PENGARUH PRINSIP KONSERVATISMA DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP KUALITAS LABA AKRUAL DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
THE IMPACT OF THE CONSERVATISM PRINCIPLES AND INFORMATION ASYMMETRY TOWARDS THE QUALITY OF THE ACCRUAL EARNINGS WITH GOOD CORPORATE GOVERNANCE AS MODERATING VARIABLE
Linda Arisanty Razak, Gagaring Pagalung, Mediaty
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Alamat korespondensi: Jl. Masjid Baitulrahman No.57 Makassar HP. 081389680533 Email :
[email protected]
ABSTRAK Prinsip Konservatisma dan asimetri informasi dapat mendorong agar dapat meningkatkan kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji 1) pengaruh konservatisma akuntansi terhadap kualitas laba akrual, 2) pengaruh asimetri informasi terhadap kualitas laba akrual, 3) pengaruh kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi antara konservatisma akuntansi dengan kualitas laba akrual, 4) pengaruh kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi antara asimetri informasi dengan kualitas laba akrual,5) pengaruh komposisi komisaris independen sebagai variabel pemoderasi antara konservatisma akuntansi dengan kualitas laba akrual,6) pengaruh komposisi komisaris independen sebagai variabel pemoderasi antara asimetri informasi dengan kualitas laba akrual. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 tahun (2009-2011). Sampel penelitian sebanyak 72 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Data dianalisis menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows yang terdiri dari 2 jenis analisis yaitu analisis regresi berganda dan analisis uji beda t-test.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konservatisma akuntansi dan variabel pemoderasinya tidak berpengaruh terhadap kualitas laba akrual sedangkan variabel asimetri informasi beserta variabel pemoderasinya berpengaruh terhadap kualitas laba akrual. Kata Kunci : Konservatisma akuntansi, asimetri informasi, kepemilikan manajerial, komposisi komisaris independen. ABSTRACT the conservatism principles and information asymmetry can push in order to improve the quality of the accrual earni s generated by the company.The purpose of this research was to examine 1) the effect of the conservatism principles towards the quality of the accrual earnings , 2) the effect of the information asymmetry towards the quality of the accrual earnings, 3) the effect of the managerial ownership as a moderating variable between accounting conservatism with accrual earnings quality, 4) the effect of managerial ownership as a moderating variable betwen the information asymmetry with accrual earnings quality, 5) the effect of the composition of the independent directors as a moderating variable between accounting conservatism with accrual earnings quality, 6) the effect of the composition of the independent directors as a moderating variable between information asymmetry with accrual earnings quality. The research object was the manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) for 3 years (20092011). Samples were 72 companies. The sampling technique used purposive sampling. Data were analyzed using SPSS 17.0 for Windows that consists of two types of analysis are multiple regression analysis and analysis of different test t-test. The results of research show that accounting conservatism and moderating variables did not effect towards the quality of the accrual earning while variable information asymmetry and moderating variables effect towards the quality of the accrual earning. Keywords: accounting conservatism, information asymmetry, managerial ownership, the composition of independent board directors.
PENDAHULUAN Laporan
keuangan
merupakan
suatu
bentuk
pertanggungjawaban
manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan kepada setiap perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan. Perusahaan memilih metode akuntansi sesuai dengan kondisinya. Untuk mengantisipasi perekonomian yang tidak stabil, maka perusahan harus berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan. Suwardjono (2010) menyatakan bahwa tindakan kehati-hatian tersebut diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Tindakan kehati-hatian ini sering disebut sebagai konservatisma akuntansi. Konsep konservatisma, mengharuskan beban diakui segera dan pendapatan diakui setelah ada kepastian realisasi, sedangkan aset bersih cenderung dinilai dibawah harga pertukaran atau harga pasar sekarang daripada harga perolehan (Hendriksen et al, 2000). Penman et al (2002) serta Wolk et al (2001) menyatakan bahwa konservatisma akuntansi tidak saja berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi, tetapi juga estimasi yang seringkali diterapkan berkaitan dengan akuntansi akrual. Terdapat banyak kritikan yang muncul, namun ada pula yang mendukung penerapan prinsip konservatisma. Indrayati (2010) menyatakan bahwa kritikan terhadap penerapan prinsip konservatisma antara lain, konservatisma dianggap sebagai kendala yang akan mempengaruhi laporan keuangan. Lafond et al (2006) juga menjelaskan bahwa laporan keuangan yang konservatif dapat mencegah adanya information asymmetry dengan cara membatasi manajemen dalam melakukan manipulasi laporan keuangan. Menurutnya, laporan keuangan yang konservatif dapat mengurangi biaya keagenan. Asimetri merupakan suatu adanya kesenjangan informasi antara pihak agent sebagai pihak pengelola (manajer) perusahaan dan principal sebagai pemilik perusahaan. Informasi yang diperoleh oleh manajer, merupakan suatu
informasi yang lebih mendalam mengenai keadaan perusahaan baik untuk kondisi sekarang maupun untuk prospek keadaan perusahaan di masa yang akan datang. Kesenjangan antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak secara optimistik, yaitu demi memperoleh keuntungan pribadi (Ujiyantho et al, 2007). Asimetri informasi inilah yang kemudian menjadi pemicu timbulnya praktek manajemen laba di dalam suatu perusahaan. Kualitas laba yang dihasilkan dari operasional perusahaan dipengaruhi oleh cara pembuatan laporan keuangan yang dibuat oleh manajer. Praktek manajemen laba semakin dominan dilakukan oleh manajemen karena adanya informasi asimetri antara manajemen dengan pihak pemilik perusahaan (principal). Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni et al, 2004). Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1; konservatisma berpengaruh terhadap kualitas laba, H2; asimetri informasi berpengaruh terhadap kualitas laba, H3; kepemilikan manajerial dapat memoderasi antara konservatisma terhadap kualitas laba, H4; kepemilikan manajerial dapat memoderasi antara asimetri informasu terhadap kualitas laba, H5; komposisi komisaris independen dapat memoderasi antara konservatisma terhadap kualitas laba, H6; komposisi komisaris independen dapat memoderasi antara asimetri informasi terhadap kualitas laba. Dengan demikian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang bagaimana prinsip konservatisma dan asimetri informasi dapat mempengaruhi kualitas laba yang dapat digunakan sebagai salah satu alat pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Dengan menganalisis secara empiris mengenai pengaruh konservatisma dan asimetri informasi terhadap kualitas laba akrual dengan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini menggunakan data panel (pooling data). Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Dari 168 perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI, beberapa perusahaan terpaksa harus dikeluarkan karena masalah yang berkaitan dengan ketersediaan, kondisi, serta kelengkapan informasi yang dibutuhkan dalam pengujian sehingga sampel akhir menjadi 24 perusahaan. Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan berupa data arsip atau data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI dan tersedia di (http://www.idx.co.id/) dan Indonesian capital market directory (ICMD) tahun 2009 - 2011. Analisis data Penelitian menggunakan dua model, model pertama untuk menguji pengaruh konservatisma dan asimetri informasi terhadap kualitas laba melalui analisis regresi berganda (multiple linear regression) dan model kedua menguji pengaruh konservatisma dan asimetri informasi setelah dimoderasi dengan good corporate governance (GCG) yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen. dengan menggunakan uji beda t-test. Menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows. Hasil penelitian berupa analisis statistik deskriptif dan teknik pengujian hipotesis.
HASIL PENELITIAN Analisis statistik deskriptif Berdasarkan hasil analisis deskriptif Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa jumlah sampel (n) dari penelitian ini ada 24. Dari jumlah sampel (n) ini, variabel
discretionary accruals memiliki nilai minimum -0.8190 dan maksimum 0.8961. Dengan rata-rata 0.000684 dan standar deviasinya 0.2038279. Serta jumlah amatan sebanyak 72. Hal ini menunjukkan data perusahaan sampel menunjukkan laba cenderung berkualitas konservatisma akuntansi memiliki nilai minimum 3.3759 dan nilai maksimum 1.361 dengan rata-rata sebesar -7.937161 dan standar deviasi 5.99872. Serta jumlah amatan sebanyak 72. Hal ini menunjukkan data sampel perusahaan konservatif. Informasi asimetri memiliki nilai minimum 56.4754 dan nilai maksimum 8025.3061 dengan rata-rata sebesar 865.203282 dan standar deviasi 1.5427318. Serta jumlah amatan sebanyak 72.
Hal ini
menunjukkan data sampel perusahaan, memiliki informasi asimetri yang cukup tinggi. Kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum 0.0010 dan nilai maksimum 23.0800 dengan rata-rata 3.189972 dan standar deviasi 5.7944661. Serta jumlah amatan sebanyak 72. Hal ini berarti kepemilikan saham oleh pihak manajemen dan direksi rata-rata dibawa 10 persen.Komposisi komisaris independen memiliki nilai minimum 0.2500 dan nilai maksimum 60.0000 dengan rata-rata 37.895556 dan standar deviasi 9.8154470. Serta jumlah amatan sebanyak 72. Hal ini berarti jumlah komisaris independen yang ditunjuk oleh pihak luar perusahaan lebih dari 25 persen dari jumlah komisaris perusahaan. Analisis Regresi Berganda Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4, dapat dilihat koefisien determinasi sebelum moderasi pada nilai adjusted R square adalah sebesar 0,119 artinya variasi variabel dependen kualitas laba yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen sebesar 12 % dan selebihnya yaitu 88% dijelaskan oleh variabel lain. Setelah dimasukkan data variabel moderasi good corporate governance, nilai adjusted R square semakin meningkat menjadi 0,208 artinya variasi variabel dependen kualitas laba yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 21 % dan selebihnya yaitu 79 % dijelaskan oleh variabel lain. Hasil Uji Beda T-Test Berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel 5 dapat dilihat variabel konservatisma dan variabel pemoderasinya tidak signifikan terhadap kualitas laba
akrual sedangkan asimetri informasi dan variabel pemoderasinya mempunyai hubungan signifikan.
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip konservatisma dan variabel pemoderasi good corporate governance tidak berpengaruh terhadap kualitas laba sedangkan asimetri informasi dan variabel pemoderasi good corporate governance mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Pengujian hipotesis pertama yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel konservatisma terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang diamati. Namun, karena hasil statistik menunjukkan bahwa variabel ini tidak signifikan maka hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa konservatisma akuntansi tidak berpengaruh signifikan tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Penman et al (2002) menemukan bahwa perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif dan pertumbuhan investasi temporer akan menghasilkan tingkat pengembalian yang temporer atau laba yang berfluktuasi dan hal ini membuat kualitas laba menjadi rendah. Hal ini didukung juga penelitian yang dilakukan oleh Sari (2004), konservatisma merupakan prinsip yang paling mempengaruhi penilaian dalam akuntansi, karena pada awalnya akan menyebabkan laba dan aktiva menjadi rendah, namun akhirnya menyebabkan laba dan aktiva menjadi tinggi pada masa yang akan datang, dengan kata lain, laba dan aktiva tidak menjadi konservatif di masa yang akan datang. Sehingga laba mempunyai daya prediksi yang rendah dan kurang bermanfaat dalam memprediksi laba masa depan. Pengujian yang menunjukkan asimetri informasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba.Hasil statistik menunjukkan bahwa variabel ini signifikan maka hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa asimteri informasi berpengaruh terhadap kualitas laba, dapat diterima. Besar koefisien regresi dari variabel asimetri yang negatif menunjukkan terdapat hubungan yang negatif antara asimetri informasi dengan nilai discreationary accrual, di mana semakin besar tinggi adanya asimetri informasi maka nilai discreationary accrual akan
semakin kecil, demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya (Richardson, 1998) yang menemukan terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut informasi asimetri dan tingkat manajemen laba. Sehingga kualitas laporan laba yang dihasilkan terkait dengan tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Kesenjangan informasi antara kedua belah pihak tersebut, maka akan dapat memicu timbulnya penggunaan metode akuntansi yang mana dapat meningkatkan laba. Dan juga akan dapat memicu tingginya manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajer, sehingga dapat menimbulkan adanya informasi yang menyesatkan bagi pengguna laporan keuangan. Kepemilikan manajerial tidak bisa memoderasi hubungan konservatisma akuntansi terhadap kualitas laba akrual maka hipotesis ketiga (H3) tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Magdalena (2008). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba akrual. Kepemilikan manajerial yang tinggi sering terjadi karena motif lain, seperti memperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan pribadi. Selain itu, hal tersebut mungkin saja terjadi karena struktur kepemilikan manajerial di Indonesia masih sangat kecil. Kepemilikan manajerial mampu memoderasi hubungan informasi asimetri dengan kualitas laba akrual. Hasil hipotesis keempat (H4) diterima. Adanya persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen maka akan cenderung juga akan mempengaruhi tindakan manajemen laba yang akan dilakukan. Schleifer et al (1986) manyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Hasil penelitian ini juga mendukung sepenuhnya teori agensi Jensen et al (1976) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan pemegang saham. Penelitian ini menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan dengan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Berdasarkan teori
agensi klasik, semakin besar kepemilikan oleh inside directors (komisaris yang terafiliasi/ komisaris diluar komisaris independen) akan mengarahkan pada kesesuaian tujuan antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu atas kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba yang berkaitan dengan kandungan informasi dalam laba. Komposisi komisaris independen tidak dapat memoderasi hubungan antara konservatisma akuntansi dengan kualitas laba akrual maka hipoteisi kelima (H5) tidak dapat diterima. Hal ini karena adanya kendali dari pendiri perusahaan dapat membuat
kemampuan komisaris
independen dalam menjalankan fungsi
pengawasan menjadi tidak efektif. Hasil ini juga diperrkuat dengan pendapat (Veronica et al, 2005) yang menyatakan bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate governance (GCG) dalam perusahaan. Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil survey Asian Development Bank dalam Gideon (2005) yang menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Komposisi komisaris independen mampu memoderasi hubungan antara informasi asimetri terhadap kualitas laba akrual sehingga hipotesis keenam (H6) dapat diterima. Peranan dewan komisaris akan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba karena dewan komisaris mengawasi penyeimbangan kepentingan manajemen sehingga manajemen laba tidak akan terjadi. Dewan komisaris juga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan karena apabila dewan komisaris menjalankan tugasnya dengan baik maka dapat meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Brown et al (2004) yang menguji hubungan antara proporsi dewan komisaris dengan kinerja perusahaan dalam menghasilkan kualitas laba dan menemukan bahwa perusahaan yang mempunyai dewan komisaris yang tinggi
akan menghasilkan mempunyai return on equity, profit margin dan dividend yield yang lebih tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini yang khusus meneliti pada perusahaana manufaktur bahwa, diperoleh hasil bahwa konservatisma tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Informasi asimetri berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Kepemilikan manajerial, bukan merupakan variabel pemoderasi hubungan antara konservatisma akuntansi dengan kualitas laba akrual. Kepemilikan manajerial merupakan variabel yang dapat memoderasi hubungan antara informasi asimetri dengan kualitas laba akrual. Komisaris independen,
bukan
merupakan
variabel
pemoderasi
hubungan
antara
konservatisma akuntansi dengan kualitas laba akrual. Komisaris independen merupakan variabel yang dapat memoderasi hubungan antara informasi asimetri dengan kualitas laba akrual. Disarankan bagi praktisi, atau pihak manajemen sebagai pihak decision maker perlu mengutamakan kualitas informasi laba yang dihasilkan perusahaan. Karena informasi laba akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak yang berkepentingan (stakeholders). Selain itu penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara optimal juga harus diperhatikan, agar tercapainya tata kelola perusahaan yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Brown, Lawrence D., and Caylor Marcus L. (2006). Corporate governance and firm valuation. Journal of Accounting and Public Policy, Vol 25 Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. (2004). Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII: 2004. Gideon. (2005) “Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan dampak Manajemen laba dengan menggunakan Analis Jalur”UPN”Veteran”Yogyakarta Simposium Nasional Akuntansi VII: Solo Hendriksen, Eldon S. dan Michael F.Van Breda. (2000). Teori Akuntansi. Edisi Kelima. Batam: Interaksara. Indrayati, Martha R. (2010). “Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Jensen Mc., dan Meckling W.H. (1976).Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3(4): 305-360. Lafond, Ryan., dan Watts, R.L. (2006). “The Information Role of Conservative Financial Statements”, Social Science Research Network Electronic Paper Collection.http://papers.ssrn.com Magdalena. (2008). “Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba Perusahaan dimoderasi oleh Good Corporate Governance”, Tesis, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta. Padang. Penman,S., and X.Zhang. (2002). Accounting Conservatism, Quality of earnings,Stock returns.The Accounting Review. Richardson, V. J. (1998). Information Asymmetry and Earnings Management :Some Evidence. http /www.ssrn.com. Sari, D. (2004). Hubungan antara konservatisme Akuntansi Dengan Konflik Bondholders-Shareholders Seputar Kebijakan Deviden dan Peringkat Obligasi Perusahaan, Simposium Nasional Akuntansi IV: Denpasar. Schleifer, A., dan R.W. Vishny. (2003). Large Shareholders and Corporate Control,Journal of Political Economy 94 (31). Suwardjono. (2010). Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE. Ujiyantho, Moh. Arief dan Bambang Agus P. (2007). “Mekanisme Corporate Governance,Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan” ,Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar. Wolk, Harry I. and Michael G. Tearney. (2008). Accounting Theory : A Conceptual and Institusional pproach. Cincinnati, Ohio, ShouthWestern College Publishing. Veronica N.p Siregar, Sylvia dan Siddharta Utama. (2005). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba. Simposium Nasional Akuntansi VIII,. Solo.
LAMPIRAN
Tabel 1. Rincian Data Pengambilan Sampel No Keterangan 1. 2. 3. 4.
Jumlah
Jumlah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 sd 2011 Tidak menyajikan laporan lengkap Tidak memiliki informasi GCG Tahun Buku tidak berakhir 31 Desember Jumlah Perusahaan yang menjadi sampel Jumlah Pengamatan (24x3 perioda amatan)
168 -96 -47 -1 24 72
Sumber : Data diolah
Tabel 2. Statistik Deskriptif Keterangan
N
K.LABA KONSERVATISMA INF.ASYMETRI k.manajerial k.independen
72 72 72 72 72
Minimum Maksimum -.8190 -3.375 56.4754 .0010 .2500
.8961 1.3610 8025.3061 23.0800 60.0000
Tabel 3. Koefisien Determinasi Sebelum Moderasi Model R R Square Adjusted R quare 1
.379a
.144
.119
Tabel 4. Koefisien Determinasi Setelah Moderasi Model R R Square Adjusted R quare 1 ;
.546a
.298
.208
Rata-rata .000684 -7.93716 865.203282 3.189972 37.895556
Standar Deviasi .2038279 5.998723 1.542731 5.7944661 9.8154470
Std Error of the estimate .98363
Std Error of the estimate .93241
Tabel 5. Hasil uji statistik t Variabel (Constant) Lnabskonv Lnabsinf_asy Lnabskov*k.man Lnabsinf_asy*k.man Lnabskonv*k.indp Lnabsinf_asy*k.indp
Nilai Koefisien Nilai Statistik t 4.387 0.38 -1.757 0.02 0.034 -0.01 0.036
0.905 1.287 -3.33 1.279 2.26 -1.404 2.671
Nilai Signifikansi
Ket.
0.369 0.203 ditolak 0.001 diterima 0.206 ditolak 0.027 diterima 0.165 ditolak 0.01 diterima