ISSN 2302-5298
Lingkup Artikel Yang Dimuat Dalam Jurnal Ini Adalah Kajian Empiris dan Konseptual Kontemporer Pada Bidang Ekonomi, Bisnis & Akuntansi
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di BEI Selly Sipakoly
Abstract
The financial report is a means of communication of financial information to parties outside of the corporation. In preparing the financiat statements, the accrual basis was chosen because it is more rational and fairly reflect the company’s real financial condition. The company is trying to make himself look good, in particular in order maximize the process of sale of shares. The fact that’s what pushes the issuer to choose certain accounting methods wich in turn can increase the selling price by setting profit levels reported. The population in this research is the entire public banking company in Indonesia in 2010 to 2012, the sample of 21 companies that abtained by purposive sampling teghnique. Types of data used are secondary data and the method of data collection is the documentation. Analysis tool are used multiple regression. Results obtained from the study showed that information asymmetry (ADJSPREAD) has significant effects of 0,009 of earning management with variable control CFVAR, Growth, Size, MKTB. This condition occurs because of information asymmetry becomes an apportunity for managers to Key Words : managed earnings. The high degree of asymmetry of information between manager and shareholders is evidence that shareholders lost resources, insentive Earnings management, or enough to access the relevant information in order to manitor the actions of information asymetry, manager.
CFVAR, Growth, Size, MKTB
Penulis adalah dosen pada Jurusan Akuntansi Poltek Negeri Ambon. e-mail :
[email protected]
benchmark ▪ Volume 3 ▪ No 1 ▪ November 2014
37
PENDAHULUAN Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalkan nilai saham perusahaan. Baettie et al 1994 dalam Assih dan Gudono (2000) menyebutkan bahwa perhatian investor seringkali hanya terpusat pada informasi laba yang diberikan oleh perusahaan bukan pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut, sehingga disini dapat memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan tindakan manipulasi laba (earnings manipulation). Merchant dan Rockness (1994) dalam Mahmudi (2001) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bahkan bisa merugikan perusahaan. Tindakan manajer
38
melakukan manajemen laba tersebut bisa dikategorikan sebagai suatu penipuan dan tidak etis (Bruns dan Merchant, 1990; Perry dan Williams, 1994; Merchant dan Rockness, 1994; dalam Mahmudi 2001). Manajemen laba dimungkinkan dilakukan oleh manajer apapun motivasinya, karena manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal. Menurut Salno dan Baridwan (2000:19) dalam John dan Ummi (2002) asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal relatif lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Manajer melakukan manajemen laba dengan menggunakan variabel artifisial melalui pemilihan metode akuntansi yang diijinkan atau dengan menggunakan variabel riil, yaitu dengan melakukan manipulasi pendapatan dan biaya serta aktivitas perusahaan yang tidak normal dilakukan. Tindakan manajer melakukan manajemen laba dapat berakibat buruk karena bisa menyesatkan pemakai informasi laporan keuangan dan bahkan dapat mengarah pada tindakan melanggar hukum (Merchant dan Rockness, 1994 dalam Mahmudi, 2001). Sebagian besar tindakan manajemen laba yang telah diteliti bersifat legal, tidak melanggar standar akuntansi yang telah ditetapkan dan tindakan tersebut merupakan kewenangan manajer. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Richardson (1998) dalam
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di BEI
Rahmawati dkk. (2007) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistimatis antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Asimetri informasi yang tinggi mengakibatkan tingkat manajemen laba yang tinggi. Fleksibilitas manajemen untuk mengelola laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkatan manajemen laba. Asimetri informasi menyebabkan ketidakinginan untuk berdagang dan meningkatkan biaya modal seperti investor “melindungi harga” miliknya melawan kerugian potensial dari perdagangn dengan partisipan pasar yang memiliki informasi yang lebih baik. Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba. Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pemegang saham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Lobo and Zhou (2001) dalam Halim dkk. (2005) mengatakan bahwa peningkatan informasi dalam pengungkapan laporan keuangan akan menurunkan asimetri informasi. Dengan demikian, peningkatan pengungkapan
menyebabkan fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang karena berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Pengertian Manajemen Laba Scott (2000) dalam Rahmawati dkk. (2007) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk kepentingan pihakpihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Merchant dan Rockness (1994) dalam Mahmudi (2001) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan
benchmark ▪ Volume 3 ▪ No 1 ▪ November 2014
39
ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bahkan bisa merugikan perusahaan. Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba Perusahaan berusaha membuat dirinya terlihat baik, khususnya dalam rangka memaksimalkan Proceeds dari penjualan saham. Kenyataan itulah yang mendorong issuer untuk memilih metode-metode akuntansi tertentu yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga harga Innitial Public Offering (IPO) melalui pengaturan tingkat keuntungan (earnings management) yang dilaporkan. Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986 dalam Rahmawati dkk. 2007), yaitu: 1. Bonus Plant Hypothesis Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus yang besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. 2. Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak yang meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. 3. Political Cost Hypothesis 40
Semakin besar perusahaan, semakain besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan, dan lainlain. Asimetri Informasi Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agent) dalam hal ini adalah pihak bank-bank umum/komersial dengan pemilik (prinsipal) yaitu Bank Indonesia. Penelitian Richardson (1998) dalam Rahmawati dkk. (2007) menunjukkan adanya hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder tidak memiliki sumber daya yang cukup, insentif, atau akses atas informasi yang relevan untuk memonitor tindakan manajer, dimana hal ini memberikan kesempatan atas praktek manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Teori Bid-Ask Spread Literatur mikrostruktur mengenai bid-ask spread menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di BEI
memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami dealer ketika bertransakasi dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Kos pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi. b. Kos penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu kos yang ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan. c. Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal. Penelitian Krinsky et al., (1996) dalam Aida Ainul (2002) menyelidiki perilaku komponen bid-ask spread sepanjang pengumuman earnings. Hasilnya menunjukkan komponen kos adverse selection secara signifikan meningkat sekitar pengumuman tersebut sedangkan komponen order processing secara signifikan menurun selama perioda yang sama. Hasilnya menyarankan bahwa perubahan total bidask spread tergantung perubahan ketiga
komponen tersebut. Komponen inventory holding cost dan order processing cost sepanjang pengumuman earnings berkurang dan tidak signifikan berdampak pada total bid-ask spread sedangkan hasil asimetri informasi meningkat. Kerangka Penelitian Dan Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu dan kajian teoritis dan permasalahan yang telah diungkapkan, maka dapat digambarkan dalam kerangka penelitian pengaruh asimetri informasi dengan variabel kontrol CFVAR, GROWTH, SIZE, dan MKTB terhadap praktik manajemen laba sebagai berikut: Asimetri Informasi Variabel Kontrol: CVFAR GROWTH SIZE MKTB
Manajemen Laba
Dari gambar kerangka penelitian di atas dapat dirumuskan hipotesisnya: H: diduga terdapat pengaruh yang positif antara tingkat asimetri informasi dengan praktik manajemen laba. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Yang menjadi populasi yaitu seluruh perusahaan perbankan publik yang ada di Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2012. Pemilihan populasi diambil dari bank publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang
benchmark ▪ Volume 3 ▪ No 1 ▪ November 2014
41
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang memiliki kriteria tertentu dan metode pengambilan sampelnya dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan perusahaan sampel dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1. perusahaan bergerak dalam bidang perbankan, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2. data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2010 sampai dengan 2012, 3. perusahaan sampel tersebut mempublikasikan laporan keuangan auditor dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember, 4. data harga saham tersedia selama periode pengamatan. Jumlah populasi perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sebanyak 27 perusahaan, sedangkan yang memenuhi kriteria diatas hanya 21 perusahaan. Identifikasi Variabel Variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu manajemen laba (DACC) dapat diukur melalui discretionary accruals yang dengan cara menselisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC).Dalam menghitung DACC digunakan Jones Model. Jones Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan penelitian Dechow dkk. (1995). 42
Model perhitungannya sebagai berikut : TACC it = EBXTit - OCFit TACCit / TAi,t 1 1(1/ TAi,t 1) 2 (REVit / TAi,t 1) 3 (PPEit / TAi,t 1)
.Dari persamaan regresi tersebut, dapat dihitung kembali dengan memasukkan koefisien-koefisien NDACCit 1 (1/ TAi,t 1 ) 2 (REVit / TAi,t 1 ) 3 (PPEit / TAi,t 1 )
DACCit (TACCit / TAi ,t 1 ) NDACCit Keterangan : TACC it : Total accrual perusahaan i pada perode t EBXT it : Earnings Before Extraordinary Item perusahaan i pada periode t OCF it : Operating Cash Flow perusahaan pada i pada periode t TA i ,t 1 : Total aktiva perusahaan i pada periode t REV it : Revenue perusahaan i pada periode t PPE it : Nilai aktiva tetap (gross) perusahaan i pada periode t Modifikasi Model Estimasi Akrual TAit /(Ait1 ) 1 (1/(Ait1 ) 1 (POit PIUTit ) 2 (PPEit ) it
Keterangan : PO it : pendapatan bank i pada tahun t PIUT it : piutang bank i pada tahun t PPE it : aktiva tetap bank i pada tahun t TA it : total akrual bank i pada tahun t A it 1 : total aktiva bank i pada tahun t-1 it : error term perusahaan i tahun t
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di BEI
i t
: 1, 2, … N bank : 1, 2, … T tahun estimasi
2. Variabel independennya adalah asimetri informasi yang diukur dengan menggunakan relative bid-ask spread yang dioperasikan sebagai berikut: SPREAD = (ask i,t – bid i,t )/{(ask i,t
quotes (jumlah yang tersedia pada ask ditambah jumlah yang tersedia pada saat bid dibagi dua) selama setiap hari t. ADJSPREAD i,t : residual error yang
digunakan sebagai ukuran SPREAD yang telah disesuaikan untuk perusahaan +bid i,t )/2} x 100 i pada hari ke t. Model untuk menyesuaikan spread Dari rumus-rumus diatas diperoleh adalah : persamaan regresi yang digunakan dalam SPREAD i,t = penelitian ini adalah sebagai berikut : 0 1PRICEi,t 2VARi,t 3TRANSi,t 4 DEPTHi,t DACC= ADJSPREAD i,t ADJSPERAD CFVAR GROWTH SIZE 0
1
i
2
i
3
i
4
i
Keterangan :
5 MKTBi Э i
SPREAD = (ask i,t – bid i,t )/{(ask i,t
Keterangan : DACC : Discretionary accruals ADJSPREAD i : proksi asimetri
+bid i,t )/2} x 100 : harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t Bid i,t : harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t PRICE i,t : harga penutupan saham perusahaan i pada hari t TRANS i,t : jumlah transaksi suatu saham perusahaan i pada hari t VAR i,t : varian return saham selama Ask i,t
periode penelitian pada saham perusahaan i dan hari ke t. Return harian merupakan persentase perubahan harga saham pada hari ke t dengan harga saham pada hari sebelumnya (t-1) DEPTH i,t : rata-rata jumlah saham
informasi Variabel kontrol : CFVAR i : deviasi standar dari operating cash flow selama periode penelitian dibagi dengan rata-rata operating cash flow selama periode penelitian GROWTH i : penghasilan bersih pada
SIZE i
akhir periode pengujian dikurangi penghasilan bersih : rata-rata kapitalisasi untuk
MKTB i
perusahaan i selama periode pengujian (jumlah saham yang beredar kali harga saham penutupan) : rata-rata kapitalisasi dibagi
perusahaan i dalam semua benchmark ▪ Volume 3 ▪ No 1 ▪ November 2014
dengan nilai buku ekuitas untuk perusahaan i pada periode penelitian. 43
Teknik Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan masing-masing variabel yang terkait dalam penelitian menjadi sumber informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui antar variabel independen dalam model regresi memiliki hubungan yang Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan t-1 (sebelumnya). Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Uji Normalitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah berdistribusi normal. Pengujian Hipotesis Untuk menjawab hipotesis maka akan diteliti tingkat signifikansi variabelvariabel tersebut menggunakan uji regresi berganda yaitu: secara individual
44
(uji t), secara serempak (uji F), dan koefisien determinasinya (R2). 1. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-t) Untuk membuktikan pengaruh masing-masing variabel independen dengan variabel dependen secara parsial. 2. Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji-F) Uji F adalah uji untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara bersama-sama (simultan) dengan variabel dependen. 3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan adalah untuk mengetahui tingkat kepastian yang paling baik dalam analisis regresi yang dinyatakan dalam koefisien determinasi (R 2 ). R 2 = 1 atau mendekati 1 berarti variabel berpengaruh besar terhadap variabel dependen, sebaliknya jika R 2 = 0 atau mendekati 0 maka variabel independen tidak berpengaruh / pengaruhnya kecil (Ghozali : 2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Penelitian ini dilakukan pada 21 sampel perusahaan perbankan dengan 63 observasi sebagaimana dijelaskan pada uraian sebelumnya.
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di BEI
Tabel .2 Descriptive Statistics N Manajemen laba Informasi asimetri variance arus kas growth LN_total assets Market to book value Valid N (listwise)
63 63
Minimum -.18 .00
Maximum .24 6.65
Mean -.0520 2.7617
Std. Deviation .07419 1.52506
63 63 63
.00 -.55 24.68
103.93 1.09 32.12
4.6658 .1319 28.9751
14.88489 .26157 2.23413
63 63
.29
21.97
3.2935
4.61234
Sumber: Data skunder yang diolah
ADJSPREAD yang menunjukkan besarnya asimetri informasi yang dimiliki oleh investor menunjukkan rata-rata sebesar 2,7617. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata terjadi penyebaran penawaran dan permintaan sebesar 2,7617%. Nilai rata-rata AdjSpread positif menunjukkan bahwa terdapat asimetri informasi yang masih relatif tinggi dari perusahaan sampel perbankan. Semakin positif nilai adjusted spread saham menunjukkan besarnya asimetri informasi antar investor. Manajemen laba (discretionary acrual) rata-rata berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model Jones sebelumnya untuk tahun 2010 hingga 2012 dan diperoleh sebesar -0,0520. Nilai maksimum DACC diperoleh sebesar 0,24 dan nilai minimum diperoleh sebesar –0,18. Koefisien variasi arus kas operasi (CFVAR) menunjukkan rata-rata sebesar 4,6658. Nilai koefisien variasi yang semakin besar menunjukkan sangat fluktuatifnya asus kas operasional yang diperoleh perusahaan. Nilai maksimumCFVAR diperoleh sebesar 0,00 dan nilai minimum diperoleh sebesar 103,93.
Pertumbuhan perusahaan yang dikur dengan pertumbuhan pendapatan bersih (GROWTH) diperoleh rata-rata sebesar 0,1319. Nilai rata-rata pertumbuhan positif menunjukkan bahwa perusahaan mengalami pertumbuhan pendapatan selama tahun 2010–2012. Nilai maksimum GROWTH diperoleh sebesar -0,55 dan nilai minimum diperoleh sebesar 1,09. Ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan transformasi logaritma dari kapitalisasi pasar menunjukkan rata-rata sebesar 28,9751. Nilai kapitalisasi pasar yang besar menunjukkan perusahaan tersebut memiliki ukuran yang besar. Nilai maksimum SIZE diperoleh sebesar 24,68 dan nilai minimum diperoleh sebesar 32,12. Deskripsi variabel market to book value (MKTB) diperoleh sebesar 3,2935. Nilai MKTB di atas 1 menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami pertumbuhan. Nilai maksimum MKTB diperoleh sebesar 0,29 dan nilai minimum diperoleh sebesar 21,97. Pengujian Asumsi Klasik Sebelum pengujian dengan regresi linier, terlebih dahulu dilakukan
benchmark ▪ Volume 3 ▪ No 1 ▪ November 2014
45
pengujian kesesuaian data atau pemenuhan model regresi terhadap asumsi-asumsi klasik. Uji Normalitas Data yang digunakan dalam penelitian adalah data cross section. Data awal dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 63 data (3 x 21). Hasil pengujian normalitas variabel penelitian diproleh sebagai berikut: Gambar 1 Uji normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Pengujian Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan nilai VIF. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan lebih besar dari 0,1, maka disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah multikolinieritas. Hasil pengujian pada Lampiran sebagaimana juga pada tabel berikut ini menunjukkan bahwa semua nilai VIF tidak satupun variabel bebas yang lebih besar dari 10. Hal ini berarti bahwa model regresi tidak memiliki gejala adanya multikolinieritas. Tabel.3
Uji Multikolinieritas
Dependent Variable: Manajemen laba
Variabel
1.0
ADJSPREAD 0.984 CFVAR 0.979 GROWTH 0.982 SIZE 0.750 MKTB 0.748 Sumber : Data sekunder yang diolah
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
Tolerance
1.0
Observed Cum Prob
Grafik tersebut menunjukkan bahwa distribusi residual pada kedua model penelitian ini menunjukkan data yang normal, karena diperoleh titik-titik yang tidak jauh dari garis normal. Hal ini mengindikasikan bahwa residual memiliki distribusi yang normal. Dengan demikian asumsi normalitas data dapat terpenuhi.
VIF 1.016 1.022 1.019 1.333 1.337
Pengujian Autokorelasi Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson. Nilai tabel Durbin Watson untuk kedua model tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel .4 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R R Square a .620 .385
Adjusted R Square .331
Std. Error of the Estimate .06069
DurbinWatson 1.281
a. Predictors: (Constant), Market to book value, growth, Informasi asimetri, variance arus kas, LN_total assets b. Dependent Variable: Manajemen laba
46
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di BEI
Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil dari pengujian yang yang dilakukan terjadi autokorelasi oleh dilakukan tampak bahwa nilai d =1,281 karena itu dilakukan perbaikan sedangkan untuk n= 63 dan 5 variabel autokorelasi sehingga tidak terjadi yang menjelaskan, nilai kritis d pada autokorelasi. Maka korelasi antar variabel = 1% adalah dL = 1,209 dan du = 1,592. itu harus dikoreksi (outlier) yaitu Dari nilai DW sebesar 1,281 dapat mengurangi jumlah data semula 63 disimpulkan bahwa pada semua regresi observasi menjadi 53 observasi. Tabel .5 Uji Autokorelasi setelah perbaikan data Model Summary Model 1
R .707
Adjusted R Square .447
R Square .500
a
b
Std. Error of the Estimate .05210
DurbinWatson 1.602
a. Predictors: (Constant), Market to book value, growth, variance arus kas, ln_spread, LN_total assets b. Dependent Variable: Manajemen laba
Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil perbaikan menunjukkan nilai DW hitung naik menjadi 1,602 sehingga tidak terjadi autokorelasi. Pengujian Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode Scatter Plot. Jika tidak terdapat pola yang membentuk garis maka disimpulkan bahwa model regresi bebas dari gejala heteroskedasatisitas. Gambar 2 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Dependent Variable: Manajemen laba
Regression Standardized Predicted Value
3
2
1
Gambar 2 menunjukkan bahwa titik-titik pada pola Scatter plot tidak membentuk pola tertentu atau menyebar. Hal ini berarti tidak adanya masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Analisis Regresi Linier Berganda dan Pengujian Hipotesis Dari hasil pengujian terhadap asumsi klasik, diperoleh model regresi tersebut telah memenuhi tidak terdapatnya masalah asumsi normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Selanjutnya hasil pengujian model regresi secara simultan, parsial maupun koefisien determinasinya diperoleh sebagai berikut ini:
0
-1
-2 -3
-2
-1
0
1
2
3
4
Regression Studentized Residual
Sumber : Data sekunder yang diolah
benchmark ▪ Volume 3 ▪ No 1 ▪ November 2014
47
Tabel .6 Tabel hasil pengujian regresi linier a Coefficients
Model 1 (Constant) ln_spread variance arus kas growth LN_total assets Market to book value
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -.123 -.025 .000 -.203 .004
.104 .009 .000 .031 .004
.000 .002 a. Dependent Variable: Manajemen laba
Sumber : Data sekunder yang diolah Persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut : DACC = -0,123 - 0,025 ADJSPREAD + 0,000 CFVAR - 0,0203 GROWTH + 0,004 SIZE +0,000 MKTB + Эi Persamaan tersebut menunjukkan bahwa koefisien variabel ADJSPREAD bertanda positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan ADJSPREAD akan menurunkan manajemen laba. Sementara variabel kontrol CFVAR, MKTB, dan SIZE bertanda positif sedangkan GROWTH bertanda negatif. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-t) Hasil pengujian secara parsial variabel ADJSPREAD diperoleh nilai t sebesar ־2,727 dengan signifikansi sebesar 0,009. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa ADJSPREAD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba. Dengan demikian Hipotesis (H) diterima.
48
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance VIF
-.284 .067 -.675 .118
-1.184 -2.727 .647 -6.485 .988
.243 .009 .521 .000 .328
.984 .979 .982 .750
1.016 1.022 1.019 1.333
-.019
-.157
.876
.748
1.337
Pengujian Variabel Kontrol 1. Hasil pengujian secara parsial terhadap variabel kontrol CFVAR diperoleh nilai t sebesar 0,647 dengan signifikansi sebesar 0,521. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa CFVAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Manajemen Laba. Arah koefisien CRP adalah positif yang berarti bahwa peningatan variasi arus kas operasi dapat memberikan pertanda tidak ada indikasi peningkatan terjadinya manajemen laba. 2. Hasil pengujian secara parsial terhadap variabel kontrol GROWTH diperoleh nilai t sebesar -6,485 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa GROWTH berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 3. Hasil pengujian secara parsial terhadap variabel kontrol SIZE diperoleh nilai t sebesar 0,988 dengan signifikansi sebesar 0,328. Nilai signifikansi tersebut lebih besar
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di BEI
dari 0,05. Hal ini berarti bahwa SIZE Nilai signifikansi tersebut lebih besar tidak berpengaruh signifikan dari 0,05. Hal ini berarti bahwa terhadap manajemen laba. MKTB tidak berpengaruh signifikan 4. Hasil pengujian secara parsial terhadap manajemen laba. terhadap variabel kontrol MKTB Pengujian Koefisien Regresi diperoleh nilai t sebesar -0,157 Simultan (Uji-F) dengan signifikansi sebesar 0,876. Tabel .7 Tabel hasil uji F ANOVA b Model 1
Sum of Squares .131 .210 .341
Regression Residual Total
df 5 57 62
Mean Square .026 .004
F 7.129
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Market to book value, growth, Informasi asimetri, variance arus kas, LN_total assets b. Dependent Variable: Manajemen laba
Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil pengujian signifikansi model variabel ADJSPREAD, CFVAR, regresi tersebut diperoleh nilai F sebesar GROWTH, SIZE dan MKTB secara 7,129 dengan signifikansi 0,000. Nilai bersama-sama. signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 Pengujian Koefisien Determinasi mengindikasikan bahwa earnings (R2) management (DACC) dapat dijelaskan oleh Tabel .8 Tabel hasil uji R2 Model Summary Model 1
R .707a
R Square .500
Adjusted R Square .447
b
Std. Error of the Estimate .05210
DurbinWatson 1.602
a. Predictors: (Constant), Market to book value, growth, variance arus kas, ln_spread, LN_total assets b. Dependent Variable: Manajemen laba
Sumber : Data sekunder yang diolah Hasil perhitungan
regresi
diperoleh nilai Adjusted R yaitu sebesar 0,447 yang berarti bahwa 44,7% variabel dependen manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel independen 2
asimetri informasi dan variabel kontrol ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, varians arus kas operasi, dan rata-rata kapitalisasi pasar, sedang sisanya sebesar 55,3 % dipengaruhi oleh variabel
benchmark ▪ Volume 3 ▪ No 1 ▪ November 2014
49
lain diluar regresi. Namun variabel kontrol GROWTH yang dilakukan menunjukkan sebagai variabel yang menunjang pengaruhnya terhadap manajemen laba. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini menguji pengaruh berberapa rasio keuangan terhadap earnings management (manajemen laba). Selanjutnya juga diuji mengenai apakah tindakan earnings management yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi oleh adanya asimetri informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi yang diproksi dengan ADJSPREAD berpengaruh terhadap manajemen laba. Kondisi ini terjadi karena asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak diluar perusahaan. Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dalam hal ini adalah pihak bank-bank umum/komersial dengan pemilik (prinsipal) yaitu Bank Indonesia. Asimetri informasi menjadi peluang bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Manajer sebagai pengelola mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan pihak luar yang mungkin mendapatkan seluruh informasi perusahaan. Manajer yang mendapatkan informasi relatif lebih banyak mempunyai fleksibelitas dalam mempengaruhi laporan keuangan (khususnya laba) yang digunakan untuk memaksimalkan kepentingan atau nilai pasar perusahaan.
50
Tingginya tingkat asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham merupakan bukti bahwa pemegang saham kehilangan sumberdaya, insentif, atau akses yang cukup terhadap informasi yang relevan guna memonitor tindakan manajer. Ketika asimetri informasi tinggi, perusahaan tersebut dapat memanipulasi laba sebelum laporan keuangan di audit tanpa khawatir akan terdeteksi. Oleh karena itu, semakin tinggi asimetri informasi yang terjadi, semakin besar kecenderungannya bahwa perusahaan tidak akan dimonitor secara efektif seperti pada perusahaan dengan asimetri yang rendah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Richarson (1998) yang menggunakan sampel perusahaan manufaktur dan Rahmawati yang menggunakan sampel perusahaan perbankan (2007), yang menyatakan informasi asimetri berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hasil ini juga mendukung model analitis Dye (1988) dan Trueman dan Titman yang menyatakan bahwa asimetri informasi merupakan kondisi yang tetap terhadap adanya manajemen laba. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dari bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel asimetri informasi (ADJSPREAD) memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 0,009 atau 0,9% terhadap manajemen laba. Kondisi ini terjadi karena Asimetri informasi menjadi peluang bagi
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di BEI
2.
3.
4.
5.
manajer untuk melakukan manajemen laba. Variabel kontrol koefisien variasi arus kas (CFVAR) memiliki tidak pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba karena nilai signifikansinya 0,521 > 0,05. Kondisi ini terjadi karena varians arus kas yang tinggi bisa saja terjadi karena perusahaan tersebut besar dan membutuhkan biaya yang besar untuk operasional perusahaan. Variabel kontrol pertumbuhan (GROWTH) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba karena nilai signifikansinya 0,00<0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mengkontrol besarnya informasi asimetri yang terjadi pasar modal, sehingga mempengaruhi kebijakan manajer untuk melakukan manajemen laba. Variabel kontrol ukuran perusahaan (SIZE) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba karena nilai signifikansinya 0,328>0,05. Hal ini menjelaskan bahwa tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya perusahaan. Variabel kontrol market to book value (MKTB) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba karena nilai signifikansinya 0,876>0,05. Hal ini menjelaskan kapitalisasi pasar dan nilai buku ekuitas yang besar belum tentu akan direspon oleh investor, karena ada
kalanya kapitalisasi pasar yang besar terjadai karena harga saham pokok perusahaan sudah tinggi. 6. Hasil uji F signifikansi model regresi tersebut diperoleh nilai F sebesar 7,129 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 mengindikasikan bahwa earnings management (DACC) dapat dijelaskan oleh variabel ADJSPREAD, CFVAR, GROWTH, SIZE dan MKTB secara bersama-sama. 7. Hasil perhitungan regresi diperoleh nilai R 2 yaitu sebesar 0,447 yang berarti bahwa 44,7% variabel dependen manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel independen ADJSPREAD dan variabel kontrol CFVAR, GROWTH, SIZE dan MKTB, sedang sisanya sebesar 55,3 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar regresi. Daftar Rujukan Assih, Prihat dan M. Gudono. 2000. Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar Di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi II. Ardiati, Aloysia Yanti. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Diaudit oleh KAP Big 5 dan KAP non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 3, 235-249. Fanani, Zaenal. 2006. Manajemen Laba: Bukti dari Set Kesempatan Investasi, Utang, Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar pada Pasar yang
benchmark ▪ Volume 3 ▪ No 1 ▪ November 2014
51
Sedang Berkembang. Simposium Nasional Akuntansi IX. Ghozali, Imam.2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 11. Universitas Diponegoro. Halim, J, Meiden, C dan Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ- 45. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Ihalauw, John J. O. I. dan Ummi Arifah A. 2002. Management Earnings dalam Penawaran Perdana Saham di BEJ Periode 1998-2000. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. VIII, No.2, 173-190. Mahmudi. 2001. Manajemen Laba (Earnings Management): Sebuah Tinjauan Etika Akuntansi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 3, No. 2, 395-402. Mardiyah, Aida. A. 2002. Pengaruh Informasi Asimetri dan Disclosure Terhadap Cost of Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.5, No.2, 229-256. Program Studi Akuntansi.2006/2007. Pedoman Penulisan Praskripsi & Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang (tidak dipublikasikan).
52
Rahmawati, dkk. 2007. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.10, No.1, 68-89. Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, No. 4, 424-441. Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Utami, Wiwik. 2005. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada Perusahaan Publik Ssektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Veronica, Sylvia N.P. Siregar dan Siddharta Utama, CFA. 2005. Pengaruh Sruktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar di BEI