PENGANTAR
LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin banyak individu yang mementingkan dirinya sendiri atau berkurangnya rasa tolong menolong antara sesama.Globalisasi juga beperan membuat hubungan antar sesama manusia menjadi semakin rumit. Kerumitan ini dapat menciptakan stress dan kekerasan-kekerasan yang kadang-kadang disebabkan oleh hal-hal sepele dan aneh. (Niken,1998) Menurut Jalaludin (2002), Atas dasar kesatuan asal-usul dan kesamaan derajat dihadapan Allah SWT, tiap-tiap individu harus menyadari tanggung jawab telah ditentukan Allah. Tanggung jawab dapat diartikan berbagai macam, tapi yang paling penting adalah upaya untuk menciptakan kesejahteraan bersama dalam lingkungan masyarakat Altruisme adalah tindakan menolong yang dilakukan seseorang dalam kondisi tertentu, pada altruisme salah satu yang penting adalah sifat empati atau merasakan perasaan orang lain disekitar kita, hanya altruisme timbal balik yang mempunyai dasar biologis, kerugian potensial dari altruisme yang dialami individu diimbangi dengan kemungkinan menerima pertolongan dari individu lain, beberapa ahli mengatakan bahwa altruisme merupakan bagian “sifat manusia” yang ditentukan secara genetika, karena keputusan untuk memberikan pertolongan melibatkan proses kongnisi sosial komplek dalam mengambil keputusan yang rasional. (Latane&Darley, Schwartz, dalam Sears, 1991)
1
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali fenomena-fenomena masyarakat yang menunjukkan sikap altruisme diantaranya adalah berdasarkan pengamatan peneliti dalam sebuah kasus, kecelakaan lalu lintas di jalan kaliurang kilometer 8 pada bulan januari 2000, peneliti langsung melihat kejadian pada saat itu, kecelakaan itu terjadi antara sebuah mobil kijang dengan sepeda motor yang dikendarai seorang guru yang akan berangkat mengajar didaerah Pakem. Pada saat kecelakaan korban sempat tidak sadarkan diri akibat benturan yang cukup kuat, karena kejadian itu sempat membuat jalan menjadi macet, tapi orang-orang tidak langsung menolong bahkan lebih banyak menonton saja, bahkan ada yang langsung berlalu setelah melihat sebentar. Hasil pandangan peneliti para mahasiswa Fakultas Psikologi Univesitas Islam Indonesia masih sering melakukan kecurangan-kecurangan, salah satunya adalah meminta pada mahasiswa yang lain untuk mempresensikan
atau titip
absen kepada mahasiswa yang masuk kedalam kelas untuk mengikuti kegiatan perkuliahan dengan imbalan tertentu, sebab di Universitas Islam Indonesia ada peraturan presensi harus 75% sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian semester. Pada saat melakukan pengambilan matakuliah atau pengisian sistem kredit semester yang dilakukan secara mandiri oleh para mahasiswa, terjadi Keyin di anjungan dengan antrian yang panjang serta berdesak-desakan. Masih banyak terlihat beberapa mahasiswa yang melakukan Key-in lebih dari satu kali, karena mahasiswa tersebut mendapat titipan dari temannya. Pada hal Kampus membebaskan kepada para mahasiswa untuk memilih lokasi Key-in, misalnya di warung internet atau warnet.
2
Pada kasus yang berbeda antar sesama mahasiswa ada kebiasaan dimana saat-saat ujian tengah semester maupun ujian akhir yaitu meminjamkan catatan untuk di foto copy oleh mahasiswa yang lain bahkan ada kejadian mahasiswa yang membuatkan tugas untuk mahasiswa yang lain atau memberikan copy dari disket supaya diedit ulang tapi berbeda susunannya pada
tugas itu dengan pemilik
pertama. Mengapa masih ada beberapa bagian dari para mahasiawa tersebut yang rela untuk melakukan atau bersikap seperti seorang pahlawan bagi yang lain, pada hal resiko yang akan mereka akan hadapai sangat paham bila bersikap demikian misalnya saat melakukan Key-in atau memberikan contoh tugas pada mahasiswa yang lain. Bagai manakah kondisi kecerdasan spirtual para mahsiswa itu serta seberapa besar tingkat altruisme yang telah tertanam didalam diri mereka, itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Pada kecerdasan spiritual (SQ) yang digagas oleh Zohar dan Marshall, (2001). Menerangkan kecerdasan spiritual memungkinkan manusia menjadi kreatif, kecerdasan spritual memungkinkan kita untuk bermain dengan batasan, memainkan “permainan tak terbatas”. Kecerdasan spiritual memberikan kemampuan kepada kita untuk membedakan, memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemapuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasnya. Kecerdasan spiritual digunakan untuk bergulat denagan ihwal baik dan jahat, serta untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud- untuk bermimpi, bercita-cita, dan mengangkat diri dari kerendahan.
3
METODE PENELITIAN
IDENTIFIKASI VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Tergantung (Dependent ) : Altruisme 2. Variabel Bebas (Independent )
: Kecerdasan Spiritual
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN 1. Altruisme Adalah suatu tindakan yang ditujukan pada orang lain, memberikan manfaat bagi yang dikenai tindakan itu, dan dilakukan dengan sukarela tampa mengharapkan imbalan apa pun (kecuali mungkin perasaan telah melakukan perbuatan baik), tindakan tersebut juga merugikan penolong karena meminta pengorbanan waktu, usaha, uang. Tingkat perilaku menolong atau altruisme dapat diketahui dari skor yang diperoleh dari skala altruisme. Skala ini disusun berdasarkan teori altruisme dari Cohen (dalam adhim, 2001). Yang peneliti adaptasi dari penelitian Faudil adhim yang disesuaikan dengan usia subjek pada penelitian ini. Semakin tinggi nilai yang diperoleh maka semakin tinggi pula altruisme seseorang. 2. Kecerdasan Spiritual Kemampuan seseorang dalam mengunakan nilai-nilai agama yang dijadikan pedoman dalam kehidupannya sehari-hari dan bertingkah laku terhadap sesama
4
serta bertangung jawab yang dilaksanakan dengan penuh rasa cinta serta menunjukkan amal prestatif dibawah semangat pengharapan ridha Allah Swt. Dimana kondisi ini dapat hanya dapat muncul pada orang-orang yang berakhlak mulia dan mempunyai sifat Siddiq, Istiqamah, Fathanah, Amanah, Tabligh.Tasmara,(2001) Dari kelima sifat tersebut dijadikan aspek-aspek oleh peneliti. Kecerdasan spiritual ini akan diungkap oleh peneliti dengan mengunakan skala kecerdasan spiritual, dimana semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi nilai kecerdasan spiritualnya.
SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti subjek penelitian ini pada dasarnya akan menghasilkan sebuah kesimpulan hasil penelitian. Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Umur 18-26 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, masih aktif kuliah serta beragama Islam.
5
METODE PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan dengan mengunakan metode skala yaitu: ?
Skala Altruisme.
?
Skala Kecerdasan Spiritual
Populasi pada penelitian ini adalah para mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Sebagai sampel penelitian, peneliti melakukan secara random. Dengan demikian teknik sampling atau teknik untuk pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. 1. Skala Altruisme a. Penyusunan skala Skala altuisme dikembangkan oleh Adhim dengan mengacu pada pada skala Primastono (dalam Adhim, 2001). Disusun berdasar teori altruistik dari Cohen (Adhim, 2001). Skala ini terdiri dari tiga aspek: 1. Keinginan untuk memberi 2. Empati 3. Suka rela Ketiga aspek ini terdistribusikan dalam 52 butir, terdiri dari 20 butir aitem Favorable dan 32 butir aitem Unfavorable.
6
METODE ANALISA DATA
Data yang telah dikumpulkan dianalisa dengan mengunakan teknik korelasi product moment dari Pearson selanjutnya akan dianalisis secara kuantitaif dengan memakai teknik statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung, dengan dibantu program SPSS versi 11,5 for windows untuk menguji hubungan antara kecerdasan spiritual dengan altruisme pada subjek penelitian.
7
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian Uji asumsi yang mencakup uji normalitas dan linearitas dilakukan sebelum dilakukan uji hipotesis. Hal ini perlu dilakukan karena teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment yang harus menggunakan data yang berdistribusi normal dan linear. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan dengan meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini menggunakan One– Sample Kolmogorov–Smirnov. Hasil uji normalitas skala perilaku altruisme K – S Z = 1,059 (p = 212 > 0,05) dan untuk skala kecerdasan spiritual K– S Z = 0,746 (p = 634 > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa data skala altruisme dan skala kecerdasan spiritual berdistribusi normal. Uji Liniearitas Uji linearitas dalam penelitian ini mengunakan teknik analisis varians yang terdapat dalam program SPSS 11,5 for windows didapatkan angka F= 45,030 (p = 0,000 < 0,05) Hal tersebut menunjukkan bahwa skala kecerdasan spiritual dengan skala altruisme adalah liniear.
8
Analisis Hasil Hasil uji korelasi dari SPSS 11,5 for windows diperoleh hasil koefisiensi korelasi Product Moment dari Karl Pearson sebesar r = 0,489 (p = 0,000< 0,05). Disimpulkan ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan altruisme pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Tabel . Deskripsi Data Penelitian Variabel
Hipotetik
Empirik
x max
x min
Mean
SD
x max
x min
Mean
SD
Altruisme
160
40
100
20
153
91
118,9
12,034
Kecerdasan Spritual
128
32
80
16
121
72
93,15
8,86
a. Skala Altruisme Skala altruisme terdiri 40 aitem dan diberi skor minimum 1 dan skor maksimum 4. rentang minimum–maksimum 91–153 dengan jarak sebaran sebesar 62. Dengan demikian satuan deviasi standarnya bernilai s =12,034 sedangkan M hipotetik = 100 dan M empirik 118,9000. Dalam analisis ini, peneliti membagi kriteria kategori menjadi lima, yaitu: 1. x = MH – 1,8 SDH
= sangat rendah
2. MH – 1,8 SDH < x = MH – 0,6 SDH
= rendah
3. MH – 0,6 SDH < x = M + 0,6 SDH
= sedang
4. MH + 0,6 SDH < x = M + 1,8 SDH
= tinggi
5. x = MH + 1,8 SDH
= sangat tinggi
Keterangan: x
= Skor total
9
SDH
= Standar deviasi
MH
= Mean hipotetik
Dengan pembagian kriteria, maka diperoleh kategori dengan skor sebagai berikut: Tabel. Kriteria kategori skala altruisme Kategori
Skor
Sangat Rendah
(X < 64)
0
0 %
Rendah
(64 < X = 88)
0
0 %
Sedang
(88 < X = 112)
27
27 %
Tinggi
(112 < X =136)
65
65 %
8
8%
Sanggat Tinggi
Frekuensi
X > 136
Persentase
Setelah mendapat kriteria tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa subyek penelitian yang mempunyai skor empirik sebesar M = 118,9000 termasuk dalam kategori tinggi . b. Skala Kecerdasan Spiritual Skala kecerdasan spiritual terdiri dari 32 aitem dan diberi skor minimum 1 dan 4. rentang minimum–maksimum adalah 72–121 dengan jarak sebaran sebesar 49. Dengan demikian satuan deviasi standarnya bernilai s = 8,861 sedangkan M hipotetik = 100 dan M empirik = 93,1500. Skala motivasi ini juga menggunakan lima kategori, yaitu: 1. x = MH – 1,8 SDH
= Sangat rendah
2. MH – 1,8 SDH < x = MH – 0,6 SDH
= Rendah
3. MH – 0,6 SDH < x = M + 0,6 SDH
= Sedang
4. MH + 0,6 SDH < x = M + 1,8 SDH
= Tinggi
10
5. x = MH + 1,8 SDH
= Sangat tinggi
Keterangan: X
= Skor total
SDH
= Deviasi standar
MH
= Mean hipotetik
Dengan pembagian kategori ini, maka diperoleh kategori dengan skor sebagai berikut: Tabel . Kriteria kategori skala kecerdasan spiritual Kategori
Skor
Frekuensi
Persentasi
Sangat Rendah
(X < 51,2
0
0 %
Rendah
(51,2 < X = 70,4)
0
0 %
Sedang
(70,4 < X= 89,6)
34
34 %
Tinggi
(89,6 < X = 108,8)
61
61 %
5
5 %
Sangat Tinggi
( X > 108,8)
Setelah mendapat kriteria tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa subyek penelitian yang mempunyai Mean empirik sebesar 93,1500 termasuk dalam kategori sangat tinggi. Uji Hipotesis Hasil analisis product moment antara altruisme dan kecerdasan spiritual adalah rxy = 0,489; p<0,01. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan altruisme, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara altruisme dengan kecerdasan spiritual diterima.
11
Pada analisis ini ditemukan juga R = 0,239 dengan diperoleh sumbangan efektif dari variabel bebas (Kecerdasan Spiritual) terhadap variabel tergantung (Altruisme) adalah 23,9 %.
Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kecerdasan spiritual dengan altruisme. Angka koefisien korelasi sebesar r = 0,489 (p<0,01) menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut terbukti, artinya semakin tinggi kecerdasan spiritual yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula skala
altruisme dari individu tersebut. Sebaliknya, semakin rendah
kecerdasan spiritual seseorang, semakin rendah pula altruisme individu tersebut. Berdasarkan analisis di atas, dapat pula disimpulkan bahwa mahasiswa yang memilki kecerdasan spiritual tinggi, maka semakin tinggi pula antruismenya Sebaliknya, mahasiswa yang rendah altruismenya, maka rendah pula kecerdasan spiritualnya. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa ulasan para pakar yang dapat menjelaskanya. Agama yang paling sempurna yang turunkan oleh Allah dimuka bumi in adalah Islam, islam menghendaki pemeluknya untuk menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama secara kaffah (komprehensif) dan optimal, termasuk didalamnya sifat yang sanggat dianjurkan didalam Islam yaitu tolong menolong sesama manusia, menurut Shihab (1996).
12
Menurut Tasmara (2001) kecerdasan spiritual tanggung jawab yang akan melahirkan sifat takwa yang berdasarkan rasa cinta baik kepada Allah Swt maupun kepada sesamanusia. Takwa sendiri mempunyai arti yang akan terasa lebih aplikatif dan mempunyai tolak ukur yang sanggat jelas, sehingga akan mempengaruhi sikap dan perilaku sehari-hari dan tindakan seseorang dalam menerima sesuatu sebagai amanah dengan penuh rasa cinta maka akan membuat seseorang itu mempunyai sifat saleh. Lebih jauh dijelaskan bahwa manusiaan tidak bisa menjalani kehidupan yang baik atau mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi manusia yang lain apa bila manusia tampa memiliki keyakinan-keyakinan, ideal-ideal dan keimanan, setiap manusia yang tidak memiliki ideal-ideal dan keimanan akan menjadi manusia yang sepenuhnya mementingakan diri sendiri, yang tidak melihat sesuatu kecuali kepentingan-kepentingan
pribadinya belaka atau akan menjadi individu yang
bersifat ragu-ragu,goyah, dan tidak mengetahui tugas-tugasnya didalam kehidupan ataupun nilai-nilai moral dan sosialnya. . Berdasarkan penjelasan diatas, dapatlah disimpulkan bahwah kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh seorang mahasiswa akan mempengaruhi altruisme atau sikap memberi pertolongan pada orang lain. Mahasiswa yang memilki kecerdasan sepiritual yang tinggi, mereka akan memiliki sifat suka menolong yang tinggi juga. Sebaliknya, mahasiswa yang kecerdasan spiritualnya rendah, maka rendah pula rasa ingin menolongnya. Dengan altruisme yang tinggi seorang mahasiswa tidak akan kesulitan untuk melakukan hubungan sosial secara optimal.
13
Hasil analisis data diatas juga menunjukan bahwa tingkat kecerdasan spiritual mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia berada dalam kategori tinggi, dan skor altruisme masuk dalam kategori tinggi juga. Hal ini juga berarti bahwa rata-rata para mahasiswa tersebut memilki altruisme yang tinggi.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang sangat singnifikan antara kecerdasan spiritual dengan altruisme, semakin tinggi kecerdasan spiritual seseorang, maka altruismenya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan spiritual maka rendah altruismenya. Mahasiswa yang memilki kecerdasan spiritual yang tinggi akan lebih mudah memberikan pertolongan pada orang lain, terutama orang-orang yang telah dikenal.
Saran-Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia hendaklah lebih mendekatkan hubungan antara dosen-dosen dan para mahasiswa, terutam para mahasiswa angkatan baru, karena dengan demikian akan lebih saling mengenal, supaya dapat lebih meningkatkan kerja sama antara
14
dosen dan mahasiswa yang telah terbentuk sejak Fakultas Psikologi berdiri. 2. Bagi
peneliti
selanjutnya,
disarankan
untuk
mempertimbangkan
beberapa hal. a. Peneliti disarankan agar dapat mengontrol variabel-variabel lain yang sekiranya dapat memperkaya hasil penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi altruisme atau altruistik seperti kondisi, kondisi mental psikologis, kondisi alam (iklim dan cuaca ). b. Salah satu alat ukur yang dipakai oleh peneliti merupakan pengadaptasian dari salah satu penelitian sebelumnya, sedangkan alat ukur untuk varibel satunya adalah dibuat oleh peneliti sendiri, maka penyempurnaan alat ukur perlu terus dilakukan sebagai salah satu usaha untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. .
15
DAFTAR PUSTAKA
Adhim, F.M. 2001, Hubungan Antara Orientasi Religius Dan Perilaku Menolong Altruistik Pada Remaja Muslim. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Agustian, Ari.G. 2001. Rahasia Sukses Membagun Kecerdasan dan Spiritual Berdasarkan Rukun Iman dan Rukun Islam. Jakarta : Penerbit Arga.
Andrianto, S. 1999. Hubungan kematangan Beragama dengan Intensi Prososial pada Mahasiswa Fakulta Psikologi Universitas Islam Indonesia . Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UII.
Niken, I. LNH.1998, Seni: Wahana Untuk Menajamkan Rasa Dan Memintarkan Emosi. Journal Psikolologika, Hal.19-25, No 5, Tahun III. Yogyakarta.
Jalaludin, 2002, Psikologi Agama (edisi revisi). Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Sears, D,O. et, al. 1991. Psikologi Sosial 2 Edisi Kelima. Jakarta Erlangga.
Penerbit:
Tasmara, T. 2001, Kecerdasan Ruhaniah (Transendental Intellgensi). Jakarta : Gema Insani.
Shihab, Q. 1996. Wawasan Alqur,an Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat. Mizan : Bandung.
16