PENGANTAR
Latar Belakang Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang berkualitas secara cukup dan berkesinambungan. Kondisi ini masih merupakan kendala terutama pada musim kemarau. Selain itu keterbatasan kemampuan hijauan rumput sebagai pakan tunggal dalam memenuhi kebutuhan ternak secara lengkap terutama kebutuhan akan protein, akan mengakibatkan tidak maksimalnya aktivitas mikrobia rumen dalam mencerna serat, yang akan berdampak pada menurunnya produktivitas ternak ruminansia.
Kombinasi
rumput dan legum sebagai sumber protein perlu dilakukan agar dapat saling melengkapi unsur nutrien yang diperlukan oleh ternak. Budidaya tanaman pakan baik rumput maupun legum yang mampu berproduksi tinggi, mampu mencukupi kebutuhan ternak, dan tahan terhadap kekeringan perlu dilakukan. Terbatasnya lahan dan sumber daya bagi pengembangan hijauan makanan ternak merupakan masalah tersendiri. Lahan yang tersedia bagi tanaman pakan umumnya adalah lahan marginal dengan kandungan unsur hara yang rendah. Tsubo et al. (2005) merekomendasikan pola tanam berganda atau tumpangsari merupakan salah satu alterasli untuk mengatasi masalah keberlanjutan produksi pakan terutama pada daerah lahan kering. Phaseolus lunatus
L. merupakan salah satu leguminosa asli
Nusa
Tenggara Timur (NTT), yang biasanya hidup pada padang penggembalaan alam.
1
Di Pulau Timor, legum ini dikenal dengan nama arbila. Legum arbila tumbuh merambat dengan daya adaptasi yang cukup luas terhadap lingkungan tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi, tahan terhadap kekeringan, dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah, toleran terhadap tanah asam. Dilaporkan juga bahwa tanaman ini mampu hidup secara tumpangsari dengan tanaman sereal.
Hasil analisis di Laboratorium Hijauan
Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan UGM (2010) menunjukkan bahwa bagian vegetatif legum arbila ini mengandung 21,21% protein kasar (PK) dan 24,21% serat kasar (SK). Kulit polong
kacang arbila ini mengandung
18,80% PK dan 17,5% SK. Bijinya mengandung nutrien yang lebih tinggi lagi yaitu 26% PK dan 66,3% BETN (Tarruco-Uco, 2009). Di NTT, tanaman ini biasa dimanfaatkan sebagai pakan jika ternak tersebut hendak digemukkan. Komposisi kimia yang tinggi ini diharapkan dapat menjadi sumber protein dalam meningkatkan nilai manfaat kebun pakan yang ada di lahan kering. Walaupun mengandung protein tinggi, arbila belum mampu menjadi pakan tunggal bagi ternak ruminansia. Dibutuhkan juga hijauan sumber energi seperti tanaman sereal untuk melengkapi kecukupan akan energi dan protein bagi ternak ruminansia. Sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerahdaerah marginal dan kering di Indonesia. Sorgum tumbuh tegak dan mempunyai daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain. Nilai nutrisi yang dikandung hijauan sorgum pada fase vegetatif adalah 13,76% – 15,66% PK dengan 26,06% - 31,85% kadar SK.
2
Sorgum ini dapat diandalkan sebagai pakan hijauan sumber energi bagi ruminansia. Walaupun sebagai sumber energi, pemberian sorgum sebagai pakan tunggal bagi ternak ruminansia, belum memenuhi kecukupan akan protein. Kombinasi sorgum dengan hijauan sumber protein diperlukan untuk mencukupi kebutuhan energi dan protein bagi ternak ruminansia. Tanaman sorgum ini sangat baik jika ditumpangsarikan dengan legum merambat. Kebutuhan tanaman pakan akan nitrogen (N) sangat tinggi. Nitrogen ini berguna untuk meningkatkan pertumbuhan, produksi dan kualitas hijauan serta memperpanjang masa vegetatif. Kondisi ini menyebabkan akumulasi hasil fotosintesis
dalam
tanaman
dapat
berlangsung
lebih
lama
sehingga
meningkatkan produktivitas tanaman pakan. Sumber N bagi tanaman dapat berupa urea atau melibatkan rizobium dalam memanfaatkan N udara. Bintil akar pada akar arbila merupakan tempat hidup dari bakteri rizobium yang mampu menambat N udara, di mana gas N2 dari udara direduksi menjadi amonia. Amonia (NH3) dan NH4 selanjutnya akan digunakan oleh tanaman inang dan tanaman lain yang berada di sekitarnya. Legum mampu menambat 62 – 128 kg/ha N, bahkan dari jenis cowpea mampu menambat
150 kg N/ha/tahun.
Kemampuan arbila dalam menambat N ini diharapkan mampu menjadi sumber N hayati bagi arbila dan tanaman lain di sekitarnya. Kemampuan ini ditentukan oleh efektivitas rizobium dalam menambat N. Bakteri yang tidak efektif justru bersifat parasitisik bagi tanaman.
Inokulasi dengan biakan strain terpilih diharapkan
dapat menggantikan rizobium alam yang kurang efektif. Jumlah biakan unggul dalam tanah akan menentukan kemampuannya bersaing dengan bakteri lain yang nantinya berdampak pada produktivitas tanaman pakan.
3
Umur panen merupakan aspek yang erat hubungannya dengan fase pertumbuhan tanaman, yang mempunyai relevansi yang akurat dengan produksi dan nilai nutrien dan kecernaan. Umur panen juga menentukan berapa lama tanaman legum dapat bersimbiosis dengan bakteri rizobium dalam menambat dan memanfaatkan nitrogen udara. Penentuan umur panen yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin banyaknya N yang ditambat dan dimanfaatkan oleh tanaman, yang kemudian sangat menentukan
kualitas dan kuantitas hijauan
yang dihasilkan sebagai tanaman pakan. Tumpangsari antara tanaman sorgum dan legum arbila
diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas lahan dan peningkatan jumlah dan kualitas pakan. Dalam pola tanam tumpangsari terdapat interaksi antara tanaman, yang dapat menguntungkan karena saling menunjang, atau dapat juga merugikan karena saling berkompetisi. Sifat-sifat yang menguntungkan pada sorgum
arbila dan
merupakan peluang untuk dikembangkan. Selain itu juga menentukan
banyaknya kompetisi yang terjadi antara kedua jenis tanaman tersebut. Kombinasi populasi arbila dan sorgum, jarak tanam arbila, serta jumlah baris sorgum sebagai tanaman sela di antara arbila, menentukan interaksi dan kompetisi antara kedua tanaman tersebut yang akan berdampak pada produktivitas hijauan baik sorgum maupun legum yang dihasilkan. Perbandingan hijauan arbila dan sorgum yang dihasilkan pada tumpangsari tanaman pakan ini akan menentukan respon ternak yang terlihat dari kemampuan ternak dalam konsumsi dan kecernaan. Informasi mengenai tumpangsari legum arbila (Phaseolus lunatus L.) dan sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) dalam upaya meningkatkan produktivitas pakan ruminansia belum tersedia. Penelitian tentang tumpangsari legum arbila
4
(Phaseolus lunatus L.) dan sorgum (Sorghum bicolor (L) Moench) dalam upaya meningkatkan produktivitas pakan ruminansia telah dilakukan.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Menetapkan dosis inokulum rizobium dan umur panen yang menghasilkan produktivitas arbila sebagai pakan hijauan terbaik bagi ternak ruminansia.
2.
Menetapkan dosis urea dan umur panen yang menghasilkan produktivitas sorgum sebagai pakan hijauan terbaik bagi ternak ruminansia.
3. Menetapkan jarak tanam arbila
dan jumlah baris sorgum yang ditanam
secara tumpangsari yang menghasilkan produktivitas hijauan pakan terbaik. 4. Menetapkan jarak tanam arbila
dan jumlah baris sorgum yang ditanam
secara tumpangsari yang menghasilkan respon ternak ruminansia terbaik.
Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1.
Masyarakat petani peternak dalam meningkatkan produktivitas kebun pakan yang menggunakan model pertanaman campuran sorgum dan legum asli, yang memanfaatkan nitrogen alami.
2.
Pemerintah Provinsi NTT
dalam menentukan kebijakan pembangunan
peternakan terutama berhubungan dengan penyediaan
kebun pakan
berbasis tanaman lokal yang sudah ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya sebagai sumber pakan ternak ruminansia.
5
3.
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan pupuk nitrogen hayati dalam meningkatkan produktivitas pertanaman campuran sorgum dan legum, terutama dalam menunjang mata kuliah Budidaya Hijauan Makanan Ternak dan mata kuliah Pengelolaan Padang Penggembalaan.
4.
Bagi peneliti dalam mempertahankan dan mengembangkan plasma nutfah tanaman sorgum dan legum asli Nusa Tenggara yang berproduksi tinggi dan palatabel.
6