PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT DIPADU DENGAN STAD PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-MIPA 2 SMA NEGERI 1 TUMPANG Oleh Serly Frida Silvia Rizki Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang E-mail:
[email protected] Pembimbing: (I) Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd, Pembimbing (II) Dr. Murni Saptasari, M.Si Abstract: Based on observations in SMA Negeri 1 Tumpang dated October 7 to November 16 in 2013 showed that the Biology of learning in class X-MIPA 2 only uses the lecture method. Students are less involved in learning activities, so that students' motivation and learning outcomes is low and needs to be improved. Efforts to increase motivation and learning outcomes Biology class X-MIPA 2 by implementing cooperative learning NHT combined with STAD. This study used classroom action research conducted in two cycles. The results showed that the application of cooperative learning NHT combined with STAD can: 1) increase students motivation is based on a questionnaire of 26,88%; 2) improve student learning outcomes classically by 11,11%. Keyword: Numbered Heads Together, Student Teams Achievement Divisions, Motivation, Learning Outcome. Abstrak: Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 1 Tumpang tanggal 07 Oktober-16 November tahun 2013 menunjukkan bahwa pembelajaran Biologi di kelas X-MIPA 2 hanya menggunakan metode ceramah. Siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa rendah dan perlu ditingkatkan. Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi siswa kelas X-MIPA 2 dengan menerapkan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dapat: 1) meningkatkan motivasi belajar siswa berdasarkan angket sebesar 26,88%; 2) meningkatkan hasil belajar siswa secara klasikal sebesar 11,11%. Kata Kunci: Numbered Heads Together, Student Teams Achievement Divisions, Motivasi, Hasil Belajar.
Pembelajaran Biologi dapat memperoleh hasil yang baik jika melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Keadaan siswa yang tidak aktif saat proses pembelajaran menyebabkan siswa hanya menghafal konsep yang ada tanpa disertai pemahaman secara mendalam. Guru yang hanya memberikan ceramah saat proses pembelajaran dapat membuat siswa kurang termotivasi untuk belajar dan menganggap Biologi sebagai Pelajaran yang membosankan. Motivasi belajar sangat penting bagi siswa karena motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar akan cenderung malas dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran. Siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar tidak akan berusaha mencari tahu lebih banyak tentang konsep materi yang dipelajarinya. Pada proses belajar mengajar perlu adanya pemilihan model 1
2
pembelajaran yang sesuai sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar dan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri tanpa bergantung kepada guru (Setjo, 2004). Siswa yang memiliki motivasi rendah saat proses pembelajaran akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Kenyataan yang didapatkan dari hasil observasi selama kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) pada tanggal 07 Oktober - 16 November tahun 2013 di SMA Negeri 1 Tumpang kelas X-MIPA 2 menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah. Rendahnya motivasi belajar siswa ini dapat diamati ketika siswa mengikuti pelajaran Biologi. Motivasi belajar siswa yang diamati kemudian dikaitkan dengan empat aspek motivasi berdasarkan Keller (2010) yaitu attention (perhatian), relevance (keterkaitan), confidence (percaya diri) dan satisfaction (kepuasan). Berdasarkan aspek perhatian, siswa terlihat kurang memperhatikan pelajaran, contohnya terdapat siswa yang sibuk berbicara dengan teman sebangkunya dan mengerjakan tugas pelajaran lain saat pelajaran Biologi berlangsung. Pada aspek keterkaitan, siswa terlihat belum dapat memahami apa yang dipelajari dalam pembelajaran, contohnya ketika diberikan pertanyaan hanya sedikit siswa yang dapat menjawab. Pada aspek percaya diri, siswa terlihat kurang percaya diri dalam memahami pelajaran, contohnya hanya sedikit siswa yang bertanya materi yang belum dipahami kepada guru. Pada aspek kepuasan, siswa terlihat kurang puas dalam mengikuti pelajaran, contohnya saat pelaksanaan diskusi kelompok hanya beberapa siswa yang aktif berkerja sedangkan yang lainnya membicarakan topik diluar materi pelajaran dan bergurau dengan anggota kelompok lainnya. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar kognitif dapat memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan minimal untuk ilmu pengetahuan Biologi di SMA Negeri 1 Tumpang sebesar 75, namun kenyataan hasil belajar Biologi materi Ruang Lingkup Biologi di kelas XMIPA 2 SMA Negeri 1 Tumpang menunjukkan bahwa 16 siswa dari 36 siswa dalam satu kelas memiliki nilai kurang dari KKM, atau sebanyak 55,56% siswa tuntas dan sebanyak 44,44% siswa yang tidak tuntas. Ketuntasan belajar siswa yang rendah diakibatkan dari kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ketuntasan hasil belajar Biologi di kelas X-MIPA 2 SMA Negeri 1 Tumpang diperlukan cara pembelajaran di dalam kelas yang lebih baik agar siswa mampu memahami konsep Biologi. Kreativitas guru diperlukan dalam menerapkan model pembelajaran yang bersifat kooperatif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran yang bersifat kooperatif mampu mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan terlibat aktif serta memiliki usaha yang besar untuk berprestasi di bidang akademik. Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model dalam strategi pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif ini memiliki langkah yang mengharuskan siswa untuk melakukan diskusi bersama teman dalam satu kelompok untuk menyelesaikan tugas. Siswa akan dilatih untuk berinteraksi dan bertukar pendapat dengan teman dalam satu kelompok. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif STAD yakni mengubah kebiasaan siswa dari kegiatan pembelajaran berpusat pada guru
3
(teacher centered) ke kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Kegiatan akhir pada pembelajaran kooperatif STAD terdapat tahapan memberikan reward atau hadiah kepada kelompok terbaik dan kepada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Pemberian reward dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penerapan pembelajaran kooperatif STAD cukup melibatkan siswa untuk berinteraksi dengan kelompok lainnya, namun model lainnya diperlukan sebagai pelengkap agar siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, untuk melengkapinya dapat ditambahkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT). Pembelajaran kooperatif NHT terdiri dari empat langkah yaitu: 1) Numbered; 2) Questioning; 3) Head Together; dan 4) Answering. Pada langkah Answering terdapat tanya jawab yang dilakukan oleh guru kepada masing-masing anggota kelompok. Melalui tahapan tanya jawab siswa akan memiliki tanggung jawab secara individu untuk belajar lebih giat dan turut aktif dalam kegiatan diskusi dengan siswa dalam kelompok atau kelompok lainnya. Menurut Ibrahim (2000) model pembelajaran NHT merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural dengan menekankan pada struktur khusus untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Tujuan tersebut dimaksudkan agar siswa bekerja saling bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif, sehingga akan meningkatkan sikap sosial siswa. Solusi untuk lebih meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XMIPA 2 SMA Negeri 1 Tumpang dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dipadu dengan Student Teams Achievement Divisions (STAD). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nawangsari (2013) membuktikan bahwa penerapan model STAD dipadu NHT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Laboratorium UM. Penelitian yang dilakukan oleh Mahardini (2010) membuktikan bahwa NHT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Laboratorium UM. Penelitian yang dilakukan Evi (2010) membuktikan bahwa STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII G SMPN 18 Malang. METODE Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini mengadopsi model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini terdiri atas dua siklus, tiap siklus terdiri atas enam kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik angket, soal tes dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang terdiri atas paparan data, pembahasan, dan penarikan kesimpulan. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain: (1) angket motivasi belajar siswa yang disusun mengacu pada empat aspek yakni attention, relevance, confidence dan satisfaction; (2) soal tes akhir siklus beserta rubric jawaban; dan (3) lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD beserta catatan lapangan. Data diperoleh dari teknik angket, soal tes dan observasi. Data hasil belajar kognitif dianggap tuntas apabila sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah yaitu dengan Kriteria Ketuntasan Klasikal (KKK) sebesar 85% dan Kriteria Ketuntasan
4
Minimal (KKM) sebesar 75. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikatakan berhasil apabila ada peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. HASIL Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar siswa selama kegiatan pembelajaran diketahui dari hasil angket yang diisi oleh siswa pada awal sebelum pelaksanaan tindakan dan akhir setelah pelaksanaan tindakan. Berdasarkan analisis data, terjadi peningkatan motivasi belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan dilakukan. Peningkatan skor motivasi pada awal sebelum tindakan ke akhir setelah tindakan sebesar 26,88%. Peningkatan motivasi belajar siswa dari awal sebelum dilakukan tindakan ke akhir setelah dilakukan tindakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa secara Klasikal Aspek IMk1 (%) Kriteria IMk2 (%) Motivasi Attention 42,18 Kurang 76,56 Relevance 67,28 Baik 81,71 Confidence 35,64 Sangat Kurang 72,92 Satisfaction 60,07 Cukup 81,48 Rata-Rata 51,29 Kurang 78,17 Keterangan: IMk1 = indikator motivasi klasikal sebelum tindakan IMk2 = indikator motivasi klasikal setelah tindakan
Kriteria Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik
Peningkatan (%) 34,38 14,43 37,28 21,41 26,88
Hasil Belajar Siswa Peningkatan motivasi belajar siswa diikuti dengan peningkatan skor hasil belajar kognitif siswa. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan ratarata hasil belajar kognitif siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 6,59. Pada siklus II ketuntasan belajar kognitif siswa secara klasikal sebesar 94,44% menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa secara klasikal sudah tuntas. Peningkatan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dari siklus I ke siklus II sebesar 11,11%. Peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif secara Klasikal Persentase Klasikal Hasil Belajar Kognitif (%) Siklus I Siklus II 83,33 94,44
Peningkatan (%) 11,11
Keterlaksanaan Pembelajaran Data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II tampak bahwa keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan. Rata-rata skor keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I sebesar 96,67% meningkat menjadi 100% pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 3,33%. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dapat dilihat pada Tabel 3.
5 Tabel 3. Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif NHT Dipadu dengan STAD Keterlaksanaan Tindakan(%) Peningkatan (%) Siklus I Siklus II 96,67 100 3,33
Keberhasilan Tindakan Penerapan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dinyatakan berhasil karena dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar sebelum dilakukan tindakan ke akhir setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan sebesar 26,88%, sedangkan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,11%. PEMBAHASAN Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT Dipadu dengan STAD dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari awal sebelum tindakan ke akhir setelah tindakan. Motivasi siswa pada awal sebelum tindakan secara klasikal yaitu sebesar 51,29% dengan kriteria kurang. Motivasi belajar siswa meningkat pada akhir setelah tindakan sebesar 78,17% dengan kriteria baik. Peningkatan motivasi belajar siswa memiliki selisih sebesar 26,88% setelah adanya penerapan pembelajaran kooperatif model NHT dipadu dengan STAD. Berdasarkan analisis angket motivasi belajar siswa aspek attention mengalami peningkatan dari sebelum diberikan tindakan sebesar 42,18% menjadi 76,56% setelah tindakan atau mengalami peningkatan sebesar 34,38%. Peningkatan attention siswa disebabkan oleh penggunaan media dalam pembelajaran. Guru menyediakan berbagai media realia sebagai bahan amatan yang akan diamati oleh siswa selama kegiatan praktikum. Penggunaan media realia sebagai bahan amatan akan meningkatkan attention siswa, karena pada saat pengamatan dibutuhkan ketelitian dan perhatian penuh agar didapatkan hasil yang optimal. Daud & Fausan (2011) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran akan memungkinkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan lebih optimal, sehingga materi pelajaran Biologi dapat lebih dipahami oleh siswa yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajarnya. Usaha guru dalam meingkatkan perhatian siswa adalah guru selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari pada kegiatan awal pembelajaran. Pertanyaan yang disampaikan oleh guru akan memicu rasa ingin tahu siswa sehingga siswa akan memusatkan perhatian pada materi pelajaran. Keller (2010) juga menyatakan bahwa pehatian siswa muncul didorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu yang dimiliki siswa ini perlu mendapat rangsangan sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama berlangsungnya pembelajaran, bahkan lebih lama lagi. Berdasarkan analisis angket motivasi belajar siswa aspek relevance mengalami peningkatan dari sebelum diberikan tindakan sebesar 67,28% menjadi 81,71% setelah tindakan atau mengalami peningkatan sebesar 14,43%. Peningkatan aspek relevance terjadi karena materi pembelajaran yang dipelajari oleh siswa berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Ersanto
6
(2013) siswa merasa materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya akan lebih mudah untuk dipelajari. Sesuai dengan pendapat Jhonson & Jhonson (1991) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran dan membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Berdasarkan angket motivasi belajar siswa aspek confidence mengalami peningkatan dari sebelum diberikan tindakan sebesar 35,64% menjadi 72,92% setelah tindakan atau mengalami peningkatan sebesar 37,28%. Peningkatan aspek confidence terjadi karena dalam setiap pertemuan, guru selalu memberi tugas siswa untuk berdiskusi sehingga siswa selalu belajar untuk berani mengungkapkan pertanyaan maupun pendapat saat berdiskusi kelompok. Tahap answering juga dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa karena siswa harus menjawab pertanyaan lisan agar mendapat penghargaan sebagai individu terbaik. Lie (2005) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif antar siswa dalam kelompok yang saling bergantung untuk mencapai penghargaan bersama. Saling ketergantungan antar anggota kelompok dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa karena siswa merasa dirinya memiliki kemampuan yang sama dengan teman sekelompoknya. Berdasarkan angket motivasi belajar siswa aspek satisfaction mengalami peningkatan dari sebelum diberikan tindakan sebesar 60,07% menjadi 81,48% setelah tindakan atau mengalami peningkatan sebesar 21,41%. Adanya pemberian penghargaan bagi individu maupun kelompok terbaik dalam sintaks model yang diterapkan oleh guru dapat meningkatkan kepuasan siswa. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa imbalan (penghargaan) yang diberikan akan mempengaruhi kepuasan belajar, dan setiap kepuasan yang ditimbulkan dari imbalan (penghargaan) akan berpengaruh kepada besar kecilnya motivasi. Peningkatan motivasi belajar siswa pada penelitian ini didukung oleh beberapa hasil penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan Evi (2010) membuktikan bahwa STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII G SMPN 18 Malang. Penelitian yang dilakukan oleh Mahardini (2010) membuktikan bahwa penerapan model NHT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Laboratorium UM, dan penelitian yang dilakukan Nawangsari (2013) membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dipadu NHT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Laboratorium UM. Penerapan Pembelajaran Kooperatif NHT Dipadu dengan STAD dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar mengajar. Slameto (2010) menjelaskan hasil belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat kontinyu dan fungsional setelah mengalami pelatihan dan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran. Sudjana (2012) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini hanya ditinjau dari ranah kognitif sesuai dengan tujuan penelitian.
7
Hasil belajar kognitif diukur menggunakan tes yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Siswa dianggap tuntas belajar jika memperoleh nilai ≥ 75. Ketuntasan klasikal yakni siswa dianggap tuntas belajar bila jumlah siswa yang tuntas mencapai 85% dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 83,33%, sedangkan berdasarkan hasil tes akhir siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 94,44% atau terjadi peningkatan sebesar 11,11%. Pada langkah pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD, tahap diskusi kelompok dipadukan dengan tahap berpikir bersama (heads together) karena keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu bekerja sama dalam kelompok yang heterogen untuk memecahkan masalah atau pertanyaan dari guru. Slavin (2005) menjelaskan tahap kerja kelompok berfungsi untuk memastikan agar semua anggota tim benar-benar belajar, dan untuk memastikan anggotanya agar bisa mengerjakan kuis dengan baik. Pada tahap ini siswa saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dari guru dengan cara memecahkan masalah bersamasama. Astrawan (2003) menyatakan bahwa STAD memberikan pengalaman langsung kepada siswa dan dengan pengalaman itu pemahaman siswa akan lebih kuat dan mendalam terhadap materi yang dipelajari. Siswa mampu membangun sendiri pengetahuannya (konstruktivis) dengan pengalaman belajar langsung, dan pengetahuan yang dibangun sendiri tersebut akan melekat lama dalam ingatan atau pikiran siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD selain memberikan pengalaman langsung juga merupakan model pembelajaran yang bersifat student center (berpusat pada siswa). Nurhadi dan Senduk (2009) menjelaskan pada tahap berpikir bersama (heads together) semua siswa saling meyakinkan jawaban agar tiap anggota dalam kelompok dapat memahami jawaban yang telah didiskusikan. Guru menyediakan pengalaman belajar yang dirancang dalam bentuk belajar kelompok yang membantu peserta didik dalam memahami materi dan membangun pengetahuannya sendiri. Akibatnya, siswa lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Laundgren yang dikutip oleh Ibrahim (2000) bahwa manfaat dari pembelajaran NHT dapat membuat pemahaman peserta didik menjadi lebih dalam. Anggota kelompok saling berbagi ide atau pendapat melalui diskusi dalam pembelajaran kooperatif. Tahap diskusi kelompok dan berpikir bersama (heads together) pada langkah pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD maka akan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam belajar Biologi. Tahapan lainnya yang dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa adalah pemberian pertanyaan individu secara lisan/kuis. Kuis pada langkah STAD digabungkan dengan langkah pemberian jawaban (answering) pada NHT. Astrawan (2003) menyatakan bahwa beberapa hal yang menyengkan dan menarik bagi anak adalah tantangan (berupa kuis individu). Kuis yang dialami siswa dalam pembelajaran berfungsi sebagai tujuan untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajarinya sebelum siswa mengikuti evaluasi. Pada pembelajaran NHT adanya tahap pemanggilan nomor pada tahap pemberian jawaban (answering) yang dilakukan secara acak menjadikan setiap anggota kelompok selalu siap dalam pemahaman dan terlibat secara total dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000) bahwa NHT merupakan variasi kelompok dimana guru hanya menunjuk seorang anggota
8
kelompok tanpa memberi tahu terlebih dahulu, sehingga dapat menjamin keterlibatan dan pemahaman semua siswa. Tahap kuis juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Tahap kuis dengan pemanggilan nomor kepala secara acak juga dapat memudahkan guru dalam pengecekan pemahaman siswa. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Setianingrum dan Sunarti (2013) dengan pemanggilan nomor kepala secara acak maka akan membuat siswa mempersiapkan materi yang diberikan dan juga memudahkan guru dalam pengecekan pemahaman pada setiap siswa, sehingga meskipun proses pembelajaran telah berlalu namun pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran akan tetap bermakna dan menimbulkan memori yang baik. Perpaduan antara tahap kuis dan pemberian jawaban (answering) akan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam belajar Biologi. Pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD juga terdapat unsur persaingan, dengan adanya persaingan siswa akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajarnya. Unsur persaingan dalam penelitian ini diperkuat dengan adanya pemberian penghargaan kepada individu dan kelompok terbaik, sehingga siswa akan berusaha untuk memahami materi secara mendalam agar mendapatkan penghargaan dari guru. Sanjaya (2008) menyatakan bahwa melalui persaingan siswa akan berusaha dan belajar dengan sungguhsungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Adanya penghargaan juga dapat membuat siswa merasa senang belajar karena siswa mendapat pengakuan atas hasil belajar yang dicapai. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Astrawan (2003), untuk mendapatkan penghargaan maka siswa harus benar-benar belajar dalam kelompoknya dalam mendiskusikan masalah atau menjawab pertanyaan dari guru. Peningkatan hasil belajar siswa juga dikarenakan meningkatnya motivasi belajar siswa. Sesuai dengan pernyataan Sanjaya (2008) yang menyatakan bahwa keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung memiliki prestasi yang tinggi, sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah, prestasi belajarnya juga akan rendah. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-MIPA 2 SMA Negeri 1 Tumpang. Slavin (2005) menyatakan bahwa beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pendapat tersebut diperkuat oleh Arends (2004) dalam Zubaidah (2006) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya pada tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, mengembangkan penerimaan terhadap keberagaman, dan mengembangkan keterampilan sosial. Hasil penelitian yang telah dilakukan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Evi (2010) membuktikan bahwa STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII G SMPN 18 Malang. Penelitian yang dilakukan oleh Mahardini (2010) membuktikan bahwa penerapan model NHT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Laboratorium UM, dan penelitian yang dilakukan Nawangsari (2013)
9
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dipadu NHT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Laboratorium UM. Berdasarkan kurikulum 2013, terdapat 4 kompetensi inti yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Kompetensi inti tersebut adalah: 1) kompetensi inti sikap spiritual; 2) kompetensi inti sikap sosial; 3) kompetensi inti pengetahuan, dan 4) kompetensi inti keterampilan. Penerapan model NHT dipadu dengan STAD dapat meningkatkan seluruh kompetensi inti tersebut. Sikap spiritual siswa dapat terbentuk ketika kegiatan pengamatan, siswa mengagumi berbagai ciptaan Tuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sikap sosial siswa dapat terbentuk ketika kegiatan diskusi kelompok, siswa akan memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Pengetahuan dan keterampilan siswa didapatkan melalui tugas yang diberikan guru maupun soal tes. Pengetahuan dan keterampilan siswa dalam penelitian ini merupakan hasil belajar kognitif yang diukur menggunakan soal tes akhir siklus beserta rubrik jawaban. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran terhadap KI 1 dan 2 yaitu sikap spiritual dan sikap sosial siswa, meskipun sebenarnya penerapan model NHT dipadu dengan STAD dapat meningkatkan kedua KI tersebut. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran secara tidak langsung juga akan meningkatkan sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Oleh sebab itu, sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya model NHT dipadu dengan STAD diterapkan untuk mengukur KI 1, 2, 3 dan 4 yaitu kompetensi inti sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan siswa, sehingga seluruh kompetensi inti dapat dikembangkan dalam pembelajaran. KESIMPULAN Implementasi pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) presentasi kelas; 2) pembentukan kelompok; 3) penomoran (numbering); 4) pemberian tugas kelompok; 5) penyelesaian tugas melalui kegiatan diskusi kelompok; 6) pemberian pertanyaan individu secara lisan; 7) evaluasi dan 8) pemberian penghargaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penerapan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi dapat diketahui dari hasil angket motivasi belajar siswa yang menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa sebelum diberikan tindakan sebesar 51,29% meningkat menjadi 78,17% setelah diberikan tindakan. Peningkatan motivasi belajar memiliki selisih sebesar 26,88%. 2. Penerapan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Peningkatan hasil belajar dapat diketahui dari ketuntasan belajar kognitif siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 83,33% meningkat menjadi 94,44% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa memiliki selisih sebesar 11,11%. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan adalah penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut dengan menerapkan pembelajaran kooperatif NHT dipadu dengan STAD untuk mengukur
10
KI 1, 2, 3 dan 4 yaitu kompetensi inti sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan siswa, sehingga seluruh kompetensi inti dapat dikembangkan dalam pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Astrawan. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPA. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Dasar. Volume 3 Tahun 2013. Daud, F. & Fausan, M. M. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Konsep Ekosistem bagi Siswa Kelas VII.A, SMPN 5 Takalar. Jurnal Chemica, (12). (Online), (https://www.google.co.id/.unm.ac.id%2Findex.php%2Fchemica%2Farti cle%2Fview%2F138%2Fpdf) diakses 15 Mei 2014. Ersanto, G. F. 2013. Penerapan pembelajaran Kooperatif Teams Games tournament Dipadu dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Lesson Study Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Evi. 2010. Penerapan Student Teams Achievement Divisions untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII G SMPN 18 Malang. Skripsi tidak diterbitkan: FMIPA UM. Ibrahim, M & Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA-University Press. Jhonson, B. & Jhonson. 1991. Learning Together an Alone: Cooperatif Competitive and Individualistic Learning 3rd, Boston: Allyn Acon. Keller, J. M. 2010. Motivational Design for Learning and Performance. New York: Springer. Lie, A. 2005. Cooperating Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia. Mahardini, I. 2010. Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII C SMP Laboratorium UM. Skripsi tidak diterbitkan: FMIPA UM. Nawangsari, N. E. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions Dipadu Numbered Heads Together terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA laboratorium UM. Skripsi tidak dietrbitkan. Malang: FMIPA UM. Nurhadi, B. Y & Senduk, A. G. 2009. Pembelajaran Konstektual. Malang: PT. Temprina Media Grafika. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
11
Setianingrum, S. P. & Sunarti, T. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Media Physicround pada Materi Cahaya. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, (02). (Online), (http://ejournal.unesa.ac.id/article/5164/32/article.pdf) diakses 15 Mei 2014. Setjo, S. A. 2005. Problem Based Learning dalam Pembelajaran Kontekstual Biologi. Malang: FMIPA UM. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Zubaidah, S. 2006. Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions). Makalah dipresentasikan pada Seminar dan Lokakarya Persiapan PTK PHK A2 Setting wilayah Pertanian, Jurusan Biologi FMIPA UM, Malang, 16 Juni 2006.