Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 130 - 138 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) Arie Dharmaputra Mirah Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado 95115
dan 12 sub elemen yang memiliki interaksi
ABSTRAK Sub
sektor
peternakan
walaupun
yang kuat dengan pengembangan peternakan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
di Sulawesi Utara. Elemen tersebut kemudian
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tetapi
dianalisis tingkat interaksinya dengan teknik
sampai saat ini belum termasuk komoditas
ISM-VAXO.
unggulan dalam pengembangan agroindustri.
melakukan kajian hubungan kontekstualnya
Permasalahan yang harus dikaji dalam usaha
dalam bentuk Matriks SSIM-VAXO. Metode
pengembangan
ini telah mampu mengklasifikasi keseluruahn
peternakan
adalah
belum
Tahap
sub
tepat untuk mampu memaksimalkan potensi-
berdasarkan
potensi
DependenceI dan dalam struktur hirarki
ada
yang
memungkinkan
ke
dalam
nilai
empat
adalah
adanya penetapan/ penerapan strategi yang
yang
elemen
pertama
Drive
dan
berdasarkan
Penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai
kemudian
berikut : - Melakukan penelusuran sumber-
kunci pengembangan peternakan yaitu : sub
sumber
elemen Penyediaan sumber daya manusia
yang
dapat
memberi
dan
Power
peternakan menjadi industri yang kompetitif.
informasi
Rangking
kuadran
menginformasikan
elemen
dengan
perkembangan dan permasalahan pada sub
beternak yang memadai (7) dan sub elemen
sector prternakan, pemahaman kewilayahan,
Peningkatan program pelatihan keterampilan
pemahaman kemudian sebagai
menetapkan arah
dan
sub
yang
gambaran mengenai batasan, pokok kajian,
manajemen
pengetahuan
Level,
keterampilan
stratejik,
untuk
manajerial (8).
formulasi
tujuan
Kata kunci: peternakan, strategi, ISM
pelaksanaan
penelitian.
-
Melakukan survey pakar untuk mengkaji dan
ABSTRACT
menetapkan elemen/sub elemen yang terkait
Although the livestock sub-sector contributes
dengan strategi pengembangan peternakan
significantly to the economic growth of North
sektor real agroindustri. - Merancang sistem
Sulawesi, but to date not include leading
strukturisasi
commodity in the agro-industry development.
dengan
melakukan
kajian/penetapan
elemen-elemen
kunci
The problems to be studied in livestock
pengembangan,
dengan
Interpretative
development efforts is the absence of the
Structural Modeling (ISM). Berdasarkan hasil
establishment / implementation of appropriate
kajian pakar ditetapkan sebanyak 4 elemen
strategies to be able to maximize the potentials
130
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 130 - 138 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
that exist that allow livestock into a competitive
industry.
The
study
was
PENDAHULUAN
conducted through the following steps: Conducting searches of information sources
Sub sektor peternakan walaupun
that can give an idea of the limitations, the
memberikan kontribusi yang cukup besar
principal research, development and problems
bagi
in
regional
Sulawesi Utara tetapi sampai saat ini
strategic
belum
the
sub-sector
understanding,
prternakan,
understanding
management, then set formulations for the
pertumbuhan
termasuk
ekonomi
komoditas
wilayah
unggulan
dalam pengembangan agroindustri.
purpose of research towards implementation. -
Agroindustri
Conducting a survey of experts to examine and
merupakan tumpuan
harapan dalam menyempurnakan sukses
define the elements / sub-elements associated
bidang pertanian sebagai industri yang
with the development strategy of the farm Designing
mengolah dan memberi nilai tambah pada
review
/
produk pertanian secara berkelanjutan.
determination of the development of key
Sentuhan bisnis menjadikan agroindustri
elements,
salah satu pilar utama perekonomian yang
estate
sector
systems
agro-industry.
structuring
with
with
a
Interpretative
Structural
Modeling (ISM). Based on the results of
dalam
expert assessments set by 4 elements and 12
pengembangannya, selain aspek teknis
sub-elements that have a strong interaction
juga
with the development of animal husbandry in
menetapkan
harus
merumuskan
strategi
yang
mampu
pengembangan
North Sulawesi. Into elements have analyzed
strategi
mengoptimalkan potensi sumber daya
the level of interaction with the ISM-VAXO
yang dimiliki oleh suatu wilayah.
technique. The first stage is to study
Formulasi
contextual relationships in matrix form SSIM-
strategi
VAXO. This method has been able to classify
kajian
all of elements into four quadrants based on
langkah awal yang sangat menentukan
the value Drive Power and DependenceI and
pencapaian
in a hierarchical structure based on rank and
Penelitian ini bertujuan
level, which then informs the development of
tahapan
animal husbandry sub key elements namely:
melakukan kajian terhadap interaksi antar
Provision of sub-elements of human resources with
knowledge
and
skills
mendalam
memerlukan
elemen/sub
appropriate
karena
goal
yang
formulasi
merupakan
ditetapkan. merancang
strategi
elemen
dengan
pengembangan
peternakan sebagai hasil survey pakar,
breeding (7) and sub-elements Improved
untuk mendapatkan rumusan elemen/sub
managerial skills training programs (8).
elemen kuncinya.
Keywords: livestock, strategy, ISM
Permasalahan
yang
harus dikaji dalam usaha pengembangan 131
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 130 - 138 (Juli 2014)
peternakan
adalah
belum
adanya
ISSN 0852-2626
yang
membuat
organisasi
mampu
penetapan/penerapan strategi yang tepat
mencapai tujuannya. Manfaat prinsip dari
untuk mampu memaksimalkan potensi-
manajemen stratejik adalah membantu
potensi yang ada yang memungkinkan
organisasi membuat strategi yang lebih
peternakan
yang
baik dengan menggunakan pendekatan
kompetitif dan mewujudkan revitalisasi
yang lebih sistematis, logis, dan rasional
pertanian.
pada pilihan strategis. Manajemen stratejik
menjadi
industri
Simposium Nasional Agroindustri II
mengajarkan bagaimana memaksimalkan
(1987) merumuskan agroindustri sebagai
efektivitas organisasi secara keseluruhan,
suatu
kegiatan
memanfaatkan
lintas
disiplin
yang
disamping
sumber
daya
alam
memperbaiki
(pertanian) sebagai bahan baku industri. Kontribusi
agroindustri
mengajarkan
bagaimana
efisiensinya
(Shrivastava
1994, David 2002, Lea et.al 2006).
(termasuk
Tiga elemen yang menjadi fokus
didalamnya industri berbasis peternakan)
manajemen
menjadi sangat vital bagi pertumbuhan
lingkungan
ekonomi negara berkembang. Menurut
organisasi berkaitan dengan kepentingan
Brown
pelaku (stakeholder) baik secara individu
(1994)
lebih
setengah
dari
adalah dan
organisasi,
strategi.
Elemen
keseluruhan aktivitas manufaktur di negara
maupun organisasi
dalam pencapaian/
berkembang
pelaksanaan
misi
adalah
agroindustri.
visi,
dan
tujuan
Menjelang akhir abad XX sekitar 37
organisasi termasuk industri.
persen manufaktur di wilayah Asia dan
lingkungan
Pasifik adalah pada sektor agroindustri.
ekonomi (kekuatan pasar dan kompetisi),
Agroindustri sudah seharusnya dijadikan
sosiokultural, lokasi geografis, pemerintah,
tumpuan bagi pelaksanaan resource based
dan teknologi. Elemen strategi berkaitan
strategy yang menurut Martani Huseini
dengan
(1999)
intention)
merupakan
pendekatan
terkini
berkaitan
tujuan
masa
dan
dengan
depan
keunggulan
Elemen aspek
(future bersaing
dalam fenomena globalisasi dan strategi
(competitive advantage) dari organisasi
bersaing yang dapat digunakan dalam
(McNamee
menata
Dirgantoro 2001).
ulang
strategi
pemasaran
internasional Indonesia. Manajemen
stratejik
1992,
Shrivastava
1994,
Interpretative Structural Modeling didefinisikan
(ISM), adalah suatu teknik yang digunakan
sebagai seni dan pengetahuan untuk
dalam
merumuskan, mengimplementasikan, dan
mensinkronisasi pendapat para ahli dalam
mengevaluasi keputusan lintas fungsional
memberikan 132
permodelan
gambaran
yang
yang
mampu
konkrit
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 130 - 138 (Juli 2014)
tentang struktur hirarki sub-elemen
ISSN 0852-2626
pemahaman
manajemen
stratejik,
dari setiap elemen sistem, dan dalam
untuk kemudian menetapkan formulasi
menemukan
tujuan
sub-elemen
kunci
serta
karakter setiap sub-elemen, sebagai basis pengetahuan
yang
menyusun
bermanfaat
arah
pelaksanaan
penelitian.
untuk
perencanaan
sebagai
(2) Melakukan
survey
pakar
untuk
strategi
mengkaji dan menetapkan elemen/sub
pengembangan agroindustri yang terpadu
elemen yang terkait dengan strategi
dan lintas sektor (Machfud 2001).
pengembangan peternakan sektor real
Menurut Eriyatno (2003),
ISM
agroindustri,
menentukan
jenis
adalah salah satu alat strukturisasi dalam
agroindustri pilihan yang digunakan
teknik
sebagai
permodelan
deskriptif
yang
digunakan terutama untuk pengkajian oleh
seorang
struktural
peneliti.
dihasilkan
melakukan kajian/penetapan elemen-
memotret
elemen kunci pengembangan, dengan
perihal yang kompleks dari suatu sistem
Interpretative
melalui pola yang dirancang dengan
(ISM)
menggunakan
grafis
dan
sistem
(3) Merancang sistem strukturisasi dengan
Model-model
guna
kajian
pengembangan.
suatu tim tetapi juga dapat dipergunakan oleh
objek
Structural
Modeling
kalimat.
Hubungan kontekstual antar sub-elemen
Tahapan dalam teknik ISM-VAXO adalah:
teknik ISM dapat dikelompokkan dalam
1. Penyusunan Structural SelfInteraction Matrix – VAXO
beberapa jenis dan interpretasinya.
(SSIM-VAXO) 2. Transformasi SSIM –VAXO menjadi
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan tahapan
Reachability Matrix (RM) bilangan
sebagai berikut :
biner
(1) Melakukan
penelusuran
sumber-
3. Pengujian transitive matriks
sumber informasi yang dapat memberi
4. Klasifikasi sub-elemen berdasarkan
gambaran mengenai batasan, pokok
Driver Power (DP) dan Dependence
kajian,
(D)
permasalahan
perkembangan pada
sub
dan sector
5. Penyusunan hirarki berdasarkan
prternakan, pemahaman kewilayahan,
rangking sub-elemen
133
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 130 - 138 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
Tabel 1 Simbol hubungan dan definisi kontekstual antar elemen ISM-VAXO Simbol hubungan konteks tual antar elemen idan j ( eij ) V A X O
Definisi hubungan kontekstual antar elemen (eij) Elemen i menyebabkan hubungan kontekstual dengan j tapi tidak sebaliknya... (eij = 1 dan eji = 0) Elemen j menyebabkan hubungan kontekstual dengan i tapi tidak sebaliknya ....(eij = 0 dan eji = 1) Elemen i dan j saling menyebabkan hubungan kontekstual ............................... (eij = 1 dan eji = 1) Elemen i dan j dan sebaliknya, tidak menyebabkan hubungan kontekstual ............... (eij = 0 dan eji = 0)
HASIL DAN PEMBAHASAN
elemen
Setelah dilakukan Brainstorming dan
sebagaimana terlihat pada Tabel 2 berikut
wawancara mendalam (In depth intervieu), ditetapkan berbagai
pengembangan
peternakan
ini:
elemen dan sub
Tabel 2. Elemen dan Sub Elemen pengembangan peternakan Elemen
Sub Elemen
1 Breeding
1 Introduksi dan pengembangan ternak unggul 2 Perbaikan mutu genetis dengan persilangan 3 Penelitian dan pengembangan plasma-nufta hewan lokal
2 Feeding
1 Peningkatan ketersediaan pakan bermutu tinggi (hijauan dan konsentrat) 2 Penyediaan industri pengolahan bahan pakan 3 Pengembangan diversifikasi lahan untuk hijauan
3 Manajemen
1 Penyediaan sumber daya manusia dengan pengetahuan dan keterampilan beternak yang memadai 2 Peningkatan program pelatihan keterampilan manajerial 3 Modernisasi system pemeliharaan (perkandangan)
4 Teknologi Hasil
1 Pengembangan usaha agroindustri untuk peningkatan nilai tambah produk peternakan 2 Penelitian dan pengembangan produk olahan 3 Penguasaan aspek pemasaran secara utuh
134
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 130 - 138 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
Berdasarkan hasil kajian pakar ditetapkan
dianalisis tingkat interaksinya dengan
sebanyak 4 elemen dan 12 sub elemen
teknik
yang memiliki interaksi yang kuat dengan
melakukan
pengembangan peternakan di Sulawesi
kontekstualnya dalam bentuk Matriks
Utara. Ke 12 sub elemen tersebut (untuk
SSIM-VAXO sebagaimana pada Gambar
seterusnya
1:
Elemen
disebut
p12
elemen)
p11
p10
kemudian
p9
p8
p7
p6
ISM.
Tahap
pertama
kajian
hubungan
p5
p4
p3
p2
O O O X
O A O
X X
0
p1
Hubungan kontekstual p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10
A O O X X O V V O X
p11 p12
X
V O O O O O O V O X
O V A O A O V X V
V V O X O O X X
X O O X A O A
X A A X A A
A O O X X
Gambar 1. Matriks SSIM–VAXO elemen pengembangan peternakan Elemen-elemen pengembangan peternakan 1 2 3 4 5 6 7
Introduksi dan pengembangan ternak unggul Perbaikan mutu genetis dengan persilangan Penelitian dan pengembangan plasma-nufta hewan lokal Peningkatan ketersediaan pakan bermutu tinggi (hijauan dan konsentrat) Penyediaan industri pengolahan bahan pakan Pengembangan diversifikasi lahan untuk hijauan Penyediaan sumber daya manusia dengan pengetahuan dan keterampilan beternak yang memadai 8 Peningkatan program pelatihan keterampilan manajerial 9 Modernisasi system pemeliharaan (perkandangan) 10 Pengembangan usaha agroindustri untuk peningkatan nilai tambah produk peternakan 11 Penelitian dan pengembangan produk olahan 12 Penguasaan aspek pemasaran secara utuh
135
adalah
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 130 - 138 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
Tabel 3. Hasil Reachability Matrix final dari elemen pengembangan peternakan SIMBOL PROGRAM
p1
p2
p3
p4
p5
p6
p7
p8
p9
p10
p11
p12
DP
R
p1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
6
3
p2
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
4
4
p3
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
5
p4
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
7
2
p5
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
4
4
p6
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
3
5
p7
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
10
1
p8
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
10
1
p9
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
4
4
p10
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
6
3
p11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
4
4
p12
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
6
3
D
5
5
6
5
7
5
4
4
6
7
5
5
L
3
3
2
3
1
3
4
4
2
1
3
3
Tahap
KAITAN ANTAR SUB-ELEMEN PENDUKUNG SISTEM PENGEMBANGAN
kedua
transformasi
adalah
SSIM
melakukan
–VAXO
Tahap keempat adalah pemetaan hasil RM
menjadi
pada Tabel 3, ke Klasifikasi sub-elemen
Reachability Matrix (RM) bilangan biner ,
berdasarkan Driver Power (DP) dan
kemudian dilanjutkan ke Tahap ketiga
Dependence
yaitu
Gambar 2:
pengujian
transitif
terhadap
(D)
sebagaimana
pada
konsistensi pada RM untuk mendapatkan Klasifikasi sub-elemen digolongkan
Matrik RM final sebagaimana ditampilkan
dalam empat sektor yaitu:
pada Tabel 3.
Sektor Pada Tabel 3, terlihat bahwa Sub elemen 7
dependent
yaitu Penyediaan SDM yang memiliki
Hubungan
pengetahuan dan keterampilan memadai,
sistem
dan Sub elemen 8 yaitu Peningkatan
kaitannya.
program
keterampilan
manajerial
1:
variables
driver-weak (Autonomous).
peubah di sektor ini dengan
relatif
Sektor
Weak
2:
kecil
atau
Weak
tidak
ada
driver-strongly
menempati posisi Rangking satu dengan
dependent variables (Dependent). Peubah
nilai Driver Power (DP) terbesar yang
pada sektor ini sangat tergantung dari
didukung
tingkat
input
–
terhadap sistem terutama dari peubah
dengan
ketergantungan
nilai
(Dependence
D)
Terkecil.
linkage.
136
dan
tindakan
yang
diberikan
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 130 - 138 (Juli 2014)
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
ISSN 0852-2626
Independent
Linkage p7, p8
p4 p1,p12
p10
p2,p11 p9 p5 p6 p3 Autonomous
0
1
2
3
Dependent
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DEPENDENCE
Gambar 2. Diagram klasifikasi sub-elemen pemgembangan peternakan Sektor 3:
Strong driver-strongly
bebas yang elemen/sub elemennya dapat
dependent variables (Linkage). Hubungan
dianggap sebagai faktor kunci dari sistem.
antar peubah pada sektor ini tidak stabil.
Pada tahap akhir adalah penyusunan
Setiap tindakan pada peubah tersebut akan
hirarki sub elemen berdasarkan nilai
berdampak pada peubah lainnya.
rangking DP dan level D. Hasil kajian
Sektor dependent
4:
Strong
variables
driver-weak
menempatkan keseluruhan sub elemen
(Independent).
pengembangan peternakan pada 4 Level
Peubah pada sektor ini disebut peubah
sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
p10
p5
p9
p3
Level 1 Level 2
Level 3
Level 4
p4
p1
p2
p12
p7
p11
p8
Gambar 3. Struktur hirarki sub-elemen pengembangan peternakan
137
p6
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 130 - 138 (Juli 2014)
ISSN 0852-2626
Machfud, 2001. Rekayasa model penunjang keputusan kelompok dengan fuzzy-logic untuk system pengembangan agroindustri minyak atsiri [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Penetapan level hirarki mengindikasikan ketergantungan sub elemen tertentu pada sub elemen pada level di bawahnya
KESIMPULAN Manktelow J. 2004 SWOT Analysis. www.mindtools.com/pages/article/ .visit: April 2006.
Hasil kajian pakar telah mengidentifikasi sejumlah 12 sub elemen yang secara kualitatif
menentukan
pengembangan
peternakan di Sulawesi Utara.
Huseini M. 1999. Mencermati Misteri Globalisasi: Menata-ulang strategi pemasaran internasional Indonesia melalui pendekatan Resource Based. Pidato penguku-han Guru Besar Bidang Marketing Internasional Universitas Indonesia. Depok: UI
Prilaku
interaksi antar sub elemen telah dianalisis menggunakan
metode
Interpretatif
Structural Modeling (ISM) dengan teknik ISM-VAXO.
Metode ini telah mampu Manunggal, 2003. Identifikasi Kebutuhan Prasarana dan Sarana Kimpraswil Untuk Mendukung Kawasan Agropolitan Provinsi Sulawesi Utara. Manado: Departemen Kimpraswil.
mengklasifikasi keseluruahn sub elemen ke dalam empat kuadran berdasarkan nilai Drive Power dan DependenceI dan dalam struktur hirarki berdasarkan Rangking dan
Saxena, J.P. et.al. 1992. Hierarchy and Classification of Program Plan Element Using Interpretative Structural Modelling. Systems Practice, Vol 12 (6), 651:670. Element Using Interpretative Structural Modelling. Systems Practice, Vol 12 (6), 651:670.
Level, yang kemudian menginformasikan sub
elemen
kunci
pengembangan
peternakan yaitu : sub elemen Penyediaan sumber daya manusia dengan pengetahuan dan keterampilan beternak yang memadai (7) dan sub elemen Peningkatan program pelatihan keterampilan manajerial (8).
DAFTAR PUSTAKA DEPERINDAG, 2000. Kebijakan Nasional Sektor Industri. Jakarta: Departemen Perindus-trian dan Perdagangan. DPKKT, 2004. Pengembangan ekonomi daerah Berbasis Kawasan Andalan. Info Kajian Bappenas 1: 74-86
138