TESIS
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PRAKTIK MANAJEMEN LABA DI PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
NI KETUT MULIATI
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
1
2
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PRAKTIK MANAJEMEN LABA DI PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI KETUT MULIATI NIM 0891662003
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
3
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 17 JANUARI 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE.,M.Si
Ni Made Dwi Ratnadi, SE.,M.Si.,Ak
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. I Ketut Budhiartha, SE.,M.Si.,Ak NIP 19591202 1987021 001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP 19590215 1985102 001
4
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 17 Januari 2011
Panitia penguji Tesis Berdasarkan SK Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana No: 0109/H14.4/HK/2011 Tanggal 17 Januari 2011
Ketua
: Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si
Anggota: 1.
Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak
2.
Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si
3.
Drs. I Ketut Suwarta, M.Si., Ak
4.
Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si., Ak
5
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Berbagai pihak telah berkontribusi besar dalam penyelesaian tesis ini sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si., sebagai Pembimbing I dan ibu Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak., sebagai Pembimbing II dan selaku pengelola Program Magister Akuntansi Universitas Udayana yang dengan tulus dan penuh kesebaran membimbing, memberi nasihat, dan semangat kepada penulis, baik selama mengikuti seluruh rangkaian perkuliahan maupun dalam rangkaian penulisan proposal sampai dengan tahap penyelesaian tesis. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si., Drs. I Ketut Suwarta, M.Si., Ak., Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si., Ak., sebagai tim penguji yang telah berkenan memberi masukan yang sifatnya membangun guna penyempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. Dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan proses pendidikan. Terima kasih pula kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku
6
direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak., dan Ibu Ni Luh Supadmi, SE., M.Si., Ak., selaku pengelola Program Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah memberi perhatian dan bantuan yang tulus selama penulis mengikuti pendidikan di program ini. Terima kasih pula kepada segenap rekan-rekan MAKSI angkatan I dan II atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, bapak I Made Letong dan ibu Ni Wayan Rasmin atas doa restunya agar penulis bisa menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga kepada kakakku I Wayan Muntra, SH., Ansje Lilyanti Paudie, SH., Ni Made Muntri, SE., I Komang Mudiya serta suami dan anakku I Wayan Bawa Antara dan I Putu Krishna Wibawa Antara atas doa dan dukungan moral maupun material yang diberikan selama penulis mengikuti pendidikan hingga penyelesaian tesis ini. Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberi kontribusi kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini. penulis juga mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak jika ada kekurangan
yang pastinya tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis ini
bermanfaat. Denpasar, Desember 2010
Penulis
7
ABSTRAK PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PRAKTIK MANAJEMEN LABA DI PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Asimetri informasi dan ukuran perusahaan diyakini dapat mempengaruhi manajemen laba. Beberapa penelitian mengenai pengaruh asimetri informasi dan ukuran perusahaan pada manajemen laba telah dilakukan. Namun, hasil yang diperoleh masih menunjukkan ketidakkonsistenan terutama ukuran perusahaan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh asimetri informasi dan ukuran perusahaan pada manajemen laba. Penelitian ini menggunakan The Modified Jones Model untuk menghitung discretionary accrual yang menjadi proksi dari manajemen laba. Ukuran perusahaan di proksi dengan total aktiva dan asimetri informasi di proksi dengan Adjspread. Penelitian ini menggunakan perusahaan sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia selama 2001-2008 sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil purposive sampling diperoleh 7 perusahaan sektor keuangan yang memenuhi kreteria sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan model regresi tidak mengalami masalah asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perngaruh asimetri informasi dan ukuran perusahaan pada manajemen laba.
Kata kunci: Manajemen laba, asimetri informasi, discretionary accrual, ukuran perusahaan.
8
ABSTRACT
THE EFFECT OF INFORMATION ASYMMETRY AND COMPANY SIZE ON THE EARNINGS MANAGEMENT PRACTICE IN BANKING COMPANY REGISTERED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Information Asymmetry and Company size is believed to affect earnings management. Some studies on the effect of information asymmetry and Company size on earnings management has been conducted. However, the results still show inconsistency, especially the size of the company. This study aims to examine the effect of information asymmetry and company size on earnings management. This study uses the Modified Jones Model to calculate the discretionary accrual of which becomes a proxy of earnings management. The company size in proxy with the total assets and information asymmetry in proxy with Adjspread. This study uses the financial sector companies in Indonesia Stock Exchange during 2001-2008 as its research sample. Based on the purposive sampling results were obtained 7 financial sector companies that meet with the criteria of the sample. The hypothesis testing in this study is executed by using multiple regression analysis. The classical assumption test results indicate that the regression models do not have classical assumptions problems. The hypothesis testing result indicate that there are effect of information asymmetry and the size of the company on earnings management.
Keywords: Earnings management, information asymmetry, discretionary accruals, company size.
9
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN ......................................................................
i
PERSYARATAN GELAR ...............................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI .................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................
v
ABSTRAK ........................................................................................................
vii
ABSTRACT......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
xii
BAB
I 1.1 1.2 1.3 1.4
PENDAHULUAN Latar Belakang............................................................................. Rumusan Masalah........................................................................ Tujuan Penelitian ......................................................................... Manfaat Penelitian .......................................................................
1 4 4 5
BAB II 2.1 2.2
KAJIAN PUSTAKA Teori Keagenan (agency theory) ................................................. Manajemen Laba.......................................................................... 2.2.1 Pengertian Manajemen Laba............................................... 2.2.2 Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba........................ 2.2.3 Teknik Manajemen Laba..................................................... 2.2.4 Kondisi untuk Praktik Manajemen Laba............................. 2.2.5 Pola Manajemen Laba......................................................... Tinjauan tentang asimetri informasi dan teori bid-ask spread..... 2.3.1 Asimetri Informasi.............................................................. 2.3.2 Teori Bid-Ask Spread.......................................................... Ukuran Perusahaan....................................................................... Penelitian Sebelumnya.................................................................
6 8 8 9 11 12 13 14 14 15 18 19
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .............................................................................. Kerangka Berpikir........................................................................ Konsep Penelitian ........................................................................ Hipotesis Penelitian.......................................................................
21 21 25 27
2.3
2.4 2.5 BAB III 3.1 3.2 3.3
10
BAB IV 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
METODA PENELITIAN ............................................................ Rancangan Penelitian................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ Ruang Lingkup Penelitian............................................................ Metoda Penentuan Sampel............................................................ Variabel Penelitian....................................................................... Prosedur Penelitian ...................................................................... 4.6.1 Jenis Data ............................................................................ 4.6.2 Sumber Data ....................................................................... 4.6.3 Metoda Pengumpulan data.................................................. 4.6.4 Analisis Data.......................................................................
30 30 30 31 31 31 34 34 35 35 35
BAB V 5.1 5.2 5.3
5.4
HASIL PENELITIAN Penentuan Sampel........................................................................ Statistik Deskriptif ....................................................................... Hasil Pengujian Asumsi Klasik ................................................... 5.3.1 Uji Normalitas .................................................................... 5.3.2 Uji Multikolinearitas .......................................................... 5.3.3 Uji Autokorelasi ................................................................. 5.3.4 Uji Heteroskedastisitas ....................................................... Pengujian Hipotesis......................................................................
38 39 40 40 40 41 41 42
BAB VI 6.1 6.2
PEMBAHASAN Pengaruh Asimetri Informasi pada Praktik Manajemen Laba..... Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Praktik Manajemen Laba ....
45 47
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Penelitian ..................................................................... 7.2 Keterbatasan dan Saran................................................................
50 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
52
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................
56
LAMPIRAN ......................................................................................................
57
11
DAFTAR TABEL
5.1
Pengambilan Sampel Penelitian ............................................................
38
5.2
Statistik Deskriptif.................................................................................
39
5.3
Hasil Pengujian Hipotesis......................................................................
42
12
DAFTAR GAMBAR
3.1
Rerangka Berpikir..................................................................................
23
3.2
Konsep Penelitian ................................................................................... 26
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Daftar Perusahaan Sampel.........................................................
57
Lampiran 2.
Data Penelitian...........................................................................
58
Lampiran 3.
Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................
60
Lampiran 4.
Hasil Pengujian Hipotesis..........................................................
62
14
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Laporan
keuangan
merupakan
sarana
pengkomunikasian
informasi
keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Akuntansi berbasis akrual mempunyai keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran kas terkini (FASB, 1978). Namun, akuntansi akrual juga memiliki kelemahan. Penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metoda akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metoda akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management. Apabila suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan
15
keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metoda akuntansi yang dapat memberikan informasi laba lebih baik. Adanya asimetri informasi memungkinkan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Manajer cendrung lebih melakukan manajemen laba dengan mengendalikan transaksi akrual, yaitu transaksi yang tidak mempengaruhi aliran kas (Friedlan, 1994). Sementara disisi lain, investor juga cendrung memusatkan perhatiannya pada laporan laba rugi karena investor berpendapat bahwa kestabilan laba akan berdampak pada kestabilan dividen. Transaksi akrual merupakan transaksi yang tidak mempengaruhi aliran kas masuk (cash inflow) maupun aliran kas keluar (cash outflow). Akuntansi akrual terdiri dari discretionary accruals (DA) dan non discretionary accruals (NDA). DA merupakan akrual yang ditentukan manajemen (management determined). Manajer dapat memilih kebijakan dalam hal metoda dan estimasi akuntansi. NDA merupakan akrual yang ditentukan atas kondisi ekonomi (Xiong, 2006). Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Richardson (1998) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.
16
Para
peneliti
mempengaruhi
telah
manajemen
menemukan laba.
bahwa
Teori
asimetri
keagenan
informasi (Agency
dapat Theory)
mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Jika dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Faktor lain yang mempengaruhi manajemen laba selain asimetri informasi adalah ukuran perusahaan (Halim, dkk. 2005). Halim, dkk. (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Defond (1993) dalam Veronica dan Bachtiar (2003) menemukan bahwa ukuran perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba. Perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Rahmawati, dkk. (2006) menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Rahmawati, dkk. (2006) menemukan bahwa berdasarkan hasil regresi antara variabel dependen manajemen laba dengan masing-masing
17
variabel kontrol didapatkan hasil bahwa variabel SIZE (ukuran perusahaan) tidak mampu menjadi variabel kontrol karena R2 ukuran perusahaan lebih besar daripada R2 asimetri informasi yaitu sebesar 0.183306 < 0.267580. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk. (2006). Berdasarkan saran dari Rahmawati, dkk. (2006) yaitu dengan menjadikan variabel kontrol ukuran peruasahaan sebagai variabel independen. Penelitian tersebut menjadi motivasi bagi penulis untuk melakukan penelitian yang terkait dengan asimetri informasi, ukuran perusahaan dan manajemen laba. 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1)
Apakah asimetri informasi berpengaruh pada praktik manajemen laba?
2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada praktik manajemen laba?
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh asimetri informasi pada praktik manajemen laba. 2) Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan pada praktik manajemen laba.
18
1.4
Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1) Manfaat akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi peneliti selanjutnya dan meningkatkan perkembangan terhadap teoriteori yang behubungan dengan penelitian ini, yaitu teori keagenan. 2) Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar masukan dan pertimbangan oleh para investor dalam pengambilan keputusan investasi saham, terutama dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan, serta sejauh mana asimetri informasi dan ukuran perusahaan itu mempengaruhi manajemen laba sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan resiko investasi.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Teori Keagenan (agency theory) Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual antara
dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Scott (2000) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada.
20
Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor. Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku oportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metoda akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal. Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa jika kedua kelompok (agent dan principal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasi kos keagenan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) the monitoring expenditure by the principal adalah kos pengawasan yang harus dikeluarkan oleh pemilik; 2) the bonding cost adalah kos yang harus dikeluarkan akibat pemonitoran yang harus dikeluarkan prinsipal kepada agen; 3) the residual loss
21
adalah pengorbanan akibat berkurangnya kemakmuran prinsipal karena perbedaan keputusan antara prinsipal dan agen.
2.2
Manajemen Laba
2.2.1 Pengertian manajemen laba Scott (2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama,
melihatnya
sebagai
perilaku
oportunistik
manajer
untuk
memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi
nilai pasar
saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer
22
memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000). Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah intervensi manajemn terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan yang dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang diperkenankan dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai tujuan/maksud tertentu, sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. 2.2.2 Faktor-faktor pendorong manajemen laba Positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu: 1) Bonus Plan Hypothesis Manajemen akan memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar
23
berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metoda akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. 2) Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metoda akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. 3) Political Cost Hypothesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain. Scott
(2000:
302)
mengemukakan
beberapa
motivasi
terjadinya
manajemen laba : 1) Bonus Purposes Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara
oportunistic
untuk
melakukan
manajemen
laba
dengan
memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985). 2) Political Motivations Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
24
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. 3) Taxation Motivations Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metoda akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan. 4) Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. 5) Initital Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. 6) Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. 2.2.3 Teknik manajemen laba Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
25
1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain. 2) Mengubah metoda akuntansi Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh : merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke metoda depresiasi garis lurus. 3) Menggeser perioda biaya atau pendapatan. Contoh
rekayasa
perioda
biaya
atau
pendapatan
antara
lain:
mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai
pada
perioda
akuntansi
berikutnya,
mempercepat/menunda
pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai. 2.2.4 Kondisi untuk praktik manajemen laba Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa earnings atau laba telah dijadikan sebagai suatu target dalam proses penilaian pretasi usaha suatu departemen secara khusus (manajer) atau perusahaan (organisasi) secara umum (Gumanti, 2000). Laba dan tingkat keuntungan juga merupakan alat untuk mengurangi biaya keagenan (agency costs), dari sisi teori keagenan. Misalnya, pada saat keuntungan dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini
26
akan menciptakan dorongan kepada manajer untuk memanipulasi data keuangan agar dapat menerima bonus seperti yang diinginkannya. Selain itu, mengingat akan pentingnya keuntungan atau perolehan secara akuntansi (accounting income) untuk pembuatan keputusan oleh banyak pihak, misalnya investor. Richardson
(1998)
menunjukkan
bukti
hubungan
antara
ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian Richardson menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran ketidakseimbangan informasi (bid-ask spreads dan analyst’ forecast dispersion) dan manajemen laba setelah mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, seperti variabilitas aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan keuangan perusahaan. 2.2.5 Pola manajemen laba Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dapat dilakukan dengan cara: 1) Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. 2) Income Minimization Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
27
3) Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang. 4) Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. 2.3
Tinjauan Tentang Asimetri Informasi dan Teori Bid-Ask Spread
2.3.1 Asimetri informasi Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menambahkan bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang. Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral hazard.
28
1) Adverse selection Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar. 2) Moral Hazard Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar. 2.3.2. Teori bid-ask spread Penelitian Eisenhardt (1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: 1) Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self-interest). 2) Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang (bounded-rationality). 3) Manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Masalah keagenan dihadapi pula oleh partisipan pasar modal. Salah satu partisipan pasar modal adalah dealer atau market makers. Ketidakpastian yang
29
dihadapi dealer disebabkan karena adanya ketidakseimbangan informasi (information asymmetry). Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut dealer membutuhkan informasi. Untuk mendapatkan informasi dibutuhkan biaya. Besarnya ketidakseimbangan informasi yang dihadapi dealer akan tercermin pada spread yang ditentukannya. Dealer selalu berusaha menentukan spread secara wajar dengan memperhatikan kejadian tertentu atau kondisi atau informasi apa saja yang memberikan sinyal mengenai surat berharga yang dimilikinya. Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi dengan harga jual terendah saham trader. Stoll (1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari: 1) pemilikan saham (inventory holding); 2) pemrosesan pesanan (order processing); 3) informasi asimetri. Biaya pemilikan menunjukkan trade off antara memiliki terlalu banyak saham dan memiliki terlalu sedikit saham. Atas biaya pemilikan saham tersebut akan menimbulkan opportunity cost. Biaya pemrosesan pesanan meliputi biaya administrasi, pelaporan, proses komputer, telepon, dan lainnya. Sedangkan biaya informasi asimetri lahir karena adanya dua pihak trader yang tidak sama dalam memiliki dan mengakses informasi. Pihak pertama adalah informed trader yang memiliki informasi superior dan pihak lainnya yaitu uninformed trader yang tidak memiliki informasi. Ketidakseimbangan informasi tersebut menyebabkan munculnya perilaku adverse selection dan moral hazard dalam perdagangan saham antar trader. Jika kedua belah pihak bertransaksi, maka uninformed trader menghadapi risiko rugi jika bertransaksi dengan informed trader. Upaya mengurangi risiko rugi tersebut tercermin dalam bid ask spread.
30
Literatur mikrostruktur dalam penelitian Rahmawati dkk (2006) mengenai bid-ask spread menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut : 1) Biaya pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi. 2) Biaya penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu biaya yang ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan. 3) Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal. Berkaitan dengan bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen adverse selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal. Pembahasan lebih lanjut mengenai spread dikemukakan oleh Cohen, dkk. (1986). Cohen, dkk. (1986) menekankan bahwa riset mengenai kos transaksi/kos kesegeraan (immediacy cost) harus membedakan antara spread dealer dan spread pasar. Cohen, dkk. (1986) menjelaskan bahwa spread dealer untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid dan ask yang ditentukan oleh dealer secara individual ketika dealer hendak memperdagangkan saham tersebut, sedangkan
31
spread pasar untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid tertinggi dan ask terendah diantara beberapa dealer yang sama-sama melakukan transaksi untuk saham tersebut. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka spread pasar dapat lebih kecil dibandingkan dengan spread dealer. 2.4.
Ukuran Perusahaan Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan
yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: log total aktiva (Marihot dan Doddy, 2007), log total penjualan (Nuryaman, 2008), kapitalisasi pasar (Halim, dkk. 2005). Machfoedz (1994) dalam Mardiyah (2001) menejelaskan bahwa pada dasarnya ukuran perusahan hanya terbagi dalam 3 katagori yaitu perusahaan besar (large firms), perusahaan sedang (medium firms), perusahaan kecil (small firms). Penentuan ukuran perusahaan ini adalah bedasarkan kepada total aktiva perusahaan.
32
2.5.
Penelitian Sebelumnya Penelitian serupa telah dilakukan oleh Rahmawati, dkk. (2006): Variabel
yang diteliti yaitu: asimetri informasi sebagai variabel independen dan manajemen laba sebagai variabel dependen, sedangkan variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu: varian, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan rata-rata kapitalisasi pasar. Teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi sederhana. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel independen asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel dependen manajemen laba. Rahmawati, dkk. (2006) menemukan juga bahwa berdasarkan hasil regresi antara variabel dependen manajemen laba dengan masing-masing variabel kontrol didapatkan hasil bahwa variabel ukuran perusahaan tidak mampu menjadi variabel kontrol karena R2 ukuran perusahaan lebih besar daripada R2 asimetri informasi yaitu sebesar 0.183306 < 0.267580. Halim, dkk. (2005) menemukan bahwa perusahaan manufaktur yang termasuk Indeks LQ-45 terlihat melakukan tindakan manajemen laba. Asimetri informasi, kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada manajemen laba. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Richardson (1998) meneliti hubungan asimetri informasi dan manajemen laba pada semua perusahaan yang terdaftar di NYSE periode akhir Juni selama 1988-1992. Hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sistimatis antara asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih
33
berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba. Cristie & Zimmerman (1994) membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan takeover cenderung memilih metode depresiasi dan metode pencatatan persediaan, yang dapat meningkatkan laba akuntansi. Berdasarkan penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa terdapat sikap opportunistic manajemen dalam kasus ambil alih perusahaan, sekalipun alasan utama pemilihan metode akuntansi didasarkan pada pertimbangan efisiensi atau pertimbangan memaksimalkan nilai perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada variabel independen dan tahun penelitiannya. Penelitian sebelumnya menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol sedangkan dalam penelitian ini ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel independen. Penelitian sebelumnya menggunakan lima tahun penelitian yaitu dari tahun 2000-2004, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan delapan tahun penelitian yaitu dari tahun 2001-2008. Perpanjangan perioda penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih valid.
34
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi
antara manajer sebagai agen dan pemilik (pemegang saham) sebagai prinsipal. Pada
satu
sisi,
pemilik
menginginkan
manajer
bekerja
keras
untuk
memaksimalkan utilitas pemilik. Namun disisi lain, manajer juga cendrung berusaha keras memaksimumkan utilitasnya sendiri. Suatu ancaman bagi pemegang saham jika manajer bertindak untuk kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan pemegang saham. Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku
oportunistik
dari
agent,
yaitu
perilaku
manajemen
untuk
memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metoda akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metoda akuntansi yang dapat memberikan informasi laba lebih baik. Adanya asimetri informasi memungkinkan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba.
35
Bukti empiris yang menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba, di antaranya dinyatakan oleh Rahmawati, dkk. (2006). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel independen asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel dependen manajemen laba. Cristie & Zimmerman (1994) membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan takeover cenderung memilih metode depresiasi dan metoda pencatatan persediaan, yang dapat meningkatkan laba akuntansi. Penelitian Halim, dkk. (2005) menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang termasuk Indeks LQ-45 terlihat melakukan tindakan manajemen laba. Asimetri informasi, kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada manajemen laba. Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum. Terdapat dua pandangan tentang bentuk hubungan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Pandangan pertama menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan manajemen laba, karena perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks dibandingkan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan
36
untuk melakukan manajemen laba. Pandangan kedua menyatakan ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Bukti empiris yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba, di antaranya telah ditunjukkan oleh Nuryaman (2008). Penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka manajemen laba semakin menurun. Moses (1997) dalam Nuryaman (2008) mengemukakan
bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki
dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba (salah satu bentuk manajemen laba) dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena memiliki biaya politik lebih besar. Marrakchi (2001) dalam Nuryaman (2008) di Amerika Serikat dengan menggunakan data sampel perusahaan industri tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Veronica dan Siddharta (2005) dalam Nuryaman (2008) meneliti di BEJ (BEI) pada periode pengamatan 1995-1996 dan 1999-2002, menemukan ukuran perusahaan berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan rerangka berpikir pada Gambar 3.1. Atas dasar studi teoritis (teori utama) mengenai teori keagenan dan beberapa studi empiris sebelumnya, maka dapat dirumuskan dua hipotesis dalam penelitian ini. Hipotesis penelitian akan diuji dengan teknik analisis statistik inferensial untuk memperoleh hasil pengujian dan kemudian harus disimpulkan berdasarkan teori utama dan teori pendukung (studi empiris sebelumnya).
37
Studi Teoritis: Teori Keagenan
Studi-studi Empiris:
1. Rahmawati, dkk. (2006) 2. Cristie & Zimmerman (1994) 3. Halim, dkk. (2005) 4. Nuryaman (2008) 5. Moses (1997) 6. Marrakchi (2001) 7. Veronica dan Siddharta (2005)
H1 :
Asimetri informasi berpengaruh positif pada praktik manajemen laba.
H2 :
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba.
Uji Statistik
Hasil Pengujian
Simpulan
Sumber: Data Diolah Gambar 3.1 Rerangka Berpikir Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Pada Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
38
3.2
Konsep Penelitian Teori keagenan (agency theory) memiliki asumsi bahwa masing-masing
individu sematamata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai
pihak
principal
mengadakan
kontrak
untuk
memaksimumkan
kesejahteraan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manajer sebagai agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku oportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metoda akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk tujuan mendapatkan bonus dari principal. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Adanya asimetri informasi memungkinkan manajemen untuk melakukan manajemen laba. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. perusahaan yang melakukan takeover cenderung memilih metode depresiasi dan metode pencatatan persediaan, yang dapat meningkatkan laba akuntansi (Cristie & Zimmerman, 1994). Asimetri informasi, kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada manajemen laba (Halim, dkk. (2005).
39
Ukuran perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi manajemen laba selain asimetri informasi. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: log total aktiva (Marihot dan Doddy, 2007), log total penjualan (Nuryaman, 2008), kapitalisasi pasar (Halim, dkk. 2005). Nuryaman (2008) membuktikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka manajemen laba semakin menurun. Perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba (salah satu bentuk manajemen laba) dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena memiliki biaya politik lebih besar (Moses, 1997). Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan konsep penelitian pada Gambar 3.2 sebagai berikut:
Asimetri Informasi A Manajemen Laba
Ukuran Perusahaan
Sumber: Data Diolah Gambar 3.2 Konsep Penelitian Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Pada Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
40
3.3
Hipotesis Penelitian Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen
laba. Richardson (1998) berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Fleksibelitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa asimetri informasi dapat mempengaruhi
manajemen
laba.
Teori
keagenan
(Agency
Theory)
mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Jika dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Cristie & Zimmerman (1994) membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan takeover cenderung memilih metoda depresiasi dan metode pencatatan persediaan, yang dapat meningkatkan laba akuntansi. Berdasarkan penelitian
41
tersebut juga disimpulkan bahwa terdapat sikap opportunistic manajemen dalam kasus ambil alih perusahaan, sekalipun alasan utama pemilihan metode akuntansi didasarkan pada pertimbangan efisiensi atau pertimbangan memaksimalkan nilai perusahaan. H1 : Asimetri informasi berpengaruh positif pada praktik manajemen laba. Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum. Terdapat dua pandangan tentang bentuk hubungan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Pandangan pertama menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan manajemen laba, karena perusahaan besar
memiliki aktivitas operasional
yang lebih
kompleks
dibandingkan perusahaan kecil, sehingga lebih memungkinkan untuk melakukan manajemen laba. Moses (1997) mengemukakan bahwa perusahaan - perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba (salah satu bentuk manajemen laba) dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena memiliki biaya politik lebih besar. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.
42
Pandangan kedua menyatakan ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Marrakchi (2001) di Amerika Serikat dengan menggunakan data sampel perusahaan industri tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil, karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih besar, sehingga mendapat tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang kredibel. Veronica dan Siddharta (2005) meneliti di BEJ (BEI) pada periode pengamatan 1995-1996 dan 1999-2002, menemukan ukuran perusahaan berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba. Namun, Halim, dkk. (2005) dengan data LQ 45 di BEJ (BEI) menemukan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Penelitian Halim memiliki kelemahan pada jumlah sampel, yang hanya menggunakan 27 emiten sektor manufaktur. H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba.
43
BAB IV METODA PENELITIAN
4.1.
Rancangan Penelitian Dimensi waktu penelitian ini melibatkan banyak waktu tertentu (time
series) dengan banyak perusahaan (cross section), sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan cara pooled data. Metoda pengumpulan data yang digunakan yaitu pengumpulan data arsip (archival). Jenis perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2001-2008. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: asimetri informasi (dengan proksi bid-ask spread), ukuran perusahaan (dengan proksi dari total aktiva), manajemen laba (dengan proksi discretionary accruals). 4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni perusahaan
perbankan pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2008. Perioda pengamatan dalam penelitian ini adalah selama delapan tahun, yakni dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008. Pemilihan tahun 2001 karena diperkirakan pada tahun tersebut sudah tidak ada dampak dari krisis moneter perbankan yang terjadi pada tahun 1998.
44
4.3.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pengujian mengenai pengaruh
asimetri informasi dan ukuran perusahaan pada manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2001 sampai tahun 2008. 4.4.
Metoda Penentuan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan perbankan publik yang ada
di Indonesia pada tahun 2001 sampai tahun 2008. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metoda purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut: 1) Data laporan keuangan (kecuali laporan perubahan modal) perusahaan tersedia berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 1996 sampai dengan 2008. Laporan keuangan harus tersedia berturut-turut adalah untuk menghitung manajemen laba. 2) Perusahaan sampel tersebut mempublikasikan laporan keuangan auditan dengan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember. 3) Data harga saham tersedia selama perioda estimasi dan pengamatan. 4.5.
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari asimetri informasi, ukuran
perusahaan dan manajemen laba. Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Asimetri informasi dalam penelitian ini
45
diproksikan dengan relative bid-ask spread, yang dapat dinyatakan sebagai berikut (Rahmawati, dkk. 2006): SPREAD = (ask – bid )/{(ask + bid )/2} x 100%............................................(1) i,t
i,t
i,t
i,t
Model untuk menyesuaikan spread adalah: SPREAD
i,t
= α + α PRICE 0
1
i,t
+ α VAR 2
i,t
+ α TRANS 3
i,t
+ α DEPTH 4
i,t
+
ADJSPREAD .....................................................................................................(2) i,t
Keterangan : α0 Ask
= konstanta = harga ask (tawar) tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t
Bid
= harga bid (minta) terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t
i,t
i,t
PRICE = harga penutupan saham perusahaan i pada hari t i,t
TRANS = jumlah transaksi suatu saham perusahaan i pada hari t i,t
VAR
i,t
= varian return harian selama periode penelitian pada saham perusahaan i
dan hari ke t. Return harian merupakan persentase perubahan harga saham pada hari ke t dengan harga saham pada hari sebelumnya (t – 1)2 DEPTH = rata-rata jumlah saham perusahaan i dalam semua quotes (jumlah i,t
yang tersedia pada ask ditambah jumlah yang tersedia pada saat bid dibagi dua) selama setiap hari t ADJSPREAD = residual error yang digunakan sebagai ukuran SPREAD yang i,t
telah disesuaikan untuk perusahaan i pada hari ke t Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: log total aktiva (Marihot dan Doddy, 2007), log total penjualan (Nuryaman, 2008), kapitalisasi pasar (Halim, dkk. 2005). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan proksi total aktiva akhir tahun. Manajemen laba yang diproksikan ke dalam discretionary accruals dan dihitung dengan menggunakan The Modified Jones Model. The Modified Jones
46
Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan modelmodel lainnya sejalan dengan hasil penelitian Dechow et al. (1995). Langkahlangkah dalam menghitung discretionary accruals adalah sebagai berikut: TAi.t = Ni.t – CFOi.t................................................................................................(3) Nilai total accruals (TAi.t) diestimasi dengan persamaan regresi berganda sebagai berikut: TAi.t/Ai.t-1 = β1(1/Ai.t-1) + β2((∆Revt/Ai.t-1) – (∆Rect/Ai.t-1)) + β3(PPEt/Ai.t-1)+e.(4) Dengan menggunakan koefisien regresi pada rumus (4) nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus: NDAi.t = β1(1/Ai.t-1) + β2((∆Revt/Ai.t-1) – (∆Rect/Ai.t-1)) + β3(PPEt/Ai.t-1)...........(5) Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut: DAi.t = (TAi.t/Ai.t-1) – NDAi.t..................................................................................(6) Keterangan: DAi.t NDAi.t TAi.t Ni.t CFOi.t Ai.t-1 ∆Revt PPEt ∆Rect β e
= Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t = Total akruals perusahaan i pada periode ke t = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1 = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t = Aktiva tetap perusahaan i pada periode ke t = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t = Koefisien regresi = Error
47
4.6.
Prosedur Penelitian
4.6.1. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan daftar harga saham harian perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2001-2008. 2) Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema atau gambar. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2001-2008. 4.6.2. Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah disediakan oleh pihak ketiga dan tidak berasal dari sumber langsung. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui situs: http//www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan Pusat Data Bisnis dan Ekonomi (PDBE). 4.6.3. Metoda pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sehingga metoda pengumpulan data yang digunakan adalah metoda pengumpulan data arsip (archival), yaitu metoda pengumpulan data di basis data. Data tersebut berupa laporan keuangan dan daftar harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001-2008.
48
4.6.4. Analisis data Pengujian hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) menggunakan persamaan regresi berganda: DA = α + β ADJSPREAD + β TA + e.................................................................(7) 1
i
2
i
Keterangan: α DA ADJSPREAD TA e
= Konstanta = Discretionary accruals = Asimetri informasi = Ukuran perusahaan = Error
Sebelum dilakukan analisis data akan dilakukan pengujian asumsi klasik. Dalam studi ini digunakan model regresi linier berganda. Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heterokesdastisitas. Hal ini bertujuan agar dalam model regresi memenuhi syarat BLUE (best linier unbiased estimator). Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu sebagai berikut: 1) Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji model regresi variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2001). Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika probabilitas lebih besar daripada alpha (α=0,05) maka asumsi normalitas terpenuhi.
49
2) Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas ini diperlukan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya korelasi diantara variabel bebas atau tidak terjadinya multikolonearitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas adalah dengan melihat VIF bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas 0.10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya. 3) Uji autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (terjadi pada data time series) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (pada data cross sectional). Asumsi ini mengandung makna bahwa nilai faktor gangguan yang berurutan tidak tergantung secara temporer, artinya gangguan yang terjadi pada satu titik pengamatan tidak berhubungan dengan faktor-faktor gangguan lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (non-autokorelasi). Salah satu pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan uji DurbinWatson, apabila Du < Dhit < (4 – Du) maka tidak terjadi autokorelasi. 4) Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau bebas dari heteroskedastisitas. Uji
50
heteroskedastisitas dalam penelitian menggunakan uji Glejser. Metoda ini dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual (Abs) terhadap variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan pada absolut residual, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Pengujian hipotesis dilakukan dengan Uji t (uji regresi secara parsial). Uji t digunakan untuk menguji kedua hipotesis bahwa variabel bebas yang terdiri dari asimetri informasi dan ukuran perusahaan secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode tahun 2001-2008. Variabel independen dinyatakan berpengaruh pada variabel dependen secara statistik signifikan apabila thitung lebih besar daripada ttabel atau pvalue lebih kecil dari 0,05.
51
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1.
Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI antara tahun 2001 hingga tahun 2008. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI perioda 2001-2008 dengan menggunakan tahun dasar 2001 berjumlah 23 perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan perioda tahun 1996-2008 sebanyak 9 perusahaan. Sebanyak 7 perusahaan yang tidak memiliki daftar harga saham lengkap, sehingga hanya 7 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan 56 pengamatan. Tabel 5.1 merupakan tabel hasil pengambilan sampel berdasarkan metoda purposive sampling. Daftar perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut dapat disajikan pada Lampiran 1. Tabel 5.1 Pengambilan Sampel Penelitian Kriteria Pengambilan Sampel:
Jumlah
Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2001-2008
23
dengan tahun dasar 2001 Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan perioda 1996-2008 Perusahaan yang tidak memiliki daftar harga saham lengkap
(9) (7)
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel
7
Jumlah pengamatan (7x8 perioda amatan)
56
Sumber: data diolah
52
5.2.
Statistik Deskriptif Tabel 5.2 menunjukkan nilai terendah (minimum), nilai tertinggi
(maximum), rata-rata (mean), dan deviasi standar (standart deviation) dari masing-masing variabel. Statistik deskriptif variabel DA (manajemen laba) menunjukkan nilai minimum -0,50 dan nilai maksimum 0,41 dengan rata-rata -0,0221 dan standar deviasi 0,15254 yang berarti terjadi perbedaan nilai DA yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya yaitu sebesar 0,15254. Variabel ADJSPREAD (asimetri informasi) nilai minimumnya -6,14 dan maksimum 15,82 dengan ratrata -0,0005 dan standar deviasi 4,83832 yang berarti terjadi perbedaan nilai ADJSREAD yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya yaitu sebesar 4,83832. Variabel LnTA (ukuran perusahaan) nilai minimum 26,85 dan maksimum 32,94 dengan rat-rata 30,9794 dan deviasi standar 1,23970 yang berarti terjadi perbedaan nilai LnTA yang diteliti terhadap nilai rata-ratanya yaitu sebesar 1,23970. Nilai rata-rata DA untuk perusahaan perbankan adalah negatif, hal tersebut menandakan bahwa pada perioda tahun 2001-2008 perusahaan perbankan di Indonesia melakukan praktik manajemen laba dengan pola meminimalkan labanya. Tabel 5.2 Statistik Deskriptif DACC ADJSPREAD LnTA
N 56 56 56
Sumber: data diolah
Minimum -0,50 -6,14 26,85
Maksimum 0,41 15,82 32,94
Rata-rata Deviasi Standar -0,0221 0,15254 -0,0005 4,83832 30,9794 1,23970
53
5.3.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
5.3.1. Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji model regresi variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2001). Hasil uji normalitas data awal menunjukkan semua variabel mempunyai nilai probabilitas signifikansi di atas nilai α=0,05 kecuali variabel total aktiva dengan nilai probabilitas signifikansi dibawah nilai α=0,05. Apabila nilai probabilitas signifikansi dibawah nilai α=0,05, hal ini menunjukkan data tersebut tidak berdistribusi normal. Untuk variabel yang tidak berdistribusi normal ditransformasi dengan menggunakan logaritma natural (ln). Setelah dilakukan transformasi data terhadap variabel total aktiva didapat hasil semua variabel berdistribusi normal karena nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari nilai α=0,05.
Pengujian
normalitas
menggunakan
uji
Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan tingkat signifikansi 0,281. Angka ini lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal (Lampiran 3). 5.3.2. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas ini diperlukan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya korelasi diantara variabel bebas atau tidak terjadinya multikolonearitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas adalah dengan melihat VIF bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas 0.10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu
54
pula sebaliknya. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada lampiran 3, nilai tolerance variabel bebas tidak kurang dari 10% atau 0,1 dan nilai Variance inflation factor (VIF) semuanya kurang dari 10 yang berarti tidak ada multikolearitas antar variabel independen. 5.3.3. Uji autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (terjadi pada data time series) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (pada data cross sectional). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (nonautokorelasi). Pengujian gejala autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson, apabila DU < Dw < (4 – Du) maka tidak terjadi autokorelasi. Berdasarkan hasil pengujian, nilai Durbin-Watson yang diperoleh adalah sebesar 1,964. Nilai tersebut terletak diantara dU (1,64) dan 4-d U = 2,36. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi dalam penelitian ini (Lampiran 3). 5.3.4. Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Hasil pengujian menunjukkan seluruh variabel bebas tidak berpengaruh pada nilai absolut residual. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi masing-masing
55
variabel dalam persamaan regresi diatas 0,05, hal ini berarti data bebas dari heteroskedastisitas (Lampiran 3). 5.4.
Pengujian Hipotesis Dalam pengujian terhadap normalitas data di depan telah dijelaskan bahwa
untuk mengatasi distribusi variabel residual yang tidak normal (total aktiva) maka dilakukan transformasi terhadap data ke dalam bentuk logaritma natural (ln) (Ghozali, 2005), sehingga setelah mengalami perubahan tersebut maka model penelitian berubah menjadi: DACC = α + β ADJSPREAD + β LnTAi + e..................................................(8) 1 i 2 Perhitungan manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan data lima tahun sebelum perioda penelitian, sehingga data yang diperlukan untuk menghitung manajemen laba yaitu dari tahun 1996. Penggunaan data lima tahun sebelum perioda penelitian karena dapat menghasilkan perhitungan manajemen laba yang lebih baik. Hasil pengujian hipotesis pertama dan kedua dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah ini: Tabel 5.3 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Koefisien Regresi Konstanta 0,320 ADJSPREAD 0,013 LnTA -0,010 Adjusted R2 = 0,262 Sumber: Lampiran 4
Std. Error 0,123 0,004 0,004
t-hitung 2,597 3,259 -2,662
Signifikansi 0,012 0,002 0,010
56
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif pada praktik manajemen laba dengan nilai thitung sebesar 3,259 dengan tingkat signifikansi 0,002 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti hipotesis pertama diterima atau didukung. Koefisien yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kondisi asimetri informasi semakin tinggi peluang yang dimiliki manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Variabel independen ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba. Ukuran perusahaan memiliki thitung sebesar -2,662 dengan tingkat signifikansi 0,010. Ini berarti hipotesis kedua yang diajukan dapat didukung. Hasil penelitian ini mendukung pandangan yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba, karena perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil, karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih besar, sehingga mendapat tekanan yang lebih kuat. Nilai adjusted R2 adalah 0,262. Ini berarti variabel bebas yaitu asimetri informasi dan ukuran perusahaan
mampu menjelaskan variabel terikat
manajemen laba sebesar 26,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 73,8 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Berdasarkan hasil analisis di atas didapat model persamaan regresi: DA = 0,320 + 0,013 ADJSPREAD - 0,010 LnTA Koefisien asimetri informasi (ADJSPREAD) sebesar 0,013 berarti bahwa apabila manajemen laba naik dengan anggapan bahwa variabel yang lain konstan,
57
maka asimetri informasi akan naik 0,013. Sedangkan koefisien regresi ukuran perusahaan tetap sebesar -0,010 berarti bahwa apabila manajemen laba naik dengan anggapan bahwa variabel yang lainnya tetap, maka ukuran perusahaan akan turun 0,010.
58
BAB VI PEMBAHASAN
6.1.
Pengaruh Asimetri Informasi pada Praktik Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa asimetri informasi
berpengaruh positif pada praktik manajemen laba dengan nilai thitung sebesar 3,259 dengan tingkat signifikansi 0,002. Hasil pengujian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk. (2006), Halim, dkk. (2005) dan Richardson (1998) yang menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh pada praktik manajemen laba. Rahmawati, dkk. (2006) menguji pengaruh asimetri informasi pada praktik manajemen laba. Rahmawati, dkk. (2006) menggunakan 120 observasi dengan lima tahun penelitian yaitu dari tahun 2000-2004 dan dilakukan di perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Asimetri informasi diukur dengan menggunakan relative bid-ask spread dan manajemen laba diukur dengan menggunakan Modified Jones Model. Teknik analisis data yang digunakan yaitu regresi sederhana. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel independen asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel dependen manajemen laba. Halim, dkk. (2005) menguji pengaruh asimetri informasi pada manajemen laba. Halim, dkk. (2005) menggunakan 34 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan termasuk Indeks LQ-45 tahun 2001 berturut-turut selama 2 periode (periode Februari 2001 dan Agustus 2001) dan tahun 2002
59
berturut-turut selama 2 periode (periode Februari 2002 dan Agustus 2002). Asimetri informasi dukur dengan menggunakan bid-ask spread. Manajemen laba diukur dengan menggunakan Modified Jones Model. Hasil pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh pada manajemen laba. Richardson (1998) meneliti hubungan asimetri informasi dan manajemen laba pada semua perusahaan yang terdaftar di NYSE periode akhir Juni selama 19881992. Hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sistimatis antara asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Relative bid-ask spread digunakan untuk mengukur asimetri informasi dan manajemen laba diukur dengan menggunakan Modified Jones Model dalam penelitian ini. Statistik deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata akrual diskresioner untuk perusahaan perbankan adalah sebesar -0,0221 dan angka ini nilainya negatif. Hal tersebut menandakan bahwa pada perioda tahun 2001-2008 perusahaan perbankan di Indonesia melakukan praktik manajemen laba dengan pola meminimalkan labanya. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif pada praktik manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi asimetri informasi semakin tinggi peluang yang dimiliki manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih mengetahui informasi perusahaan dibandingkan pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
60
laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi (manajemen laba). 6.2.
Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Praktik Manajemen Laba Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba. Hal ini karena ukuran perusahaan memiliki thitung sebesar -2,662 dengan tingkat signifikansi 0,010. Hasil pengujian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Moses (1997), Marrakchi (2001), Veronica dan Siddharta (2005), Halim, dkk. (2005) dan Rahmawati, dkk. (2006). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh pada praktik manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Marihot dan Doddy (2007), Jin dan Machfoeds (1998), Salno dan Baridwan (2000), Jatiningrum (2000), serta Nasser dan Herlina (2003, yang menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada praktik manajemen laba. Marrakchi (2001) di Amerika Serikat dengan menggunakan data sampel perusahaan industri tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaanperusahaan kecil, karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Veronica dan Siddharta (2005) meneliti di BEJ (BEI) pada
61
periode pengamatan 1995-1996 dan 1999-2002, menemukan ukuran perusahaan berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba. Halim, dkk. (2005) menguji pengaruh ukuran perusahaan pada manajemen laba. Penelitian ini menggunakan 34 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan termasuk Indeks LQ-45 tahun 2001 berturut-turut selama 2 periode (periode Februari 2001 dan Agustus 2001) dan tahun 2002 berturutturut selama 2 periode (periode Februari 2002 dan Agustus 2002). Ukuran perusahaan diukur dengan market capitalization yaitu jumlah lembar saham beredar akhir tahun dikalikan dengan harga saham penutupan akhir tahun kemudian hasilnya di-log agar nilai tidak terlalu besar untuk masuk ke model persamaan. Manajemen laba diukur dengan menggunakan Modified Jones Model. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan pada praktik manajemen laba, Koefisien yang positif menunjukkan semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula kesempatan manajer untuk melakukan manajemen laba dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks selain itu perusahaan besar juga lebih dituntut untuk memenuhi ekspektasi investor yang lebih tinggi. Moses (1987) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaanperusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum/general public). Hasil lainnya ditemukan oleh Albretch dan Richardson (1990), bahwa perusahaan-perusahaan
62
yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh para investor. Hasil pengujian dalam penelitian ini mendukung pandangan yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba, karena perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar (Marrakchi, 2001).
63
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Simpulan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis,
dan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Asimetri informasi berpengaruh positif pada praktik manajemen laba. Hasil pengujian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk. (2006), Halim, dkk. (2005) dan Richardson (1998) yang menunjukkan bahwa asimetri informasi berpengaruh pada praktik manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi asimetri informasi semakin tinggi peluang yang dimiliki manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. 2) Ukuran perusahaan terbukti berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba. Terdapat dua pandangan tentang bentuk hubungan ukuran perusahaan pada praktik manajemen laba yaitu pandangan pertama yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dengan praktik manajemen laba seperti yang dilakukan oleh Halim, dkk. (2005) dan Moses (1997). Pandangan kedua yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba seperti yang dilakukan oleh Marrakchi (2001) serta Veronica dan Siddharta (2005). Jadi, hasil pengujian dalam penelitian ini mendukung pandangan yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen
64
laba, karena perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. 7.2.
Keterbatasan dan Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dan saran untuk penelitian
selanjutnya yaitu: 1) Dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan perbankan sebagai sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada jenis perusahaan lain seperti manufaktur, transportasi atau telekomunikasi. 2) Penelitian ini hanya menguji pengaruh asimetri informasi dan ukuran perusahaan pada praktik manajemen laba karena peneliti ingin menguji kembali hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk. (2006) bahwa ukuran
perusahaan
tidak
mampu
menjadi
variabel
kontrol
tetapi
menjadikannya sebagai variabel independen. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain seperti corporate governance. 3) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi selain total aktiva untuk mengukur ukuran perusahaan seperti total penjualan untuk mengetahui perbedaan hasil yang diperoleh dengan menggunakan proksi yang berbeda.
65
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Komarudin., Subekti, Imam., dan Atmini, Sari. 2007. Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Albercht, W.D. dan F.M. Richardson.1990 “Income Smoothing by Economic Sector”. Journal of Business Finance dan Accounting, 713-730. Arief Ujiyantho. . Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan.http//www.google.co.id Christie, Andrew A. dan Jerold L. Zimmerman. 1994. Efficient and Opportunistic Choices of Accounting Procedures : Corporate Control Contests. The Accounting Review, Vol. 69, No. 4, October, 539 – 556. Ciancanelli, Penny and Jose Antonio Reyes Gonzales. 2000. Corporate Governance in Banking A Conceptual Framework. Social Science Research Network. Cohen, K, Steven Maier, Robert A. Schwartz, David Whitcomb. 1981. Transaction Costs, Order Placement Strategy and Existence of The Bid Ask Spread. Journal of Political Economy 89, 287 – 305. Dechow, P.M., Sloan, R.G., dan Sweeney, A.P 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review, 70: 193-225. Friedlan, John M. 1994. Accounting Choices of Issuers of Initial Publik Offerings. Contemporary Accounting Research, 11:1-31. Halim, J, Meiden, C dan Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ – 45. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Hartono, J. 2007. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta: BPFE UGM. . 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE UGM.
66
Healy, P. M. and K. Palepu. 2001. Information Asymmetry, Corporate Disclosure, and The Capital Markets : A Review of The Empirical Disclosure Literature. Journal of Accounting and Economics 31. ________. 1985. The Effect of Bonus Schemes On Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics 7:85-107. _______ and Wahlen, James M. 1998. A Review of Earnings Management Literature and its Implications For Standard Setting. Accounting Horizons: 365-383. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Jatiningrum. 2000. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perataan Penghasilan Bersih/Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol. 2 (2), hal. 145-155. Jensen, Michael C. Dan William Mecking. 1976. Theory of the Firm, Managerial Behavior, Agency, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3 (4):305-360. Jin,
Liauw She dan Mas’ud Machfoedz.1998. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 1 (2). Hal 174-191.
Komalasari, Puput Putri dan Zaki Baridwan. 2001. Asimetri dan Cost of Equity Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4 (1):64-81. Mardiyah, Aida Ainul. 2002. Pengaruh Asimetri Informasi dan Disclosure Terhadap Cost of Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 5 (2): 229225. ________. 2001. Pengaruh Asimetri Informasi dan Disclosure Terhadap Cost of Capital. Simposium Nasional Akuntansi V (2): 787-819. Marrakchi S.,Chtourou. Corporate Governance and Earning Management . 2001. http://paper.ssrn.com. Moses, Douglas O, 1997, Income Smooting and Incentives: Empirical Using Accounting Changes, The Accounting Review, Vol.LXII,No.2, April,pp. 259-377).
67
Myers., Linda A and Douglas J. Skinner. 1999. Earnings Momentum and Earnings Management. http//www.google.co.id. Nasser, E.M. & Herlina. 2003. “Pengaruh Size, Profitabilitas dan Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan go Publik” Jurnal Ekonomi, vol. 7(3), hal. 291-305. Nasution, Marihot., dan Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi XI. Rahmawati., Suparno, Yacob., dan Qomariyah, Nurul. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX. Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management : Some Evidence. http /www.ssrn.com. Salno, H. M. & Z. Baridwan. 2000. “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3(1), Hal. 17-34. Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Canda: Practice Hall. Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, No. 4, 424-441. Sunariah. 2003. Pengetahuan Pengantar Pasar Modal. Edisi Ketiga. Yogyakarta: ANDI. Sweeney, A.P. (1994). Debt Covenant Violation and Managers Accounting Responses. Journal of Accounting and Economics, May:281-308. Triton, P.B. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: ANDI.
68
Veronica, Sylvia dan Bachtiar, Yanivi S. 2004. Good Corporate Governance, Information Asymmetry, and Earnings Management. Simposium Nasional Akuntansi VII: 60-72. dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi VII.
Watts, R.L and Zimmerman, J.L.1986. Positive Accounting Theory. New York: Pratice Hall. Wild, J.J, K.R. Subramanyam, and R.F Halsey. 2003. Financial Statement Analysis. Eight Edition. Singapore: McGraw-Hill. Xiong. Y. 2006. Earings Management and it’s Measurement: A Theoritical Perspective. Journal of American Academy of Business:214-219.
69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Pribadi Nama
: Ni Ketut Muliati
Tempat Tgl Lahir
: Benoa, 05 Desember 1985
NIM
: 0891662003
Status
: Kawin
Alamat
: Jl. Celagi Nunggul, Br. Sawangan, Nusa dua.
Telp
: 081337121313
Email
:
[email protected]
B. Pendidikan SD
: SDN 3 Benoa, tamat 1998
SMP
: SMPN 4 Kuta Selatan, tamat 2001
SMA
: SMA Dwijendra, tamat 2004
Perguruan Tinggi
: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Undiknas, tamat 2008
70
Lampiran 1 Tabel 1 Daftar Perusahaan Sampel NO
NAMA PERUSAHAAN
KODE
1
PT. Bank Pan Indonesia Tbk
PNBN
2
PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk
BBNI
3
PT. Bank Niaga Tbk
BNGA
4
PT. Bank Internasional Indonesia Tbk
BNII
5
PT. Bank Permata Tbk
BNLI
6
PT. Bank NISP Tbk
NISP
7
PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk
INPC
Lampiran 2 Data Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Kode Perusahaan PNBN BBNI BNGA BNII BNLI NISP INPC PNBN BBNI BNGA BNII BNLI NISP INPC PNBN BBNI BNGA BNII BNLI NISP INPC PNBN BBNI BNGA BNII BNLI NISP INPC PNBN BBNI BNGA BNII BNLI NISP INPC
Tahun 2001 2001 2001 2001 2001 2001 2001 2002 2002 2002 2002 2002 2002 2002 2003 2003 2003 2003 2003 2003 2003 2004 2004 2004 2004 2004 2004 2004 2005 2005 2005 2005 2005 2005 2005
DA ADJSPREAD TA (Rp) -0,101020706 -5,56726 23589175000000 0,008824379 4,50818 120053150000000 -0,50304748 2,47571 22982322000000 -0,132257291 13,62261 30754397000000 -0,436432153 7,13151 13001599679781 -0,158706873 7,16494 7137365533193 -0,377245349 -6,00129 719622493940 -0,03065285 2,39007 15940612000000 0,035234901 3,64801 125623157000000 0,090872814 8,8107 22837562000000 0,018511072 -6,17395 36342939000000 0,406947001 15,61585 28027532000000 0,01419548 8,63182 10811350396000 -0,381321477 -6,31956 528859713101 0,049850476 -0,04292 18856978000000 0,026894778 4,44772 131623157000000 0,014603999 -1,62849 23749329000000 -0,048181253 -3,33877 34728751000000 0,060826375 8,53528 29034831000000 0,030911279 -0,6157 15434574284000 -0,159435485 -1,63141 457106693757 0,047846215 -4,71255 23937439000000 0,050266359 2,07076 136486870000000 0,138114102 -3,33216 30798312000000 0,173404201 -4,86346 36077143000000 0,005363554 -0,23704 31756642000000 0,017361196 -0,029 17877066000000 -0,396559648 -2,67964 8841642321935 -0,047633412 -2,23339 36919444000000 0,014040812 0,96287 147812206000000 -0,004569725 -3,57533 41579861000000 -0,023154199 -3,477 49026180000000 0,13177641 -1,87386 34782459000000 -0,021248869 -3,30236 20041565000000 0,057307211 -6,15037 10849427614537 71
72
PNBN 2006 36 BBNI 2006 37 BNGA 2006 38 BNII 2006 39 BNLI 2006 40 NISP 2006 41 2006 42 INPC PNBN 2007 43 BBNI 2007 44 BNGA 2007 45 BNII 2007 46 BNLI 2007 47 NISP 2007 48 2007 49 INPC PNBN 2008 50 BBNI 2008 51 BNGA 2008 52 BNII 2008 53 BNLI 2008 54 NISP 2008 55 2008 56 INPC Sumber: data diolah, 2010
0,093767303 -0,041923443 -0,01226294 0,018250588 -0,025615671 0,021056795 0,00488441 0,057864322 -0,061549084 0,016585938 0,083262945 0,013204349 0,053487244 0,020805147 0,030358339 0,05723669 0,074708904 0,020930908 -0,087482746 -0,151124976 0,008933209
-0,43531 2,22855 0,7961 -3,77303 -0,35864 -2,42992 -6,22528 0,70429 1,19222 -0,58801 -3,75441 -2,84911 -3,30548 -1,98223 -0,88983 1,89477 10,63927 -2,14983 -4,33519 -4,39578 -2,21369
40514476500000 169415573000000 46544346000000 53102230000000 37841524000000 24205990000000 11046115933070 53470645000000 183341611000000 54885576000000 55148453000000 39298423000000 28969069000000 11282575735688 64391915000000 201741069000000 103197574000000 56855129000000 54059522000000 34245838000000 12845448797066
Lampiran 3 Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b
Unstandardiz ed Residual 56 ,0000000 ,13300184 ,132 ,132 -,127 ,990 ,281
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Pengujian Multikolinearitas a Coefficients
Model 1
(Constant) ADJSPREAD LN_TA
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,320 ,123 ,013 ,004 -,010 ,004
Standardized Coefficients Beta ,384 -,313
t 2,597 3,259 -2,662
Sig. ,012 ,002 ,010
a. Dependent Variable: DA
Pengujian Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R ,537 a
R Square ,288
Adjusted R Square ,262
a. Predictors: (Constant), LN_TA, ADJSPREAD b. Dependent Variable: DA
73
Std. Error of the Estimate ,13108
DurbinWatson 1,964
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,968 ,968
1,033 1,033
74
Pengujian Heteroskedastisitas ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares ,010 ,526 ,536
df 2 53 55
Mean Square ,005 ,010
F ,510
Sig. ,604a
t 1,870 -,207 -1,009
Sig. ,067 ,837 ,317
a. Predictors: (Constant), LN_TA, ADJSPREAD b. Dependent Variable: ABRES Coefficientsa
Model 1
(Constant) ADJSPREAD LN_TA
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,175 ,094 -,001 ,003 -,003 ,003
a. Dependent Variable: ABRES
Standardized Coefficients Beta -,029 -,140
75
Lampiran 4 Hasil Pengujian Hipotesis Model Summaryb Model 1
R ,537 a
R Square ,288
Adjusted R Square ,262
Std. Error of the Estimate ,13108
DurbinWatson 1,964
a. Predictors: (Constant), LN_TA, ADJSPREAD b. Dependent Variable: DA
a Coefficients
Model 1
(Constant) ADJSPREAD LN_TA
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,320 ,123 ,013 ,004 -,010 ,004
a. Dependent Variable: DA
Standardized Coefficients Beta ,384 -,313
t 2,597 3,259 -2,662
Sig. ,012 ,002 ,010