PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI. (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Termasuk Dalam Rangking CGPI periode 2004-2013)
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Megister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Megister dalam Ilmu Manajemen
Nama : Andri Veno NIM : P 100 130 032 Tesis Dibiayai Oleh Kopertis Wilayah VI Sesuai Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Multi Tahun Nomor : 007/k6/Km/Sp2h/Penelitian_Batch-1/2015.Tertanggal 30 Maret 2015
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
NOTA PEMBIMBING Dr. Noer Sasongko, M.S Dosen Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana UniversitasMuhammadiyah Surakarta Nota Dinas Hal : Naskah publikasi Saudari Andri Veno KepadaYth. Ketua Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana UniversitasMuhammadiyah Surakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap Naska saudara: Nama : Andri Veno NIM : P 100 130 032 Konsentrasi : Manajemen Pemasaran Judul : PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI. (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Termasuk Dalam Rangking CGPI periode 2004-2013) Dengan ini kami menilai Naskah publikasi tersebut dapat disetujui Naskah publikasi pada Program Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta,
November 2015
Pembimbing I
Dr. Noer Sasongko, M.S
NOTA PEMBIMBING Wiyadi, Ph.D Dosen Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Nota Dinas Hal : Naskah publikasi Saudari Andri Veno Kepada Yth. Ketua Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, meneliti, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap naskah publikasi saudara : Nama : Andri Veno NIM : P 100 130 032 Konsentrasi : Manajemen Pemasaran Judul : PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI. (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Termasuk Dalam Rangking CGPI periode 2004-2013) Dengan ini kami menilai Naskah publikasi tersebut dapat disetujui untuk diajukan Naskah publikasi pada Program Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta, November 2015 Pembimbing II
Drs. Wiyadi, M.M., PhD
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Peringkat 10 Terbaik CGPI Selama Periode 2004 - 2013)
Abstract Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba dengan dimoderasi oleh good corporate governance. Sampel penelitian sebanyak 43 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masuk dalam peringkat 10 terbaik Corporate Governance Perception Index (CGPI) selama periode 2004 – 2013. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Variabel manajemen laba sebagai variabel independent diproksi dengan model Short Term Discretionary Accruals (STDA) dan Long Term Discretionary Accruals (LTDA), sedangkan variabel moderasi Good Corporate Governance diproksi dengan Corporate Governance Perception Index (CGPI). Analisis ini mengunakan regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan pengujian asumsi klasik. Hasil analisis regresi linear berganda pada model Short Term Discretionary Accruals (STDA) menunjukkan bahwa asimetri informasi dan good corporate governance berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Selanjutnya hasil analisis regresi linear berganda pada model Long Term Discretionary Accruals (LTDA) menunjukkan bahwa asimetri informasi dan Good Corporate Governance berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan variabel Good Corporate Governance dapat memoderasi pengaruh asimetri terhadap manajemen laba secara Short Term Discretionary Accruals (STDA) maupun Long Term Discretionary Accruals (LTDA). Kata kunci: Asimetri informasi, Earning Management, short term discretionary accruals, long term discretionary accruals, Good corporate governance.
Abstract
The aim of this study is to analyze the effect of asymmetry information on earnings management which is moderated by good corporate governance. Totally 43 manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange (BEI) are involved to be samples of the study, including the top 10 best Corporate Governance Perception Index (CGPI) during the period 2004 - 2013. The sampling technique is purposive sampling. Earnings management as independent variable is proxied through Short Term Discretionary Accruals (STDA) and Long Term Discretionary Accruals (LTDA), while moderating variable is proxied through Good Corporate Governance Corporate Governance Perception Index (CGPI). This analysis using multiple linear regression which is previously performed through classical assumption test. The results of multiple linear regression analysis on the model Short Term Discretionary Accruals (STDA) showed that the asymmetry information and good corporate governance is significantly giving positive effect on earnings management. The results of multiple linear regression analysis on the model of the Long Term Discretionary Accruals (LTDA) showed that the asymmetry information and good corporate governance significantly gives negative effect on earnings management. While variable Good Corporte Governance can moderate asymmetry effect on earnings management in Short Term Discretionary Accruals (STDA) and Long Term Discretionary Accruals (LTDA). Keyword : Asymmetry Information, Earnings Management, Short Term Discretionary Accruals (STDA), Long Term Discretionary Accruals (LTDA, Good Corporte Governance A. Latar Belakang Hubungan keagenan muncul ketika pihak principal menyewa pihak agent agar melaksanakan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agent (Darwis, 2012). Asimetri informasi timbul karena adanya masalah keagenan, dimana manajer memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak dibanding dengan pemegang saham. Terjadinya asimetri informasi dan kepentingan yang berbeda antara manajer dengan para pemegang saham memungkinkan manajer melakukan tindakan manajemen laba. Menurut Healy and Wahlen (1998) dalam Wiyadi, dkk. (2013) bahwa manajemen laba adalah sebuah tindakan yang mengelabui dan menipu shareholders karena manajer mengetahui lebih banyak informasi tentang
perusahaan dan bertindak untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri (Widyaningdyah, 2001 dalam Wiyadi, dkk., 2013). Oleh sebab itu, wajar jika manajer memanfaatkan adanya asimetri informasi untuk melakukan tindakan manajemen laba. Peluang manajer melakukan tindakan manajemen laba juga dikarenakan manajer memiliki fleksibilitas dalam memilih metode akuntansi yang berbasis akrual. Penggunaan metode akuntansi sengaja dipilih untuk kepentingan tertentu misal: memaksimumkan utility dan nilai pasar perusahaan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Salah satu peneliti yang telah melakukan penelitian tentang pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba adalah Rahmawati, dkk (2006). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa asimetri informasi memiliki pengaruh secara positif signifikan terhadap manajemen laba. Tindakan manajemen laba dapat dikurangi melalui mekanisme corporate governance (Wiyadi, dkk., 2013). Pada prinsipnya corporate governance terkait dengan kepentingan para pemegang saham, perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, peran semua pihak yang berkepentingan (stakeholders), transparansi dan kejelasan. Banyak perusahaan terutama yang berskala besar telah menaruh perhatian kepada pentinganya corporate governance. Menuurut Forum of corporate governance (2011) bahwa corporate governance adalah serangkaian proses, kebijakan, tata cara, institusi dan aturan yang mempengaruhi pengontrolan, pengarahan dan pengelolaan suatu perusahaan. Corporate governance juga mencakup hubungan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas, manajer, staff, kreditor, pemerintah, serta stakeholders yang memiliki kaitan terhadap hak dan tanggung jawab pada perusahaan atau sistem yang melakukan kendali dan arahan terhadap perusahaan. Implementasi goods corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan (FCGI, 2011). Implementasi corporate governance pada suatu perusahaan akan berdampak pada tindakan manajemen laba yang dilakukan manajer. Jika perusahaan mampu menerapkan corporate governance dengan baik, maka perusahaan akan memperoleh kemanfaatan lebih seperti: mudah meningkatkan modal, biaya modal lebih rendah,
peningkatan kinerja bisnis dan kinerja ekonomi, serta harga saham lebih baik. Implementasi corporate governance nantinya akan menjadi salah satu elemen penting untuk menumbuh kembangkan efisiensi ekonomis, dan memberikan hubungan yang sinergis antara pihak yang berkepentingan pada perusahaan (Arief dan Pramuka, 2007). Secara umum, pelaksanaan aktivitas bisnis dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola perusahaan yang baik (goods corporate governance framework). Kerangka tersebut dibentuk oleh hukum dan regulasi, anggaran dasar, kode etik, perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan kreditur, karyawan, konsumen, dan lain sebagainya. Menurut Surya dan Yustiavandana (2006), agar perusahaan memiliki kelangsungan hidup lebih terjamin dalam jangka panjang, maka shareholders dan stakeholders memerlukan pelaksanaan tata kelola yang baik (good corporate governance). Corporate governace memiliki dua konsep, yaitu: pemisahan antara pemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini akan menimbulkan masalah karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan pihak manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Tujuan utama dari corporate governance adalah minimalisasi biaya perusahaan (agency costs) yang berasal dari pemisahan kepemilikan dan pengendalian (Weber, 2006). Jika suatu perusahaan menerapkan corporate governance yang baik, maka potensi seorang manajer dalam melakukan tindakan manajemen laba dapat di kontrol. Menuru Herawaty (2008) teori keagenan memberikan pandangan bahwa masalah manajemen laba dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good corporate governance. Corporate governance mengandung empat unsur penting, yaitu: keadilan, transparansi, pertanggungjawaban dan akuntabilitas, diharapkan dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor (Susanti, 2010). Penelitian Wedari (2004), dalam Herawaty (2008) menemukan bahwa praktek corporate governance memiliki hubungan terhadap manajemen laba.
Namun Siregar & Bactiar (2004) tidak terdapat hubungan antara praktek corporate governace dengan manajemen laba, Penelitian ini merupakan upaya menindak lanjuti hasil penelitian Rahmawati, dkk (2006) yang merekomendasikan perlunya memasukkan pengaruh corporate governance sebagai variabel pemoderasi untuk mengetahui apakah corporate governance mampu memperkuat atau memperlemah hubungan antara asimetri informasi dengan tindakan manajemen laba. Variabel manajemen laba diproksi dengan model short term discretionary accruals (STDA) dan long term discretionary accruals (LTDA). Alasan penggunaan model STDA adalah untuk motivation signaling karena pasar berharap akrual jenis ini akan kembali secepatnya. Sedangkan alasan penggunaan model LTDA adalah usaha manajer untuk membodohi pelaku pasar karena sifat akrual memberikan kesempatan melakukan manipulasi untuk memenuhi kepentingannya sendiri. B.
Perumusan Masalah Dalam kontek teori keagenan, adanya informasi yang asimetris akan
mendorong agent menyembunyikan sebagian informasi yang tidak diketahui principal. Hal ini akan memberikan peluang kepada manajer melakukan tindakan manajemen laba sebagai upaya memaksimumkan utilitynya. Salah satu cara untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic pihak manajemen adalah melalui implementasi mekanisme corporate governance (Watts, 2003) Secara umum, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan “Apakah good corporate govarnance mampu memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di BEI dan termasuk dalam peringkat 10 terbaik CGPI”? Sedangkan secara spesifik permasalahannya dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba? 2. Apakah good coorporate governance mampu memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah menguji secara empiris pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba yang dimedorasi oleh good corporate governance. Pengukuran manajemen laba dengan menggunakan model short term discretionary accruals (STDA) dan long term discretionary accruals (LTDA). Adapun secara terperinci tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. 2. Menganalisis pengaruh good corporate governance dalam memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. D. Tinjauan Pustaka Implikasi dari teori agensi adalah terjadinya asimetri informasi antara manajer dengan pemilik. Informasi keuangan yang berkualitas berguna bagi investor untuk mengurangi asimetri informasi (Komalasari, 2000 dalam Setyaningrum dan Yunitasari, 2011). Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi lebih atas prospek perusahaan dimasa depan
dibanding
para
pemegang
saham
(pemilik)
dan
Stakeholder
lainnya. Asimetri informasi dapat diantisipasi dengan melakukan pengungkapan informasi yang lebih berkualitas. Oleh sebab itu, manajer berwajiban memberikan sinyal informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Namun seringkali informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Akibat terjadinya asimetri informasi memungkinkan manajer melakukan tindakan manajemen laba. Menurut Fischer, et al (1995) dalam Dwiadnyana dan Jati (2014) manajemen laba adalah perilaku dari manajer yang membuat laporan laba rugi dan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada periode berjalan tanpa menimbulkan perubahan profitabilitas ekonomi secara jangka panjang. Sedangkan menurut Scott (2000) manajemen laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk berbagai tujuan spesifik. Berdasarkan kedua pengertian diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa tindakan manajemen laba dilakukan melalui pemilihan kebijakan akuntansi atau dengan mengendalikan transaksi akrual. Manajemen laba diproksi dengan beberapa model atau pendekatan, yaitu: model manajemen laba akrual (Jones,1991; dan Dechow,1994); model manajemen laba akrual jangka pendek dan jangka panjang (Whelan dan McNamara, 2004); model manajemen laba; dan model manajemen laba terintegrasi. Menurut Kusuma (2006), model Jones dan model Jones yang dimodifikasi (discretionary accruals) dipecah menjadi komponen short-term discretionary accruals dan long-term discretionary accruals. Menurut Dechow dalam Hadri (2006) short-term dan long-term discretionary accruals memiliki karakteristik yang berbeda. Short-term discretionary accruals memiliki jangka waktu yang relatif pendek untuk dapat kembali. Sedangkan long-term discretionary accruals memiliki waktu yang lebih dari satu tahun buku untuk kembali. Karakteristik yang berbeda tersebut oleh pasar akan ditanggapi bahwa penggunaan short-term discretionary accruals adalah untuk tujuan atau motivasi signaling. Sementara itu, pasar mungkin akan menganggap penggunaan long-term discretionary accruals adalah usaha manajer untuk membodohi pelaku pasar, karena sifat dari akrual tersebut memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manipulasi. Sebagaimana dinyatakan diatas bahwa untuk mengurangi tindakan manajemen laba dapat dilakukan melalui mekanisme corporate governace (Wiyadi, dkk., 2013). Komite Cadbury mendifinisikan corporate governance sebagai suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggung jawaban kepada stakeholders. Menurut Arief dan Pramuka (2007) penerapan corporate governance nantinya akan menjadi salah satu elemen penting untuk menumbuh kembangkan efisiensi ekonomis, dan memberikan hubungan yang sinergis diantara pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan. Sehingga penerapan corporate governance di perusahaan tentunya akan berimbas kepada tindakan manajemen laba yang dilakukan manajer.
Isu terkait corporate governance sudah mulai banyak dibahas dalam dunia bisnis. Salah satu proksi corporate governance yang dapat digunakan saat ini adalah Corporate Governance Perception Index (CGPI). CGPI adalah hasil penelitian dari sebuah lembaga kerjasama antara
The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) dengan majalah SWA yang secara sukarela melakukan pemeringkatan penerapan GCG dari beberapa perusahaan go public di Indonesia. Program CGPI secara konsisten telah diselenggarakan setiap tahunnya sejak tahun 2001. 1.
Hubungan Asimetri Informasi Dengan Manajemen Laba Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.
Salah satu pengukur asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham perusahaan adalah bid-ask spreads. Sebagai bukti bahwa bid-ask spreads memiliki kemampuan untuk mengukur asimetri informasi ditunjukkan oleh Healy, Palepu dan Sweeney (1995) dan Welker (1995) dalam Rahmawati dkk. (2006). Richardson (1998) dalam Rahmawati dkk. (2006) meneliti hubungan asimetri informasi dengan manajemen laba pada semua perusahaan yang terdaftar di NYSE pada periode akhir Juni selama 1988-1992. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk me-manage laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Menurut hasil penelitian Halim dkk. (2005) bahwa asimetri informasi, kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dkk. (2006) menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap manajemen laba
2.
Hubungan Asimetri Informasi Dengan Manajemen Laba Yang Dimoderasi oleh Good Corporate Governance Menurut Schipper (1989) manajemen laba adalah intervensi atau campur
tangan manajer dalam proses penyusunan laporan keuangan dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. Dari definisi tersebut memberikan gambaran bahwa manajemen laba merupakan perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan utilitas mereka. Manajer melakukan tindakan manajemen laba dengan memilih metode atau kebijakan akuntansi untuk menaikkan angka laba atau menurunkan angka laba. Manajer menaikkan angka laba dengan menggeser laba periode yang akan datang ke periode sekarang dan menurunkan angka laba dengan menggeser laba periode masa sekarang ke periode mendatang (Widodo, 2005). Filosofi yang mendasari kepentingan manajemen adalah kebutuhan akan harmonisasi dan sistematisasi dari manajemen dalam rangka menghasilkan kinerja yang efektif dan efesien. Sebagai bagian integral dari perusahaan, pihak manajemen yang ingin mencapai bentuk sistem yang teratur tentunya akan membutuhkan penerapan GCG secara konsisten. Karena untuk mencapai suatu kinerja yang optimal, para anggota manajemen dan karyawan harus mendapat perlakuan yang seimbang dan wajar, sesuai dengan kedudukan masing-masing. Prinsip fairness dari GCG memegang peranan untuk mewujudkan manajemen perusahaan berjalan dengan baik. Dengan demikian GCG dapat memperkuat ataupun memperlemah (memoderasi) dalam pengambilan suatu keputusan pelaporan keuangan dengan tujuan transparansi untuk optimalisasi kinerja perusahaan (Surya dan Yustiavanda, 2014). Atas dasar penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan publikasi sebagai berikut: H2 : Good Corporate Governance dapat memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap
manajemen laba.
E. Metode Penelitian Penelitian ini didesain untuk menjelaskan peran good corporate governance dalam memoderasi pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba. Yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan termasuk dalam peringkat 10 terbaik CGPI selama kurun waktu 2004 - 2013. Penelitian ini menggunakan data panel (pooled data) yang berdimensi waktu selama 10 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 43 perusahaan yang diambil secara purposive sampling. Kriteria untuk pengambilan sampel, yaitu: (1) perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI; (2) termasuk dalam peringkat 10 terbaik CGPI; (3) mempublikasikan laporan keuangan tahunan selama periode 2004 - 2013. Variabel dalam penelitian ini adalah Manajemen Laba, Asimetri Informasi, Good Corporate Governance, dan Interaksi Asimetri Informasi dengan Good Corporate Governance. Manajemen Laba merupakan intervensi langsung manajer dalam proses penyajian laporan keuangan dengan maksud memperoleh keuntungan atau manfaat tertentu baik bagi dirinya maupun perusahaan. Variabel ini diproksi dengan menggunakan model Long Term Discretionary Accruals (LTDA) dan Short Term Discretionary Accruals (STDA). Untuk menentukan besarnya nilai LTDA dan STDA dengan tahapan sebagai berikut: ACCi,t = EARNi,t – CFOi,tB ………………………..…………………….. (1) Di mana : ACCi,t : Total akrual perusahaan i pada tahun t EARNi,t : Laba sebelum pos luar biasa perusahaan i pada tahun t CFOi,t : Kas dari operasi perusahaan i pada tahun t Short-term accruals menurut Dechow (1994) dan Whelan dan McNamara, (2000) didefinisikan sebagai kebijakan akrual yang dilakukan dalam jangka pendek. STACCi,t = ΔARi,t + ΔINVi,t + ΔOCAi,t - ΔAPi,t - ΔTXPi,t - ΔOCLi,t …….. (2)
Dimana: STACCi,t ΔARi,t ΔINVi,t ΔOCAi,t ΔAPi,t ΔTXPi,t ΔOCLi,t
: Short-term Accruals perusahaan i pada tahun t : Piutang Dagang tahun t dikurangi piutang tahun t-1 perusahaan i : Persediaan tahun t dikurangi persediaan tahun t-1 perusahan i : Aktiva lancar lainya tahun t dikurangi aktiva lancar lainya tahun i : Hutang dagang tahun t dikurangi hutang usaha tahun t-1 perusahaan i : Hutang pajak tahun t dikurangi hutang pajak tahun t-1 perusahaan i : Hutang lancar lainya tahun t dikurangi hutang lancar lainya t-1 perusahaan i.
Sesuai dengan definisi total accruals, yaitu gabungan short-term dan long-term accruals, maka long-term accruals dicari dengan mengurangkan total accruals dengan short-term accruals. LTACCi,t : ACCi,t – STACCi,t …………………………………………… (3) Dimana : LTACCi,t : Long-term accruals perusahaan i pada tahun t ACCi,t : Total Accruals perusahaan i pada tahun t STACCi,t : Short-term accruals perusahaan i tahun t Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Asimetri informasi dalam penelitian ini diproksikan dengan relative bid-ask spread, yang dapat dinyatakan sebagai berikut (Rahmawati, dkk. 2006): SPREAD = (aski,t – bidi,t)/{(aski,t+ bidi,t)/2} x 100% ..................................(4) Model untuk menyesuaikan spread adalah: SPREADi,t = α0 + α1PRICEi,t + α2VARi,t + α3TRANSi,t + α4DEPTHi,t + ADJSPREADi,t………………………………………………….(5)
Keterangan : α0 Aski,t
: Konstanta : Harga ask (tawar) tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t
: Harga bid (minta) terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t PRICEi,t : Harga penutupan saham perusahaan i pada hari t TRANSi,t : Jumlah transaksi suatu saham perusahaan i pada hari t VARi,t : Varian return harian selama periode penelitian pada saham perusahaan dan hari ke t. Return harian merupakan persentase perubahan harga saham pada hari ke t dengan harga saham pada hari sebelumnya (t –1)2 DEPTHi,t : Rata-rata jumlah saham perusahaan i dalam semua quotes (jumlah yang tersedia pada ask ditambah jumlah yang tersedia pada saat bid dibagi dua) selama setiap hari t ADJSPREADi,t : Residual error yang digunakan sebagai ukuran SPREAD yang telah disesuaikan untuk perusahaan i pada hari ke t Bidi,t
Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance diprosikan oleh skor CGPI yang digunakan berupa angka mulai 0 sampai 100. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan yang masuk peringkat 10 terbaik skor CGPI yang diberikan IICG selama tahun 2004 - 2013. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis deskriptif dan statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS version 17.0 for windows. Analisis yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2006). Sebelum analisis regresi dilakukan pengujian asumsi Klasik yang meliputi uji: Normalitas, Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, dan Autokorelasi. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : MLSTDA = α + β1AI + β2GCG + β3AI*GCG + ε MLLTDA = a + b1AI + b2GCG + b3AI*GCG + ε Keterangan: MLSTDAM : Manajemen Laba short term discretionary accrual MLLTDAM : Manajemen Laba long term discretionary accrual α/a : Konstanta
b1 / β1 b2 / β2 b3 / β3 AI GCG AI*GCG ε
: Koefisien regresi variabel AI : Koefisien regresi variabel GCG : Koefisien regresi variabel AI*GCG : Variabel Asimetri Informasi : Variabel Corporate Governance Perception Index (CGPI) : Variabel Interaksi Asimetri Informasi dengan CGPI : Measurement error
2. Koefisien Diterminasi (R2) Koefisien ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan variabel independen mampu menjelaskan terhadap perubahan variabel dependen, dengan menggunakan rumus: ~ 2 R = ……. (Gujarati dalam Setiaji, 2006: 30) ~
ˆ : Y estimasi ~ : Y rata-rata Nilai koefisien R2 berkisar 0 sampai 1, jika nilai koefisien R2 hitung semakin mendekati angka 1 maka variabel independennya semakin kuat berpengaruh terhadap variabel independennya. 3. Uji F (Uji Ketepatan Model) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen/terikat. Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen (Priyatno, 2013). 4. Uji t (Uji Ketepatan Parameter Penduga) Dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Uji ini untuk mengetahui pengaruh dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai thit > ttab maka dapat dikatakan bahwa terdapat kontribusi yang signifikansi antara
variabel independen dengan variabel dependen secara individu, sebaliknya jika thit < ttab maka tidak terdapat kontribusi yang signifikansi (Santoso, 2001:168). Ho ditolak jika thit > ttab
dimana : = 0,10
Ho diterima jika thit < ttab F. Hasil Analisis dan Pembahasan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan termasuk dalam peringkat 10 terbaik Corporate Governance Perception Index (CGPI) selama periode 2004 – 2013. Jumlah data yang berhasil terkumpul dapat dilihat pada tabel berikut:
NO. 1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 1 Diskripsi Data Penelitian
KETERANGAN Seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dan termasuk dalam peringkat CGPI 10 terbaik selama tahun 2004 – 2013. Perusahaan non manufaktur yang terdaftar di BEI dan termasuk dalam peringkat CGPI 10 terbaik selama tahun 2004 – 2013. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan termasuk dalam peringkat CGPI 10 terbaik selama tahun 2004 – 2013. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan termasuk dalam peringkat CGPI 10 terbaik selama tahun 2004 – 2013yang di outleur. Data perusahaan yang layak dianalisis
JUMLAH 100 (23) 77 (34) 43
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 1 diatas, dari jumlah data sebanyak 100 perusahaan yang layak untuk dianalisis hanya sebanyak 43 perusahaan. 1. Deskripsi Statistik Deskripsi statistik semua variabel yang digunakan dalam model disajikan dalam tabel berikut:
Variabel AI STDA LTDA GCG Interaksi AI_GCG
N 43 43 43 43 43
Tabel 2 Deskripsi Statistik Minimum 0,18 -0,89 -0,14 72.09 13,77
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Maximum 1,71 -0,20 1,49 89,04 127,25
Mean 0,6793 -0,6390 0,7805 79,4795 54,3267
Std. Deviation 0,36736 0,18899 0,46001 4.69397 30,20448
Dari Tabel 2 di atas diketahui nilai rata-rata Asimetri Informasi adalah 0,6793 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,36736; Nilai rata-rata short term discretionary accrual (STDA) sebesar -0,6390 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,18899; Nilai rata-rata long term discretionary accrual (LTDA) sebesar 0,7805 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,46001; Nilai rata-rata GCG sebesar 79,4795 dengan nilai standar deviasi sebesar 4.69397, nilai ratarata interaksi Asym*GCG sebesar 54,3267 dengan nilai standar deviasi sebesar 30,20448. Jadi seluruh variabel yang diteliti, yaitu: Asimetri Informasi, GCG, interaksi Asym*GCG, short term discretionary accrual (STDA), dan long term discretionary accrual (LTDA) memiliki nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar deviasi, berarti bahwa datanya berdistribusi normal. 2. Manajemen Laba Dengan Proksi short term discretionary accrual (STDA). Sebelum melakukan pengujian manajemen laba dengan proksi stda dengan analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi Klasik
yang
meliputi:
uji
normalitas,
uji
multikolineritas,
uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Pengujian Asumsi Klasik a.
Hasil Uji Normalitas Dari hasil uji normalitas dapat diketahui apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi sebaran data normal atau tidak. Berdasarkan hasil Uji Kolmogorov-Smirnov melalui penggunaan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows, maka diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,745. Tabel 3 Uji Kolmogorov-Smirnov Model
Unstandardized residual
Z 0,680
P. Value Kriteria 0,745
p > 0,05
Kesimpulan Data Berdistribusi Normal
Sumber: Data sekunder diolah, 2015 Dari Tabel 3 diatas diketahui bahwa nilai signifikansi atau probabilitas sebesar 0,745 atau lebih besar dari 0,05. Berarti seluruh variabel penelitian mempunyai sebaran data berdistribusi normal.
b.
Hasil Uji Multikolinieritas Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan linier diantara dua variabel bebas atau lebih dalam model regresi. Kriteria untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Batas dari tolerance value adalah 0,1 sehingga apabila tolerance value dibawah 0,1 maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan variance tolerance factor (VIF) merupakan kebalikan dari tolerance value, karena VIF = 1/tolerance. Batas VIF adalah 10 jika nilai VIF diatas 10 maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2001: 56). Adapun hasil pengujian multikolinearitas adalah sebagai berikut.
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinieritas Pendekatan STDA Pendekatan LTDA Variabel Tolerance VIF Tolerance VIF Asimetri Informasi 0,961 1,041 0,961 1,041 GCG 0,961 1,041 0,961 1,041 Sumber: Data sekunder diolah, 2015 Berdasarkan hasil Tabel 4 pengujian multikolinearitas dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0 for windows diperoleh nilai tolerance pada masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Sehingga menunjukkan bahwa model regresi tidak terdapat permasalahan multikolinearitas. c.
Hasil Uji Heterokedastisitas Untuk
mengetahui
apakah
data
yang
digunakan
terjadi
heteroskedastisitas ataukah tidak digunakan Uji Glejser. Berdasarkan hasil uji Glejser dengan bantuan SPSS versi 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5 Hasil Pengujian Heterokedastisitas Pendekatan STDA Pendekatan LTDA Variabel t statistic p-value t statistik p-value Asimteri Informasi -0,171 0,865 -0,536 0,576 GCG -0,033 0,974 -0,622 0,537 Asym*GCG 0,140 0,889 0,541 0,591 Sumber: Data sekunder diolah, 2015 Berdasarkan Tabel 5 hasil pengujian heterokedastisitas dengan uji Glejser pada tabel di atas, bahwa hasil nilai probabilitas (p) atau signifikansi pada tiap-tiap variabel lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini standar error (e) tidak mengalami gejala heteroskedastisitas. d.
Hasil Uji Autokorelasi Metode yang digunakan untuk menguji autokorelasi yaitu dengan Run test, sebagai bagian dari statistic non-parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antara residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antara resediul tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi random atau tidak (sistematis) Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Variabel Dependen Test Value p-value Asimetri Informasi STDA -0.01547 0,755 Asimetri Informasi LTDA -0.02044 0,755 Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015
Kesimpulan Tidak Terjadi autokorelasi Tidak Terjadi autokorelasi
Berdasarkan hasil yang didapat maka menunjukkan bahwa nilai test adalah sebesar -0,01547 short term discretionary accrual (STDA) dan 0,02044 long term discretionary accruals (LTDA) dengan profitabilitas 0,755 yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual
e.
Analisis Regresi Linear Berganda 1. Fungsi Persamaan Regresi Pengujian Manajemen
Laba Dengan dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linear berganda dimaksudkan mengukur kekuatan hubungan antara variabel bebas yaitu Asimetri Informasi (X) dengan variabel terikat yaitu Manajemen Laba (Y) dengan dimoderasi oleh variabel Coorporate Governance. Dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows, hasil pengujian regresi linear berganda yang dianalisis adalah sebagai berikut. Tabel 7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel C Asimteri Informasi GCG Asym*GCG
Pendekatan STDA Koefisien t statistic p-value -4,469 -5,294 0,000 5,012 4,271 0, 000 0,047 4,408 0, 000 -0,061 -4,156 0, 000 F statistik = 8,784 p-value = 0, 000** R² = 0,403
Pendekatan LTDA Koefisien t statistik p-value 7,415 3,157 0,003 -7,301 -2,236 0, 031 -0,081 -2,743 0, 009 0,088 2,161 0, 037 F statistik = 3,671 p-value = 0, 020** R²= 0,220
Dependent Variable: Manajemen Laba (STDA dan LTDA)
*) signifikan pada α ≤ 0,10 **) signifikan pada α ≤ 0,05 ***) signifikan pada α ≤ 0,01
Berdasarkan Tabel 7 diatas, maka persamaan regresi untuk pendekatan short term discretionary accrual
(STDA) dan long term discretionary accruals
(LTDA) dapat dinyatakan sebagai berikut: STDA = - 4,469 + 5,012 Asym + 0,047 GCG - 0,061 Asym*GCG + e LTDA = 7,415 - 7,301 Asym - 0,081 GCG + 0,088 Asym*GCG + e Dari kedua persamaan diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. Pada pendekatan short term discretionary accrual (STDA), Asimetri Informasi dan Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba, sedangkan Interaksi Asimetri Informasi dengan Governance berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.
Good Corporate
b. Pada pendekatan long term discretionary accruals LTDA, Asimetri Informasi dan Good Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba, sedangkan Interaksi Asimetri Informasi dengan
Good Corporate
Governance berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba. 1.
Uji Ketepatan Model (Uji F dan R2) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen (Priyatno, 2013). Dari uji Anova atau F test, pada pendekatan short term discretionary accrual (STDA) di peroleh nilai Fhitung sebesar 8,784 dengan nilai probabilitas 0,000 (kurang dari 0,05). Maka menolak H0 dan menerima Ha berarti Asimetri Informasi, GCG, Asimetri Informasi*GCG, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba short term discretionary accrual (STDA) dan model yang digunakan dalam penelitian ini tepat atau fit. Demikian pula, pada pendekatan long term discretionary accruals LTDA di peroleh nilai Fhitung sebesar 3,671 dengan nilai probabilitas 0,020 (kurang dari 0,05), sehingga menolak H0 dan menerima Ha. Berarti Asimetri Informasi, GCG, Asimetri Informasi*GCG, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba long term discretionary accruals (LTDA) dan model yang digunakan dalam penelitian ini tepat atau fit. Ketepatan model juga dapat diukur dengan nilai koefisien determinasi (R2) yang bermakna besarnya sumbangan variabel bebas (X) dapat menjelaskan variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil pengujian regresi pada pendekatan short term discretionary accrual (STDA) diperoleh nilai R2 (Rsquare) sebesar 0,402 yang berarti variasi perubahan variabel dependen short term discretionary accrual (STDA) dapat dijelaskan oleh variabel independen (Asimetri Informasi; GCG; Asimetri Informasi*GCG) sebesar 40,2 %. Sedangkan sisanya sebesar 59,8 % dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dijelaskan dalam model. Selanjutnya pada pendekatan long term discretionary accruals (LTDA) diperoleh nilai R2 (R-square) sebesar 0,220 yang berarti variasi perubahan variabel dependen short term discretionary accrual (STDA) dapat dijelaskan oleh variabel independen (Asimetri Informasi; GCG; Asimetri Informasi*GCG) sebesar 22 %. Sedangkan sisanya sebesar 78 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model. 2.
Uji Ketepatan Parameter Penduga (Uji t) Menurut Imam Ghozali (2006) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen; pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%). Berdasarkan hasil olah data dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Asimetri Informasi mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 5,012 dengan thitung sebesar 4,271 dan p-value sebesar 0,00 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Asimetri Informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Manajemen Laba short term discretionary accrual (STDA). Sedangkan pada pendekatan long term, Asimetri Informasi mempunyai nilai koefisien regresi 7,415 dengan thitung sebesar -2,236 dan p-value sebesar 0,031 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Asimetri Informasi berpengaruh negatif signifikan meningkatkan Manajemen Laba long term discretionary accruals (LTDA). 2) Pada pendekatan short term, bahwa Good Corporate Governanve mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,047 dengan thitung sebesar 4,408 dan p-value sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governanve berpengaruh positif signifikan terhadap Manajemen Laba short term discretionary accrual (STDA). Sedangkan pada pendekatan long term, GCG mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0,081 dengan thitung sebesar -2.743 dan p-value sebesar 0,009 <
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governanve berpengaruh positif signifikan meningkatkan Manajemen Laba long term discretionary accruals (LTDA). 3) Pada pendekatan short term, bahwa Interaksi antara Informasi Asimetri dan Good Corporate Governanve mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0,061 dengan thitung sebesar -4,156 dan p-value sebesar 0,000 < 0,05, Interaksi antara Informasi Asimetri dan Good Corporate Governanve mempunyai nilai koefisien regresi 0,088
dengan thitung
sebesar 2,161 dan p-value sebesar 0,037 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa GCG dapat memoderasi pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba short term discretionary accrual (STDA) maupun long term discretionary accruals (LTDA). G. Pembahasan Hasil Penelitian Pada pembahasan hasil penelitian, akan dijelaskan mengenai hasil pengujian hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Hubungan antar variabel tersebut yaitu: variabel Asimetri Informasi merupakan variabel independen yang digunakan sebagai prediktor dari Manajemen Laba Laba Short Term Discretionary Accrual (STDA) dan Long Term Discretionary Accrual (LTDA). Berikut adalah penjelasan untuk setiap hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. 1. Asimetri Informasi berpengaruh terhadap Manajemen Laba Hasil analisis uji persamaan 1 menunjukkan bahwa Asimetri Informasi berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Manajemen
Laba
Short
Discretionary Accrual (STDA), sehingga setiap peningkatan nilai
Term
Asimetri
Informasi tinggi maka akan meningkatkan nilai manajemen laba Short Term Discretionary Accrual (STDA), pada short term accrual model cenderung menaikkan dengan menggunakan komponen-komponen aktiva lancar. Misalnya pihak menajemen mengganti metode penilaian persediaan dari metode FIFO ke LIFO; memilih kebijakan menurunkan nilai piutang dengan memperbesar candangan piutang tak tertagih, melakukan pergeseran periode biaya dan
pendapatan periode tahun berjalan atau pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode yang akan datang. Sedangkan hasil uji persamaan 2 menunjukkan bahwa Asimetri Informasi pengaruh negatif signifikan terhadap Manajemen Laba Long Term Discretionary Accrual (LTDA), berarti bila nilai Asimetri Informasi semakin tinggi maka akan menurunkan nilai manajemen laba Long Term Discretionary Accrual (LTDA), pada long term discretionary accrual model, Penurunan nilai manajemen laba Long Term Discretionary Accrual (LTDA) dilakukan melalui penggunaan komponen-komponen aktiva tetap. Manajemen pengurangan nilai manajemen laba melalui manipulasi besarnya laba bersih dan total aktiva yang dimiliki dampak lebih besar pada relevansi nilai laba dan nilai buku. Dari penjelasan diatas bahwa Asimetri Informasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba secara Short Term Discretionary Accrual (STDA) maupun Long Term Discretionary Accrual (LTDA). Namun terhadap manajemen laba STDA, Asimetri Informasi berpengaruh signifikan secara statistik menambah nilai manajemen laba, Sedangkan terhadap laba Long Term Discretionary Accrual (LTDA) berpengaruh signifikan mengurangi nilai manajemen laba. Hasil analisis penelitian ini mendukung temuan dari Rahmawati, dkk (2006) bahwa asimetri informasi berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian ini juga mendukung temuan Styaningrum dan Sari (2011), bahwa Asimetri Informasi memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak opportunistic; yaitu memperoleh keuntungan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earning management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Menurut Dechow (1994), metode akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas dari aktivitas operasi karena akrul mempertimbangkan masalah waktu, tidak seperti yang terdapat dalam arus kas dari aktivitas operasional. Standar Akuntansi keuangan (SAK), memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi yang lebih baik untuk merepresentasikan kondisi perusahaan sesungguhnya. Dari dasar Flesibilitas tersebut maka terkadang oleh manajemen dimanfaatkan untuk melakukan manajemen laba (earning management). Oleh
karena itu, manajemen mempunyai kecenderungn melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan mejadi lebih baik. Short term dan long term Accrual memiliki karakteristik yang berbeda. Short Accrual terkait dengan cara melakukan manajemen laba yang terkait dengan aktiva dan hutang lancar, biasanya waktu yang dilakukan adalah pada kuartal pertama satu tahun buku sedangkan long term Accrual terkait dengan akun aktiva tetap dan hutang jangka panjang; Kusuma (2006). 2. Good Corporate Governance mempengaruhi terhadap hubungan antara asimetri Informasi dengan Manajemen Laba Dari pengujian yang dilakukan mengindikasikan hubungan yang kuat antara Good
Corporate
Governance
terhadap
Manajemen
Laba
Short
Term
Discretionary Accrual (STDA) dan Long Term Discretionary Accrual (LTDA), yaitu semakin tinggi Good Corporate Governance maka akan memperlemah Manajemen Laba Short Term Discretionary Accrual (STDA) dan memperkuat Manajemen Laba Long Term Discretionary Accrual (LTDA). Dari analisis dapat menjelaskan bahwa Good Corporate Governance berpengaruh negatif signifikan mengurangi nilai terhadap Manajemen Laba Laba Short Term Discretionary Accrual (STDA) dan berpengaruh positif signifikan menambah Long Term Discretionary Accrual (LTDA); sedangkan interaksi antara Asimetri Informasi dan Good Corporate Governance menunjukkan hasil bahwa Good Corporate Governance memperlemah pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba Laba Short Term Discretionary Accrual (STDA) dan dapat memperkuat Manajemen Laba Long Term Discretionary Accrual (LTDA). Hal ini menunjukkan bahwa Good Corporate Governance dapat memoderasi secara moderasi semu (Quasi Moderator) pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba Laba Short Term Discretionary Accrual (STDA) dan Long Term Discretionary Accrual (LTDA). Penelitian ini mendukung temuan dari Rahmawati, dkk (2006) dan Wisnumurti (2010); Dari hasil yang didapat menyatakan bahwa corporate governance dapat memoderasi hubungan asimetri informasi dengan praktik manajemen laba dan mendukung penelitian Alviantini (2013), dari hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba dan corporate governance dapat memoderasi hubungan antara variabel asismetri informasi dan manajemen laba. Dari pembahasan sejalan dengan beberapa pendapat karena pada dasarnya discretionary accrual (DA) adalah komponen akrual hasil rekayasa manajerial dalam memanfaatkan keleluasaan dalam estimasi dan pemakain standart Sulistyanto (2008:164). Short term dan long term Accrual memiliki karakteristik yang berbeda; Short term discretionary
Accrual dengan cara melakukan
manajemen laba yang berkait dengan aktiva lancar dan kewajiban lancar, biasanya waktu yang dilakukan adalah pada kuartal pertama atau satu tahun buku terkait dengan kas, persediaan, piutang, utang jangka pendek, pajak jangka pendek dan sebagainya. Sedangkan long term discretionary Accrual terkait dengan penyusutan, pajak periode mendatang, revaluasi asset dan penyesuaian nilai wajar informasi perusahaan Whelan (2004). Manajer dapat mengambil keuntungan dari perbedaan karakteristik tersebut. Manajer akan lebih mudah untuk memanipulasi data akuntansi melalui long - term discretionary Accrual, karena tindakan manajer
tersebut
tidak
dapat
dideteksi untuk beberapa periode akuntansi
berikutnya Whelan dan McNamara (2004). Jenis moderasi dalam penelitian ini dikategorikan sebagai Variabel Moderasi Semu (Quasi Moderarator) Quasi moderasi adalah jenis variabel moderasi yang dapat diidentifikasi melalui koefisien b2 dan b3 dalam persamaan : yaitu jika koefisien b2 dinyatakan signifikan dan koefisien b3 signifikan secara statistika. Quasi moderasi merupakan variabel yang memoderasi hubungan antara variabel prediktor dan variabel tergantung di mana variabel moderasi semu berinteraksi dengan variabel prediktor sekaligus menjadi variabel prediktor. H. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan terhadap Manajemen Laba Laba Short Term Discretionary Accrual (STDA) dan berpengaruh negatif signifikan terhadap Manajemen Laba Long Term
Discretionary Accrual (LTDA), dimana Asimetri Informasi berpengaruh positif signifikan menambah nilai manajemen laba dengan proksi Laba Short Term Discretionary Accrual (STDA) berpengaruh negatif signifikan mengurangi manajemen laba dengan Proksi Long Term Discretionary Accrual (LTDA). 2. Interaksi antara Asimetri Informasi dan Good Corporate Governance dengan menunjukkan hasil bahwa Good Corporate Governance dapat memoderasi secara Quasi Moderator pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba Laba Short Term Discretionary Accrual (STDA) dan Long Term Discretionary Accrual (LTDA). Hasil pengujian memberikan temuan bahwa Good Corporate Governance dapat memperlemah pengaruh hubungan asimetri informasi terhadap manajemen laba Laba Short Term Discretionary Accrual (STDA) dan memperkuat pengaruh hubungan asimetri informasi terhadap manajemen laba Long Term Discretionary Accrual (LTDA). Penelitian ini dikategorikan sebagai Variabel Moderasi Semu (Quasi Moderarator) Quasi moderasi adalah jenis variabel moderasi yang dapat diidentifikasi melalui koefisien b2 dan b3 dalam persamaan : yaitu jika koefisien b2 dinyatakan signifikan dan koefisien b3 signifikan secara statistika.