PENGARUH MODAL KERJA DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya) NURFAIDAH (093403115) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya Email:
[email protected] ABSTRACT This research was conducted in Penyerutan KS Company Tasikmalaya. The purpose of this study is to find out the effect of working capital and operating expenses on profitability at Penyerutan KS Company Tasikmalaya either simultaneously although partially. The method which is used in this research is descriptive method with a quantitative approach. To know the influence of operational cost on profitability and working capital used statistical tests. Statistical tests are used is the use of multiple regression, correlation coefficient, coefficient of determination and also using SPSS 16.0 for windows applications. From the calculation of multiple correlation (R) of 0,920 which means the magnitude of the relationship of working capital and operational expenses and on profitability has a strong relationship. Results F tabel value of 6,94. Because F count (11,086) < F tabel (6,94). Values are means that working capital and operating costs together (simultaneously) has significant influence on profitability at Penyerutan KS Company Tasikmalaya. Strong relationship between warking capital and operating cost on profitability at Penyerutan KS Company Tasikmalaya by 84,7% and the remaining 15,3% is influenced by other factors. Keyworlds : Working Capital, Operating Expense and Profitability Corporate ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan biaya operasional terhadap profitabilitas pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya baik secara simultan maupun secara partial.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja dan biaya operasional terhadap profitabilitas digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah penggunaan regresi berganda, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan juga menggunakan aplikasi SPSS 16.0 for windows. Dari hasil perhitungan korelasi berganda (R) sebesar 0,920 yang berarti besarnya hubungan modal kerja dan biaya operasional terhadap profitabilitas mempunyai hubungan yang kuat. Hasil nilai F tabel sebesar 6,94. Karena F hitung (11,086) > F tabel (6,94) . Nilai tersebut mengandung arti bahwa modal kerja dan biaya operasional secara bersama - sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya. Hubungan yang kuat antara modal kerja dan biaya operasional terhadap profitabilitas pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya sebesar 84,7% dan sisanya yaitu sebesar 15,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Kata kunci : modal kerja, biaya operasional dan profitabilitas perusahaan
PENDAHULUAN Tujuan umum dari setiap perusahaan pada dasarnya untuk memperoleh laba. Baik perusahaan dengan skala besar menengah atau pun kecil laba akan tercapai apabila kegiatan usuaha perusahaan dapat berhasil dilaksanakan sesuai dengan yang dirancanakan. Laba yang diperoleh perusahaan seringkali menjadi ukuran yang dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan. Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan seluruh aktivitas perusahaan
dan
mengoptimalkan
sumber
daya
yang dimiliki
agar
mampu
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan modal kerja yang diharapkan dapat menghasilkan laba sebagai kembalian atas total aset yang digunakan dalam operasi perusahaan. Hal itu menunjukan modal kerja sangat berperan dalam menjalankan segala aktivitas usaha agar berjalan dengan lancar dan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui pengelolaan modal kerja yang baik diharapkan segala aktivitas yang dilakukan perusahaan akan jauh lebih baik sehingga laba yang diperoleh akan semakin meningkat. Dalam operasi sehari-hari perusahaan untuk mendapatkan laba perusahaan memerlukan biaya yaitu biaya operasional yang merupakan biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan langsung denga aktivitas perusahaan. Semakin kecil operasi suatu perusahaan, maka semakin besar laba yang diperoleh perusahaan tersebut, dan begitu juga sebaliknya. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat dilihat dari tingkat profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan ada 5, salah satunya yaitu Hasil pengembalian atas Total Aktiva atau ROA (Return On Asset) dapat dihitung dengan membandingkan laba yang diperoleh setelah pajak terhadap total asset atau modal perusahaan. Return On Asset (ROA) dalam analisis manajemen keuangan, mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh atau konferhensif. Rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang akan digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Tidak sedikit perusahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah, karena faktor perkembangan jaman, faktor persaingan yang semakin ketat, atau bahkan faktor manajemen perusahaan dalam operasinya kurang baik dan pengelolaan keuangannya yang kurang dikendalikan sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat bertahan dan berkembang menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak sedikit pula perusahaan yang mampu menangani kendala-kendala dalam usahanya sehingga dapat terus bertahan juga berkembang menjadi lebih besar dan bersaing dalam bidang usahanya. Salah satu contohnya perusahaan penyerutan kayu yang ada di daerah Tasikmalaya yaitu Perusahaan Penyerutan KS (Kodir Sayuti) Tasikmalaya Perusahaan Penyerutan Kodir Sayuti atau yang biasa disebut dengan Perusahaan Penyerutan KS bertempat di Jl. Leuwianyar No. 56 yang bergerak dalam kegiatan usaha penjualan hasil penyerutan kayu pesanan atau yang sudah jadi. Perusahaan Penyerutan KS awalnya merupakan perusahaan keluarga yang dirintis dari tahun 1987 yang berlangsung dan berkembang sampai sekarang. Itu menunjukan penggunaan modal dari awal pendirian yang efektif dan efisien sampai sekarang. Sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang kontinue. Penggunaan modal kerja untuk pembiayaan operasi Perusahaan Penyerutan KS terdiri dari biaya produksi dan non produksi. Dengan adanya biaya operasional itu menunjukan adanya penggunaan aktiva lancar untuk kegiatan operasi perusahaan. Biaya operasional Perusahaan Penyerutan KS seiring berjalannnya waktu mengalimi keniakan karena produksi yang terus bertambah, akan tetapi keniakan itu sesuai dengan biaya operasinya sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang kintinue dan meningkat. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Operasionalisasi Variabel Operasional variabel adalah kegiatan menguraikan variabel menjadi sejumlah variabel (indikator) yang langsung menunjukan pada hal-hal yang diamati atau diukur. Sesuai dengan judulyang dipilih yaitu: “Pengaruh Modal Kerja Dan Biaya Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Penyerutan KS Tahun 2006-2012”
1. Variabel Bebas (Independent Variable) Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu Modal Kerja (X1) dan Biaya Operasional (X2). 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini variabel terikanya yaitu Profitabilitas (Y). Teknik Pengumpulan Data Teknik pemgumpulan data dengan mencari dan mengumpulkan sumber dan jenis data, yang sesuai dengan pendekatan analisis baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data yang digunakan adalah Neraca dan Laporan Laba / Rugi Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya periode 2006-2012. Selain itu dilakukan studi pustaka dengan melakukan kajian sumber bacaan seperti buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal ekonomi, artikel-artikel yang dipublikasi dan penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan untuk melengkapi teori yang berkaitan dengan tinjauan pustaka, pemecahan masalah serta hipotesis. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 11) metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertantu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. PEMBAHASAN Modal Kerja pada Perusahan Penyerutan KS Tasikmalaya Modal kerja pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya merupakan aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan seharihari tanpa mengganggu likuiditasnya, dan merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar perusahaan. Komponen modal kerja pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya terdiri dari kas, piutang, persediaan dan perlengkapan, dengan utang lancar pada Perusahaan Penyerutan kayu terdiri dari hutang dagang. Adapun pertumbuhan
modal kerja Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Pekembangan Modal Kerja Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya Tahun
Modal Kerja
2006
-140.214.122
2007
-35.805.415
2008
121.907.850
2009
192.003.935
2010
493.974.890
2011
680.703.769
2012 887.766.950 Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya (yang telah diolah kembali)
Berdasrkan Tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa modal kerja yang diperlukan oleh Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya berfluktuasi cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. 1. Tahun 2006, modal kerja yang diperlukan perusahaan sebesar Rp. -140.214.122,-. Terjadi minus (-) modal kerja perusahaan pada tahun 2006 dikarenakan utang lancar yang lebih besar dibandingkan aktiva lancar, itu menunjukan sebagian besar pembiayaan operaasional perusahaan dibiayai oleh pinjaman pada pihak lain yang berupa utang dagang. Karena waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang. Jumlah modal kerja tidak langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja. Perusahaan manufaktur seperti perusahan Penyerutan KS Tasikmalaya ini memerlukan modal kerja yang cukup besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. 2. Tahun 2007, modal kerja yang diperlukan perusahaan sebesar Rp. -35.805.415,masih mengalami minus (-) akan tetapi mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena permintaan pesanaan dan penjualan mulai meningkat sehingga jumlah aktiva lancar tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya dengan utang lancar yang mulai menurun dari tahun sebelumnya. Ini
masih dikarnakan karena waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang. Jumlah modal kerja tidak langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Semakin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang semakin besar kebutuhan akan modal kerja. Selain itu syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar. Di samping itu, modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang. Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan kepada piutang. Untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan mengurangi risiko kerugian karena adanya piutang yang tidak terbayar, biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan tunai (cash discount). 3. Tahun 2008, modal kerja yang diperlukan perusahaan sebesar Rp. 121.907.850,mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, dan sudah tidak terjadi minus (-). Hal ini terjadi permintaan pesanaan dan penjualan. Dengan demikian perusahaan sudah mulai bisa mengatasi pembiayaan operasional dan utang lancar yang terus menurun dari tahun sebelumnya. Dan juga semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi risiko kerugian karena penurunan harga, perubahan pemintaan atau perubahan mode, juga menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan (carrying cost) dari persediaan. 4. Tahun 2009, modal kerja yang diperlukan sebesar Rp. 192.003.935,- mengalami kenaikan 57,5% dari tahun sebelumnya. Ini menunjukan perusahaan mulai terus bangkit dan mampu meningkatkan taraf hidup perusahaan. Dengan perputaran piutang yang semakin cepat karena kebutuhan modal kerja juga tergantung pada
periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apa bila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubung dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan piutang. 5. Tahun 2010, modal kerja yang diperlukan sebesar Rp. 493.974.890,- mengalami kenaikan 157,2% dari tahun sebelumnya. Dengan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan. 6. Tahun 2011, modal kerja yang diperlukan sebesar Rp. 680.703.769,- mengalami kenaikan 37,8% dari tahun sebelumnya. Perputaran persedian dan piutang yang lancar disamping peningkatan pemesanan dan penjualan mebeler, kusen pintu dan jendela mempengaruhi kenaikan modal kerja perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya pada tahun 2011. 7. Tahun 2012, modal kerja yang diperlukan sebesar Rp. 887.766.950,- mengalami kenaikan 30,41% dari tahun sebelumnya. Karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan. Dari hasil pembahasan perubahan modal kerja yang terjadi pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya disebabkan karena selalu adanya peningkatan permintaan pesanan kusen, pintu, jendela dan mebeler setiap tahunnya. Selain itu juga dipengaruhi oleh sifat umum atau tipe perusahaan dimana perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya merupakan perusahaan manufaktur yang memerlukan modal kerja yang cukup besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Dengan kegiatan usaha perusahan Penyerutan KS Tasikmalaya menjual barang jadi juga pesanan mebeler, kusen, pintu, dan jendela. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang juga mempengaruhi naik dan turunnya modal kerja. Ada juga faktor lain yang mempengaruhi naik dan turunnya modal kerja tersebut adalah syarat pembelian dan penjualan, tingkat perputaran persedian dan piutang.
Biaya Operasional pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya Pada perusahaan jasa, biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional perusahaan dinamakan dengan biaya operasional. Begitu juga pada perusahaan dagang terdapat biaya operasional yang membiayai kegiatan pemasaran produk seperti biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli. Biaya operasional sangat mempengaruhi pada kelancaran usaha Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya yang bergerak dalam kegiatan usaha pengolahan dan pemasaran hasil produksi yang berbahan dasar kayu menjadi kusen, pintu, jendela dan mebeler. Dengan melayani pemesanan atau penjualan stock perusahaan. Biaya operasional terdiri dari dua macam yaitu biaya produksi / biaya manufaktur dan biaya non produksi / biaya non pabrikasi. Biaya produksi meliputi semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi yaitu semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk sesuai pesanan dan sesuai yang siap dijual. Biaya produksi ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang bersangkutan dengan biaya pemasaran seperti biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, dan biaya administrasi & umum seperti, biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, biaya fotocopy, dan semua biaya diluar biaya produksi.Adapun pertumbuhan biaya operasional Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Perkembangan Biaya Operasional Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya Tahun
Biaya Operasional
2006
98.979.325
2007
135.987.836
2008
155.543.145
2009
167.669.590
2010
162.796.100
2011
181.927.300
2012 201.497.655 Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya (yang telah diolah kembali)
Berdasrkan Tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa biaya operasional yang dikeluarkan oleh Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. 1. Tahun 2006, biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 98.979.325,- untuk biaya operasional perusahaan tahun 2006 untuk pemesanan dan penjualan mebeler pada waktu itu. 2. Tahun 2007, biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp. 135.987.836,- mengalami peningkatan yaitu sebesar 37,39% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi
karena mulai adanya peningkatan permintaan pesanan.
Meningkatnya penjualan dan pesanan mebeler, kusen, pintu, dan jendela mengakibatkan biaya operasional seperti upah tenaga kerja, overhead pabrik, dan biaya bahan baku naik. 3. Tahun 2008, biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 155.543.145,- mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 14,38%. Itu dapat terlihat dari peningkatan produksi perusahaan, mengakibatkan biaya overhead pabrik meningkat, sehingga biaya upah pun meningkat dan biaya transportasi jelas mengakibatkan biaya operasional meningkat. 4. Tahun 2009, biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 167.669.590,- mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya sebesar 7,79%. Dengan peningkatan penjualan dan permintaan pesanaan mebeler, kusen, jendrela, dan pintu. Sehingga biaya overhead pabrik pun meningkat diikuti dengan biaya upah dan biaya overhead pabrik lainnya meningkat seperti biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap. 5. Tahun 2010, biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 162.796.100,- mengalimi penurunan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,90%. Hal ini terjadi karena kurangnya permintaan pesanan. Itu menunjukan penjualan dan pemesanan berkurang tidak seperti tahun sebelumnya sehingga biaya operasional pada tahun 2010 menurun. 6. Tahun 2011, biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 181.927.300,- mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 11,75%. Hal ini terjadi karena mulai kembali peningkatan permintaan pesanan.
7. Tahun 2012, biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp.201.497.655,- mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 10,75%. Dengan biaya depresiasi dan amortisasi aktiva tetap meningkat selain meningkatnya bahan baku, dan biaya overhead pabrik sehingga biaya operasional meningkat. Dari penjelasan diatas biaya operasional pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang tertinggi di sebabkan oleh naiknya biaya bahan baku, biaya pemeliharaan, biaya pemasaran, dan biaya bunga. Dengan kata lain peningkatan biaya operasional yang terjadi pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya disebabkan karena adanya peningkatan permintaan pesanan. Dengan demikian peningakatan biaya operasional terjadi sebagai akibat peningkatan biaya material, tenaga kerja, biaya pemeliharaan, biaya pemasaran, biaya bunga dan sebagainya. Penurunan biaya operasional merupakan abibat dari aktifitas dan efesiensi. Profitabilitas pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya Profitabilitas Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya sangat dipengaruhi oleh banyaknya pesanan kusen, jendela, pintu dan mebeler berbahan dasar kayu. Semakain banyak pesanan dan penjualan maka akan semakain beasr profitabilitas yang dihasilkan Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya. Adapun profitabilitas pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Profitabilitas Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya Tahun
Profitabilitas (%)
2006
17,102
2007
17,362
2008
19,84
2009
18,008
2010
18,19
2011
19,049
2012 19,662 Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya (yang telah diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, menunjukan bahwa profitabilitas yang terjadi pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan.
1.
Tahun 2006, profitabilitas yang dihasilkan oleh Perusahaan Penyerutan KS Tasikmlaya sebesar 17,10%. Dengan laba bersih Rp. 347.789.337,- dan total aktiva Rp. 2.033.638.878,-. Perusahaan mampu menghasilkan profitabilitas 17,10% dengan hasil itu perusahaan mampu terus mengembangkan usaha perusahahaan lebih meningkat dengan meningkatkan hasil produksi.
2.
Tahun 2007, profitabilitas yang dihasilkan sebesar 17,36% terjadi peningkatan sebesar 1,52%. Dengan peningkatan yang tidak terlalu besar akan tetapi perusahaan msh tetap mampu mempertahankan dan terus meningkatkan profitabilitas perusahaan sehingga mampu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, dengan kemampuan menghasilkan profit dari total aktiva Rp. 2.170.822.582,- dan laba bersih Rp. 376.897.529,-.
3.
Tahun 2008, profitabilitas yang dihasilkan sebesar 19,84% dengan penningkatan sebesar 14,28% dari tahun sebelumnya. Peningkatan tahun 2008 dari tahun sebelumnya cukup besar itu menunjukan perusahaan kembali meningkatkan tarap hidup perusahaannya terlihat dari meningkatnya kemampuan meningkatkan profit perusahaan dari tahu sebelumnya. Yaitu meningkatnya penjualan dan pemesanan dengan mampu menekan biaya-biaya yang diperlukan. Ini menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi peruasahaan. Sehingga mampu menghasilkan profit yang meningkat dari tahun sebelumnya.
4.
Tahun 2009, profitabilitas yang dihasilkan sebesar 18,008% terjadi penurunan sebesar 9,23%. Hal ini terjadi karena menurunnya pesanan dan penjualan kusen, pintu, jendela dan mebeler. Sehingga laba bersih pun menurun yang mengakibatkan kemampuan profit pun menurun. Ini menunjukan terjadi penurunan dalam perputaran aktiva dalam menghasilkan laba yang mengakibatkan daya untuk menghasilkan laba perusahaan menurun dari tahun sebelumnya.
5.
Tahun 2010, profitabilitas yang dihasilkan sebesar 18,19% dengan penningkatan 1,01% dari tahun 2009 yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi setelah penurunan tahun sebelumnya dengan total aktiva Rp. 2.624.067.890,-. Walau pun masih mengalami penurunan dalam kemampuan menghasilan
profit
namun
perusahaan
masih
mampu
mempertahankan
kesinambungan perusahaan dengan penjualan dan pemesanan yang mampu
menghasilkan profit sebesar 18,19% dengan laba bersih Rp. 477.312.231,- dan total aktiva sebesar Rp. 2.624.067.890,-. 6.
Tahun 2011, profitabilitas yang dihasilkan sebesar 19,04% dengan peningkatan 4,67%. Dengan peningkatan ini menunjukan perusahaan mampu meningkatkan laba bersih perusahaan dari tahun sebelumnya sehingga kemampuan menghasilkan profit pun meningkat, sehigga perusahaan kembali mampu menigkatkan tarap hidup perusahaan. Dengan meningkatnya laba bersih sebesar Rp. 522.109.356,- dari tahun sebelumnya.
7.
Tahun 2012, profitabilitas yang dapat dihasilkan sebesar 19,66% dengan peningkatan 3,25%, walau pun peningkatan tahun ini tidak lebih besar dari peningkatan tahun sebelumnya namun ini masih menunjukan perusahaan mampu meningkatkan profitabilitasnya yang menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Peningkatan dan penurunan profitabilitas di Perusahaan Penyerutan KS
Tasikmalaya dipengaruhi oleh voleme pesanan kesen, pintu, jendela dan mebeler, dengan total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Selain itu kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya produksi pun
mempengaruhi
peningkatan
dan
penurunan
profit
perusahaan
sehingga
mempngaruhi profitabilitas perusahaan. Secara teori Semakin besar profitabilitas, berarti semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan mengalami kebangkrutan semakin kecil. Pengaruh Modal Kerja dan Biaya Operasionalterhadap Profitabilitas Setelah diuraikan gambaran data variabel penelitian, selanjutnya untuk menguji pengaruh modal kerja dan biaya operasioanal terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun simultan, digunakan analisis regresi berganda. Pengujian akan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut; Pengujian asumsi klasik dengan hasil yang menunjukan bahwa model regresi dinyatakan normal, tidak terdapat autokolerasi, terbebas dari multikolinearitas dan heterokedastisitas. Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan Y = 6,108+0,036X1 + 0,641X2 itu artinya jika tidak ada modal kerja dan biaya operasioanal maka profitabilitas (ROA) adalah 6,108. Ketika modal kerja (X1) mempunyai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0 (nol) artinya
nilai koefisien regresi variabel yang lain tetap (tidak berubah) maka perubahan modal kerja (X1) sebesar 1 akan menurunkan tingkat profitabilitas (ROA) (Y) sebesar 0,036. Biaya operasional (X2) mempunyai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0 (nol) artinya nilai koefisien regresi variabel yang lain tetap (tidak berubah) maka perubahan biaya operasional (X2) sebesar 1 akan meningkatkan tingkat profitabilitas (ROA) (Y) sebesar 0,641. Untuk hasil pengujian analisis korelasi (Correlations) terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antara modal kerja dan profitabilitas adalah sebesar 0,865 yang menunjukan tingkat hubungannya sangat kuat. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi antara biaya operasional dan profitabilitas adalah sebesar 0,651 yang menunjukan tingkat hubungannya kuat, berdasarkan pedoman interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono, 2012 : 250). Berdasarkan hasil pengujian analisis determinasi dinyatakan bahwa Modal Kerja (X1) dan Biaya Operasional (X2) terhadap Profitabilitas (ROA) (Y) ditunjukan dengan besarnya Koefisien Determinasi sebesar 0,847 atau 84,7 %. Maksud nilai ini adalah bahwa sebesar 84,7% perubahan dari variabel profitabilitas bisa dijelaskan oleh variabel modal kerja dan biaya operasional, sedangkan sisanya 15,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Kemudian yang terakhir dilakukan pengujian hipotesis, dari hasil pengujian uji t dinyatakan nilai sig. untuk modal kerja yaitu 0,029 < 0,05 maka H0 ditolak atau terdapat pengaruh yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh modal kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan hasil pengujian uji t untuk biaya operasional diperoleh nilai sig sebesar 0,182 > 0,05 maka H0 diterima atau tidak terdapat pengaruh signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya operasional secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) tetapi tidak signifikan. Akan tetapi Hasil yang diperoleh dari perbandingan F hitung dengan F tabel adalah F hitung > F tabel (11,086 > 6,94), maka pada tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti kedua variabel bebas, yaitu modal kerja dan biaya operasional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Selain itu juga dilakukan pengujian dengan cara melihat tingkat signifikansi yang dapat dilihat pada tabel ANOVA
diperoleh nilai signifikansi uji F sebesar 0,023, karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil dengan tingkat signifikansi adalah Ho ditolak dan kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang
signifikan secara simultan dari modal kerja dan biaya operasional terhadap profitabilitas pada Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya. Hasil penelitian ini menunjukan yang terjadi pada Perusahaan Penyerutan KS sesuai dengan yang diungkapkan oleh Munawir (2005: 124) bahwa penggunaan aktiva lancar untuk tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau berkurangnya jumlah modal kerja yang dimilliki perusahaan. Karena penggunaan modal kerja yang berupa aktiva lancar untuk biaya operasional seperti, biaya tenaga kerja, gaji, komisi, bonus, tunjangan, biaya administrasi dan umum, biaya promosi, biaya asuransi, biaya pemeliharaan gedung, mesin, kendaraan, dan peralatan, dan lain-lain tidak termasuk pada penggunaan aktiva lancar yang dapat merubah atau menurunkan jumlah modal kerja perusahaan. Sedangkan hubungannya dengan profitabilitas sesuai dengan konsep yang diungkapkan oleh Bambang Riyanto (2001: 94) bahwa semakin besar modal kerja berarti perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persedian kas yang sangat besar, karna semakin banyaknya uang tunai yang menganggur sahingga akan memperkecil profitabilitasnya. Untuk hubungannya dengan biaya operasional dan profitabilitas yang terjadi pada Perusahaan Penyerutan KS sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Jopie Jusuf (2008: 35) yang menyatakan bahwa bila perusahaan dapat menekan biaya operasional, maka perusahaan akan dapat meningkatkan laba bersih, bila terjadi pemborosan biaya akan mengakibatkan menurunya laba. Sehingga modal kerja dan biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Perusahaan Penyerutan KS. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan maka penulis dapat menarik kesimpulan berikut: 1. Modal kerja yang diperlukan Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya pada setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan. Hal itu disebabkan adanya peningkatan permintaan pesanan kusen, pintu, jendela dan mebeler tiap tahunnya. Dengan biaya operasional yang dikeluarkan selama 4 tahun berturut-turut cenderung mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun 2010 sempat mengalami penurunan sebesar 2,90%, akan tetapi hal itu tidak mempengaruhi modal kerja pada tahun 2010 yang tetap
mengalami kenaikan, dan profitabilitas pada tahun 2010 juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Profitabilitas yang diperoleh Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya setiap tahunnya juga cenderung mengalami kenaikan. 2. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal kerja terhadap profitabilitas (ROA) Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya, artinya naik atau turunnya penggunaan modal kerja akan mempengaruhi peningkatan profitabilitas Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya. Sedangkan antara biaya operasional terhadap profitabilitas (ROA) terdapat pengaruh akan tetapi tidak signifikan, artinya optimal atau tidaknya penggunaan biaya operasional tidak selalu akan mempengaruhi peningkatan profitabilitas Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya. 3. Berdasarkan hasil penelitian, secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara modal kerja dan biaya operasional terhadap profitabilitas (ROA) Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya, artinya kenaikan atau penuruna modal kerja dan biaya operasional yang dikeluarkan Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya berpengaruh terhadap tingakat profitabilitas. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh modal kerja dan biaya operasional terhadap profitabilitas (ROA) Perusahaan Penyerutan KS Tasikmalaya, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, penulisan akun pada laporan keuangan diharapkan lebih teliti sesuai dengna Standar Akuntansi Keuangan. Penggunaan modal kerja dan pengeluaran biaya operasional harus ditargetkan dan direncanakan, agar penggunaan total aktiva untuk operasi perusahaan dapat menghasilkan profit perusahaan secara optimal, karena hal itu dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. a. Kekurangan modal kerja yang disebabkan oleh kurangnya efisiensi modal kerja dapat segera dicarikan solusinya dengan mengupayakan memperkecil pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga modal kerja perusahaan tertutupi kekurangannya misalnya, dengan berusaha menagih piutang yang belum terbayar dan berupaya mengurangi persediaan yang ada
agar lebih produktif di dalam meningkatkan omset penjualan. b. Pengeluaran biaya operasional harus ditargetkan dan direncankan dengan baik terutama untuk biaya survei. Diharapkan perusahaan akan lebih efisien dan bijak dalam menggunakan dan mengasokasikan biaya. Oleh karena itu, pengendalian biaya perlu dilakukan agar biaya digunakan sesuai dengan yang direncanakan dan pengeluaran biaya tersebut benar-benar dilakuakan untuk memperoleh pendapatan agar pendapatan perusahaan dari periode ke periode diharapkan selalu mengalami peningkatan sehingga perusahaan mampu memperoleh profit. c. Untuk meningkatkan profitabilitas maka volume penjualan agar selalu terus ditingkatkan disertai dengan penekanan biaya-biaya operasional, sehingga kenaikan biaya opersional relatif lebih kecil daripada kenaikan penjualan.
2. Bagi peneliti lebih lanjut yang tertarik untuk meneliti permasalahaan yang sama, disarankan untuk meneliti faktor lain yang mempengaruhi profitabilitas dan lebih berkembang.
DAFTAR PUSTAKA Ardiyos. 2001. Kamus Ekonomi, Cetakan Pertama. Jakarta: Citra Harta Prima Bustani, Bastian dan Nurlela.2007. Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2002. Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta : UPP AMP YKPN Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Anlisis Kritis Atas Laporan Keungan. Edisi 1 Cetakan Ketiga. Jakarta: PT.Raja Grafindo. Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuagan (Keputusan Jangka Pendek). Buku 2. Yogykarta: BPF Husnan, Suad dan Erny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YPKN Jusuf , Jopie. 2008. Analisis Kredit. Yogyakarta: ANDI
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi Tiga. Jakarta : Selemba Empat Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, Cetakan Ketujuh. Jakarta: Institut Bankir Indonesia Munawir, S. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty Nafarin, M. 2000. Penganggaran Perusahaan. Edisi Pertama. Jakarta: Selemba Empat Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarata: BPFE Sartono, Agus. 2001. Analisis Kinerja Keuangan. Jakarta: Ghalia Indonesia Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPEFYOGYAKARTA Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Dan Perencanaan Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta Suhari, Endang. 2009. Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perisahaan (kajian empiris Perusahaan Menufaktur DiIndonesia yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2004-2006). Jurnal ilmiah Sutrisno. 2006. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Supangat, Andi. 2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Syamsudin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan, Konsep Aplikasi dalam : Perencanaan, Pengawasan dan Pengambil Keputusan. Jakarta: PT. Raja Grafindo