PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN TATA KELOLA KORPORAT SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (STUDI PADA EMITEN LQ-45 BEI 2013-2014) Maria Meilina Inge 115020300111115 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba dengan tata kelola korporat sebagai variabel pemoderasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 selama 2013-2014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling sehingga diperoleh 72 sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan tahunan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2014. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data adalah regresi berganda. Hasil yang dapat diberikan adalah bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba dikarenakan semakin besarnya ketimpangan informasi yang dimiliki antara investor dan manajemen maka peluang manajemen melakukan manajemen laba akan semakin tinggi. Sebagai variabel pemoderasi, praktik tata kelola korporat yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba hanya komisaris independen, karena komisaris independen sebagai pihak yang tidak memiliki ikatan dengan perusahaan dan bebas dari kepentingan dapat menjembatani kepentingan investor dan manajemen. Moderasi yang diberikan variabel komisaris independen adalah memperlemah pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Kata kunci : manajemen laba, asimetri informasi, tata kelola korporat, komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, reputasi KAP. PENDAHULUAN Manajemen laba merupakan intervensi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan terhadap pelaporan keuangan eksternal dengan kepentingan tertentu yang selaras dengan tujuan perusahaannya (Schipper, 1989). Salah satu faktor penyebab yang mendukung praktik manajemen laba dapat terus berlangsung adalah kondisi dimana manajemen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak lain di luar perusahaan atau yang disebut dengan asimetri informasi. Praktik tata kelola korporat merupakan sebuah sistem yang diciptakan dengan tujuan agar semua informasi yang ada dalam perusahaan dapat diungkapkan secara relevan. Semakin baik penerapan corporate governance, diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat ketaatan manajemen perusahaan terhadap peraturan pengungkapan informasi dan banyaknya informasi yang diungkapkan, sehingga asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan investor dapat semakin diperkecil yang diharapkan akan dapat mengurangi adanya praktik manajemen laba. Oleh karena itu, adanya penerapan tata kelola korporat dapat memperkuat atau memperlemah manajemen
1
laba.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan agensi merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal). Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka. Salno dan Baridwan (2000) menyatakan bahwa penjelasan tentang konsep manajemen laba tidak terlepas dari teori agensi yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara agent dan principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Pada saat principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agent maka timbul terjadilah ketidakseimbangan informasi diantara keduanya atau yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa manusia pada umumnya cenderung mementingkan diri sendiri menimbulkan kecenderungan bagi agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal salah satunya dengan tindakan manajemen laba. Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor salah satunya dalam bentuk informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Ketidakseimbangan penguasaan informasi antara keduanya memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Menurut hasil penelitian Halim et al. (2005) asimetri informasi, kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Asimetri informasi berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba. Komisaris Independen, Asimetri Informasi dan Manajemen laba Komisaris independen bertujuan sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Penelitian Midiastuty dan Mahfoedz (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki komposisi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Komisaris independen yang berjumlah sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota komisaris berarti telah memenuhi pedoman tata kelola korporat guna menjaga independensi, pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat. Dengan demikian maka hipotesis yang dapat dikembangkan yaitu:
2
H2 : Komisaris Independen memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Ukuran Komite Audit, Asimetri Informasi dan Manajemen Laba Tugas komite berhubungan dengan kualitas laporan keuangan karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen. Komite audit sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan adanya pengawasan dari komite audit, maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan lebih informatif dan berkualitas. Penelitian mengenai ukuran komite audit dan manajemen laba dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007) memberikan hasil bahwa ukuran komite audit berpengaruh signifikan negatif terhadap praktik manajemen laba, artinya adanya komite audit dapat mengurangi manajemen laba. Peneliti ingin mencari tahu apakah ukuran komite audit memoderasi hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba, sehingga menghasilkan hipotesis sebagai berikut: H3: Ukuran komite audit memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Kepemilikan Manajerial, Asimetri Informasi dan Manajemen laba Berdasarkan teori agensi, konflik yang terjadi antara manajemen dengan pemegang saham dapat dikurangi dengan adanya kepemilikan manajerial. Penelitian tentang kepemilikan manajerial dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang menguji tentang pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Peneliti ingin mencari tahu apakah kepemilikan manajerial memoderasi hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba, sehingga menghasilkan hipotesis sebagai berikut: H4: Kepemilikan manajerial memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Reputasi KAP, Asimetri Informasi dan Manajemen laba Becker et al. (1998) menyatakan bahwa klien dari auditor Non Big 6 melaporkan discretionary accrual yang secara rata-rata lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh klien auditor Big 6, sehingga dapat disimpulkan klien dari auditor non Big 6 cenderung lebih tinggi dalam melakukan manajemen laba. Pada saat penelitian ini dilakukan Big 6 telah berubah menjadi Big 4, maka diduga bahwa klien dari auditor non Big 4 cenderung lebih tinggi dalam melakukan manajemen laba. Hal ini berarti reputasi KAP berhubungan negatif dengan manajemen laba, maka hipotesis yang dapat dikembangkan yaitu:
3
H5: Reputasi KAP memoderasi hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia periode 2013-2014 dikarenakan saham-saham LQ45 sering dijadikan acuan bagi investor untuk menanamkan modalnya. Jenis metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan mengambil sampel yang dipilih dan diseleksi berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Variabel Penelitian Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur dengan cara menghitung discretionary accrual dengan menggunakan Modified Jones Model dengan persamaan sebagai berikut: TAC = laba bersih (net income) - arus kas operasi (cash flow from operation) Nilai total accrual yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut: TACt/TAt-1 = a1[1/TAt-1] + a2[ΔREVit/TAt-1] + a3[PPEt/TAt-1]………………(1) Dengan menggunakan koefisien regresi di atas (a1, a2, dan a3) nilai non discretionary accrual (NDTAC) dapat dihitung dengan rumus: NDTAC = â1[1/TA t-1] + â2[(DSALt-DRECt)/ TA t-1] + â3[PPEt/ TA t-1]………(2) Selanjutnya DTAC dapat dihitung sebagai berikut: DTACt = TACt/TAt-1 – NDTAC Dimana: TAC = Total accrual dalam periode t DTAC = Discretionary accruals TA t-1 = Total Aset periode t-1 DSALt = Perubahan penjualan bersih dalam periode t DRECt = Perubahan piutang bersih dalam periode t PPEt = Property, plan, and equipment a1, a2, a3 = Koefisien regresi persamaan (2) â1, â2, â3 = Fitted coeficient yang diperoleh dari hasil regresi persamaan (2) Variabel Independen Penelitian ini mengukur asimetri informasi dengan menggunakan relative bid-ask spread yang dioperasikan sebagai berikut : SPREAD = (aski,t – bidi,t)/{(aski,t + bidi,t)/2} x 100 Model untuk menyesuaikan spread adalah : SPREADi,t = α0 + α1PRICEi,t + α2VARi,t + α3TRANSi,t + α4DEPTHi,t + ADJSPREADi,t Keterangan :
4
SPREAD i,t = (aski,t – bidi,t)/{(aski,t + bidi,t)/2} x 100 Aski,t : harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t Bidi,t : harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t PRICEi,t : harga penutupan saham perusahaan i pada hari t TRANSi,t : jumlah transaksi suatu sah am perusahaan i pada hari t VARi,t : varian return harian selama periode penelitian pada saham perusahaan i dan hari ke t. Return harian merupakan persentase perubahan harga saham pad hari ke t dengan harga saham pada hari sebelumnya (t – 1) DEPTHi,t : rata-rata jumlah saham perusahaan i dalam semua quotes (jumlah yang tersedia pada ask ditambah jumlah yang tersedia pada saat bid dibagi dua) selama setiap hari t. nb ADJSPREADi,t : residual error yang digunakan sebagai ukuran SPREAD yang telah disesuaikan untuk perusahaan i pada hari ke t. Variabel Pemoderasi 1. Dewan Komisari Independen (KI), yaitu proporsi dewan komisaris independen dihitung dengan membagi jumlah dewan komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris 2. Ukuran Komite Audit (UKA), yaitu jumlah total anggota komite audit, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel 3. Kepemilikan Manjerial (KM), yaitu besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. 4. Reputasi KAP (RK), untuk mengukur reputasi KAP menggunakan variabel dummy dengan 0 untuk KAP non big 4 dan 1 untuk KAP big 4. Model Regresi Model regresi ini ditunjukan dalam persamaan: EM = α0 + α 1 ASI EM = α0 + α1 ASI + α2 KI + α3 ASI*KI EM = α0 + α1 ASI + α2 UK + α3 ASI*UKA EM = α0 + α1 ASI + α2 KM + α3 ASI*KM EM = α0 + α1 ASI + α2 RK + α3 ASI*RK Keterangan: ASI = Asimetri Informasi α0 = Konstanta α1, α2, α3, α4 = Koefisien EM = Earnings Management (Manajemen Laba) KI = Komisaris Independen UKA = Ukuran Komite Audit KM = Kepemilikan Manajerial RK = Reputasi KAP
5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh sampel sebanyak 72 perusahaan. Sampel Penelitian Keterangan Emiten yang terdaftar dalam indeks LQ-45 periode 2013-2014 Emiten yang melaporkan laporan keuangan dalam mata uang dollar Emiten dengan data pelaporan keuangan tidak lengkap Jumlah sampel Jumlah observasi (36 x 2 tahun) Sumber: Data sekunder diolah 2016
Jumlah 57 (10) (11) 36 72
Statistik Deskriptif
N
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Min Mak
DACC 72 -0.1 KI 72 0.33 UKA 72 2 KM 72 0 ADJSPREAD 72 -0.49 Valid N 72 RK Proporsi Dummy 1 = 86.10% Sumber: Data sekunder diolah 2016
0.42 0.8 8 0.15 0.85
Rata-Rata
Dev. Std
0.0896 0.451 3.8889 0.0053 0.1084
0.09589 0.1129 1.39975 0.02497 0.17352
0 = 13.90%
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai DACC adalah antara -0,1 sampai dengan 0,42. Nilai DACC negatif menunjukkan emiten melakukan decreasing income, sedangkan nilai DACC positif menunjukan emiten melakukan increasing income dengan acuan pada laba tahun berjalan. Dilihat dari rata-rata deskriptif sebesar 0,0896 maka emiten sampel cenderung melakukan manajemen laba dengan strategi increasing income. Variabel KI (Komisaris Indepen) memiliki nilai rata-rata 0.45, menunjukkan rata-rata proporsi komisaris independen terhadap seluruh dewan komisaris emiten yang menjadi sampel adalah 45%. Nilai minimum 33% menunjukkan seluruh emiten sampel menaati ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli 2004 dimana jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan komisaris.
6
Nilai minimum variabel UKA (Ukuran Komite Audit) sebesar 2 dan maksimum 8 menunjukkan jumlah anggota komite audit emiten sampel berkisar antara 2 sampai 8 orang. Hal ini menunjukan masih ada emiten sampel yang belum mematuhi Peraturan Bapepam-LK No. IX.1.5 dimana jumlah anggota komite audit minimal beranggotakan 3 orang. Variabel KM (Kepemilikan Manajerial) memiliki nilai minimum 0 menunjukan ada emiten dengan kepemilikan saham manajemen berjumlah 0 atau manajemen sama sekali tidak memiliki saham di perusahaan. Nilai maksimum sebesar 0,15 menunjukkan kepemilikan saham manajemen yang paling tinggi berjumlah 15%. Variabel RK (Reputasi KAP) proporsi audit oleh KAP big four dalam sampel penelitian sebesar 86.1% dan non big four sebesar 13.9%. Jadi sebagian besar emiten sampel (sebanyak 86%) laporan keuangan tahunannya diaudit oleh KAP big four. Variabel ADJSPREAD memiliki nilai minimum -0,49 dan maksimum 0,85. Nilai negatif menunjukkan bahwa investor mempunyai informasi yang cukup akan emiten sampel dan nilai positif menunjukkan bahwa manajemen memegang informasi yang lebih banyak dari pada informasi yang dipegang oleh investor. Rata-rata sebesar 0.10 menunjukan asimetri informasi di emiten sampel cukup kecil. Pembahasan Hasil Penelitian Koefisien tak Nilai terstandarisa probabilit si as 1 H1 0,298 0,000 2 H2 -1,571 0,047 3 H3 -0,016 0,001 4 H4 -2,940 0,095 5 H5 0,058 0,659 Sumber: Data sekunder diolah 2016 No .
Hipotesi s
Keterangan
Kesimpulan
Signifikan Signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan
Hipotesis diterima Hipotesis diterima Hipotesis ditolak Hipotesis ditolak Hipotesis ditolak
Model 1 memiliki nilai AdjR-square 0,281 dan t-hitung 5.360 dengan probabilitas 0,000 artinya variabel asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba. Jadi disimpulkan H1 yang menyatakan “asimetri informasi berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba” diterima. Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba, hal ini dikarenakan semakin besarnya ketimpangan informasi antara investor dan manajemen maka peluang manajemen melakukan manajemen laba akan semakin tinggi. Adanya ketimpangan informasi menunjukan investor tidak memiliki informasi yang cukup atas emiten yang bersangkutan dan mengakibatkan peluang manajemen untuk tidak mengungkapkan laba perusahaan dalam jumlah yang sebenarnya akan semakin besar. Hasil analisis penelitian ini mendukung penelitian dari Rahmawati et
7
al. (2006) bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Model 2 memiliki nilai AdjR-square 0,266. Variabel pemoderasi ADJSPREAD_KI memiliki probabilitas 0,047 artinya variabel ADJSPREAD_KI memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Jadi H2 yang menyatakan “Komisaris Independen memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba” diterima. Nilai AdjR-square model 2 sebesar 0,266 lebih kecil daripada model 1 sebesar 0,281 menunjukan bahwa adanya moderasi komisaris independen memperlemah pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Moderasi komisaris independen menyebabkan pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba semakin lemah. Komisaris independen merupakan pihak yang tidak memiliki ikatan dengan perusahaan dan bebas dari kepentingan terhadap manajemen sehingga dalam tugasnya bebas dari intervensi dan tekanan manajemen dan dapat menjembatani kepentingan investor. Model 3 memiliki nilai AdjR-square 0,319. Variabel pemoderasi ADJSPREAD_UKA memiliki probabilitas 0,523 artinya variabel ADJSPREAD_UKA tidak memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba karena nilai probabilitas T lebih dari 0,05. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan H3 yang menyatakan “Ukuran komite audit memoderasi hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba” ditolak. Pembentukan komite audit dilaksanakan oleh dewan komisaris dan dalam hal ini dewan komisaris memiliki hak untuk memberhentikan komite audit sewaktu-waktu. Sebagai badan yang memiliki posisi dibawah dewan komisaris apabila keberadaan komite audit tidak sejalan dengan keputusan manajemen maka perusahaan dapat melakukan penggantian. Pembentukan komite audit yang tidak efektif juga dapat diakibatkan pembentukannya yang sebatas untuk pemenuhan regulasi, hal ini ditunjukkan dengan adanya perusahaan yang memiliki jumlah komite audit yang besar namun memiliki nilai DACC yang tinggi seperti PT Wijaya Karya Tbk (UKA=5, DACC=0,42) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (UKA=5, DACC=0,29). Model 4 memiliki nilai AdjR-square 0,504. Variabel pemoderasi kepemilikan manajemen (ADJSPREAD_KM) memiliki probabilitas 0,095 artinya variabel kepemilikan manajerial tidak memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba karena nilai probabilitas T lebih dari 0,05. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan H4 yang menyatakan “Kepemilikan manajerial memoderasi hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba” ditolak. Kepemilikan saham manajemen dalam struktur permodalan di emiten sampel sangat kecil dengan rata-rata 0.0053 atau 0,53%, sehingga kepemilikan manajemen tidak dapat memiliki efek signifikan untuk mengatasi masalah agensi antara investor dan manajemen. Model 5 memiliki nilai AdjR-square 0,265. Variabel pemoderasi reputasi KAP (ADJSPREAD_RK) memiliki probabilitas 0,659 artinya variabel reputasi KAP tidak dapat memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba karena nilai probabilitas T lebih dari 0,05. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan H5 yang
8
menyatakan “Reputasi KAP memoderasi hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba” ditolak. Kualitas laporan keuangan auditan secara tidak langsung dipengaruhi oleh integritas auditor secara individual. Kemungkinan terjadinya manajemen laba semakin besar jika auditor secara individual memiliki integritas rendah sekalipun auditor tersebut berasal dari KAP big four. Hal ini didukung oleh terlibatnya KAP Arthur Andersen dalam kasus Enron. Kasus tersebut mencerminkan bahwa digunakannya KAP Big-four dalam pengauditan laporan keuangan tidak menutup kemungkinan terjadinya kecurangan. Alasan lainnya adalah reputasi KAP tidak dapat menjadi proksi dari kualitas audit, sehingga KAP big four yang dianggap memiliki reputasi KAP yang baik tidak memberikan jaminan akan memberikan jaminan untuk memperkecil manajemen laba. Selain itu adanya discretionary accrual (DACC) adalah komponen akrual hasil rekayasa manajerial dalam memanfaatkan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar sehingga adanya manajemen laba tetap diperbolehkan selama masih mengikuti prisnsip akuntansi berlaku umum (PABU). KESIMPULAN, KETERBASAN DAN SARAN KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat dihasilkan dari analisi data adalah sebagai berikut: 1. Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba, dikarenakan semakin besarnya ketimpangan informasi yang dimiliki antara investor dan manajemen maka peluang manajemen melakukan manajemen laba akan semakin tinggi. 2. Komisaris independen memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Moderasi yang ada memperlemah pengaruh asimetri informasi pada manajemen laba dikarenakan komisaris independen merupakan pihak yang tidak memiliki ikatan dengan perusahaan dan bebas dari kepentingan terhadap manajemen telah melakukan tugasnya dengan efektif. 3. Komite audit tidak dapat memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba, dikarenakan komite audit merupakan badan yang memiliki posisi dibawah dewan komisaris sehingga apabila keberadaan komite audit tidak sejalan dengan keputusan manajemen maka perusahaan dapat melakukan penggantian. Pembentukan komite audit yang didasari sebatas untuk pemenuhan regulasi juga mengakibatkan kurang efektifnya peran komite audit dalam memonitor kinerja manajemen. 4. Kepemilikan manajerial tidak dapat memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial sangat kecil sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap perusahaan. 5. Reputasi KAP tidak dapat memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Hal ini karena reputasi KAP tidak dapat menjadi proksi dari kualitas audit. Selain itu adanya discretionary accrual (DACC) adalah komponen
9
akrual hasil rekayasa manajerial dalam memanfaatkan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar
KETERBATASAN Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang ada setelah dilakukan analisis dan interpretasi data yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan kepemilikan manajerial sebagai proksi tata kelola korporat, sedangkan presentase kepemilikan manajerial pada perusahaan konglomerasi di Indonesia sangat kecil sehingga tidak dapat mewakili proksi tata kelola korporat yang diharapkan. 2. Penelitian ini mengalami masalah multikolinearitas dimana hal ini merupakan masalah yang sering muncul apabila menggunakan metode regresi MRA (Moderated Regresion Analysis), dikarenakan variabel independen penmbentuk model regresi merupakan hasil perkalian diantara variabel independennya. 3. Penelitian ini menggunakan reputasi KAP sebagai acuan independensi audit berdasarkan jurnal penelitian oleh Becker et al. (1999) dan Krishnan (2002) yang dilakukan di Amerika Serikat, penggunakan reputasi KAP di Indonesia mungkin belum dapat dijadikan acuan independensi dan kualitas audit. SARAN Saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya dapat menghilangkan variabel kepemilikan manajerial karena nilai kepemilikan manajerial yang sangat kecil. 2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi GCG yang lain seperti menggunakan indeks GCG yang dikeluarkan oleh FCGI sehingga memberikan lebih banyak informasi yang lebih menyeluruh mengenai penggunaan GCG untuk mengurangi praktik manajemen laba. 3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi manajemen laba yang lain seperti model short term discretionary accruals (STDA) dan long term discretionary accruals (LTDA) sebagai bahan perbandingan. 4. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan uji variabel pemoderasi yang lain selain uji interaksi Moderated Regression Analysis (MRA) seperti uji residual untuk memperkecil kemungkinan multikolinearitas. 5. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi lain sebagai acuan kualitas audit seperti pergantian audior atau adanya restatment audit. DAFTAR PUSTAKA Afifa, N. & Daljono. (2013). Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 2 No. 1. hal. 1-10. Agoes, S. & Wardana, I. (2009). Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba Empat.
10
Antonia, E. (2008). Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Anggraeni, R. (2013). Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. 2, No. 3, Tahun 2013:1-13. Arifin. (2005). Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan Di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan). Disampaikan Pada Sidang Senat Guru Besar Univeritas Diponegoro Dalam Rangka Pengusulan Jabatan Guru Besar. Universitas Diponegoro, Semarang Ali, I. (2002). Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi, Vol. XIX. No.2. Juli 2002. Atiqah, M. (2012). Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Belkaoui, A. R. (2000). Teori Akuntansi Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Cahan, S. F. (1992). The Effects of Antitrust Investigations on Discretionary Accruals: A Refined Test of Political Cost Hypothesis. The Accounting Review. 67: 77-95. Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of Management Review, Vol. 14. No.1, pp: 57-74. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). (2001). What is Corporate Governance. Retrieved from: http://www.fcgi.or.id/sustainability-aresponsibility/about-sustainability-a-responsibility.html. Firdaus, I. (2013). Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Universitas Negeri Padang, Padang. Fidyati, N. (2001). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Earning Management pada Perusahaan Seasoned Equity Offering (SEO). Jurnal Ekonomi & Akuntansi Vol 2, No. 1, Juni 2004. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Guna, W. I. & Herawaty H. (2010). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Indepedensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.1, Hal 53-68. Halim, et al. (2005). Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk Dalam Indek LQ 45. Seminar Nasional Akuntansi VIII Solo. Hall, S. C. & Wiliam, W. S. (1997). Damage awards and Earnings Management in The Oil Industry. The Accounting Review. Vol. 72 No. 1 January pp. 47-65.
11
Hartono, J. & Riyanto, L. (1997). The Effect of Asimetrical Information and Risk Attitude on Insentive Schemes: A Contigency Approach. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia Vol. 12, 1: 1-12. Healy, P. M. & Wahlen, J. M. (1999). A Review Of The Earnings Management Literature And Its Implications For Standard Setting. Accounting Horizons 13, 365-383. Herawaty, V. (2008). Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak. Herwidayatmo. (2000). Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik di Indonesia. Usahawan No.10 TH XXIX Oktober. Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Jensen, M. C. & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3, 305360. Jensen, M.C. & Murphy, K. J. (1990). Performance Pay and Top-Management Incentives. Journal of Political Economy 98/2: 225-264. Kamil, A. & Herusetya, A. (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Kegiatan Corporate Social Responsibility. Media Riset Akuntansi. Vol 2 No 1. Februari: 1-17. Khomsiyah. (2003). Hubungan Corporate Governance dan Pengungkapan Informasi: Pengujian Secara Simultan. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Komalasari, P. T. (2001). Asimetri Informasi dan Cost of Equity Capital. Simposium Nasional Akuntansi III. Klein, A. (2002). Audit Committee, Board Of Director Characteristics and Earnings Management. Journal of Accounting and Economics, Vol.33. No.3. August. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance. Lilis, S. (2001). Rekayasa Akrual untuk Meminimalkan Pajak. Simposium Nasional Akuntansi. Liputan 6. (2003, 27 Februari). Mereka-reka Penjarahan Harta Negara di Bank Lippo. (http://news.liputan6.com/read/50266/mereka-reka-penjarahan-hartanegara-di-bank-lippo, diakses 17 Mei 2016). Luhgiatno. (2010). Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Management Laba Studi Pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia. Fokus Ekonomi, Vol. 5 No. 2, 2010: 15-31. Midiastuty, P. & Machfoedz, M. (2003). Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.
12
Muliati, N. (2011). Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Tesis. Universitas Udayana, Denpasar. Naim, A. & Hartono, J. (1996). The Effect of Antitrust Investigations on The Management of Earnings: A Further Empirical Test of Political Cost Hypothesis. Kelola, 13/VI: 126- 141. Nasution, M. & Setiawan, D. (2007). Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar. Pamudji, T. (2008). Pengaruh Independensi dan Efektifitas Komite Audit Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI). Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Putri, I. (2012). Pengaruh Kebijakan Dividen dan Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Buletin Studi Ekonomi Volume 17 No 2 Hal 157-171. Richardson, V. J. (1998). “Information Asymmetry and Earnings Management: Some Evidence.” Dissertation. University of Kansas. Salno, H.M. & Baridwan. (2000). Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing) : Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1):17-34. Schipper, K. (1989). Earnings Management. Accounting Horizons 3, 91-106. Scott, W. R. (2012). Financial Accounting Theory, sixth Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Setyaningrum, D. (2005). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Peringkat Surat Utang Perusahaan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Juli-Desember 2005, Vol.2, No. 2, pp. 73-102. Siregar, S. N.P & Bachtiar, Y. S. (2004). Hubungan Antara Manajemen Laba dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya. Siregar, S. V. & Utama, S. (2005). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Suhardjanto, D. & Permatasari, N. D. (2010). Pengaruh Corporate Governance, Etnis, dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Environmental Disclosure: Studi Empiris Pada Perusahaan Listing Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang: Universitas Sebelas Maret. Sulistyanto, S. (2008). Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris, Jakarta: Grasindo. Suryani, I. D. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Rahmawati. Suparno, Y. & Qomariyah, N. (2006). Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
13
Tarigan, T. C. (2011). Pengaruh Asimetri Informasi, Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2008-2010. Skripsi (tidak dipublikasikan). Yogyakarta : Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Tempo.co.id (2002) 20 November. Mark Up Kimia Farma Ulah Manajemen Lama. (http://tempo.co.id/hg/ekbis/2002/11/20/brk,20021120-02,id.html, diakses 25 Juni 2016). Tiswiyanti, W., Fitriyani, D. & Wiralestari. (2012). Analisis Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora Vol. 14, No. 1, JanuariJuni 2012 Hal 61-66. Ting, W. (2009). Top Management Compensation, Earnings Management and Default Risk : Insight from the Chinesse Stock Market. The International Journal of Business and Finance Research Vol 3 No 1. Ujiyantho, M. A. & Bambang, A. P. (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Ulfi, O. (2006). Pengaruh Keberadaan Komite Audit, Proporsi Dewan Komisaris, Reputasi Auditor, dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang. Xie, B. (2003). Earnings Management and Corporate Governance: The Role of The Board and The Audit Committee. Journal of Corporate Finance Volume 9 June: 295-316. Wardhana, R. (2010). Pengaruh Risiko Sistematis Inflasi, Corporate Governance, dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial Distress dengan Aafiliasi Group sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia. Tesis tidak diterbitkan. Universitas Airlangga, Surabaya. Widyaningdyah, A. (2001). Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3 No. 2. Wisnumurti, A. (2010). Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Hubungan Asimetri Informasi dengan Praktik Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI). Skripsi. Universitas Diponogoro, Semarang. Watts, R.L. (2003). Conservatism in accounting part I: Explanations and Implications. Accounting Horizons 17, 207–221. Watts, R, L., & Zimmerman, J, L. (1986). Positive Accounting Theory. New York: Prentice Hall. Wawo, A. (2010). Pengaruh Corporate Governance Dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap Daya Informasi Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi XIII. ______(2012). Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. ______(2004). Keputusan Ketua Bapepam dan LK No Kep-29/PM/2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Kerja Komite Audit.
14
15