PENGALAMAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) YANG MENGALAMI ABUSE 1
2
3
I Nengah Darthayasa , Indah Winarni , Retno Lestari 1 Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Mataram 2 Pengajar Fakultas Ilmu budaya Universitas Brawijaya, 3 Pengajar Program Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
ABSTRAK Masalah kesehatan jiwa pada TKI terus mengalami peningkatan. Hal ini diakibatkan karena kerentanan TKI mendapatkan abuse selama menjalankan pekerjaan. Berbagai bentuk abuse yang sering dialami oleh para TKI diantaranya adalah pemerasan, pelecehan seksual, penghinaan, penyiksaan dalam tahanan dan bentukbentuk perilaku kekerasan lainnya. Pengalaman abuse yang dialami oleh TKI tersebut menimbulkan dampak trauma psikologis yang dapat meningkatkan resiko TKI mengalami masalah kesehatan jiwa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman TKI yang mengalami abuse. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif. Wawancara mendalam dengan menggunakan pertanyaan semiterstruktur yang melibatkan 7 orang TKI yang mengalami abuse. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan analisis hermeneutics. Penelitian ini menghasilkan tema besar yaitu berada dalam lingkungan pekerjaan yang beresiko menurunkan kualitas hidup. Tema besar ini kemudian dijabarkan dalam 7 tema yaitu tidak paham tentang kondisi pekerjaan diluar negeri, mendapat perlakuan yang tidak manusiawi, merasakan penderitaan menjadi TKI, mengalami permasalahan kesehatan, tidak berdaya menghadapi permasalahan, mengupayakan kebebasan diri dan mencari sumber dukungan. Kesimpulan dari hasil wawancara dari keseluruhan partisipan menunjukkan bahwa adanya perlakuan yang tidak manusiawi yang dialami oleh TKI di luar negeri. Perlakuan tidak manusiawi tersebut diantaranya dalam bentuk penganiayaan fisik, penganiayaan psikis, pembatasan kebebasan, pembatasan akses kesehatan, penghinaan melalui kata-kata dan pengekangan hak ekonomi. TKI merasakan hal yang dialami sebagai sebuah penderitaan diri yang menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan baik fisik maupun psikis. Adapun strategi yang dilakukan TKI dalam melepaskan diri dari perlakuan abuse diantaranya menerima keadaan dalam ketidakberdayaan, mengupayakan kebebasan diri dan mencari sumber dukungan. Kata Kunci: Pengalaman TKI, abuse, kesehatan jiwa ABSTRACT Mental health problems of the Indonesian migrant workers are continually increasing. These problems are caused by the vulnerability of the migrant workers in getting abuse while doing their jobs. Various forms of abuse are often suffered by the migrant workers, such as extortion, sexual harassment, insult, torture in prison, and other violent behaviors. Abuses that the migrant workers experienced cause impact of psychological trauma that can increase the risk for the migrant workers experience mental health problems. The purpose of this research is to explore migrant workers’ experience who suffered abuses. The design of the study is a qualitative study with interpretive phenomenological approach. In-depth interviews were used with semi-structured questions involving 7 migrant workers who suffered abuses. Data were collected and analyzed using hermeneutic. The study has main theme that is in the environment is risky in lowering the quality of life. The main theme then translated into seven themes namely does not understand the conditions of employment abroad, receive inhumane treatment, feeling suffer being a migrant workers, experience health problems, is helpless to face the problems, seek freedom and find sources of support. The results of the interviews of all the participants showed that their inhumane treatment, including forms of physical abuse, psychological maltreatment, restriction of freedom, restriction of health access, insults through words and curb of economic rights. Migrant workers feel abuses experienced as a self-suffering that cause various health problems, both physical and psychological. As for strategies that the migrant workers do in escaping the abuses are receiving treatment in a state of helplessness, self-seeking freedom and the searching for sources of support. Keywords: migrant workers experience, abuse, and mental health Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol:4, No.2 ; Korespondensi : I Nengah Darthayasa. Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Mataram. Jl. Ahmad Yani No. 1 Salagalas Mataram. .Email.
[email protected] No. Hp 081230241110. www.jik.ub.ac.id 145
PENDAHULUAN
Thailand mengungkapkan bahwa terdapat
Masalah kesehatan jiwa pada pekerja migran
54% pekerja migran pernah mengalami abuse
di luar negeri terus mengalami peningkatan.
dimana 33% diantaranya merupakan pekerja
Hal ini diakibatkan karena kerentanan para
dengan pemberlakuan sistem kerja yang tidak
pekerja migran terhadap masalah hukum,
manusiawi. Sementara itu, Demetriou (2015)
kekerasan fisik, sosial ataupun psikis. Banyak
juga mengungkapkan bahwa sebanyak 14 %
pekerja migran di luar negeri berada dalam
pekerja migran yang ada di Amerika Serikat
situasi lingkungan kerja yang kurang aman,
terindikasi pernah mengalami physical abuse.
lingkungan perumahan yang minim sanitasi,
Penelitian oleh Meyer et al., (2014) terhadap
rumah tak layak huni, kurangnya akses ke
pekerja migran menggambarkan perasaan
pelayanan kesehatan dan mengalami berbagai
negatif yang dialami oleh pekerja migran baik
perlakuan kekerasan selama menjalankan
itu selama bekerja maupun setelah kembali ke
pekerjaan
negara asal. Perasaan negatif yang dialami
(Islam et al., 2010; Tsai, 2012;
Naing et al., 2012).
oleh
Persepsi pekerja migran yang menganggap
diantaranya
bahwa kesempatan bekerja di luar negeri jauh
keuangan karena harus mengirim uang ke
lebih terbuka menjadi faktor meningkatnya
keluarganya di rumah, ketakutan harus
permasalahan yang dialami. Adanya persepsi
menyetor sejumlah uang kepada atasan
ini mengakibatkan para pekerja migran tetap
kerjanya, ketakutan ditahan
berangkat walaupun dengan keterampilan
kepolisian, perasaan tertekan saat bekerja
yang
status
dan kelelahan bekerja karena tidak diberikan
ketenagakerjaan yang ilegal (Setyawati, 2013).
hak libur. Sementara itu, perasaan negatif
terbatas,
bahkan
dengan
Perlakuan tidak menyenangkan yang sering dialami oleh pekerja migran selama berada di luar negeri adalah abuse. Abuse merupakan perlakuan yang secara sengaja dilakukan untuk melukai perasaan orang lain baik secara fisik, psikis, sosial, seksual, moral, verbal dan
pekerja
migran adalah
selama merasa
bekerja kesulitan
oleh pihak
yang dialami setelah kembali ke negaranya diantaranya
adalah
perasaan
ketiadaan
pekerjaan yang layak, ketakutan karena tidak mampu menyekolahkan anak, kesulitan tidur dan merasa putus asa dengan kondisi yang dialami.
ekonomi (Tiefenbrun (2007); Stosny, (2008);
Penelitian oleh Polay (2012) menemukan
Madeswan & Ravi (2013); Acosta & Acosta
aspek pengalaman berbeda yang dialami oleh
(2013); Demetriou (2015). Robinson dan
pekerja migran. Pekerja migran diungkapkan
Bonchini (2011) dalam penelitiannya di
sering mengalami sindrom homesickness.
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 146
Sindrom ini disebabkan karena tenaga kerja
negeri. Namun demikian, jika dilihat total
yang berada jauh dari rumah, berada dalam
pengiriman TKI setiap kabupaten/kota di
lingkungan kerja yang sangat berbeda serta
Indonesia, maka Kabupaten Lombok Timur
hidup berdampingan dengan orang yang tidak
menduduki peringkat pertama dalam total
dikenalnya. Gejala yang dimunculkan dari hal
jumlah TKI yang bekerja di luar negeri.
ini diantaranya perasaan merasa sendiri,
Laporan Badan Nasional Penempatan dan
kebingungan, kurang bisa mengontrol diri,
Perlindungan
susah tidur dan mudah merasa lelah.
(BNP2TKI) mencatat adanya pengaduan TKI
Suasana kerja dan lingkungan kerja di negara
bermasalah selama kurun waktu tahun 2015
tujuan yang berbeda dengan negara asal
mencapai rata-rata hingga 14 pengaduan
menambah faktor kompleksnya permasalahan
setiap harinya, dimana 27,54% termasuk
yang dialami oleh pekerja migran di luar
dalam kasus abuse. (BNP2TKI, 2015)
negeri. Hal ini digambarkan oleh Kutlu dan
Laporan ruangan Psychiatric High Care Unit di
Koruk (2014) yang menyampaikan bahwa
RSJ Mutiara Sukma NTB dalam 5 tahun
perasaan tertekan sering dialami oleh pekerja
terakhir menyebutkan bahwa pada tahun
migran dikarenakan suasana dan lingkungan
2011 terdapat 40 orang mantan TKI yang
kerja
yang
Kerja
Indonesia
kondusif,
seperti
dirawat, pada tahun 2012 meningkat menjadi
komunikasi
dengan
83 orang, pada tahun 2013 mencapai 47
keluarga, beban pekerjaan yang tinggi dan
orang, pada tahun 2014 mencapai 65 orang
minimnya hari libur yang didapatkan.
dan pada tahun 2015 mencapai 27 orang.
Sikap ketakutan yang ditunjukkan oleh TKI
Sementara itu, dari survei pendahuluan yang
setelah mengalami abuse juga menjadi faktor
dilakukan oleh peneliti di kabupaten Lombok
pemicu mengapa kejadian seperti ini terus
Timur terhadap 3 orang mantan TKI yang
berulang. Ketakutan menyampaikan keluhan
sedang dalam proses pendampingan oleh
karena takut diberhentikan, ditangkap atau
pihak
dideportasi menjadi penyebab kejadian ini
Kabupaten Lombok Timur menyampaikan
kurang terdokumentasi dengan baik dan
pengalaman yang kurang menyenangkan
menyebabkan
selama menjadi TKI. Pengalaman tersebut
keterbatasan
tidak
Tenaga
akses
sulit
untuk
ditindaklanjuti
(Naing et al., 2012). Nusa Tenggara Barat menempati urutan terbanyak ketiga setelah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai pemasok TKI ke luar
Serikat
Buruh
Migran
Indonesia
diantaranya adalah gaji yang tidak dibayarkan, penghinaan,
pemaksaan
bekerja
dan
penyiksaan selama di luar negeri. Hal ini mengindikasikan bahwa kasus abuse masih www.jik.ub.ac.id 147
banyak dialami oleh para TKI yang berasal dari
korban abuse, dewasa, mampu berkomunikasi
Kabupaten Lombok Timur.
dengan
Kasus Abuse masih sering terjadi pada TKI di
mengungkapkan
luar negeri, namun demikian kejadian seperti
mengalami gangguan jiwa berat/psikotik dan
ini jarang terlaporkan dan ditindaklanjuti
bersedia
secara serius. Melihat kasus abuse ini, rasanya
partisipan
belumlah cukup kita menunggu penanganan
kesediaan menjadi partisipan, maka peneliti
pemerintah saja. Upaya mengungkapkan apa
dan partisipan menyepakati waktu dan
yang sebenarnya mereka alami, apa yang
tempat
mereka rasakan maupun apa yang mereka
dikumpulkan melalui wawancara dengan
butuhkan sangat diperlukan. Penelitian yang
menggunakan open ended interview dengan
mengeksplorasi masalah pada TKI pernah
pertanyaan semi terstruktur selama 30-60
dilakukan Setyawati (2013). Namun demikian,
menit. Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini baru menyentuh pada aspek
penelitian
ketentuan regulasi dalam mengurangi kasus
hermeneutics
pada TKI. Oleh karenanya, eksplorasi yang
Carpenter (2011) melalui 3 tahapan yaitu
lebih mendalam terhadap makna pengalaman
membaca
TKI yang mengalami abuse penting untuk
merumuskan makna yang terkandung untuk
dilakukan. Penelitian ini akan melengkapi
dianalisis, melakukan identifikasi terhadap
penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan
makna yang berhubungan dan melakukan
dan menambah wawasan terkait apa yang
interpretasi makna secara keseluruhan untuk
dialami oleh TKI di luar negeri.
memastikan dan memahami keseluruhan
baik
dan
jelas,
mampu
pengalamannya,
menjadi
partisipan.
menandatangani
dilakukannya
ini
menurut
secara
Setelah formulir
wawancara.
menggunakan
teks
tidak
Data
analisis
Streubert
keseluruhan
&
dan
temuan yang ada. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi interpretif (Patilima, 2011; Beck and Pollit, 2012; Cresswell, 2014; Meleong, 2014). Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah 7 orang yang memenuhi kriteria inklusi yaitu Tenaga Kerja Indonesia
HASIL Penelitian ini mendapatkan 7 tema yaitu tidak paham tentang kondisi pekerjaan di luar negeri, mendapat perlakuan yang tidak manusiawi, merasakan penderitaan menjadi TKI, mengalami permasalahan kesehatan, tidak berdaya menghadapi permasalahan, mengupayakan kebebasan diri dan mencari sumber dukungan.
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 148
Tema 1. Tidak paham kondisi pekerjaan di
berkomunikasi
luar negeri
menjadi
Paham diartikan sebagai mengerti benar atau
penguasaan bahasa ini menyebabkan TKI
tahu benar. Dalam hal ini pemahaman yang
mengalami kesulitan pada saat berkomunikasi
dimaksud adalah pemahaman terkait kondisi
dan menerima perintah kerja dari majikan
pekerjaan yang dilakukan di luar negeri. Tema
tempatnya bekerja. Hal ini sesuai dengan
ini dibentuk dari 3 sub tema yaitu kurang
pernyataan partisipan:
TKI.
dan
berinteraksi
selama
Ketidakmampuan
dalam
mengetahui pekerjaan yang akan dikerjakan,
“...belum saya bisa ngomong bahasa
kurang mengerti bahasa di tempat bekerja
sana. Cuma ngomong sama teman-
dan kurang mendapat informasi yang tepat
teman saya ndak kuat” (P4)
tentang menjadi TKI.
“........saya pingin pulang itu pertama
Sub tema pertama adalah kurang mengetahui
kayak
pekerjaan yang akan dikerjakan, hal ini
ngomong. Terus ndak ada teman, kita
diungkapkan partisipan dalam pernyataan:
kan di dalam saja sama anak majikan.
dipenjara,
terus
ndak
bisa
“.....Saya langsung masuk situ kan,
Ndak bisa ngomong kan belum bisa
langsung kerja sapi disana sampai tiga
bahasa arab” (P3)
tahun
4
tahun
disana,
padahal
Makna dari kutipan diatas adalah kondisi
sebelumnya ndak pernah urus ternak
partisipan yang belum siap dan belum
disini” (P2)
memahami bahwa situasi pekerjaan di luar
“Baru satu kali pak saya menjadi TKI,
negeri
terus tiba-tiba baru pertama saya datang
menguasai keterampilan berbahasa.
kesana, rumahnya tiga tingkat, WC nya
Sub tema ketiga adalah kurang mendapat
10, kamarnya 10 harus dibersihkan setiap
informasi yang tepat tentang menjadi TKI.
hari” (P4)
Informasi yang dimaksud adalah informasi
yang
mengharuskannya
untuk
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
yang berkaitan dengan pekerjaan menjadi TKI.
bahwa TKI belum memiliki kesiapan tentang
Hal
informasi jenis pekerjaan dan gambaran
pernyataan:
ini
diungkapkan
ini,
partisipan
jangan
dalam
pekerjaan yang akan dilakukan di luar negeri.
“.....agen-agen
terlalu
Sub tema yang kedua adalah kurang mengerti
menjanjikan ke calon-calon TKI terlalu
bahasa di tempat bekerja. Penguasaan
yang mewah-mewah lah. Biarlah cerita
bahasa diperlukan untuk memudahkan dalam
sesuai dengan kenyataan” (P6) www.jik.ub.ac.id 149
“Ndak dapat, ndak dapat saya pelatihan
mobil lagi. Lebih kurang setengah kilo kita
pak. Saya berangkat saja” (P2)
ditarik” (P6)
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
“......Pipi saya merah dipukuli sama dia
kondisi TKI yang mendapat informasi berbeda
yang laki.” (P3)
dari kondisi sebenarnya di luar negeri.
“Berbuat sedikit saja khilaf salah, kita
Keadaan ini juga disebabkan karena TKI yang
disiksa dipukul.” (P7)
tidak
mendapat
pelatihan
sebelum
keberangkatan.
Makna dari kutipan diatas menunjukkan berbagai perlakuan penganiayaan fisik yang
Tema 2. Mendapat perlakuan yang tidak manusiawi
dialami oleh TKI selama di luar negeri walaupun hanya melakukan sedikit kesalahan.
Partisipan
mengungkapakan
pemahaman
Perlakuan ini tidak saja dilakukan oleh
tentang abuse yang dialami sebagai suatu
majikan, tapi juga oleh aparat keamanan
perlakuan yang tidak manusiawi. Perlakuan
setempat.
tidak manusiawi memiliki arti jenis perlakuan
Sub
atau
penganiayaan psikis.
perbuatan
yang
tidak
semestinya
tema
kedua
adalah
mengalami
Penganiayaan psikis
diterima sebagai manusia atau makhluk
merupakan perbuatan penganiayaan dengan
Tuhan. Tema mendapatkan perlakuan yang
sasaran kondisi psikologis seseorang yang
tidak manusiawi dibentuk dari 5 sub tema
dapat mengakibatkan ketakutan, hilangnya
meliputi
rasa
mengalami
penganiayaan
fisik,
percaya
diri,
kemampuan
untuk
mengalami penganiayaan psikis, kebebasan
bertindak ataupun rasa tidak berdaya. Hal ini
terkekang, mengalami pembatasan akses
diungkapkan dalam pernyataan partisipan:
kesehatan, mendapat penghinaan melalui kata-kata dan hak ekonomi terkekang. Sub
tema
pertama
penganiayaan merupakan
fisik.
perlakuan
adalah
pulang, saya lempar kamu dari jendela ini mengalami
Penganiayaan kekerasan
fisik
dengan
maksud untuk menimbulkan cedera atau kerusakan
pada
bagian
“Awas kamu katanya, kalau kamu mau
tubuh. Hal ini
diungkapkan oleh pernyataan partisipan: “...... kita dibawa, diikat pakai tali lembu kita diikat. Ditarik-tarik gitu sampai naik Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 150
biar kamu mati katanya” (P3) “...jadi seenaknya saja. Kalau ada salah sedikitpun, dia laporkan ke polisi” (P2) “Mau tidak mau musti (harus) kita nurut, karena paspor dia yang ngurus, dia yang pegang. Kalau kita ndak nurut kan susah” (P6)
Makna dari kutipan diatas menunjukkan adanya ancaman dan tekanan yang dialami TKI. Kondisi kelemahan dari sisi administrasi menyebabkan
TKI
tidak
mampu
untuk
melakukan perlawanan. Sub
tema
ketiga
berobat” (P7) “Kalau kita sakit ya diam di rumah saja pak. Tidak ada tempat berobat” (P1) Makna dari kutipan diatas menunjukkan terbatasnya
adalah
pengekangan
pemenuhan
kebutuhan
kesehatan terhadap partisipan. Partisipan
kebebasan. Pengekangan kebebasan memiliki
seharusnya
arti
dalam
memenuhi kebutuhan kesehatannya. Namun
bertindak sesuai dengan keinginannya. Hal ini
demikian kondisi sebaliknya dialami oleh
diungkapkan dengan pernyataan partisipan:
partisipan selama menjalani pekerjaan. Dalam
ketidakmampuan
individu
memperoleh
hak
dalam
“....Ndak boleh kita keluar dari rumah
hal ini partisipan mengungkapkan harus
pak. Terus bukan dengan teman laki-laki
memenuhi
doang. Teman perempuan Indonesia juga
kesehatannya.
ndak boleh” (P3)
Sub
“Dalam bentuk ndak ada kebebasan
penghinaan melalui kata-kata. Penghinaan
sudah. Ndak boleh keluar kesana-kesini”
melalui
(P2)
tindakan dengan niat untuk merendahkan
secara
tema
mandiri
kelima
kata-kata
adalah
kebutuhan
mendapatkan
memiliki
seseorang
arti
Makna dari kutipan diatas adalah adanya
martabat
pembatasan-pembatasan yang dialami oleh
melalui ucapan atau kata-kata. Hal ini sesuai
TKI selama bekerja. Pembatasan tersebut
dengan pernyataan partisipan: “...dia
pembatasan berinteraksi dengan orang lain.
kaninabu, langsai macam itu dia bilang”
Sub
(P1)
keempat
adalah
mengalami
macam
diungkapkan
dalam bentuk tidak boleh keluar rumah dan
tema
bilang
yang
adalah
itu,
pukimak,
pembatasan akses kesehatan. Hal ini sesuai
“...kan jilbab kadang terangkat..terus
dengan pernyataan partisipan:
katanya..wah saya pingin kamu” (P3)
“Ndak ada pak, apalagi pemeriksaan.
“Kalau kita ketahuan dari orang Lombok,
Siapa yang periksa? Bos ini tahunya lihat
Eh pencuri dia bilang gitu. Penyamun kita
kita kerja saja” (P2)
dibilang gitu” (P7)
“Paling cuma beli obat di kios pak kalau
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
kita sakit. Mana mau bos kita ngajak
ketidaknyamanan
partisipan
dengan
www.jik.ub.ac.id 151
ungkapan yang disampaikan oleh majikan. Ungkapan kasar termasuk di dalamnya adalah
Tema 3. Mengalami permasalahan kesehatan Partisipan
mengungkapkan
ungkapan pelecehan merupakan bagian dari
pengalaman
abuse
penghinaan melalui kata-kata yang dirasakan
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan.
sebagai
Tema ini dijabarkan menjadi dua sub tema
bentuk
perlakuan
yang
tidak
yang
dampak dialaminya
menyenangkan.
yaitu mengalami permasalahan fisik dan
Sub tema keenam adalah hak ekonomi
mengalami
terkekang. Hak ekonomi merupakan sesuatu
penjelasan masing-masing sub tema:
yang seharusnya diperoleh seseorang setelah
Sub
menjalankan
Pengekangan
permasalahan fisik. Permasalahan Fisik yang
terhadap hak ekonomi berkaitan dengan
dimaksud disini adalah permasalahan yang
adanya
dialami pada bagian tubuh (badan) seseorang.
pekerjaan.
upaya
pembatasan-pembatasan
terhadap sesuatu yang seharusnya diperoleh TKI dalam aspek ekonomi. Hal ini sesuai dengan pernyataan:
tema
permasalahan
pertama
psikis.
adalah
Berikut
mengalami
Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan: “...pokoknya sakit semua badan saya kayak alergi gitu. Ini pecah-pecah berdarah semua,
“...gaji dipotong saja, biasanya gaji janji dikasih 1 ribu., nyatanya dikasi 500 gaji kita” (P2)
kalau pegang kerjaan itu perih nangis” (P3) Makna dari kutipan diatas menunjukkan TKI mengalami masalah pada bagian tubuhnya
“Kalau kamu minta duit, kerja dulu. Nanti
akibat perlakuan yang dialaminya selama
saya gaji, gaji belakang saya bagi semua.
menjalankan pekerjaan.
Datang gaji belakang, lupa. Eee ndak mau bayar” (P1)
Sub
tema
kedua
adalah
mengalami
permasalahan psikis. Permasalahan psikis “Kadang gaji kita ndak pernah betul
merupakan segala permasalahan yang dialami
hitungannya, kadang kita melapor sekian,
TKI yang berkaitan dengan pikiran dan
dibayar sekian” (P6)
perasaan. Hal ini didukung dengan pernyataan
Makna dari kutipan diatas menunjukkan adanya
perlakuan
majikan
yang
partisipan:
tidak
“Masuk pertama dan kedua itu saya ndak
memberikan hak ekonomi kepada TKI. Gaji
mampu. Trauma betul-betul. Saya takut
bulanan merupakan salah satu hak yang wajib
sampai sekarang. Saya ndak berani” (P1)
diperoleh oleh partisipan selama menjalankan pekerjaan. Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 152
“Begitu
traumalah
pak,
takut
lagi
mungkin kesana” (P2) Makna dari kutipan diatas menunjukkan
perasaan sedih dan duka TKI yang sangat mendalam akibat berhadapan dengan situasi
adanya perasaan ketakutan dan bayangan
yang mengecewakan.
kejadian masa lalu yang masih melekat dalam
Sub tema kedua adalah marah dengan
pikiran TKI. Bayangan ketakutan dalam bentuk
keadaan yang dialami, seperti ungkapan
trauma merupakan bagian dari permasalahan
partisipan berikut ini:
psikis yang dialami oleh TKI.
“Ya sakit hatilah pak. Kita kerja sudah
Tema 4. Merasakan penderitaan menjadi TKI
susah-susah
Penderitaan berasal dari kata derita yang
ngerawat anak dia kayak macam
berarti menanggung atau menjalani keadaan
jaga
anak
dia.
Kita
ngerawat anak sendiri. Tapi balasannya
yang terasa tidak menyenangkan. Tema
macam itu” (P5)
merasakan penderitaan menjadi TKI dibentuk
“....perih pak, benar perih, bukan sedih
dari 6 sub tema meliputi Perasaan kedukaan
lagi tapi perih. Kayak udah dibelah-
hati, marah dengan keadaan yang dialami,
belah sama pisau” (P3)
perasaan terisolasi, ketakutan, rindu suasana
“Saya kerja, tabur baja (nanam benih),
rumah dan merasa diperlakukan tidak adil:
semua saya ee potong daun dia, kalau
Sub tema pertama adalah perasaan kedukaan
time (waktu) potong buah kita potong
hati. Hal ini sesuai dengan pernyataan
buah. Tapi kenapa dia balas saya
partisipan:
macam ini” (P1)
“....Sedih gimana gitu pak. Nangis saya
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
berhari-hari... (P5)
perasaan marah yang dialami oleh TKI karena
“Sedih banget pak, apalagi kalau orang
perlakuan
tua itu tahu kalau saya di penjara. (P7)
mendapat balasan semestinya dari majikan.
“....tapi penderitaan saya itu lebih kuat
Sub tema ketiga adalah perasaan terisolasi.
pak. Sampai-sampai ongkos pun ndak
Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan:
cukup” (P1)
yang telah ditunjukkan tidak
“saya ndak tahan disitu, Cuma jangkrik
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
saja yang kita dengar krik krik krik. Ndak
perasaan hati TKI yang mengalami perasaan
pernah ada yang lain” (P1)
sedih yang sangat mendalam. Menangis yang
“..tengah hutan jauh dari kampung. Dia
dilakukan oleh TKI merupakan petunjuk
langsung ada kandangnya, saya tunggu www.jik.ub.ac.id 153
sendiri saja disitu. Sepi rasanya pak ndak
“...kan kita baru masuk, kita baru
ada teman” (P2)
masuk. Tidur ndak bisa, kalau kita lihat
“Kadang sedih pak tinggal sendirian di
bag (tas), kita mau jalan terus mau
rumah itu. Kawan ndak ada, tempat cerita
pulang” (P1)
ndak ada” (P4)
“...saya lihat pesawat di langit. Ya Allah
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
kapan hamba bisa naik pesawat itu biar
adanya perasaan terasing dan tidak bisa
bisa nyampai ke negeri Indonesia, negeri
berhubungan dengan dunia luar.
yang hamba cintai” (P3)
Sub tema keempat adalah ketakutan. Takut
“Pokoknya saya jenuh disana, ndak
merupakan
bagian
dari
betah. Nasib-nasib kita sudah. Saya
mekanisme
pertahanan terhadap adanya suatu bahaya
pingin cepat-cepat pulang ke Lombok”
atau ancaman. Perasaan ini sesuai dengan
(P4)
ungkapan partisipan berikut ini:
“Sedih memang pingin kumpul sama
“....dia ancam saja dengan polis. Itu kan
anak istri. Itu saya pulang, orang tua
yang kita takut. Kalau di Malaysia ini Polis
juga suruh saya pulang” (P2)
Diraja Malaysia, Polis yang merajai,
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
bukan orang kampung” (P1)
keinginan dan harapan yang kuat dari TKI
“Eee memang itu kebiasaan kata-katanya
untuk pulang ke kampung halaman dan
itu. Kita mau lawan, takut juga kan” (P2)
berkumpul kembali dengan keluarga.
“Dengar suara motor saja lewat, lihat
Sub
sinar-sinar senter di kebun itu, menggigil
diperlakukan tidak adil. Tidak adil memiliki
terus takut, pokoknya disitu sudah berdoa
arti
gimana, minta keselamatan” (P7)
kewajiban yang telah dilaksanakan. Hal ini
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
tema
tidak
keenam
adalah
mendapatkan
hak
merasa
menurut
sesuai dengan pernyataan partisipan: adanya reaksi yang ditunjukkan TKI atas
“Ndak sesuai dengan perjanjian disini,
adanya ancaman yang membahayakan diri
sampai di Malaysia itu lain. Katanya oh
dalam bentuk kekahawatiran dan ketakutan.
rumah
Sub tema kelima adalah
rindu suasana
rumah, seperti ungkapan partisipan berikut ini: Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 154
disediakan,
fasilitas
makan
minum, itu bohong. Jarang ada yang betul-betul” (P7) “Dia janji kita bagi dua. Tapi pas sudah
kita potong, pas kita kerja-kerja, ditipu”
selamat. Berdoa sembahyang, sholat
(P1)
macam itu pak” (P1)
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
Makna dari kutipan diatas menunjukkan sikap
perasaan TKI yang diperlakukan tidak sesuai
TKI yang harus menerima keadaan yang
dengan janji dan kewajiban yang telah
dialami karena sudah tidak mampu berbuat
dilaksanakan.
untuk melawan perlakuan yang diterima.
Tema
5.
Tidak
berdaya
menghadapi
Bertahan dan berdoa merupakan perwujudan sikap pasrah TKI terhadap keadaan yang
permasalahan Tidak berdaya memiliki arti sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk melakukan
dialami. Sub tema kedua adalah memendam masalah,
sesuatu. Kondisi ini muncul disebabkan
memiliki arti menyembunyikan permasalahan
karena
agar tidak diketahui orang lain. Hal ini sesuai
keadaan
partisipan
yang
tidak
memungkinkan untuk melakukan perlawanan
dengan pernyataan partisipan:
terhadap abuse yang dialaminya. Tema ini
“Ya gimana ya, cuma sepi (diam) saja.
dijabarkan kembali dalam 3 sub tema meliputi
Mau melapor ndak berani” (P7)
pasrah terhadap keadaan yang dialami,
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
memendam masalah dan meratapi keadaan.
adanya
Sub tema pertama adalah pasrah terhadap
menceritakan
keadaan yang dialami. Pasrah memiliki arti
Ketakutan inilah yang menyebabkan TKI lebih
bertahan dengan keadaan dan menyerahkan
memilih untuk memendam permasalahannya.
diri pada Tuhan karena merasakan usaha yang
Sub tema ketiga adalah meratapi keadaan,
dilakukan tidak memberi hasil. Hal ini sesuai
memiliki arti menangisi keadaan yang sudah
dengan pernyataan partisipan:
tidak ada pengharapan kembali. Hal ini
perasaan
“Kita terpaksa tahan pak, kalau kita ndak
diungkapkan
tahan, kita ndak ada tambang (ongkos)
pernyataan:
ketakutan
masalah
oleh
TKI
yang
partisipan
untuk dialami.
dalam
kita untuk pulang” (P1)
“...akhirnya setiap hari setiap malam
“Mau bagaimana lagi pak. Tahan ndak
saya nangis” (P3)
tahan kita harus bertahan. Kalau ndak
“.....Sudah menangis, jatuh sendiri air
begitu kita ndak bisa pulang” (P2)
mata. Saya ingat orang tua terus” (P1)
“..Hanya berdoa saja pak. Berdoa untuk
Makna dari kutipan diatas menunjukkan www.jik.ub.ac.id 155
kesedihan TKI yang ditunjukkan dengan cara
bantuan yang berasal dari orang lain seperti
menangis
teman atau keluarga. Tema ini dibentuk dari 2
karena
sudah
tidak
memiliki
pengharapan kembali.
sub tema yaitu menceritakan permasalahan
Tema 6. Mengupayakan kebebasan diri
dan
Mengupayakan kebebasan diri merupakan
mencoba
keluar
dari
lingkungan
pekerjaan. salah satu strategi yang diambil oleh TKI
Sub tema pertama adalah menceritakan
ketika mengalami abuse. Strategi ini dilakukan
permasalahan.
oleh partisipan sebagai upaya agar terlepas
pernyataan:
dari jeratan abuse yang dialaminya.
manipulatif.
Upaya
ini
sesuai
dengan
“Diceritainlah pak..itulah orang tua saya nyuruh pulang saja. Kalau masalahnya
Upaya yang dilakukan adalah melakukan tindakan
Hal
gitu, ndak apa kerja di kampung saja
tindakan
manipulatif itu dilakukan dengan cara sengaja
lebih baik dia bilang” (P2)
membenturkan
dan
“Saya ndak bisa tahan disitu. Saya
berpura-pura pingsan. Hal ini sesuai dengan
melapor ke orang tua, saya mau lari” (P1)
pernyataan partisipan:
“Cuma ngomong (cerita) sama teman-
kepala
di
tembok
“...akhirnya saya kayak (seperti) apa,
teman saya ndak kuat. Saya mau pulang
kepala
saja, gitu saja saya ngomong sama orang
saya
benturin
sendiri,
bener,
sekarang saya cerita...” (P3)
Jakarta. Itu orang Jakarta itu ngomong
“....Ini kan kalau saya makan daging-
sama bos saya itu” (P4)
daging itu, sakit...pura-pura saya sakit
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
sudah. Saya pura-pura pingsan tiga kali
upaya TKI dalam melepaskan diri dari jeratan
pak. Itu baru saya dikasih pulang. Mungkin
abuse
dia takut saya kenapa-kenapa” (P4)
permasalahan yang dialami kepada teman
dengan
cara
menceritakan
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
dan keluarga.
upaya tindakan manipulatif yang dilakukan
Sub tema kedua adalah mencoba keluar dari
oleh TKI dengan tujuan agar dikasihani dan
lingkungan pekerjaan yang menyiksa. Hal ini
dibolehkan untuk pulang..
sesuai dengan pernyataan:
Tema 7. Mencari sumber dukungan
“Makanya lepas itu sayapun lari dari
Mencari sumber dukungan memiliki arti
Serikat (perusahaan) itu” (P6)
upaya TKI dalam mencari dukungan atau
Makna dari kutipan diatas menunjukkan
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 156
upaya TKI dalam melepaskan diri dari
perlakuan yang tidak menyenangkan terhadap
lingkungan pekerjaan yang menyiksa adalah
fisik/badan tenaga kerja seperti dipukuli,
dengan cara melarikan diri dari perusahaan
dianiaya ataupun dipekerjakan sampai tengah
tempatnya bekerja.
malam.
PEMBAHASAN
merupakan perlakuan tidak menyenangkan
Pemahaman TKI yang masih minim tentang kondisi pekerjaan di luar negeri merupakan masalah yang banyak dialami oleh TKI. Benach
Sementara,
Coersive
abuse
yang dialami tenaga kerja dalam bentuk perlakuan/pelecehan seksual oleh majikan (Acosta & Acosta, 2013).
penelitiannya
Berbeda dengan Acosta, Tiefenbrun (2007)
menyampaikan bahwa banyak para pekerja
menyampaikan bahwa terdapat 4 macam
migran
kondisi
abuse diantaranya adalah Emotional abuse,
keterampilan kerja yang rendah dan belum
verbal abuse, physical abuse dan sexual
mengetahui
et
al.,
(2011)
dalam
berangkat
dengan
yang
akan
abuse. Emotional abuse berkaitan dengan
ini mengakibatkan
para
tidak terpenuhinya kebutuhan emosional
pekerja migran tersebut jatuh pada kondisi
korban, verbal abuse berkaitan dengan
pekerjaan yang diistilahkan oleh Benach
kekerasan yang didapatkan dalam bentuk
sebagai
dan
kata-kata kasar, physical abuse merupakan
degrading). Hasil penelitian serupa oleh
perlakuan tidak menyenangkan dalam bentuk
pekerjaan
dikerjakan. Hal
“3D”
apa
(dangerous,
dirty
Acosta & Acosta (2013) menggambarkan
fisik seperti pemukulan, pengekangan dan
bahwa faktor pemahaman pekerja yang
sexual abuse merupakan kekerasan dalam
rendah dapat meningkatkan resiko pada para
bentuk pemaksaan hubungan seksual yang
pekerja migran mengalami abuse.
dilakukan terhadap korban untuk tujuan
Bentuk abuse yang dialami oleh pekerja migran dikategorikan dalam 3 bentuk yaitu Corruptive abuse, Confrontative abuse dan Coersive abuse. Corruptive abuse merupakan perlakuan tidak menyenangkan terhadap psikologis tenaga kerja seperti dilecehkan di depan umum, di ejek dengan kata-kata kotor, dilarang
berkomunikasi
dengan
keluarga
komersial dan/atau untuk tujuan tertentu. Demetriou (2015) menyebutkan bahwa abuse menyangkut 3 aspek yaitu aspek phisical, sexual dan phychological. Begitupula dengan Madeswan & Ravi (2013) menyampaikan bahwa abuse dapat dialami pekerja migran dalam bentuk sosial, ekonomi, moral dan psikologis.
ataupun dilarang bepergian dari rumah
Abuse yang dialami oleh TKI menyebabkan
majikan. Confrontative abuse merupakan
terjadinya permasalahan kesehatan baik fisik www.jik.ub.ac.id 157
maupun psikis. Tal (2015) mengungkapkan
kesehatan jiwa yang lebih serius lagi (Acosta &
bahwa banyak dari para pekerja migran
Acosta, 2013).
mengalami permasalahan fisik utamanya pada
Respon
para pekerja migran yang bekerja sebagai
pandangan kesehatan jiwa merupakan bagian
asisten rumah tangga. Sementara itu, Meyer
dari penilaian individu terhadap stresor yang
et
penelitiannya
dialami. Penilaian ini menjadi jawaban atau
menemukan bahwa berbagai keluhan psikis
tanggapan terhadap stimulus yang muncul.
banyak dialami oleh para pekerja migran,
Penilaian tersebut bisa bermacam-macam
diantaranya adalah kesulitan tidur, ketakutan
tergantung
dan kesedihan yang mendalam.
memunculkan suatu mekanisme koping dalam
Penelitian oleh Acosta & Acosta (2013)
menghadapi
menjelaskan dampak dari abuse menjadi dua
koping yang muncul dapat berupa mekanisme
bagian yakni effectual damage dan affectual
koping yang bersifat konstruktif maupun
damage. Effectual damage merupakan efek
destruktif.
yang langsung diterima oleh korban abuse,
konstruktif berkaitan dengan kemampuan
sedangkan affectual damage merupakan efek
penyesuaian dan kemampuan penyelesaian
jangka panjang dari perlakuan abuse terhadap
masalah, sementara mekanisme destruktif
korban. Effectual damage bisa berupa memar,
cenderung
lecet, luka, shock, panik ataupun peningkatan
menghindari resolusi (Stuart, 2015).
al.,
(2014)
dalam
tekanan darah, sedangkan affectual damage bisa
berupa
serangan
ansietas,
depresi
dalam
stresor
perasaan
yang
Mekanisme
lebih
dalam
datang
permasalahan.
Mekanisme
yang
bersifat
dan
bersifat
negatif
dan
KESIMPULAN Kesimpulan
maupun trauma psikologis.
bentuk
hasil
penelitian
Pengalaman
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mengalami Permasalahan fisik atau trauma pada fisik dan permasalahan psikis mempunyai korelasi dengan kecenderungan individu mengalami permasalahan jiwa. Permasalahan ini bisa menjadi
salah
satu
faktor
predisposisi
ataupun presipitasi terjadinya masalah jiwa (Stuart, 2015). Keluhan fisik dan psikis dalam abuse ini merupakan dua hal sebab akibat yang
efeknya
berujung pada masalah
abuse adalah adanya perlakuan yang tidak manusiawi yang dialami oleh TKI di luar negeri. Hal ini diawali karena ketidakpahaman TKI mengenai kondisi pekerjaan di luar negeri. Kondisi
ini
meningkatkan
resiko
TKI
mendapatkan berbagai perlakuan yang tidak menyenangkan baik itu perlakuan terhadap kondisi ekonomi.
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 158
fisik,
psikis,
sosial,
verbal
dan
TKI merasakan hal yang dialami sebagai
pendekatan
sebuah penderitaan diri yang menimbulkan
menggunakan pendekatan etnografi dapat
berbagai permasalahan kesehatan baik fisik
dipertimbangkan sehingga dapat diketahui
maupun
secara utuh pengalaman TKI selama menjadi
psikis.
Adapun
strategi
yang
yang
berbeda
seperti
dilakukan TKI dalam melepaskan diri dari
TKI di luar negeri.
perlakuan
menerima
Bagi institusi pelayanan baik itu di tingkat
ketidakberdayaan,
Puskesmas maupun Rumah Sakit dapat
abuse
keadaan
diantaranya
dalam
mengupayakan kebebasan diri dan mencari
memberikan
sumber dukungan.
masyarakat yang dapat menjangkau kelompok
Saran untuk penelitian kualitatif selanjutnya
beresiko seperti TKI termasuk didalamnya
dapat
menyusun
mengupayakan
partisipan
yang
pelayanan
standar
mewakili juga support system dalam keluarga.
dalam
pemberian
Selain itu, penelitian dengan menggunakan
psikososial pada TKI.
kesehatan
operasional asuhan
jiwa
prosedur
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
migrant domestic workers in the
Acosta, I. C & Acosta, A. S. 2013. In pain and in
United
wail: A phenomenology of the abuse of the filipino domestic workers, Qatar.
2015.
Data
penempatan
dan
J.,
Trafficking
Review. 69-88. Islam, M. M., Conigrave, K. M., Miah, M. D. S
Muntaner,
C.,
Delclos,
outgoing female migrant workers of bangladesh: A pilot study. J Immigrant
perlindungan tenaga kerja Indonesia. Benach,
Anti
& Kalam, K. A. 2010. HIV awareness of
WIEGO. BNP2TKI.
Kingdom.
C.,
Menendez, M & Ronquillo, C. 2011.
Minority Health. (12) 940-946. Doi. 10.1007/s10903-0010-9329-5
Migration and “low skilled” workers in
Kutlu, S., Koruk, I. 2014. Migrant seasonal
destination countries. Plos Medicine.
farmworkers: health related quality of
(8) 6
life and the factors that affect it. Turk J
Creswell, J.W. 2013. Penelitian Kualitatif dan Desain
Riset
Edisi
D.
inadequate
2015.
Tied
labour
vidas
protections:
Madeswaran, A & Ravi, A. 2013. Vulnerable Migrant
3.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Demetriou,
Public Health. 12 (2).
and A
Young
Women
Workers
Exploitation of Garment Companies in Tirupur
District,
Tamilnadu
-
An
formula for abuse and exploitation of www.jik.ub.ac.id 159
Analytical study. Life Science Journal.
Pollit, D. F., Beck, C. T & Hungler, B. P. 2012.
10 (2)
Nursing research: Generating and
Maleong, L. J. 2014. Metode penelitian
assesing
evidence (9ed).
for
kualitatif. Edisi Revisi. PT. Remaja
practiced.
Rosdakarya. Bandung.
Lippincot William & Wilkins.
nursing
Philadelphia:
Meyer, S.R., Robinson, W. C., Chhim, S & Bass,
Setyawati, D. 2013. Assets or commodities?
J. K. 2014. Labor migration and mental
Comparing regulations of placement
health in cambodja: A qualitative
and protection of migrant workers in
study.
indonesia and the philippines. Current
Naing, T., Geater, A & Pungrasami, P. 2012. Migrant
worker’s
occupation
and
Research on South-East –Asia. Streubert, H. J & Carpenter, D. R. 2011.
healthcare-seeking preferences for TB-
Qualitative
suspicious symptoms and other health
advancing the humanistic imperative.
problems: A survey among immigrant
(3rd). Philadelphia: Lippincot William &
workers
Wilkins.
in
Songkhla
province,
southern Thailand. BMC International Health & Human Rights. 12 (22).
kualitatif.
2011.
Metode
Edisi
Revisi.
Edisi Indonesia. Alih bahasa oleh: Keliat, B. A. Elsevier.
penelitian Penerbit
nursing:
keperawatan kesehatan jiwa Stuart.
& klasifikasi 2015-2017. EGC. Jakarta H.
in
Stuart, G. W. 2015. Prinsip dan praktik
Nanda. 2016. Diagnosis keperawatan: Definisi
Patilima,
research
Tiefenbrun, S. W. 2007. Updating the
Alfabeta. Bandung.
domestic and international impact of
Polay, D. H., 2012. When home isn’t home: A
the U.S victim of trafficking protection
study of homesickness and coping
act of 2000: Does law deter crime.
strategies among migrant workers and
Case Western Reserve Journal of
expatriates. International Journal of
International Law. (38) 2
Psychological Studies 4 (3).
Jurnal Ilmu Keperawatan – Volume 4, No. 2 November 2016 160