PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP BIAYA EKUITAS DAN BIAYA UTANG DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Jasman Perbanas Institute email:
[email protected]
ABSTRACT This research aims to investigate the influence of asymmetric information on cost of debt and cost of equity, and the role of earnings mangement as intervening variable. The research design is quantitative method. The Sample used in this study is property & real estate companies listed in Indonesian Stock Exchange. The result shows that there is no influence of asymmetric information to earnings management. Empirical evidence shows that asymmetric information negatively affect cost of equity; on the other hand, asymmetric information does not influence cost of debt. Furthermore, earnings management does not influence cost of equity and cost of debt. Earnings management cannot be used as an intervening variable in examining the relationship between asymmetric information to cost of debt. However, earnings management can be empirically used as an intervening variable in analyzing the relationship of asymmetric information to cost of equity. Keywords: information assymmetry, earnings management, cost of debt, cost of equity
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari asimetrik informasi terhadap biaya utang dan biaya ekuitas, dan peran laba mangemen sebagai variabel intervening. Desain penelitian adalah metode kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan properti & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh informasi asimetrik terhadap manajemen laba. Bukti empiris menunjukkan bahwa informasi asimetrik negatif mempengaruhi biaya ekuitas; di sisi lain, informasi asimetris tidak mempengaruhi biaya utang. Selanjutnya, manajemen laba tidak mempengaruhi biaya ekuitas dan biaya utang. Manajemen laba tidak dapat digunakan sebagai variabel intervening dalam memeriksa hubungan antara informasi asimetrik pada biaya utang. Namun, manajemen laba dapat secara empiris digunakan sebagai variabel intervening dalam menganalisis hubungan informasi asimetrik untuk biaya ekuitas. Kata kunci: asimetri informasi, manajemen laba, biaya utang, biaya ekuitas
PENDAHULUAN Biaya modal merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dalam memperoleh dana untuk meningkatkan nilai perusahaan (Gitman dan Zutter, 2012). Agar perusahaan dapat meningkatkan value of the firm yang dimilikinya maka perusahaan harus menekan seluruh biaya termasuk biaya modal. Tinggi
rendahnya biaya modal dalam suatu perusahaan ditentukan oleh tingkat risiko yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin tinggi risiko perusahaan maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi oleh investor dan kreditor. Akibatnya, kedua pihak akan mengharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Hal tersebut sesuai dengan prinsip
95
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
high risk high return dan low risk low return yang telah dikenal secara umum. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat risiko yang dimiliki perusahaan adalah manajemen laba. Leuz et al. (2003) melakukan studi komparasi internasional untuk memberikan bukti empiris adanya perbedaan manajemen laba di berbagai negara, dan perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan proteksi terhadap investor. Penelitian tersebut menggunakan 31 negara sebagai sampel, dengan periode pengamatan dari tahun 1990 sampai tahun 1999. Berdasarkan pada nilai rata-rata skor manajemen laba, diketahui bahwa Indonesia berada pada urutan ke 15 dari 31 negara. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN yang ikut terpilih sebagai sampel seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand, maka Indonesia memiliki tingkat manajemen laba yang paling besar. Selain itu, skor legal enforcement Indonesia sebesar 2,9 merupakan skor terendah dari seluruh sampel. Hal tersebut menunjukkan rendahnya tingkat proteksi terhadap investor di Indonesia. Sebagaimana diketahui, pemisahan fungsi kepemilikan dan pengelolaan perusahaan menimbulkan asimetri informasi antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) yang dapat memicu manajemen untuk memanipulasi laba sehingga kinerja dan nilai perusahaan terlihat baik. Akibatnya, kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah karena informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan tidak disajikan secara relevan. Padahal, investor dan kreditor sebagai salah satu pengguna utama laporan keuangan perusahaan memerlukan laporan laba tersebut untuk menentukan keputusan investasi dan pemberian pinjaman kredit (Ummah dan Subroto, 2014). Oleh karena itu, investor cenderung mengantisipasi risiko dengan cara menaikkan required rate of return yang merupakan biaya ekuitas bagi perusahaan (Utami, 2005). Selain itu, keterbatasan kreditor untuk mengetahui informasi dan kinerja perusahaan yang sebenarnya juga mengakibatkan kreditor meningkatkan risk premium yang dimilikinya dan mengakibatkan biaya utang yang ditetapkan menjadi lebih tinggi. Oleh karena
96
itu, dibutuhkan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk menekan biaya modal perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan kualitas laba. Dechow dan Schrand (2004) mendefinisikan kualitas laba sebagai suatu ukuran untuk melihat apakah laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan dapat merefleksikan kinerja perusahaan yang sebenarnya. Francis et al (2005) mengukur risiko informasi yang berkaitan dengan laba pada perusahaan di Amerika Serikat dengan menggunakan kualitas akrual yang terdiri atas akrual diskresioner (discretionary factors) dan non akrual diskresioner (innate factors). Discretionary factors merefleksikan kebijakan manajemen, sedangkan innate factors merefleksikan kebijakan ekonomi yang dialami perusahaan. Hasil penelitian tersebut memberikan bukti empiris bahwa kualitas akrual yang buruk akan meningkatkan risiko informasi yang dimiliki perusahaan sehingga biaya modal menjadi tinggi. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kualitas akrual innate memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan kualitas akrual diskresioner terhadap biaya modal, baik biaya utang maupun biaya ekuitas. Bukti empiris perusahaan-perusahaan di Australia menunjukkan bahwa kualitas laba yang dikharakteristikkan dengan kualitas akrual berpengaruh signifikan terhadap biaya utang dan ekuitas (Gray et al, 2009). Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa biaya utang hanya dipengaruhi oleh innate factors. Penyebabnya diduga karena sumber modal perusahaan-perusahaan sebagian besar berasal dari private debt sehingga mengakibatkan private lender lebih memiliki keistimewaan dalam mengakses informasi bisnis dan finansial perusahaan dibandingkan public lenders. Hal ini juga sebagai penyebab tingkat asimetri informasi di Australia lebih rendah dibandingkan di Amerika Serikat. Disamping itu, pemberi pinjaman private lenders juga memiliki hak lebih untuk melakukan pengawasan kepada perusahaan yang memperoleh pinjaman sehingga mengurangi kemungkinan adanya peluang aktivitas manajemen laba dalam pelaporan laporan keuangan. Akibatnya, risiko informasi
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
semakin berkurang yang juga mengurangi efek discretionary factors pada biaya utang (Triningtyas dan Siregar, 2014). Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang “Pengaruh asimetri informasi terhadap biaya utang dan biaya ekuitas dengan manajemen laba sebagai variabel intervening”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya hanya menguji pengaruh kualitas akrual terhadap biaya utang dan biaya ekuitas. Sedangkan pada penelitian ini pengujian lebih diperluas yaitu menganalisis bagaimana peran manajemen laba dalam memdiasi hubungan antara asimetri informasi terhadap biaya utang dan biaya ekuitas. Adapun objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014. Sektor property dan real estate dipilih karena berdasarkan Global Industry Classification Standard, sektor tersebut termasuk dalam kategori High IC Intensive Industry, yang artinya perusahaan dalam sektor tersebut memerlukan modal dan fixed asset yang banyak untuk melakukan produksi (Woodcock dan Whiting, 2009).
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Suatu perusahaan mempunyai dua pihak yang berkepentingan yaitu manajemen sebagai agen (agent) dan pemegang saham/pemilik sebagai prinsipal (principal). Pemilik berkepentingan terhadap modal yang ditanamkan sedangkan manajemen berkepentingan terhadap bonus yang akan diperoleh atas kinerjanya yang baik (Arifah, 2012). Baik manajemen maupun pemilik ingin memaksimalkan kepentingannya masingmasing. Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen tersebut menimbulkan agency problems (Amijaya dan Prastiwi, 2013). Teori tersebut mengasumsikan Prinsipal dan Agen sebagai orang-orang ekonomi yang mempunyai pola pikir rasional yang termotivasi oleh kepentingan individu,tetapi mereka mempunyai masalah dalam membedakan penghargaan atas preferensi, kepercayaan dan informasi. Hak
dan kontrak kerja antara principal dan agen yang terdapat dalam kontrak kerja yang menguntungkan (Raharjo, 2012). Hubungan keagenan merupakan kontrak antara satu orang atau lebih (prinsipal) yang mempekerjakan orang lain (agen) untuk memberikan jasa dan mendelegasikan wewenang pengamambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Prinsipal adalah pihak yang menanamkan saham pada perusahaan, sedangkan agen adalah pihak yang diberi wewenang oleh principal untuk mengelola perusahaan dengan baik (Daljono, 2014). Prinsipal mengharapkan agent dapat mengelola perusahaan dengan baik sesuai dengan aturan dan kebijakan yang berlaku sehingga dapat menghasilkan laba, sementara agen megharapkan pemegang kepentingan merasa puas terhadap kinerjanya selama diberikan wewenang dalam mengelola perusahaan. Kinerja agen tercermin melalui laba perusahaan selama beberapa periode (Arifah, 2012). Keinginan prinsipal untuk mendapatkan return secara cepat dan dalam jumlah yang besar menyebabkan agen harus memikirkan berbagai cara untuk meningkatkan laba. Prinsipal menilai kondisi perusahaan adalah dengan melihat laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan, semakin baik juga penilaian prinsipal terhadap kondisi perusahaan (Daljono, 2014). Apabila perusahaan telah dinilai baik oleh prinsipal terdapat kemugkinan bagi agen untuk memperoleh reward atas prestasinya dengan mendapatkan bonus ataupun tunjangan serta, diberikan kenaikan gaji. Agen akan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, walaupun cara yang digunakan tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (Arifah, 2012). Asimetri informasi timbul akibat dari adanya persoalan keagenan yaitu konflik kepentingan antara agen dan prisipal. Agen memiliki lebih banyak perolehan informasi jika dibandingkan dengan prinsipal karena agen bertindak sebagai pengelola perusahaan (Christiani dan Nugrahanti, 2014). Adanya asimetri informasi dan kecenderungan oleh pihak investor untuk memperhatikan informasi yang terdapat pada laba sebagai tolak ukur penilaian kinerja perusahaan dapat mendorong
97
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
agen untuk melakukan manipulasi dalam informasi laba, yang disebut dengan manajemen laba (Agustia, 2013). Seharusnya prinsipal memperoleh informasi yang dibutuhkannya untuk mengukur return yang didapat dari kinerja agen, tetapi dalam kenyataannya informasi mengenai tolak ukur keberhasilan yang diperoleh prinsipal tidak disajikan keseluruhan oleh agen. Hal tersebut menyebabkan informasi yang diperoleh prinsipal kurang memadai sehingga ukuran kinerja agent dalam mengelola perusahaan tidak dapat diungkap secara keseluruhan (Arifah, 2012). Informasi yang terkandung dalam laba merupakan hal terpenting bagi investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi sementara kinerja manajemen perusahaan dapat tercermin melalui laba. Hal tersebut menyebabkan manajemen menjadikan informasi laba sebagai target rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk memaksimalkan kepentingannya. Tindakan manajemen dalam melakukakn perekayasaan laba dapat merugikan investor, karena informasi yang terkandung didalamnya tidak sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Perilaku mengatur laba perusahaan sesuai dengan keinginan manajemen dikenal dengan istilah manajemen laba (Chirstiani dan Nugrahanti, 2014). Manajemen laba timbul dari kebebasan manajemen dalam mengaplikasikan akuntansi akrual yang mungkin terjadi. Dengan adanya standar akuntansi dan mekanisme pengawasan mengurangi perilaku manajemen tersebut. Namun, tidak mungkin untuk menghilangkan pilihan karena kompleksitas dan keberagaman aktivitas usaha. Hal ini dapat menyebabkan kebebasan manajemen dalam menetapkan angka akuntansi. Meskipun kebebasan tersebut dapat memberikan kesempatan bagi manajer untuk menyajikan gambaran aktivitas usaha perusahaan yang lebih informatif, kebebasan ini juga dapat menyebabkan manajemen untuk melakukan manajemen laba (Subramanyam dan Wild, 2010). Manajemen laba disebabkan oleh dampak persoalan keagenan, yaitu ketidaksesuaian kepentingan manajemen dengan pemilik perusahaan yang dikarenakan oleh asimetri informasi. Asimetri informasi
98
merupakan keadaan perbedaan dalam informasi yang diperoleh antara manajemen dan pemegang saham dimana manajemen mempunyai informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan pihak eksternal (Christiani dan Nugrahanti, 2014). Subramanyam dan Wild (2010:132) mengatakan bahwa terdapat beberapa alasan yang memotivasi manajer dalam melakukan praktik manajemen laba yaitu meningkatkan kompensasi yang berkaitan dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham perusahaan, serta usaha dalam mendapatkan keringanan (subsidi) dari pemerintah. Strategi yang dilakukan oleh manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba adalah berupa meningkatkan laba, big bath, atau perataan laba. Nominal laba yang terdapat dalam laporan keuangan entitas merupakan aspek terpenting bagi investor untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi di dalam suatu entitas. Namun informasi tersebut belum sepenuhnya merefleksikan keadaan yang sebenarnya, karena laba merupakan target utama perekayasaan manajemen demin memaksimalkan keuntungannya. Oleh karena itu, kualitas laba merupakan cara lain yang digunakan untuk melihat dan menilai kinerja perusahaan (Triningtyas dan Siregar, 2014). Kualitas laba entitas tidak terpisahkan dari konflik keagenan (Susanto dan Siregar, 2012). Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya asimetri informasi, karena ketika prinsipal memberikan wewenang pengambilan keputusan dan pengelolaan perusahan terhadap agen maka agen akan memiliki lebih banyak informasi mengenai perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Ketika terjadi asimetri informasi pihak-pihak yang berkepentingan tidak memiliki akes terhadap informasi yang relevan untuk memantau tindakan manajemen. Kondisi tersebut memberikan peluang terhadap manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba (Susanto dan Siregar, 2012). Kualitas perusahaan yang lebih baik dapat meyediakan informasi yang lebih baik mengenai kinerja keuangan perusahaan yang relevan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi terkait perusahaan (Trinigtyas dan Siregar, 2014). Terdapat dua konsep akrual
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
dalam manajemen laba, yaitu akrual diskresioner dan non akrual diskresioner (Kusumaningtyas, 2012). Akrual diskresioner adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas, tidak terdapat aturan dan merefleksikan pilihan kebijakan manajemen (Kusumaningtyas, 2012). Sedangkan Akrual non diskresioner adalah pengakuan akrual laba yang wajar, yang taat pada standar akuntansi yang berlaku umum. Akrual non diskresioner merupakan komponen kualitas akrual yang mencerminkan faktor lingkungan, fundamental ekonomi, atau model bisnis entitas. Sebagai contoh faktor non akrual diskresioner ketika terdapat peningkatan pendapatan perusahaan debitur, maka perusahaan bisa melakukan penyesuaian estimasi pengakuan piutang tak tertagih terhadap piutang debitur (Francis et, al 2005). Asimetri Informasi dan Manajemen Laba Secara konseptual, kecenderungan manajer perusahaan melakukan manajemen laba didorong oleh adanya asimetri informasi antara manajer yang bersangkutan dengan pihak-pihak lain (Sulistyanto, 2008; Barus dan Setiawati,2015). Pendelegasian wewenang yang diberikan oleh prinsipal (pemegang saham) kepada agen (manajemen) untuk mengelola perusahaan atas nama pemegang saham mengakibatkan manajer perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham. Untuk itu, manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham melalui penerbitan laporan keuangan. Namun, laporan keuangan yang berguna sebagai sarana informasi antara manajemen dan pemegang saham memiliki kelemahan tertentu. Adanya pilihan kebijakan akuntansi dalam standar yang dapat digunakan, membuat manajemen memiliki kelonggaran dalam memilih suatu metode akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan (Novianty, 2009). Salah satu asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan adalah akuntansi berbasis akrual dimana didalamnya mengandung banyak asumsi, penilaian (judgement), serta pilihan metode perhitungan
yang dapat digunakan oleh pembuatnya. Manajer memanfaatkan kelemahan investor yang tidak mempunyai sumber dan akses yang memadai dalam memperoleh informasi mengenai perusahaan untuk memaksimalkan kesejahteraan dan kepentingan pribadi dengan memilih dan menggunakan metode akuntansi tertentu dalam mencatat dan menyusun informasi pada laporan keuangan yang disebut dengan manajemen laba. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Richardson (1998), Novianty (2009), dan Nuryaman (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan sistematis antara manajemen laba dengan asimetri informasi. Penelitian Wardani dan Masodah (2011) menemukan bukti empiris bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hal tersebut disebabkan karena agen lebih banyak mengetahui informasi yang ada di dalam perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Agen memanfaatkan kondisi tersebut untuk menggunakan metode akuntansi yang berbeda dalam menyusun laporan keuangan guna mencapai kepentingan pribadinya. Oleh karena itu semakin tinggi asimetri yang terjadi di dalam perusahaan maka semakin tinggi praktik manajemen laba. Sehingga informasi yang terkandung dalam laporan keuangan semakin kurang relevan dan reliabel. Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah: H1: Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Asimetri Informasi dan Biaya Utang Struktur modal adalah perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman jangka panjang (Kesuma, 2009). Sumber pendanaan perusahaan melalui utang akan menimbulkan biaya modal sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. (Firnanti, 2011). Biaya utang merupakan biaya utang setelah pajak saat ini untuk mendapatkan dana jangka panjang melalui pinjaman (Gitman dan Zutter, 2012). (Purwanto, 2012) mengatakan timbulnya asimetri informasi dan keputusan pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham. Hal tersebut menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuditas yang diharapkan untuk saham-saham
99
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
perusahaan. Semakin kecil asimetri informasi maka akan semakin kecil biaya modal ekuitas yang ditanggung perusahaan. Biaya modal dipengaruhi oleh sumber pendanaan yang berasal dari pinjaman (Firnanti, 2011), maka terdapat hubungan positif antara asimetri informasi dengan biaya utang . Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah: H2a: Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap biaya utang. Asimetri Informasi dan Biaya Ekuitas Dalam teori keagenan dikatakan bahwa asimetri informasitimbul ketika manajer (agent) lebih mengetahui informasiintenal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya (principal). Atas dasar adanya perbedaan informasi tersebut, investor yang tidak memiliki informasi mengharapkan suatu premi risiko (risk premium) yang lebih atas suatu portofolio, agar terjadi peningkatan kualitas dan kandungan informasi keuangan sehingga dapat mengurangi informasi asimetri dan terjadi keseimbangan akses informasi (Leuz dan Verrechia 2011) Hasil penelitian Purwanto (2012) menemukan ada pengaruh positif antara informasi asimetri dengan cost of capital. Hal ini berarti bahwa semakin kecil asimetri informasi yang terjadi diantara partisipan pasar modal maka semakin kecil biaya modal yang ditanggung oleh perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini adalah: H2b: Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas Manajemen Laba dan Biaya Utang Praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen dapat diantispasi oleh investor. Rasio akrual yang tinggi berdampak positif terhadap biaya modal dan mengakibatkan kenaikannya. Sumber pendanaan perusahaan melalui utang akan menimbulkan biaya modal sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur (Firnanti, 2011).
100
Moon dan Ghosh (2010) mengatakan bahwa utang memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laba karena manajemen menggunakan diskresi akuntansinya untuk menghasilkan informasi prospek masa depan perusahaan yang tujuannya adalah untuk mengurangi biaya utang. Perusahaan yang sangat bergantung pada pendanaan dari utang akan menanggung biaya utang yang lebih tinggi karena kualitas laba yang rendah. Bukti empiris telah menunjukkan akrual yang abnormal memiliki pengaruh harga negatif terhadap utang obligasi dan bahkan pengaruhnya semakin tinggi pada noninvestment grade Bond (Prevost et al, 2008). Dengan kata lain, kreditur ternyata dapat melihat melalui usaha manager untuk mempengaruhi persepsi laba dan oleh karenanya melakukan penalti dengan permintaan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah: H3a: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap biaya utang. Manajemen Laba dan Biaya Ekuitas Salah satu faktor yang digunakan investor dalam menentukan biaya ekuitas suatu perusahaan adalah risiko yang berkaitan dengan informasi perusahaaan. Informasi laba sebagai salah satu faktor risiko dari informasi perusahaan yang dipublikasikan seharusnya mampu menjadi indikator dalam memprediksi arus kas masa depan yang akan diterima investor. Akan tetapi, komponen akrual di dalam laba dapat menjadi sumber ketidakpastian yang dapat mengurangi kapabilitas laba dalam memproyeksikan arus kas masa depan. Komponen akrual yang menjadi sumber ketidakpastian tersebut berasal dari akrual diskresioner (Pratista dan Hutomo, 2014). Penelitian Dechow et al dalam Utami (2005), membuktikan bahwa investor menyadari praktik manajemen laba banyak dilakukan oleh emiten, sehingga ia akan melakukan antisipasi risiko dengan cara menaikkan estimasi tingkat imbal hasil saham yang dipersyaratkan. Hasil penelitian yang dilakukan Utami (2005) juga menunjukkan
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas. Artinya, semakin besar manajemen laba yang dilakukan oleh manajer,maka investor akan meningkatkan required rate of return untuk mengkompensasi risikoyang pada akhirnya akan meningkatkan biaya modal ekuitas bagi perusahaan. Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah: H3b: Manajemen laba berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas Manajemen Intervening
Laba
Sebagai
Variabel
Bukti empiris menunjukkan adanya hubungan yang sistematis antara asimetri informasi dan tingkat manajemen laba (Richardson, 1998). Keberadaan asimetri informasi dalam perusahaan mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba. Wardani dan Marsodah (2011) mengatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Praktik manajemen laba secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan sehingga informasi laba yang dilaporkan menjadi tidak wajar dan berdampak pada peningkatan risiko (Nuryaman, 2014). Ketika investor menyadari bahwa terdapat aktivitas manajemen laba dilakukan oleh manajemen maka investor akan meningkatkan tingkat pengembalian saham yang diharapkan.. Penelitian Armstrong et al (2011) membuktikan pada pasar persaingan yang tidak sempurna, asimetri informasi berhubungan positif dengan biaya modal, dan pada pasar persaingan sempurna tidak terdapat hubungan antara asimetri informasi dan biaya modal. Dengan kata lain pada pasar persaingan tidak sempurna, investor menerima informasi tentang perusahaan yang juga tidak sempurna sehingga aktivitas manajemen laba mengarahkan pada laporan keuangan yang tidak dapat diandalkan. Hal ini meningkatkan asimetri informasi. Laporan keuangan yang tidak berkualitas juga diduga meningkatkan risiko bagi pendanaan yang bersumber dari kreditor. Sumber pendanaan perusahaan melalui utang akan menimbulkan biaya modal sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur.
Keputusan anggaran modal disebabkan oleh perubahan biaya modal dan akhirnya akan mempengaruhi harga saham perusahaan (Firnanti, 2011). Biaya modal yang dimaksud pada hasil penelitian tersebut adalah biaya ekuitas dan biaya utang. Dari pembahasan tersebut diatas diduga bahwa aktivitas manajemen laba dapat mengintervensi pengaruh asimetri informasi terhadap biaya modal: biaya ekuitas dan biaya utang. Dengan demikian hipotesis penelitian ini adalah: H4a: Manajemen laba memiliki intervensi di dalam hubungan asimetri informasi terhadap biaya utang dan biaya ekuitas. H4b: Manajemen laba memiliki intervensi di dalam hubungan asimetri informasi terhadap biaya utang dan biaya ekuitas.
METODA PENELITIAN Operasional Variabel Variabel Independen. Asimetri informasi merupakan ketimpangan perolehan informasi diantara prinsipal dan agen (Christiani dan Nugrahanti, 2014). Bid-ask spread adalah salah satu ukuran dari tingkat likuiditas pasar yang digunakan sebagai pengukur asimetri informasi antara agen dan prinsipal. Maka, asimetri informasi dapat diukur menggunakan bid-ask spread (Vankatesh dan Chiang dalam Wardani dan Masodah, 2011) dengan rumus, yaitu: SPREAD it = (askit – bidit) / [(askit +bidit)/ 2] x 100 Keterangan: Spreadit : Relative bid-ask spread perusahaan i pada hari t Askit : Harga tawar tertinggi saham perusahaan i pada hari t Bidit : Harga (bid) minta terendah saham perusahaan i pada hari t Variabel Dependen Biaya Utang
101
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
Biaya utang adalah bunga sebelum pajak dan pokok pinjaman yang harus dikembalikan oleh perusahaan ketika memperoleh pinjaman (Gitman dan Zutter, 2012). Perhitungan biaya utang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: COD = Keterangan: COD = Cost of debt atau biaya utang Interest Expense = Beban bunga pinjaman Average Interest Bearing Debt = Rata-rata pinjaman yang menghasilkan bunga Biaya Ekuitas Biaya ekuitas mengacu pada tingkat pengembalian yang diinginkan investor atas investasinya di suatu perusahaan. Capital Asset Pricing Model (CAPM) menurut Jones dalam Susanto dan Siregar (2012), menghubungkan tingkat pengembalian minimum yang diharapkan investor atas suatu sekuritas dengan risiko tertentu yang terukur di dalam beta yang merupakan ukuran relatif risiko yaitu risiko saham individual relatif terhadap risiko pasar. Karena itu, perhitungan biaya ekuitas dalam penelitian ini menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagaimana yang digunakan oleh Novianty (2009) dan Nuryaman (2014) yang ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut: = Keterangan: COE = Estimasi cost of equity (biaya ekuitas) Rf = Risk free rate, yang diukur dengan rata-rata tingkat suku bunga SBI selama satu tahun Βeta ( = Market beta yang diperoleh dari hasil regresi antara return saham perusahaan dengan market return yang diproksi dengan IHSG dan hanya menggunakan data mingguan selama satu tahun
102
Rp
terakhir sehingga diperoleh return selama 52 minggu = Market risk premium atau (RmRf) yang merupakan return tambahan (additional return) yang diinginkan oleh investor karena berinvestasi pada sekuritas yang berisiko.
Variabel Intervening Manajemen laba dihitung menggunakan akrual diskresioner sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kothari et al. (2005). Tahap-tahap penentuan discretionary accrual (Machmuddah, et al, 2015) adalah sebagai berikut: TACCit = NIit – CFOit ……………….1 TACCit/TAit-1= β1(1/TAit-1) + β2((⍙REVit⍙RECit)/TAit-1) + β3(PPEit/TAit- 1) + β4(ROAit-1/TAit-1) +e………………. 2 NDACCit = β1(1/TAit-1) + β2((⍙REVit⍙RECit)/TAit-1) + β3(PPEit/TAit-1) + β4(ROAit-1/TAit-1) + e……………… 3 DACCit= (TACCit/TAit-1) – NDACCit… 4 Keterangan: TACCit =Total akrual perusahaan i pada tahun t Niit = Laba bersih kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t TACCit = Total akrual perusahaan i pada tahun t (yang dihasilkan dari perhitungan nomer 1) TAit-1 = Total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1 ΔREVit = Selisih pendapatan perusahaan i pada tahun t dengan tahun t-1 PPEit = Property, plant, and equipment perusahaan i tahun t ΔRECit = Selisih piutang perusahaan i tahun t dengan tahun t-1 ROAit = Return on assets perusahaan i pada akhir tahun t-1
NDACCit= Nondiscretionary accrual perusahaan i pada tahun t
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
Εit = Koefisien error DACCit = Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t Variabel Kontrol Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage, ukuran perusahaan, dan market to book value.
prospek positif terhadap perusahaan di mata investor. Oleh karena itu perusahaan dianggap mampu memberikan kepastian return yang lebih terjamin terhadap investor dan kreditur sehingga keduanya mengharapkan return yang lebih rendah (Rebecca dan Siregar, 2012). Market to book value dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: MBV =
Leverage Leverage menggambarkan sumber dana operasional yang digunakan oleh perusahaan dan dapat digunakan untuk menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan maka ketidakpastikan akan perolehan laba dimasa yang akan datang juga akan meningkat (Agustia, 2013). Leverage dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Populasi dan Sampel Penelitian ini mengambil sampel satu industri yaitu Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI tahun 2012 – 2014. Dari sebanyak 44 perusahaan Properti dan Real Estate terpilih 30 perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditentukan.
DER =
Analisis Data
Keterangan:
Analisis data yang digunakan adalah korelasi asosiatif yang bersifat kausal. Pengujian untuk hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Model penelitian ini sbb:
DER = Debt to equity ratio Total Liabilities = Total kewajiban Total Equity= Total modal Ukuran Perusahaan Praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen dapat ditentukan melalui ukuran perusahaan.Perusahaan besar cenderung berhati-hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan pengelolaan laba secara efisien dan efektif (Chirstiani dan Nugrahanti, 2014). Ukuran perusahaan dalam penelitin ini dihitung dengan rumus sebagai berikut: Size = Ln (Total Assets) Keterangan: Size= Ukuran perusahaan Total Assets = Total aktiva Market to Book Value Tingginya nilai market to book value yang dimiliki oleh perusahaan, mengindikasikan bahwa peluang pertumbuhan perusahaan semakin besar.Hal tersebut memberikan
Model 1: DAC = β0 + β Asimetri + β Leverage + β MBV + β SIZE + Model 2: COD = β0 + β Asimetri + β Leverage + β MBV + β SIZE + Model 3: COE = β0 + β Asimetri + β Leverage + β MBV + β SIZE + Model 4: COD = β0 + β DAC + β Asimetri + β Leverage + β MBV + β Size + Model5: COE = β0 + β DAC + β Asimetri + β Leverage + β MBV + β Size + Keterangan: β0 = Konstanta DACC= Discretionary Accrual
103
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
ASIMETRI = Relatif bid-ask spread COD = Cost of Debt atau biaya utang COE= Cost of Equity atau biaya ekuitas Leverage= Total kewajiban terhadap total ekuitas MBV= Market to book valueof Equity Size= Ukuran Perusahaan = Error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pemilihan Sample Berdasarkan kriteria sample yang disampaikan sebelumnya, maka terpilih sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 sampel perusahaan.dengan total 90 perusahaan selama periode 2012-2014. Tabel 1 Seleksi Sampel Jlh No Keterangan Perusahaan property & real estate 1 yang terdaftar di BEI pada tahun 46 2012-2014 Perusahaan yang mengalami (2) 2 delisting selama tahun 2012 - 2014 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan 0 3 secara lengkap Laporan keuangan perusahaan 4 disajikan dalam mata uang asing 0 (selain Rupiah) Perusahaan memiliki nilai ekuitas 0 5 negatif Perusahaan yang memiliki saham 9 6 tidak aktif Perusahaan sektor property dan real estate yang berpindah sektor 5 7 dari sektor property dan real estate 30 8 Jumlah sampel penelitian Total sampel penelitian tahun 2012 90 9 – 2014 Sumber: Data diolah Hasil Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
104
Tabel 2 Hasil Pengujian Model 1 Variabel Terikat: Asimetri Informasi Variables CoeffiT Sig. cients -2.539 -230.54 0.000 Constant 5.22E-05 0.396 0.693 ASIMETRI 0.001 4.503 0.000 DER -6.57E-07 -0.003 0.998 MBV -0.006 -1.867 0.065 SIZE N 30 F 5.770 Sig F 0.000 Adj R2 0.177 *secara statistik siginikan pada tingkat 5% Sumber: Data sekunder diolah Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa asimetri informasi dengan nilai signifikansi sebesar 0,693 yang berarti menolak Hipotesis 1 (H1) yaitu asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini karena pihak internal perusahaan yang diteliti tidak sama sekali melakukan manajemen laba melalui manipulasi harga saham bid dan ask. Selain itu, pertumbuhan perusahaan yang baik dan juga adanya kemungkinan kesalahan pada pelaporan keuangan terdahulu yang tidak sesuai dengan kaidah kualitatif mengakibatkan asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (Barus dan Setiawati,2015). Hasil pengujian Hipotesis 2a dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini: Tabel 3 Hasil Pengujian Model 2 Variabel Terikat: Biaya Utang Variables CoefT Sig. ficients 0.210 1.074 0.282 (Constant) 0.000 1.429 0.157 ASIMETRI -0.058 -4.340 0.000 DER 0.028 1.917 0.059 MBV -0.005 -0.767 0.445 SIZE N 30 F 6.802 Sig F 0.000 Adj R2 0.207 *secara statistik siginikan pada tingkat 5% Sumber: Data sekunder diolah
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
Tabel 3 diatas menunjukkan asimetri informasi memperoleh nilai sebesar 0,157 yang berarti menolak Hipotesis 2a (H2a) sehingga dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap biaya utang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Nuryaman (2014) dan Purwanto (2012) yang menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh psoitif signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Hal ini disebabkan karena perusahaan cenderung mengakui utangnya secara benar. Utang yang besar berpengaruh buruk terhadap kinerja perusahaan. Asimetri informasi disebabkan oleh masalah keagenan. Ketidakseimbangan informasi antara investor dan manajemen dapat dikurangi oleh auditor independen, hal ini menyebabkan timbulnya biaya keagenan. Auditor sebagai pihak independen bertugas untuk mengaduit laporan keuangan perusahaan. Salah satu cara untuk memperoleh bukti audit, auditor dapat melakukan konfirmasi terhadap pihak ketiga mengenai asersi manajemen. Macam-macam konfirmasi adalah konfirmasi piutang, utang, dan saldo bank. Oleh karena itu angka komponen biaya utang sulit untuk dimanipulasi sehingga asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap biaya utang. Hasil pengujian Hipotesis 2b dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4 Hasil Pengujian Model 3 Variabel Terikat: Biaya Ekuitas Variables CoeffiT Sig. cients Constant -16.383 -4.101 0.000 ASIMET -0.152 -3.285 0.002 RI -0.091 -0.997 0.323 DER 0.010 0.108 0.914 MBV 4.383 3.708 0.000 SIZE N 30 F 9.580 Sig F 0.000 Adj R2 0.368 *secara statistik siginikan pada tingkat 5 Sumber: Data sekunder diolah
Hasil pengujian tersebut menunjukkan tingkat signifikansi asimetri informasi (ASIMETRI) adalah 0,002 (di bawah 0,05), namun koefisiennya negatif yang berarti arahnya berlawanan dengan hipotesis yang ditetapkan yaitu asimetri informasi berpengaruh positif terhadap biaya ekuitas. Oleh karena itu, kesimpulannya adalah asimetri informasi (ASIMETRI) tidak memiliki pengaruh terhadap biaya ekuitas (COE) dan hipotesis 2b (H2b) tidak dapat diterima/ditolak. Hal ini disebabkan oleh sektor property dan real estate merupakan jenis pasar persaingan tidak sempurna (imperfectly competitive) di mana terdapat satu atau beberapa penjual yang menguasai pasar atau harga, serta satu atau beberapa pembeli yang menguasai pasar atau harga. Menurut Leuz et al (2011) pada pasar persaingan tidak sempurna, tingkat likuiditas pasar mempengaruhi jumlah informasi yang tercermin dalam harga saham dan pada akhirnya akan mengurangi presisi rata-rata investor sehingga akan meningkatkan biaya modal. Atau dengan kata lain, tingkat asimetri informasi dalam perekonomian mempengaruhi jumlah likuiditas pasar, yang juga meningkatkan biaya modal . Pengujian hipotesis 3A dan 4A dilakukan melalui model 4 yang hasilnya diperlihatkan pada tabel berikut ini. Tabel 5 Hasil Pengujian Model 4 Variabel Terikat: Biaya Utang Variables Coefficients T Sig. -82.695 -4.002 0.000 (Constant) 0.000 1.550 0.125 ASIMETRI -32.474 -6.018 0.000 DACC -0.024 -1.918 0.058 DER 0.026 2.098 0.039 MBV -0.012 -2.155 0.034 SIZE N 30 F 14.939 Sig F 0.000 Adj R2 0.439 *secara statistik siginikan pada tingkat 5% Sumber: Data sekunder diolah
105
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
Tabel 5 tersebut menunjukkan manajemen laba memperoleh nilai signifikan 0,000 dan koefisien -32.474. Hasil ini menginterprestasikan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun demikian, koefisiennya negatif artinya berlawanan arah dengan hipotesis yang ditetapkan yaitu manajemen laba berpengaruh positif. Sehingga kesimpulannya adalah manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya utang dan menolak Hipotesis 3a (H3a). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Triningtyas dan Siregar (2014) yang menyatakan bahwa kualitas akrual, kualitas akrual innate, dan akrual diskresioner tidak berpengaruh terhadap biaya utang. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa manajemen laba memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil ini berarti Hipotesis 4a (H4a) dapat diterima. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa manajemen laba terbukti dapat memediasi hubungan antara asimetri informasi dengan biaya utang. Hipotesis 3B dan 4B diuji melalui model 5 yang hasilnya diberikan pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Hasil Pengujian Model 5 Variabel Terikat: Biaya Ekuitas Variables Coefficients T Sig. (Constant) ASIMETRI DACC DER MBV SIZE N F Sig F Adj R2
106.500 -0.151 48.098 -0.081 -0.005 4.453 30 7.727 0.000
0.670 -3.254 0.774 -0.881 -0.058 3.742
0.506 0.002 0.443 0.382 0.954 0.000
0.363
Hasil uji T yang dilakukan pada model 5 menunjukkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Hal ini dapat dilihat melalui signifikansi manajemen laba (DACC) sebesar 0,443 (lebih besar dari 0,05). Oleh karena itu, Hipotesis 3b (H3b) pada
106
penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2012) dan Nuryaman (2014), namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2005), Novianty (2009), dan Pratista dan Hutomo (2015). Hasil uji T yang dilakukan model 5 juga menunjukkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Hal ini dapat dilihat melalui signifikansi manajemen laba (DACC) sebesar 0,443 (lebih besar dari 0,05). Oleh karena itu, Hipotesis 4b (H4b) pada penelitian ini ditolak. Selain itu, dengan tidak ditemukannya pengaruh manajemen laba terhadap biaya ekuitas, maka manajemen laba juga tidak dapat dijadikan sebagai variabel intervening antara pengaruh asimetri informasi terhadap biaya ekuitas. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Anthony (2008) dan Nuryaman (2014) yang menyatakan bahwa manajemen laba tidak terbukti dapat dijadikan sebagai variabel intervening antara asimetri informasi terhadap biaya ekuitas.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini karena pihak internal perusahaan yang diteliti tidak sama sekali melakukan manajemen laba melalui manipulasi harga saham bid dan ask. Selain itu, pertumbuhan perusahaan yang baik dan juga adanya kemungkinan kesalahan pada pelaporan keuangan terdahulu yang tidak sesuai dengan kaidah kualitatif mengakibatkan asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (Barus dan Setiawati,2015). Bukti empiris menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas. Hal ini dapat disebabkan karena sektor property dan real estate merupakan jenis pasar persaingan tidak sempurna (imperfectly competitive) dimana tingkat asimetri informasi dalam perekonomian mempengaruhi jumlah likuiditas pasar, yang juga meningkatkan biaya modal. Sebaliknya asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap biaya utang. Kondisi ini terjadi karena utang adalah pos yang sulit dimanipulasi oleh manajemen mengingat teknik audit yang mengharuskan auditor
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
melakukan konfirmasi terhadap pihak ketiga untuk memperoleh bukti audit terhadap asersi majemen. Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya ekuitas. Hal ini mengindikasikan bahwa investor tidak hanya melihat hasil laporan keuangan tetapi melihat faktor lain dalam mengambil keputusan untuk menanamkan uang dalam perusahaan tersebut. Bukti empiris juga menunjukkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap biaya utang. Manajemen laba tidak terbukti dapat dijadikan sebagai variabel yang
mengintervensi hubungan antara asimetri informasi terhadap biaya utang. Sebaliknya, manajemen laba ternyata dapat dijadikan sebagai variabel yang mengintervensi pengaruh asimetri terhadap biaya ekuitas. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memperluas subjek penelitian dengan meliti seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dan menambahkan rentang waktu yang lebih panjang sehingga dapat memberikan hasil yang lebih representatif dan menghasilkan analisis yang lebih baik.
DAFTAR REFERENSI Agustia, D.. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 15(1): 27-42. Amijaya dan Prastiwi. 2013. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. 3Diponegoro Journal of Accounting, 2 (3). Arifah. 2012. Praktek Teori Agensi Pada Entitas Publik dan Non Publik.Prestasi, 9(1). Barus, Andreani Caroline dan Kiki Setiawati 2015. Pengaruh Asimetri Informasi, Mekanisme Corporate Governance, dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 5 (01): 31-40.
Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 13(2): 119-128 Francis, J., Lafond, R., Olsson, P., danSchipper, K. 2005.The Market Pricing of Accruals Quality. Journal of Accounting and Economics, 39, 295-327. Gitman, Lawrence J., danZutter, Chad J. 2012. Principles of Managerial Finance. England: Pearson. Gray, Philip, Phing-sheng koh, dan Yen H. Tong. 2009. Accruals Quality, Information Risk, and Cost of Capital: Evidence from Australia. Journal of Business & Finance. Vol 36 (1-2): 51-72.
Christiani, I. Nugrahanti, Y.W. 2014. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,16 (1): 52-63.
Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial and Economics, Vol. 3 No. 4: 305- 360.
Daljono.2014. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dan Biaya Modal Ekuitas. Diponegoro Journal of Accounting, (online), Vol.3, No.1, (http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/ accounting, diakses 25 Juli 2014).
Kesuma, A. 2009. AnalisisFaktor yang MempengaruhiStruktur Modal Serta PengaruhnyaTerhadapHargaSaham Perusahaan Real Estateyang Go Public di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 11(1): 38-45.
Dechow, P., and Schrand, C. 2004. Earnings Quality. The Research Foundation of CFA Institute.
Kothari, S.P., A.Leone, and C.Wasley 2005.Performance Matched Di
107
JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016
scretionary Accrual Measures .Journal of Accounting and Economics 39: 163-197.
Modal.Simposium Nasional Akuntansi15. Banjarmasin.
Leuz, C., Lambert, R.A., & Verrechia,R.E. 2011.Information Asymmetry, Information Precision, and the Cost of Capital. Social Science Research Network. (http//:www.ssrn.com, diakses 03Maret 2016).
Raharjo, Eko. 2007. Teori Agensi dan Teori Stewarship dalam Perspektif Akuntansi. FokusEkonomi, 2(1): 37- 46.
Leuz C, Nanda and P.D. Wysocki. 2003. “Earnings Management and Investor Protection: an International Comparation”’ Journal of Financial Economics, 69:505-527. Machmuddah, et al. 2015.ManajemenLaba, PengungkapanLingkungan Perusahaan dan Mekanisme Tata Kelola Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi 18. Medan. Moon, Doocheol, dan Aloke Ghosh.2010. Corporate Debt Financing and Earnings Quality. Journal of Business Finance and Accounting, 37 (5-6): 538-559. Novianty, Ira. 2009. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba dan Implikasinya Terhadap Biaya Modal Ekuitas. Jurnal Ekono Insentif Kopwil 4, 3(1): 40-59. Pratista, Caecilia Antari dan Hutomo, Sigit. 2015. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas Melalui Pengungkapan Corporate Social and Environmental Responsibility sebagaiVariabel Intervening. Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Prevost, Andrew K, Christopher J. Skousen, Ramesh P. Rao. 2008. Earnings Management and the Cost of Debt. (On Line http//:www.srrn.com) Purwanto.2012. Pengaruh Manajemen Laba, Asymmetry Information dan Pengungkapan Sukarela Terhadap Biaya
108
Rebecca, Y. and Siregar, S.V. 2012. Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan Keluarga, dan Kepemilikan Institusional terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Utang: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftardi BEI. Simposium Nasional Akuntansi 15. Banjarmasin. Richardson, V.J. 1998. Information Asymmetry and earnings management: Some evidence. (online http://www. srrn.com) Subramanyam dan Wild.2010. Analisa Laporan Keuangan.Jakarta: Salemba Empat Sugiyono, 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Sulistyanto, Sri. 2008.ManajemenLaba: Teori Dan Model Empiris.Grasindo. Jakarta. Susanto, S. dan Siregar, S.V. 2012.Corporate Governance, KualitasLaba, dan Biaya Ekuitas: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009. Simposium Nasional Akuntansi15. Banjarmasin. Triningtyas dan Siregar. 2014. Pengaruh Kualitas Akrual Terhadap Biaya Utang dan Biaya Ekuitas: Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2011. Simposium Nasional Akuntansi 17. Ummah, Muwachchidah. dan Subroto, Bambang. 2014. PendanaanUtang Perusahaan dan Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI.……....………………………..………………..………..............……(Jasman)
Utami, Wiwik. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur).SimposiumNasional Akuntansi VIII. Solo. Wardani dan Masodah.2011. Pengaruh Asimetri Informasi, Struktur Kepemilikan Manajerial, dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba dalam Industri Perbankan di Indonesia.Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur&Sipil). 4(1): 128-134. Woodcock,J., H.R. Whiting, 2009. Intellectual Capital Disclosure by Australian Companies. Paper disajikan dalam AFAANZ Conference, Adelaide, Australia.
109