PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA DENGAN KOMPOSISI KOMISARIS INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Skripsi)
Oleh
DESSI ARDILA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016
ABSTRACT INFLUENCE OF MANAGERIAL SKILLS ON EARNINGS MANAGEMENT PRACTICE WITH THE COMPOSITION OF INDEPENDENT COMMISSIONERSAS A MODERATING VARIABLE By Dessi Ardila
The study aims to empirically examinethe effect of managerial skills on earnings management practice by the composition of independent commissioners as a moderating variable. Managerial skills were measured using Data Envelopment Analysis (DEA)to measure the level of efficiency manager, Earning management as the dependent variable is measured by discretionary accrual from the Modified Jones models, the composition of independent commissioners was measured by dividing the total of independent commisioners to total board of commisioners. This study used a sample of manufacturing firms during the years 2012-2014 by using purposive sampling method. The data used was obtained from annual report listed manufacturing companies in BEI. There are 120 companies during the years 2012-2014 that meet the criteria. The methode of analysis used in this study is multiple regression analysis. The study found that managerial skills have positive effect on earning management practice, while the composition of independent commissioners did not have negative effect on the relationship between managerial ability and earnings management practice.
Keywords : Earnings Management, Data Envelopment Analysis (DEA), Manufacturing Firm.
ABSTRAK PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA DENGAN KOMPOSISI KOMISARIS INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Oleh: Dessi Ardila
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba dengan komposisi komisaris independen sebagai variabel pemoderasi. Kecakapan manajerial diukur menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) yang mengukur tingkat efisiensi manajer. Manajemen labasebagai variabel dependen diukur dengan menggunakan discretionary accrual dengan menggunakan model Jones Modifikasian. Komposisi komisaris independen diukur dengan cara membagi jumlah dewan komisaris independen dengan total dewan komisaris. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur selama tahun 2012-2014 denganmenggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI . Terdapat 120 perusahaan selama tahun 2012-2014 yang memenuhi kriteria. Metode analisis yang digunakandalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel kecakapan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba sedangkan variabel komposisi dewan komisaristidak memiliki pengaruh negatif terhadap hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. Kata kunci:Manajemen Laba, Data Envelopment Analysis (DEA), Perusahaan Manufaktur.
PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA DENGAN KOMPOSISI KOMISARIS INDEPENDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
Oleh
Dessi Ardila
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Krui pada 25 Desember 1993 merupakan putri kedua dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Menyancang dan lulus tahun 2005. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri1 Pesisir Tengah yang diselesaikan pada tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah hingga lulus pada tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung pada tahun 2012 melaluijalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan. Selama menjalani perkuliahan penulis aktif di organisasi KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam) serta Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas ZOOM.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada: Orang tuaku tercinta, atas kasih sayang yang tak terbatas, untaian do’a dan cucuran keringat. Kakak dan adik kuter sayang, untuk semangat, dukungan, hangat senyum dan tawa yang selalu diberikan. Seluruh keluarga besar dan saudara-saudaraku, kakek nenek(Alm) yang selalu memberikan doa, nasihat, dan motivasi. Sahabat dan teman-temanku yang selalu menemani dan menjalani proses ini bersama. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
MOTO ““Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepadaTuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (AlInsyirah : 6-8 )
Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit, Jikaengkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintangbintang. (Ir. Soekarno)
When you do things from your soul, you feel a river moving inyou.” (Rumi)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Praktik Manajemen Laba dengan Komposisi Komisaris Independen sebagai Variabel Pemoderasi”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2.
Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
3.
Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku sekretaris Jurusan Akuntansi.
4.
BapakKiagus Andi, S.E., M.Si., Akt, selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, nasihat, dan dukungan selama proses penyelesaian skripsi ini.
5.
Bapak Lego Waspodo, S.E., M.Si Akt.,selaku Pembimbing Pendamping atas kesediannya dalam memberikan waktu, bimbingan, pengetahuan, nasihat, pengalaman serta pembelajaran diri selama proses penyelesaian skripsi ini.
6.
IbuAgrianti Komalasari, S.E., M.Si, Akt selaku Penguji Utama atas saran dan kritik, serta nasihat yang membangun baik bagi penyelesaian skripsi maupun bagi diri penulis.
7.
Ibu Dr. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Akt., selaku Pembimbing Akademik atas segala saran dan nasihat yang diberikan selama masa perkuliahan.
8.
Bapak dan Ibu Dosen serta staf di Jurusan Akuntansi dan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, atas ilmu, dukungan dan pembelajaran yang telah diberikan.
9.
Kedua orang tuaku, bak tercinta Tambat Ali dan bunda tersayang Dahlina. Terima kasih atas limpahan kasih sayang, do’a, dukungan, perlindungan,
nasihat, semangat, dan ajaran hidup yang dengan setia akan selalu membimbing setiap langkah untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita. Tiada kata yang dapat menggambarkan rasa syukur dan rasa terima kasih atas segala hal yang telah diberikan. 10. Terimakasihuntukpapah Afhar dan mamah Yusnapuriuntuk setiap dukungan semangat, do’a dan motivasi yang diberikan kepadakuselamaini. 11. Terimakasih kepada kakak dan adik adik tersayang.Wo Meyda Safitri, S.Pd , Ata Seprina, Riski Nanda Saputra dan Necha Fivtya yang selalu memberikan semangat, canda tawa serta kegembiraan selama ini, semogakitabisasuksesdanmembanggakankedua orang tua. 12. Terimakasih Algian Winarso, S.E.I sudah menjadi partner terbaik yg selalu sabar menjadi pelampiasan kekesalan skripsi (wkwkwk), motivasi, semangat dan merangkap partner bisnis founder siger beauty. Thanks for everything dear 13. Terimakasihuntuksahabatku,wanita-wanitaluar biasa Hidayana partner in crime, Eva Hardianti,IntanPermatasarimiss selfi, Nur Pitriani ukhti seperjuangan skripsi. Dan Donnysahabat satu bimbingan, wara wiri cari pengalaman audit. Terimakasih untuk kalian telah menemani keluh kesah, tempat curhat, perhatian yang tiada henti, selalu peduli, support dan atas semua canda tawa selama ini. Semoga tali silaturahmi kita selalu terjaga. Sayang kalian gengs 14. Teman-teman seangkatan Akuntansi 2012. Terutama untuk Mafiana, Sakinah, Heni, Mia, Sri, Wayan,Widya Maulin,Yunita, Esti, Ersyah, Shalihatunnisa, Nurul, Yuni Pratiwi, Wulan Ayu, Puspita, Lehan,Robert, Dwi, Ori, Abin, atas semua bantuan dan dukungan kepada penulis. Terima kasih untuk sudah bersama-sama berjuang di bangku perkuliahan. Segala jerih payah kita akan terbayar di masa mendatang. 15. Teman-temankostn srikandi wo sel, ngah dica, mbak ima, mb sayu, marlia, mia, desi damayanti dan devi terimakasihtelahmenemaniselama ini, jauh dimata dekat dihati ya semuaaa (emooot peluk)
16. Kance-kance SMA terkeceh Laila Roza, S.Pd, Leni Olandari, S.IP, Fera Agustina, S.Pd Terimakasih telah menemani masa labil selama SMA, semoga kita selalu seperti ini sampai tua ya Wo, Ngah dan Lele dumbo. 17. Teman-teman KKN Mulyo Jadi Tulang Bawang Barat irus, tiur, herlambang, afif, kak denya dan mb yuni terimakasih atas kebersamaan dan kerja samanya selama proses KKN. 18. Terimakasihuntuksemuapihak yang telahmembantupenulisdalammenyelesaikanskripsiini, yang tidakdapatdisebutkansatupersatu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga skripsi ini bermanfaat dikemudian hari.
Bandar Lampung, 17Agustus 2016 Penulis
Dessi Ardila
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ...................................................................................
8
2.1.1
Teori Agensi ...........................................................................
8
2.1.2
Asimetri Informasi .................................................................
9
2.1.3
Manajemen Laba ....................................................................
11
2.1.4
Kecakapan Manajerial ............................................................
13
2.1.5
Komposisi Komisaris Independen .........................................
14
2.2 Penelitian Terdahulu ..........................................................................
16
2.3 Kerangka Pemikiran ...........................................................................
18
2.4 Perumusan Hipotesis...........................................................................
19
2.4.1
Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
2.4.2
Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen
Laba dengan Komposisi Komisaris Independen sebagai Variabel
19
Pemoderasi ........................................................................................
20
III. METODEPENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................
21
3.2 Data Penelitian ................................................................................
22
3.2.1 Jenis dan Sumber Data ...........................................................
22
3.3 Operasional Variabel Penelitian ......................................................
22
3.3.1
Variabel Dependen ..............................................................
22
3.3.2
Variabel Independen ...........................................................
24
3.3.3
Variabel Pemoderasi ...........................................................
27
3.4 Tekhnik Analisis Data .....................................................................
28
3.4.1 Uji Asumsi Klasik ................................................................
29
a. Uji Normalitas ....................................................................
29
b. Uji Multikolinearitas ..........................................................
29
c. Uji Heteroskedastisitas .......................................................
30
d. Uji Autokorelasi .................................................................
31
3.5 Persamaan Regresi ..........................................................................
32
3.6 Pengujian Hipotesis .........................................................................
33
3.6.1 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji T) ..........................
33
3.6.2 Pengujian Simultan (Uji F) ....................................................
33
3.6.3 Determinasi ( R2)....................................................................
34
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data dan Sampel ............................................................................
35
4.2 Statistik Deskriptif ..........................................................................
36
4.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik.......................................................
38
4.3.1
Uji Normalitas .....................................................................
38
4.3.2
Uji Multikolinearitas ...........................................................
39
4.3.3
Uji Heteroskedastisitas ........................................................
40
4.3.4
UjiAutokorelasi ...................................................................
41
4.4 Persamaan Regresi ..........................................................................
42
4.5 Hasil Pengujian Hipotesis ...............................................................
43
4.5.1 Pengujian Koefisien Regeresi Parsial (Uji-t) .........................
43
4.5.2
44
Pengujian Simultan (Uji F) ................................................ 2
4.5.3 Determinasi (R ).....................................................................
45
4.6 Pembahasan .....................................................................................
46
4.6.1
Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba ...................................................................................
4.6.2
46
Komposisi Komisaris Independen Memoderasi Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba .........
47
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan .........................................................................................
50
5.2 Keterbatasan Penelitian ...................................................................
51
5.3 Saran ................................................................................................
51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11
Penelitian Terdahulu .......................................................................... Sampel Penelitian ............................................................................... Statistik Deskriptif atas Variabel Penelitian ...................................... Uji Multikolinearitas .......................................................................... Uji Glejser .......................................................................................... Uji Durbin Watson ............................................................................. Simple Regression Analysis ............................................................... Multiple Regression Analysis ............................................................ Uji Signifikan Individual ................................................................... Hasil Hipotesis ................................................................................... Uji Signifikasi Simultan ..................................................................... Uji Determinasi ..................................................................................
16 35 36 39 41 42 42 43 44 44 45 45
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot ..........................................................
40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Sampel Perusahaan Manufaktur Data Dicretionary Accruals Perusahaan Manufaktur PerhitunganData Envelopment Analysis(DEA) Perusahaan Manufaktur PerhitunganKomposisi Komisaris Independen Perusahaan Manufaktur Stasistik Deskriptif Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Durbin Watson Uji Determinasi Uji F Persamaa Regresi Uji T
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Laporan keuangan merupakan output akhir dalam proses akuntansi. Laporan keuangan mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisikeuangan dan kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang berkualitas adalah yang terbebas dari rekayasa dan mengungkapkan informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya dan digunakan untuk berbagai pihak. Informasi yang sering menjadi perhatian bagi pemakai laporan keuangan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Mulyadi,2002). dalam perusahaan informasi laba sangat penting informasi laba merupakan bagian dari laporan keuangan, informasi tersebut menjadi target rekayasa para
Di
2
mmanajer melalui tindakan oportunis manajemen untuk kepuasannya tetapi dapat merugikan para pemegang saham atau investor yang sering disebut pihak prinsipal. Tindakan oportunis ini dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu sehingga laba perusahaan dapat diatur dan dimanipulasi dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Tindakan oportunis ini bertujuan untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya dan dikenal dengan istilah manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu pemilihan kebijakan akuntansi yang digunakan manajer dalam memperbagus laba pada laporan keuangan perusahaan yang dikelola sehingga terlihat bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Manajemen laba adalah sebagai pilihan bagi manajer atas kebijakan akuntansi dari berbagai kebijakan yang diperbolehkan dalam standar untuk mencapai tujuan khusus (Scott, 2009). Manajer melakukan manajemen laba karena informasi mengenai laba sering menjadi perhatian bagi para pengguna laporan keuangan salah satunya investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi pada perusahaan. Informasi laba dinilai sebagai buku rapor perusahaan yang memuat kinerja manajemen selama periode tertentu sehingga jika laba dalam keadaan baik, maka publik akan memiliki kepercayaan bahwa kondisi perusahaan tengah positif dan harga saham dapat meningkat (Sulistiawan dkk.,2011). Selain untuk menilai kinerja manajemen informasi laba juga dapat membantu investor dalam memprediksi laba di masa mendatang dan untuk memprediksi risiko dalam berinvestasi.
3
Kesadaran manajemen akan pentingnya informasi laba mendorong manajer untuk melakukan intervensi dalam proses pelaporan keuangan demi mencapai tujuan tertentu. Hal lain yang mendorong pihak manajemen melakukanmanajemen laba adalah adanya ketidaksejajaran kepentingan antara pemegang saham dengan manajer (masalah keagenan). Baik pemilik maupun manajer merupakan individu yang cenderung mencari keuntungan sendiri. Masalah keagenan ini mengakibatkan adanya sifat manajemen melaporkan laba secara oportunistik untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Perhatian pengguna laporan keuangan yang lebihterpusat pada informasi laba dan adanya ketidaksejajaran kepentingan antara manajer dengan pihak pengguna laporan keuangan yang lain mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba. Manajer adalah pengelola perusahaan. Kemajuan suatu perusahaan tergantung bagaimana manajer mengelola perusahaan oleh karena itu perusahaan membutuhkan manajer yang cakap. Manajer yang cakap dianggap memiliki kemampuan dan integritas yang tinggi serta pengalaman sehingga manajer dapat menggambil keputusan yang tepat demi kemajuan perusahaan. Selain itu manajer memiliki kewajiban untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan kepada stakeholder yaitu pihak-pihak yang berkepentingan melalui laporan keuangan. Dengan berbagai kemampuan dan kesempatan manajer tersebut maka semakin memperbesar peluang terjadinya praktek manajemen laba (Isnugrahadi dan Kesuma, 2009). Kecakapan manajer menjadi salah faktor yang penting dalam praktek manajemen laba. Hal ini telah diungkapkan pada beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya
4
penelitian Utami (2013) mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan kualitas auditor sebagai variabel pemoderasi dengan hasil pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin cakap manajer maka intensitasnya dalam melakukan manajemen laba semakin tinggi. Menurut Utami (2013), hal ini terjadi salah satunya karena kenyataan adanya asimetri informasi yang membuat manajemen memiliki informasi yang bisa digunakan untuk melakukan rekayasa. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Utami (2013). Penelitian ini menguji kembali pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan menambahkan komposisi komisaris independen sebagai variabel pemoderasi. Dechow dkk (1995) menyatakan struktur internal governance perusahaan sebagai faktor yang membatasi kemampuan dan kesempatan manajer dalam melakukan praktik manajemen laba. Salah satu faktor tersebut adalah peranan pengawasan komisaris independen dalam mewujudkan corporate governance untuk memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga yakin akan return atas investasinya. Menurut Surya (2006) menyatakankomisaris independen yang merupakan bagian dari dewan komisaris sangat berperan dalam meminimumkan praktik manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen. Komisaris independen diharapkan mampu mendorong dan menciptakan iklim yang objektif serta dapat menempatkan kesetaraan sebagai prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pemegang
5
saham minoritas danstakeholders. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan diharapkan mampu menjamin laporan keuangan yang menggambarkan informasi sesungguhnya mengenai operasional perusahaan sehingga dapat mencegah praktik manajemen laba. Penggunaan komposisi komisaris independen sebagai variabel pemoderasi didasarkan pada penekananan masalah konflik kepentingan antara manajer dan investor. Komisaris independen sebagai bentuk perwujudan dari pelaksanaan corporate governanceyang mampu menekankan motivasi seorang manajer dalam melakukan praktik manajemen laba karena adanya fungsi pengawasan yang baik terhadap kinerja manajemen Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Manajemen Laba dengan Komposisi Komisaris Independen sebagai Variabel Pemoderasi”. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalahdalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.2.1. Apakah kecakapan manajerial berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? 1.2.2. Apakah komposisi komisaris independen memiliki pengaruh terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan praktik manajemen labapada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
6
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Untuk Menguji secara empiris pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1.3.2. Untuk Menguji secara empiris dan mengetahui apakah komposisi komisaris independen memiliki pengaruh terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan komposisi komisaris independen sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4.2. Manfaat Praktis a.
Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba dengan komposisi komisaris independen sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menjadi bahan sebagai tambahan informasi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan dalam mencegah praktik manajemen laba.
7
b.
Bagi investor, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mempertimbangkan keputusan investasinya di pasar modal.
c.
Bagi akademik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan tambahan referensi mengenai pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba dengan komposisi komisaris independen sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Di samping itu, menjadi tambahan informasi terhadap penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Landasan Teori 2. 1. 1. Teori Agensi Teori keagenan mengungkapan hubungan antara pemilik dan manajemen. Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu corporate governance dan manajemen laba. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal dan agent. Teori agensi menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent).Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal). Wewenang dan tanggung jawab agentmaupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Eisendhart (1989) dalam Ujiyanto dan Bambang (2007) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu : 1. manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri 2. manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
9
3. manusia selalu menghindari risiko. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia bertindak opportunistic yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Sebagai pengelola perusahaan, manajer memiliki informasi internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang yang lebih dibandingkan dengan pemegang saham. Oleh karena itu manajer seharusnya selalu memberikan informasi kepada pemilik mengenai kondisi perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi pengguna eksternal karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Nasution dan Doddy, 2007). Adanya ketidakseimbangan penguasaan informal dapat menjadi pemicu munculnya kondisi yang disebut asimetri informasi. Informasi yang dimiliki manajer lebih banyak dibanding informasi yang diketahui oleh pemilik perusahaan. Banyaknya informasi yang dimiliki oleh manager memicu manajer melakukan manajemen laba. Kesimpulan dari teori agensi ini adalah teori yang mencoba menjelaskan hubungan antara pihak principal dan agent, dimana terdapat penyerahan otorisasi dari pemilik kepada agentuntuk menjalankan aktivitas perusahaan. 2. 1. 2. Asimetri Informasi Menurut Jensen dan Meckling (1976) asimetri informasi adalah keadaan dimana agent mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang dibandingkan denganprincipal. Kondisi ini memberikan
10
peluang kepada agent menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan laba. Menurut Scott dalam Herlina (2015) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: a. Adverse Selection, yaitu bahwa manajer serta orang-orang dalam internal perusahaan lainnya pada dasarnya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pemegang saham atau pihak luar. Manajer dapat tidak memberikan informasi yang mengandung fakta yang akan digunakan pemegang saham atau stakeholder dalam proses pengambilan keputusan. b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seharusnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Oleh karena itu, manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak yang secara etika atau norma tidak layak dilakukan. Kondisi asimetri informasi tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan diantara manajer sebagai agentdan pemegang saham sebagai principalsehingga memungkinkan manajer untuk melakukan tindakan yang menyimpang seperti manajemen laba. Manajemen laba tersebut dilakukan manajer dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Tindakan manajemen laba dalam suatu perusahaan dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Investor sebagai principal diasumsikan hanya menginginkan hasil investasi mereka bertambah atau mendapat pengembalian yang menguntungkan. Sedangkan para agen yaitu manajer diasumsikan akan merasa puas apabila
11
menerima kompensasi keuangan dan syarat–syarat yang menyertai dalam hubungan atau kontrak antara principal dengan agent. Dengan adanya perbedaan kepentingan tersebut masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Bila tidak ada pengawasan yang memadai maka manajer atau agent dapat memainkan beberapa kondisi perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan mereka sendiri. Permainan tersebut dapat terjadi atas prakarsa dari principal atau inisiatif agent sendiri. Dengan kondisi yang demikian, maka terjadilah creative accounting yang menyalahi aturan. 2. 1. 3. Manajemen Laba Setiawati dan Na’im (2000) menyatakan bahwa manajemen laba adalah campur tangan manajer dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manjamen laba sendiri dapat mengakibatkan berkurangnya kredibilitas laporan keuangan, menambah bias dalam laporan keuangan, dan dapat membuat pemakai laporan keuangan menjadi mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan (Wallace, 1997). Manajer melakukan manipulasi laba melalui manajemen laba agar laba nampak sebagaimana yang diharapkan. Beberapa peneliti mendefinisikan manajemen laba dalam arti yang berbeda-beda. terdapat beberapa definisi mengenai manajemen labayaitu:
12
1. Schipper (2003) manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. 2. Fisher dan Rosenzweig (1995) manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan atau menurunkan laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikkan atau penurunan keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang. 3. Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibatakibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Sugiri (1998) menyatakan bahwa membagi definisi menjadi dua, yaitu : 1. Definisi Sempit dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals. 2. Definisi Luas merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau penuruna profitabilitas ekonomis jangka panjang.
13
Menurut Scott (2003) discretionary accruals adalah suatu cara untuk mengurangi pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan akrual. Oleh karena itu dalam penelitian ini bentuk akrual dianalisis adalah bentuk discretionary accruals yang merupakan akrual tidak normal dan merupakan pemilihan kebijakan manajemen dalam pemilihan metode akuntansi. 2. 1. 4. Kecakapan Manajerial Dechow (1995) mendefinisikan kecakapan manajerial adalah suatu keterampilan atau karakteristik personal yang membantu tercapainya kinerja yang tinggi dalam tugas manajemen. Demerijan,dkk.,(2006) meneliti tentang kecakapan manajerial dibidang keuangan, yaitu seberapa efisien sebuah perusahaan dalam bidang keuangan secara relatif terhadap perusahaan lain. Manajer yang memiliki tingkat kecakapan yang tinggi akan lebih terampil mengolah informasi, terdapat dua hal yang menjadi pendorong manajer melakukan manajemen laba. Dua hal tersebut adalah kompensasi bonus dan asimetri informasi antara manajemen dan pemilik perusahaan. Isnugrahadi dan Kusuma (2009) menyatakan bahwa seorang manajer dikatakan cakap apabila manajer tersebut memiliki keahlian yang memadai dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Keahlian tersebut bisa berasal dari intelejensi yang dimilikinya serta pendidikan yang telah ditempuh. Pengalaman yang dimiliki juga merupakan faktor penentu tingkat keahlian seorang manajer. Keputusan manajer dalam perusahaan akan mencerminkan kecakapan manajer tersebut.
14
Manajer dalam mengambil keputusan bisnis seharusnya dipandu oleh explicit profesional codes sehingga setiap keputusan yang diambil oleh manajer selalu melalui pertimbangan profesionalnya. Manajer dan pemilik perusahaan memiliki tingkat informasi yang berbeda,manajer memiliki informasi yang lebih dibanding pemilik perusahaan tentang aktivitas bisnis perusahaan. Manajer yang memiliki keahlian akan dengan mudah menyalahgunakan dan memanipulasi informasi yang tidak diketahui pemilik dengan melakukan tindakan oportunistik. Manajer dapat melihat peluang dalam bidang akrual, akrual merupakan keputusan bidang keuangan yang diestimasi dan ditentukan oleh manajer, sehingga dengan keterbatasan informasi yang dimilki pemilik, manajer akan dengan mudah melakukan manajemen laba. Fleksibilitas dari standar akuntansi yang memperbolehkan manajemen untuk memilih satu dari beberapa alternatif yang tersedia juga menjadi pendorong bagi manajer yang handal untuk melakukan manipulasi (Kusuma dan Isnugrahadi, 2009 dalam Purwanti 2012). 2. 1. 5. Komposisi Komisaris Independen Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG (KNKG, 2006). Komposisi komisaris independen adalah susunan keanggotaan yang terdiri dari komisaris dari luar perusahaan (komisaris independen) dan komisaris dari dalam perusahaan. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham mayoritas, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
15
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau semata-mata demi kepentingan perusahaan. Menurut aturan yang dikeluarkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor:Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham danEfek Bersifat Ekuitasmenyebutkan tentang rasio komisaris independen yaitu komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional jumlah saham anggota komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris wajib diisi oleh anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan. Jadi, seperti itulah komposisi komisaris independen yang ideal. Komisarisindependen memiliki peran untuk memonitor kebijakan direksi. Peran komisaris independen ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang muncul antara dewan direksi dan pemegang saham, sehingga kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Komisaris independen memegang peran penting dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian perusahaan. Komisaris independen merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Zehnder, 2000). Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada
16
manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar terciptanya perusahaan corporate governance. Dalam menjalankan fungsinya, komisaris independen harus membebaskan diri dari kepentingan pihak – pihak lain yang berpotensi memunculkan konflik kepentingan dan menjalankan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang memadai. Wallace dan Peter dalam (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki komposisi komisarisindependen akan meningkatkan pengawasan, sehingga akan mengurangi tindakan manajer dalam melakukan praktik manajemen laba. Hal ini didukung dengan penelitian Klein dalam (Herawaty 2008) yang berhasil membuktikan bahwa discretionary accrual lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki komite audit yang terdiri dari lebih sedikit komisaris independen dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki komite audit yang terdiri dari banyak komisaris independen. 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu memaparkan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kecakapan manajerial, manajemen laba serta komposisi komisaris independen. Beberapa penelitian telah membahas hal-hal tersebut. Ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti Indra Isnugrahadi dan Indra Wijaya Kusuma
Judul Pengaruh kecakapan manajerial dengan kualitas auditor sebagai variabel pemoderasi
Hasil Hasil penelitianmenunjukkan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba dan variabel interaksi antara
17
(2009)
kecakapan manajerial dan kualitas audit berpengaruh negatif secara signifikan terhadap intensitas manajemen laba.
2
Heryn Septiana (2012)
Pengaruh kecakapan manajerial dan kepemilikan manajerial terhadap praktik manajemen laba
3
Radityas Utami (2013)
Pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan kualitas auditor sebagai variabel pemoderasi
3
Riske Meitha Anggraeni (2013)
4
Annas Budi Wicaksono (2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh negatif oleh kecakapan manajerial dan kepemilikan manajerial
Hasil penelitianmenunjukkan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun, kualitas auditor tidak memoderasi hubungan antara kecakapan manajerial dan manajemen laba . Pengaruh struktur Hasil penelitianmenunjukkan kepemilikan manajerial, bahwa struktur kepemilikan ukuran perusahaan, dan manajerial dan ukuran praktik corporate perusahaan tidak berpengaruh governance terhadap signifikan terhadap manajemen manajemen laba laba. Sementara itu praktik corporate governance (proporsi komisaris independen, komite audit, dan ukuran KAP) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba dengan corporate governance sebagai variabel pemoderasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap praktik manajemen laba. Penelitian ini juga menemukan proporsi komisaris independen, kepemilikan saham institusional, dan kepemilikan saham manajerial pengaruh negatif dalam memoderasi kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba.
18
5
Satya Novi Hastuti (2014)
Peran mekanisme corporate governance dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa kecakapan manajerial tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Penelitian ini juga menemukan bahwa kepemilikan institusional dan komposisi komisarisindependen mampu memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba.
6
Herlina (2015)
Pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba.
2. 3. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran menjelaskan tentang alur berfikir dan hubungan yang menunjukkan kaitan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Variabelvariabel dalam penelitian antara lain manajemen laba, kecakapan manajerial, dan komposisi komisaris independen. Kecakapan Manajerial
Manajemen Laba
Komposisi Komisaris Independen
19
2. 4. Perumusan Hipotesis Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hipotesis yang akan diuji dalam penelitian. Terdapat dua hipotesis yang akan diuji. Pertama, kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manjamen laba. Kedua,komposisi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba. 2.4.1. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Praktik Manajemen Laba Isnugrahadi dan Kusuma (2009) dalam penelitannya mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kecakapan manajerial dengan manajemen laba. Dengan kecakapan manajaerial akan terjadi asimetri informasi yang mendorong management untuk melakukan manajemen laba diperusahaan. Berdasarkan hasil penelitian Utami (2013) membuktikan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba. Hal ini menujukkan bahwa perusahaan yang memiliki manajer yang cakap cenderung melakukan manajemen laba. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian Purwanti (2010) yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kecakapan manajerial dan manajemen laba. Hal ini berarti bahwa semakin cakap seorang manajer maka manajemen laba yang dilakukannya juga semakin tinggi. Dalam penelitian Wicaksono (2013)menunjukkan bahwa variabel kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian Saputra (2013) yang membuktikan bahwa variabel kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba,
20
manajer yang cakap dapat lebih leluasa untuk memanfaatkan peluang untuk melakukan praktik manajemen laba secara leluasa. Sedangkan dalam penelitian Herlina (2015) menunjukan bahwa kecakapan manajerial berpengaruhnegatif terhadap manajemen laba, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecakapan manajerial dan efisiensi yang tinggi tidak dapat menjamin bahwa manajer tidak akan melakukan praktik manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: : Kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba 2.4.2. Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Praktik Manajemen Laba dengan Komposisi Komisaris Independen sebagai Variabel Pemoderasi. Komisaris independen sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan corporate governance. Menurut Egon Zehnder (2000), komisaris independen merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Keberadaan komisaris independen mampu memberikan pengaruh terhadap pengendalian dan pengawasan aktivitas pengelola perusahaan, termasuk perilaku oportunistik seperti tindakan manajemen laba yang memanfaatkan kecakapan dan wewenang yang dimiliki manajer. Dalam penelitian Wicaksono (2013) menyimpulkan proporsi komisaris independen berpengaruh negatif dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, penelitian itu sejalan dengan Penelitian
21
Saputra (2013) menyatakan bahwa komposisi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap pengaruh kecakapan manajerial dengan manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa makin sedikit komisaris independen maka tindakan manajemen laba semakin banyak karena sedikitnya komisaris independen memungkinkan bagi organisasi tersebut untuk didominasi oleh pihak manajemen dalam menjalankan perannya. Sedangkan menurut penelitian Wulandari (2013) hasil penelitiannya menunjukan komisaris independen berpengaruh positif dalam memoderasi praktik manajamen laba. Hal ini disebabkan pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan hanya dilakukan untuk pemenuhan ketaatan terhadap regulasi, tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan corporate governancedan rata-rata komposisi komisaris independen saat ini relatif rendah, sehingga secara kolektif komisaris independen tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan dewan komisaris. Berdasarkan uraian di atas, untuk menguji peran komposisi komisaris independen dalam memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, maka hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: : komposisi komisaris independen berpengaruh negatif dalam memoderasi pengaruhkecakapan manajerial terhadap manajemen laba
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaanyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Adapun pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive samplingyaitu penentuan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu (Suaryana, 2005). Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Perusahaan manufaktursektor industri dasar dan kimia yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012 sampai dengan 2014 berturut-turut.
2.
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode 2012-2014berturut–turut dan perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dalam mata uang rupiah.
3.
Perusahaan memiliki data lengkap mengenai informasi yang diperlukan dalam penelitian.
22
3.2. Data Penelitian 3.2.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan tahunan (annual report) periode 2012-2014. Sumber Data tersebut diambil dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia (Utami,2013).Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa laporan keuangan yang akan diambil elemen-elemen yang digunakan dalam pengukuran variabel kecakapan manajerial dengan metode DEA (Data Envelopment Analysis) serta variabel manajemen laba dengan metode jones modifikasian. Data tersebut diambil dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. 3.3. Operasional Variabel Penelitian 3.3.1. Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang terikat dan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Melalui analisis terhadap variabel terikat adalah mungkin untuk menemukan jawaban atas suatu masalah (Sekaran, 2006). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Pengukuran discretionary accruals sebagai manajemen laba menggunakan Model Jones Modifikasin (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009). Menurut model Jones yang dimodifikasi Dechow (1995) Untuk menghitung nilai discretionary accuals dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
23
1. Menghitung total acruals menggunakan pendekatan aliran kas (cash flow approach) dengan persamaan sebagai berikut :
Keterangan: :Total akrual perusahaan i pada tahun t :Laba bersih kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada tahun t :Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada tahunke t. 2. Menghitung nilai nondiscretionary accrual (NDA):
= α1
+ α2
+ α3
+e
Keterangan: α At-1
PPEit e
: nondiscretionary accruals perusahaan i ada tahun t : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals : Total aset untuk sampel perusahaan i pada tahun t – 1 : Pendapatan perusahaan i tahun t dikurangi dengan pendapatan periode t – 1 : Piutang bersih periode t dikurangi periode t – 1 : Aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t : Error term perusahaan i pada tahun t
3. Menghitung niai accruals dengan persamaan Ordinary Least Square (OLS) = α1
+ α2
+ α3
+e
Keterangan : α At-1
: nondiscretionary accruals perusahaan i ada tahun t : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals : Total aset untuk sampel perusahaan i pada tahun t – 1 : Pendapatan perusahaan i tahun t dikurangi dengan pendapatan periode t – 1 : Piutang bersih periode t dikurangi periode t – 1
24
PPEit
: Aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t : Error term perusahaan i pada tahun t
e
4. Menghitung discretionary accrual = Keterangan :Discretionary accrual : Total akrual perusahaan i pada tahun t : nondiscretionary accruals perusahaan i ada tahun t At-1 : Total aset untuk sampel perusahaan i pada tahun t – 1
3.3.2. Variabel Independen Variabel independen merupakan variabel bebas yang tidak dipengaruhi oleh variabel apapun. Variabel independen merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen (Sugiyono,2012). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecakapan manajerialyang diukur dengan Data Envelopment Analysis (DEA). Data Envelopment Analysis (DEA) diperkenalkan oleh Charnes, Cooper Dan Rhodes (2002). Metode DEA dibuat sebagai alat bantu untuk evaluasi kinerja suatu aktivitas dalam sebuah unit entitas. Pada dasarnya prinsip kerja model DEA adalah membandingkan data input berbobot dan output berbobot dari suatu organisasi atau perusahaan (decision making unit) dengan data input berbobot dan output berbobot lainnya pada decision making unit yang sejenis. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi. Efisiensi merupakan salah satu parameter pengukuran kinerja sebuah organisasi.
25
Kecakapan manajerial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat keefisienan relatif sebuah perusahaan dalam mengelola input-input (faktor-faktor sumber daya dan operasional) untuk meningkatkan output(penjualan). Tingkat keefisienan relatif ini kemudian disimpulkan sebagai hasil dari kecakapan manajer. Semakin efisien sebuah perusahaan dibanding dengan perusahaan lainnya dalam sub sektor industri yang sama, maka semakin cakap manajer yang berada di perusahaan tersebut (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009). Dalam penelitian ini untuk mengukur variabel kecakapan manajerial yang menggunakan metode DEA digunakan input dan output sebagai berikut : Input : Item – item yang dijadikan input dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor sumber daya (total aset dan jumlah tenaga kerja) dan faktor operasional (Days Cost Of Good Sold in Inventory dan Days Sales Outstanding) 1. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja adalah faktor sumber daya yang berperan dalam menghasilkan penjualan. Secara umum, untuk nilai penjualan yang tertentu, semakin kecil jumlah tenaga kerja untuk menghasilkan penjualan tersebut maka semakin efisien perusahaan tersebut. 2. Total Aset Total aset dimasukkan sebagai input karena aset merupakan faktor sumber daya yang sangat penting dalam menghasilkan penjualan (output). Seorang manajer yang cakap akan mampu mengelola besaran aset yang diperlukan untuk menghasilkan penjualan yang maksimal.
26
3. Days Cost Of Good Sold in Inventory(DCI) DCI mengukur besaran kecepatan perputaran sediaan perusahaan dalam satuan hari. Semakin kecil waktu (hari) yang diperlukan untuk perputaran sediaan maka semakin efisien perusahaan tersebut. Manajer yang cakap diharapkan mampu mengambil langkah – langkah yang diperlukan untuk meminimalkan besaran DCI ini. Rumus untuk menghitung besaran DCI adalah sebagai berikut : DCI = 365 / (COGS/Inventory) 4. Days Sales Outstanding (DSO) DSO mengukur waktu yang diperlukan perusahaan untuk mendapatkan kas setelah melakukan penjualan. Semakin cepat perusahaan melakukan kas semakin baik. Rumus untuk menghitung DSO adalah sebagai berikut : DSO = Receivables / (Sale /365) Input-input diatas akan membentuk suatu persamaan : Total Input = Total Aset + Jumlah Tenaga Kerja + DCI +DCO
Output: 1. Penjualan Penjualan digunakan sebagai output karena penjualan merepresentasikan nilai nominal dari produk perusahaan yang merupakan output mendasar dari perusahaan. Model yang digunakan untuk menghitung efisiensi dengan pendekatan DEA adalah sebagai berikut :
27
MAX
=
Keterangan:
Ui Yik Vj Xjk
: : : : :
Nilai efisiensi perusahaan k Bobot output i yang dihasilkan perusahaan k jumlah output i dari perusahaan k dan dihitung dari i=1 hingga s bobot input j yang digunakan perusahaan k jumlah input j dari perusahaan k dan dihitung dari j=1 hingga m
NIilai efisiensi tidak melebihi 1 (100%) dan input serta output yang dianalisis harus positif. Dengan kata lain, perusahaan tidak melakukan pemborosan sumber daya jika bernilai 1 (100%), sebaliknya jika nilainya 0 ≤
< 1 , maka
perusahaan dinilai inefisien dalam mengelola sumber daya perusahaan yang tersedia. 3.3.3. Variabel Pemoderasi Variabel moderasi adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dan variabel dependen (Ghozali, 2013). Penelitian ini menggunakan varibel pemoderasi yaitukomposisi komisaris independen. Dewan komisaris adalah sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direktur Perseroan Terbatas. Di Indonesia dewan komisaris ditunjuk oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan di dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijabarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari dewan komisaris.
28
Komisaris Independen merupakan anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan (tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan) yang dipilih secara transparan dan independen. Mereka harus memiliki integritas, memiliki kompetensi yang memadai, bebas dari pengaruh pihak–pihak yang berhubungan dengan kepentingan pribadi serta dapat bertindak objektif dan independen dengan berpedoman pada prinsip–prinsip corporate governance (transparancy, accountability, responbility, and fairness). Komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberi nasihat kepada manajemen (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Apabila dalam laporan keuangan tidak dicantumkan berapa jumlah anggota komisaris independen, maka diasumsikan perusahaan tersebut memiliki komisaris independen sebanyak 1 orang, karena di dalam undang-undang perseroan terbatas No. 40 tahun 2007 mewajibkan semua perusahaan untuk memiliki komisaris independen. Variabel ini diukur berdasarkan pendekatan BCOM oleh (Chtourou et al., 2001) dalam Nasution (2007) komposisi komisaris independen dihitung dengan cara : Komposisi KomisarisIndependen =
Jumlah anggota komisaris independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
3.4. Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul harus dianalisis agar memperoleh makna yang berguna bagi pemecahan masalah yang telah diangkat oleh peneliti. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif adalah dengan menggunakan statistik. Secara garis besar metode statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian
29
adalah statistik deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel dalam penelitian ini dan menjelaskan nilai maksimum, minimum, rata-ratadan standar deviasi.Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Program For Social Science) 21.0 for windows. 3.4.1 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi ini klasik terdiri dari : a. Uji Normalitas Menurut (Ghozali, 2013) Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji Kolmogorov Smirnov dapat dijadikan dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Pada uji Kolmogorov Smirnov jika tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka data yang diuji memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal baku sehingga data yang diuji tidak berdistribusi normal.Sebaliknya, jika tingkat signifikansi di atas 0,05 maka data yang diuji memiliki distribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi atau hubungan linier antara variabel-variabel bebas. Sebab terjadinya multikolinearitas karena sifat-sifat yang terkandung dalam kebanyakan variabel ekonomi berubah bersama-sama sepanjang waktu.
30
Besaran-besaran ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Oleh karena itu, sekali faktor-faktor yang mempengaruhi itu menjadi operatif, maka seluruh variabel akan cenderung berubah dalam satu arah. Pendeteksian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan tolerance valuedan variance inflationfactor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Menurut Ghozali (2013) untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dengan membuat hipotesis: Tolerance value < 0,10 atau VIF > 10 : terjadi multikolinieritas Tolerance value > 0,10 atau VIF < 10 : tidak terjadi multikolinieritas c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas. Pengujian untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot. Apabila pada grafik scatterplot titik menyebar di atas maupun di bawah nilai nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas atau dapat disebut terjadi homokedastisitas. Jika terdapat pola tertentu yang teratur, seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit maka menunjukkan telah terjadi heteroskedastisitas. Pendeteksiannya juga dilakukan dengan metode Glejser (Ghozali, 2013) yaitu dengan meregresikan nilai absoluteresiduals. Jika
berada diantara ±
, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
31
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan Durbin Watson Test (D-W). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dalam Imam Ghozali (2013) adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai D-W terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai D-W lebih rendah daripada batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti terdapat autokorelasi positif. 3. Bilai nilai D-W lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti terdapat autokorelasi negatif. 4. Bilai nilai D-W terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau D-W terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
32
3.5. Persamaan Regresi Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi berganda menggunakan taraf signifikansi pada level 5%(0,05). Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H1 diuji dengan analisis regresi linear sederhana (simple regression analysis). =α+
+e
Keterangan:
e
:Konstanta :Koefisien Regresi :Akrual discretionary pada tahun t :Kecakapan manajerial perusahaan pada tahun t :Error
2. H2 diuji dengan analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis) =α+
+
+
*
+e
Keterangan: :Konstanta :Koefisien Regresi :Akrual discretionary pada tahun t :Kecakapan manajerial perusahaan pada tahun t :Komposisi komisaris independen perusahaan pada tahun t :Error
33
4.6. Pengujian Hipotesis 4.6.1. Pengujian Koefiesien Regresi Parsial (Uji T) Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Jika nilai t hitung > (+)
atau
< (-)
maka variabel
independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Jika nilai thitung< (+)
atau
> (-)
maka variabel
independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 4.6.2. Pengujian Simultan (Uji F) Uji simultan ini juga disebut uji signifikansi serentak atau uji F. Uji ini bertujuan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel independen dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel dependen (Ghozali,2013). Hasil uji hipotesis dapat disimpulkan dengan melihat tingkat signifikansi sebagai berikut: a. jika nilai probabilitas < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
34
b. jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. 3.6.3. Determinasi (
)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara singkat, jika
=1 berarti variabel independenberpengaruh sempurna
terhadap variabel dependen, sebaliknya jika
= 0 berarti variabel
independentidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Penelitian inibertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen laba dengan komposisi komisaris independen sebagai variabel pemoderasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 120 perusahaan manufaktur dari 2012-2014, maka hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap praktik manajemen
laba.Hal ini dikarenakan manajer yang cakap memiliki tingkat intelegensia, pendidikan, dan pengalaman yang tinggi lebih cenderung melakukan manajemen laba untuk kepentingan pribadinya. 2. Komposisi komisaris independen berpengaruh positif dalam memoderasi kecakapan manajerial terhadap manajemen laba.Hal ini disimpulkan karena pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan hanya dilakukan untuk pemenuhan ketaatan terhadap regulasi, tetapi tidak untuk menegakan corporate governance.
51
5.2. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitin ini sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dalam pengambilan sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi pada jenis perusahaan laba seperti perbankan, BUMN, telekomunikasi atau transportasi dengan periode yang terbatas pada jangka waktu tiga tahun (2012-2014). 2. Variasi variabel yang mampu dijelaskan dalam penelitian ini sebesar 21%. Sisanya sebesar 79% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimodelkan dalam penelitian ini. 5.3. Saran Peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, antara lain: 1. Penelitian selanjutnya perlu menambahkan sampel yang lebih banyak agar semakin luas perusahaan yang dapat dijadikan sampel, sehingga dapat digunakan untuk lebih memprediksi dan hasil penelitian selanjutnya semakin banyak. 2. Menggunakan periode penelitian dengan rentang waktu yang jauh lebih panjang untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. 3. Terkait dengan tidak signifikannya komposisi komisaris independen dalam memoderasi kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, penelitian yang akan datang bisa mencari variabel-variabel pemoderasi lainnya untuk melihat variabel pemoderasi manakah yang signifikan mempengaruhi
52
hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, seperti : porsi kepemilikan manajer atau saham perusahaan, kepemilikan institusional, corporate governance dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Dechow, P. M., Sloan, R. G., Sweeney, A. P. 1995. “Detecting Earnings Manajemen”.The Accounting Review 70. Hlm 193-225. Demerjian, P., B. Lev, dan S. McVay. 2006. “Manajerial Ability and Accruals Quality”. Working paper. Stem School of Business. Egon Zehnder International. 2000. Corporate Governance and the Role of the Board of Directors. Fama, Eugene. F, dan Michael C. Jensen. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics. Vol. XXVI, June, pp. 1-32. Fischer, M dan K Rosenzweig. 1995. Attitudes of Students and Accounting PractitionersConcerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics, 14: 434 - 444.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Universitas Diponegoro. Gujarati, D. N. 2012. Dasar - Dasar Ekonometrika. TerjemahanMangunsong. SalembaEmpat : Jakarta. Healy, P., dan Wahlen J. 1999. “A Review of The Earnings Manajement Literatureand ItsImplications for Standard Setting”. Accounting Horizon 12 Herawaty, Vionola. 2008. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai ModeratingVariable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Herlina. 2015. “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Isnugrahadi, dan Indra, W.K. 2009. “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi”. Simposium Nasional Akuntansi 12 Palembang, 4-6 November 2009.
Jensen, Michael C. dan W. H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics 3. Hlm 305 – 360. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum GCG Indonesia. Jakarta. Mulyadi. 2002. Auditing. Buku Dua. Edisi Ke Enam. Salemba Empat : Jakarta. Nasution,Marihot dan Doddy Setiawan. 2007.”Pengaruh Corporate Governance TerhadapManajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Nuryaman. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Purwanti. 2012. “Pengaruh Kecakapan Manajerial, Kualitas Auditor, Komite Audit, FirmSize dan Leverage Terhadap Earnings Manajement”. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponogoro. Schipper, Khaterine and Linda Vincent. 2003. “Earnings Quality”. Accounting Horizons,Vol. 17. Suplement. P 97-110. Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. 5nd Ed. Prentice Hall International Inc. New Jersey. Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Septiana, Heryn. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial dan Kepemilikan Manajerial terhadap Praktik Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Setiawati, L. dan A. Na’im. 2000. Manajemen Laba. Journal Ekonomi dan Bisnis. Mei : 159-176. Suaryana, Agung 2005.PengaruhKomite Audit TerhadapKualitasLaba. SimposiumNasionalAkuntansi VIII.Solo. Sudibyo, Marcela. 2013. Pengaruh struktur corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponogoro. Sugiri, Slamet. 1998. “Earnigs Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris”. Telaah Bisnis.Hal 1-8.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. Sulistiawan, Dedhy dkk. 2011. Creative Accounting: Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Malang : Salemba Empat. Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate Governant Mengesampingkan Hak – Hak Istimewa demi Kelansungan Usaha. Jakarta : Kencana. Ujiyantho, Muh Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi X.Makasar. Utami, Radityas. 2013. “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponogoro. Wicaksono, Budi. 2013.”Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba dengan Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponogoro. Wallace, G. G., Geoffrey, M. S. dan Peter, R. 1997. Conductive Electroactive Polymers,Technomic Publishing Company, Inc., Lancaster: Pennsylvania.