PENGARUH KONVERGENSI IFRS TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN PERLINDUNGAN INVESTOR SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Sri Indah Permata, Resti Yulistia Muslim, Popi Fauziati Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta E-mail:
[email protected]
ABSTRACT This study examines the effect of IFRS convergence on earnings management with investor protection as moderating variable. We use board independence as a proxy of investor protection as moderating variable. The study was using 12 non manufacture company listed in Indonesia StockExchange (ect Bank and financial institutions), with a period between 2006-2013. Discretionary accrual with modified Jones is used to determine the earnings management practice. The hypothesis were tested using multiple regression analysis . The result of this study showed that IFRS convergence has no effect on earnings management. After using board independence as moderating variable, convergence IFRS has no effect on earnings management.The result of this study support Houqe et al (2010) highlight the importance of investor protection for financial reporting quality and the need for regulators to design mechanisms that limit managers’ earnings management practices. Keyword: IFRS, Earnings Management, Investor Protection, Board Independent.
PENDAHULUAN Sejalan dengan era globalisasi dan perkembangan dunia usaha yang saling
substantual
pergerakan
dan
pasar
laporan
keuangan
berdasarkan IFRS (Warsono, 2011).
terhubung dan mempengaruhi serta semakin terintegritasnya
dengan
Konvergensi IFRS diharapkan dapat mengurangi adanya peluang manajemen laba
keuangan dunia, maka dirasakan sangat perlu
dengan
semakin
berkualitasnya
laporan
adanya suatu standar global (Hery, 2009).
keuangan (Yulistia dan Puttri 2013 ; Lestari
Di IFRS Regional Policy Forum & IAI
2013). Menurut Scott (2011) Manajemen
Seminar 23-26 Mei 2011, Rosita Uli Sinaga
laba adalah pilihan oleh manajer dalam
selaku Ketua DSAK menjelaskan bahwa IAI
kebijakan akuntansi, atau tindakan yang
meluncurkan program IFRS Convergence
mempengaruhi laba, sehingga mencapai
2012 pada akhir tahun 2008 yang bertujuan
beberapa tujuan spesifik untuk melaporkan
mengeliminasi kesenjangan signifikan antara
laba.
PSAK Indonesia dan IFRS. Mulai 1 Januari 2012
laporan
berdasarkan
keuangan
PSAK
akan
yang mirip
Meningkatnya
skandal
akuntansi
disusun
dilambangkan oleh Enron dan auditornya
secara
Arthur Anderson, kemudian perusahaan
telekomunikasi
Global
Communications,
Crossing,
dan
Qwest
WorldCom
di
Amerika, kemudian di Indonesia sendiri juga
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah
konvergensi
tidak luput dari kasus serupa PT Bank Lippo
berpengaruh
Tbk. dan kasus PT Kimia Farma Tbk.
laba?
(Sulistiawan dkk 2011).
2. Apakah
Skandal akuntansi tersebut merupakan
terhadap
IFRS manajemen
konvergensi
berpengaruh
terhadap
IFRS manajemen
adanya kesalahan pencatatan laporan dan
laba dengan perlindungan investor
rekayasa
sebagai variabel pemoderasi?
keuangan
yang
menimbulkan
pernyataan yang menyesatkan kepada pihakLANDASAN TEORI
pihak yang berkepentingan. Dari hasil penelitian sebelumnya
Teori Agency dan Manajemen Laba Menurut Scott (2011) Agency theory
memberikan hasil yang berbeda. Adanya konvergensi
IFRS
akan
meningkatkan
manajemen laba (Yulistia dan Puttri 2013), Standar akuntansi yang semakin kuat dapat menurunkan
manajemen
laba
dan
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan (Cahyati, 2011), Manajemen laba tidak mengalami
penurunan
setelah
adanya
keharusan mengadopsi IFRS di Australia,
adalah cabang dari game theory suatu model kontraktual antara dua orang (pihak) atau lebih, yang menjelaskan hubungan antara agent (manajemen suatu usaha) dengan principal (pemilik usaha). Adanya perbedaan kepentingan antara agent dan principal dapat mendorong timbulnya konflik yang dapat merugikan kedua belah pihak. Jensen
Prancis dan UK (Jeanjean dan Stolowy, 2008), negara yang perlindungan investornya kuat akan menurunkan aktivitas manajemen laba dan mengarah pada kualitas akuntansi yang lebih tinggi (Leuz, 2003). Adopsi IFRS dalam negara code law dengan perlindungan investor yang lemah tidak meningkatkan kualitas laba (Houqe et al., 2010).
dan
Meckling
(1976)
menyatakan bahwa teori keagenan adalah hubungan antara agen dan principal. Dalam teori keagenan terdapat suatu karakteristik hubungan keagenan yang dapat didefinisikan sebagai suatu kontrak dimana satu pihak (prinsipal) mempekerjakan pihak lain (agen) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama prinsipal (dalam Soraya dan Harto
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan
2014). Menurut Scott (2011) Manajemen laba adalah pilihan oleh manajer dalam kebijakan akuntansi, atau tindakan yang
mempengaruhi laba, sehingga mencapai
5. Pengembangan standar internasional
beberapa tujuan spesifik untuk melaporkan
meningkatkan kualitas akuntansi di
laba.
banyak negara. Ketika
terjadi
pemisahan
antara
pengelola perusahaan dan pemegang saham,
Kontra 1. Penyelarasan
standar
akuntansi
pengelola perusahaan memiliki informasi
internasional tidak diperlukan, karena
yang lebih banyak, lebih lengkap, dan lebih
persaingan atas investasi dana di dunia
akurat,
mendorong penyelarasan sampai pada
dibandingkan
Akibatnya,
akan
pemegang
terjadi
saham.
kecenderungan
dalam memanfaatkan informasi ini untuk
titik yang dikehendaki oleh investor. 2. Perusahaan yang membutuhkan dana
kepentingan mereka sendiri (Sulistiawan dkk
terdesak
2011).
keuangan sumber
Pro dan Kontra Standar Akuntansi Proses
menjadikan
menyediakan bagi
laporan
pengguna-penyedia
daya-sesuai
dengan
yang
diinginkan oleh pengguna jika tidak, standar
perusahaan akan membayar penalti
akuntansi menjadi standar internasionl juga
dalam bentuk bunga pinjaman yang
menimbulkan pro dan kontra (Gernon dan
lebih tinggi atau harga saham yang
K Meek, 2007).:
lebih rendah.
Pro
3.
1. Penyelarasan
standar
akuntansi
kebutuhan
pengguna
secara
internasional sama, maka keselarasan
internasional akan meningkatkan daya
akan
banding informasi akuntansi di seluruh
terorganisasi.
dunia. 2.
Jika
terjadi
tanpa
usaha
yang
4. Jika kebutuhan mereka memang tidak
Mengeliminasi kesalahpahaman
salah satu sumber dalam
pelaporan
keuangan internasional.
sama, maka mewajibkan pengguna satu set praktik akuntansi mungkin malah memperburuk situasi.
3. Daya banding yang lebih tinggi akan memperbaiki
analisis
laporan
Perlindungan Investor Teori ekonomi menunjukkan bahwa
keuangan. 4. Satu set standar akuntansi keuangan
pengaturan kelembagaan yang kuat akan
juga akan menghemat uang dan waktu
mengurangi informasi dan biaya transaksi.
perusahaan, karena tidak perlu lagi
Banyak penelitian empiris yang ditangani
menyiapkan
dalam masalah yang berkaitan dengan
keuangan.
beberapa
set
laporan
pentingnya lembaga dan kegiatan ekonomi.
Lembaga-lembaga hukum yang melindungi
atau
kepentingan investor merupakan bagian
kepentingan perusahaan (Bapepam, 2012).
integral
dari
pembangunan
perlindungan hukum investor suatu
dalam prospek pertumbuhan (Houqe et al.,
IFRS dan Manajemen laba Dalam penelitian Yulistia & Puttri (2013)
Di
Indonesia
memperbaiki
tata
(corporate
sendiri
kelola
juga
perusahaan
governance),
untuk
mengembalikan kepercayaan para investor terhadap pasar modal, dan meningkatkan pengawasan terhadap kantor akuntan publik (KAP). Harapannya, praktik akuntansi yang mengancam
kredibilitas
laporan
konvergensi
IFRS
manajemen
laba
IFRS
berpengaruh
meningkatkan
pada
perusahaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyati (2011) menyatakan bahwa standar akuntansi
yang
menurunkan
semakin
ketat
dapat
manajemen
laba
dan
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Houqe et al,. (2010) menyatakan bahwa untuk negara yang mengadopsi IFRS,
dkk 2011). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), mengharuskan adanya kelembagaan komisaris sebagai salah satu organ perseroan. Menurut
akan
manufaktur yang ada di Indonesia. Berbeda
keuangan dapat diminimalkan (Sulistiawan
UUPT
sistem
kepengurusan
perseroan terdiri atas dua jenjang yang masing-masing kepengurusan
melakukan dan
fungsi
fungsi pengawasan
kualitas laba (yang diukur dengan akrual diskresioner) akan meningkat, seiring dengan perlindungan investor yang lebih kuat. Hasil penelitian yang telah dilakukan Rudra (2012) Perusahaan
Komisaris dewan
India
dalam
yang
mengadopsi
cenderung terlibat
manajemen
laba
dibanding
perusahaan yang tidak mengadopsi IFRS. Hasil yang diperoleh Callao & Jarne
Independen komisaris
yang
adalah tidak
terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan yang
di
Standar Internasional
(Sutedi, 2012).
lainnya
konvergensi
terhadap manajemen laba, yang berarti
2010).
anggota
demi
Pengembangan Hipotesis
negara akan memberikan kontribusi lebih
dapat
semata-mata
keuangan.
Reformasi yang meningkatkan lingkungan dan
bertindak
dapat
mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen
(2010) menunjukkan bahwa manajemen laba meningkat sejak penerapan IFRS , akrual diskresioner
meningkat
dalam
periode
setelah pelaksanaan IFRS. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1:
Konvergensi
IFRS
berpengaruh
terhadap manajemen laba.
IFRS, Perlindungan Manajemen Laba
Investor
dan
Puttri, 2013).
Menurut penelitian Yulistia dan Puttri (2013)
ditemukan
(Houqe et al., 2012 dalam Yulistia dan
bahwa
H2 :
Konvergensi
pengaruh
IFRS
terhadap manajemen laba dengan
konvergensi IFRS terhadap manajemen laba
perlindungan
ketika
variabel pemoderasi.
dimoderasi
dengan
berpengaruh
perlindungan
investor
sebagai
investor, konvergensi IFRS berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Artinya dengan
adanya
ternyata
mampu menurunkan terjadinya
manajemen
laba
perlindungan
yang
investor
dilakukan
oleh
METODE PENELITIAN Sumber Data, Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan data sekunder
berupa
laporan
keuangan
perusahaan non manufaktur yang terdaftar di
manajemen perusahaan. Hasil tersebut sama dengan penelitian
Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh dari
yang dilakukan oleh Nabila (2013) Dewan
situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
komisaris independen berpengaruh negatif
www.idx.co.id. Populasi
terhadap manajemen laba. Artinya dengan semakin
banyaknya
komisaris
independen
pengawasan
yang
berkualitas
dan
penelitian
ini
adalah
anggota
dewan
seluruh perusahaan non manufaktur yang
maka
proses
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
dilakukan
semakin
perusahaan
akan
transparansi dalam pelaporan keuangan .
perioda
penelitian.
Sampel
dipilih
berdasarkan purposive sampling dengan kriteria perusahaan non manufaktur yang
Houqe et al., (2010) menyatakan
melaporkan adanya laba karena penelitian
bahwa negara yang mengadopsi IFRS,
bertujuan untuk menguji praktek manajemen
dengan kualitas laba (yang diukur dengan
laba
akrual diskresioner) akan meningkat, seiring
penilitian,
dengan perlindungan investor yang lebih
Pengambilan perioda dimaksudkan untuk
kuat.
melihat proses Konvergensi IFRS. Perlindungan
investor
memiliki
beberapa pengukuran, diantaranya dewan komisaris independen. Dewan komisaris memiliki peran
penting sebagai pihak
independen yang memeriksa secara teliti tindakan perlindungan
manajemen
dan
kesejahteraan
sebagai shareholder
pada
perusahaan yaitu
selama
tahun
perioda
2006-2013.
Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Manajemen laba merupakan pilihan oleh manajer dalam kebijakan akuntansi, atau tindakan yang mempengaruhi laba, sehingga mencapai
beberapa tujuan spesifik untuk melaporkan
α1 α2 α3= Fitted coefficient yang diperoleh
laba (Scott, 2011). Manajemen laba diukur
dari hasil regresi persamaan (3)
melalui
akrual
diskresioner
DAit = TAit/Ait-1 – NDAit
dengan
menggunakan model Jones (1991) yang dimodifikasi oleh Dechow et al. (1995),
Variabel Independen Variabel independen yang digunakan
dirumuskan sebagai berikut:
dalam penelitian ini adalah Konvergensi TA = NDA + DA
(1)
IFRS yang dilakukan dengan cara metode
Keterangan:
dummy, yakni 1 untuk tahun konvergensi
TA
IFRS dan 0 untuk tahun sebelum adanya
= Total Akrual
NDA = Nilai non discretionary accruals
konvergensi IFRS. Di Indonesia, sendiri
DA
konvergensi IFRS dimulai pada tahun 2008
= Discretionary accruals
(Wondabio, 2011 dalam Yulistia & Puttri, TA = laba bersih (net income) – arus kas operasi
(cash
flow
2013).
from
operation) (2)
Variabel Pemoderasi Variabel pemoderasi yang digunakan
TAit/Ait-1 = a1 (1/Ait-1) + a2 [(ΔREVit/Ait-1] + a3 (PPEit/Ait-1) + εit (3) Keterangan: Ait-1
= Total aktiva pada perioda t-1
ΔREVit = Perubahan penjualan bersih dalam perioda t PPEit
= Property, Plan and Equipment
pada perioda t a1,a2,a3 = Koefisien regresi dari persamaan
perlindungan
memiliki
pengukuran yang multi dimensi. Penelitian ini
menggunakan
independen
untuk
dewan
komisaris
mewakili
variabel
perlindungan investor seperti salah satu alat ukur yang juga digunakan dalam penelitian Houqe et al. (2012) dalam Yulistia dan Puttri (2013). Dewan komisaris diukur melalui rumus
= α1 (1/Ait-1) + α2 [(ΔREVit-
INV = Jumlah dewan komisaris independen
ΔRECit)/Ait-1] + α3 (PPEit/Ait-1) (4) Keterangan:
Total seluruh dewan komisaris Pengujian Asumsi Klasik
ΔRECit = Perubahan piutang bersih dalam perioda t
Investor
berikut:
(3) NDAit
yaitu
Pengujian ini dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi
klasik
yang
digunakan
adalah
pengujian model
normalitas
regresi,
untuk
variabel
mengetahui
dependen
normal atau tidak (Ghozali, 2013), kemudian multikolinearitas,
menguji
apakah
digunakan
adanya
korelasi
antar
Untuk pengujian auotokorelasi menggunakan nilai dari Durbin Watson (Ghozali, 2013), heteroskedastisitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dalm penelitian terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
pendeteksian
ANALISA DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum dan Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan
untuk
variabel independen (bebas) (Ghozali, 2013).
Uji
= Erorr
dan
variabel independen apakah berdistribusi
uji
e
lain,
dalam
penelitian
ini
adalah
seluruh
perusahaan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2006 – 2013. Dari populasi tersebut dan berdasarkan kriteria dalam pemilihan sampel, maka diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan. Pengujian Asumsi Klasik Uji Normalitas
heteroskedastisitas
Tabel 1
menggunakan Uji Glejser (Ghozali, 2013). Variabel Pengujian Hipotesis Penelitian
ini
diuji
dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda
DACC Inv IFRS
dengan tujuan memperoleh suatu persamaan dan garis yang menunjukkan persamaan pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel dependen. Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah:
Unstandardized Residual 0,359 0,359 0,359
Alpha 0,05 0,05 0,05
Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat bahwa hasil
uji normalitas menunjukkan
level signifikan lebih besar dari α (α=0,05) yaitu
0,359
manajemen
> laba,
0,05 IFRS,
untuk
variabel
perlindungan
investor (dewan komisaris independen).
DACC = α + β1 IFRS + β2 INV + β3 {IFRS*INV} + e Keterangan: DACC = Manajemen laba IFRS = Konvergensi IFRS INV
= Perlindungan investor
α
= Konstanta
β
= Koefisien regresi
Maka dapat dinyatakan data dari ketiga variabel penelitian tersebut berdistribusi normal.
signifikan dari variabel IFRS 0,915 dan Inv
Uji Multikolineritas
0,676 diatas tingkat kepercayaan 5%. Jadi
Tabel 2
dapat disimpulkan bahwa regresi tidak
Variabel
Tolerance
VIF
IFRS
0,968
1,033
mengandung adanya heteroskedastisitas.
Inv
0,968
1,033
Analisis Statistik Deskriptif Tabel 5
Pada
tabel
terlihat
dua
Variabel
Min
Max
Mean
Std.Dev
variabel independen yang digunakan dalam
DACC
-758,2
1023,60
25,3646
155,7
penelitian ini memiliki nilai tolerance diatas
IFRS
0,00
1,00
0,7500
0,435
0,1 sedangkan nilai VIF < 10. Jadi dapat
Inv
0,25
1,00
0,4831
0,152
disimpulkan
bahwa
independen
terbebas
bahwa
semua
variabel
dari
gejala
Pada tabel 5 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam
multikolineritas.
penelitian ini sebanyak 96 sampel data. Pada Uji Autokorelasi
variabel Manajemen laba Tabel 3
yang diukur
dengan akrual diskresioner (DACC) yang
Model
Durbin Watson (DW)
terjadi pada perusahaan non manufaktur
1
1,330
yang terdaftar di BEI rata-ratanya adalah 25,3646, konvergensi IFRS yang diukur
Terlihat bahwa nilai Durbin Watson
dengan dummy variabel memiliki rata-rata
yang diperoleh adalah sebesar 1,330 jika -2
0,7500 dan dewan komisaris independen
< 1,330 < 2 maka dapat disimpulkan bahwa
yang diukur dengan membagi jumlah dewan
tidak terjadi gejala autokorealsi dalam model
komisaris independen dengan total dewan
regresi.
komisaris memperoleh rata-rata 0,4830.
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian Hipotesis
Tabel 4 Model
Sig
Alpha
VIF IFRS
0,915
0,05
Inv
0,676
0,05
Uji heteroskedastisitas menggunakan uji
glejser
yang
Tabel 6 Hasil Pengujian Hipotesis
menunjukkan
tingkat
Variabel
Koef.Reg
Sig
Alpha
Const
1,3886
-
-
IFRS
0,496
0,727
0,05
Inv
-1,548
0,270
0,05
IFRSInv
1,402
0,390
0,05
R2
-
0,040
-
masing-masing hipotesis dapat terlihat pada
F
-
0,289
-
sub bab di bawah ini:
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
Pengujian Hipotesis (H1)
yang telah dilakukan ditemukan bahwa nilai
Pengujian
hipotesis
pertama
(H1)
R² sebesar 0,040 yang berarti variabel
ditujukan
independen yang diuji dalam penelitian ini
konvergensi IFRS terhadap manajemen laba.
mampu
menjelaskan
untuk
menguji
pengaruh
dependen
variabel
Koefisien regresi 1,386 secara statistik tidak
sedangkan
sisanya
signifikan pada alpha 5% (0,272 > 0,05),
dipengaruhi oleh variabel lain di luar yang
maka dapat disimpulkan bahwa variabel
diteliti.
IFRS tidak berpengaruh terhadap manajemen
sebesar
4,0
%,
Pada tahapan pengujian F-statistik
laba (H1 ditolak). Konvergensi IFRS sebagai
terlihat nilai signifikan yang dihasilkan
standar
mencapai 0,289. Tingkat kesalahan dalam
standard overload, perusahaan sulit untuk
proses pengujian sebesar 0,05. Ternyata nilai
menerima tuntunan internasional yang rumit
Sig (F-statistik) 0,289 > 0,05, ini berarti
karna
secara simultan atau secara bersama-sama
perusahaan yang bersangkutan (Choi et al
semua
2010).
variabel
independen
IFRS
dan
perlindungan investor (dewan komisaris
internasional
tidak
Jadi
sesuai
akan
menciptakan
dengan
konvergensi
kebutuhan
IFRS
tidak
independen) tidak berpengaruh signifikan
berpengaruh
terhadap variabel manajemen laba.
karena pada kenyataannya skandal akuntansi
Berdasarkan
hasil
dari
terhadap
manajemen
laba,
proses
masih terjadi pada perusahaan yang telah go
pengolahan data terlihat bahwa masing-
public dan yang telah menerapkan standar
masing varibel penelitian yang digunakan
akuntansi yang sama tapi masih melakukan
memiliki koefisien regresi yang dapat dibuat
manajemen laba.
ke dalam sebuah persamaan regresi linear berganda seperti berikut:
IFRS belum mampu menurunkan terjadinya
DACC = 1,386 + 0,496 IFRS – 1,548 Inv + 1,402 IFRS*Inv Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat
dijelaskan
pengaruh
variabel
arah
Hipotesis pertama menunjukkan bahwa
masing-masing
independen
terhadap
variabel dependen, pembahasan terhadap
manajemen laba. Houqe et al., (2010) menyatakan bahwa adopsi IFRS dalam negara
code
law
dengan
perlindungan
investor yang lemah tidak meningkatkan kualitas laba (yang diukur dengan akrual diskresioner).
Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Yulistia dan Puttri (2013) yang
Pengujian Hipotesis (H2) Pengujian
hipotesis
kedua
(H2)
menunjukkan bahwa konvergensi IFRS akan
variabel perlindungan investor yang diukur
meningkatkan manajemen laba. Qomariah
dengan membagi jumlah dewan komisaris
(2013) konvergensi IFRS
independen dengan total dewan komisaris
berpengaruh
negatif yang signifikan terhadap manajemen
ditujukan
laba bahwa adanya konvergensi IFRS dapat
konvergensi IFRS terhadap manajemen laba
mengurangi tindakan earnings management.
dengan
Mukas
IFRS
variabel moderasi. Koefisien regresi sebesar
berpengaruh negatif terhadap manajemen
1,402 secara statitis tidak signifikan pada
laba. Cahyati (2011) menyatakan bahwa
alpha 5% (0,390 > 0,05), maka dapat
standar akuntansi yang semakin kuat dapat
disimpulkan bahwa variabel perlindungan
menurunkan
Investor yang di proksikan dengan dewan
(2014)
konvergensi
manajemen
laba
dan
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Callao & Jarne (2010) menunjukkan bahwa manajemen laba meningkat sejak penerapan
IFRS,
akrual
diskresioner
untuk
menguji
perlindungan
pengaruh
investor
sebagai
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (H2 ditolak). Hal ini diduga karena keberadaan dewan
komisaris
independen
belum
setelah
sepenuhnya dijalankan dan peranan dewan
pelaksanaan IFRS. Jeanjean dan Stolowy
komisaris independen di Indonesia belum
(2008)
efektif karna lemahnya posisi dan peranan
meningkat
dalam
meneliti
periode
dampak
keharusan
mengadopsi IFRS terhadap manajemen laba
dalam
pengawasan
untuk
dari Australia, Prancis, dan UK. Penelitian
manajemen laba (Sutedi, 2011).
menghambat
bahwa
Terlihat bahwa rata-rata perusahaan
manajemen laba di negara-negara tersebut
yang go public meskipun mempunyai dewan
tidak mengalami penurunan setelah adanya
komisaris independen, praktek manajemen
keharusan mengadopsi IFRS, dan bahkan
laba setelah penggunaan IFRS masih tetap
meningkat untuk Prancis. Rudra (2012)
terjadi pada perusahaan tersebut.
tersebut
menemukan
bukti
menemukan bahwa perusahaan di India yang
Dalam praktiknya, di Indonesia sering
mengadopsi Standar Internasional cenderung
terjadi anggota dewan komisaris sama sekali
terlibat dalam manajemen laba dibanding
tidak menjalankan peran pengawasannya
perusahaan yang tidak mengadopsi IFRS.
yang sangat mendasar terhadap Dewan Direksi.
Dewan
komisaris
seringkali
dianggap tidak memiliki manfaat, bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak
memiliki kemampuan dan tidak menunjukan
komisaris
independesinya (Sutedi, 2012).
pengawasan
Efektifitas dari komisaris independen
independen yang
maka
proses
dilakukan
semakin
berkualitas dan perusahaan akan menuntut
sangat tergantung dari desain, kualitas
adanya
pengawasan yang patut diterapkan secara
keuangan
terus menrus, perilaku dan tanggung jawab
semakin banyak jabatan yang dipegang
hukum terhadap komisaris (Sutedi, 2012).
Komisaris
Konvergensi IFRS dan perlindungan investor
tidak
menurunkan
tingkat
transparansi
dalam
perusahaan.
pelaporan
Andayani
(2010)
Independen akan mendorong
terjadinya manajemen laba, Prabowo (2014) semakin
besar
jumlah
anggota
dewan
manajemen laba dikarenakan bahwa interaksi
komisaris yang berasal dari luar perusahaan
antara IFRS dan perlindungan investor tidak
akan
berpengaruh bagi negara dengan tingkat
koordinasi dan turunnya fungsi pengawasan
perlindungan investor yang rendah seperti
yang
Indonesia.
independen dalam mengambil keputusan.
menyebabkan
dapat
masalah
mengganggu
dalam
komisaris
Hasil ini konsisten dengan penelitian Houqe et al., (2010) menyatakan bahwa negara yang mengadopsi IFRS, dengan
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan
kualitas laba (yang diukur dengan akrual diskresioner) akan meningkat, seiring dengan
Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Yulistia dan Puttri (2013) bahwa pengaruh
konvergensi
IFRS
terhadap
manajemen laba ketika dimoderasi dengan perlindungan investor (yang diukur dengan dewan komisaris independen), konvergensi IFRS
berpengaruh
negatif
terhadap
manajemen laba. Artinya dengan adanya perlindungan
investor
ternyata
mampu
menurunkan terjadinya manajemen laba. Nabila (2013) Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Hal
semakin
tersebut banyaknya
disebabkan
dengan
anggota
dewan
dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah
perlindungan investor yang lebih kuat.
analisis
dilakukan
diperoleh
beberapa
kesimpulan penting yang menjadi inti dari peneltian ini yaitu: 1. Hasil pengujian hipotesis pertama (H1)
Konvergensi
berpengaruh
terhadap
IFRS
tidak
manajemen
laba pada perusahaan non manufaktur yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia. 2. Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) Konvergensi IFRS tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan perlindungan
investor
sebagai
variabel pemoderasi. Artinya variabel perlindungan investor tidak dapat
memoderasi pengaruh konvergensi IFRS terhadap manajemen laba pada
3. Diharapkan dapat menambah variabel lain agar penelitian lebih akurat.
perusahaan non manufaktur yang DAFTAR PUSTAKA
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Keterbatasan 1. Masih
kurangnya
referensi
yang
Andayani, Tutut Dwi, 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba, Tesis S2, Universitas Diponegoro.
peneliti temukan mengenai variabel perlindungan investor. 2. Terbatasnya jumlah sampel yang digunakan
karena
beberapa
Cahyati, Ari Dewi, 2011. Peluang Manajemen Laba Pasca konvergensi IFRS, Jurnal Riset Akuntansi Keuangan (JRAK), Vol.2 No.1,1 Januari.
perusahaan yang laporan keuangan
lengkap.
Choi, Frederick D.S. & Gary K.Meek, 2010. International Acoounting, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta.
Dari kesimpulan dan keterbatasan
Gernon, Helen,. Gery K meek, 2007. Akuntansi Prespektif Internasional, Edisi 5, Andi, Yogyakarta.
nya tidak dapat diperoleh dan tidak
Saran
dalam penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan
untuk
penelitian
berikutnya
adalah sebagai berikut:
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Bisnis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
1. Pada peneliti selanjutnya agar dapat mencoba dengan menggunakan proksi lain selain yang peneliti gunakan seperti menambahkan
proksi
perlindungan
investor seperti penegakan undangundang
sekuritas,
perlindungan
terhadap pemegang saham minoritas, penegakan
standar
akuntansi
dan
Hery, 2009. Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Houqe, Muhammad Nurul., Tony van Zijl, Keitha Dunstan dan A.K.M. Wares Karim, 2010. The Effect of IFRS Adoption and Investor Protection on Earnings Quality Around the World, The International Journal of Accounting 47 (3). 333-355.
standar audit, independensi pengadilan dan kebebasan pers. 2. Untuk
dapat
menambahkan
sektor
perusahaan lain seperti Bank dan Lembaga Keuangan.
Jeanjean, T., dan Stolowy, H, 2008. Do Accounting Standards matter? An explanatory analysis of Earnings Management Before and After IFRS adoption. Journal of Accounting and Public Policy, 8 April.
Lestari, Yoana Octiani, 2013. Konvergensi International Financial Reporting Standars (IFRS) dan Manajemen Laba di Indonesia, Universitas Islam Malik Ibrahim, Malang. e journal UIN Malan. Leuz, Christian, Nanda Dhananjay dan Peter D. Wysosocki, 2003. Earnings Management and Investor Protection: an International Comparison, Journal of financial Economics, 69 (3). Mukas, Tommy Hidayat., 2014. Pengaruh Kualitas Auditor, Kepemilikan Manajerial dan Konvergensi IFRS terhadap Manajemen Laba, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang. Nabila, Afifa, 2013. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, dan Reputasi Auditor terhadap Manajemen Laba, Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2. No. 1. Halaman 1-10, ISSN 2337-3806. Prabowo, Danuharja Arvin, 2014. Pengaruh Komisaris Independen,Independensi Komite Audit, Ukuran dan Jumlah Pertemuan Komite Audit terhadap Manajemen Laba, Accounting Analysis Journal (AAJ),3(1) (2014). Qomariah, Ratu Nurul, 2013. Dampak Konvergensi IFRS terhadap Manajemen Laba dengan Struktur Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating, Skripsi, Universitas Diponegoro, Malang. Rudra, Titas, 2012. Does IFRs Influence earnings management? Evidence from India. Journal of Management Research, Vol. 4, No. 1, ISSN 1941899. Scott,
William R., 2011. Financial Accounting Theory, Fifth Edition, Prentice Hall, USA.
Sellami, Mouna, Hamadi Fakhfakh. 2013. Effect of the mandatory adoption of IFRS on real and accruals-based earning management: Empirical evidence from France. International Journal of Accounting and Economic Studies, 2 (1) 22-23. Soraya, Intan, Puji Harto, 2014. Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 3, No. 3, Halaman 1-11, ISSN 2337-3806. Sulistiawan, Dedhy,. Yeni Januarsi, Liza Alvia. 2011. Creative Accounting: Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta. Sutedi, Adrian., 2012. Good Corporate Governance. Edisi 1, Cetakan 2. SinarGrafika, Jakarta. Warsono, Sony., 2011. Adopsi Standar Akuntansi IFRS Fakta, Dilema dan Matematika, Abpublisher, Yogyakarta. Yulistia M, Resti dan Daniati Puttri, 2014. Pengaruh konvergensi IFRS terhadap Manajemen Laba dengan Perindungan Investor sebagai Variabel Pemoderasi, Seminar Masyarakat Ekonomi Asean, Universitas Bung Hatta, Padang.