PENERAPAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS X AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 (Penelitian Tindakan Kelas)
Skripsi
Oleh: SURYANI K 1205039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
PENERAPAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS X AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 (Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh: SURYANI K 1205039
Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
ii
HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Andayani, M.Pd
Drs. Suyitno, M.Pd
NIP. 131 569 198
NIP. 130 814 586
iii
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
: ………………….
Tanggal
: ………………….
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda tangan
Ketua
: Drs. Slamet Mulyono, M. Pd.
Sekretaris
: Sri Hastuti, S. S, M. Pd.
Anggota I
: Dr. Andayani, M. Pd.
Anggota II
: Drs. Suyitno, M. Pd.
...................... ...................... ...................... ......................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 131 658 563
iv
ABSTRAK Suryani. K1205039. PENERAPAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS X AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, April 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta; (2) meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2008/2009, mulai Desember 2008 sampai dengan April 2009. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Sumber data penelitian ini meliputi: peristiwa proses pembelajaran menulis karangan, informan, serta dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes unjuk kerja, serta analisis dokumen. Untuk menguji validitas data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yakni trianggulasi sumber data, triangulasi metode, serta revieu informan. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis interaktif berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. proses penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 4 tahapan dalam setiap siklus, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta analisis dan refleksi. Hasil
penelitian
ini
adalah:
(1)
peningkatan
kualitas
proses
pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Peningkatan kualitas proses tersebut ditandai dengan: (a) peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran; (b) peningkatan perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran; dan (c) peningkatan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. (2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Peningkatan kualitas hasil tersebut ditandai dengan: (a) peningkatan dalam pengungkapan pendapat/isi pada karangan siswa; (b) peningkatan dalam pengorganisasian paragraf/organisasi isi; (c) peningkatan dalam pemanfaatan potensi kata/kosakata; (d) peningkatan dalam pengembangan bahasa/struktur kalimat; (e) peningkatan dalam aspek mekanik/ejaan.
v
MOTTO
Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah. Hidup adalah sebuah lagu, maka nyanyikanlah. Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah. Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah. Hidup adalah Cinta, maka nikmatilah. (Bhagawan Sri Sthya Sai Baba)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis kupersembahkan untuk: 1. Ayah dan Ibuku tercinta yang telah memberikan kasih sayang juga dukungan yang tak lekang oleh waktu, serta 2. Adikku yang memberikan nuansa ceria dalam setiap detik hidupku.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancer. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang telah mengesahkan skripsi yang telah peneliti susun; 2. Drs. Suparno, M. Pd., selaku Ketua Jurusan PBS yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini; 3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta izin untuk menyusun skripsi ini; 4. Drs. Amir Fuady, M. Hum. Selaku pembantu Dekan III FKIP UNS yang telah memberi banyak kemudahan pada peneliti; 5. Dr. Andayani, M. Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar; 6. Drs. Suyitno, M. Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama penyususnan skripsi; 7. Dra. Ani Rakhmawati, M.A., selaku dosen pembimbing akademik peneliti yang banyak memberikan masukan dan motivasi; 8. Bapak dan Ibu Dosen Program Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus memberikan ilmunya kepada peneliti; 9. Drs Suwitadi, SH, MM, M. Si. selaku Kepala SMK Murni 2 Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian; viii
10. Drs. Ponco Kussarwitoyo, selaku Waka. Kurikulum SMK Murni 2 Surakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada peneliti; 11. Dra. Sri Sumaryamti, selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif dalam proses penelitian ini; 12. Siswa-siswi kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian ini; 13. Keluarga besar mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2005 yang telah memberi semangat dan motivasi kepada peneliti dalam proses penelitian ini; dan 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin. Surakarta,
April 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
ABSTRAK ..................................................................................................
v
MOTTO .....................................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vii
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ..............................................................................
8
B. Penelitian yang Relevan ................................................................
32
C. Kerangka Berpikir .........................................................................
33
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................
35
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian ........................................................
36
B. Pendekatan dan Strategi Penelitian ................................................
37
C. Subjek dan Objek Penelitian...........................................................
38
D. Sumber Data ..................................................................................
39
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
39
F. Teknik Validitas Data ....................................................................
41
x
G. Teknik Analisis Data .....................................................................
42
H. Indikator Keberhasilan ..................................................................
44
I. Prosedur Penelitian ........................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Prasiklus .................................................................
49
B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian. ...................................
60
1. Deskripsi Siklus I .....................................................................
60
2. Deskripsi Siklus II.....................................................................
75
3. Deskripsi Antarsiklus ...............................................................
88
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................
98
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 106 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ....................................................................................... 108 B. Implikasi ....................................................................................... 110 C. Saran ............................................................................................. 111 DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 112 LAMPIRAN ....................................................................................... 115
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan .................................................
37
Tabel 2. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus .........
51
Tabel 3. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus ............
56
Tabel 4. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I ............
67
Tabel 5. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I. .............
72
Tabel 6. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II ..........
82
Tabel 7. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II ............
86
Tabel 8. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus ..............
88
Tabel 9. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus.................
96
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir ..............................................................
34
Gambar 2. Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas ......................................
38
Gambar 3. Analisis Interaktif (Miler dan Huberman) ...................................
42
Gambar 4. Grafik Nilai Proses Pembelajaran pada Prasiklus ........................
53
Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran pada Prasiklus ...........................
57
Gambar 6. Grafik Nilai Proses Pembelajaran pada Prasiklus dan Siklus I .....
69
Gambar 7. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran pada Prasiklus dan Siklus I........
73
Gambar 8. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Antarsiklus ............................
84
Gambar 9. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Antarsiklus................................
87
Gambar 10. Grafik Nilai Rata-rata Proses Pembelajaran Antarsiklus ............
89
Gambar 11. Grafik Nilai Rata-rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran......
90
Gambar 12. Grafik Nilai Rata-rata Perhatian dan Konsentrasi Siswa dalam Pembelajaran ..............................................................................
90
Gambar 13. Grafik Nilai Rata-rata Minat dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran ..............................................................................
91
Gambar 14. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Karangan Siswa .............
92
Gambar 15. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi Isi pada Karangan Siswa .........................................................................................
93
Gambar 16. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Kosakata pada Karangan Siswa ...
93
Gambar 17. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Struktur Kalimat pada Karangan Siswa .........................................................................................
94
Gambar 18. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Ejaan pada Karangan Siswa..........
95
Gambar 19. Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Antarsiklus ................................................................................
95
Gambar 20. Grafik Nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran Antarsiklus 97
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Instrumen Penelitian ................................................................ 116 Lampiran 2: Perangkat Pembelajaran ........................................................... 128 Lampiran 3: Data Penelitian ......................................................................... 162 Lampiran 4: Dokumentasi Pelaksanaan Tindakan ........................................ 197 Lampiran 5: Surat Perizinan ......................................................................... 200
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan menulis para siswa, khususnya siswa Sekolah Menengah Atas saat ini masih menduduki peringkat paling bawah apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan berbicara (Barnas, 1997). Seperti diketahui bahwa pada umumnya siswa akan mengalami kesulitan ketika mereka diberi tugas untuk menulis maupun mengarang oleh guru. Kesulitan yang terjadi pada siswa diantaranya mengenai kesulitan dalam ejaan, tanda baca, pemilihan kosakata, penyusunan kalimat, hingga kesulitan dalam mengembangkan pokok pikiran. Kesulitan-kesulitan tersebut menjadikan siswa tidak mampu menyampaikan gagasannya melalui tulisan dengan baik, sehingga dapat dipastikan kualitas tulisannya pun cenderung masih rendah. Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) keterampilan menulis di kelas X SMK semester genap disebutkan: membuat berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat. Dengan salah satu indikatornya adalah: menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan tertentu (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat. Bertolak dari hal tersebut, siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta yang pada survei awal terindikasi masih rendah. Survei awal tersebut secara teknis dilakukan dengan memberikan pembelajaran menulis karangan seperti biasa atau tanpa diberi tindakan kemudian siswa diberi tugas untuk mengarang yang kemudian dikumpulkan serta dinilai oleh guru bersama peneliti.
1
2
Berdasarkan data (pada lampiran) diperoleh keterangan bahwa pada survei awal dari 22 siswa hanya ada 3 siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sedangkan 19 siswa lainnya masih belum mencapai KKM sebesar 65. Untuk nilai rata-ratanya adalah 59,04. Selain penilaian hasil pembelajaran, dalam survei awal ini juga diambil penilaian proses pembelajaran. Yang hasilnya menunjukkan bahwa nilai proses pembelajaran siswa di kelas yang mencakup aspek keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi dalam pembelajaran masih termasuk dalam kriteria sedang. Dari data yang diperoleh tersebut dapat dinyatakan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta masih rendah dan harus ditingkatkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan ibu Dra. Sri Sumaryamti, selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut, diperoleh informasi bahwa memang benar jika kemampuan siswa dalam kegiatan menulis atau mengarang masih sangat rendah. Pada umumnya karangan para siswa hanya memuat satu hingga tiga paragraf, organisasi isinya meloncat-loncat sehingga menampakkan penalaran bahasa yang kurang logis, terdapat banyak kesalahan bahasa yang meliputi pemakaian ejaan, diksi, dan kalimat, dan ada beberapa tulisan yang sama/mirip. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa kesulitan dalam menulis, baik dalam menulis kosakata, penguasaan ejaan, menggunakan konjungsi atau kata penghubung, membuat kalimat efektif, bahkan dalam menggunakan tanda baca. Selain itu, faktor-faktor lain penyebab masih rendahnya kemampuan menulis para siswa, antara lain: pertama, kurangnya minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis. Mereka merasa jenuh jika harus mengerjakan tugastugas yang berkaitan dengan menulis. Kedua, kurangnya latihan yang dilakukan oleh siswa, hal ini disebabkan oleh minat siswa dalam menulis memang masih kurang. Ketiga, minimnya waktu pembelajaran sehingga guru merasa kesulitan dalam memberikan materi yang berkaitan dengan menulis serta latihan yang cukup kepada siswa. Keempat, banyaknya tugas yang harus diselesaikan oleh guru sehingga membuat guru kurang optimal dalam mengevaluasi kemampuan menulis
3
para siswa. Kelima, koreksi yang dilakukan terhadap hasil pekerjaan siswa selama ini masih dilakukan oleh guru, sehingga belum melibatkan siswa untuk aktif dalam mengoreksi hasil pekerjaannya. Faktor-faktor tersebutlah yang selama ini menjadi penyebab masih rendahnya kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Dari sisi siswa, diketahui pula gambaran bahwa selama ini proses pembelajaran masih tergolong kurang bervariasi. Siswa kurang ikut secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran menulis. Guru memberikan materi kemudian setelah itu memberi tugas kepada siswa untuk menulis atau mengarang. Hal ini tentunya akan membuat siswa merasa bosan dan kurang memberikan kesempatan kepada
siswa
untuk
berlatih
dan
mengembangkan
kreativitas
serta
keterampilannya. Berdasarkan gambaran yang telah diketahui, hendaknya perlu dilakukan upaya pembenahan dalam proses pembelajaran menulis guna meningkatkan kemampuan menulis karangan para siswa. Upaya pembenahan ini perlu dilakukan agar para siswa mampu mengomunikasikan setiap ide atau gagasannya melalui media tulis dengan baik dan dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain atau pembaca. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah guru harus mampu menerapkan teknik pembelajaran menulis yang tepat, kreatif, inovatif, dan mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti bersama guru bidang studi Bahasa Indonesia, Dra. Sri Sumaryamti, memilih untuk menerapkan teknik koreksi teman sebaya (peer correction) dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan para siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan yang selama ini terjadi, yaitu siswa kurang berminat dan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran serta teknik pengoreksian hasil tulisan siswa masih dilakukan oleh gurunya sendiri. Sehingga belum ada keterlibatan siswa secara aktif dalam mengoreksi hasil tulisannya, akibatnya siswa kurang memahami dan mengalami secara lebih mendalam bagaimana cara menulis yang baik dan bagaimana membetulkan kesalahan yang ada dalam tulisan mereka.
4
Secara singkat dapat dijelaskan, jika hasil pekerjaan siswa dikoreksi oleh guru tanpa melibatkan siswa secara langsung akan membuat siswa lebih mudah melupakan kesalahan yang telah dilakukan. Mereka cenderung menerima hasil atau nilai jadi dari gurunya. Namun, jika koreksi yang dilakukan melibatkan para siswa akan mampu memberikan dampak yang sangat baik bagi siswa dalam memberikan latihan bagi mereka untuk mengenali kesalahan yang mereka lakukan atau kesalahan yang dilakukan oleh teman-temannya. Selain itu, kegiatan koreksi yang melibatkan siswa secara langsung akan mampu membuat ingatan siswa bertahan lama dibandingkan dengan belajar hafalan. Adapun alasan lain peneliti bersama kolaborator dalam hal ini adalah guru dalam memilih teknik koreksi teman sebaya pada pembelajaran menulis adalah bahwa siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta merupakan siswa-siswa yang cukup aktif sehingga teknik koreksi teman sebaya ini dapat diterapkan pada kelas tersebut. Hal ini mengingat teknik koreksi teman sebaya dalam penerapanannya di kelas mengharuskan siswa yang cenderung lebih aktif. Teknik koreksi teman sebaya juga dapat dipandang sebagai salah satu implementasi dari SAL (student active learning). Hal ini didasarkan pada adanya pandangan baru dalam pembelajaran menulis di sekolah-sekolah yang saat ini lebih menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat pada kegiatan siswa (student centre). Pandangan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan kemampuan menulis (Barnas, 1997). Dengan adanya kegiatan siswa mencari dan menemukan kesalahan dalam kelompok kelas, siswa berpeluang mengambil bagian secara aktif untuk mencoba, mencari, dan membetulkan kesalahan temannya, sehingga memungkinkan siswa yang lebih mampu akan mengambil porsi pembicaraan lebih besar. Pada kegiatan ini siswa yang lemah dapat belajar banyak dari siswa yang lebih mampu. Apa yang disampaikan teman sebayanya lebih mudah dicerna daripada yang disampaikan oleh guru. Dapat disebutkan pula bahwa alasan peneliti menerapkan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan antara lain sebagai berikut: (1) teknik ini berpusat pada kegiatan siswa sebagai peserta didik; (2) dapat
5
memotivasi siswa untuk aktif berpikir; (3) siswa terlibat langsung dalam menilai hasil karangan; (4) dapat menghilangkan rasa kaku selama proses pembelajaran karena siswa bertukar pikiran dengan temannya sendiri; (5) memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam memperbaiki karangan; (6) menghilangkan kejemuan saat proses pembelajaran di kelas; (7) guru lebih mudah memantau perkembangan kemampuan menulis karangan siswa, karena setiap tahapan dalam kegiatan menulis tersebut akan tampak terlihat (Barnas, 1997). Selain dari alasan tersebut, teknik koreksi teman sebaya ini dipilih untuk diterapkan dalam proses pembelajaran menulis karangan juga didasarkan pendapat yang disampaikan oleh Walz (1982) yang mengungkapkan kelebihan penerapan pemberian umpan balik dari teman sebaya tersebut, yaitu: (1) akan dapat memperkuat motivasi siswa dalam pembelajaran; (2) akan mampu melibatkan lebih banyak siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar; (3) koreksi yang diberikan akan lebih mudah dipahami oleh siswa-siswa lainnya; dan (4) dengan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya maka siswa akan lebih banyak berperan aktif dalam pembelajaran. Beberapa alasan tersebut juga diperkuat dengan adanya penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh Joko Purwanto pada tahun 2008 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Melalui Teknik Peer Correction pada Siswa Kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran serta peningkatan kemampuan menulis ilmiah siswa setelah diterapkannya teknik peer correction. Berdasarkan beberapa alasan yang diuraikan di atas, peneliti terdorong untuk menerapkan teknik koreksi teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan yang meliputi kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta, melalui metode penelitian tindakan kelas.
6
B. Rumusan Masalah Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, di bawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta? 2. Apakah penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. 2. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal pembelajaran menulis karangan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa, dapat melakukan kegiatan menulis dengan benar, dengan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya yang dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa sehingga kemampuan menulisnya juga meningkat. b. Bagi guru, penerapan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis merupakan hal yang belum umum dilakukan oleh guru di sekolah, oleh sebab itu hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru
7
untuk menerapkan metode yang lebih inovatif dalam pembelajaran menulis. c. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya penerapan inovasi pembelajaran bagi guru yang lain, juga memotivasi mereka untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran di kelas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Menulis Karangan a. Pengertian Menulis Karangan Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa. Setiap siswa mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan sikapnya dalam sebuah tulisan. Menulis adalah sebagai bentuk komunikasi tidak langsung yang bermediakan tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Henry Guntur Tarigan, 1993: 21). The Liang Gie (2002:3) menyamakan pengertian menulis dengan mengarang. Diungkapkan bahwa menulis arti pertamanya ialah pembuatan huruf, angka, nama, sesuatu tanda kebahasaan apa pun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Kini dalam pengertiannya yang luas, menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti sama dengan mengarang. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Burhan Nurgiyantoro (2001:273) menambahkan pengertian menulis sebagai aktivitas mengemukakan gagasan melalui bahasa. Aktivitas pertama menekankan unsur bahasa sedangkan yang kedua gagasan. Dalam tulisan, gagasan cemerlang yang tersirat dalam tulisan akan mampu memikat pembaca dan pada akhirnya membuat pembaca melakukan perubahan-perubahan besar yang berarti dalam hidupnya. Hernowo (2002: 212) menegaskan bahwa menulis merupakan aktivitas intelektual praktis yang dapat dilakukan oleh siapa saja yang amat berguna untuk mengukur sudah seberapa tinggi pertumbuhan ruhani kedua belah otak, baik otak kanan maupun otak kiri.
8
9
Sebuah tulisan dapat dikatakan berhasil apabila tulisan tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Segala ide dan pesan yang disampaikan dipahami secara baik oleh pembacanya, tafsiran pembaca sama dengan maksud penulis. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, seorang penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar yang meliputi: (1) keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang efektif; (2) keterampilan penyajian, yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan merinci pokok bahasan menjadi sub pokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan sub pokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis; (3) keterampilan perwajahan, yaitu keterampilan pengaturan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel dan lain-lain. Ketiga keterampilan tersebut saling menunjang dalam kegiatan menulis tentunya didukung oleh keterampilan menyimak, membaca serta berbicara dengan baik (Atar Semi, 1990: 10). Berdasar pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa menulis karangan merupakan aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan dengan memperhatikan aspek-apek kebahasaan yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca. b. Tahapan Penulisan Menulis merupakan proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan tetapi seringkali tidak dapat untuk diungkapkan. Untuk mempermudah menulis harus memperhatikan tahapan-tahapan menulis. Khaerudin Kurniawan (2005) mengungkapkan 4 tahapan menulis, yaitu: (1) Tahap persiapan/prapenulisan, tahap ini meliputi: menyiapkan diri, mengumpulkan
informasi,
merumuskan
masalah,
menentukan
fokus,
mengolah informasi, menarik tafsiran dan refleksi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati. (2) Tahap inkubasi, tahap
10
inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya. (3) Tahap inspirasi (insight), tahap inspirasi yaitu gagasan seakan-akan tiba dan berloncatan pada pikiran kita. (4) Verifikasi, pada tahap ini, apa yang dituliskan akan diperiksa kembali, diseleksi dan disusun sesuai fokus tulisan. Atar Semi (1990: 11) menambahkan proses menulis menjadi 7 langkah, yaitu: (1) Pemilihan dan penetapan topik; memilih dan menetapkan topik merupakan suatu langkah awal yang penting, sebab tidak ada tulisan yang tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis. Topik tulisan adalah gagasan yang hendak disampaikan dalam tulisan. (2) Pengumpulan informasi dan data; pengumpulan informasi dan data perlu dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan. Informasi dan data yang dikumpulkan adalah informasi dan data yang relevan dengan topik atau pokok bahasan dan sesuai pula dengan tujuan penulisan. (3) Penetapan tujuan; menetapkan tujuan penulisan adalah hal penting yang harus dilakukan sebelum menulis. Hal tersebut karena tujuan berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang tulisan, dan cara penyajian tulisan. (4) Perancangan tulisan; merancang tulisan diartikan sebagai suatu kegiatan menilai kembali informasi dan data, memilih subtopik yang perlu dimuat, melakukan pengelompokan topik-topik kecil ke dalam suatu kelompok yang lebih besar dan memilih suatu sistem notasi dan sistem penyajian secara tepat. (5) Penulisan; dalam penulisan perlu dipilih organisasi dan sistem penyajian yang tepat, artinya tepat menurut jenis tulisan, tepat menurut tujuan atau sasaran tulisan. (6) Penyuntingan atau revisi; dalam penyuntingan dilakukan kegiatan mengecek ketepatan angka-angka atau menghilangkan yang tidak perlu, menambahkan sesuatu yang tidak perlu, perbaikan kalimat ejaan, maupun kosakata yang kurang tepat sehingga menjadi tulisan yang baik. (7) Penulisan naskah jadi; pada penulisan naskah jadi, masalah perwajahan harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, karena kesempurnaan tulisan tidak hanya terbatas pada kesempurnaan isi dan ketepatan pemakaian perangkat kebahasaan tetapi juga masalah susunan.
11
c. Asas-asas Menulis Setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan sejumlah asas yang dapat dijadikan pedoman. Demikian pula halnya dengan aktivitas menulis. The Liang Gie (2002: 33-37) mengemukakan enam asas menulis—yang disebut dengan asas mengarang—yang meliputi, kejelasan (clarity), keringkasan (conciseness, ketepatan (correctness), Kesatupaduan (unity), pertautan (coherence), penegasan (emphasis). Berdasarkan asas kejelasan (clarity), setiap karangan haruslah jelas benar. Tulisan harus mencerminkan gagasan yang dapat dibaca dan dimengeri oleh pembacanya. Disamping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh pembaca. Untuk memenuhi asas ini, H.W. Fowler sebagaimana dikutip oleh The Liang Gie (2002: 34) mengungkapkan bahwa asas kejelasan dalam kegiatan menulis sepanjang menyangkut kata-kata dapat dilaksanakan dengan memilih: (1) kata yang umum dikenal ketiumbang kata yang harus dicari-cari artinya; (2) kata yang konkret ketimbang kata yang abstrak; (3) kata tunggal ketimbang karangan yang panjang lebar; (4) kata yang pendek ketimbang kata yang panjang lebar; (5) kata dalam bahasa sendiri ketimbang kata asing. Asas menulis yang pertama ini berlaku untuk tulisan nonfiksi ilmiah, tetapi tidak berlaku untuk tulisan fiksi. Dalam tulisan fiksi seperti cerpen, novel, drama maupun puisi, asas-asas tersebut sengaja dilanggar untuk memperoleh efek keindahan. Asas keringkasan (Conciseness) yang dimaksud dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan kata, tidak terdapat butir ide yang dikemukakan berulang-ulang, gagasan tidak disampaikan dalam kalimat yang terlalu panjang. Harry Shaw sebagaimana diungkapkan oleh The Liang Gie (2002: 36) mengungkapkan bahwa penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya, ide yang miskin
12
dan kata yang boros. Jadi, sesuatu karangan adalah ringkas apabila karangan itu mengungkapkan banyak buah pikiran dalam kata-kata yang sedikit. Sebagaimana halnya dengan asas yang pertama, asas menulis yang kedua berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Puisi terkadang diungkapkan dengan kata yang hemat meskipun pada dasarnya mengandung berbagai gagasan. Lain halnya dengan novel dan cerpen yang diungkapkan dengan kata berlebihan untuk memperoleh efek keindahan, memperkuat perwatakan serta memperjelas setting. Asas ketepatan (Correctness) mengandung ketentuan bahwa suatu tulisdan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh penulisnya (The Liang Gie, 2002: 36). Untuk menepati asas ini, penulis harus memperhatikan berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca serta kelaziman. Seperti halnya duia asas sebelumnya, asas ketiga ini tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bersifat multitafsir. Pemahaman pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan, akan tetapi tingkat apresiasi yang dimilikinya. Berdasar pada asas Kesatupaduan (Unity), segala hal yang disajikan dalam tulisan tersebut memuat satu gagasan pokok atau sering disebut dengan tema. Tulisan yang tersusun atas alinea-alinea tidak boleh ada uraian yang menyimpang serta tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut. Asas yang sering disebut dengan syarat kohesi suatu tulisan ini berlaku untuk semua jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi. Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan memuat satu gagasan pokok, maka berdasar pada asas pertautan (Coherence) tiap alinea dalam satu tulisan hendaklah berkaitan satu sama lain. Kalimat satu dengan kalimat yang lain harus berkesinambungan. Asas yang sering disebut dengan prinsip koherensi ini berlaku untuk semua tulisan baik jenis fiksi maupun nonfiksi. Asas Penegasan (Emphasis) menegaskan bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan atau penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca mendapatkan kesan yang kuat terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu
13
diterapkan pada tulisan-tulisan fiksi meskipun tulisan nonfiksi juga perlu memperhatikan asas ini. Penegasan pada beberapa bagian fiksi menjadikan tulisan lebih menarik. d. Jenis-jenis Tulisan Ada banyak cara yang dipilih seseorang untuk mengemukakan gagasannya dalam tulisan. Cara yang dipilih serta tujuan penulisan menghasilkan berbagai bentuk tulisan, yaitu: narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Tulisan narasi merupakan satu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi (Gorys Keraf, 2004: 136). Penggambaran peristiwa dalam bentuk paragraf narasi didasarkan pada perkembangan dari waktu ke waktu. Atar Semi (1990: 33) mengemukakan ciri penanda narasi yaitu: (1) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; (2) kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, semata-mata imajinasi, atau gabungan keduanya.; (3) berdasarkan konflik; (4) memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampaiannya bersifat sastra; (5) menekankan susunan kronologis; dan (6) biasanya memiliki dialog. Tulisan eksposisi merupakan tulisan yang beretujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu (Atar Semi, 1990: 37). Eksposisi ditandai dengan tulisan berupa: pengertian atau pengetahuan; menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana; disampaikan dengan lugas serta bahasa yang baku; penggunaan bahasa netral, tidak memihak serta tidak memaksakan sikap penulis terhadap pembaca. Tulisan deskripsi merupakan tulisan yang bertujuan memberikan perincian atau detail tentang objek. Perincian tersebut memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar. Tulisan dseskripsi yang berhasil, dapat membawa pembaca untuk melihat, mendengar, merasakan atau mengalami langsung objek tersebut.
14
Tulisan argumentasi merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis (Atar Semi, 1990: 47) argumentasi merupakan proses penalaran, oleh karena itu sebuah tulisan argumentatif dapat dikembangkan dengan teknik induktif maupun deduktif. 2. Hakikat Pembelajaran Menulis di Sekolah Menengah Kejuruan a. Hakikat Pembelajaran Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung. Hasil belajar seseorang tidak dapat terlihat tanpa melakukan hal yang menunjukkan kemampuan yang diperolehnya dalam belajar. Winkel (1996: 36) merumuskan belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan,
pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas. Perubahan itu dapat berupa suatu hasil baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa yang utama dapat juga hasil sebagai efek sampingan. Pembelajaran adalah proses yang dilakukan oleh siswa dalam materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan istilah proses belajar, kegiatan belajar dan aktivitas belajar atau pengalaman belajar.
Pembelajaran
menjadi
titik
tolak
guru
dalam
merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar. Nababan (dalam Sri Hastuti, 1996: 20) mengatakan bahwa pembelajaran adalah usaha pengajar dan lembaga untuk membantu orang belajar. Kegiatan pembelajaran dapat menimbulkan terjadinya interaksi manusia, sumber daya, dan lingkungan. Interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat mengubah kemampuan siswa dari satu tingkatan ke tingkatan lain yang lebih tinggi. Dalam proses perubahan itu, siswa dibantu
15
oleh seorang guru yang membimbing dan mengarahkan siswa menuju ke arah yang lebih baik. Dimyati dan Mudjiono (1999: 32) menyebutkan prinsip-prinsip yang hendaknya ada dalam dimensi program pembelajaran, antara lain: (1) tujuan dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan, minat, serta kemampuan siswa; (2) kemungkinan terjadinya pengembangan konsep dan aktivitas siswa; (3) pemilihan dan penggunaan metode dan media (multi-methods dan multimedia); (4) penentuan metode dan media fleksibel. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dan sengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar guna mengubah perilaku yang lebih baik. Dalam usahanya guru didukung oleh adanya materi pelajartan yang sesuai, motode, dan penggunaaan media yang tepat. b. Pembelajaran Menulis di Sekolah Menengah Kejuruan Pembelajaran
menulis karangan merupakan salah satu aspek
pembelajaran Bahasa Indonesia yang tercakup dalam kelompok program adaptif di Sekolah Menengah Kejuruan. Menurut Sri Hastuti (1996: 21) pembelajaran bahasa adalah upaya untuk membuat pembelajar terampil, cekatan, dan cermat menggunakan unsur-unsur bahasa untuk berkomunikasi, baik komunikasi lisan maupun tertulis. Dalam pembelajaran menulis siswa harus berlatih secara berulangulang. Untuk melatih menulisnya, siswa dibantu oleh guru yang bertugas memberikan teori-teori tentang menulis, memotivasi siswa agar tertarik dengan kegiatan menulis dan memberi kesempatan kepada siswanya untuk berlatih menulis, guru juga harus bisa membuat siswa dapat mengungkapkan gagasan dalam pikirannya melalui media tulis dengan menggunakan tanda baca, struktur, ejaan yang benar, kalimat yang runtut sehingga membuat paragraf yang baik. Dengan demikian pembelajaran menulis karangan dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa dalam
16
mengembangkan kreativitas dan imajinasinya sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, yaitu siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat dan pengetahuan secara tertulis. c. Penilaian Pembelajaran Menulis Karangan Penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan (Sarwiji Suwandi, 2008:15). Berkaitan dengan proses dan hasil tersebut, dalam hal ini penilaian pembelajaran menulis karangan juga dibagi menjadi dua, yakni (1) Penilaian kualitas proses pembelajaran, dan (2) Penilaian kualitas hasil pembelajaran. 1) Penilaian kualitas proses pembelajaran Penilaian proses belajar-mengajar merupakan menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru dan siswa, dan keterlaksanaan kegiatan belajar-mengajar (Nana Sudjana, 2005:1). Penilaian proses pembelajaran bertujuan untuk perbaikan dan lebih mengoptimalkan kegiatan
pembelajaran,
terutama
efisiensi,
keefektifan,
serta
produktifitasnya. Beberapa diantaranya adalah (a) efesiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional, (b) keefektifan dan relevansi bahan pengajaran, (c) produktivitas kegiatan pembelajaran, (d) keefektifan sumber dan sarana pembelajaran, dan (e) keefektifan penilaian hasil dan proses pembelajaran (Nana Sudjana, 2005:57). Masih menurut Nana Sudjana, (2005:60-62) kriteria yang dapat digunakan dalam penilaian proses pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Konsistensi kegiatan pembelajaran dengan kurikulum Kurikulum adalah program pembelajaran yang telah ditentukan sebagai acuan yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses pembelajaran dilihat dari sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek: (a) tujuan-tujuan pengajaran, (b) bahan pengajaran yang diberikan, (c) jenis kegiatan yang dilaksanakan, (d) cara melaksanakan setiap jenis kegiatan, (e)
17
peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan, dan (f) penialaian yang digunakan untuk setiap tujuan. (2) Keterlaksanaan oleh guru Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian, apa yang direncanakan dapat dilihat dalam hal: (a) mengondisikan kegiatan belajar siswa; (b) menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar; (c) waktu yang disediakan untuk kegiatan pembelajaran; (d) memberikan bantuan dan bimbingan pembelajaran pada siswa; (e) melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran; (f) kegiatan menggeneralisasikan hasil pembelajaran dan tindak lanjutnya untuk kegiatan pembelajaran berikutnya. (3) Keterlaksanaan oleh siswa Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Keterlaksanaan oleh siswa dapat dilihat dalam hal: (a) memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru; (b) semua siswa turut serta melakukan kegiatan pembelajaran; (c) tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya; (d) memanfaatkan semua sumber belajar yang disedioakan guru; (e) menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan guru. (4) Motivasi belajar siswa Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam hal: (a) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; (b) semangat siswa untuk melaksanakan tugas belajarnya; (c) tanggung jawa siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya; (d) reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; (e) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
18
(5) Keaktifan para siswa dalam kegiatan pembelajaran Penilaian proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (a) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (b) terlibat dalam pemecahan masalah; (c) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (d) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (e) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (f) melatih diri dalam memecahkan soal atau mesalah yang sejenis; (g) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. (6) Interaksi guru dan siswa Interaksi guru dan siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal-balik atau hubungan dua arah antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam: (a) tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa; (b) bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun secara kelompok; (c) dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar; (d) senantiasa beradanya guru dalam situasi pembelajaran sebagai fasilitator pembelajaran; (e) tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya; (f) adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil pembelajaran yang diperoleh siswa. (7) Kemampuan atau keterampilan guru mengajar Keterampilan atau kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerap[an semuan kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain: (a) menguasai bahan
19
pelajaran yang disampaikan pada siswa; (b) terampil berkomunikasi pada siswa; (c) menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan siswa; (d) terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar; (e) terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan. (8) Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa Salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, aspek yang dilihat antara lain: (a) perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya; (b) kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa; (c) jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75% dari jumlah instruksional yang harus dicapai; (d) hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya. Berdasarkan kriteria tersebut dapat dijadikan pegangan dalam menilai kualitas proses pembelajaran agar upaya memperbaiki proses pembelajaran dapat ditentukan lebih lanjut. Dari kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian mana yang telah dicapai dan bagian-bagian mana yang belum dicapai untuk kemudian dilakukan tindakan untuk memperbaikinya. Sekalipun kriteria tersebut masih bersifat umum, penilai dapat mengembangkan dan menjabarkannya lebih lanjut sesuai dengan bidang pelajaran yang diberikan atau diajarkan. Hal ini penting mengingat setiap mata pelajaran atau bidang studi memiliki beberapa karakteristik tertentu, baik dalam hal tujuan, bahan, metode mempelajarinya, maupun sistem penilaiannya. 2) Penilaian kualitas hasil pembelajaran Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2005:22). Horward Kingsley dalam Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan
20
cita-cita. Sedangkan Gagne, masih dalam Nana Sudjana membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal; (b) keterampilan intelektual; (c) strategi kognitif; (d) sikap; dan (e) keterampilan motoris. Sedangkan dalam hal ini adalah penilaian kualitas hasil pembelajaran menulis karangan,
yang ditekankan pertama kali yaitu unsur bahasa,
sedangkan yang kedua adalah gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugastugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kemampuan
berbahasa,
penilaian
yang
dilakukan
sebaiknya
mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Jadi, penilaian ditekankan pada kemampuan siswa mengorganisasi dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa secara tepat (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 298). Selanjutnya diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro, bahwa penilaian terhadap karangan bebas mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya objektifitas. Dalam hal ini, unsur subjektifitas penilai pasti berpengaruh. Sebuah karangan yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan sama skornya. Bahkan, sebuah karangan dinilai oleh hanya seorang penilai pun kondisinya berlainan. Ada kemungkinan skor yang diberikan berbeda. Masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara memilih model penilaian yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektifitas dirinya. Zaini Machmoed (dalam Burhan Nurgiyatoro, 2001: 305) menyatakan bahwa penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih memerinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostikedukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan analisis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu. Memerinci karangan ke dalam kategori-kategori tersebut antara karangan yang satu dengan yang lain dapat berbeda tergantung jenis karangan itu sendiri. Walaupun pengkatagorian
21
itu bervariasi hendaknya kategori tersebut meliputi 5 pokok, yaitu (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca yang sesuai dengan kaidah yang berlaku, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis. Hartfield (dalam Burhan Nurgiantoro, 2001: 307) mengemukakan salah satu model yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran, yaitu dengan menggunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Model penilain tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval No 1.
Aspek Penilaian I S I
Skor
Kriteria
27-30
SANGAT BAIK-SEMPURNA: padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas. CUKUP-BAIK: informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan tetapi tidak lengkap. SEDANG-CUKUP: informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup. SANGAT KURANG: tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.
22-26 17-21 13-16
2.
O R G A N I S A S I
18-20 14-17 10-13 7-9
SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif. CUKUP-BAIK: kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap. SEDANG-CUKUP: tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis. SANGAT KURANG: tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tidak layak nilai.
22
3.
K O S A K A T A
18-20 14-17 10-13 7-9
4.
PENGEMBANGAN
B A H A S A
22-25 18-21 11-17 5-10
5.
M E K A N I K
5 4 3 2
SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata. CUKUP-BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu. SEDANG-CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna. SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai. SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan. CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur. SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur. SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai. SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan. CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna. SEDANG-CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur. SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai. Sumber: Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308
3) Bentuk dan alat penilaian Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan tagihan-tagihan. Setiap tagihan memerlukan seperangkat alat penilaian (Sarwiji Suwandi, 2005:40). Dalam hal ini, bentuk dan alat penialainnya juga meliputi dua hal, yakni : (1) bentuk dan alat penilaian kualitas proses pembelajaran, serta (2) bentuk dan alat penilaianh kualitas hasil pembelajaran.
23
a) Bentuk dan alat penilain kualitas proses pembelajarn Alat penilaian yang digunakan untuk menuliai kualitas proses pembelajaran dapat berbentuk tes maupun non tes. Alat penilaian bentuk tes dapat berupa tes uraian maupun tes objektif. Sedangkan alat penilaian bentuk nontes yang akan diuraikan dalam hal ini berupa kuesioner, wawancara, skala, dan observasi. Dalam hal ini, penilaian kualitas proses pembelajaran cenderung pada penggunaan bentuk penilaian nontes, yang meliputi: (1) Wawancara Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai kualitas proses pembelajaran. Kelebihan wawancara ialah bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawancara bebas (tidak terstruktur). Dalam wawancara terstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga penilai tinggal mengategorikannya pada alternatif jawaban yang telah dibuat. Keuntungannya ialah data yang dihasilkan mudah diolah dan dianalisis untuk disimpulkan. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban belum disiapkan sebelumnya sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Dan keuntungannya ialah bahwa informasi yang diperoleh lebih padat dan lengkap, sekalipun dalam menganalisisnya lebih sulit karena jawabannya beranekaragam. (2) Kuesioner Kelebihan kuesioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat waktu, tenaga, dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih apabila pernyataannya kurang tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Seperti halnya wawancara, kuesioner pun terbagi menjadi dua jenis, yakni kuesioner terstruktur dan kuesioner terbuka.
24
(3) Skala Skala merupakan alat untuk mengukur nilai, sikap, minat dan perhatian, dan lain sebagainya. Dalam hal ini skala yang diuraikan hanya yang berkaiatan dengan proses pembelajaran yakni skala penilaian dan skala sikap. Skala penilaian (rating scale) merupakan penilaian yang menggunakan skala penilaian yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian ini terentang dari nilai tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten, dan 4 = sangat kompeten (Sarwiji Suwandi, 2008:83). Skala sikap merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), atau netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseprang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut (Nana Sudjana, 2005:80). (4) Observasi Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat digunakan untuk mengukur atau menulai kualitas proses pembelajaran (Nana Sudjana, 2005:84).
25
b) Bentuk dan alat penilaian kualitas hasil pembelajaran Dalam hal ini alat yang diguanakan untuk penilaian hasil pembelajaran berbentuk tes. Alat penilaian dalam bentuk tes ini meliputi tes uraian maupun tes objektif. (1) Tes Uraian Tes uraian secara umum dapat diartikan sebagai tes dengan pertanyaan yang menuntuk siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan,
mendiskusikan,
membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur (Nana Sudjana, 2005:35). (2) Tes Objektif Pada umumnya tes objektif digunakan untuk menilai kualitas hasil pembelajaran. Hal ini disebabkan antara lain karena luasnya bahan pembelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menulai jawaban yang diberikan. Soal-soal bentuk tes objektif ini dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban, bentuk pilihan benarsalah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi (Nana Sudjana, 2005:44). 3. Hakikat Teknik Koreksi Teman Sebaya a. Pengertian Teknik Koreksi Teman Sebaya Dalam sebuah proses pembelajaran bahasa terdapat tiga istilah yang tersusun secara hierarkis, yaitu pendekatan, metode, dan teknik. Untuk lebih mengetahui serta memperjelas perbedaan antara ketiga istilah tersebut, berikut ini dipaparkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan gambaran yang mengidentifikasikan konseptualisasi dan organisasi yang terdapat pada ketiga istilah tersebut. Anthony (dalam Pranowo, 1996) menyatakan bahwa metode adalah rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara teratur materi bahasa
26
sehingga tidak ada bagian-bagian yang saling bertentangan karena semua rancangan tersebut telah didasarkan pada satu pendekatan tertentu. Senada dengan pendapat Anthony tersebut, Senn (dalam Jujun S. Suriasumantri, 2001: 119) menjelaskan bahwa metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Dalam kesempatan yang lain, Richard dan Rodgers dalam Nuril Huda (1988: 296) menjelaskan bahwa dalam desain atau rancangan pengajaran terkandung unsur, antara lain : (1) tujuan pengajaran; (2) materi pengajaran; (3) kegiatan pengajaran; (4) peran siswa; (5) peran guru; (6) peran materi pengajaran. sedangkan prosedur merupakan deskripsi teknik dan prosedur dalam sistem pengajaran. Memperjelas pengertian mengenai metode dan teknik, Surayin (dalam Barnas, 1997) mengemukakan bahwa metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan sedangkan teknik adalah cara membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa istilah metode dan teknik adalah dua hal yang saling menentukan dan saling mendukung dalam proses pembelajaran. Pembahasan yang berkaitan dengan teknik koreksi teman sebaya, pada dasarnya teknik ini merujuk pada kegiatan atau aktivitas siswa dalam membaca tulisan temannya kemudian membuat respon berupa koreksi dalam posisinya sebagai pembaca. Dengan menggunakan teknik ini, dimungkinkan terwujudnya peningkatan kemampuan menulis para siswa dan juga berkembangnya kepekaan siswa untuk menjadi pembaca kritis sehingga mampu mendorong siswa untuk mampu berkomunikasi lewat media tulis dengan baik dan benar. Secara lebih jelas dapat diungkapkan, bahwa dengan adanya kegiatan siswa mencari dan menemukan kesalahan dalam suatu kelompok kelas, siswa akan berpeluang mengambil bagian secara aktif untuk mencoba, mencari, dan
27
membetulkan kesalahan temannya sehingga memungkinkan siswa yang lebih mampu akan mengambil porsi yang lebih besar pada proses pembelajaran. Pada kegiatan ini siswa yang lemah dapat belajar banyak pada siswa yang lebih mampu diantara teman-temannya. Selain itu pula bahwa apa yang disampaikan oleh teman sebayanya akan lebih mudah dicerna daripada apa yang disampaikan oleh guru. Pendapat ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Stevick (dalam Walz, 1982: 17) yang mengungkapkan bahwa pemberian koreksi atau umpan balik yang dilakukan oleh teman sebaya siswa merupakan cara koreksi kesalahan yang lebih informatif karena diberikan oleh orang yang memiliki kemampuan yang sebanding. Selain itu, dengan adanya penerapan teknik koreksi teman sebaya ini akan diperoleh manfaat diantaranya: (1) memperkuat motivasi siswa dlam proses pembelajaran bahasa; (2) mampu melibatkan siswa secara lebih aktif dalam proses pembelajaran; (3) koreksi yang diberikan akan lebih mudah dipahami oleh siswa-siswa lainnya; dan (4) dengan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya maka siswa akan lebih banyak berperan untuk lebih aktif dalam pembelajaran (Walz, 1982: 17). Memperjelas apa yang telah dikemukakan oleh Walz tersebut, Barnas (1997) mengungkapkan kelebihan pelaksanaan teknik koreksi teman sebaya, yaitu bahwa: (1) teknik ini berpusat pada kegiatan siswa sebagai peserta didik; (2) dapat memotivasi siswa untuk aktif berpikir; (3) siswa terlibat langsung delam menilai hasil karangan; (4) dapat menghilangkan rasa kaku selama proses pembelajaran karena siswa bertukar pikiran dengan temannya sendiri; (5) memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam memperbaiki karangan; (6) menghilangkan kejemuan saat proses pembelajaran di dalam kelas; (7) guru lebih mudah memantau perkembangan kemampuan menulis karangan siswa, karena setiap tahapan kegiatan menulis akan tampak terlihat. Berkaitan dengan proses pembelajaran menulis yang menggunakan teknik koreksi teman sebaya, Walz dalam Bambang Agus Purwanto, A. Handoko Pudjobroto, Sujoko (2004: 11) menjelaskan bahwa teknik koreksi teman sebaya dapat dilakukan dalam bentuk kelompok, baik dalam kelompok
28
kecil yang terdiri dari dua orang, maupun dalam kelompok besar yang terdiri lebih dari lima orang. Adapun wujud pelaksanaannya dapat diwujudkan dengan cara sebagai berikut: 1). Menggunakan media proyeksi Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menayangkan sebuah tulisan siswa melalui OHP yang kemudian siswa lain dalam satu kelompok dibawah bimbingan guru menemukan letak-letak kesalahan, menemukan penyebab terjadinya kesalahan, dan membetulkan kesalahan tersebut. Dalam hal ini, guru hendaknya menyeleksi tulisan yang hendak ditampilkan sesuai dengan keperluan atau aspek-aspek yang hendak dibahas dalam pembelajaran. 2). Membahas secara berkelompok Penerapannya dapat dilakukan dengan cara membahas sebuah tulisan secara bersama-sama oleh sekelompok kecil siswa—bisa dua orang—yang kemudian
melakukan
kegiatan
koreksi
terhadap
tulisan
tersebut
berdasarkan tipe-tipe kesalahan yang telah ditentukan sebelumnya. 3). Tukar-menukar tulisan teman sebaya Prosesnya berupa tukar-menukar tulisan, misalnya dengan teman sebangku untuk dikoreksi. Jadi, antara siswa yang satu dengan siswa yang lain saling mengoreksi hasil tulisan yang telah dibuat oleh temannya. Proses ini tetap harus berada dalam bimbingan guru. Guru harus memberi pengertian dan penegasan kepada siswa bahwa mereka harus benar-benar dan sungguhsungguh dalam mengoreksi dan koreksi yang dilakukan berdasarkan pada tipe-tipe kesalahan yang telah ditentukan sebelumnya. 4). Menulis secara berkelompok Bentuk ini dapat diterapkan pada kelas dengan jumlah siswa yang banyak yang kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok untuk membuat sebuah tulisan. Kemudian, tulisan tersebut dikoreksi secara bersama-sama pula sehingga akan dihasilkan tulisan final yang akan dikumpulkan kepada guru. Dengan demikian, hasil tulisan tersebut merupakan hasil dari
29
kerjasama kelompok dan hendaknya penilaian yang dilakukan juga berdasarkan aspek kerjasama dan kekompakan anggota kelompok. b. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis dengan Teknik Koreksi Teman Sebaya Menurut Walz dalam Bambang Agus Purwanto, A. Handoko Pudjobroto, Sujoko (2004: 13-14) sebelum kegiatan teknik koreksi teman sebaya dilakukan, pada tahap-tahap permulaan hendaknya siswa perlu di beri umpan balik (feedback) dengan berbagai cara, seperti: 1). Memberi simbol-simbol dan singkatan Cara yang sering digunakan guru untuk memotivasi pembelajar, khususnya yang sedang belajar menulis supaya mereka bisa melakukan koreksi sendiri adalah dengan memberi berbagai simbol atau singkatan pada tulisannya. Penanda tersebut biasanya ditempatkan pada bagian margin, tidak pada sumber atau letak kesalahan yang sebenarnya. Dengan demikian, pembelajar harus menentukan sendiri letak-letak kesalahannya dan membetulkan kesalahan tersebut. Namun, untuk pembelajar yang masih kesulitan dengan cara itu, penandaan tersebut kurang efektif sehingga perlu dibuat yang lebih khusus. Hendrickson dalam Bambang Agus Purwanto, A. Handoko Pudjobroto, Sujoko (2004: 14) mengusulkan seperangkat penanda koreksi tak langsung pada tulisan pembelajar dari kelas-kelas permulaan itu, sebagai pelengkap dari pemberian tanda pada bagian margin tulisannya yang meliputi: a) Garis bawah untuk penulisan huruf atau kata yang salah, b) Lingkarang untuk pemakaian tanda baca yang tidak tepat, c) Tanda panah untuk penempatan bagian kalimat yang tidak pada tempatnya, d) Tanda tanya untuk bagian-bagian yang membingungkan. 2). Memberi contoh-contoh kesalahan dan pembetulannya Untuk jenis kesalahan yang sifatnya tidak terlalu kompleks atau mudah untuk ditemukan sendiri oleh pembelajar, pelaksanaan koreksi
30
dapat dilakukan pengajar dan pembelajar secara bersama. Pengajar dalam hal ini adalah guru terlebih dahulu memberikan contoh-contoh mengenai satu jenis kesalahan, kemudian pembelajar dalam hal ini adalah siswa, harus mengoreksi tulisan untuk jenis kesalahan yang sama dengan bimbingan pengajar, selanjutnya pembahasan dapat dilakukan pada jenis kesalahan yang lain. Jenis-jenis kesalahan yang dapat dikoreksi dengan memberi contoh-contoh adalah penempatan tanda baca, misalnya: tanda titik dan koma, pemakaian huruf kecil dan kapital, penulisan kata depan dan imbuhan. Untuk menentukan jenis kesalahan yang bisa dikoreksi dengan cara ini, pengajar dapat melakukannya berdasarkan tingkat kemampuan pembelajar. 3). Menggunakan referensi tentang kaidah-kaidah bahasa tulis Untuk menerapkan cara ini, terlebih dahulu pengajar atau guru menyeragamkan buku-buku atau referensi mengenai kaidah-kaidah penulisan yang dipakai para pembelajar maupun yang menjadi pegangannya. Referensi yang memuat kaidah-kaidah bahasa tulis tersebut seperti buku pedoman penulisan komposisi, buku pedoman pembentukan istilah, dasar-dasar komposisi, dan tata kalimat maupun kamus. Dengan berpedoman pada buku-buku yang telah dimiliki pembelajar, pengajar dapatr menandai bagian-bagian tulisan yang salah dengan menuliskan nomor halaman buku dan identitas yang lebih khusus berkenaan dengan kaidah penulisan yang dapat membantu pem,belajar untuk memperbaiki kesalahan tersebut. c. Langkah-langkah yang Dilakukan Peneliti dalam Penerapan Teknik Koreksi Teman Sebaya Dalam praktiknya atau secara konkrit penerapan teknik koreksi teman sebaya dalam setiap siklusnya dilakukan dalam 2 x pertemuan yang setiap pertemuan mencakup waktu 2 x 45 menit. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
31
1) Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) pemberian materi menulis karangan oleh guru; (2) pemberian latihan menulis karangan; (3) pemberian latihan mengoreksi hasil tulisan teman; (4) guru menugasi siswa untuk menulis karangan; (5) guru meminta siswa untuk mengumpulkan karangan. 2) Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) guru memberikan materi penegasan mengenai teknik koreksi teman sebaya; (2) guru membagikan hasil karangan siswa yang telah dikumpulkan sebelumnya; (3) guru meminta siswa menukarkan hasil karangannya, secara teknis hasil karangan siswa ditukar dengan diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan; (4) guru meminta siswa mengoreksi karangan temannya; (5) guru sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam mengoreksi; (6) setelah koreksi selasai, siswa diminta mengembalikan karangan yang dikoreksi pada siswa yang
bersangkutan;
(7)
seluruh
siswa
diminta
memperbaiki
karangannya berdasarkan hasil koreksi teman sebaya; (8) karangan yang telah diperbaiki dikumpulkan dan dinilai. Berdasarkan langkah-langkah yang diuraikan dalam dua pertemuan tersebut, secara singkat dapat diringkas bahwa penerapan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan adalah sebagai berikut: (1) pemberian materi; (2) pemberian latihan menulis dan mengoreksi; (3) pemberian tugas menulis; (4) hasil tulisan ditukarkan dengan teman sebaya; (5) pengoreksian hasil karangan dengan teman sebaya; (6) perbaikan hasil karangan berdasarkan koreksi teman; dan (7) penilaian.
32
B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan atau sesuai dengan penelitian ini, diantaranya adalah: Penelitian yang dilakukan oleh Handoko Pujobroto, Bambang Agus Purwanto, dan Sujoko pada tahun 2004 dengan judul ”Optimalisasi Penerapan teknik Self-Correction dalam Pembimbingan Skripsi untuk meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Kesalahan berbahasa Mahasiswa Bahasa Inggris FKIP UNS (Penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di LPTK)”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan teknik selfcorrection dapat meningkatkan kemampuan dan motivasi menulis mahasiswa. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Joko Purwanto pada tahun 2008 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Melalui Teknik Peer Correction pada Siswa Kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran serta peningkatan kemampuan menulis ilmiah siswa setelah diterapkannya teknik peer correction. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati, Suyatmin, dan Siti Mulyani pada tahun 2008 dengan judul “Penerapan Teknik Peer-Correction dalam Pembelajaran Menulis untuk Meningkatkan Penguasaan Bahasa Indonesia Tulis Siswa Kelas VIII SMP”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan keaktifan dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran menulis disamping adanya peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses dalam pembelajaran menulis setelah diterapkankan teknik peer-correction. Berdasarkan kesimpulan dari ketiga penelitian di atas maka relevansinya dengan penelitian yang peneliti ini adalah bahwa keterlibatan serta keaktifan siswa dalam memberikan umpan balik dari hasil pekerjaan, baik pekerjaannya sendiri maupun pekerjaan temannya, mempunyai pengaruh yang positif dalam meningkatkan kemampuan, khususnya kemampuan produktif siswa atau mahasiswa. Atau secara singkat dapat dijelaskan bahwa apabila siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran, makan akan
33
berpengaruh
positif
dalam
meningkatkan
kemampuannya
dalam
pembelajaran. Penelitian yang akan dilaksanakan ini dapat dikatakan mampu memberikan tambahan bukti penguat bahwa jika siswa dilibatkan secara aktif dalam memberikan umpan balik terhadap hasil kerja, baik pekerjaannya sendiri maupun temannya, akan meningkatkan kemampuan produktif para siswa tersebut.
C. Kerangka Berpikir Seperti yang teridentifikasi pada survei awal, kualitas proses dan hasil pembelajaran mengarang pada siswa masih rendah. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa yang menjadi aspek penilaian proses pembelajaran terbukti masih rendah. Untuk kualitas hasil pembelajaran yang tergambar dari hasil karangan siswa, pada umumnya karangan para siswa hanya memuat satu hingga
tiga
paragraf,
organisasi
isinya
meloncat-loncat
sehingga
menampakkan penalaran bahasa yang kurang logis, serta terdapat banyak kesalahan bahasa yang meliputi pemakaian ejaan, diksi, dan kalimat. Keadaan tersebut dikarenakan siswa masih merasa kesulitan dalam menulis, baik dalam menulis kosakata, penguasaan ejaan, menggunakan konjungsi atau kata penghubung, membuat kalimat efektif, bahkan dalam menggunakan tanda baca. Hal yang demikian inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis siswa. Untuk itu, diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran, agar kemampuan siswa dalam menulis dapat ditingkatkan. Salah satu cara yang dapat dipilih adalah dengan menerapkan teknik koreksi teman sebaya. Pembelajaran menulis dengan menerapkan teknik koreksi teman sebaya dapat mendorong siswa untuk mampu mengoreksi hasil tulisan temannya sehingga mereka akan benar-benar mampu memahami dan mengalami secara nyata dan lebih mendalam bagaimana cara menulis yang baik dan benar. Dengan menggunakan teknik ini maka siswa mempunyai kesempatan untuk mengoreksi hasil tulisan, baik dari segi ejaan dan tanda baca,
34
penyusunan kalimat, hingga pengembangan pokok pikiran. Dengan demikian, diharapkan akan mampu memunculkan daya ingat siswa yang lebih tinggi. Selain itu, siswa juga akan mampu merefleksi terhadap dirinya sendiri untuk tidak melakukan kesalahan yang sama saat mereka sedang menulis. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam menulis karangan akan meningkat. Berdasarkan gambaran tersebut maka peneliti berencana menerapkan teknik koreksi teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan pada siswa. Berikut ini adalah gambaran secara singkat alur kerangka berpikirnya: Kerangka Berpikir Masalah yang dihadapi sebelum tindakan
Kualitas proses pembelajaran menulis karangan rendah
Kualitas hasil pembelajaran menulis karangan rendah
Penggunaan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan Tindakan Penelitian 1. Koreksi kesalahan pada karangan teman 2. Belajar dari kesalahan teman 3. Menghindari kesalahan yang sama Refleksi
Hasil akhir setelah dilakukan tindakan
Kualitas proses pembelajaran menulis karangan meningkat
Kualitas hasil pembelajaran menulis karangan meningkat Gambar 1.
Alur Kerangka Berpikir
35
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis serta kerangka berpikir dan kondisi objektif di lapangan, maka perlu dilakukan perumusan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan disusun sebagai berikut. 1. Penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. 2. Penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas X Administrasi Perkantoran 2 SMK Murni 2 Surakarta, yang beralamat di jalan Dr. Wahidin No. 33, Surakarta. Di dalam ruangan kelas tersebut terdapat sepasang meja dan kursi untuk guru, 12 meja dan 24 kursi untuk siswa, 2 buah papan tulis yang digabung menjadi satu yang ukurannya masing-masing 2,5 x 1,5 meter. Guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X AP 2 adalah Dra. Sri Sumaryamti. Beliau merupakan lulusan S1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Muhamadiyah Surakarta. Beliau mengajar dengan metode ceramah dan penugasan. Sumber belajar yang biasa digunakan adalah modul Vokasi, yang disusun oleh MGPD Surakarta, papan tulis dan materi-materi lain yang menunjang dalam pembelajaran. Alasan pemilihan sekolah dan kelas X AP 2 sebagai tempat penelitian adalah pertama, peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesi di kelas X AP 2, kedua, karena sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Ketiga, keterampilan menulis di kelas X AP 2 tergolong masih rendah. Keempat, siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta memiliki kelebihan, yakni kritis terhadap pembelajaran, sehingga memungkinkan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan di kelas. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, yakni mulai bulan Desember 2008 sampai April 2009. Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Desember sampai Januari awal, pelaksanaan pada bulan Januari akhir sampai
36
37
Februari, sedangkan tahap penyusunan laporan pada bulan Maret hingga April. Rincian waktu dan jenis kegiatannya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan No 1. 2. 3. 4. 5.
Kegiatan Des 08 Penyusunan proposal. Menentukan informan, menyiapkan alat dan instrumen. Pengumpulan data. Analisis data Penyusunan laporan
Jan 09
Feb 09
Mar 09
Apr 09
B. Pendekatan dan Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu sebuah penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, siswa maupun staf sekolah yang lain untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Lebih lanjut, penelitian tindakan kelas ini diarahkan untuk menindaklanjuti alternatif pemecahan masalah dengan cara melaksanakan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terstruktur. Hal ini karena bagian penting dari sebuah penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan nyata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis pada siswa kelas X AP 2 dengan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya. Prinsip utama dalam penelitian tindakan kelas adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan hingga memperoleh hasil yang telah ditetapkan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2006:16). Penentuan tindakan siklus kedua berdasarkan hasil tindakan pada siklus pertama dan seterusnya. Dari siklus dasar yang pertama inilah apabila peneliti menilai adanya kesalahan atau
38
kekurangan dapat diperbaiki dengan mengembangkannya dalam spiral ke perencanaan tindakan kedua (Rochiati Wiriaatmadja, 2007:63). Berikut ini adalah gambaran daur ulang (siklus) tindakan dalam penelitian tindakan kelas: Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan Tindakan I
Permasalahan
Refleksi I
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan/ Pengumpulan Data II
Siklus I
Permasalahan baru hasil refleksi
Siklus II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Pelaksanaan Tindakan I
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 2. Tahap-tahap penelitian tindakan kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjojo, dan Supardi, 2006:74)
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta yang terdiri dari 22 siswa yang keseluruhannya adalah putri, guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni Dra. Sri Sumaryamti, serta peneliti sendiri sebagai kolaborator.
39
2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembelajaran menulis karangan di kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta.
D. Sumber Data Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi: 1. Proses pembelajaran menulis Data yang dikumpulkan yaitu data tentang bagaimana proses pembelajaran menulis karangan yang berlangsung di kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. 2. Informan Informan dalam penelitian ini adalah guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X AP 2 dan siswa kelas X AP 2 yang berjumlah 22 siswi. 3. Dokumen Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta hasil karangan siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran menulis karangan yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan. Dalam kegiatan ini, peneliti sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan dengan cara peneliti bertindak sebagai
40
partisipan pasif yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi tempat duduk di belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada di tempat duduk bagian belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa. Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan yang ada. Hasil diskusi berupa solusi untuk berbagai kelemahan tersebut kemudian dilaksanakan dalam siklus berikutnya. Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan bagaimana guru merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa selama pembelajaran, perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran, serta minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. 2. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis, berbagai informasi mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran menulis, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui pembelajaran menulis karangan yang diterapkan oleh guru dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang digunakan oleh guru tersebut, serta untuk mengetahui kesulitan siswa yang dihadapi selama pembelajaran. 3. Tes/Unjuk Kerja Tes unjuk kerja yang berupa tugas digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Usaha yang dilakukan oleh guru dalam rangka mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru
41
melaksanakan beberapa kali tes, yakni pre-tes dilakukan dengan cara memberikan tugas menulis karangan yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis, kemudian tes berikutnya dilakukan setelah pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator keberhasilan. 4. Analisis Dokumen Teknik
ini
dilakukan
dengan
menganalisis
dokumen
yang
berhubungan dengan pembelajaran menulis yang meliputi hasil nilai karangan siswa
yang
merupakan
pedoman
untuk
mengetahui
kualitas
hasil
pembelajaran serta hasil pengamatan lapangan selama penelitian yang merupakan pedoman penilaian kualitas proses pembelajaran.
F. Teknik Validitas Data Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 2000:300). Teknik ini dipilih karena merupakan salah satu cara yang mampu menghilangkan perbedaan-perbedaan kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang kejadian dan hubungan antargagasan. Teknik triangulasi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber data, trianggulasi metode, serta review informan. Trianggulasi sumber data digunakan untuk untuk menguji kebenaran data yang diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain. Triangulasi metode digunakan untuk membandingkan data yang sudah diperoleh dengan data hasil observasi, serta dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara. Review informan digunakan untuk menanyakan informan, apakah data yang diperoleh dari hasil wawancara sudah valid atau belum. Triangulasi sumber data memanfaatkan sumber data yang berbedabeda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti dapat memperoleh data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data
42
dari narasumber dengan teknik wawancara mendalam yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan mengadakan observasi secara cermat terhadap objek penelitian. Dengan demikian, informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber lain. Triangulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil observasi dan wawancara. Serta review informan dengan menanyakan kembali hasil wawancara dengan informan yang bersangkutan.
G. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis interaktif tersebut terdiri atas empat komponen yang mencakup komponen pengumpulan data dan tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yang meliputi reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan. Teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992) tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengumpula Sajian Data Reduksi Data
Penarikan simpulan
Gambar 3. Analisis Interaktif (Miles dan Huberman) Teknik analisis interaktif ini digunakan untuk mengungkapkan kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran baik dari sisi siswa maupun guru. Hasil analisis akan dijadikan dasar dalam penyusunan
43
perencanaan tindakan. Teknik analisis ini juga dilakukan pada survei awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan menulis siswa. Setelah kondisi awal diketahui, peneliti merencanakan tindakan untuk memecahkan masalah. Setiap akhir siklus dianalisis kelebihan dan kekurangannya sehingga dapat diketahui hasil penerapan tindakan pada setiap siklusnya. Secara terperinci, langkah-langkah dalam teknik analisis interaktif dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat dan merekam interaksi lisan serta tindakan antara guru dan murid yang terjadi dalam proses pembelajaran. 2. Reduksi Data Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi dan memilih data yang kurang mendukung penelitian. Data yang mendukung dipergunakan sesuai fokus penelitian. 3. Displai Data Melalui sajian ini, data yang sudah terkumpul dikelompokkan dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis permasalahannya supaya mudah dimengerti. Data yang ada dijabarkan dan ditafsirkan kemudian dibandingkan persamaan dan perbedaanya. 4. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi data dan displai data berupa perubahan yang terjadi setelah dilakukan tindakan yang berlangsung secara bertahap. Kesimpulan sementara pada akhir siklus I, kemudian kesimpulan akhir pada siklus II, dan seterusnya sampai kesimpulan terakhir pada siklus terakhir.
44
H. Indikator Keberhasilan Dalam penelitian tindakan kelas dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya yang dilakukan pada siswa kelas X Administrasi Perkantoran 2 SMK Murni 2 Surakarta indikator yang ingin dicapai yaitu meningkatnya kualitas proses pembelajaran serta meningkatnya kualitas hasil pembelajaran yang tercermin pada kemampuan menulis karangan siswa. Indikator yang digunakan untuk mengetahui peningkatan tersebut yaitu: 1. Proses pembelajaran menulis, ditandai dengan: a. Keaktifan siswa selama pembelajaran. b. Perhatian dan Konsentrasi siswa selama pembelajaran. c. Minat dan Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. d. Perolehan nilai proses pembelajaran menulis karangan siswa meningkat. Untuk mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis, peneliti bersama guru melakukan penilaian dengan mengamati proses pembelajaran yang berlangsung menggunakan lembar penilaian proses yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Hasil Pembelajaran menulis karangan, ditandai dengan: a. Siswa mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, maupun idenya yang dituangkan dalam isi karangan. b. Siswa mampu mengorganisasikan sebuah gagasan menjadi paragraf yang runtut. c. Variasi kosakata yang dimiliki siswa lebih meningkat. d. Siswa mampu mengembangkan bahasa dalam karangannya dengan baik e. Siswa mampu menulis karangan dengan memperhatikan penggunaan EYD yang tepat. f. Perolehan nilai hasil pembelajaran menulis karangan siswa meningkat dan mencapai rata-rata sesuai batas minimal ketuntasan belajar sebesar 65. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis siswa, peneliti dan guru menilai hasil pekerjaan siswa berupa karangan dan menghitung skor atau capaian yang diperoleh berdasarkan pedoman penilaian yang telah disepakati oleh guru dan peneliti sebelumnya.
45
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahapan penelitian dari awal hingga akhir penelitian. Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan Penelitian Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah: (1) Mengidentifikasi masalah pembelajaran menulis pada siswa kelas X AP 2 di SMK Murni 2 Surakarta; (2) Menganalisis masalah pembelajaran menulis secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan; (3) Menyusun bentuk tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan dengan menerapkan teknik koreksi teman sebaya pada tindakan siklus pertama, kedua, dan ketiga; (4) Menyusun jadwal penelitian dan rancangan pelaksanaan tindakan; (5) Menyusun lembar observasi dan pedoman penilaian hasil tulisan siswa. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta dengan menerapkan teknik koreksi teman sebaya. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini, prosedur penelitiannya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 3 siklus tindakan), yang setiap siklusnya mencakup 4 kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) analisis dan refleksi. a. Rancangan Siklus I 1) Tahap perencanaan, mencakup kegiatan: a) Menyusun rencana pembelajaran dengan materi menulis karangan jenis narasi. b) Merancang skenario pembelajaran menulis karangan jenis narasi dengan teknik koreksi teman sebaya. Pada pertemuan pertama, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: (1) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa berkaitan dengan materi menulis karangan, yang
46
pada siklus I ini ditentukan mengenai menulis karangan narasi; (2) Guru memberikan materi berkaitan dengan menulis karangan narasi, baik dari pengertiannya, sistematika penulisan, maupun hal-hal yang berkaitan dengan menulis karangan narasi; (3) Guru memberikan materi
berupa
pedoman
pengoreksian
yang
telah
disiapkan
sebelumnya; (4) Guru menugasi siswa untuk mencoba menganalisis dan mengoreksi kesalahan dari contoh karangan yang telah disiapkan oleh guru; (5) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan proses pengoreksian yang telah dilakukan; (6) Guru menugasi siswa untuk menulis karangan jenis narasi pada kertas yang telah disediakan dan dikumpulkan; (7) Guru melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan kemudian menutup pelajaran. Pada pertemuan kedua, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: (1) Guru memberikan apersepsi berkaitan dengan materi menulis karangan narasi; (2) Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, yaitu berkaitan dengan isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik; (3) Guru membagikan karangan siswa yang pada pertemuan sebelumnya sudah
dikumpulkan
kemudian
siswa
diminta
menukarkan
karangannya tersebut dengan temannya; (4) Di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan serta pedoman pengoreksian yang telah diberikan; (5) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan-kesulitan yang dialami selama melakukan koreksi; (6) Guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan yang dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan; (7) Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; (8) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam
47
karangan kemudian dikumpulkan; (9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; (10) Guru menutup pelajaran. 2) Tahap Pelaksanaan Tahap ini dilakukan dengan mengadakan pembelajaran di kelas yang dalam satu siklus ada dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 2 x 45 menit. Tindakan ini dilakukan sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. pada siklus pertama ini pembelajaran dilakukan oleh guru kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir. 3) Tahap observasi Tahap ini dilakukan dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran menulis karangan (aktivitas guru dan siswa). observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga melakukan wawancara dengan para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. 4) Tahap analisis dan refleksi Tahap ini dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan bagian mana yang telah memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sesuai terget atau bahkan melebihinya.
48
b. Rancangan Siklus II dan III Pada siklus II dan III dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I, akan tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I, sehingga kekurangan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II. Perbaikan tindakan pada siklus II tetap menggunakan teknik koreksi teman sebaya dengan mengambil materi menulis yang berbeda, demikian juga dengan siklus III apabila masih diperlukan perbaikan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan disajikan uraian hasil penelitian. Uraian hasil penelitian ini merupakan jawaban atas rumusan masalah dari Bab I. Sebelum hasil penelitian dipaparkan, pada bab ini diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi awal prasiklus pembelajaran menulis karangan serta kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Maka, pada bab ini akan dikemukakan tentang kondisi awal proses pembelajaran serta kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta, pelaksanaan siklus dan hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 2 siklus dengan 4 tahap dalam tiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
A. Kondisi Awal Prasiklus Kondisi awal prasiklus diketahui dengan diadakannya survei awal yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 20 Januari 2009 pada saat pembelajaran menulis karangan di kelas. Survei ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal prasiklus pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Kondisi awal prasiklus ini nantinya menjadi acuan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada pembelajaran selanjutnya. Pada kegiatan prasiklus ini, guru melaksanakan proses pembelajaran seperti biasa dan peneliti sebagai partisipan pasif. Secara teknis, peneliti sebagai partisipan pasif yakni hanya mengamati jalannya proses pembelajaran dengan duduk di meja belakang. Pada kondisi awal prasiklus, guru memulai kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan membuka pelajaran dan mengondisikan kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru menanyakan siswa yang tidak hadir, dan beberapa siswa menjawab “nihil”. Sebelum memulai pembelajaran
49
50
guru mengabsen siswa satu persatu sambil lebih mengondisikan kelas supaya lebih kondusif. Kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan buku tulisnya dan pembelajaran dimulai dengan materi menulis karangan narasi. Pembelajaran diawali dengan apersepsi yang dilakukan guru dengan menanyakan tentang materi menulis narasi yang pada semester sebelumnya sudah pernah dipelajari. Saat guru menanyakan pengertian dari karangan narasi, sedikit banyak siswa masih ingat mengenai materi menulis narasi, hal ini ditandai dengan jawaban siswa yang bernama Minda Leli Maryani yang menyatakan bahwa karangan narasi merupakan karangan yang bersifat menceritakan. Kemudian guru memberi tanggapan positif dengan mengucapkan “betul”, setelah itu guru memberikan catatan kepada siswa tentang materi menulis narasi. Pada kegiatan ini siswa tampak antusias mencatat materi yang dijelaskan oleh guru, meskipun beberapa siswa masih ada yang berbisik-bisik dengan teman semejanya. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa siswa tampak memperhatikan guru dengan tenang dan antusias, akan tetapi beberapa diantaranya sibuk dengan aktivitasnya sendiri bahkan mengobrol dengan teman sebangkunya. Hasil pantauan peneliti dari lembar observasi penilaian proses pembelajaran yang telah ditentukan (pada lampiran), nilai rata-rata keaktifan siswa baru mencapai skor 1,95. Skor ini dapat dikatakan masih sangat rendah dan masuk dalam kategori kurang. Kemudian nilai rata-rata perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran mencapai skor 2,14 dan termasuk kategori sedang. Untuk nilai minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran mencapai skor 2,09 yang juga termasuk kategori sedang. Dengan demikian nilai rata-rata seluruh aspek dalam penilaian proses pembelajaran mencapai skor 6,18. berdasarkan skor tersebut, kualitas proses pembelajaran yang mencakup keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran baru mencapai pada kategori sedang. Untuk suatu kualitas proses pembelajaran yang maksimal, tentunya hasil tersebut masih jauh dari harapan. Berikut ini adalah tabel hasil penilaian proses pembelajaran pada saat prasiklus dan grafiknya.
51
Tabel 2. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus Nilai No
Nama Siswa
A*
B*
C*
Total
Kriteria**
1
Amin Suryaningsih
1
2
1
4
sedang
2
Apriska KaruniaAmanda
2
3
2
7
cukup
3
Astri Nur Afni
2
2
2
6
Sedang
4
Ayu Saputri
3
2
2
7
Cukup
5
Desbi Ariyanti
2
3
2
7
Cukup
6
Sri Suryaningsih
1
2
2
5
Sedang
7
Dyah Intan Salfri Aminah
2
2
2
6
Sedang
8
Fifi Arum Sari
1
2
1
4
Sedang
9
Iin Purwanti
2
2
2
6
Sedang
10
Lestari Widyastuti
2
2
3
7
Cukup
11
Marina Is Indriyati
2
2
2
6
Sedang
12
Minda Leli Maryani
4
3
3
10
Baik
13
Nanik Listyaningrum
4
3
3
10
Baik
14
Okky Dwi Susanti
2
2
2
6
Sedang
15
Ovi Ayatin
2
2
2
6
Sedang
16
Ria Winarni
2
2
3
7
Cukup
17
Rika Puspitaningrum
2
2
3
7
Cukup
18
Rika Rahmawati
2
2
2
6
Sedang
19
Saputri Nana Maryana
1
2
1
4
Sedang
20
Taat Indri Astuti
1
2
2
5
Sedang
21
Tri Susilowati
1
1
2
4
Sedang
22
Wahyu Tri Mulyani
2
2
2
6
Sedang
1,95
2,14
2,09
6,18
Rata-rata *Keterangan: A
: Keaktifan siswa selama pembelajaran
B
: Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran
C
: Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
52
Keterangan lanjutan: A
: Keaktifan siswa selama pembelajaran Untuk menilai poin A peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: (1) Mengajukan pertanyaan; (2) Mengungkapkan pendapat; (3) Menjawab pertanyaan guru; (4) Memperhatikan pertanyaan orang lain; (5) Menanggapi pertanyaan.
B
: Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran Untuk menilai poin B peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: (1) Memperhatikan penjelasan guru; (2) Mencatat penjelasan guru; (3) Mempelajari kembali materi yang diberikan; (4) Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas; (5) Tidak mengobrol dengan teman lain.
C
: Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk menilai poin C peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: (1) Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu; (2) Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan; (3) Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asal-asalan; (4) Tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain; (5) Tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran.
53
**Kriteria nilai setiap pernyataan
**Kriteria nilai total
1,00 – 1,99
: kurang
1,00 – 3,99
: kurang
2,00 – 2,99
: sedang
4,00 – 6,99
: sedang
3,00 – 3,99
: cukup
7,00 – 9,99
: cukup
4,00 – 4,99
: baik
10,00 – 12,99 : baik
5,00
: sangat baik
13,00 – 15,00 : sangat baik
Selain dengan tabel, berikut ini adalah gambar grafik nilai proses pembelajaran siswa pada prasiklus:
Gambar 4. Grafik Nilai Proses Pembelajaran pada Prasiklus Keterangan: 1 – 22
: Nomor urut siswa
0 – 12
: Rentangan nilai
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat mengenai hasil nilai proses pembelajaran yang diperoleh setiap siswa. Garis yang ditunjukkan memberikan informasi mengenai skor nilai yang diperoleh siswa. Siswa dengan nilai rendah tergambar dengan garis/balok yang lebih pendek, sedangkan siswa dengan nilai tinggi tergambar dengan garis/balok yang lebih tinggi.
54
Dalam setiap pembelajaran di kelas, guru selalu berusaha untuk mengaktifkan siswa akan tetapi kurang berhasil. Guru sudah memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya akan tetapi tidak ada siswa yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertanya. Justru ketika diberi kesempatan, siswa cenderung diam. Keaktifan siswa sedikit terlihat hanya ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dan beberapa dari mereka menjawab secara serentak. Setelah guru selesai memberikan catatan tentang materi menulis karangan narasi dan menjelaskannya secara singkat, guru menugaskan siswa untuk menulis karangan narasi pada selembar kertas. Siswa menulis karangan dengan tema bebas. Pada kegiatan ini siswa dengan tenang mengerjakan karangannya sehingga kelas terasa sepi dan guru hanya duduk di meja guru sambil menunggu siswa selesai mengerjakan karangannya. Setelah kurang lebih 30 menit berlalu, ada beberapa siswa yang sudah selesai membuat karangan, hal tersebut tampak dari aktivitas siswa yang tidak menulis lagi, bahkan hanya mengobrol dengan
teman
semejanya.
Karena
kelas
terasa
sedikit
gaduh,
guru
memperingatkan dan meminta siswa yang telah selesai mengarang untuk memeriksanya kembali sebelum dikumpulkan. Hanya beberapa siswa yang terlihat membaca kembali karangannya, yang lain masih tetap dengan aktivitasnya sendiri, ada yang menyisir rambutnya, kipas-kipas dengan buku, dan mengobrol. Guru kemudian berjalan mengelilingi siswa untuk melihat karangan siswa sembari memperingatkan siswa agar tidak membuat gaduh yang dapat menganggu siswa lain yang belum selesai. Setelah siswa selesai dengan karangannya, guru meminta untuk seluruh siswa mengumpulkannya. Saat itu sisa waktu pembelajaran masih 10 menit dan guru memanfaatkannya dengan memberi penegasan kembali tentang materi menulis narasi serta memberi kesempatan bertanya pada siswa. Karena tidak ada siswa yang ingin bertanya, guru kemudian menutup pembelajaran. Pembelajaran tersebut masih bersifat konvensional. Pembelajaran masih berpusat pada guru, meskipun siswa sedikit banyak sudah diberi kesempatan untuk bertanya. Metode yang diterapkan pun kurang bervariasi, dan ceramah masih mendominasi kegiatan pembelajaran. Penugasan dilakukan guru sebagai kegiatan evaluasi pembelajaran, dan koreksinya pun dilakukan oleh guru sendiri.
55
Kesimpulan hasil wawancara pada siswa adalah sebagai berikut: (1) Siswa merasa bosan saat pembelajaran mengarang karena terlalu lama menunggu siswa yang lain yang belum selesai. (2) Guru memberi materi secara singkat. (3) Guru memberi materi dengan ceramah, yakni memberi catatan dan menjelaskan hal-hal yang penting. (4) Guru memberi contoh dari bacaan dan memberi latihan pada siswa dengan membuat karangan. (5) Siswa tidak termotivasi untuk aktif di kelas, aktif hanya ketika ditanya oleh guru saja. (6) Karangan dikoreksi dan dinilai secara individu oleh guru. Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa siswa tersebut, diketahui bahwa pembelajaran menulis karangan dianggap sangat membosankan. Guru selalu menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi yang kemudian dilanjutkan dengan mencatat. Diakhir pembelajaran guru memberikan tugas menulis karangan sebagai evaluasi, dan saat tersebutlah yang paling membosankan. Siswa dibiarkan menunggu lama ketika sudah selesai mengarang dan teman yang lain belum selesai. Hal ini membuat siswa sangat jenuh dan bosan karena guru pun tidak memberikan kegiatan lain untuk mengisi waktu sambil menunggu teman yang lain, yang akhirnya siswa hanya mengobrol dengan teman semejanya dan membuat gaduh. Kemudian dari hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di kelas X AP 2, yakni Dra. Sri Sumaryamti, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Menurut pendapat guru pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. (2) Skenario pembelajaran dibuat hanya garis besarnya saja. (3) Materi diberikan dengan ceramah. (4) Contoh diberikan melalui bacaan, serta latihan diberikan dengan penugasan pada siswa. (5) Siswa tidak terlalu aktif dalam pembelajaran karena berasal dari siswa dengan nilai rendah di SMP nya dan tidak diterima di sekolah negeri. (6) Pekerjaan siswa dikoreksi dan dinilai guru secara individu. Dari kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru, dapat diketahui bahwa pembelajaran tersebut masih sangat konvensional, guru masih sangat dominan di dalam kelas, dan siswa tidak dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
56
Berikut ini adalah tabel nilai hasil pembelajaran menulis siswa pada prasiklus: Tabel 3. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus No
Nama
Skor Isi
Organi
Kosa
Struk-tur
-sasi isi
kata
kali-mat
ejaan
Total
1
Amin Suryaningsih
18
11
12
11
3
55
2
Apriska KaruniaAmanda
18
14
12
12
3
60
3
Astri Nur Afni
20
11
11
12
3
58
4
Ayu Saputri
21
14
13
12
3
63
5.
Desbi Ariyanti
21
13
12
13
3
62
6
Sri Suryaningsih
18
11
11
11
3
55
7
Dyah Intan Salfri Aminah
20
13
11
12
3
59
8
Fifi Arum Sari
18
11
11
11
3
54
9
Iin Purwanti
18
11
12
12
4
57
10
Lestari Widyastuti
21
13
14
13
3
64
11
Marina Is Indriyati
18
13
11
12
4
58
12
Minda Leli Maryani
22
14
11
16
4
67
13
Nanik Listyaningrum
22
15
12
14
4
67
14
Okky Dwi Susanti
18
12
11
12
3
56
15
Ovi Ayatin
17
11
11
11
3
53
16
Ria Winarni
21
13
11
13
3
62
17
Rika Puspitaningrum
21
13
13
16
4
67
18
Rika Rahmawati
18
12
12
12
3
57
19
Saputri Nana Maryana
17
14
11
12
3
57
20
Taat Indri Astuti
18
13
12
13
3
59
21
Tri Susilowati
17
11
11
12
3
54
22
Wahyu Tri Mulyani
18
11
11
12
3
55
Nilai rata-rata
19,09
12,5
11,68
12,45
3,31
59,04
57
Berdasarkan tabel 3 tersebut diperoleh informasi bahwa pretes yang dilakukan pada saat survei awal prasiklus, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari nilai rata-rata karangan siswa yang baru mencapai skor 59,04 yang berarti belum mencapai KKM yang ditentukan oleh guru dan peneliti sebesar 65. Proses penilaian
hasil pembelajaran
menulis karangan
tersebut
didasarkan pada pedoman penilaian menulis yang diadaptasi dari Burhan Nurgiyantoro. Selain dengan tabel, nilai hasil pembelajaran juga dapat digambarkan dengan grafik. Berikut ini adalah grafik batang nilai hasil pembelajaran pada prasiklus:
Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran pada Prasiklus Keterangan: 1 – 22
: Nomor urut siswa
0 – 80
: Rentangan nilai
Berdasarkan grafik pada gambar 5 di atas dapat diperoleh informasi mengenai sebaran nilai yang diperoleh siswa. Semakin tinggi garis/batang yang mewakili nilai siswa maka semakin tinggi pula nilai yang diperoleh siswa. Grafik
58
tersebut ditampilkan untuk menggambarkan lebih lanjut perolehan nilai siswa berdasarkan data dari tabel 3. Berdasarkan hasil evaluasi menulis karangan, serta berdasarkan observasi dan wawancara, baik dengan guru maupun siswa, dapat direfleksi bahwa beberapa faktor yang menjadikan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa rendah adalah sebagai berikut: 1. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis karangan. Dari observasi yang dilakukan peneliti, siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menulis karangan karena mereka menganggap bahwa mengarang merupakan pembelajaran yang tidak terlalu penting. Siswa menganggap bahwa mengarang merupakan pelajaran untuk anak SD, sedangkan mereka adalah siswa SMK yang bukan seperti anak SD lagi. Ketidaktertarikan tersebut terlihat dari hasil penilaian proses pembelajaran yang menunjukkan siswa masih kurang aktif, perhatian dan konsentrasinya masih sedang, serta minat dan motivasinya juga masih tergolong sedang. Selain itu, ketidaktertarikan siswa pada kegiatan mengarang juga terlihat pada beberapa hasil karangan siswa yang dikerjakan hanya asal-asalan sehingga hasilnya tidak maksimal. 2. Siswa kesulitan dalam mengungkapkan dan mengorganisasikan gagasan. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu mengorganisasikan gagasan secara baik. Hal ini terlihat pada karangan siswa yang sebagian besar pengungkapan gagasannya kurang lancar, gagasan yang dikemukakan masih kacau, kurang terorganisasi, tidak runtut, dan bahkan beberapa gagasan hanya diulang-ulang sehingga karangannya belum kohesif dan koherensif. Hal ini terlihat dari hasil nilai karangan siswa pada aspek organisasi isi saat prasiklus yang baru mencapai skor 12,5. Skor tersebut baru masuk dalam kategori sedang-cukup (model penilaian Burhan Nurgiyantoro) dan masih perlu ditingkatkan.
59
3. Siswa kesulitan dalam pemilihan kata dan penyusunannya dalam sebuah kalimat. Berdasarkan hasil perolehan nilai pada aspek kosakata dan struktur kalimat, siswa masih tergolong dalam pencapain kriteria sedang-cukup, yakni skor antara 10-13 untuk kosakata dan 11-17 untuk struktur kalimat. Dari koreksi oleh guru bersama peneliti, sebagaian besar siswa belum menggunakan kosakata yang bervariasi. Dalam hal ini, penguasaan yang dimiliki siswa masih terbatas, seperti mengulang-ulang kata yang sama. Selain itu, penyusunan struktur kalimatnya pun masih kacau. Contoh penulisan kata dan struktur kalimat yang kurang tepat misalnya pada penggalan paragraf dari karangan siswa berikut ini: “Saat bis yang kami naiki itu, di tengah perjalanan sempat-sempat mogok, karena bis yang kami naiki itu tidak kuat untuk naik di jalan yang sangat tinggi” pemilihan kata bis, naiki itu, sempat-sempat, tidak kuat untuk naik, serta di jalan yang sangat tinggi, dalam kalimat tersebut terlihat sangat rancu dan masih terpengaruh unsur bahasa jawa. Pemilihan kata yang lebih tepatnya misalnya bis diganti bus, naiki itu diganti tumpangi, sempat-sempat diganti sempat, tidak kuat untuk naik diganti tidak mampu berjalan, serta di jalan yang sangat tinggi diganti di jalan yang menanjak. 4. Siswa belum mampu menggunakan ejaan serta tanda baca yang tepat. Berdasarkan hasil karangan siswa diketahui bahwa masih banyak terdapat kesalahan ejaan dan tanda baca. Siswa masih kesulitan dalam penulisan huruf kapital, pemakain tanda titik, pemakaian tanda koma, penulisan kata depan, serta penulisan singkatan. Sebagian besar siswa masih menggunakan banyak singkatan kata dalam karangannya, misalnya penulisan “yang” ditulis “yg”, “tetapi” ditulis “tp”, “tidak ditulis “tdk”, “telah” ditulis “tlah” dan lain sebagainya. 5. Guru belum menemukan metode yang tepat untuk mengajarkan menulis karangan pada siswa. Dalam mengajarkan menulis karangan pada siswa selama ini guru cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu dengan ceramah. Pada
60
awal kegiatan pembelajaran, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah menyusun karangan, setelah itu siswa diminta untuk mengarang dan hasilnya dikumpulkan kemudian dinilai oleh guru. Pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi pasif, akan tetapi guru pun masih bingung menentukan metode pembelajaran menulis karangan yang mampu mengaktifkan siswa. Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, peneliti dan guru merasa sangat perlu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa. Untuk itulah peneliti berdiskusi dengan guru untuk merencanakan langkah selanjutnya. Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindakan siklus I pada hari Selasa, tanggal 27 Januari 2009.
B. PELAKSANAAN TINDAKAN DAN HASIL PENELITIAN Bertolak dari hasil analisis dan refleksi peneliti pada saat survei awal serta wawancara dengan guru dan siswa, tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis karangan. Tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yang berkesinambungan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Januari 2009 di SMK Murni 2 Surakarta. Pada kesempatan tersebut peneliti berdiskusi dengan guru tentang beberapa hal yang akan dilakukan pada siklus I. Hal-hal yang didiskusikan antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang akan dilakukan, (2) peneliti mengusulkan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan serta menjelaskan cara penerapannya, (3) peneliti dan guru bersama-sama menyusun RPP untuk siklus I, (4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian tujuan, (5) guru dan peneliti bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk
61
menilai hasil karangan siswa. Instrumen nontes ini berbentuk pedoman observasi dan digunakan untuk menilai proses pembelajaran menulis karangan, (6) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Dalam perencanaan tindakan ini disepakati bahwa siklus I akan dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 45 menit (2 jam pelajaran), yakni pada hari Selasa, 27 Januari 2009 dan hari Selasa, 3 Februari 2009. Adapun skenario yang direncanakan dalam siklus I adalah sebagai berikut: (1) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa berkaitan dengan materi menulis karangan, yang pada siklus I ini ditentukan mengenai menulis karangan narasi; (2) Guru memberikan materi berkaitan dengan menulis karangan narasi, baik dari pengertiannya, sistematika penulisan, maupun hal-hal yang berkaitan dengan menulis karangan narasi; (3) Guru memberikan materi berupa pedoman pengoreksian yang telah disiapkan sebelumnya; (4) Guru menugasi siswa untuk mencoba menganalisis dan mengoreksi kesalahan dari contoh karangan yang telah disiapkan oleh guru; (5) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan proses pengoreksian yang telah dilakukan; (6) Guru menugasi siswa untuk menulis karangan jenis narasi pada kertas yang telah disediakan dan dikumpulkan; (7) Guru melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan kemudian menutup pelajaran. Sedangkan skenario pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut: (1) Guru memberikan apersepsi berkaitan dengan materi menulis karangan narasi; (2) Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, yaitu berkaitan dengan isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik; (3) Guru membagikan karangan siswa yang pada pertemuan sebelumnya
sudah
dikumpulkan
kemudian
siswa
diminta
menukarkan
karangannya tersebut dengan temannya; (4) Di bawah bimbingan guru, masingmasing siswa melakukan koreksi terhadap tulisan temannya berdasarkan aspekaspek yang telah ditentukan serta pedoman pengoreksian yang telah diberikan; (5) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan-kesulitan yang dialami
selama
melakukan
koreksi;
(6)
Guru
meminta
siswa
untuk
62
mengembalikan karangan yang dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan; (7) Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; (8) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan kemudian dikumpulkan; (9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; (10) Guru menutup pelajaran. b. Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan siklus I pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Januari 2009 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) diruang kelas X Administrasi Perkantoran 2 SMK Murni 2 Surakarta. Dalam hal
ini, guru
bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di kursi belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis karangan pada siklus I pertemuan pertama adalah sebagai berikut: (1) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam; (2) guru mengondisikan kelas dengan mengabsen siswa; (3) guru melakukan apersepsi mengenai pengalaman siswa dalam mengarang, apersepsi ini dikaitkan juga dengan pembelajaran menulis karangan pada saat prasiklus; (4)
guru memberikan materi menulis
karangan narasi dan langkah-langkah dalam teknik koreksi teman sebaya; (5) siswa diminta berlatih mengoreksi karangan yang telah disiapkan oleh guru; (6) guru menugasi siswa untuk menulis karangan narasi kemudian dikumpulkan. Kegiatan siswa yang dilakukan di kelas setelah mendengarkan penjelasan guru adalah melakukan latihan koreksi dengan karangan yang sudah disiapkan, kemudian siswa diminta menulis karangan. Dalam menulis karangan, siswa diberi kebebasan untuk memilih topik atau tema, yang terpenting karangan tersebut merupakan karangan jenis narasi. Setelah siswa selesai menulis karangan
63
kemudian dikumpulkan pada guru, dan pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan berikutnya yakni hari Selasa, 3 Februari 2009. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua adalah: (1) guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam; (2) guru mengondisikan kelas dengan melakukan absen siswa; (3) guru melakukan apersepsi melalui kegiatan tanya jawab serta menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yakni koreksi teman sebaya; (4) guru membagikan karangan yang dikumpulkan pada minggu lalu; (5) siswa diminta menukarkan karangannya tersebut, secara teknis karangan ditukarkan dengan diputar berjalan sebanyak lima kali hitungan ke kanan; (6) di bawah bimbingan guru, siswa mengoreksi karangan temannya; (7) guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan kesulitan dalam pengoreksian; (8) guru meminta siswa untuk mengembalikan karangannya pada siswa yang bersangkutan; (9) Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; (10) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan kemudian dikumpulkan; (11) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; (12) guru menutup pelajaran. c. Observasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya berlangsung pada hari Selasa, 27 Januari 2009 dan 3 Februari 2009 pukul 07.45 – 09.15 WIB (jam ke-2 dan ke-3). Observasi difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi sebagaimana terlampir. Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku belakang, sesekali peneliti berada di samping kelas untuk mengambil gambar. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan dengan
64
teknik koreksi teman sebaya yakni, saat masuk kelas guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam setelah seluruh siswa tenang. Selanjutnya guru menanyakan siswa yang tidak masuk, mengabsen kehadiran siswa satu per satu serta mengisi buku presensi siswa. Kelas sedikit ramai meskipun tidak terlalu gaduh karena beberapa siswa masih ada yang mengobrol dengan teman semejanya. Setelah itu, guru memberikan apersepsi tentang pembelajaran menulis karangan jenis narasi. Selain itu guru juga mengevaluasi hasil karangan minggu lalu yang telah dinilai. Dalam evaluasi tersebut guru menyatakan bahwa masih banyak hal yang harus diperbaiki dalam karangan siswa, baik dari isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, maupun mekaniknya. Pada awalnya siswa terlihat asing dan kurang paham dengan yang dimaksudkan guru, akan tetapi guru kemudian menjelaskannya secara lebih menyeluruh. Pejelasan tersebut misalnya, pengembangan bahasa berkaitan dengan struktur maupun penyusunan kalimatnya, serta ejaan berkaitan dengan aspek mekaniknya. Setelah itu guru menjelaskan tentang penerapan teknik koreksi teman sebaya yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran menulis karangan dan siswa tampak sangat paham. Selanjutnya, guru menyampaikan materi tentang menulis karangan narasi serta pedoman pengoreksian dalam sebuah karangan. Pedoman pengoreksian ini diberikan dalam bentuk lembar fotokopian yang sudah disiapkan guru sebelumnya. Sambil mendengarkan penjelasan guru dan mencermati pedoman pengoreksian, siswa diminta mengevaluasi sendiri karangannya dari pembelajaran prasiklus pada minggu lalu. Meskipun karangan tersebut sudah dikoreksi dan dinilai guru akan tetapi siswa diminta mencermati kesalahan-kesalahannya yang telah ditunjukkan oleh guru dengan coretan maupun lingkaran pada bagian yang salah. Dari kegiatan tersebut banyak siswa yang merasa malu karena sadar bahwa kerangannya terdapat banyak kesalahan. Kemudian, guru meminta siswa membuat karangan jenis narasi dengan tema bebas pada lembar kertas yang telah disediakan guru, akan tetapi karangan ini harus beda dengan karangan pada kegiatan prasiklus minggu lalu. Pada kegiatan ini siswa sangat antusias dan konsentrasi dalam menulis karangan,
65
sambil membaca kembali karangannya minggu lalu dan memperbaiki kesalahankesalahannya. Ada beberapa siswa yang membuat sedikit gaduh dengan saling melempar tipe-x pada temannya, beberapa juga berbisik-bisik mengobrol dengan teman semejanya. Kegaduhan tersebut hanya terjadi sebentar, siswa kemudian tampak menikmati kegiatan mengarangnya hingga kelas sangat tenang dan tampak sepi. Setelah sekitar 30 menit berlalu, siswa mulai gaduh lagi, mereka mengobrol dengan teman semejanya, kemudian guru menegur dan mereka mulai tenang. Saat guru menanyakan hasil karangannya, beberapa siswa sudah menyatakan selesai, kemudian guru memintannya untuk dibaca dan dicermati lagi yang kemudian dikumpulkan. Siswa yang sudah mengumpulkan karangannya diminta menunggu temannya yang belum selesai. Pada kegiatan ini, beberapa siswa yang sudah selesai cenderung sibuk dengan aktivitasnya sendiri, mengobrol dengan teman semejanya atau bahkan tidur-tiduran dengan meletakkan kepalanya di atas meja. Hal seperti ini membuat suasana kelas tidak terlalu kondusif bahkan mengganggu siswa lain yang belum selesai dengan karangannya. Setelah semua selesai, guru memberikan refleksi atas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan ini guru melakukan sedikit tanya jawab dengan siswa kemudian memberikan penegasan kembali atas materi yang telah disampaikan. Kemudian guru memberi sedikit gambaran tentang pembelajaran minggu depan, yakni mengoreksi hasil karangan dengan teknik koreksi teman sebaya, kemudian guru menutup pelajaran. Pada pertemuan kedua, gambaran pelaksanaannya adalah sebagai berikut, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa.
Guru
memberikan
penjelasan
tentang
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan, yakni mengoreksi karangan yang telah ditulis pada minggu lalu. Pada kegiatan ini, guru juga menjelaskan kembali tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoreksian, misalnya dalam pemakain ejaan, pemakaian tanda baca, penulisan singkatan dan pemakaiannya, pemilihan kata, kejelasan isi serta penyusunan kalimatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut tentunya berkaitan dengan lima aspek penilaian yang ditonjolkan dalam sebuah karangan,
66
yang meliputi isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, serta mekanik. Pada kegiatan tersebut siswa mendengarkan penjelasan guru dengan sangat antusias. Hal ini terlihat dari suasana kelas yang hening karena seluruh siswa memperhatikan poin-poin yang ditekankan guru dalam mengoreksi karangan. Setelah penjelasan dirasa cukup, guru membagikan karangan siswa yang telah dikumpulkan pada minggu lalu. Karangan tersebut tidak dikoreksi oleh guru, akan tetapi pada saat memanggil setiap siswa, guru memberi sedikit komentar dengan hasil karangan siswa. Misalnya guru mengomentari panjang karangan yang masih kurang, penulisannya yang kurang rapi, acak-acakan, banyak tipe-x, dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru untuk memberi penjelasan lebih konkrit dari hal-hal yang perlu dikoreksi sekaligus memberi contoh pada siswa agar nantinya saat mengoreksi karangan temannya lebih cermat. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menukarkan karangannya dengan diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan. Seluruh siswa sangat paham kemudian melakukannya atas arahan guru. Setelah itu, siswa mengoreksi karangan temannya. Pada kegiatan ini siswa terlihat sangat antusias mengoreksi, mereka terlihat semangat dapat menyalahkan kemudian membetulkan pekerjaan temannya. Ada beberapa siswa yang secara bersama-sama mengoreksi dengan saling membantu. Hal ini memang sedikit membuat gaduh karena mereka berbisik-bisik akan tetapi itu tidak mengganggu proses pembelajaran. Setelah koreksi selesai, guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan tersebut pada siswa yang bersangkutan. Setelah siswa menerima hasil karangannya masing-masing yang telah dikoreksi temannya,
siswa diminta
mencermati kembali karangan tersebut. Kegiatan selanjutnya, siswa diminta memperbaiki karangan yang telah dikoreksi. Karangan tersebut diperbaiki dan ditulis ulang pada lembar kertas yang masih kosong yang telah disediakan guru. Hasil karangan yang telah diperbaiki tersebut yang nantinya akan dinilai dan menjadi hasil dari siklus I. Kemudian, setelah siswa selesai memperbaiki karangannya, guru meminta siswa mengumpulkan karangan tersebut. Selanjutnya guru memberi penegasan kembali tentang materi yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian guru menutup pelajaran.
67
d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus I dapat dianalisis bahwa, keaktifan siswa dalam pembelajaran belum maksimal, nilai rata-ratanya baru mencapai skor 3,05 (cukup). Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tabel hasil penilaian proses pembelajaran pada siklus I. Tabel 4. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I Nilai No
Nama Siswa
A*
B*
C*
Total
Kriteria**
1
Amin Suryaningsih
2
2
2
6
Sedang
2
Apriska KaruniaAmanda
3
3
3
9
Cukup
3
Astri Nur Afni
3
3
3
9
Cukup
4
Ayu Saputri
3
3
4
10
Baik
5
Desbi Ariyanti
3
3
3
9
Cukup
6
Sri Suryaningsih
3
4
4
11
Baik
7
Dyah Intan Salfri Aminah
3
2
2
7
Sedang
8
Fifi Arum Sari
3
3
3
9
Cukup
9
Iin Purwanti
2
2
2
6
Sedang
10
Lestari Widyastuti
3
3
3
9
Cukup
11
Marina Is Indriyati
3
4
4
11
Baik
12
Minda Leli Maryani
4
4
4
12
Baik
13
Nanik Listyaningrum
4
4
4
12
Baik
14
Okky Dwi Susanti
3
3
3
9
Cukup
15
Ovi Ayatin
3
3
3
9
Cukup
16
Ria Winarni
3
3
3
9
Cukup
17
Rika Puspitaningrum
3
3
3
9
Cukup
18
Rika Rahmawati
4
3
3
10
Baik
19
Saputri Nana Maryana
3
3
3
9
Cukup
20
Taat Indri Astuti
3
4
4
11
Baik
21
Tri Susilowati
3
3
3
9
Cukup
22
Wahyu Tri Mulyani
3
3
3
9
Cukup
3,05
3,09
3,14
9,27
Rata-rata
68
*Keterangan: A
: Keaktifan siswa selama pembelajaran Untuk menilai poin A peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: (1) Mengajukan pertanyaan; (2) Mengungkapkan pendapat; (3) Menjawab pertanyaan guru; (4) Memperhatikan pertanyaan orang lain; (5) Menanggapi pertanyaan.
B
: Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran Untuk menilai poin B peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: (1) Memperhatikan penjelasan guru; (2) Mencatat penjelasan guru; (3) Mempelajari kembali materi yang diberikan; (4) Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas; (5) Tidak mengobrol dengan teman lain.
C
: Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk menilai poin C peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: (1) Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu; (2) Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan; (3) Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asal-asalan; (4) Tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain; (5) Tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran.
69
**Kriteria nilai pernyataan
**Kriteria nilai total
1,00 – 1,99
: kurang
1,00 – 3,99
: kurang
2,00 – 2,99
: sedang
4,00 – 6,99
: sedang
3,00 – 3,99
: cukup
7,00 – 9,99
: cukup
4,00 – 4,99
: baik
10,00 – 12,99 : baik
5,00
: sangat baik
13,00 – 15,00 : sangat baik
Berdasarkan pengamatan peneliti diperoleh informasi bahwa, guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa hanya memiliki kesempatan terbatas untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dominasi guru misalnya ditunjukkan saat guru memberi materi di depan kelas. Guru secara jelas memberikan materi dan menjelaskannya, akan tetapi siswa tidak dilibatkan untuk berpendapat. Berikut ini digambarkan grafik nilai proses pembelajaran yang didasarkan dari data prasiklus dan siklus I.
Gambar 6. Grafik Nilai Proses Pembelajaran pada Prasiklus dan Siklus I Keterangan: 1 – 22 : Nomor urut siswa 0 – 14 : Rentangan nilai
70
Berdasarkan grafik pada gambar 6 yang menggambarkan perbandingan nilai proses pembelajaran pada prasiklus dan siklus I menunjukkan bahwa nilai proses pembelajaran pada siklus I lebih baik daripada nilai proses pembelajaran pada prasiklus. Hal ini terlihat pada garis/batang yang tergambar lebih tinggi pada siklus I jika dibandingkan dengan garis/batang pada prasiklus. Meskipun demikian, terlepas dari grafik tersebut selain keaktifan siswa yang masih kurang, siswa juga masih kurang memperhatikan proses pembelajaran. Dari hasil penilaian terhadap proses pembelajaran seperti yang terdapat pada tabel 4, nilai perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran baru mencapai skor 3,09. Meskipun termasuk dalam kategori cukup akan tetapi hasil ini masih belum maksimal. Dari pengamatan peneliti, masih ada beberapa siswa yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri saat guru menjelaskan materi. Hal tersebut mengakibatkan guru sering menegur siswa di sela-sela memberi penjelasan. Bahkan ketika guru menegur siswa yang sedang gaduh, itupun hanya akan menenangkan siswa dalam beberapa saat. Ketika guru kembali menjelaskan materi, tidak sedikit siswa yang kembali membuat gaduh. Berkaitan dengan pengajar, guru belum mampu membangkitkan minat dan semangat siswa dalam pembelajaran secara optimal. Hal ini terlihat dari hasil penilaian minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran di kelas yang rataratanya baru mencapai skor 3,14. Ketika siswa melakukan koreksi terhadap tulisan temannya masih ada beberapa siswa yang kurang serius. Mereka justru bermain-main sendiri dengan teman semejanya atau bahkan hanya bertopang dagu dan tidur-tiduran dengan meletakkan kepalanya di atas meja. Melihat keadaan tersebut pun guru tidak mampu berbuat banyak selain menegurnya, dan lebih parahnya siswa tidak begitu takut dengan teguran guru. Berkaitan dengan peserta didik, siswa sudah cukup mampu dalam mengidentifikasi letak kesalahan yang terdapat dalam karangan temannya, hal ini terlihat dari hasil koreksian siswa yang sudah maksimal dikoreksi. Karangan yang berhasil dikoreksi dengan maksimal oleh siswa dapat diketahui dengan banyaknya coretan pembetulan di dalamnya, baik dari aspek isi maupun ejaannya. Hanya saja dari koreksian tersebut, beberapa siswa masih belum mampu membetulkannya.
71
Sehingga secara singkat dapat dinyatakan bahwa siswa sudah mampu mengoreksi kesalahan temannya, akan tetapi belum maksimal dalam membetulkan kesalahan tersebut. Mereka tahu jika karangan temannya ada beberapa kesalahan, hanya saja masih ragu dan takut untuk membetulkannya. Sehingga masih banyak coretan koreksi yang tanpa tulisan pembetulan. Masih berkaitan dengan siswa, mereka merasa bosan dengan pembelajaran dengan materi yang sama. Dari prasiklus hingga siklus I pertemuan kedua yang jika dihitung terlaksana dalam tiga kali pertemuan selama tiga minggu berturut-turut, materi yang disampaikan adalah menulis karangan narasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan siswa, mereka merasa bosan dengan menulis narasi. Kebosanan tersebut tentunya dikhawatirkan akan berpengaruh negatif terhadap kualitas pembelajaran selanjutnya, baik secara proses maupun hasil. Dapat dikatakan demikian karena ketika siswa sudah merasa mampu dan mengerti akan suatu materi yang diberikan guru, apabila materi tersebut masih terus diberikan maka mereka akan segan untuk memperhatikan lagi. Lebih parahnya lagi, siswa dapat bertindak acuh tak acuh dengan penjelasan guru. Untuk itu, agar terhindar dari kebosanan siswa yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran, maka perlu dilakukan pembenahan kembali mengenai materi menulis karangan yang akan disampaikan. Selain itu secara kualitas, siswa masih belum mampu menulis karangan dengan baik. Meskipun telah dikoreksi antar teman dan diperbaiki, dari hasil nilai yang diperoleh masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM sebesar 65. Adapun dari hasil nilai karangan siswa pada siklus I, diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan menulis siswa. Skor dalam tiap aspek karangan mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya sejumlah indikator dalam aspek penulisan karangan yang meliputi isi, organisasi isi, kosakata, struktur kalimat, serta ejaan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel nilai hasil pembelajaran menulis karangan siswa pada siklus I.
72
Tabel 5. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I No
Nama
Skor Isi
Organi
Kosa
Struktur
-sasi isi
kata
kalimat
Ejaan
Total
1
Amin Suryaningsih
18
13
13
13
4
61
2
Apriska KaruniaAmanda
21
15
15
14
4
69
3
Astri Nur Afni
22
15
15
13
4
69
4
Ayu Saputri
21
15
14
15
4
69
5.
Desbi Ariyanti
19
14
14
13
3
63
6
Sri Suryaningsih
23
14
15
16
4
72
7
Dyah Intan Salfri Aminah
18
14
14
14
3
63
8
Fifi Arum Sari
18
14
14
13
3
62
9
Iin Purwanti
18
13
13
13
3
60
10
Lestari Widyastuti
21
15
15
14
4
69
11
Marina Is Indriyati
23
15
15
15
4
72
12
Minda Leli Maryani
23
15
15
16
4
73
13
Nanik Listyaningrum
22
16
16
15
4
73
14
Okky Dwi Susanti
18
14
14
14
4
64
15
Ovi Ayatin
17
14
13
13
4
61
16
Ria Winarni
22
13
13
13
3
64
17
Rika Puspitaningrum
22
16
16
16
4
74
18
Rika Rahmawati
21
13
13
18
4
74
19
Saputri Nana Maryana
18
15
15
14
4
66
20
Taat Indri Astuti
21
15
15
19
4
74
21
Tri Susilowati
19
14
14
14
3
64
22
Wahyu Tri Mulyani
20
14
14
13
4
65
Nilai rata-rata
20,22
14,41
14,36
14,50
3,72
67,31
73
Dibandingkan dengan nilai karangan siswa pada saat prasiklus, nilai ratarata kelas pada siklus I meningkat sebesar 8,27 poin, yakni dari skor 59,04 menjadi 67,31. Dari kenaikan nilai rata-rata tersebut juga mempengaruhi nilai rata-rata tiap aspeknya. Dari aspek isi yang pada prasiklus nilai rata-ratanya baru mencapai skor 19,09 pada siklus I ini mencapai skor 20,22. Aspek organisasi isi dari skor 12,5 pada prasiklus menjadi 14,41. Aspek kosakata pada prasiklus mencapai skor 11,68 kemudian menjadi 14,36 pada siklus I. Aspek pengembangan bahasa, yang tercakup dalam struktur kalimat mencapai skor 12,45 kemudian naik menjadi 14,50 pada siklus I. Begitu juga dengan penguasaan mekanik yang tercakup dalam aspek ejaan yang juga naik, yakni dari skor 3,31 pada prasiklus menjadi 3,72 pada siklus I. Dalam aspek ejaan ini meskipun masih pada level nilai 3 dan masuk dalam kriteria sedang-cukup seperti pada prasiklus, akan tetapi paling tidak sudah mengalami peningkatan nilai rata-ratanya. Dalam hal ini berarti menunjukkan bahwa ada peningkatan kualitas hasil pembelajaran dari aspek ejaan meskipun tidak signifikan. Berikut ini adalah grafik perolehan nilai hasil pembelajaran pada siklus I dibandingkan dengan nilai hasil pembelajaran pada prasiklus.
Gambar 7. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran pada Prasiklus dan Siklus I Keterangan: 1 – 22
: Nomor urut siswa
0 – 80
: Rentangan nilai
74
berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa terjadi peningkatan nilai hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa. Dengan demikian, siklus I ini dapat dikatakan berhasil, akan tetapi belum mencapai hasil maksimal sesuai yang direncanakan dalam indikator keberhasilan. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan, akan tetapi dari nilai karangan siswa masih ada 9 siswa yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan guru bersama peneliti sebesar 65. Oleh karena itu, siklus II sebagai perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada siklus I perlu dilaksanakan. Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari kekurangan yang ditemukan baik bagi guru maupun bagi siswa. Bagi guru untuk direfleksi dapat dinyatakan bahwa: (1) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran maupun saat melakukan koreksi, guru hendaknya memberikan motivasi, pengarahan serta penjelasan bahwa penilaian pembelajaran tidak hanya dari hasil, akan tetapi juga dari keaktifan saat proses pembelajaran; (2) Guru perlu memperbaiki cara mengajar yang diterapkan. Hal ini perlu dilakukan untuk
menjadikan siswa yang tidak memperhatikan menjadi lebih
memperhatikan. Pada awalnya guru hanya menegurnya disela-sela menjelaskan materi, sebaiknya guru menegurnya dengan memberikan pertanyaan sehingga akan lebih mengena pada siswa. Selanjutnya, (3) Guru memberikan lebih banyak latihan pada siswa mengenai pembetulan kesalahan dalam koreksi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak hanya mampu menyalahkan, akan tetapi juga mampu membetulkan.; (4) Guru memberikan materi menulis karangan yang berbeda dari jenis narasi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa bosan karena beberapa pertemuan berturutturut membahas materi yang sama. Selain itu, berkaitan dengan indikator pembelajaran dalam silabus juga mencakup tiga jenis karangan yang harus dikuasai yakni narasi, deskripsi, serta eksposisi. Dengan demikian langkah ini tidak
menyimpang
dari
silabus
pembelajaran;
serta
(5)
Untuk
lebih
memaksimalkan kemampuan siswa dalam mengarang, guru hendaknya lebih menegaskan kembali pokok-pokok penilaian dalam sebuah karangan. Dengan
75
demikian nilai karangan siswa akan lebih baik atau paling tidak mencapai batas minimal ketuntasan sebesar 65. Refleksi bagi siswa dapat dinyatakan: (1) Siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran, terutama saat kegiatan koreksi teman sebaya: (2) Siswa diharapkan lebih memperhatikan dan sungguh-sungguh dalam melakukan koreksi, serta tidak melakukan aktivitas sendiri diluar kegiatan pembelajaran; dan (3) Siswa diharapkan mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri sehingga akan timbul rasa senang mengikuti pembelajaran. Motivasi yang muncul dari dalam diri siswa akan mendorong siswa untuk tidak lagi berpikir bahwa belajar adalah kewajiban melainkan kebutuhan bagi dirinya sendiri. Berdasarkan hasil siklus I yang belum maksimal, diperlukan adanya perbaikan pembelajaran dalam siklus II. Perbaikan ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Selanjutnya untuk pelaksanaan siklus II disetujui oleh guru setelah peneliti mengajukan hasil analisis dan refleksi siklus I. Siklus II direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2009 dan 17 Februari 2009.
2. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I disepakati bahwa siklus II perlu dilaksanakan. Persiapan dan perencanaan siklus dilakukan pada hari Jumat, 6 Februari 2009 di ruang guru SMK Murni 2 Surakarta. Dalam kesempatan ini, peneliti
kembali
menyampaikan
hasil
observasi
dan
refleksi
terhadap
pembelajaran menulis karangan yang dilaksanakan pada siklus I. Pada guru yang bersangkutan disampaikan segala kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk mengatasi beberapa kekurangan pada pelaksanaan siklus I, akhirnya disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam pembelajaran menulis karangan. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran, guru perlu memperbaiki teknik mengajar yang diterapkan,
76
serta guru lebih banyak memberikan latihan dalam pengoreksian. Kemudian untuk mengatasi kebosanan siswa terhadap materi yang sama, guru memberikan materi menulis karangan dengan jenis yang lain (deskripsi), dan memberikan penegasan tentang pokok-pokok penilaian dalam karangan. Adapun urutan kegiatan yang direncanakan dalam siklus II sebagai berikut. Pada pertemuan pertama meliputi: (1) Guru mengondisikan kelas; (2) Guru menjelaskan hasil refleksi karangan siswa pada siklus I; (3) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis karangan pada siklus I; (4) Guru menyampaikan materi menulis karangan deskripsi dan langkah-langkah pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya seperti pada siklus I; (5) Guru memberikan latihan pada siswa untuk mengoreksi karangan yang telah disiapkan; (6) Guru menegaskan pokok-pokok penilaian dalam sebuah karangan; (7) Guru menugaskan siswa untuk menulis karangan deskripsi dengan tema bebas pada lembar kertas yang telah disediakan; (8) Guru melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan kemudian menutup pelajaran. Kemudian rencana kegiatan pada pertemuan kedua meliputi: (1) Guru memberikan apersepsi berkaitan dengan materi menulis karangan deskripsi; (2) Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, yaitu berkaitan dengan isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik; (3) Guru membagikan karangan siswa yang pada pertemuan sebelumnya sudah dikumpulkan kemudian siswa diminta menukarkan karangannya tersebut dengan temannya; (4) Di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan serta pedoman pengoreksian yang telah diberikan; (5) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan-kesulitan yang dialami selama melakukan koreksi; (6) Guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan yang dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan; (7) Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; (8) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan kemudian dikumpulkan; (9) Guru
77
dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; (10) Guru menutup pelajaran. Setelah itu disepakati bahwa rencana tindakan pada siklus II ini akan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 10 dan 17 Februari 2009. b. Pelaksanaan Siklus II Seperti yang telah direncanakan, siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu hari Selasa tanggal 10 Februari 2009 dan 17 Februari 2009. Pelaksanaan tindakan dimulai pada pukul 07.45 WIB – 09.15 WIB. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis karangan pada siklus II ini adalah: (1) guru membuka pelajaran dengan mengucap salam; (2) guru mengondisikan kelas dengan mengabsen siswa; (3) guru menjelaskan hasil refleksi karangan siswa pada siklus I; (4) guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengarang pada siklus I; (5) guru memberikan penjelasan dan penegasan kembali mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam mengarang pada siklus I; (6) setelah refleksi hasil karangan pada siklus I selesai, guru memberikan materi menulis karangan deskripsi dan langkahlangkah dalam teknik koreksi teman sebaya seperti pada siklus I; (7) siswa diminta berlatih mengoreksi karangan yang telah disiapkan oleh guru; (8) guru menugasi siswa untuk menulis karangan deskripsi kemudian dikumpulkan. Kegiatan siswa yang dilakukan di kelas setelah mendengarkan penjelasan guru adalah melakukan latihan koreksi dengan karangan yang sudah disiapkan, kemudian siswa diminta menulis karangan. Jenis karangan yang dibuat berbeda dengan karangan yang dibuat pada siklus I, yakni karangan deskripsi. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kekurangan dari siklus I, yakni bahwa dari refleksi siklus I siswa merasa bosan dengan materi menulis narasi. Selain itu, penguasaan materi narasi oleh siswa yang terlihat dari hasil karangannya pada siklus I juga sudah sesuai, hanya saja aspek-aspek kebahasaannya yang masih kurang. Untuk itu, setelah dilakukan refleksi dari siklus I guru bersama peneliti sepakat untuk memilih jenis tulisan deskripsi pada siklus II, dengan acuan bahwa dalam silabus, siswa diharapkan mampu menguasai tiga jenis karangan yang meliputi narasi,
78
deskripsi, serta eksposisi. Dengan demikian, materi tersebut tidak menyimpang dari silabus yang telah ditentukan. Setelah siswa selesai menulis karangan kemudian dikumpulkan pada guru, dan pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan berikutnya yakni hari Selasa, 17 Februari 2009. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan siklus II adalah: (1) guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam; (2) guru mengondisikan kelas dengan melakukan absen siswa; (3) guru melakukan apersepsi melalui kegiatan tanya jawab serta menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yakni koreksi teman sebaya; (4) guru membagikan karangan yang dikumpulkan pada minggu lalu; (5) siswa diminta menukarkan karangannya tersebut, secara teknis karangan ditukarkan dengan diputar berjalan sebanyak lima kali hitungan ke kanan; (6) di bawah bimbingan guru, siswa mengoreksi karangan temannya; (7) guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan kesulitan dalam pengoreksian; (8) guru meminta siswa untuk mengembalikan karangannya pada siswa yang bersangkutan; (9) Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; (10) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan kemudian dikumpulkan; (11) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; (12) guru menutup pelajaran. Dalam tahap ini seperti pada siklus I, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan di dalam kelas, sedangkan peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif yang memantau serta mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. c. Observasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya berlangsung pada hari Selasa, 10 Februari 2009 dan 17 Februari 2009 pukul 07. 45 – 09.15 WIB. Observasi difokuskan pada situasi
79
pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi sebagaimana terlampir untuk menilai proses pembelajaran serta membuat catatan lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya sebagai berikut: Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam setelah seluruh siswa tenang. Selanjutnya guru menanyakan siswa yang tidak masuk, mengabsen kehadiran siswa serta mengisi buku presensi siswa. Setelah itu, guru memberikan hasil refleksi karangan siswa pada siklus I. Hasil perbaikan karangan siswa yang sudah dinilai dikoreksi secara sekilas di depan kelas oleh guru. Guru memanggil siswa satu persatu, hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memperhatikan penjelasan guru. Selanjutnya, guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengarang pada siklus I. Dalam kegiatan ini guru dan siswa bertanya jawab tentang masalah-masalah yang membuat siswa kesulitan mengarang. Dari kesulitan-kesulitan yang disampaikan siswa tersebut, guru memberikan solusi atau pemecahan masalahnya. Pemberian solusi dengan menjelaskan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengarang, misalnya pemilihan kata, penyusunan kalimat, serta penulisan ejaan. Setelah refleksi dari siklus I, sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disepakati kemudian guru memberikan materi menulis karangan jenis deskripsi. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari refleksi guru dan peneliti pada siklus I bahwa siswa merasa bosan dengan materi yang sama, selain itu juga berkaitan dengan keterbatasan waktu yang diberikan untuk setiap pembahasan materi. Mengingat, dalam silabus pembelajaran Bahasa Indonesia, dihadapkan pada materi yang padat untuk waktu yang terbatas. Kegiatan selanjutnya, guru memberikan latihan pada siswa untuk mengoreksi karangan yang sudah disiapkan. Latihan ini dimaksudkan agar siswa mengenali kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada karangan. Setelah itu,
80
guru menugasi siswa untuk membuat karangan deskripsi pada lembar kertas yang sudah disediakan. Setelah seluruh siswa selesai, karangan dikumpulkan pada guru. Guru menutup pembelajaran dan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan kedua, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam kemudian mengabsen kehadiran siswa. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab atas pembelajaran yang telah dilakukan pada minggu lalu. Kemudian guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yakni koreksi teman sebaya. Pada siklus I kegiatan ini sudah pernah dilaksanakan sehingga guru hanya memberikan
penegasan-penegasan
kembali
tentang
hal-hal
yang
perlu
diperhatikan dalam mengoreksi. Setelah penjelasan dirasa cukup, guru membagikan karangan siswa yang telah dikumpulkan pada minggu lalu. Karangan tersebut diberi sedikit komentar oleh guru secara lisan sambil memanggil siswa yang bersangkutan. Misalnya guru mengomentari panjang karangan yang masih kurang, penulisannya yang kurang rapi, acak-acakan, banyak tipe-x, dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru untuk memberi penjelasan sekaligus contoh pada siswa agar nantinya saat mengoreksi karangan temannya lebih cermat. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menukarkan karangannya dengan diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan. Seluruh siswa sudah sangat paham dengan kegiatan ini karena sudah pernah dilakukan pada siklus I, kemudian siswa dengan cekatan menukarkan karangannya sesuai arahan guru. Setelah itu, siswa mengoreksi karangan temannya. Ada beberapa siswa yang secara bersama-sama mengoreksi dengan saling membantu. Dalam kegiatan koreksi pada siklus II ini siswa terlihat lebih antusias daripada saat siklus I, hal ini karena siswa sudah sangat paham dengan hal-hal yang harus dikoreksi. Setelah koreksi selesai, guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan tersebut pada siswa yang bersangkutan. Pada kegiatan tersebut siswa diminta mencermati kembali karangan yang telah dikoreksi temannya tadi kemudian diperbaiki dengan ditulis ulang pada lembar kertas yang telah disediakan guru. Kemudian guru meminta siswa mengumpulkan karangan yang
81
telah diperbaiki kemudian memberi penegasan kembali tentang materi yang telah dipelajari, setelah itu guru menutup pelajaran. d. Analisis dan Refleksi Proses pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya di kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta pada siklus II yang dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni hari Selasa tanggal 10 Februari 2009 dan 17 Februari 2009 dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diatasi dengan baik. Kualitas pembelajaran menulis karangan mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari tercapainya sejumlah indikator yang telah ditetapkan. ketercapaian indikator tersebut meliputi meningkatnya keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Disamping itu, kekurangan-kekurangan yang ditemui dalam siklus I dapat diatasi dengan baik oleh guru pada siklus II. Pada siklus II siswa lebih aktif selama proses pembelajaran, siswa lebih memperhatikan penjelasan guru dan memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran. Keaktifan, perhatian, dan motivasi siswa meningkat karena guru menyampaikan penjelasan materi dengan lebih menarik, misalnya diselingi humor serta sesekali memanggil nama-nama siswa. Dengan kegiatan tersebut, siswa akan merasa lebih diperhatikan sehingga mereka tidak canggung untuk aktif saat menjawab pertanyaan guru atau pendapatnya
saat
proses
pembelajaran.
Berdasarkan
pembelajaran pada siklus II, hasilnya adalah sebagai berikut:
mengutarakan
penilaian
proses
82
Tabel 6. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II Nilai No
Nama Siswa
A*
B*
C*
Total
Kriteria**
1
Amin Suryaningsih
4
4
3
11
baik
2
Apriska KaruniaAmanda
4
4
4
12
baik
3
Astri Nur Afni
4
4
4
12
baik
4
Ayu Saputri
4
4
4
12
baik
5
Desbi Ariyanti
3
5
3
11
baik
6
Sri Suryaningsih
4
5
5
14
sangat baik
7
Dyah Intan Salfri Aminah
4
4
4
12
baik
8
Fifi Arum Sari
4
4
4
12
baik
9
Iin Purwanti
4
4
4
12
baik
10
Lestari Widyastuti
4
4
4
12
baik
11
Marina Is Indriyati
5
4
5
14
sangat baik
12
Minda Leli Maryani
5
5
5
15
sangat baik
13
Nanik Listyaningrum
4
5
5
14
sangat baik
14
Okky Dwi Susanti
3
4
4
11
baik
15
Ovi Ayatin
4
4
4
12
baik
16
Ria Winarni
4
4
4
12
baik
17
Rika Puspitaningrum
4
5
5
14
sangat baik
18
Rika Rahmawati
4
5
5
14
sangat baik
19
Saputri Nana Maryana
4
4
4
12
Baik
20
Taat Indri Astuti
4
5
5
14
sangat baik
21
Tri Susilowati
4
4
3
11
Baik
22
Wahyu Tri Mulyani
4
4
3
11
Baik
4,00
4,32
4,14
12,5
Rata-rata
83
*Keterangan: A
: Keaktifan siswa selama pembelajaran Untuk menilai poin A peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: (1) Mengajukan pertanyaan; (2) Mengungkapkan pendapat; (3) Menjawab pertanyaan guru; (4) Memperhatikan pertanyaan orang lain; (5) Menanggapi pertanyaan.
B
: Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran Untuk menilai poin B peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: (1) Memperhatikan penjelasan guru; (2) Mencatat penjelasan guru; (3) Mempelajari kembali materi yang diberikan; (4) Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas; (5) Tidak mengobrol dengan teman lain.
C
: Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk menilai poin C peneliti menggunakan pedoman penilaian yang dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria tersebut adalah: (1) Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu; (2) Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan; (3) Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asal-asalan; (4) Tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain; (5) Tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran.
84
**Kriteria nilai setiap pernyataan
**Kriteria nilai total
1,00 – 1,99
: kurang
1,00 – 3,99
: kurang
2,00 – 2,99
: sedang
4,00 – 6,99
: sedang
3,00 – 3,99
: cukup
7,00 – 9,99
: cukup
4,00 – 4,99
: baik
10,00 – 12,99 : baik
5,00
: sangat baik.
13,00 – 15,00 : sangat baik
Berdasarkan hasil penilaian proses pada siklus II yang termuat dalam tabel 6, berikut ini digambarkan grafik nilai proses pembelajaran yang dibandingkan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Gambar 8. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Antarsiklus Keterangan: 1 – 22
: Nomor urut siswa
0 – 16
: Rentangan nilai
85
berdasarkan tabel serta grafik hasil penilaian proses pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran pada siklus II ini. Nilai rata-rata keaktifan siswa mencapai skor 4,00 (baik), perhatian dan konsentrasi siswa mencapai skor 4,32 (baik), serta nilai minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran mencapai 4,14 (baik). Dari nilai tersebut yang merupakan aspek-aspek dalam penilaian seluruh kualitas proses pembelajaran, sekaligus meningkatkan nilai rata-rata keseluruhannya yang mencapai skor 12,5 dan masuk dalam kriteria baik. Secara lebih terperinci lagi seluruh skor tersebut sudah mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan penilaian saat prasiklus dan siklus I. Dari grafik tergambar jelas bahwa garis yang menggambarkan nilai rata-rata tiap siswa pada siklus II merupakan garis paling tinggi dari garis-garis sebelumnya yang menggambarkan nilai rata-rata pada siklus sebelumnya. Adapun hasil kerja siswa berupa karangan pada siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan pada siswa. Skor dalam tiap aspek penulisan karangan mengalami peningkatan yang cukup baik. Nilai rata-rata kelas naik sebesar 8,13 poin, yakni dari 67,00 menjadi 75,13. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kualitas hasil pembelajaran semakin meningkat setelah dilakukan tindakan pada siklus II. Kenaikan nilai tersebut terjadi secara keseluruhan, baik tiap aspeknya maupun secara rata-rata keseluruhan. Dari aspek isi, pada siklus II ini nilai rata-ratanya mencapai skor 22,02 dan naik cukup banyak dari skor 19,09 pada prasiklus, dan 20,22 pada siklus I. Pada aspek organisasai isi, pada siklus II ini hasil rata-ratanya mencapai 15,50, naik cukup banyak juga dari skor 12,5 pada prasiklus, dan 14, 41 pada siklus I. Dari aspek kosakata, pada siklus II ini hasil rata-ratanya mencapai skor 15,40. Skor tersebut naik cukup banyak dari skor 11,68 pada prasiklus dan 14,36 pada siklus I. Aspek struktur kalimat mencapai nilai rata-rata 18,05 naik dari skor 12,45 pada prasiklus dan 14,50 pada siklus I. Begitu juga dengan aspek ejaan yang mengalami kenaikan, pada siklus II ini nilai rata-ratanya mencapai skor 4,00 naik dari skor 3,31 pada prasiklus dan skor 3,72 pada siklus I. Untuk lebih
86
jelasnya, hasil perolehan nilai karangan siswa pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II No
Nama
Skor Isi
Organi
Kosa
Struk-
-sasi isi
kata
tur kalimat
ejaan
Total
87
1
Amin Suryaningsih
22
14
14
17
4
71
2
Apriska KaruniaAmanda
24
16
16
17
4
77
3
Astri Nur Afni
22
15
15
17
4
73
4
Ayu Saputri
23
17
16
19
4
79
5.
Desbi Ariyanti
20
15
15
17
4
71
6
Sri Suryaningsih
25
15
16
20
4
80
7
Dyah Intan Salfri Aminah
22
16
15
17
4
74
8
Fifi Arum Sari
24
16
16
17
4
77
9
Iin Purwanti
23
14
14
17
4
72
10
Lestari Widyastuti
23
16
16
18
4
77
11
Marina Is Indriyati
22
16
16
20
4
78
12
Minda Leli Maryani
25
17
17
20
4
83
13
Nanik Listyaningrum
23
16
16
19
4
78
14
Okky Dwi Susanti
20
15
15
18
4
72
15
Ovi Ayatin
21
15
14
18
4
71
16
Ria Winarni
20
14
14
18
4
70
17
Rika Puspitaningrum
21
16
17
20
4
78
18
Rika Rahmawati
23
16
15
17
4
75
19
Saputri Nana Maryana
19
16
16
18
4
73
20
Taat Indri Astuti
22
16
16
20
4
78
21
Tri Susilowati
22
15
15
17
4
73
22
Wahyu Tri Mulyani
22
15
15
17
4
73
Nilai rata-rata
22,04
15,50
15,40
18,05
4,00
75,13
Berdasarkan hasil penilaian hasil pembelajaran menulis karangan pada siklus II yang termuat dalam tabel 7, berikut ini digambarkan grafik nilai hasil pembelajaran menulis karangan yang dibandingkan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
88
Gambar 9. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus Keterangan: 1 – 22 : Nomor urut siswa 0 – 90 : Rentangan nilai Berpedoman dari grafik di atas, tergambar jelas bahwa garis yang menunjukkan hasil nilai karangan siswa pada siklus II tergambar paling tinggi dari garis yang lainnya. Hal ini semakin memperjelas bahwa kenaikan nilai rata-rata kualitas hasil pembelajaran pada siswa tidak hanya pada nilai rata-rata secara keseluruhan, akan tetapi juga menyeluruh dari tiap siswa. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi, dapat dinyatakan bahwa penelitian tindakan kelas telah berhasil mencapai hasil yang optimal. Meskipun tindakan hanya terjadi sebanyak dua siklus akan tetapi seluruh indikator keberhasilan penelitian telah terpenuhi, yakni adanya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan. Selain itu, semua kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat teratasi dengan baik pada siklus II. Sehingga berdasarkan kesepakatan bersama antara peneliti, guru, dan kepala sekolah, penelitian tindakan kelas dapat diselesaikan. 3. Deskripsi Antarsiklus Data penilaian proses pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 8. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus Nilai
No
Nama Siswa
Pra-
Siklus I
Siklus II
Keterangan
89
siklus
1
Amin Suryaningsih
4
6
11
Meningkat
2
Apriska KaruniaAmanda
7
9
12
Meningkat
3
Astri Nur Afni
6
9
12
Meningkat
4
Ayu Saputri
7
10
12
Meningkat
5
Desbi Ariyanti
7
9
11
Meningkat
6
Sri Suryaningsih
5
11
14
Meningkat
7
Dyah Intan Salfri Aminah
6
7
12
Meningkat
8
Fifi Arum Sari
4
9
12
Meningkat
9
Iin Purwanti
6
6
12
Meningkat
10
Lestari Widyastuti
7
9
12
Meningkat
11
Marina Is Indriyati
6
11
14
Meningkat
12
Minda Leli Maryani
10
12
15
Meningkat
13
Nanik Listyaningrum
10
12
14
Meningkat
14
Okky Dwi Susanti
6
9
11
Meningkat
15
Ovi Ayatin
6
9
12
Meningkat
16
Ria Winarni
7
9
12
Meningkat
17
Rika Puspitaningrum
7
9
14
Meningkat
18
Rika Rahmawati
6
10
14
Meningkat
19
Saputri Nana Maryana
4
9
12
Meningkat
20
Taat Indri Astuti
5
11
14
Meningkat
21
Tri Susilowati
4
9
11
Meningkat
22
Wahyu Tri Mulyani
6
9
11
Meningkat
Rata-rata
6,18
9,27
12,5
Meningkat
Berdasarkan data pada tabel 8 tersebut dapat digambarkan menjadi grafik sebagai berikut:
90
Gambar 10. Grafik Nilai Rata-rata Proses Poembelajaran Antarsiklus Berdasarkan grafik pada gambar 10 di atas tergambar dengan jelas bahwa nilai rata-rata proses pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II mengalami kenaikan. Pada prasiklus nilai rata-ratanya 6,18 kemudian naik menjadi 9,27 pada siklus I, dan 12,5 pada siklus II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karangan.. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karangan dari prasiklus hingga siklus II dapat dilihat dengan semakin meningkatnya nilai ratarata keseluruhan siswa seperti yang termuat pada tabel 8 dan gambar 10. Akan tetapi penilaian proses tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan nilai rata-rata dari tiap aspek penilaian proses tersebut. Aspek-aspek tersebut meliputi: (1) keaktifan; (2) perhatian dan konsentrasi; serta (3) minat dan motivasi siswa selama proses pembelajaran. Berikut ini adalah grafik nilai rata-rata tiap aspek yang dinilai dalam proses pembelajaran.
91
Gambar 11. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Grafik pada gambar 11 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada prasiklus nilai rata-ratanya mencapai skor 1,95 kemudian menjadi 3,05 pada siklus I, dan 4,00 pada siklus II. Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis naik seperti pada gambar di atas.
Hal tersebut menjadi gambaran yang
memperjelas bahwa adanya kenaikan nilai rata-rata aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Selanjutnya, dibawah ini merupakan grafik nilai rata-rata aspek perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
Gambar 12. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Perhatian dan Konsentrasi Siswa dalam Pembelajaran Grafik pada gambar 12 tersebut menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek Perhatian dan Konsentrasi Siswa dalam Pembelajaran. Pada prasiklus nilai rata-ratanya mencapai skor 2,14 kemudian menjadi 3,09 pada siklus I, dan 4,32 pada siklus II. Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis naik seperti pada gambar di atas. Hal tersebut
92
menjadi gambaran yang memperjelas bahwa adanya kenaikan nilai rata-rata aspek perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Selanjutnya, dibawah ini merupakan grafik nilai rata-rata aspek minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran.
Gambar 13. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Minat dan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Grafik pada gambar 13 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Pada prasiklus nilai rata-ratanya mencapai skor 2,09 kemudian menjadi 3,14 pada siklus I, dan 4,14 pada siklus II. Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis naik seperti pada gambar di atas. Hal tersebut menjadi gambaran yang memperjelas bahwa adanya kenaikan nilai rata-rata aspek minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Selain data mengenai kualitas proses pembelajaran, berikut ini juga dijabarkan mengenai penilaian kualitas hasil pembelajaran menulis karangan. Sebelumnya, kualitas hasil pembelajaran tersebut yang berupa karangan siswa juga dinilai dari berbagai aspek, yakni meliputi: (1) isi; (2) organisasi isi; (3) kosakata; (4) struktur kalimat; dan (5) mekanik/ejaan. Adapun datanya dapat dilihat dari grafik berikut.
93
Gambar 14. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Karangan Siswa Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pada prasiklus, rata-rata skor pada aspek isi adalah 19,09 kemudian menjadi 20,00 pada siklus I, dan menjadi 22,18 pada siklus II. Dari rata-rata skor tiap siklus tersebut sesuai dengan model penilaian dari Burhan Nurgiyantoro dapat dijabarkan bahwa pada saat prasiklus skor 19,09 masuk dalam kriteria sedang – cukup, 20,00 pada siklus I juga masih masuk dalam kriteria sedang – cukup, serta 22,18 pada siklus II masuk dalam kriteria cukup – baik. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengungkapan gagasan yang tercakup dalam isi karangannya mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan dengan teknik koreksi teman sebaya. Selanjutnya dibawah ini merupakan grafik nilai aspek organisasi isi dalam karangan siswa.
94
Gambar 15. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi Isi pada Karangan Siswa Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada prasiklus skor rata-ratanya 12,05 kemudian menjadi 14,41 pada siklus I, dan 15,5 pada siklus II. Dari capaian skor tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam mengorganisasi paragraf semakin meningkat setelah dilakukan tindakan. Selanjutnya di bawah ini merupakan grafik nilai aspek kosakata pada karangan siswa.
Gambar 16. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Kosakata pada Karangan Siswa
Berdasarkan grafik tersebut dapat dinyatakan bahwa pada prasiklus skor rata-rata yang dicapai siswa 11,68 kemudian menjadi 14,36 pada siklus I, dan menjadi 15,40 pada siklus II. Skor 15,40 pada siklus II ini masuk dalam kriteria cukup – baik sesuai dengan model penilaian dari Burhan
95
Nurgiyantoro. Dengan demikian kemampuan siswa dalam pemanfaatan potensi kata (kosakata) semakin meningkat setelah dilakukan tindakan. Selanjutnya di bawah ini merupakan grafik nilai aspek pengembangan bahasa/struktur kalimat pada karangan siswa.
Gambar 17. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Struktur Kalimat pada Karangan Siswa Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa capaian skor ratarata dari prasiklus mencapai 12,45 (sedang-cukup), kemudian menjadi 14,50 (sedang-cukup) pada siklus I, serta menjadi 18,05 (cukup-baik) pada siklus II. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan penguasaan siswa dalam aspek struktur kalimat setelah dilakukan tindakan. Selanjutnya berikut ini merupakan grafik nilai aspek mekanik/ejaan pada karangan siswa.
96
Gambar 18. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Ejaan pada Karangan Siswa Berdasarkan grafik tersebut diperoleh informasi bahwa skor rata-rata yang dicapai yaitu, 3,31 (sedang – cukup) pada prasiklus, 3,72 (sedang cukup) pada siklus I, dan 4,00 (cukup – baik) pada siklus II. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai pada aspek mekanik dalam karangan siswa. Selanjutnya berikut ini adalah grafik yang menggambarkan nilai rata-rata secara keseluruhan dari hasil penilaian menulis karangan pada siswa yang merupakan indikator dari kualitas hasil pembelajaran.
Gambar 19. Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Antarsiklus Adapun hasil nilai rata-rata karangan siswa secara menyeluruh pada tiap siklus dapat ditampilkan dalam tabel berikut: Tebel 9. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus No
Nama
Pra-siklus
Siklus I
Siklus II
Keterangan
97
1
Amin Suryaningsih
55
61
71
Meningkat
2
Apriska KaruniaAmanda
60
69
77
Meningkat
3
Astri Nur Afni
58
69
73
Meningkat
4
Ayu Saputri
63
69
79
Meningkat
5.
Desbi Ariyanti
62
63
71
Meningkat
6
Sri Suryaningsih
55
72
80
Meningkat
7
Dyah Intan Salfri Aminah
59
63
74
Meningkat
8
Fifi Arum Sari
54
62
77
Meningkat
9
Iin Purwanti
57
60
72
Meningkat
10
Lestari Widyastuti
64
69
77
Meningkat
11
Marina Is Indriyati
58
72
78
Meningkat
12
Minda Leli Maryani
67
73
83
Meningkat
13
Nanik Listyaningrum
67
73
78
Meningkat
14
Okky Dwi Susanti
56
64
72
Meningkat
15
Ovi Ayatin
53
61
71
Meningkat
16
Ria Winarni
62
64
70
Meningkat
17
Rika Puspitaningrum
67
74
78
Meningkat
18
Rika Rahmawati
57
74
75
Meningkat
19
Saputri Nana Maryana
57
66
73
Meningkat
20
Taat Indri Astuti
59
74
78
Meningkat
21
Tri Susilowati
54
64
73
Meningkat
22
Wahyu Tri Mulyani
55
65
73
Meningkat
Nilai rata-rata
59,04
67,31
75,13
Meningkat
Berdasarkan pada gambar grafik dan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa pada saat prasiklus nilai rata-rata yang dicapai adalah 59,04, nilai ini belum mencapai KKM yang ditentukan oleh guru dan peneliti sebesar 65,00. Pada siklus I terdapat peningkatan nilai karangan siswa, nilai rata-rata yang dicapai adalah 67,00. Meskipun pada siklus I ini
98
nilai rata-rata sudah mencapai KKM, akan tetapi masih ada 9 siswa yang belum mencapai KKM sehingga perlu dilakukan siklus II. Pada siklus II nilai rata-rata yang dicapai adalah 75,13. Nilai pada siklus II ini sudah cukup baik, secara rata-rata telah memenuhi KKM dan seluruh siswa juga sudah mencapai KKM. Apabila nilai rata-rata proses dan hasil pembelajaran digambarkan dalam grafik, maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Gambar 20. Grafik Nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran Berdasarkan
data-data tersebut
dapat dinyatakan
bahwa terjadi
peningkatan kualitas proses maupun hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya nilai rata-rata dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan siklus I dan siklus II, guru berhasil melaksanakan pembelajaran
menulis
karangan
dengan
teknik
koreksi
teman
sebaya.
Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga keterampilan
99
siswa dalam pembelajaran berkembang dengan baik yang berakibat pada meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik di kelas. Teknik koreksi teman sebaya juga sebagai salah satu teknik atau metode alternatif bagi guru untuk menarik perhatian siswa agar terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan. Keberhasilan teknik koreksi teman sebaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan dapat dilihat dari indikatorindikator yang telah dicapai. Berikut ini adalah indikator-indikator keberhasilan penelitian yang telah dicapai: 1. Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Karangan Penerapan teknik koreksi teman sebaya yang dilaksanakan dalam tiap siklus mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator berikut. a. Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis karangan Dengan
menerapkan
teknik
koreksi
teman
sebaya
dalam
pembelajaran menulis karangan akan memudahkan siswa dalam mengenali kesalahan-kesalahan dalam karangannya. Baik kesalahan yang diperbuatnya sendiri maupun kesalahan yang dibuat temannya. Hal ini karena pelaksanaan koreksi dilakukan dengan menukar hasil karangan siswa dengan siswa yang lainnya. Melalui kegiatan inilah, siswa dapat terlibat secara aktif dalam peoses pembelajaran. Keaktifan siswa terlihat dari antusiasme siswa dalam mengoreksi karangan temannya, selain itu siswa juga semakin aktif untuk bertanya pada guru tentang hal-hal yang kurang jelas dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut tentunya berbeda dengan keadaan saat prasiklus. Pada saat prasiklus, siswa cenderung menjadi siswa yang pasif, mereka duduk, mendengarkan, kemudian mengerjakan tugas.
100
Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis karangan diukur dengan lima aspek yang mencakup: (1) mengajukan pertanyaan; (2) mengungkapkan
pendapat;
(3)
menjawab
pertanyaan
guru;
(4)
memperhatikan pertanyaan orang lain; dan (5) menanggapi pertanyaan orang lain. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian keaktifan siswa dapat dilihat pada gambar 11 halaman 90. Dari grafik tersebut, nilai rata-rata keaktifan siswa dari mulai prasiklus hingga siklus II meliputi: 1,95 (kurang) pada prasiklus, 3,05 (cukup) pada siklus I, serta 4,00 (baik) pada siklus II. Hasil tersebut memperjelas bahwa ada peningkatan keaktifan siswa setelah diterapkannya teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan. b. Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan. Perhatian dan konsentrasi siswa ini dinilai berdasarkan 5 aspek yang meliputi: (1) memperhatikan penjelasan guru; (2) mencatat penjelasan guru; (3) mempelajari kembali materi yang diberikan; (4) tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas; dan (5) tidak mengobrol dengan teman lain. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian perhatian dan konsentrasi siswa dapat dilihat pada gambar 12 halaman 90. Dari grafik tersebut diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata perhatian dan konsentrasi siswa dari prasiklus hingga siklus II yaitu: 2,14 (sedang) pada prasiklus, 3,09 (cukup) pada siklus I, dan 4,32 pada siklus II. Dari data tersebut menunjukkan bahwa dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran Selain dari nilai tersebut, secara garis besar keadaan yang terjadi di kelas dapat dideskripsikan bahwa pada saat siklus I, siswa lebih memperhatikan penjelasan guru dari pada saat prasiklus. Keadaan ini terjadi karena dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya, siswa dituntut untuk mengerti hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengoreksi. Jika siswa
101
tidak memperhatikan maka tidak akan mampu mengoreksi dengan baik, hal inilah yang selalu ditekankan oleh guru dalam setiap penjelasannya sehingga siswa terdorong untuk memperhatikan guru dengan baik. Demikian pula dengan siklus pada siklus II, siswa semakin memperhatikan hal-hal yang disampaikan guru, mereka tidak lagi sibuk dengan aktivitasnya sendiri seperti pada prasiklus. Hal ini dikarenakan pada saat prasiklus, siswa cenderung meremehkan penjelasan guru karena mereka merasa bahwa pembelajaran mengarang itu sangat mudah, bahkan tanpa diberi penjelasan pun mereka merasa bisa mengerjakannya. Akan tetapi pada saat siklus I dan kedua, mereka dituntut untuk mampu mengoreksi kesalahan pada karangan temannya, sehingga harus memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh guru. Keadaan yang demikian seperti yang dikemukakan oleh Galina (2003) dalam penelitiannya bahwa self-correction yang dalam hal ini dikaitkan dengan koreksi teman sebaya pada pembelajaran menulis, selain akan mengurangi ketakutan siswa pada kekeliruan juga memudahkan proses pembelajaran. Dan yang paling penting, hal ini dapat mengembangkan kesadaran bahasa pada siswa. c. Minat dan motivasi dalam proses pembelajaran Tindakan
dengan
penerapan
teknik
koreksi
teman
sebaya
menjadikan siswa semakin berminat dan termotivasi dalam pembelajaran. Minat dan motivasi siswa dinilai dari beberapa aspek yang mencakup: (1) mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu; (2) semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan; (3) mengerjakan tugas dengan sungguhsungguh atau tidak asal-asalan; (4) tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain; serta (5) tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian minat dan motivasi siswa dapat dilihat pada gambar 13 halaman 91. Dari grafik tersebut diperoleh gambaran bahwa nilai rata-rata siswa pada aspek minat dan motivasinya adalah sebagai berikut: 2,09 (sedang) pada prasiklus, 3,14 (cukup) pada
102
siklus I, dan 4,14 (baik) pada siklus II. Dari grafik tersebut yang menggambarkan garis yang naik, dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis karangan. Secara garis besar, peningkatan minat dan motivasi siswa tersebut keadaannya dapat dideskripsikan bahwa dengan mengoreksi karangan teman menjadikan siswa terdorong untuk mampu mengoreksi karangan temannya dengan baik. Hal ini karena ketika mampu mengoreksi kesalahan orang lain dan sanggup membetulkannya akan menimbulkan kebanggaan serta kepuasan tersendiri pada diri siswa. Sehingga secara tidak langsung hal ini menjadikan siswa memiliki minat yang tinggi dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya, bahkan menunggu-nunggu saat kegiatan koreksi berlangsung. Keadaan demikian seperti yang dikemukakan oleh Allwright (1975: 98) dalam Sumarwati (2008: 59) bahwa feedback yang dalam hal ini adalah kegiatan koreksi mempunyai tiga fungsi, yakni sebagai pemberi reinforcement ‘penguatan’, information ‘informasi’, dan motivation
‘motivasi’.
Sebagai
pemberi
motivasi,
koreksi
dapat
mempengaruhi pembelajar untuk memperbaiki kesalahan pada hasil kerjanya. Dengan demikian siswa menjadi lebih semangat dalam menyelesaikan setiap tugas, tidak bermalas-malasan di kelas, serta tidak mengeluh ketika harus menyelesaikan tugas. Sejalan dengan hal tersebut, Claudio (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa minat dan motivasi siswa semakin meningkat dengan adanya kerjasama dengan teman sebaya dalam kegiatan pembelajaran dan mengoreksi kesalahan. Kerjasama dengan teman sebaya dalam belajar dan saling mengoreksi kesalahan akan menimbulkan persaingan yang nantinya memacu semangat dan motivasi siswa dalam belajar. d. Perolehan Nilai Proses Pembelajaran Meningkat Peningkatan nilai tiap aspek dalam penilaian proses secara langsung akan berpengaruh pada meningkatnya nilai rata-rata proses pembelajaran pada keseluruhan. Meskipun penilaian proses ini tidak dijadikan sebagai
103
penilaian yang nantinya masuk dalam nilai rapot siswa, akan tetapi penilaian ini penting guna mengetahui keberhasilan pembelajaran. Dengan demikian nantinya jika diketahui kualitas proses pembelajarannya baik maka akan berpengaruh pada kualitas hasilnya. Kemudian, apabila diketahui kualitas proses pembelajarannya kurang baik maka dapat dijadikan acuan uantuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Gambaran lebih jelas dari nilai proses pembelajaran secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 10 halaman 89. Dari grafik tersebut diperoleh keterangan bahwa pada prasiklus nilai rata-ratanya mencapai 6,18 (sedang), kemudian menjadi 9,27 (cukup) pada siklus I serta menjadi 12,5 (baik) pada siklus II. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya peningkatan nilai proses pembelajaran setelah dilakukan tindakan, dengan demikian kualitas proses pebelajarannya pun semakin baik.. 2. Kemampuan siswa dalam menulis karangan Peningkatan kualitas proses pembelajaran juga berimplikasi pada kemampuan siswa dalam menulis karangan. Kemampuan siswa dalam menulis karangan mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil karangan siswa dari tiap siklus dibandingkan dengan saat prasiklus. Peningkatan tersebut diindikatori oleh: a. Pengungkapan gagasan (isi) Siswa mampu menuangkan ide serta mengembangkannya dengan baik. Hal ini terlihat dari karangan siswa yang dari aspek isi mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan. Berbeda dengan kondisi prasiklus, yang mana karangan siswa pada aspek isinya masih kurang baik, memuat ide atau gagasan yang terlalu sedikit dan cenderung hanya diulang-ulang. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian pengungkapan gagasan atau isi dalam karangan siswa dapat dilihat pada gambar 14 halaman 92. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa pada prasiklus, rata-rata skor pada aspek isi adalah 19,09 kemudian menjadi 20,00 pada siklus I, dan menjadi 22,18 pada siklus II. Dari rata-rata skor tiap siklus tersebut sesuai dengan model penilaian dari Burhan Nurgiyantoro dapat dijabarkan bahwa
104
pada saat prasiklus skor 19,09 masuk dalam kriteria sedang – cukup, 20,00 pada siklus I juga masih masuk dalam kriteria sedang – cukup, serta 22,18 pada siklus II masuk dalam kriteria cukup – baik. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengungkapan gagasan yang tercakup dalam isi karangannya mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan dengan teknik koreksi teman sebaya. b. Pengorganisasian paragraf (organisasi isi) Berdasarkan hasil karangan siswa dalam tiap siklusnya diketahui bahwa siswa sudah dapat mengorganisasi paragraf dengan baik, sehingga dari segi isi karangannya mudah dipahami oleh pembaca. Peningkatan kemampuan pengorganisasian paragraf tersebut tampak dari grafik nilai rata-rata capaian skor siswa dari aspek organisasi isi yang dapat dilihat pada gambar 15 halaman 93. Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada prasiklus skor rata-ratanya 12,05 kemudian menjadi 14,41 pada siklus I, dan 15,5 pada siklus II. Dari capaian skor tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam mengorganisasi paragraf semakin meningkat setelah dilakukan tindakan. c. Pemanfaatan potensi kata (kosakata) Melalui karangan yang dihasilkan, dapat dikatakan bahwa siswa sudah mampu memanfaatkan potensi kata dengan baik. Hal ini terlihat dari siklus I dan kedua, bahwa kosakata yang dipilih siswa untuk mengungkapkan ide serta gagasannya semakin variatif. Dengan semakin variatifnya kosakata yang digunakan oleh siswa dalam karangannya menjadikan hasil karangan tersebut tidak membosankan untuk dibaca. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek pemanfaatan potensi kata atau kosakata dapat dilihat dari grafik gambar 16 halaman 93. Dari grafik tersebut dapat dinyatakan bahwa pada prasiklus skor rata-rata yang dicapai siswa 11,68 kemudian menjadi 14,36 pada siklus I, dan menjadi 15,40 pada siklus II. Skor 15,40 pada siklus II ini masuk dalam kriteria cukup – baik sesuai dengan model penilaian dari Burhan Nurgiyantoro.
105
Dengan demikian kemampuan siswa dalam pemanfaatan potensi kata (kosakata) semakin meningkat setelah dilakukan tindakan. d. Pengembangan Bahasa (struktur kalimat) Siswa sudah mampu mengembangkan bahasa dengan baik, hal ini terlihat dari struktur kalimat yang dihasilkan siswa pada setiap karangannya. Pada prasiklus siswa memang belum mampu mengembangkan bahasa dengan baik, dalam karangan yang dihasilkannya dari aspek kalimatkalimatnya masih kurang efektif. Ketidakefektifan tersebut misalnya terlihat pada penggunaan kata-kata yang tidak perlu sehingga menimbulkan kemubaziran kata-kata bahkan mengakibatkan kalimat sulit untuk dipahami. Akan tetapi setelah dilakukan siklus, siswa sudah mampu mengembangkan kalimatnya dengan baik. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek pengembangan bahasa atau struktur kalimat dapat dilihat pada gambar 17 halaman 94. Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa capaian skor rata-rata dari prasiklus mencapai 12,45 (sedang-cukup), kemudian menjadi 14,50 (sedang-cukup) pada siklus I, serta menjadi 18,05 (cukup-baik) pada siklus II. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan penguasaan siswa dalam aspek struktur kalimat setelah dilakukan tindakan. e. Mekanik (ejaan) Kesalahan mekanik yang dalam hal ini dikhususkan menjadi ejaan yang awalnya sering ditemui pada karangan siswa, setelah dilakukan tindakan menjadi berkurang. Karangan siswa menjadi lebih baik dalam hal ejaannya serta lebih rapi dalam penulisannya. Dalam aspek mekanik ini siswa mengalami perubahan yang cukup baik setelah dilakukan tindakan, pada prasiklus karangan siswa pada umumnya mengalami kesalahan pada penulisan ejaan yang meliputi huruf kapital, pemakaian tanda baca, penulisan kata-kata baku, juga masih digunakannya penyingkatan kata yang tidak dibenarkan dalam penulisan. Akan tetapi setelah dilakukan tindakan dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya, hal ini sangat membantu siswa dalam belajar menggunakan ejaan yang benar sehingga mereka lebih
106
cepat mengerti dan memahaminya sehingga skor yang dicapai dari aspek mekanik dalam karangannya juga semakin meningkat. Hal ini seperti dikemukakan Calkins (dalam Tompkins, 1990: 90) dalam Sumarwati (2008: 59)
bahwa
pembelajaran
tersebut—yang
dalam
hal
ini
adalah
pengoreksian—akan lebih efektif untuk mengajarkan masalah kebahasaan daripada pengajaran dengan hafalan. Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek mekanik atau ejaan dalam karangan siswa dapat dilihat pada gambar 18 halaman 95. Berdasarkan grafik tersebut diperoleh informasi bahwa skor rata-rata yang dicapai yaitu, 3,31 (sedang – cukup) pada prasiklus, 3,72 (sedang - cukup) pada siklus I, dan 4,00 (cukup – baik) pada siklus II. Data tersebut memperjelas bahwa terjadi peningkatan nilai pada aspek mekanik dalam karangan siswa. f. Perolehan nilai karangan siswa meningkat Berdasarkan nilai karangan siswa pada saat prasiklus, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan pada siswa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa. Gambaran lebih jelas dari hasil nilai rata-rata karangan siswa dapat dilihat pada grafik gambar 19 halaman 95. Pada saat prasiklus nilai rata-rata yang dicapai adalah 59,04, nilai ini belum mencapai KKM yang ditentukan oleh guru dan peneliti sebesar 65,00. Pada siklus I terdapat peningkatan nilai karangan siswa, nilai rata-rata yang dicapai adalah 67,00. Meskipun pada siklus I ini nilai rata-rata sudah mencapai KKM, akan tetapi masih ada 9 siswa yang belum mencapai KKM sehingga perlu dilakukan siklus II. Pada siklus II nilai rata-rata yang dicapai adalah 75,13. Nilai pada siklus II ini sudah cukup baik, secara rata-rata telah memenuhi KKM dan seluruh siswa juga sudah mencapai KKM. Dengan adanya peningkatan nilai yang dicapai siswa, menunjukkan bahwa penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wood (dalam Sumarwati, 2008:18) hasil
107
penelitiannya yang menemukan bahwa penerapan peer-correction dalam pembelajaran menulis memiliki nilai plus, yakni: (1) dapat mengembangkan penguasaan dan ketepatan berbahasa pada siswa, (2) memungkinkan siswa untuk tidak selalu tergantung pada guru dalam mengoreksi kesalahan bahasanya, serta (3) memungkinkan siswa dapat membimbing siswa lain. Dengan demikian maka semakin memperkuat hasil bahwa dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat menungkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis pada siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 20 halaman 97. Grafik tersebut secara jelas menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata proses dan hasil pembelajaran menulis karangan secara keseluruhan setelah dilakukan tindakan. Hal tersebut ditunjukkan dari garis yang terus naik dari titik prasiklus, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta.
D. Keterbatasan Penelitian Terkait dengan beberapa aspek, Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut meliputi: (1) Ketiadaan buku paket Bahasa Indonesia sebagai pegangan siswa dalam pembelajaran yang mengharuskan peneliti dan guru menyiapkan materi sendiri yang diambilkan dari berbagai sumber yang sesuai dengan silabus; (2) Siklus III sebagai perbaikan pembelajaran siklus II untuk lebih memaksimalkan hasilnya tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah. Namun demikian, keterbatasan yang ada tidak mengurangi tingkat keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini. Ketiadaan buku paket sekolah memang tidak dapat dipungkiri dan peneliti pun tidak dapat memaksakan keadaan. Dalam hal ini peneliti bersama guru mencarikan materi-materi yang
108
sesuai dengan ketentuan yang ada pada silabus. Sehingga dengan keterbatasan yang ada siswa hanya diberi catatan materi yang sudah dipersiapkan oleh guru dan foto kopian materi yang diambilkan dari berbagai sumber yang mendukung pembelajaran. Keterbatasan yang kedua yakni karena waktu yang diberikan pihak sekolah kepada peneliti sangat terbatas. Hal ini dapat peneliti maklumi karena untuk kurikulum SMK, pembelajaran Bahasa Indonesia hanya memiliki alokasi waktu yang sedikit. Dalam satu minggu, pembelajaran Bahasa Indonesia hanya mendapat waktu 2 jam pelajaran saja, hal itu pun dengan materi yang sangat padat. Oleh karena itu, peneliti tidak dapat memaksakan untuk melanjutkan siklus III. Mengingat, apabila hal tersebut dipaksakan maka akan mengganggu jalannya proses pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Namun demikian, meskipun dengan keterbatasan waktu yang ada, penelitian tindakan kelas sudah cukup berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.
108
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator berikut: a. Adanya peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran. Pada indikator ini terjadi peningkatan nilai keaktifan siswa pada tiap siklus. Pada survei awal prasiklus, nilai rata-rata siswa dari aspek keaktifan sebesar 1,95, kemudian menjadi 3,05 pada siklus I, serta 4,00 pada siklus II. b. Adanya peningkatan perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran. Pada indikator ini terjadi peningkatan nilai perhatian dan konsentrasi siswa pada tiap tindakan. Pada survei awal prasiklus, nilai rata-rata siswa dari aspek perhatian dan konsentrasi sebesar 2,14, kemudian menjadi 3,09 pada siklus I, serta 4,32 pada siklus II. c. Adanya peningkatan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Pada indikator ini terjadi peningkatan nilai minat dan motivasi siswa pada tiap tindakan. Pada survei awal prasiklus, nilai rata-rata siswa dari aspek minat dan motivasi sebesar 2,09, kemudian menjadi 3,14 pada siklus I, serta 4,14 pada siklus II. Dari beberapa indikator tersebut menjadi dasar bahwa kualitas proses pembelajaran semakin meningkat. Dari nilai keseluruhan yang mencakup keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi, rata-rata meliputi 6,18 pada survei awal prasiklus, kemudian 9,27 pada siklus I, serta 12,50 pada siklus II. Poin nilai kualitas proses pembelajaran pada survei awal
108
109
prasiklus masuk dalam kriteria sedang, kemudian kriteria cukup untuk siklus I, serta kriteria baik untuk siklus II. 2. Ada peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP2 SMK Murni 2 Surakarta. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator berikut: a. Adanya peningkatan dalam pengungkapan pendapat (isi). Dari skor rata-rata yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada survei awal prasiklus, rata-rata skor pada aspek isi adalah 19,09 kemudian menjadi 20,00 pada siklus I, dan menjadi 22,18 pada siklus II. Dari rata-rata skor tiap tindakan tersebut sesuai dengan model penilaian dari Burhan Nurgiyantoro dapat dijabarkan bahwa pada saat survei awal prasiklus skor 19,09 masuk dalam kriteria sedang – cukup, 20,00 pada siklus I juga masih masuk dalam kriteria sedang – cukup, serta 22,18 pada siklus II masuk dalam kriteria cukup – baik. b. Adanya peningkatan dalam pengorganisasian paragraf (organisasi isi). Peningkatan kemampuan pengorganisasian paragraf tersebut tampak dalam rata-rata capaian skor siswa dari aspek organisasi isi. Pada survei awal prasiklus skor rata-ratanya 12,05 kemudian menjadi 14,41 pada siklus I, dan 15,5 pada siklus II. c. Adanya peningkatan dalam pemanfaatan potensi kata (kosakata). Pada survei awal prasiklus skor rata-rata yang dicapai siswa 11,68, kemudian menjadi 14,36 pada siklus I, dan menjadi 15,40 pada siklus II. d. Adanya peningkatan dalam pengembangan bahasa (struktur kalimat). Hal ini terlihat dari capaian skor rata-rata dari survei awal prasiklus yang baru mencapai 12,45 (sedang-cukup), kemudian menjadi 14,50 (sedang-cukup) pada siklus I, serta menjadi 18,05 (cukup-baik) pada siklus II. e. Adanya peningkatan dalam aspek mekanik (ejaan). Skor rata-rata yang dicapai yaitu, 3,31 (sedang – cukup) pada survei awal prasiklus, 3,72 (sedang - cukup) pada siklus I, dan 4,00 (cukup – baik) pada siklus II.
110
Dari beberapa indikator tersebut menjadi dasar bahwa kualitas hasil pembelajaran yang dinilai dari hasil pekerjaan siswa berupa karangan, semakin meningkat. Berdasarkan nilai keseluruhan yang mencakup isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik, rata-ratanya meliputi 59,04 pada survei awal prasiklus, kemudian 67,31 pada siklus I, serta 75,13 pada siklus II.
B. Implikasi Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan. Hal ini disebabkan teknik koreksi teman sebaya merupakan suatu teknik yang mampu melibatkan siswa secara aktif, baik secara fisik maupun emosional dalam mengoreksi hasil tulisan temannya. Teknik ini membantu siswa dalam mengaplikasikan kemampuannya serta menjadikan pengetahuan yang dimilikinya bertahan lebih lama dibandingkan jika mereka harus menghafal materi-materi yang berkaitan dengan menulis karangan. Mengingat
penerapan
teknik
koreksi
teman
sebaya
ini
dapat
meningkatkan kualitas psoses dan hasil pembelajaran menulis karangan, diharapkan teknik ini dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis. Sedangkan hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan pada siswa sebagai implikasi penelitian ini adalah: 1. Memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran Kegiatan menulis karangan merupakan suatu proses. Oleh karena itu, siswa harus tetap diberikan motivasi supaya rajin berlatih. Selain itu, keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran harus diupayakan agar mereka mendapatkan pengetahuan yang mendalam serta mampu mengaplikasikannya secara nyata, misalnya melalui kegiatan saling mengoreksi tulisan temannya. 2. Meningkatkan pengetahuan siswa Selain siswa dilibatkan secara aktif dan terus dimotivasi untuk menulis, siswa juga harus dimotivasi untuk terus menambah wawasan dan pengetahuannya.
111
Hal tersebut dapat dilakukan dengan banyak membaca buku atau referensireferensi yang berkaitan dengan pembelajaran menulis.
C. Saran Berkaitan dengan hasil yang dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Hendaknya para guru bidang studi Bahasa Indonesia pada khususnya, menerapkan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan untuk lebih meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. 2. Hendaknya dalam penerapan teknik koreksi teman sebaya ini guru mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung agar peleksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. 3. Hendaknya para siswa dapat mempraktikkan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan, yaitu dengan menukarkan hasil karangannya untuk saling dikoreksi kemudian diperbaiki, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil karangannya. 4. Hendaknya pihak sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung bagi peningkatan kemampuan menulis para siswa. Selain iru, tetap berupaya meningkatkan profesionalisme para guru melalui berbagai pelatihan, seminar, dan bentuk-bentuk kegiatan lain demi tercapainya kualitas proses dan hasil pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis.
DAFTAR PUSTAKA Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang: CV Angkasa Raya. Bambang Agus Purwanto, A. Handoko Pudjobroto, Sujoko. 2004. “Aplikasi Teknik Koreksi dengan Feedback Tak Langsung dalam Pembelajaran Writing IV pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris FKIP UNS”. Laporan Penelitian RII. Surakarta: LPPM UNS. Barnas. 2007. ”Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi dengan Teknik Koreksi Teman Sebaya”. http://barnas.wordpress.com diakses tanggal 10 Desember 2008. Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Claudio de Paiva Franco. 2008. ”Using Wiki-Based Peer-correction to Develop Writing Skills of Brazilizn EFL Learners”. Navitas-Royal, 2008. Vol: 2 (1), 49 – 59. ISSN: 1307 – 4733. Depdiknas. 2006. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Manajemen pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rieneka Karya. Galina Kavaliauskiene. 2003. ”Correction and Self-correction of Written Assignments at Tertiary Level”. Journal of language and Learning Volume 1 Number 2 2003. ISSN: 1740 – 4983. Gorys Keraf. 2004. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Henry Guntur Tarigan. 1993. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV Angkasa. Hernowo. 2002. Mengikat Makna. Bandung: Kaifa.
112
113
Joko Purwanto. 2008. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Melalui Teknik Peer Correction pada Siswa Kelas XI 1A SMA Muhammadiyah 3 Masaran”. Skripsi. Surakarta: FKIP UNS. Jujun S. Suriasumantri. 2001. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Khaerudin Kurniawan. 2005. ”Model Pengajaran Menulis bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut”. (http://www./kibipa/papers/Khaerudinkurniawan.doc). Diakses tangaal 10 Desember 2008. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Milles, Matthew B. Dan Hubermen, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif (edisi terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press. Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurhasanah. 2005. “Pengajaran Bahasa yang Kreatif”. (http://lubisgufurawordpress.com). Diakses tanggal 10 Desember 2008. Nuril Huda. 1988. “Metode Audiolingual Vs. Metode Komunikatif.; Suatu Perbandingan”. Dalam Soendjono Dardjowijojo (ed.). PELLBA I (hal. 296). Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya. Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa: untuk Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Guru Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rochiati Wiriatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sarwiji Suwandi. 2008. Model Asesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Sri Hastuti, P.H. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara DIII.
104
114
Sri Utari Subyakto Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia. Suharsimi Arikunto, Suhardjo, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Sumarwati, Suyatmin, dan Siti Mulyani. 2008. Penerapan Teknik peer-correction dalam Pembelajaran menulis untuk meningkatkan Penguasaan Bahasa Indonesia Tulis Siswa Kelas VIII SMP; Penelitian dengan dana Dikti. Surakarta: LPPM UNS. The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Andi. Walz, Joel C. 1982. Correction Techniques for the Foreighn Language Classroom, Language in Education: Theory and Practice Series No. 5. Washington D.C. Center for Applied Linguistick. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
104
115
115
116
Lampiran 1: Instrumen Penelitian 1. Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS I AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran menulis dikelas pada prasikus.
Nama Guru
: Dra. Sri Sumaryamti
Bidang studi : Bahasa Indonesia Materi
: Menulis karangan narasi
Waktu
: 2 x 45 menit/ 27 Januari 2009
Komponen yang Diamati A. Tujuan Pembelajaran 1. Penyampaian tujuan pembelajaran. 2. Ketepatan tujuan dengan waktu yang tersedia.
B. Penguasaan Bahan Pembelajaran 1. Penyampaian materi ajar pada siswa
2. Sistematika pemberian materi pada siswa
Hasil Pengamatan
117
C. Kegiatan Belajar Mengajar 1. Metode mengajar
2. Kegiatan belajar siswa
3. Alat peraga atau alat bantu pengajaran
4. Kegiatan guru selama mengajar
5. Kesimpulan pelajaran D. Penilaian 1. Pelaksanaan penilaian 2. Isi pertanyaan
3. Hasil yang dicapai siswa
4. Tindak lanjut
27 Januari 2009 Pengamat
118
2. Pedoman Wawancara dengan Guru PEDOMAN WAWANCARA Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran di kelas.
Bentuk
: Wawancara
Responden
: Guru Bahasa Indonesia kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama
: Dra. Sri Sumaryamti Pertanyaan
Jawaban
1. Bagaimana pendapat Ibu tentang pembelajaran menulis yang telah dilaksanakan di kelas?
2. Apakah
Ibu
membuat
skenario
pembelajarannya secara rinci dan detail atau hanya secara garis besar saja?
3. Bagaimana
metode
pemberian
materi yang dilakukan Ibu di kelas?
4. Bagaimana cara Ibu memberikan contoh
serta
latihan
dalam
pembelajaran menulis di kelas?
119
5. Bagaimana pendapat Ibu tentang keaktifan siswa di kelas?
6. Bagaimana
Ibu
menilai
hasil
pekerjaan siswa?
Kesimpulan dan Refleksi
Januari 2009 Pengamat
120
3. Pedoman Wawancara Prasiklus dengan Siswa PEDOMAN WAWANCARA Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk
: Wawancara
Responden
: Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama
: ____________________ Pertanyaan
Jawaban
1. Bagaimana pendapat Anda tentang pembelajaran
menulis
yang
dilaksanakan guru di kelas?
2. Apakah guru memberikan materi secara rinci dan terstruktur?
3. Bagaimana
metode
pemberian
materi yang dilakukan guru di kelas?
4. Bagaimana cara guru memberikan contoh
serta
latihan
dalam
pembelajaran menulis di kelas?
5. Apakah Anda termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran di kelas?
121
6. Bagaimana cara guru menilai hasil pekerjaan Anda?
Kesimpulan dan Refleksi
Januari 2009 Pengamat,
122
4. Pedoman Catatan Lapangan Pedoman Catatan Lapangan Tempat
: Kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Tgl/Wkt
:______________________ Catatan
Refleksi
5.
123
Pedoman Penilai A
124
125
n Proses Pembelajara
126
6. Pedoman Penilaian Hasil Pembelajaran Tabel Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval No
Aspek
Skor
Kriteria
27-30
SANGAT BAIK-SEMPURNA: padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas.
22-26
CUKUP-BAIK: informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan permasalahan tetapi tidak lengkap.
17-21
SEDANG-CUKUP: informasi terbatas, substansi pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup.
13-16
SANGAT KURANG: tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan. SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif.
Penilaian 1.
2.
3.
ISI
ORGANISASI
KOSAKATA
18-20
kurang,
14-17
CUKUP-BAIK: kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap.
10-13
SEDANG-CUKUP: tidak lancar, gagasan kacau, terpotongpotong, urutan dan pengembangan tidak logis.
7-9
SANGAT KURANG: tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tidak layak nilai. SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.
18-20
14-17
CUKUP-BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu.
10-13
SEDANG-CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
7-9
SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai.
127
4.
PENGEMBA NGAN
22-25
SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.
18-21
CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.
11-17
SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.
5-10
SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai. SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan.
BAHASA
5.
MEKANIK
5 4
CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna.
3
SEDANG-CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur.
2
SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai.
Sumber: Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308
128
Lampiran 2: Perangkat Pembelajaran 1. Materi Pembelajaran Siklus I RINGKASAN MATERI MENULIS KARANGAN NARASI 1) Narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.
Cerpen, novel, roman, dan semua prosa imajinatif
merupakan contoh karangan narasi. 2) Narasi merupakan sebuah cerita. Cerita ini didasarkan atas urutan kejadian atau peristiwa. Narasi dapat bersifat fakta (cerita sebenarnya) maupun fiksi (cerita rekaan). Contoh: Narasi yang berisi fakta: biografi dan autobiografi. Narasi yang berupa fiksi: cerpen dan novel. 3) Ciri-ciri narasi: Bersumber dari fakta maupun fiksi (rekaan) Berupa rangkaian peristiwa Bersifat menceritakan 4) Langkah-langkah menulis karangan narasi: a. Menentukan tema karangan b. Menentukan tujuan karangan c. Mengumpulkan bahan-bahan karangan Berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain Berdasarkan khayalan atau imajinasi d. Menyusun kerangka karangan Tentukan tujuan secara jelas Hanya satu gagasan setiap paragraf Disusun secara logis dan wajar e. Mengembangkan keraangka karangan
129
Narasi atau cerita dapat disusun dengan memperhatikan alur cerita atau jalannya cerita (dapat alur maju, alur mundur atau flash back, atau gabungan keduanya) Bahasa yang digunakan dapat ragam bahasa baku (pengalaman, peristiwa), atau ragam bahasa nonbaku (cerpen, novel). 5) Contoh narasi: Rekreasi di Pantai Baron Hari minggu jam 09.00, tanggal 7 Desember 2008, kami sekeluarga berangkat menuju Pantai Baron. Pemandangan menuju Pantai Baron sungguh indah, apalagi waktu kendaraan kami melewati jalan di atas bukit, kami bisa melihat pemandangan dibawah yang sangat indah. Menjelang siang kami sampai di Pantai baron, di sana sudah banyak turis, baik domestik maupun wisatawan asing. Selanjutnya kami mencari tempat yang aman dan nyaman untuk beristirahat. Dengan menggunakan tikar sewaan, kami semua duduk sambil menikmati bekal yang kami bawa dari rumah. Setelah selesai makan, kami sekeluarga ada yang bermain ditepi pantai, melihat burung, berbelanja ikan goreng, dan ada pula yang hanya duduk menikmati pemandangan di Pantai baron. Setelah puas menikmati indahnya pantai Baron, kami bersiap-siap untuk pulang.
130
2. Materi Pembelajaran Siklus II RINGKASAN MATERI MENULIS KARANGAN DESKRIPSI 1) Pengertian deskripsi Pengertian deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, merasakan) apa yang dilukiskan sesuai citra penulisnya. 2) Tujuan deskripsi Orang menulis deskripsi bertujuan menggambarkan sesuatu sesuai dengan apa yang dilihat sendiri oleh pengarang. Jadi, orang yang membaca karangan deskripsi tersebut dapat merasakan seperti yang dirasakan pengarang dalam tulisannya. Objek yang dilukiskan sesuai dengan yang kita lihat, kita cermati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Dalam penulisan karangan deskripsi ini panca indra kita berperan penting, misalnya melukiskan kelas, keramaian lomba panjat pinang, arena pemancingan, dan sebagainya. 3) Ciri-ciri deskripsi: Gambaran apa adanya dan dilukiskan dengan sehidup-hidupnya. Tidak ada pertimbangan atau pendapat. 4) Contoh karangan deskripsi: Deskripsi 1 Ruang kamar itu berukuran 3 x 3 meter. Mempunyai satu pintu dan satu jendela, serta dicat biru muda dengan kuning. Dinding ruang dicat merah muda dan eternitnya putih. Ubinnya dari keramik berwarna putih dan ada bunga transparan berwarna biru. Di dalam kamar itu bagian barat berisi meja belajar Olympic diisi buku-buku yang tertata rapi, sebuah komputer, kipas angin, lampu belajar, boneka-boneka kecil, kotak yang terbuat dari plastik untuk menaruh pernak-pernik, dan ada sebuah kursi. Sebagian pojok utara dan timur terdapat sebuah tempat tidur yang diatur rapi, diberi sprei serta sarung bantal dengan dasar putih dihiasi kembang-kembang warna biru. Sedangkan dinding sebelah selatan ada sebuah kaca rias lengkap dengan
131
alat untuk merias wajah. Sebelah timurnya terdapat sebuah meja untuk menaruh mini compo Polytrin dan sebuah televisi 14 inchi bermerk Panasonic.
Deskripsi 2 Ruang kamar itu berukuran 3 x 3 meter. Mempunyai satu pintu dan satu jendela, serta dicat biru muda dengan kuning. Dinding ruang dicat merah muda dan eternitnya putih. Ubinnya dari keramik berwarna putih dan ada bunga transparan berwarna biru. Sungguh serasi warnanya antara cat dinding, pintu, maupun ubin yang ada di dalam kamar itu. Di dalam kamar itu bagian barat berisi meja belajar Olympic diisi buku-buku yang tertata rapi, sebuah komputer, kipas angin, lampu belajar, boneka-boneka kecil, kotak yang terbuat dari plastik untuk menaruh pernak-pernik, dan ada sebuah kursi. Sebagian pojok utara dan timur terdapat sebuah tempat tidur yang diatur rapi, diberi sprei serta sarung bantal dengan dasar putih dihiasi kembang-kembang warna biru. Sedangkan dinding sebelah selatan ada sebuah kaca rias lengkap dengan alat untuk merias wajah. Sebelah timurnya terdapat sebuah meja untuk menaruh mini compo Polytrin dan sebuah televisi 14 inchi bermerk Panasonic. Ternyata di dalam kamar ukuran kecil itu isinya bermacam-macam.
Pada dua contoh deskripsi yang isinya sedikit berbeda. Dalam contoh deskripsi pertama dilukiskan keadaan sebuah kamar apa adanya. Pengembangan sebuah paragraf deskripsi tanpa memasukkan opini atau pendapat penulis dinamakan pengembangan paragraf deskripsi objektif. Sedangkan contoh deskripsi kedua tertulis: Sungguh serasi warnanya antara cat dinding, pintu, maupun ubin yang ada di dalam kamar itu. Ternyata di dalam kamar ukuran kecil itu isinya bermacam-macam. Kalimat yang dicetak miring adalah contoh opini atau pendapat penulis yang dimasukkan dalam paragraf deskripsi. Pengembangan sebuah paragraf deskripsi dengan menambahkan opini atau pendapat penulis dinamakan pola pengembangan paragraf deskripsi subjektif.
132
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Mata Diklat
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: X / II
Alokasi Waktu
: 2 x pertemuan (4 x 45 menit)
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Semenjana Kompetensi Dasar
: 1. 10 Membuat berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.
Indikator
: Menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan tertentu (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.
I. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan tertentu (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat. II. Materi Ajar MENULIS KARANGAN NARASI 1) Narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.
Cerpen, novel, roman, dan semua prosa
imajinatif merupakan contoh karangan narasi. 2) Narasi merupakan sebuah cerita. Cerita ini didasarkan atas urutan kejadian atau peristiwa. Narasi dapat bersifat fakta (cerita sebenarnya) maupun fiksi (cerita rekaan). Contoh: Narasi yang berisi fakta: biografi dan autobiografi. Narasi yang berupa fiksi: cerpen dan novel.
133
3) Ciri-ciri narasi: Bersumber dari fakta maupun fiksi (rekaan) Berupa rangkaian peristiwa Bersifat menceritakan 4) Langkah-langkah menulis karangan narasi: a. Menentukan tema karangan b. Menentukan tujuan karangan c. Mengumpulkan bahan-bahan karangan Berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain Berdasarkan khayalan atau imajinasi d. Menyusun kerangka karangan Tentukan tujuan secara jelas Hanya satu gagasan setiap paragraf Disusun secara logis dan wajar e. Mengembangkan keraangka karangan Narasi atau cerita dapat disusun dengan memperhatikan alur cerita atau jalannya cerita (dapat alur maju, alur mundur atau flash back, atau gabungan keduanya) Bahasa yang digunakan dapat ragam bahasa baku (pengalaman, peristiwa), atau ragam bahasa nonbaku (cerpen, novel). 5) Contoh narasi: Rekreasi di Pantai Baron Hari minggu jam 09.00, tanggal 7 Desember 2008, kami sekeluarga berangkat menuju Pantai Baron. Pemandangan menuju Pantai Baron sungguh indah, apalagi waktu kendaraan kami melewati jalan di atas bukit, kami bisa melihat pemandangan dibawah yang sangat indah. Menjelang siang kami sampai di Pantai baron, di sana sudah banyak turis, baik domestik maupun wisatawan asing. Selanjutnya kami mencari tempat yang aman dan nyaman untuk beristirahat. Dengan
134
menggunakan tikar sewaan, kami semua duduk sambil menikmati bekal yang kami bawa dari rumah. Setelah selesai makan, kami sekeluarga ada yang bermain ditepi pantai, melihat burung, berbelanja ikan goreng, dan ada pula yang hanya duduk menikmati pemandangan di Pantai baron. Setelah puas menikmati indahnya pantai Baron, kami bersiap-siap untuk pulang. III.Metode Pembelajaran 1. Metode Ceramah Metode ceramah dilakukan ketika guru menyampaikan materi. 2. Bertanya/Quistioning Metode ini dilakukan guru dengan memberikan apersepsi maupun kesempatan tanya jawab kepada siswa. 2. Pemodelan/Modelling Metode ini dilakukan guru ketika memberikan model berupa berbagai jenin bentuk informasi nonverbal yang dapat dijadikan sebagai contoh pada siswa sekaligus contoh dalam menjelaskan materi. 3. Teknik Koreksi Teman Sebaya Metode ini dilakukan dengan meminta siswa untuk saling mengoreksi karangan temannya, sehingga mereka dapat berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran serta dapat belajar lebih dalam dengan memahami berbagai kesalahan yang dilakukan oleh temannya. IV. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan pertama: a. Kegiatan Awal 1) Guru membuka pelajaran. 2) Guru memberikan apersepsi. b. Kegiatan Inti 1) Guru menyampaikan meteri menulis narasi. 2) Guru memberi contoh karangan narasi.
135
3) Guru menyampaikan langkah-langkah dalam koreksi teman sebaya serta memberikan pedoman hal-hal yang dikoreksi pada karangan dalam bentuk fotokopi materi. 4) Guru menugasi siswa untuk menulis karangan narasi pada kertas yang disediakan. 5) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan karangan narasinya. 6) Guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa. c. Kegiatan Penutup 1) Guru memberikan refleksi berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Guru menutup pelajaran. Pertemuan kedua: A. Kegiatan Awal 1) Guru membuka pelajaran. 2) Guru memberikan apersepsi. B. Kegiatan Inti 1) Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, yaitu berkaitan dengan isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik; 2) Guru membagikan sebelumnya
sudah
karangan
siswa
dikumpulkan
yang pada
kemudian
pertemuan
siswa
diminta
menukarkan karangannya tersebut dengan temannya; 3) Di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan serta pedoman pengoreksian yang telah diberikan; 4) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kesulitankesulitan yang dialami selama melakukan koreksi; 5) Guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan yang dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan;
136
6) Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; 7) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan kemudian dikumpulkan; C. Kegiatan Penutup 1) Guru memberikan refleksi berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Guru menutup pelajaran V. Alat/Bahan/Sumber Bahan 1. Modul Bahasa Indonesia 2. Kumpulan materi menulis narasi dari berbagai sumber. 3. Pedoman pengoreksian karangan. VI. Penilaian 1. Penilaian Proses Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung menggunakan lembar pengamatan, secara garis besar penilaian proses meliputi pengamatan terhadap keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa secara individu dalam mengikuti pembelajaran.
137
Lembar Penilaian Nama:_________________ Pernyataan
Total
Nilai Aspek Pernyataan 1
2
3
4
A. Keaktifan siswa selama pembelajaran B. Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran C. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Jumlah
Keterangan Pernyataan: A. Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran. 1. Mengajukan pertanyaan. 2. Mengungkapkan pendapat. 3. Menjawab pertanyaan guru. 4. Memperhatikan pertanyaan orang lain. 5. Menanggapi pertanyaan. B. Perhatian dan Konsentrasi Siswa Selama Pembelajaran. 1. Memperhatikan penjelasan guru. 2. Mencatat penjelasan guru. 3. Mempelajari kembali materi yang diberikan. 4. Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas. 5. Tidak mengobrol dengan teman lain. C. Minat dan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran. 1. Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu. 2. Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
5
138
3. Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asalasalan. 4. Tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain. 5. Tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran. Keterangan Penilaian: Setiap pernyataan mendapat nilai 1-5 berdasarkan aspek-aspek pernyataan yang dilakukan oleh siswa, dan setiap aspek dalam pernyataan memiliki bobot nilai 1. Kriteria nilai pernyataan 1,00 – 1,99
: kurang
2,00 – 2,99
: sedang
3,00 – 3,99
: cukup
4,00 – 4,99
: baik
5,00
: sangat baik
Kriteria nilai total 1,00 – 3,99
: kurang
4,00 – 6,99
: sedang
7,00 – 9,99
: cukup
10,00 – 12,99 : baik 13,00 – 15,00 : sangat baik
139
2. Tugas Siswa Buatlah sebuah karangan narasi dengan tema bebas! PEDOMAN PENILAIAN KARANGAN ( Adaptasi model penilaian menulis skala interval Burhan Nurgiyantoro) No.
Aspek Karangan yang Dinilai
Bobot Penilaian
1.
ISI (Relevansi jusul dengan isi)
13 – 30
2.
ORGANISASI ISI
7 – 20
3.
KOSA KATA
7 – 20
4.
PENGEMBANGAN BAHASA (Struktur kalimat)
5 – 25
5.
MEKANIK (Pemakaian ejaan)
2–5
Jumlah ( Rentangan Nilai )
34 - 100
Surakarta, 27 Januari 2009 Guru
Dra. Sri Sumaryamti
140
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Mata Diklat
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: X / II
Alokasi Waktu
: 2 x pertemuan (4 x 45 menit)
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Semenjana Kompetensi Dasar
: 1. 10 Membuat berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.
Indikator
: Menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan tertentu(narasi,deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.
I.
Tujuan Pembelajaran Siswa mampu menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan tertentu (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.
II. Materi Ajar MENULIS KARANGAN DESKRIPSI 1) Pengertian deskripsi Pengertian deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, merasakan) apa yang dilukiskan sesuai citra penulisnya.
141
2) Tujuan deskripsi Orang menulis deskripsi bertujuan menggambarkan sesuatu sesuai dengan apa yang dilihat sendiri oleh pengarang. Jadi, orang yang membaca karangan deskripsi tersebut dapat merasakan seperti yang dirasakan pengarang dalam tulisannya. Objek yang dilukiskan sesuai dengan yang kita lihat, kita cermati sampai pada hal yang sekecilkecilnya. Dalam penulisan karangan deskripsi ini panca indra kita berperan penting, misalnya melukiskan kelas, keramaian lomba panjat pinang, arena pemancingan, dan sebagainya. 3) Ciri-ciri deskripsi: Gambaran apa adanya dan dilukiskan dengan sehidup-hidupnya. Tidak ada pertimbangan atau pendapat. 4) Contoh karangan deskripsi: Deskripsi 1 Ruang kamar itu berukuran 3 x 3 meter. Mempunyai satu pintu dan satu jendela, serta dicat biru muda dengan kuning. Dinding ruang dicat merah muda dan eternitnya putih. Ubinnya dari keramik berwarna putih dan ada bunga transparan berwarna biru. Di dalam kamar itu bagian barat berisi meja belajar Olympic diisi buku-buku yang tertata rapi, sebuah komputer, kipas angin, lampu belajar, boneka-boneka kecil, kotak yang terbuat dari plastik untuk menaruh pernakpernik, dan ada sebuah kursi. Sebagian pojok utara dan timur terdapat sebuah tempat tidur yang diatur rapi, diberi sprei serta sarung bantal dengan dasar putih dihiasi kembang-kembang warna biru. Sedangkan dinding sebelah selatan ada sebuah kaca rias lengkap dengan alat untuk merias wajah. Sebelah timurnya terdapat sebuah meja untuk menaruh mini compo Polytrin dan sebuah televisi 14 inchi bermerk Panasonic.
142
Deskripsi 2 Ruang kamar itu berukuran 3 x 3 meter. Mempunyai satu pintu dan satu jendela, serta dicat biru muda dengan kuning. Dinding ruang dicat merah muda dan eternitnya putih. Ubinnya dari keramik berwarna putih dan ada bunga transparan berwarna biru. Sungguh serasi warnanya antara cat dinding, pintu, maupun ubin yang ada di dalam kamar itu. Di dalam kamar itu bagian barat berisi meja belajar Olympic diisi buku-buku yang tertata rapi, sebuah komputer, kipas angin, lampu belajar, boneka-boneka kecil, kotak yang terbuat dari plastik untuk menaruh pernakpernik, dan ada sebuah kursi. Sebagian pojok utara dan timur terdapat sebuah tempat tidur yang diatur rapi, diberi sprei serta sarung bantal dengan dasar putih dihiasi kembang-kembang warna biru. Sedangkan dinding sebelah selatan ada sebuah kaca rias lengkap dengan alat untuk merias wajah. Sebelah timurnya terdapat sebuah meja untuk menaruh mini compo Polytrin dan sebuah televisi 14 inchi bermerk Panasonic. Ternyata di dalam kamar ukuran kecil itu isinya bermacam-macam.
Pada dua contoh deskripsi yang isinya sedikit berbeda. Dalam contoh deskripsi pertama dilukiskan keadaan sebuah kamar apa adanya. Pengembangan sebuah paragraf deskripsi tanpa memasukkan opini atau pendapat penulis dinamakan pengembangan paragraf deskripsi objektif. Sedangkan contoh deskripsi kedua tertulis: Sungguh serasi warnanya antara cat dinding, pintu, maupun ubin yang ada di dalam kamar itu. Ternyata di dalam kamar ukuran kecil itu isinya bermacammacam. Kalimat yang dicetak miring adalah contoh opini atau pendapat penulis yang dimasukkan dalam paragraf deskripsi. Pengembangan sebuah paragraf deskripsi dengan menambahkan opini atau pendapat penulis dinamakan pola pengembangan paragraf deskripsi subjektif.
143
III. Metode Pembelajaran 1. Metode Ceramah Metode ceramah dilakukan ketika guru menyampaikan materi. 2. Bertanya/Quistioning Metode ini dilakukan guru dengan memberikan apersepsi maupun kesempatan tanya jawab kepada siswa. 3. Pemodelan/Modelling Metode ini dilakukan guru ketika memberikan model berupa berbagai jenin bentuk informasi nonverbal yang dapat dijadikan sebagai contoh pada siswa sekaligus contoh dalam menjelaskan materi. 4. Teknik Koreksi Teman Sebaya Metode ini dilakukan dengan meminta siswa untuk saling mengoreksi karangan temannya, sehingga mereka dapat berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran serta dapat belajar lebih dalam dengan memahami berbagai kesalahan yang dilakukan oleh temannya. IV. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan pertama: A. Kegiatan Awal 1) Guru membuka pelajaran. 2) Guru memberikan apersepsi. B. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan hasil refleksi karangan siswa pada siklus I; 2) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis karangan pada siklus I; 3) Guru menyampaikan materi menulis karangan deskripsi dan langkah-langkah pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya seperti pada siklus I; 4) Guru memberikan latihan pada siswa untuk mengoreksi karangan yang telah disiapkan; 5) Guru
menegaskan
karangan;
pokok-pokok
penilaian
dalam
sebuah
144
6) Guru menugaskan siswa untuk menulis karangan deskripsi dengan tema bebas pada lembar kertas yang telah disediakan; 7) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan karangannya. C. Kegiatan Penutup 1) Guru memberikan refleksi berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Guru menutup pelajaran. Pertemuan kedua: A. Kegiatan Awal 1) Guru membuka pelajaran. 2) Guru memberikan apersepsi. B. Kegiatan Inti 1) Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, yaitu berkaitan dengan isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik; 2) Guru membagikan sebelumnya
sudah
karangan siswa dikumpulkan
yang
pada
kemudian
pertemuan
siswa
diminta
menukarkan karangannya tersebut dengan temannya; 3) Di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan serta pedoman pengoreksian yang telah diberikan; 4) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kesulitankesulitan yang dialami selama melakukan koreksi; 5) Guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan yang dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan; 6) Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; 7) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan kemudian dikumpulkan;
145
C. Kegiatan Penutup 1) Guru memberikan refleksi berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Guru menutup pelajaran V. Alat/Bahan/Sumber Bahan 1. Modul Bahasa Indonesia 2. Kumpulan materi menulis narasi dari berbagai sumber. 3. Pedoman pengoreksian karangan. VI. Penilaian 1.
Penilaian Proses Penilaian
proses
dilakukan
selama
kegiatan
pembelajaran
berlangsung menggunakan lembar pengamatan, secara garis besar penilaian proses meliputi pengamatan terhadap keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa secara individu dalam mengikuti pembelajaran. Lembar Penilaian Nama:_________________ Pernyataan
Total
Nilai Aspek Pernyataan 1
A. Keaktifan siswa selama pembelajaran B. Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran C. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Jumlah
2
3
4
5
146
Keterangan Pernyataan: D. Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran. 1.
Mengajukan pertanyaan.
2.
Mengungkapkan pendapat.
3.
Menjawab pertanyaan guru.
4.
Memperhatikan pertanyaan orang lain.
5.
Menanggapi pertanyaan.
E. Perhatian dan Konsentrasi Siswa Selama Pembelajaran. 1.
Memperhatikan penjelasan guru.
2.
Mencatat penjelasan guru.
3.
Mempelajari kembali materi yang diberikan.
4.
Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas.
5.
Tidak mengobrol dengan teman lain.
F. Minat dan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran. 1.
Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu.
2.
Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
3.
Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asalasalan.
4.
Tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain.
5.
Tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran.
Keterangan Penilaian: Setiap pernyataan mendapat nilai 1-5 berdasarkan aspek-aspek pernyataan yang dilakukan oleh siswa, dan setiap aspek dalam pernyataan memiliki bobot nilai 1. Kriteria nilai pernyataan
Kriteria nilai total
1,00 – 1,99
: kurang
1,00 – 3,99
: kurang
2,00 – 2,99
: sedang
4,00 – 6,99
: sedang
3,00 – 3,99
: cukup
7,00 – 9,99
: cukup
4,00 – 4,99
: baik
10,00 – 12,99
: baik
5,00
: sangat baik
13,00 – 15,00
: sangat baik
147
3) Tugas Siswa Buatlah sebuah karangan deskripsi dengan tema bebas!
PEDOMAN PENILAIAN KARANGAN ( Adaptasi model penilaian menulis skala interval Burhan Nurgiyantoro) Aspek Karangan yang Dinilai
No.
Bobot Penilaian
1.
ISI (Relevansi jusul dengan isi)
13 – 30
2.
ORGANISASI ISI
7 – 20
3.
KOSA KATA
7 – 20
4.
PENGEMBANGAN BAHASA (Struktur kalimat)
5 – 25
5.
MEKANIK (Pemakaian ejaan)
2–5
Jumlah ( Rentangan Nilai )
34 - 100
Surakarta, 7 Februari 2009 Guru
Dra. Sri Sumaryamti
5. Silabus
148
149
150
151
152
153
154
155
156
6. Materi Kebahasaan/Ejaan
157
158
159
160
161
162
Lampiran 3: Data Penelitian 1. Hasil Observasi Pembelajaran Prasiklus HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS I AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran menulis di kelas sebelum tindakan (prasiklus).
Nama Guru
: Dra. Sri Sumaryamti
Bidang studi : Bahasa Indonesia Materi
: Menulis karangan narasi
Waktu
: 2 x 45 menit/ Selasa, 20 Januari 2009
Komponen yang Diamati
Tujuan pembelajaran disampaikan secara garis besarnya.
A. Tujuan Pembelajaran 1.Penyampaian
Hasil Pengamatan
tujuan
pembelajaran. 2. Ketepatan
tujuan
dengan Pembelajaran menulis dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, 30
waktu yang tersedia.
menit penyampaian materi, 50 menit untuk menulis karangan, dan 10 menit untuk refleksi.
B.Penguasaan
Bahan Penyampaian materi dengan ceramah, garis besar materi di tulis di
Pembelajaran
papan tulis, dan guru mendikte materi pada siswa.
1.Penyampaian materi ajar pada siswa. 2.Sistematika pemberian materi
1. Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan.
pada siswa.
2. Guru menyampaikan materi dengan ceramah. 3. Guru meminta siswa untuk mengarang. 4. Karangan dikumpulkan. 5. Karangan dinilai oleh guru.
163
Belajar Metode mengajar secara konvensional, yakni dengan ceramah, serta
C.Kegiatan
pemberian tugas mengarang pada siswa untuk dikerjakan di kelas
Mengajar 1. Metode mengajar
kemudian dikumpulkan sebelum pembelajaran berakhir.
2. Kegiatan belajar siswa
Kegiatan siswa adalah mendengarkan penjelasan guru. Pada saat kegiatan menulis karangan, siswa sangat tenang, sibuk dengan imajinasinya sendiri-sendiri, dan hanya sesekali satu dua siswa yang berbisik-bisik mengobrol dengan teman sebangkunya. Namun beberapa saat kemudian, siswa mulai sedikit gaduh, siswa saling lempar tipe-x. guru duduk di kursi meja guru menunggu siswa selesai mengerjakan karangannya, sambil sesekali guru berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa namun tanpa memberi arahan apapun. Siswa yang sudah selesai memngerjakan dibiarkan menmunggu, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengobrol dan sibuk dengan kegiatannya sendiri
3. Alat peraga atau alat bantu Tidak ada alat peraga khusus kecuali kapur dan papan tulis. pengajaran 4. Kegiatan
guru
selama Kegiatan guru selama pembelajaran adalah memberikan penjelasan
mengajar
tentang materi menulis karangan narasi dengan ceramah, kemudian mengamati siswa saat mengarang, serta membaca beberapa karangan siswa yang sudah jadi dan tanpa memberikan komentar apapun.
5. Kesimpulan pelajaran
Guru menjelaskan kembali secara singkat pembelajaran yang telah dilaksanakan secara lisan.
D. Penilaian 1.Pelaksanaan penilaian
Penilaian dilaksanakan sendiri oleh guru.
164
2. Isi pertanyaan
Pertanyaan berisi tentang perintah untuk membuat sebuah karangan menulis narasi dengan tema bebas.
3. Hasil yang dicapai siswa
Seluruh
siswa
mengerjakan
perintah
guru. Siswa
menulis
karangannya pada lembar kertas yang sudah disediakan. Dan hasilnya di bawa oleh guru, dan tanpa diberi komentar maupun masukan apapun. 4. Tindak lanjut
Tidak ada tindak lanjut dari guru tentang hail karangan yang telah dikumpulkan oleh siswa. Guru hanya menilainya dan kemudian dibagikan kembali.
20 Januari 2009 Pengamat,
1.
Jhkjh
165
2.
Hasil Catatan Lapangan pada Siklus I Catatan Lapangan Siklus I Tempat
: Kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Hari/Tgl/Wkt
: Selasa, 27 Januari 2009 dan 3 Februari 2009 pukul 07.45 – 09.15 Catatan
Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku belakang, sesekali peneliti berada di samping kelas untuk mengambil gambar. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya yakni, saat masuk kelas guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam setelah seluruh siswa tenang. Selanjutnya guru menanyakan siswa yang tidak masuk, mengabsen kehadiran siswa satu per satu serta mengisi buku presensi siswa. Kelas sedikit ramai meskipun tidak terlalu gaduh karena beberapa siswa masih ada yang mengobrol dengan teman semejanya. Setelah itu, guru memberikan apersepsi tentang pembelajaran menulis karangan jenis narasi. Selain itu guru juga mengevaluasi hasil karangan minggu lalu yang telah dinilai. Dalam evaluasi tersebut guru menyatakan bahwa masih banyak hal yang harus diperbaiki dalam karangan siswa, baik dari isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, maupun mekaniknya. Pada awalnya siswa terlihat asing dan kurang paham dengan yang dimaksudkan guru, akan tetapi guru kemudian menjelaskannya secara lebih menyeluruh. Pejelasan tersebut misalnya, pengembangan bahasa berkaitan dengan struktur maupun penyusunan kalimatnya, serta ejaan berkaitan dengan aspek mekaniknya. Setelah itu guru menjelaskan tentang penerapan teknik koreksi teman sebaya yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran menulis karangan dan siswa tampak sangat paham. Selanjutnya, guru menyampaikan materi tentang menulis karangan narasi serta pedoman pengoreksian dalam sebuah karangan. Pedoman pengoreksian ini diberikan dalam bentuk lembar fotokopian yang sudah disiapkan guru sebelumnya. Sambil mendengarkan penjelasan guru dan mencermati pedoman pengoreksian, siswa diminta mengevaluasi sendiri karangannya dari pembelajaran prasiklus pada minggu lalu. Meskipun karangan tersebut
166
sudah dikoreksi dan dinilai guru akan tetapi siswa diminta mencermati kesalahankesalahannya yang telah ditunjukkan oleh guru dengan coretan maupun lingkaran pada bagian yang salah. Dari kegiatan tersebut banyak siswa yang merasa malu karena sadar bahwa kerangannya terdapat banyak kesalahan. Kemudian, guru meminta siswa membuat karangan jenis narasi dengan tema bebas pada lembar kertas yang telah disediakan guru, akan tetapi karangan ini harus beda dengan karangan pada kegiatan prasiklus minggu lalu. Pada kegiatan ini siswa sangat antusias dan konsentrasi dalam menulis karangan, sambil membaca kembali karangannya minggu lalu dan memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Ada beberapa siswa yang membuat sedikit gaduh dengan saling melempar tipe-x pada temannya, beberapa juga berbisik-bisik mengobrol dengan teman semejanya. Kegaduhan tersebut hanya terjadi sebentar, siswa kemudian tampak menikmati kegiatan mengarangnya hingga kelas sangat tenang dan tampak sepi. Setelah sekitar 30 menit berlalu, siswa mulai gaduh lagi, mereka mengobrol dengan teman semejanya, kemudian guru menegur dan mereka mulai tenang. Saat guru menanyakan hasil karangannya, beberapa siswa sudah menyatakan selesai, kemudian guru memintannya untuk dibaca dan dicermati lagi yang kemudian dikumpulkan. Siswa yang sudah mengumpulkan karangannya diminta menunggu temannya yang belum selesai. Pada kegiatan ini, beberapa siswa yang sudah selesai cenderung sibuk dengan aktivitasnya sendiri, mengobrol dengan teman semejanya atau bahkan tidur-tiduran dengan meletakkan kepalanya di atas meja. Hal seperti ini membuat suasana kelas tidak terlalu kondusif bahkan mengganggu siswa lain yang belum selesai dengan karangannya. Setelah semua selesai, guru memberikan refleksi atas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan ini guru melakukan sedikit tanya jawab dengan siswa kemudian memberikan penegasan kembali atas materi yang telah disampaikan. Kemudian guru memberi sedikit gambaran tentang pembelajaran minggu depan, yakni mengoreksi hasil karangan dengan teknik koreksi teman sebaya, kemudian guru menutup pelajaran. Pada pertemuan kedua, gambaran pelaksanaannya adalah sebagai berikut, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa. Guru memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni mengoreksi karangan yang telah ditulis pada minggu lalu. Pada kegiatan ini, guru juga menjelaskan kembali tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoreksian, misalnya dalam
167
pemakain ejaan, pemakaian tanda baca, penulisan singkatan dan pemakaiannya, pemilihan kata, kejelasan isi serta penyusunan kalimatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut tentunya berkaitan dengan lima aspek penilaian yang ditonjolkan dalam sebuah karangan, yang meliputi isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, serta mekanik. Pada kegiatan tersebut siswa mendengarkan penjelasan guru dengan sangat antusias. Hal ini terlihat dari suasana kelas yang hening karena seluruh siswa memperhatikan poin-poin yang ditekankan guru dalam mengoreksi karangan. Setelah penjelasan dirasa cukup, guru membagikan karangan siswa yang telah dikumpulkan pada minggu lalu. Karangan tersebut tidak dikoreksi oleh guru, akan tetapi pada saat memanggil setiap siswa, guru memberi sedikit komentar dengan hasil karangan siswa. Misalnya guru mengomentari panjang karangan yang masih kurang, penulisannya yang kurang rapi, acak-acakan, banyak tipe-x, dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru untuk memberi penjelasan lebih konkrit dari hal-hal yang perlu dikoreksi sekaligus memberi contoh pada siswa agar nantinya saat mengoreksi karangan temannya lebih cermat. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menukarkan karangannya dengan diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan. Seluruh siswa sangat paham kemudian melakukannya atas arahan guru. Setelah itu, siswa mengoreksi karangan temannya. Pada kegiatan ini siswa terlihat sangat antusias mengoreksi, mereka terlihat semangat dapat menyalahkan kemudian membetulkan pekerjaan temannya. Ada beberapa siswa yang secara bersama-sama mengoreksi dengan saling membantu. Hal ini memang sedikit membuat gaduh karena mereka berbisik-bisik akan tetapi itu tidak mengganggu proses pembelajaran. Dengan keadaan tersebut justru siswa terlihat lebih aktif dan mampu bekerja sama dengan teman yang lain. Selain itu ada juga beberapa siswa yang bertanya kepada guru tentang kesulitannya dalam mengoreksi. Setelah koreksi selesai, guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan tersebut pada siswa yang bersangkutan. Setelah siswa menerima hasil karangannya masingmasing yang telah dikoreksi temannya,
siswa diminta mencermati kembali karangan
tersebut. Kegiatan selanjutnya, siswa diminta memperbaiki karangan yang telah dikoreksi. Karangan tersebut diperbaiki dan ditulis ulang pada lembar kertas yang masih kosong yang telah disediakan guru. Hasil karangan yang telah diperbaiki tersebut yang nantinya akan dinilai dan menjadi hasil dari siklus siklus I. Kemudian, setelah siswa selesai memperbaiki
168
karangannya, guru meminta siswa mengumpulkan karangan tersebut. Selanjutnya guru memberi penegasan kembali tentang materi yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian guru menutup pelajaran. Refleksi Bagi guru untuk direfleksi dapat dinyatakan bahwa: (1) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran maupun saat melakukan koreksi, guru hendaknya memberikan motivasi, pengarahan serta penjelasan bahwa penilaian pembelajaran tidak hanya dari hasil, akan tetapi juga dari keaktifan saat proses pembelajaran; (2) Guru perlu memperbaiki cara mengajar yang diterapkan. Hal ini perlu dilakukan untuk menjadikan siswa yang tidak memperhatikan menjadi lebih memperhatikan. Pada awalnya guru hanya menegurnya disela-sela menjelaskan materi, sebaiknya guru menegurnya dengan memberikan pertanyaan sehingga akan lebih mengena pada siswa; (3) Guru memberikan lebih banyak latihan pada siswa mengenai pembetulan kesalahan dalam koreksi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak hanya mampu menyalahkan, akan tetapi juga mampu membetulkan.; (4) Guru memberikan materi menulis karangan yang berbeda dari jenis narasi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa bosan karena beberapa pertemuan berturutturut membahas materi yang sama. Selain itu, berkaitan dengan indikator pembelajaran dalam silabus juga mencakup tiga jenis karangan yang harus dikuasai yakni narasi, deskripsi, serta eksposisi. Dengan demikian langkah ini tidak menyimpang dari silabus pembelajaran; serta (5) Untuk lebih memaksimalkan kemampuan siswa dalam mengarang, guru hendaknya lebih menegaskan kembali pokok-pokok penilaian dalam sebuah karangan. Dengan demikian nilai karangan siswa akan lebih baik atau paling tidak mencapai batas minimal ketuntasan sebesar 65. Refleksi bagi siswa dapat dinyatakan: (1) Siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran, terutama saat kegiatan koreksi teman sebaya: (2) Siswa diharapkan lebih memperhatikan dan sungguh-sungguh dalam melakukan koreksi, serta tidak melakukan aktivitas sendiri diluar kegiatan pembelajaran; dan (3) Siswa diharapkan mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri sehingga akan timbul rasa senang mengikuti pembelajaran. Motivasi yang muncul dari dalam diri siswa akan mendorong siswa untuk tidak lagi berpikir bahwa belajar adalah kewajiban melainkan kebutuhan bagi dirinya sendiri.
169
3.
Hasil Catatan Lapangan pada Siklus II Catatan Lapangan Siklus II Tempat
: Kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Hari/Tgl/Wkt
: Selasa, 10 Februari 2009 dan 17 Februari 2009 Pukul 07.45 – 09.15 Catatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya sebagai berikut: Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam setelah seluruh siswa tenang. Selanjutnya guru menanyakan siswa yang tidak masuk, mengabsen kehadiran siswa serta mengisi buku presensi siswa. Setelah itu, guru memberikan hasil refleksi karangan siswa pada siklus I. Hasil perbaikan karangan siswa yang sudah dinilai dikoreksi secara sekilas di depan kelas oleh guru. Guru memanggil siswa satu persatu, hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memperhatikan penjelasan guru. Selanjutnya, guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengarang pada siklus I. Dalam kegiatan ini guru dan siswa bertanya jawab tentang masalah-masalah yang membuat siswa kesulitan mengarang. Dari kesulitan-kesulitan yang disampaikan siswa tersebut, guru memberikan solusi atau pemecahan masalahnya. Pemberian solusi dengan menjelaskan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengarang, misalnya pemilihan kata, penyusunan kalimat, serta penulisan ejaan. Setelah refleksi dari siklus I, sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disepakati kemudian guru memberikan materi menulis karangan jenis deskripsi. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari refleksi guru dan peneliti pada siklus I bahwa siswa merasa bosan dengan materi yang sama, selain itu juga berkaitan dengan keterbatasan waktu yang diberikan untuk setiap pembahasan materi. Mengingat, dalam silabus pembelajaran Bahasa Indonesia, dihadapkan pada materi yang padat untuk waktu yang terbatas. Kegiatan selanjutnya, guru memberikan latihan pada siswa untuk mengoreksi
170
karangan yang sudah disiapkan. Latihan ini dimaksudkan agar siswa mengenali kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada karangan. Setelah itu, guru menugasi siswa untuk membuat karangan deskripsi pada lembar kertas yang sudah disediakan. Setelah seluruh siswa selesai, karangan dikumpulkan pada guru. Guru menutup pembelajaran dan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan kedua, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam kemudian mengabsen kehadiran siswa. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab atas pembelajaran yang telah dilakukan pada minggu lalu. Kemudian guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yakni koreksi teman sebaya. Pada siklus I kegiatan ini sudah pernah dilaksanakan sehingga guru hanya memberikan penegasan-penegasan kembali tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengoreksi. Setelah penjelasan dirasa cukup, guru membagikan karangan siswa yang telah dikumpulkan pada minggu lalu. Karangan tersebut diberi sedikit komentar oleh guru secara lisan sambil memanggil siswa yang bersangkutan. Misalnya guru mengomentari panjang karangan yang masih kurang, penulisannya yang kurang rapi, acak-acakan, banyak tipe-x, dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru untuk memberi penjelasan sekaligus contoh pada siswa agar nantinya saat mengoreksi karangan temannya lebih cermat. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menukarkan karangannya dengan diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan. Seluruh siswa sudah sangat paham dengan kegiatam ini karena sudah pernah dilakukan pada siklus I, kemudian siswa dengan cekatan menukarkan karangannya sesuai arahan guru. Setelah itu, siswa mengoreksi karangan temannya. Ada beberapa siswa yang secara bersama-sama mengoreksi dengan saling membantu. Dalam kegiatan koreksi pada siklus II ini siswa terlihat lebih antusias daripada saat siklus I, hal ini karena siswa sudah sangat paham dengan hal-hal yang harus dikoreksi. Setelah koreksi selesai, guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan tersebut pada siswa yang bersangkutan. Pada kegiatan tersebut siswa diminta mencermati kembali karangan yang telah dikoreksi temannya tadi kemudian diperbaiki dengan ditulis ulang pada lembar kertas yang telah disediakan guru. Kemudian guru meminta siswa
171
mengumpulkan karangan yang telah diperbaiki kemudian memberi penegasan kembali tentang materi yang telah dipelajari, setelah itu guru menutup pelajaran. Refleksi Tindakan pada siklus II dapat dinyatakan telah berhasil. Meskipun tindakan hanya terjadi sebanyak dua siklus akan tetapi seluruh indikator keberhasilan penelitian telah terpenuhi, yakni adanya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan. Selain itu, semua kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat teratasi dengan baik pada siklus II.
172
4.
Hasil Wawancara dengan Guru pada Prasiklus HASIL WAWANCARA
Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk
: Wawancara
Responden
: Guru Bahasa Indonesia kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama
: Dra. Sri Sumaryamti Pertanyaan
1. Bagaimana
Jawaban
pendapat
Ibu Pembelajaran yang saya lakukan saya pikir
tentang pembelajaran menulis sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan di yang ingin di capai yakni menulis karangan. kelas? 2. Apakah Ibu membuat skenario Untuk pembelajaran di tiap pertemuan saya pembelajarannya secara rinci hanya membuat garis besarnya saja mengenai dan detail atau hanya secara hal-hal yang akan disampaikan. garis besar saja? 3. Bagaimana metode pemberian Materi saya berikan dengan ceramah dan materi yang dilakukan Ibu di penjelasan kembali kepada siswa mengenai bagian-bagian yang penting. kelas? 4. Bagaimana
cara
memberikan latihan
contoh
dalam
Ibu Contoh saya berikan dengan memberikan serta bacaan
pembelajaran karangan
menulis di kelas?
yang
sekiranya
narasi,
dan
sesuai
dengan
latihan
dengan
pemberian tugas mengarang pada siswa sekaligus untuk dinilai.
5. Bagaimana tentang kelas?
pendapat
keaktifan
siswa
Ibu Siswa memang tidak terlalu aktif, karena di mungkin di kelas ini siswanya juga berasal dari anak-anak yang tidak diterima di sekolah negeri.
173
6. Bagaimana Ibu menilai hasil Pekerjaan siswa saya nilai sesuai hasil dari pekerjaan siswa?
karangan tersebut, biasanya meliputi isi dan ejaan. Kesimpulan dan Refleksi
Kesimpulan: Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Menurut pendapat guru pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. 2. Skenario pembelajaran dibuat hanya garis besarnya saja. 3. Materi diberikan dengan ceramah. 4. Contoh diberikan melalui bacaan,serta latihan diberikan dengan penugasan pada siswa. 5. Siswa tidak terlalu aktif dalam pembelajaran karena berasal dari siswa dengan nilai rendah di SMP nya dan tidak diterima di sekolah negeri. 6. Pekerjaan siswa dinilai guru secara individu. Refleksi: Dari kesimpulan hasil wawancara tersebut, peneliti berpendapat bahwa guru belum mampu mengupayakan kegiatan pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, kreatif,efektif, dan m. guru masih sangat dominan dalam proses pembelajaran di kelas, dan siswa cenderung pasif. Dengan demikian, proses pembelajaran ini perlu dibenahi supaya hasil yang akan dicapai nantinya juga lebih maksimal.
20 Januari 2009 Pengamat,
174
5.
Hasil Wawancara dengan Siswa pada Prasiklus
HASIL WAWANCARA Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk
: Wawancara
Responden
: Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama
: Minda Leli Maryani Pertanyaan
1.
Jawaban
Bagaimana pendapat Anda tentang Pembelajaran membosankan, apalagi saat menulis
pembelajaran
yang mengarang dan menunggu yang lain yang
dilaksanakan guru di kelas? 2.
belum selesai.
Apakah guru memberikan materi Guru memberi materi singkat dan garis secara rinci dan terstruktur?
3.
Bagaimana
metode
besarnya saja.
pemberian Guru memberi materi dengan ceramah.
materi yang dilakukan guru di kelas? 4.
Bagaimana cara guru memberikan Contoh contoh
serta
latihan
dari
bacaan
dan
dalam dibacakan oleh guru. Latihan dengan
pembelajaran menulis di kelas?
5.
diberikan
membuat karangan dan dikumpulkan.
Apakah Anda termotivasi untuk Sedikit. aktif dalam pembelajaran di kelas?
Ketika
guru
bertanya
saya
menjawab, tetapi jika tidak bertantanya saya diam saja.
6.
Bagaimana cara guru menilai hasil Dinilai biasa dengan memberi angka pada pekerjaan Anda?
karangan.
175
Kesimpulan dan Refleksi Kesimpulan: Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Siswa merasa bosan saat pembelajaran mengarang karena terlalu lama menunggu siswa yang lain yang belum selesai. 2. Guru memberi materi secara singkat. 3. Guru memberi materi dengan ceramah, yakni memberi catatan dan menjelaskan hal-hal yang penting. 4. Guru memberi contoh dari bacaan dan memberi latihan pada siswa dengan membuat karangan. 5. Siswa tidak termotivasi untuk aktif di kelas, aktif hanya ketika ditanya oleh guru saja. 6. Karangan dinilai secara individu oleh guru. Refleksi: Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa tersebut, peneliti berpendapat bahwa guru sangat dominan pada proses pembelajaran sehingga siswa tidak dapat berpartisipasi aktif mengikuti proses dan akhirnya mengalami kebosanan di dalam kelas. Dari gambaran tersebut, proses pembelajaran di kelas harus dibenahi sehingga siswa dapat ikut aktif dan tidak mengalami kebosanan.
20 Januari 2009 Pengamat,
176
HASIL WAWANCARA Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk
: Wawancara
Responden
: Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama
: Tri Susilowati Pertanyaan
Jawaban
1. Bagaimana pendapat Anda tentang Pembelajaran pembelajaran
menulis
guru
apalagi
saat
yang mengarang dan menunggu yang lain yang belum
dilaksanakan guru di kelas? 2. Apakah
membosankan,
selesai.
memberikan
materi Guru memberi materi singkat, meskipun jelas
secara rinci dan terstruktur?
tetapi hanya sedikit.
3. Bagaimana metode pemberian materi Guru memberi materi dengan ceramah dan yang dilakukan guru di kelas?
memberi catatan.
4. Bagaimana cara guru memberikan Contoh dibacakan oleh guru. Latihan dengan contoh
serta
latihan
dalam membuat
pembelajaran menulis di kelas?
karangan
dengan
kertas
yang
dibagikan dan dikumpulkan.
5. Apakah Anda termotivasi untuk aktif Tidak. Karena guru tidak menyuruh. dalam pembelajaran di kelas? 6. Bagaimana cara guru menilai hasil Menilai karangan dengan angka, tidak ada pekerjaan Anda?
pembetulah ketika ada yang salah, dan kemudian dibagikan pada pertemuan berikutnya. Kesimpulan dan Refleksi
Kesimpulan: Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk memperoleh informasi mengenai
177
proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Siswa merasa bosan saat pembelajaran mengarang karena terlalu lama menunggu siswa yang lain yang belum selesai. 2. Guru memberi materi secara singkat dan hanya sedikit. 3. Guru memberi materi dengan ceramah dan catatan. 4. Guru memberi contoh dengan membacakan bacaan dan memberi latihan pada siswa dengan membuat karangan. 5. Siswa tidak termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas. 6. Karangan dinilai secara individu oleh guru. Refleksi: Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa tersebut, peneliti berpendapat bahwa guru masih sangat dominan pada proses pembelajaran di kelas sehingga siswa tidak dapat berpartisipasi aktif mengikuti proses dan akhirnya mengalami kebosanan di dalam kelas. Dari gambaran tersebut, proses pembelajaran di kelas harus dibenahi sehingga siswa dapat ikut aktif dan tidak mengalami kebosanan.
20 Januari 2009 Pengamat,
178
6.
Hasil wawancara dengan Siswa pada Siklus I HASIL WAWANCARA
Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk
: Wawancara
Responden
: Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama
: Nanik Listyaningrum Pertanyaan
1. Bagaimana
pendapat
pembelajaran
Jawaban Anda
menulis
dilaksanakan guru di kelas?
tentang Pembelajaran lebih menyenangkan daripada yang pertemuan sebelumnya karena guru tidak hanya ceramah tapi juga memberi fotokopian materi sehingga lebih jelas. Akan tetapi saya juga merasa bosan karena tiga kali pertemuan materinya sama, yakni menulis narasi.
2. Apakah guru memberikan materi secara Guru rinci dan terstruktur?
memberi
materi
singkat,
kemudian
ditambah dengan materi dari fotokopian.
3. Bagaimana metode pemberian materi Guru memberi materi dengan ceramah, memberi yang dilakukan guru di kelas? 4. Bagaimana
cara
guru
catatan, serta memberi fotokopian.
memberikan Contoh dibacakan oleh guru. Latihan dengan
contoh serta latihan dalam pembelajaran membuat menulis di kelas?
karangan
dengan
kertas
yang
dibagikan dan dikumpulkan, kemudian dikoreksi pada pertemuan selanjutnya.
5. Apakah Anda termotivasi untuk aktif Sedikit aktif. Karena terkadang malu untuk dalam pembelajaran di kelas?
bertanya. kesalahan.
Misalnya
saat
karangan
banyak
179
6. Bagaimana cara guru menilai hasil Karangan yang dinilai adalah hasil perbaikan pekerjaan Anda?
setelah dikoreksi antar teman. Saya sangat senang karena setelah diperbaiki nilainya lebih baik. Kesimpulan dan Refleksi
Kesimpulan: Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Guru sudah berusaha menerapkan teknik koreksi teman sebaya. 2. Siswa masih merasa malu jika bertanya dengan guru. 3. Secara proses, kualitas pembelajaran belum maksimal. 4. Siswa merasa bosan dengan materi yang sama selama tiga minggu berturut-turut. Refleksi: Bagi guru untuk direfleksi dapat dinyatakan bahwa: (1) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran maupun saat melakukan koreksi, guru hendaknya memberikan motivasi, pengarahan serta penjelasan bahwa penilaian pembelajaran tidak hanya dari hasil, akan tetapi juga dari keaktifan saat proses pembelajaran; (2) Guru memberikan materi menulis karangan yang berbeda dari jenis narasi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa bosan karena beberapa pertemuan berturut-turut membahas materi yang sama. Selain itu, berkaitan dengan indikator pembelajaran dalam silabus juga mencakup tiga jenis karangan yang harus dikuasai yakni narasi, deskripsi, serta eksposisi. Dengan demikian langkah ini tidak menyimpang dari silabus pembelajaran; Refleksi bagi siswa dapat dinyatakan: (1) Siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran, terutama saat kegiatan koreksi teman sebaya: (2) Siswa diharapkan mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri sehingga akan timbul rasa senang mengikuti pembelajaran. Motivasi yang muncul dari dalam diri siswa akan mendorong siswa untuk tidak lagi berpikir bahwa belajar adalah kewajiban melainkan kebutuhan bagi dirinya sendiri.
3 Februari 2009 Pengamat,
180
7.
Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus II HASIL WAWANCARA
Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk
: Wawancara
Responden
: Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama
: Minda Leli Maryani Pertanyaan
1. Bagaimana
Jawaban
pendapat Anda
pembelajaran
menulis
dilaksanakan guru di kelas?
tentang Pembelajaran lebih menyenangkan daripada yang pertemuan
sebelumnya.
membangkitkan
semangat
Guru
lebih
saya
karena
selalu memperhatikan kesalahan-kesalahan pada karangan. 2. Apakah guru memberikan materi secara Guru memberikan materi yang berbeda dari rinci dan terstruktur?
minggu lalu, yakni menulis deskripsi. Guru memberi ceramah dan mencatatkan materi. Materi yang diberikan mudah dipahami.
3. Bagaimana metode pemberian materi Guru memberi materi dengan ceramah dan yang dilakukan guru di kelas? 4. Bagaimana
cara
guru
memberi catatan.
memberikan Siswa diberi contoh dari guru, selain itu
contoh serta latihan dalam pembelajaran juga diminta mencari contoh kesalahan dari menulis di kelas?
karangan minggu lalu.
5. Apakah Anda termotivasi untuk aktif Saya lebih termotivasi dengan sikap guru dalam pembelajaran di kelas?
yang memperhatikan karangan satu persatu. Dengan kesalahan yang dibacakan di depan kelas kami merasa malu sehingga berusaha untuk tidak berbuat salah lagi.
181
6. Bagaimana cara guru menilai hasil Karangan pekerjaan Anda?
dinilai
oleh
guru
dengan
bebereapa aspek. Penilaian itu pun setelah kami memperbaiki karangan yang salah sebelumnya,
sehingga
kami
dapat
memperbaiki kesalahan dan nilai menjadi lebih baik. Kesimpulan dan Refleksi Kesimpulan: Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Guru mampu menerapkan teknik koreksi teman sebaya dengan baik. 2. Guru mampu membangkitkan semangan dan motivasi siswa dalam mengarang. 3. Guru telah memberikan materi menulis yang berbeda sehingga siswa tidak merasa bosan. Refleksi: Tindakan pada siklus II sudah memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya. Kekurangan pada siklus I dapat diatasi pada siklus II dan seluruh indikaror keberhasilan penelitian dapat tercapai, yakni baik secara proses maupun hasil. 20 Januari 2009 Pengamat,
182
8.
Hasil Penilaian Proses pada Prasiklus Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus Nilai
No
Nama Siswa
A
B
C
Total
Kriteria
1
Amin Suryaningsih
1
2
1
4
sedang
2
Apriska KaruniaAmanda
2
3
2
7
cukup
3
Astri Nur Afni
2
2
2
6
sedang
4
Ayu Saputri
3
2
2
7
cukup
5
Desbi Ariyanti
2
3
2
7
cukup
6
Sri Suryaningsih
1
2
2
5
sedang
7
Dyah Intan Salfri Aminah
2
2
2
6
sedang
8
Fifi Arum Sari
1
2
1
4
sedang
9
Iin Purwanti
2
2
2
6
sedang
10
Lestari Widyastuti
2
2
3
7
cukup
11
Marina Is Indriyati
2
2
2
6
sedang
12
Minda Leli Maryani
4
3
3
10
baik
13
Nanik Listyaningrum
4
3
3
10
baik
14
Okky Dwi Susanti
2
2
2
6
sedang
15
Ovi Ayatin
2
2
2
6
sedang
16
Ria Winarni
2
2
3
7
cukup
17
Rika Puspitaningrum
2
2
3
7
cukup
18
Rika Rahmawati
2
2
2
6
sedang
19
Saputri Nana Maryana
1
2
1
4
sedang
20
Taat Indri Astuti
1
2
2
5
sedang
21
Tri Susilowati
1
1
2
4
sedang
22
Wahyu Tri Mulyani
2
2
2
6
sedang
1.95
2.14
2.09
6.18
Rata-rata
183
9.
Hasil Penilaian Proses pada Siklus I Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I Nilai No
Nama Siswa
A
B
C
Total
Kriteria
1
Amin Suryaningsih
2
2
2
6
sedang
2
Apriska KaruniaAmanda
3
3
3
9
cukup
3
Astri Nur Afni
3
3
3
9
cukup
4
Ayu Saputri
3
3
4
10
baik
5
Desbi Ariyanti
3
3
3
9
cukup
6
Sri Suryaningsih
3
4
4
11
baik
7
Dyah Intan Salfri Aminah
3
2
2
7
sedang
8
Fifi Arum Sari
3
3
3
9
cukup
9
Iin Purwanti
2
2
2
6
sedang
10
Lestari Widyastuti
3
3
3
9
cukup
11
Marina Is Indriyati
3
4
4
11
baik
12
Minda Leli Maryani
4
4
4
12
baik
13
Nanik Listyaningrum
4
4
4
12
baik
14
Okky Dwi Susanti
3
3
3
9
cukup
15
Ovi Ayatin
3
3
3
9
cukup
16
Ria Winarni
3
3
3
9
cukup
17
Rika Puspitaningrum
3
3
3
9
cukup
18
Rika Rahmawati
4
3
3
10
baik
19
Saputri Nana Maryana
3
3
3
9
cukup
20
Taat Indri Astuti
3
4
4
11
baik
21
Tri Susilowati
3
3
3
9
cukup
22
Wahyu Tri Mulyani
3
3
3
9
cukup
3.05
3.09
3.14
9.27
Rata-rata
184
10. Hasil Penilaian Proses pada Siklus II Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II Nilai No
Nama Siswa
A
B
C
Total
Kriteria
1
Amin Suryaningsih
4
4
3
11
baik
2
Apriska KaruniaAmanda
4
4
4
12
baik
3
Astri Nur Afni
4
4
4
12
baik
4
Ayu Saputri
4
4
4
12
baik
5
Desbi Ariyanti
3
5
3
11
baik
6
Sri Suryaningsih
4
5
5
14
sangat baik
7
Dyah Intan Salfri Aminah
4
4
4
12
baik
8
Fifi Arum Sari
4
4
4
12
baik
9
Iin Purwanti
4
4
4
12
baik
10
Lestari Widyastuti
4
4
4
12
baik
11
Marina Is Indriyati
5
4
5
14
sangat baik
12
Minda Leli Maryani
5
5
5
15
sangat baik
13
Nanik Listyaningrum
4
5
5
14
sangat baik
14
Okky Dwi Susanti
3
4
4
11
baik
15
Ovi Ayatin
4
4
4
12
baik
16
Ria Winarni
4
4
4
12
baik
17
Rika Puspitaningrum
4
5
5
14
sangat baik
18
Rika Rahmawati
4
5
5
14
sangat baik
19
Saputri Nana Maryana
4
4
4
12
baik
20
Taat Indri Astuti
4
5
5
14
sangat baik
21
Tri Susilowati
4
4
3
11
baik
22
Wahyu Tri Mulyani
4
4
3
11
baik
4
4.32
4.14
12.5
Rata-rata
185
11. Hasil Penilaian Karangan Siswa pada Prasiklus Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus No
Nama
Skor Isi
Organi
Kosa
Struk-
-sasi isi
kata
tur
ejaan
Total
kalimat
1
Amin Suryaningsih
18
11
12
11
3
55
2
Apriska KaruniaAmanda
18
14
12
12
3
60
3
Astri Nur Afni
20
11
11
12
3
58
4
Ayu Saputri
21
14
13
12
3
63
5.
Desbi Ariyanti
21
13
12
13
3
62
6
Sri Suryaningsih
18
11
11
11
3
55
7
Dyah Intan Salfri Aminah
20
13
11
12
3
59
8
Fifi Arum Sari
18
11
11
11
3
54
9
Iin Purwanti
18
11
12
12
4
57
10
Lestari Widyastuti
21
13
14
13
3
64
11
Marina Is Indriyati
18
13
11
12
4
58
12
Minda Leli Maryani
22
14
11
16
4
67
13
Nanik Listyaningrum
22
15
12
14
4
67
14
Okky Dwi Susanti
18
12
11
12
3
56
15
Ovi Ayatin
17
11
11
11
3
53
16
Ria Winarni
21
13
11
13
3
62
17
Rika Puspitaningrum
21
13
13
16
4
67
18
Rika Rahmawati
18
12
12
12
3
57
19
Saputri Nana Maryana
17
14
11
12
3
57
20
Taat Indri Astuti
18
13
12
13
3
59
21
Tri Susilowati
17
11
11
12
3
54
22
Wahyu Tri Mulyani
18
11
11
12
3
55
Nilai rata-rata
19,09
12,5
11,68
12,45
3,31
59,04
186
12. Hasil Penilaian Karangan Siswa pada Siklus I Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I No
Nama
Skor Isi
Organi
Kosa
Struk-
-sasi isi
kata
tur
Ejaan
Total
kalimat
1
Amin Suryaningsih
18
13
13
13
4
61
2
Apriska KaruniaAmanda
21
15
15
14
4
69
3
Astri Nur Afni
22
15
15
13
4
69
4
Ayu Saputri
21
15
14
15
4
69
5.
Desbi Ariyanti
19
14
14
13
3
63
6
Sri Suryaningsih
23
14
15
16
4
72
7
Dyah Intan Salfri Aminah
18
14
14
14
3
63
8
Fifi Arum Sari
18
14
14
13
3
62
9
Iin Purwanti
18
13
13
13
3
60
10
Lestari Widyastuti
21
15
15
14
4
69
11
Marina Is Indriyati
23
15
15
15
4
72
12
Minda Leli Maryani
23
15
15
16
4
73
13
Nanik Listyaningrum
22
16
16
15
4
73
14
Okky Dwi Susanti
18
14
14
14
4
64
15
Ovi Ayatin
17
14
13
13
4
61
16
Ria Winarni
22
13
13
13
3
64
17
Rika Puspitaningrum
22
16
16
16
4
74
18
Rika Rahmawati
21
13
13
18
4
74
19
Saputri Nana Maryana
18
15
15
14
4
66
20
Taat Indri Astuti
21
15
15
19
4
74
21
Tri Susilowati
19
14
14
14
3
64
22
Wahyu Tri Mulyani
20
14
14
13
4
65
Nilai rata-rata
20,22
14,41
14,36
14,50
3,72
67,31
187
13. Hasil Penilaian Karangan Siswa pada Siklus II Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II No
Nama
Skor Isi
Organi
Kosa
Struk-
-sasi isi
kata
tur
ejaan
Total
kalimat
1
Amin Suryaningsih
22
14
14
17
4
71
2
Apriska KaruniaAmanda
24
16
16
17
4
77
3
Astri Nur Afni
22
15
15
17
4
73
4
Ayu Saputri
23
17
16
19
4
79
5.
Desbi Ariyanti
20
15
15
17
4
71
6
Sri Suryaningsih
25
15
16
20
4
80
7
Dyah Intan Salfri Aminah
22
16
15
17
4
74
8
Fifi Arum Sari
24
16
16
17
4
77
9
Iin Purwanti
23
14
14
17
4
72
10
Lestari Widyastuti
23
16
16
18
4
77
11
Marina Is Indriyati
22
16
16
20
4
78
12
Minda Leli Maryani
25
17
17
20
4
83
13
Nanik Listyaningrum
23
16
16
19
4
78
14
Okky Dwi Susanti
20
15
15
18
4
72
15
Ovi Ayatin
21
15
14
18
4
71
16
Ria Winarni
20
14
14
18
4
70
17
Rika Puspitaningrum
21
16
17
20
4
78
18
Rika Rahmawati
23
16
15
17
4
75
19
Saputri Nana Maryana
19
16
16
18
4
73
20
Taat Indri Astuti
22
16
16
20
4
78
21
Tri Susilowati
22
15
15
17
4
73
22
Wahyu Tri Mulyani
22
15
15
17
4
73
Nilai rata-rata
22,04
15,50
15,40
18,05
4,00
75,13
188
14. Contoh Karangan Siswa pada Prasiklus
189
190
191
15. Contoh Karangan Siswa pada Siklus I
192
193
194
16. Contoh Karangan Siswa pada Siklus II
195
196
197
Lampiran 4. Dokumentasi Pelaksanaan Tindakan 1. Dokumentasi pembelajaran prasiklus
Suasana kelas saat guru memberikan materi pembelajaran, ada yang mencatat, ada yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri
Aktivitas siswa saat diminta menulis karangan, sebagian terlihat malas dan hanya mengobrol dengan teman-temannya.
198
2. Dokumentasi pembelajaran siklus I
Suasana kelas saat siswa mengoreksi karangan temannya
Suasana kelas saat siswa mengembalikan karangan yang telah dikoreksi
199
3. Dokumentasi pembelajaran siklus II
Gambaran dua orang siswa yang saling membantu dalam mengoreksi hasil karangan
Suasana kelas saat siswa mengembalikan karangan temannya
200
Lampiran 5: Surat Perizinan
201
202
203
204
205