga hal tersebut juga akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan yang dapat mencerminkan keberhasilan suatu perusahaan.
Kualitas yang baik menurunkan tingkat pengembalian produk, biaya produksi dan efisiensi waktu, selain itu juga dapat meningkatkan volume penjualan yang dapat meningkatkan laba bagi perusahaan. Pendapatan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah mendorong pendapatan dan pengembalian investasi. Fokus pada kualitas menaikkan peluang perusahaan mencapai pendapatan maksimal dan dapat menurunkan ancaman kompetitif (Blocher et al. Diterjemahkan oleh A.Susty.A, 2000 : 207) Sehingga berdasarkan pemaparan tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan adanya biaya kualitas yang efektif untuk menghasilkan produk yang lebih baik, maka akan dapat meningkatkan laba kotor suatu perusahaan. Tentu saja laba kotor akan sangat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, dengan ditingkatkannya biaya kualitas dan keberhasilannya dalam mengelola biaya kualitas secara efektif dan efisien mempunyai hubungan positif dalam meningkatkan volume penjualan dengan cara meningkatkan biaya kualitas dan volume penjualan untuk mencapai laba yang optimal bagi suatu perusahaan. Volume penjualan yang semakin meningkat dan memiliki indikasi barang yang diproduksi memiliki kualitas yang diterima dalam resepsi pembeli, sehingga baik secara parsial maupun simultan biaya kualitas dan volume penjualan merupakan faktor penting dalam mendukung pencapaian optimalisasi laba perusahaan (profitabilitas). Adapun hubungan antara biaya kualitas dan volume penjualan dengan laba kotor berdasarkan uraian teori diatas, dimana biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk, maka dapat
menimbulkan pencapaian volume penjualan yang tinggi, sehingga perusahaan harus mampu meningkatkan biaya kualitas untuk mencegah biaya yang rendah dan untuk mencapai laba yang optimal bagi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang ditimbulkan oleh biaya kualitas dan volume penjualan terhadap laba kotor. Penelitian yang penulis lakukan mengacu pada penelitian terdahulu, antara lain : 1. Yayu Rahayu (2007), mengkaji pengaruh biaya kualitas, biaya promosi, dan biaya layanan konsumen terhadap volume penjualan. Studi kasus pada PT. Pupuk Kujang Cikampek. Alat analisis yang digunakan metode statistik parametik. Hasil penelitian menyatakan pada tingkat keyakinan 95% terhadap volume penjualan. 2. Enda Handayani (2009), mengkaji pengaruh anggaran biaya produksi terhadap laba kotor. Studi kasus pada CV. Panamas Ligar Perkakas Rajapolah. Hasil yang didapat dari penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pengaruh anggaran biaya produksi dengan pencapaian laba kotor yaitu sebesar 99,9%. 3. Ruli Santi (2008), mengkaji mengenai efisiensi biaya produksi terhadap volume penjualan dan dampaknya pada laba operasional perusahaan. Studi kasus pada PT. Galunggung Raya Block Tasikmalaya. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menyatakan bahwa efisiensi biaya produksi dan volume penjualan secara
simultan berpengaruh positif sebesar 96,8% terhadap laba operasional perusahaan. 4. Novi Riyani (2009) Studi kasus pada PT. Mitra Ekasari Jaya Sumedang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Hasilnya adalah berpengaruh secara simultan terhadap kineja keuangan sebesar 87,3%. 5. Angga Daniswara (2007) dengan judul Pengaruh Biaya Kualitas dan Biaya Produksi terhadap Laba, studi kasus pada PT.S.S Utama Jakarta. Dimana penelitian tersebut peneliti membahas seberapa besar pengaruh komponen biaya kualitas dan biaya produksi terhadap laba. Hasil yang didapat dari penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh biaya kualitas dan biaya produksi dengan pencapaian laba yaitu sebesar 70,93% 6. Supraptowo (2007) dengan judul Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Pengendalian Produk Cacat, studi kasus pada PT.METEC Semarang dimana pada penelitian tersebut peneliti membahas seberapa besar pengaruh komponen biaya
kualitas
secara
keseluruhan terhadap
pengendalian produk cacat. Dengan hasil bahwa biaya kualitas berpengaruh terhadap pengendalian produk cacat. 7. Herni Yulianti (2008) dengan judul Pengaruh Pengendalian Biaya Produksi Terhadap Laba Kotor, studi kasus pada
perusahaan Jamu
Walikukun Tasikmalaya. Hasil yang didapat dari penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengendalian biaya produksi dengan laba kotor suatu perusahaan.
8. Novi Nurherviyani (2009) Studi kasus pada perusahaan Mebel Jalil Tasikmalaya, hasilnya adalah Efisiensi biaya produksi dan volume penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap laba operasional perusahaan baik secara simultan maupun secara parsial. 9. Marlina Nur Lestari (2008) mengkaji mengenai pengaruh komponen biaya kualitas terhadap profitabilitas,studi kasus pada perusahaan manufaktur yaitu PT. Hayati dimana pada penelitian tersebut peneliti membahas seberapa besar pengaruh komponen biaya kualitas secara keseluruhan terhadap profitabilitas. 10. Ruli Santi (2006) mengkaji mengenai efisiensi biaya produksi terhadap volume penjualan dan dampaknya pada laba operasi perusahaan. Studi kasus pada PT. Galunggung Raya Block Tasikmalaya. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menyatakan bahwa efisiensi biaya produksi dan volume penjualan secara simultan berpengaruh positif sebesar 96,8% terhadap laba operasi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis : 1.
Untuk mengetahui biaya kualitas, volume penjualan, dan laba kotor pada perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya.
2.
Untuk mengetahui pengaruh biaya kualitas terhadap volume penjualan pada perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya.
3.
Untuk mengetahui pengaruh biaya kualitas secara parsial terhadap laba kotor pada perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya.
4.
Untuk mengetahui pengaruh volume penjualan secara parsial terhadap lana kotor pada perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya
5.
Untuk mengetahui pengaruh biaya kualitas dan volume penjualan secara simultan terhadap laba kotor pada perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif analisis adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Moch. Nazir, 1999 : 63) Menggunakan pendekatan studi kasus yaitu penelitian ilmiah yang membahas dan menganalisa masalah berdasarkan kondisi yang sebenarnya terjadi pada perusahaan yang diteliti. (Moch. Nazir, 1999 : 63) Tekhnik Pengumpulan Data Jenis Data 1. Data Primer Yaitu data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus dan pada umumnya data primer ini sebelumnya belum tersedia, sehingga seorang peneliti harus melakukan pengumpulan sendiri data ini berdasarkan kebutuhannya (Danang Sunyoto, 2013). Data primer dapat diperoleh dengan cara peninjauan langsung terhadap suatu objek penelitian dan atau melalui hasil wawancara dengan pihak badan, dinas dan
kantor terkait. Menurut Danang Sunyoto (2013:21), berdasarkan sifatnya data primer dikategorikan menjadi dua macam, yaitu data kualitatif yang berupa variasi persepsi- persepsi dan data kuantitatif yang berupa angka atau bilangan absolut. 2. Data Sekunder Yaitu data yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan mempelajari buku yang ada hubungannya dengan obyek penelitian atau dapat dilakukan dengan menggunakan data dari Biro Pusat Statistika (Danang Sunyoto, 2013). Menurut Danang Sunyoto (2013:21), berdasarkan sumbernya, data sekunder dibedakan menjadi dua macam yaitu data sekunder internal atau data yang bersumber dari internal obyek penelitian dan data sekunder eksternal atau data yang diperoleh dari pihak lain, dalam artian bahwa data penelitian telah dikumpulkan oleh pihak diluar perusahaan atau lembaga. Prosedur Pengumpulan Data Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka dibutuhkan data dan informasi yang mendukung penelitian ini. Dalam memperoleh data dan informasi yang akan mendukung penelitian, penulis mengumpulkan data berupa : Penelitian Lapangan Yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian secara langsung guna memperoleh data primer yang diperlukan dalam kaitannya dengan penelitian. Sedangkan teknik pengumpulan data primer adalah sebagai berikut : Observasi. Wawancara. Dokumentasi. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca dan mempelajari literatur-literatur yang mempunyai kaitannya dengan masalah yang diteliti. Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari pertama variabel independen (variabel bebas), yang menjadi variabel independennya adalah Biaya Kualitas (X1), Volume Penjualan (X2). Yang menjadi variabel dependen (variabel terikat) pada penelitian ini adalah Laba Kotor (Y). ɛ Biaya Kualitas (X1)
Laba Kotor (Y) Volume Penjualan (X2) Gambar 1 Paradigma Penelitian
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, dimana dua variabel bebas (independent variable) yakni Biaya Kualitas (X1) dan Volume Penjualan (X2), sedangkan untuk variabel terikat (dependent variable) adalah Laba Kotor (Y). Teknik yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis), tujuan digunakan analisis jalur (path analysis) adalah untuk mengetahui pengaruh
seperangkat variabel X (independent variable) dan untuk mengetahui antara variabel X. Dalam analisis jalur ini dapat dilihat pengaruh dari setiap variabel secara bersama-sama. Selain itu, tujuan dilakukannya analisis jalur adalah untuk menerangkan pengaruh langsung atau tidak langsung dari beberapa variabel penyebab terhadap variabel lainnya sebagai variabel terikat. Berdasarkan keterangan diatas, akan diterjemahkan sebuah diagram jalur pada Gambar 2
ε X1
ρYX1 ρYε
rX1 X2 Y
X2
ρYX2 Gambar 2 Struktur Lengkap Path Analysis
Keterangan: X1
= Biaya Kualitas
X2
= Volume Penjualan
Y
= Laba Kotor
Ɛ
= Faktor lain yang tidak diteliti terhadap variabel Y
ρYX1
= Koefisien jalur antar variabel X1 terhadap variabel Y
ρYX2
= Koefisien jalur antar variabel X2 terhadap variabel Y
rX1 X2
= Koefisien korelasi variabel X1 terhadap variabel X2
ρYε
= Koefisien jalur ɛ terhadap variabel Y Dari struktur total Path Analysis diatas, dapat dibagi menjadi dua sub
struktur yaitu sebagai berikut: ɛ
rX1 X2 X1
X2
Gambar 3 Substruktur I Pengaruh X1 terhadap X2 ε X1
ρYX1 ρYε
Y
X2
ρYX2 Gambar 4 Substruktur II
Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y Dari struktur Path Analysis diatas, terdapat beberapa langkah-langkah yang digunakan: Menghitung koefisien korelasi (r) ρYX 2 X1 = rX2 X1 Oleh karena itu dapat digunakan rumus berikut: rij =
1 n
Zi Z j
atau r=
N
XY − εX . (εY)
[NεX 2 − (εX)2 ][NεY 2 − εY 2 ]
(Ating Somantri, Sambas Ali Muhidin, 2006:26) Tabel 3.2 Tingkat Keeratan Hubungan Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 1,99 0,20 – 0,399
Sangat Rendah Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799 0,80 – 1,00
Kuat Sangat Kuat
(Sugiyono, 2007:231) Pengujian secara simultan menggunakan rumus sebagai berikut: n − k − 1 R2 YX1 X2 … … xk t= k(1 − R2 YX1 X2 … … xk) (Ating Somantri, Sambas Ali Muhidin, 2006:276) Keterangan:
I
= 1,2……….k
K
= banyaknya variabel eksogenus dalam substruktur yang sedang diuji
T
= mengikuti table distribusi F-snedector, dengan derajat bebas
Pengujian secara parsial menggunakan rumus sebagai berikut: t=
ρxi xj 1 − R2 xi xj Cii n−k−1
(Ating Somantri, Sambas Ali Muhidin, 2006:276) Pengujian faktor residu atau sisa ρYεi =
1 − R2 Yi x1 x2 … xk
(Ating Somantri, Sambas Ali Muhidin, 2006:275) Keterangan : k
R2 Yi x1 x2 … xk =
ρYx1 rYxi i=1
ρY ε = Koefisien Residu Prosedur Hipotesis Operasional 1. Penetapan Hipotesis Operasioal a. Secara Simultan Ho : ρYX1X2 = 0
Besarnya Biaya Kualitas dan Volume Penjualan secara simultan tidak berpengaruh terhadap Laba Kotor
Ha : ρYX1X2 ≠ 0
Besarnya Biaya Kualitas dan Volume Penjualan secara simultan berpengaruh terhadap Laba Kotor
b. Secara Parsial
Ho : ρYX1X2 = 0
Besarnya Biaya Kualitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap Volume Penjualan
Ha : ρYX1X2 ≠ 0
Besarnya
Biaya
Kualitas
secara
parsial
berpengaruh terhadap Volume Penjualan Ho : ρYX1X2 = 0
Besarnya Biaya Kualitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap Laba Kotor
Ha : ρYX1X2 ≠ 0
Besarnya
Biaya
Kualitas
secara
parsial
berpengaruh terhadap Laba Kotor Ho : ρYX1X2 = 0
Besarnya Volume Penjualan secara parsial tidak berpengaruh terhadap Laba Kotor
Ha : ρYX1X2 ≠ 0
Besarnya
Volume
Penjualan
secara
parsial
berpengaruh terhadap Laba Kotor 2. Penetapan tingkat signifikasi Tingkat signifikasi yang digunakan adalah 95% (α = 0,05) yang merupakan tingkat signifikasi yang sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukkan ketiga variabel mempunyai korelasi cukup nyata. Dimana metode pengujian yang digunakan adalah pengujian dua arah. 3. Uji signifikasi Untuk menguji signifikasi dilakukan dua pengujia dua arah, yaitu : a. Secara parsial menggunakan uji t b. Secara simultan menggunakan uji F 4. Kaidah keputusan a. Secara parsial
Terima Ho jika −t 1 2 α ≤ t hitung ≤ t 1 2 α Tolak Ho jika ≤ −t 1 2 α dan ≥ t 1 2 α b. Secara simultan Terima Ho jika : F hitung ≤ F tabel Tolak Ho jika : F hitung ≥ F table Penarikan kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis akan melaksanakan analisa secara kuantitatif. Dari hasil tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak.
PEMBAHASAN Biaya Kualitas pada Perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya
Tahun 2008 Bulan Juni biaya kualitas sebesar Rp. 24.001.000
Tahun 2008 Bulan Desember biaya kualitas sebesar Rp. 28.250.000, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 17,7%. Hal ini disebabkan banyaknya produk yang rusak akibat kelalaian pegawai.
Tahun 2009 Bulan Juni biaya kualitas sebesar Rp. 25.000.000, dari semester sebelumnya menurun sebesar 11,5%. Hal itu disebabkan perusahaan
lebih
mengutamakan
pencegahan
sehingga
dapat
meminimalisasi produk yang rusak.
Tahun 2009 Bulan Desember biaya kualitas sebesar Rp. 23.519.000, dari semester sebelumnya menurun sebesar 5,9%. Hal itu disebabkan
perusahaan lebih mengutamakan pencegahan, dan menurunnya biaya kegagalan internal dan eksternal.
Tahun 2010 Bulan Juni biaya kualitas sebesar Rp. 28.500.000, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 21%. Hal itu disebabkan meningkatnya biaya pencegahan dan meningkatnya produk yang rusak akibat kelalaian pegawai.
Tahun 2010 Bulan Desember biaya kualitas sebesar Rp. 32.159.000, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 12,9%. Hal itu disebabkan meningkatknya biaya pencegahan dan meningkatnya produk yang rusak akibat kelalaian pegawai.
Tahun 2011 Bulan Juni biaya kualitas sebesar Rp. 35.992.000, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 11,9%. Hal itu disebabkan meningkatnya kegiatan penilaian produk oleh perusahaan sehingga menyebabkan biaya penilaian meningkat.
Tahun 2011 Bulan Desember biaya kualitas sebesar Rp. 33.952.900, dari semester sebelumnya menurun sebesar 5,6%. Hal itu disebabkan perusahaan lebih mengutamakan pencegahan, dan menurunnya biaya penilaian.
Tahun 2012 Bulan Juni biaya kualitas sebesar Rp. 30.100.000, dari semester sebelumnya menurun sebesar 11,3%. Hal itu disebabkan perusahaan lebih mengutamakan pencegahan, sehingga perusahaan tidak mengalami pengembalian produk oleh konsumen.
Tahun 2012 Bulan Desember biaya kualitas sebesar Rp. 35.683.000, dari semester sebelumnya menurun sebesar 18,5%. Hal itu disebabkan meningkatnya produk yang rusak akibat kelalaian pegawai.
Dari data di atas dapat di lihat persentase biaya kualitas dari tahun 20082012, adalah sebagai berikut. Tabel 4.2 Analisis Biaya Kualitas pada Perusahaan Batik Nadira Tahun 2008-2012 (Dalam Rupiah) Tahun Total Biaya Kualitas Mutasi (Rp) 2008
2009
2010
2011
2012
Rp
%
Juni
24.001.000
Des
28.250.000
4.249.000
17,7%
Juni
25.000.000
-3.250.000
-11,5%
Des
23.519.000
-1.481.000
-5,9%
Juni
28.500.000
4.981.000
21%
Des
32.159.000
3.659.000
12,9%
Juni
35.992.000
3.833.000
11,9%
Des
33.952.900
-2.040.000
-5,6%
Juni
30.100.000
-3.852.000
-11.3%
Des
35.683.000
5.583.000
18,5%
Sumber : Perusahaan Batik Nadira yang telah diolah oleh Penulis
Adapun peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2010 bulan juni yaitu sebesar 21%, hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan biaya pencegahan untuk meminimalisasi produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya guna memperbaiki produk agar sesuai dengan keinginan pasar dan konsumen sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. Sedangkan penurunan biaya kualitas tertinggi terjadi pada tahun 2009 bulan juni yaitu sebesar 11,5% dikarenakan adanya kecerobohan pihak manajemen perusahaan didalam mengawasi produk dan karena minat masyarakat yang menurun akibat semakin naiknya harga produk tersebut. Volume Penjualan pada Perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya Setiap perusahaan pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin memperoleh keuntungan yang semakin meningkat, untuk dapat mencapai hal tersebut perusahaan dapat melakukan berbagai cara atau usaha, salah satunya dengan cara meningkatkan volume penjualan produknya. Volume penjualan merupakan salah satu tulang punggung perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidupnya, maka perusahaan harus meningkatkan volume penjualan karena semakin banyak barang atau jasa yang dikeluarkan semakin tinggi pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan.
Tahun 2008 Bulan Juni volume penjualan sebesar Rp. 1.080.000.000.
Tahun
2008
Bulan
Desember
volume
penjualan
sebesar
Rp.
1.188.000.000, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 10%. Hal ini dikarenakan banyaknya permintaan konsumen terhadap produk yang dibuat.
Tahun 2009 Bulan Juni volume penjualan sebesar Rp. 1.134.400.876, dari semester sebelumnya menurun sebesar 4,5%. Hal ini dikarenakan menurunnya permintaan terhadap produk.
Tahun 2009 Bulan Desember volume penjualan sebesar Rp. 1.080.350.330, dari semester sebelumnya menurun sebesar -4,7%. Hal ini dikarenakan menurunnya permintaan pasar terhadap produk yang dibuat dikarenakan harga produk yang meningkat.
Tahun 2010 Bulan Juni volume penjualan sebesar Rp. 1.200.909.600, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 11,1%. Hal ini dikarenakan banyaknya permintaan konsumen terhadap produk yang dibuat.
Tahun 2010 Bulan Desember volume penjualan sebesar Rp. 1.120.750.750, dari semester sebelumnya menurun sebesar 6,6%. Hal ini dikarenakan menurunnya permintaan pasar terhadap produk yang dibuat dikarenakan harga produk yang meningkat yang diakibatkan adanya kenaikan bahan baku.
Tahun 2011 Bulan Juni volume penjualan sebesar Rp. 1.200.635.660, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 7,1%. Hal ini dikarenakan kualitas produk yang semakin meningkat sehingga permintaan pasar ikut meningkat.
Tahun 2011 Bulan Desember volume penjualan sebesar Rp. 1.256.755.450, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 4,6%.
Hal ini dikarenakan kualitas produk yang semakin meningkat sehingga permintaaan pasar ikut meningkat.
Tahun 2012 Bulan Juni volume penjualan sebesar Rp. 1.387.796.550, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 10,3%. Hal ini dikarenakan kualitas produk yang semakin meningkat sehingga permintaan pasar ikut meningkat.
Tahun 2012 Bulan Desember volume penjualan sebesar Rp. 1.358.960.450, dari semester sebelumnya menurun sebesar 2%. Hal ini dikarenakan menurunnya permintaan pasar terhadap produk yang dibuat dikarenakan harga produk yang meningkat yang diakibatkan adanya kenaikan bahan baku.
Berikut ini data mengenai volume penjualan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut : Sumber : Perusahaan Batik Nadira
Dari data di atas dapat dilihat persentase volume penjualan dari tahun 2008 – 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Analisis Volume Penjualan pada Perusahaan Batik Nadira Periode Tahun 2008-2012 (Dalam Rupiah) Total Volume Tahun
Penjualan (Rp)
2008
2009
2010
2011
2012
Mutasi Rp
%
Juni
1.080.000.000
Des
1.188.000.000
108.000.000
10%
Juni
1.134.400.876
-53.599.124
-4,5%
Des
1.080.350.330
-54.050.546
-4,7%
Juni
1.200.909.600
120.559.270
11,1%
Des
1.120.750.750
-80.158.850
-6,6%
Juni
1.200.635.660
79.884.910
7,1%
Des
1.256.755.450
56.119.790
4,6%
Juni
1.386.796.550
130.041.100
10,3%
Des
1.358.960.450
-27.836.100
-2%
Sumber : Perusahaan Batik Nadira yang telah diolah oleh penulis Adapun peningkatan volume penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2010 bulan juni sebesar 11,1%, dikarenakan adanya permintaan pasar atau konsumen yang meningkat. Sedangkan penurunan volume penjualan tertinggi terjadi pada
tahun 2010 bulan desember sebesar 6,6%, dikarenakan pesanan dari konsumen menurun dan harga produk di pasaran yang mengalami kenaikan. Laba Kotor pada Perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya
Tahun 2008 Bulan Juni laba kotor sebesar Rp. 98.000.000.
Tahun 2008 Bulan Desember laba kotor sebesar Rp. 102.876.098, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 4,9%. Hal itu disebabkan terjadinya peningkatan penjualan yang disebabkan permintaan pasar meningkat dan menurunnya biaya operasional perusahaan.
Tahun 2009 Bulan Juni laba kotor sebesar Rp. 103.523.182, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 0,62%. Hal itu disebabkan menurunnya biaya produksi perusahaan.
Tahun 2009 Bulan Desember laba kotor sebesar Rp. 99.589.372, dari semester sebelumnya menurun sebesar 3,7%. Hal itu disebabkan pesanan dari supplier berkurang dan meningkatnya biaya operasional perusahaan.
Tahun 2010 Bulan Juni laba kotor sebesar Rp. 106.894.560, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 7,3%. Hal itu disebabkan terjadinya peningkatan penjualan yang disebabkan permintaan pasar meningkat dan menurunnya biaya operasional perusahaan.
Tahun 2010 Bulan Desember laba kotor sebesar Rp. 110.596.448, dari semester sebelumnya menurun sebesar 3,4%. Hal itu disebabkan pesanan dari supplier berkurang.
Tahun 2011 Bulan Juni laba kotor sebesar Rp. 111.815.556, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 1,1%. Hal itu disebabkan terjadinya peningkatan penjualan yang disebabkan permintaan pasar meningkat dan menurunnya biaya operasional perusahaan.
Tahun 2011 Bulan Desember laba kotor sebesar Rp. 116.223.540, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 3,9%. Hal itu disebabkan terjadinya peningkatan penjualan yang disebabkan permintaan pasar meningkat.
Tahun 2012 Bulan Juni laba kotor sebesar Rp. 125.082.315, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 7,6%. Hal itu disebabkan terjadinya peningkatan penjualan yang disebabkan permintaan pasar meningkat.
Tahun 2012 Bulan Desember laba kotor sebesar Rp. 135.770.077, dari semester sebelumnya meningkat sebesar 8,5%. Hal itu disebabkan menurunnya biaya operasional perusahaan.
Adapun Laba kotor Perusahaan Batik Nadira dengan menggunakan indikator Laba kotor dengan beban operasional sebagai berikut :
Dari data diatas dapat dilihat persentase laba kotor dari tahun 2008 – 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Analisis Laba Kotor pada Perusahaan Batik Nadira Periode Tahun 2008-2012 (Dalam Rupiah) Total Laba Kotor Mutasi
Tahun
(Rp) 2008
Rp
%
102.876.098
4.876.098
4,9
103.523.182
647.084
0,62%
99.589.372
-3.933.810
-3,7%
106.894.560
7.305.188
7,3%
Des
110.596.448
3.701.888
3,4%
Juni
111.815.556
1.219.108
1,1%
Des
116.223.540
4.407.984
3,9%
125.082.315
8.858.775
7,6%
135.770.077
10.687.762
8,5%
Juni Des
2009
Juni Des
2010
2011
2012
Juni
Juni Des
98.000.000
Sumber : Perusahaan Batik Nadira yang telah diolah oleh Penulis Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Volume Penjualan Untuk mengatahui besarnya pengaruh biaya kualitas terhadap volume penjualan, penulis menggunakan analisis jalur (path analysys) dengan proses
perhitungan menggunakan software SPSS 16.0. Pengaruh biaya kualitas terhadap volume penjualan dengan menggunakan indikator biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal (X 1) dan total barang terjual dengan harga jual (X2). rX1 X2 = 0,629 X1
X2 Gambar 4.1
Nilai koefisien jalur antara variabel X1 dan X2 Dari hasil perhitungan SPSS (lampiran 1) diperoleh rx1x2 sebesar 0,629. Sehingga dari koefisien jalur tersebut (βx1x2) dapat diperoleh koefisien determinasi (βx2x1)2 sebesar 0,396 berarti bahwa 39,6% variabilitas dari variabel X2 (volume penjualan) dapat dipengaruhi oleh variabel X 1 (biaya kualitas) hal ini dapat diinterpretasikan jika kualitas produk semakin baik dengan adanya biaya kualitas yang digunakan pada kapasitas tertentu berdasarkan sasaran, standar, kriteria, efisiensi, dan efektivitasnya maka akan mendorong meningkatnya volume penjualan. Oleh karena itu, perusahaan mempunyai tujuan dari adanya biaya kualitas yaitu untuk meningkatkan kualitas produk yang baik yang diharapkan dapat diminati oleh konsumen sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. Tingkat signifikasi diukur dengan menggunakan uji t berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh t hitung sebesar 2,289 dan t tabel atau t½ α df (n-2) adalah sebesar 2,365 dengan kaidah keputusan terima Ho jika -t½α> thitung atau thitung < t½α, maka nilai t hitung > t½ α maka tolak Ho dan dengan menggunakan tingkat signifikasi (α = 0,05), maka terdapat pengaruh tidak signifikan antara
biaya kualitas terhadap volume penjualan, dengan kata lain besarnya biaya kualitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan, hal tersebut menunjukan bahwa biaya kualitas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi volume penjualan. Pengaruh Biaya Kualitas secara Parsial terhadap Laba Kotor Pengaruh biaya kualitas terhadap laba kotor dapat dilihat dari indikator yang digunakan yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal (X1) dan penjualan serta harga pokok penjualan (Y). Berdasarkan hasil perhitungan SPSS untuk analisa jalur (lampiran 1) Koefisien Beta (β) atau Koefisien Standar (Standarized Coeffiicients) untuk variabel X1 (biaya kualitas) terhadap Y (laba kotor) sebesar 0,300 dengan arah positif dan diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,090 atau 9,0%. Variabilitas dari variabel Y dapat dipengaruhi (diterangkan) oleh variabel X 1. Artinya yaitu bahwa kualitas produk yang baik akan meningkatkan laba kotor dan kualitas produk yang kurang baik akan menurunkan laba kotor. Untuk pengujian secara parsial antara biaya kualitas produk (X 1) terhadap laba kotor (Y) dapat dilihat dari perhitungan SPSS untuk analisa jalur. Dengan kriteria penolakan Ho jika t hitung < ttabel, maka dengan koefisien (β)= 0,300 diperoleh thitung sebesar 1,773 dengan menggunakan tingkat signifikasi sebesar 95% (α = 0,05%), maka nilai t tabel adalah sebesar 2,365 sehingga t hitung < ttabel, maka tolak Ho dan dengan menggunakan tingkat signifikasi 95% (α = 0,05), maka terdapat pengaruh tidak signifikan antara biaya kualitas terhadap laba kotor
dengan kata lain besarnya biaya kualitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba kotor, artinya biaya kualitas mempunyai pengaruh akan tetapi tidak signifikan terhadap laba kotor. Sehingga apabila terjadi perubahan pada biaya kualitas maka akan memberikan dampak pada laba kotor. Itu dikarenakan bahwa besarnya biaya kualitas dapat berpengaruh langsung pada tingkat laba kotor. Pengaruh Volume penjualan secara Parsial terhadap Laba kotor Pengaruh penjualan terhadap laba kotor dapat dilihat dari indikator yang digunakan yaitu : total barang terjual dengan harga jual (X 2) dan penjualan serta harga pokok penjualan (Y). Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS (lampiran 1) besarnya pengaruh volume penjualan (X2) terhadap laba kotor (Y) diperlihatkan oleh koefisien beta (Standarized Coefficient) setelah dipengaruhi oleh X1 (biaya kualitas) sebesar 0,719, sedangkan koefisien determinasi sebesar 0,517, berarti bahwa 51,7% variabilitas dari variabel Y dapat dipengaruhi oleh variabel X 2. Artinya yaitu jika volume penjualan naik, maka laba kotor juga akan dapat dikatakan naik dan jika volume penjualan menurun, maka laba kotor juga dapat dikatakan menurun. Dengan kriteria terima Ho, jika thitung > tα, maka dengan koefisien (β) = 0,616 diperoleh thitung sebesar 4,243 dengan menggunakan tingkat signifikasi sebesar 95% (α = 0,05), maka nilai t tabel t½α df (n-k-1) atau t0,05 (7) adalah sebesar 2,365 sehingga thitung
> ttabel, maka tolak Ho atau dengan kata lain volume
penjualan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba kotor.
Hal ini menunjukkan bahwa jika perusahaan ingin memperoleh volume penjualan secara maksimal maka perusahaan harus menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Pengaruh Biaya kualitas dan Volume penjualan secara Simultan terhadap Laba kotor Besarnya pengaruh biaya kualitas dan volume penjualan terhadap laba kotor dapat dilihat dari indikator yang digunakan, biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal (X 1), total barang terjual dengan harga jual (X2) dan penjualan serta harga pokok penjualan (Y) dengan menggunakan analisis jalur (Path analysys). Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang diperlukan maka dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis secara simultan tersebut menggunakan uji F yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara besarnya biaya kualitas dan volume penjualan terhadap laba kotor pada perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya, dimana hasil dan pengolahan data melalui SPSS versi 16.0. Pengaruh secara simultan dapat dilihat pada lampiran SPSS, dimana (ρYX2X1)2 yaitu sebesar 0,879, artinya yaitu jika semakin baik kualitas produk yang dihasilkan perusahaan melalui adanya biaya kualitas dan volume penjualan yang meningkat secara bersama-sama maka laba kotor akan dapat dikatakan baik dan jika semakin buruk kualitas produk yang dihasilkan perusahaan melalui adanya biaya kualitas dan volume penjualan secara bersama-sama menurun, tapi laba kotor belum tentu menurun.
Untuk pengujian secara simultan dengan perumusan hipotesis sebagai berikut : Ho : ρYX1 = ρYX2 = 0 Ha : ρYX1 = ρYX2 ≠ 0 Dengan kriteria penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel Dari hasil perhitungan SPSS (lampiran 1), diperoleh nilai F hitung sebesar 25,336 dengan kriteria penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel, dengan menggunakan tingkat signifikasi sebesar 95% (α = 0,05%), maka dari tabel distribusi F-Snedecor diperoleh F α ; k ; 10-2-1 adalah sebesar 4,74 atau cukup melihat sigma F yaitu 0,000 yang artinya dengan α lebih kecil 5% masih menunjukkan pengaruh tersebut signifikan. Dikarenakan 25,336 lebih besar dari 4,74 dan sigma F sebesar 0,000 maka Ho ditolak atau dengan kata lain biaya kualitas (X1) dan volume penjualan (X2) secara simultan berpengaruh terhadap laba kotor (Y) sebesar koefisien determinasi 0,879 atau 87,9%. Secara lengkap pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap Y diperlihatkan pada gambar 4.2 sebagai berikut : ε X1
ρyx1 = 0.300 ρyε = 0,121
rX1 X2 = 0.629
X2
Y
ρyx2 = 0.719
Gambar 4.2 Nilai Koefisien Jalur antara Variabel X1 dan X2 terhadap Y Dari gambar 4.2 diatas, maka dapat ditentukan pengaruh dari satu variabel ke variabel lainnya baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Tabel 4.7 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung antara Variabel Penelitian No 1
Pengaruh Langsung 𝐘 ← 𝐗 𝟏 → 𝐘 = 𝛒 𝐲𝐱𝟏
Pengaruh Tidak Langsung 𝟐
0.090
(0.300)𝟐 (0.300).(0.629).(0.719) Total Pengaruh 𝐗 𝟏 2
𝐘 ← 𝐗 𝟐 → 𝐘 = 𝛒 𝐲𝐱𝟐 (0.719)𝟐
Total Pengaruh
0.136 0.226
𝟐
(0.300).(0.629).(0.719) Total Pengaruh 𝐗 𝟐 Total Pengaruh 𝐗 𝟏 dan 𝐗 𝟐 terhadap Y Pengaruh Residu Total Pengaruh X1, X2, Ɛ terhadap Y
0.517 0.136 0.653 0.879 0.121 1
Dari hasil analisis berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel Biaya Kualitas (X1) terhadap Laba Kotor (Y) sebesar 0.300. Dengan demikian pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y adalah sebesar 0.090 yang artinya bahwa pengaruh langsung Biaya Kualitas pada Laba Kotor sebesar 9.0% yaitu bahwa Biaya Kualitas belum memberikan kontribusi yang besar terhadap Laba Kotor. Hal ini terjadi karena Biaya Kualitas yang dihasilkan masih relatif kecil sehingga belum bisa membiayai Laba Kotor. Koefisien jalur Volume Penjualan (X2) terhadap Laba Kotor (Y) adalah sebesar 0.719. Dengan demikian pengaruh langsung variabel X2 terhadap Y
adalah sebesar 0.517 yang artinya bahwa pengaruh langsung Volume Penjualan pada Laba Kotor sebesar 51.7% yaitu Volume Penjualan cukup memberikan kontribusi terhadap Laba Kotor. Hal ini terjadi karena penerimaan Volume Penjualan lebih besar sehingga cukup memberikan kontribusi untuk membiayai Laba Kotor. Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Volume Penjualan adalah sebesar 0.629. Dengan demikian pengaruh langsung Biaya Kualitas terhadap Volume Penjualan adalah sebesar 0.395 yang artinya bahwa pengaruh Biaya Kualitas terhadap Volume Penjualan sebesar 39.5%. Artinya bahwa Biaya Kualitas berpengaruh terhadap Volume Penjualan, karena besar kecilnya Biaya Kualitas yang didapat menentukan jumlah besar kecilnya Volume Penjualan yang akan diterima. Total pengaruh X1 dan X2 terhadap Y merupakan pengaruh secara simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0.879 atau sebesar 87.9%., artinya bahwa Biaya Kualitas dan Volume Penjualan berpengaruh terhadap Laba Kotor, apabila keduanya mendapatkan nilai yang besar maka akan mencukupi Laba Kotor. Sedangkan faktor residu atau faktor lain yang tidak termasuk variabel penelitian adalah sebesar 0.121 atau sebesar 12.1%. PENUTUP Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari Perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya dan berbagai sumber yang tersedia. Maka dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Biaya kualitas produk, volume penjualan dan laba kotor yang terjadi di Perusahaan Batik Nadira Tasikmalaya tiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan atau mengalami fluktuasi. 2. Biaya kualitas berpengaruh tidak signifikan terhadap volume penjualan, hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kualitas suatu produk maka akan memberikan dampak terhadap meningkatnya volume penjualan. 3. Biaya kualitas berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor, hal tersebut menunjukkan bahwa biaya kualitas merupakan faktor yang mempengaruhi laba kotor karena jika perusahaan dapat menghasilkan produk yang baik dan berkualitas dengan adanya biaya kualitas maka semua itu akan menunjang meningkatnya laba kotor perusahaan. Berdasarkan standar dan kriteria-kriteria efektivitas dan efisiensi yang telah ditentukan sebelumnya. 4. Volume penjualan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba kotor. Hal ini menunjukkan tingginya volume penjualan berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan, artinya semakin meningkatnya penjualan produk yang dilakukan perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap laba kotor yang dicapai perusahaan. 5. Biaya kualitas dan volume penjualan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
adanya biaya kualitas yang memadai akan melahirkan produk yang berkualitas,
dengan
produk
yang
berkualitas
akan
membangun
kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Maka semakin tingginya volume penjualan akan berpengaruh positif terhadap laba kotor perusahaan. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberi manfaat yang berguna baik bagi kemajuan perusahaan, adapun saran tersebut adalah : 1. Perusahaan agar sebisa mungkin selalu up to date dan selalu mempertahankan kualitas serta mengkaji terus atas pengendalian kualitas sehingga pelaksanaan pengendalian kualitas dapat lebih baik lagi sehingga perusahaan dapat mengeluarkan produk yang benar-benar unggul kualitas dan sesuai dengan harapan konsumen/pelanggan. 2. Bagi peneliti selanjutnya bagi pihak-pihak yang tertarik untuk meneliti topik ini, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi volume penjualan seperti biaya promosi, biaya desain, dan sebagainya. Disamping itu disarankan untuk melakukan penelitian dengan menambahkan indikator dan periode penelitian agar memperoleh hasil yang representatif.
DAFTAR PUSTAKA Blocher, J. Edward, chen, H. Kung dan Lin, W. Thomas, diterjemahkan oleh A. Susty. Ambarriani. 2000. Manajemen Biaya. Buku I. Salemba Empat. Jakarta.
Fandy Tjiptono & Anastasia Diana. 2000. Total Quality Control. Edisi Revisi. Andy. Yogyakarta. Garrison, Ray. H. Noreen. Eric. W. Peter. Diterjemahkan oleh Nuri Hinduan. 2006. Akuntansi Manajerial. Jakarta : Interaksara. Hendriksen dan Van Breda. Diterjemahkan oleh Herman Wibowo. 2003. Teori Akuntansi. Jakarta : Interaksara. Hansen, R. Don dan Mowen, M. Maryanne. Diterjemahkan oleh Anccela A. Hermawan. 2000. Akuntansi Manajemen. Jilid 2. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. Hansen & Mowen. 2002. Manajemen Biaya. Edisi Bahasa Indonesia. Buku Dua. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat. Henry Simamora. 1999. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta. Horngren, T. Charles, diterjemahkan oleh Badjuri dan Kusnaedi. 2000. Pengantar Akuntansi Manajemen. Edisi 6. Erlangga. Jakarta. Joel G. Siegel & K. Shim. Alih bahasa oleh Tjintjin Fenix Tjendera, Moh. Kurdi, Nugroho
Widyanto,
Jaka
Wasana,
dan
Agus
Maulana.
1999.
Controllership. Edisi ketiga, Jakarta : Erlangga. Mats,Usry dan Hammer.1999. Akuntansi Biaya. Diterjemahkan oleh Alfosus Sirait dan Herman Wibowo. Jakarta. PT.Gelora Aksara Pratama. Maisyah Kholmi, Yuningsih. 2004. Akuntansi Biaya. Edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5, Yogyakarta : Penerbit STIE. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi 3, Yogyakarta : Salemba Empat. Mulyadi dan Johny Setiawan, 2001, Sistem Perencanaan Dan Pengendalian Manajemen, Sistem Pelipat Ganda Kinerja Perusahaan, Edisi Kedua, Jakarta : Salemba Empat. Rob Raider.02. Operational Review : Maximal Result at effisien cost. John Willy&Sons.inc Sofyan Assauri. 2000. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Keempat, Jakarta : LPPE UI.
Suyadi Prawiro Santoso, 2002, Manajemen Terpadu Abad 21, Cetakan Pertama, Jakarta : Bumi Aksara. Sulastriningsih dan Zulkifli. 1997. Manajemen Operasional. UPP. AMP. YKPN. Yogyakarta. Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Cetakan keempat belas. Bandung : CV. ALFABETA. http://www.infobanknews.com/artikel/rubrik/artikel_cetak.php?aid=12069,
mei
2009. http://bagibahankuliah.blogspot.com/2009/06/rasio-rasio-camel.html, juni 2009. Fitri Sanie Saputri. 2009. Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Efisiensi Biaya Produksi. Jurusan Akuntansi Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Suryaningsih. 2009. Pengaruh Biaya Pencegahan, Biaya Penilaian, Biaya Kegagalan Internal dan Biaya Kegagalan Eksternal terhadap Laba Kotor.