perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X 10 SMA NEGERI 1 BATURETNO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: WIDYA PUSPARINGGA K8408108
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Widya Pusparingga
NIM
: K8408108
Jurusan/Program Studi
: PIPS/Pendidikan Sosiologi Antropologi
Menyatakan
bahwa
PEMBELAJARAN
skripsi
saya
KOOPERATIF
berjudul
yang TIPE
“PENERAPAN
NUMBERED
HEADS
TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X 10 SMA NEGERI 1 BATURETNO TAHUN PELAJARAN 2011/2012” Ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu. Informasi sumber yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 12 Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Widya Pusparingga
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X 10 SMA NEGERI 1 BATURETNO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: WIDYA PUSPARINGGA K8408108
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Pengui Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Ay. Djoko Darmono, M.Pd.
Dra. Siti Chotidjah, M.Pd.
NIP. 19530826 198003 1 005
NIP. 19481214 198003 2 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. MH. Sukarno, M.Pd
______________________
Sekretaris
: Drs. T. Widodo, M.Pd
______________________
Anggota I
: Drs. AY. Djoko Darmono, M.Pd
______________________
Anggota II
: Dra Siti Chotidjah, M.Pd
______________________
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n Dekan Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer nat Sajidan, M.Si. NIP 19660415 199103 1 002
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Widya Pusparingga. K8408108. PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X 10 SMA NEGERI 1 BATURETNO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan Penelitian ini adalah perbaikan pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan minat belajar sosiologi pada siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno tahun ajaran 2011/2012 melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan perbaikan pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno tahun pelajaran 2011/2012 melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno yang berjumlah 32 siswa Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Siklus pertama membahas pokok bahasan perilaku menyimpang dan siklus kedua membahas pokok bahasan pengendalian social. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran sosiologi berlangsung dengan menggunakan lembar observasi minat belajar siswa, catatan lapangan, wawancara, test dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari lembar observasi minat belajar siswa dianalisis dengan menghitung dari keseluruhan aspek yang diamati. Data yang diperoleh dari test dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata kelas X.10 tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat dan prestasi belajar sosiologi siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi perilaku menyimpang dan pengendalian social mengalami peningkatan Hasil ini terlihat dari rata-rata aspek minat belajar dan evaluasi belajar sosiologi siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno yang mengalami peningkatan. Minat belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 10% dari siklus I yang sebesar 55,46% menjadi 65,46% pada siklus II. Dengan demikian minat belajar siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno yang mulanya tergolong sedang, setelah tindakan menjadi tinggi. Prestasi belajar siswa yang terlihat dari nilai test pada setiap akhir siklus mengalami peningkatan sebesar 1,1 dari prasiklus yang memiliki nilai rata-rata 73,12 menjadi 74,22 setelah siklus I. Setelah dilaksanakan siklus II nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 2,84 menjadi 77,06. Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), minat belajar, prestasi belajar commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Widya Pusparingga. K8408108. APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE OF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TO INCREASE INTEREST AND STUDENT ACHIEVEMENT IN SOCIOLOGY LEARNING CLASS X 10 SMA NEGERI 1 BATURETNO OF 2011/2012 ACADEMIC YEAR. Thesis, Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret Surakarta University. July 2012. . The purposes of this study are the improvement of teaching sociology to increase student interest in studying sociology X.10 SMA Negeri 1 Baturetno of 2011/2012 academic year through the implementation of cooperative learning type of Numbered Heads Together (NHT) and the improvement of teaching sociology to increase learning achievement of students of sociology in X.10 SMA Negeri 1 Baturetno of 2011/2012 academic year through the implementation of cooperative learning type of Numbered Heads Together (NHT). This research is a classroom action research (CAR). A subject of this research is student of class X.10 SMA Negeri 1 Baturetno consist of 32 students. This research was conducted in two cycles of action.. Firstly cycle discussed the subject of the deviate behavior and secondly cycle discussed the subject of social control. Research data obtained from observations during the learning activities takes place by using observation sheets of student interest in learning, field notes, interview, test and documentation. Data obtained from students' interest in the observation sheet was analyzed by calculating the overall aspects of the observed. Data obtained from the test were analyzed by calculating the average value of cycle X.10 class. Results showed that interest in learning and learning achievements of sociology after the implementation of cooperative learning model of NHT on the material type of deviate behavior and social control have increased results are evident from the average interest aspects of the study and evaluation of student learning of sociology class X.10 SMA Negeri 1 Baturetno who have increased. The interesting in student learning has increased by 10% of cycle I, which by 55.46% to 65.46% in cycle II. Thus the interest of the students of class X.10 SMA Negeri 1 Baturetno initially classified as average, after the action become to high. Student achievement is evident from the test at the end of each cycle was increased by 1.1 of prasiklus which has an average value of 73.12 to 74.22 after cycle I. After the cycle II executed an average value of students has increased by 2.84 to 77.06. Key words: Cooperative learning type of Numbered Heads Together (NHT), interest in learning, learning achievement
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO # Cara tercepat untuk menuntaskan banyak hal adalah dengan menyelesaikannya satu demi satu. (Samuel Smiles) #
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk : 1. Bapak dan Ibu Terimakasih atas segenap kasih sayang yang telah diberikan. Terimakasih atas segala hal yang diusahakan, diberikan dan direstui untuk hal-hal positif yang ananda tempuh. 2. Keluarga besar Moekino dan Alm.Broto S. Terima kasih atas doa dan motivasi yang tak henti-hentinya diberikan. Semoga apa yang Ringga lakukan dapat menjadi kebanggaan keluarga 3. Almamater UNS
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas kasih karunia, berkat dan hikmat dari-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X 10 SMA NEGERI 1 BATURETNO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Sebelas Maret Surakarta. Semoga skripsi ini mampu menjadi ladang amal bagi seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Hambatan dan kesulitan yang peneliti hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS 3. Drs. MH. Sukarno, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan P.IPS FKIP UNS 4. Drs. Ay. Djoko Darmono, M.Pd. dan Dra. Siti Chotidjah, M.Pd., Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan pikiran waktu dan tenaga untuk memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dengan baik. 5. Drs. Margono Tulus Nugroho, S.Pd. dan Drs. Budi Santoso, M.Pd. Guru Sosiologi yang telah bekerja sama dengan peneliti dan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Baturetno yang telah memberikan ijin penelitian. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak, Ibu, dan keluarga, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman Wisma Qurota’ayun terima kasih atas semangat dan bantuannya selama ini. 8. Sahabat-sahabat seperjuanganku Sos-Ant angkatan 2008. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini. Mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah peneliti lakukan selama ini. 9. Dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan dari Allah SWT. Peneliti menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya. Amin.
Surakarta, Juli 2012 Peneliti
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………
i
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………….
ii
HALAMAN PENGAJUAN………………………………………….
iii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………….
iv
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….
v
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………..
vi
HALAMAN MOTTO………………………………………………..
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………...
ix
KATA PENGANTAR………………………………………………..
x
DAFTAR ISI……………………………………………………….…
xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………….
xvi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….
xviii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….
xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………...
1
B. Perumusan Masalah…………………………………..….
7
C. Tujuan Penelitian…………………………………...……
7
D. Manfaat Penelitian……………………………………….
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka…………………………………………
10
1. Tinjauan tentang Minat Belajar………………………..
10
a. Pengertian Minat Belajar… ………………………..
10
b. Ciri-ciri Minat Belajar……………………………...
13
c. Bentuk-Bentuk Minat Belajar…………………...…
15
d. Strategi Membangkitkan Minat Belajar……………
16
e. Aspek-Aspek Minat Belajar…………………….….
20
2. Tinjauan tentang Prestasi Belajar Sosiologi………….. commit to user a. Belajar……………………………………………… xii
23 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Pengertian Belajar……………………………….
23
2) Jenis-Jenis Belajar….. ………………………..
25
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar….....
31
b. Prestasi Belajar……………………………………...
36
1) Pengertian Prestasi Belajar………………………
36
2) Fungsi Prestasi Belajar……………………………
38
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar………………………………………….....
40
4) Indikator Prestasi Belajar Siswa…………………
41
c. Tinjauan Mata Pelajaran Sosiologi………………….
43
3. Tinjauan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)……………
45
a. Penelitian Tindakan…………………………………
45
1) Pengertian Penelitian Tindakan………………….
45
2) Prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan……….
47
3) Tipologi Penelitian Tindakan……………………
49
b. Penelitian Tindakan Kelas……………………….....
52
1) Pengertian Penelitian Tindakan Kelas……….....
52
2) Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas………..
54
3) Jenis-Jenis Penelitian Tindakan Kelas……….....
57
4) Fokus dan Sasaran Penelitian Tindakan Kelas…
58
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)………………………………………………….
61
a. Pembelajaran………………………………………..
61
1) Pengertian Pembelajaran………………….……..
61
2) Komponen-komponen Proses Pembelajaran…….
62
b. Model Pembelajaran………………………………..
64
1) Pengertian model pembelajaran…………………
64
2) Jenis Model Pembelajaran………………………
66
c. Model Pembelajaran Kooperatif……………………
69
1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif…… commitPembelajaran to user 2) Unsur-unsur Model Kooperatif….
69
xiii
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif……………………………………....
74
4) Bentuk-Bentuk Pembelajaran Kooperatif............
75
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together……………………………………………
79
1) Pengertian Numbered Heads Together………....
79
2) Langkah-Langkah Numbered Heads Together (NHT)……………………………………………
80
3). Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together (NHT)…………………………………
82
B. Penelitian yang Relevan………………………………….
85
C. Kerangka Berfikir…………………………………………
87
D. Hipotesis Tindakan……………………………………….
89
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………
90
1. Tempat Penelitian……………………………………..
90
2. Waktu Penelitian……………………………………....
90
B. Subjek Penelitian…………………………………………
91
C. Pendekatan Penelitian………………………………..…..
91
D. Data dan Sumber Data………………………………….
92
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………....
93
F. Uji Validitas Data………………………………………..
95
G. Analisis Data……………………………………………
96
H. Indikator Kinerja Penelitian…………………………….
99
I. Prosedur Penelitian………………………………………
101
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………….
111
1. Visi, dan Misi SMA Negeri 1 Baturetno…………….
112
2. Keadaan Lingkungan Belajar SMA Negeri 1 Baturetno…………………………………………..... commit to user B. Deskripsi Pratindakan………………………………….. xiv
113 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Ditinjau dari Segi Siswa………………………………
115
2. Ditinjau dari Segi Guru……………………………….
117
3. Fokus Masalah………………………………………..
118
C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus………………….
119
1. Siklus 1………………………………………………..
119
2. Siklus 1I………………………………………………
149
D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus……………..
178
E. Pembahasan……………………………………………...
187
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan…………………………………………………
193
B. Implikasi…………………………………………………
194
1. Implikasi Teoritis…………………………………….
194
2. Implikasi Praktis……………………………………..
195
C. Saran……………………………………………………..
196
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..
198
LAMPIRAN………………………………………………………….
201
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
2.1
Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Belajar………................ 42
2.2
Standar kompetensi dan kompetensi dasar SMA Kelas X................. 45
2.3
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif………………………… 75
3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian……………………………………… 91
3.2
Kualifikasi Persentase Skor Hasil Observasi Minat belajar dan Prestasi Belajar Siswa…….………………………………………… 98
3.3
Aspek-aspek dan indicator minat belajar siswa……………............. 99
3.4
Indikator ketercapaian minat dan prestasi belajar siswa…………… 100
4.1
Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan…………..………….. 112
4.2
Jadwal pelaksanaan siklus 1.…………………………….…………. 120
4.3
Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada Siklus I pertemuan 1………….…………………………………….. 134
4.4
Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus I Pertemuan 1………………………………………………………… 136
4.5
Hasil Observasi Minat Belajar Tiap Kelompok pada Siklus I Pertemuan 2………………………………………………………… 138
4.6
Hasil Observasi Minat Belajar Setiap Aspek Kelas X.10 Siklus I Pertemuan 2………………………………………………………… 140
4.7
Rekapitulasi minat belajar siswa pada siklus I........................…….. 142
4.8
Daftar nilai siswa kelas X.10 pada siklus I…….……………..……. 144
4.9
Ketuntasan belajar siswa pada siklus I………...…………………… 145
4.10 Jadwal pelaksanaan siklus II…………..…………………………… 150 4.11 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa tiap kelompok pada Siklus II pertemuan 1……………………………………………….. 165 4.12 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus II commit to user pertemuan 1…….………………………………..…………………. 167 xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.13 Hasil Observasi Minat Belajar Tiap Kelompok pada Siklus II Pertemuan 2…………………………………………………………. 169 4.14 Hasil Observasi Minat Belajar Tiap Aspek pada Siklus II Pertemuan 2.……………………………………………..…………. 171 4.15 Rekapitulasi Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada siklus II………………………………………………………… 173 4.16 Daftar nilai siswa kelas X.10 pada siklus II………………………... 175 4.17 Ketuntasan belajar siswa pada siklus II……………………………. 176 4.18 Perbandingan Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada siklus I dan siklus II……………………………………........... 180 4.19 Perbandingan Prestasi Belajar Siswa pada Prasiklus,siklus I dan siklus II................................................................................……. 184 4.20 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Prasiklus,siklus I dan siklus II….……………………………………………………… 185 4.21` Perhitungan Uji Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together…………………………………………. 186 4.22 Hasil penelitian minat dan prestasi belajar siswa dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together……. 192
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1
Komponen-komponen Proses Pembelajaran………………………. 63
2.2
Kerangka pemikiran……………………………………………….. 88
3.1
Rumus Pembuatan Kelas Interval…………………………………. l98
3.2
Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas………………………….. 102
4.1
Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada Siklus 1 Pertemuan I……………………………………………….
4.2
135
Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus 1 pertemuan 1………………………………………………………... 137
4.3
Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada Siklus 1 Pertemuan 2………………………………………………. 139
4.4
Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus 1 pertemuan 2………………………………………………………… 141
4.5
Minat belajar siswa tiap indicator pada siklus I…………………… 144
4.6
Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 1…………………………..
4.7
Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada
145
Siklus II pertemuan 1………………………………………………. 166 4.8
Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus II pertemuan 1………………………………………………………… 168
4.9
Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada Siklus II Pertemuan 2……………………………………………………… 170
4.10 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus II pertemuan 2…………………………………………………………. 172 4.11 Minat belajar siswa pada tiap indicator siklus II……………........... 173 4.12 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II….
……………………
176
4.13 Perbandingan Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada siklus I dan siklus II…………………………………….......... 181 4.14 Perbandingan Hasil Observasi Minat Belajar Siswa dalam pada commit to user siklus I dan siklus II………………………………………………… 183 xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.15 Perbandingan Prestasi Belajar Siswa prasiklus, siklus I dan siklus II……………………………………………………………... 184 4.16 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II…………………………………………………………. 185 6. 1 Suasana Kelas Pra Siklus……………………………….................... 22 6.2
Kondisi Siswa Saat Pembelajaran Berlangsung 1………………….. 224
6.3
Kondisi Siswa Saat Pembelajaran Berlangsung 2…………………. 224
6.4
Kondisi Siswa Saat Pembelajaran Berlangsung 3…………………. 224
6.5
Guru menyampaikan materi………………………………………... 224
6.6
Siswa Mempersiapkan Pelajaran Ketika Guru Berada di Kelas…… 225
6.7
Siswa Kurang Fokus Mengikuti Pelajaran…………………………. 225
6.8
Siswa Terlihat Mengantuk Saat Pelajaran Berlangsung…………… 225
6.9
Guru Menyampaikan Materi dengan Metode Ceramah Bervariasi... 225
6.10 Siswa Berdiskusi 1…………………………………………………. 307 6.11 Siswa berdiskusi 2………………………………………………….. 307 6.12. Siswa melakukan presentasi………………………………………… 307 6. 13 Sesi Tanya jawab…………………………………………………… 307 6.14 Guru menyampaikan materi………………………………………… 307 6.15 Kegiatan Evaluasi…………………………………………………… 307 6.16 Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru…………………………….. 385 6.17 Siswa Tengah Berdiskusi…………………………………………… 385 6.19 Kegiatan Evaluasi 1………………………………………………… 385 6.20 Kegiatan Evaluasi 2………………………………………………… 385 6.21 Penyerahan hadiah………………………………………………….. 384
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Catatan Lapangan Pra Penelitian………............…………………… 202
2
Subyek Penelitian…………………………………………………… 208
3
Pedoman Wawancara……………………………………………….. 209
4
Catatan Lapangan Wawancara Guru Pra Siklus…………………… 216
5
Hasil Wawancara Siswa Pra Siklus…….…………………….......... 219
6
Daftar Nilai Siswa Pra Siklus……………......................................... 223
7
Dokumentasi Pra Siklus………………………………...…………... 224
8
Silabus Siklus I………….…………..……………………………… 226
9
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1.…….……………….. 228
10
Materi Pembelajaran Siklus I………………………………………. 239
11
Powerpoint Siklus I………………………………………………… 246
12
Kartu Nomor……………………………………………………….. 248
13
Lembar Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 1……………………. 249
14
Tugas Individu Siklus I…………………………………………….. 250
15
Lembar Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 2........................……. 251
16
Kisi-Kisi Evaluasi Pembelajaran Siklus I………………………….. 252
17
Lembar Soal Evaluasi Siklus I……………………………………... 253
18
Pembagian Kelompok Siklus I…….……………………………….. 256
19
Lembar Observasi Minat Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1….....
257
20
Lembar Observasi Minat Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2…….
273
21
Rekapitulasi Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus I.………. 289
22
Daftar Nilai Siswa Siklus I………………………………………… 291
23
Catatan Lapangan Siklus I…………………………………………. 292
24
Catatan Lapangan Wawancara Guru Siklus I……………………… 301
25
Hasil Wawancara Siswa Siklus I………………………………....... 303
26
Dokumentasi Siklus I................................................................……. 307
27
Silabus Siklus II………….…………..……………………………… 308 commit to user Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II.…….……………….. 310 xx
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Materi Pembelajaran Siklus II………………………………………. 321
30
Powerpoint Siklus II………………………………………………… 326
31
Soal Diskusi Siklus II Pertemuan 1………………………………… 330
32
Lembar Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 2........................……. 332
33
Kisi-Kisi Evaluasi Pembelajaran Siklus II………………………….. 333
34
Lembar Soal Evaluasi Siklus II……………………………………... 334
35
Lembar Observasi Minat Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1…..... 337
36
Lembar Observasi Minat Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2……. 353
37
Rekapitulasi Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus II.………. 369
38
Daftar Nilai Siswa Siklus II………………………………………… 371
39
Catatan Lapangan Siklus II…………………………………………. 372
40
Catatan Lapangan Wawancara Guru Siklus II……………………… 380
41
Hasil Wawancara Siswa Siklus II………………………………....... 382
42
Dokumentasi Siklus II................................................................……. 385
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak terhadap kemajuan di berbagai bidang kehidupan termasuk didalamnya adalah bidang ekonomi, politik , sosial dan kebudayaan. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut adalah melalui peran Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang berkualitas dan dinamis. Salah satu cara untuk menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga diharapkan melalui pendidikan, bangsa ini akan dapat mengimbangi tuntutan perkembangan Iptek. Begitu pentingnya pendidikan sehingga kemajuan suatu bangsa dapat diukur melalui kualitas pendidikan yang dimiliki. Apabila hasil dari pendidikan suatu bangsa tersebut kurang berkualitas, maka memungkinkan untuk mengalami hambatan dalam menuju kemajuan. Apabila suatu bangsa ingin maju, maka pendidikan hendaknya dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan makan, berpakaian dan yang lainnya. Untuk mencapai kemajuan-kemajuan tersebut, ada beberapa jalur pendidikan yang dapat ditempuh. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 menyebutkan tentang sistem pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan di jalur formal, nonformal dan informal. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara tetrstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah tentang pendidikan keluarga dan lingkungan . Sekolah adalah lembaga formal dalam dunia pendidikan sebagai wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatkan kualitas hasil pendidikan di sekolah dipengaruhi oleh banyak factor seperti kualitas masukan pendidikan, kualitas guru, kualitas kurikulum, kualitas pengelolaan pendidikan, kualitas proses pengajaran serta kualitas untuk menangani berbagai pengaruh lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah dengan berbagai upaya berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memperbaharui kurikulum sesuai dengan perkembangan zaman, menambah sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas guru dan sebagainya. Kurikulum yang digunakan dalam Sekolah Menengah Atas (SMA) saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini diterapkan mulai tahun 2006 dan
merupakan pengembangan dari kurikulum
sebelumnya, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP menghendaki suatu proses pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk menguasai segenap kompetensi dasar yang ditetapkan oleh pemerintah, namun kenyataannya di sekolah masih banyak hambatan untuk mencapai tujuan tersebut. Sosiologi sebagai salah satu ilmu yang ditetapkan sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) juga tidak lepas dari hambatan. Salah satu hambatannya adalah penggunaan pendekatan pembelajaran atau metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Guru yang baik hendaknya mampu menciptakan kondisi dan suasana belajar yang sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan belajar, namun proses pembelajaran yang sering diselenggarakan disekolah pada umumnya hanyalah commit to userguru menyajikan materi kemudian sebatas kegiatan yang sifatnya formal, dimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 siswa mendengarkan, mencatat dan mengingat. Proses pembelajaran yang demikian biasanya hanya akan membuat siswa mengerti pada suatu materi dan merasa tidak memerlukan perkembangan lagi. Ini tentu saja tidak sesuai dengan konsep belajar yang diperlukan siswa. Guru seharusnya menyadari bahwa ketepatan dalam menggunakan model pembelajaran yang dilakukan akan dapat membangkitkan minat dan prestasi belajar siswa. Siswa akan mudah menerima dan memahami materi yang diberikan guru apabila model yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Syah menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang baik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya (2004). Tujuan pembelajaran merupakan hasil pembelajaran yang diharapkan. Prestasi belajar adalah tolak ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar diwujudkan dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan kata lain prestasi belajar itu meliputi aspek kognitif, afektik dan psikomotorik.
Melalui proses pembelajaran, siswa diharapkan mampu mengembangkan aspek kognitif, afektif serta psikomotoriknya untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak factor, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu factor dalam diri siswa (Intern) dan factor dari luar diri siswa (ekstern). Factor dari luar siswa diantaranya dapat berupa kondisi alam, kondisi social, kondisi ekonomi, lingkungan sekolah dan sebagainya. Sedangkan faktor dari dalam diri siswa diantaranya kecerdasan, minat, motivasi, disiplin diri, kemampuan komunikasi, kepercayaan diri, kemandirian dan sebagainya. Salah satu factor dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar adalah minat. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak memiliki daya tarik terhadap apa yang dipelajarinya.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno, diperoleh beberapa masalah dalam proses pembelajaran. Ketika peneliti mulai melakukan observasi dan masuk kelas bersama dengan guru, terlihat bahwa hanya ada beberapa siswa di dalam kelas dan mayoritas perempuan. Beberapa diantaranya masih berkeliaran di sekitar kelas dan di kantin. Ketika pembelajaran dimulai baru siswa-siswa tersebut masuk kelas. Dapat dikatakan kesiapan siswa di kelas tersebut dalam memulai pelajaran kurang. Bahkan ada yang masih memakan makanan kecil ketika guru telah masuk kelas. Pembelajaran sosiologi yang dilakukan guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional ceramah, pembelajaran berpusat pada guru dan tidak ada aktifitas kerja sama siswa dalam pembelajaran. Metode yang statis ini menyebabkan pembelajaran terkesan monoton dan membosankan sehingga siswa kurang antusias dan kurang tertarik dengan pelajaran sosiologi. Terlihat dari suasana kelas, siswa lebih banyak kurang memperhatikan penjelasan guru dan mengantuk. Siswa sebenarnya tidak ramai ketika berada di dalam kelas, Ketika mengobrol dengan teman sebangkunya biasanya dengan suara pelan. Siswa yang diam tersebut seakan-akan menggambarkan bahwa mereka mengerti apa yang dijelaskankan guru. Ketika mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan siswa mengalami kesulitan dalam menjawabnya. Suasana kelas terlihat kurang menarik karena guru hanya menggunakan white board sebagai media pembelajarannya. Selebihnya guru menerangkan materi dengan sesekali membaca buku LKS yang sama dengan buku yang dimiliki siswa. Bahkan menurut penuturan salah satu siswa, di kelas X.10, guru sosiologi belum pernah menggunakan media selain white board selama mengajar di kelas ini. Sebenarnya guru menyadari bahwa cara mengajar yang konvensional atau ceramah memang cukup membuat bosan. Namun guru menyatakan bahwa user kurang efektif karena tidak penggunaan media dan metodecommit yang to beragam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 menjangkau materi yang luas. Sementara pelajaran sosiologi kelas X materinya luas. Berdasarkan observasi didukung dengan keterangan guru, siswa di kelas cenderung pasif, berbeda dengan siswa di kelas yang lain. Siswa jarang mengungkapkan pendapatnya maupun mengajuan pertanyaan mengenai materi yang belum dimengerti. Ketika guru meminta kelas tersebut mengerjakan LKS, siswa mengeluarkan suara yang terkesan mengeluh. Jika diberi tugas siswa suka mengulur waktu pengerjaannya. Tidak mengherankan jika kemudian nilai ratarata siswa di kelas ini lebih rendah dibandingkan kelas-kelas yang lain. Berdasarkan nilai ulangan harian siswa yang terakhir dilakukan yang diperoleh guru sosiologi menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian kelas X.10 cenderung rendah. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMA Negeri 1 Baturetno adalah 70. Berdasarkan data nilai ulangan harian terakhir, diperoleh rata-ratanya adalah 73,12 dengan siswa yang sudah mencapai ketuntasan sebanyak 23 Anak (71,87 % dari jumlah siswa) sedangkan yang belum tuntas adalah 9 anak ( 28,13 % dari jumlah siswa). Sedangkan nilai rata-rata kelas tersebut adalah 73,12, cukup jauh dari harapan guru. Nilai rata-rata kelas terebut termasuk rendah jika dibandingkan dengan kelas-kelas lain. Berdasarkan beberapa paparan masalah di atas, dengan mendiskusikan dengan pihak guru maka peneliti memperoleh kesimpulan bahwa masalah pokok di kelas tersebut adalah kurangnya minat dan prestasi belajar siswa. Siswa cerung kurang tertarik dengan mata pelajaran sosiologi sehingga menyebabkan prestasi belajar siswa kurang maksimal. Jika minat belajar dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto ( 1995) yang mengemukakan: Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada kepuasan dari pelajaran itu.(hlm. 57) Berdasarkan latar belakang di atas perlu menerapkan suatu metode commitminat to user pembelajaran baru untuk meningkatan dan prestasi belajar siswa. Metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 yang dianggap tepat untuk memperbaiki pembelajaran di kelas X.10 adalah model pembelajaran
kooperatif.
Model
pembelajaran
kooperatif
adalah
model
pembelajaran dengan menempatkan siswa belajar secara kelompok-kelompok, disitu siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya karena tidak jarang banyak siswa yang masih malu dan canggung untuk bertanya dengan gurunya. Di dalam pembelajaran kooperatif dikenal berbagai model pembelajaran salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). NHT merupakan pendekatan struktur informal dalam cooperative learning. NHT merupakan struktur sederhana dan terdiri atas 4 tahap yaitu Penomoran (numbering), Mengajukan Pertanyaan (Questioning), Berpikir Bersama ( Heads Together), dan Menjawab (Answering) yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi para siswa. Prinsipnya metode ini membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, dan setiap siswa dalam kelompok akan mendapatkan nomor, nomor inilah yang digunakan sebagai patokan guru dalam menunjuk siswa untuk mengerjakan tugasnya. Pembagian kelompok dimaksudkan agar setiap siswa dapat bertukar pikiran dalam menyelesaikan semua permasalahan yang ditugaskan oleh guru secara bersama-sama sehingga diharapkan setiap siswa akan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Metode ini berupaya meningkatkan aktivitas siswa untuk aktif dalam belajar secara kelompok, sehingga akan menimbulkan minat dan yang tinggi dalam belajar baik secara individu maupun kelompok. Selanjutnya diharapkan prestasi belajar siswa akan meningkat. Jenis pembelajaran ini dinilai cocok untuk menghadapi permasalahan kurangnya minat dan prestasi pembelajaran siswa pada mata pelajaran Sosiologi. Mata pelajaran sosiologi sedikit banyak memerlukan teknik memahami, bukan hanya menghafal karena sebagian besar materi adalah teori. Cakupan mata pelajaran sosiologi cukup luas sehingga waktu yang diperlukan cukup banyak. commit to Heads user Together (NHT) merangsang Pembelajaran dengan metode Numbered
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 siswa untuk membahas suatu materi secara bersama-sama. Satu sama lain menguasai dan memahami materi masing-masing kemudian memberitahukan kepada teman sekelompoknya materi yang telah dikuasai dengan bahasa yang mudah dipelajari. Dengan demikian semua siswa dapat menguasai materi melalui proses belajar yang mandiri. Dalam upaya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa tersebut, maka perlu dilaksanakan tindakan perbaikan berkaitan dengan penggunaan metode pembelajaran sosiologi dengan perumusan judul penelitian sebagai berikut: “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Sosiologi pada Siswa Kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno Tahun 2011/2012”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan minat belajar sosiologi pada siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno tahun pelajaran 2011/2012?
2.
Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno tahun pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Perbaikan pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan minat belajar sosiologi pada siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno tahun pelajaran 2011/2012 melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
2.
Perbaikan pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno tahun pelajaran commit to user 2011/2012 melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 Heads Together (NHT).
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran sosiologi untuk mengaplikasikan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta dapat meningkatkan minat dan pretasi belajar sosiologi pada siswa SMA Kelas X. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran dan mendukung teori – teori yang sudah ada berkaitan dengan minat dan prestasi belajar sosiologi siswa SMA kelas X. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan pembelajaran yang inovatif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih berminat dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 2) Memberikan kemudahan dalam belajar dan lebih mudah memahami materi sosiologi yang disampaikan oleh guru. b. Bagi guru 1) Memberikan masukan bagi guru sebagai alternative untuk menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami dalam rangka meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. 2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran yang sesuai materi dan sesuai dengan kondisi siswa. 3) Membantu guru memperbaiki kendala dan keterbatasan dalam proses pembelajaran. commit topembelajaran user 4) Mendorong guru melaksanakan yang aktif, inovatif dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 kreatif c. Bagi Sekolah/Institusi lainnya 1) Hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran sosiologi 2) Secara kelembagaan bermanfaat untuk mengembangkan fungsi lembaga pendidikan dalam mewujudkan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Antara lain merintis pelaksanaan pembelajaran yang benar-benar merujuk kepada kondisi dan kompetensi realistic. d. Bagi Peneliti/peneliti lain 1) Untuk menerapkan ilmu yang telah diterima di bangku kuliah khususnya yang berkaitan dengan pendidikan dan sosiologi. 2) Mendapatkan
pengalaman
langsung
dalam
penerapan
Model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 3) Mendapatkan bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru sehingga siap dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru nantinya. 4) Sebagai bahan refrensi bagi semua pihak yang akan melaksanakan penelitian yang sejenis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Agar dapat diketahui bagaimana hubungan pengetahuan yang diperoleh dari penelitian, dalam kaitannya dengan pengetahuan yang telah ada, perlu dilakukan kajian pustaka yang relevan. Peranan kajian pustaka menentukan kesuksesan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, maka dibawah ini diuraikan telaah pustaka dari konsep dasar dan hasil penelitian yang terkait sebelumnya. 1. Tinjauan Tentang Minat Belajar Untuk memahami segala sesuatu mengenai minat belajar, berikut ini peneliti paparkan segala hal yang menyangkut minat belajar. a. Pengertian Minat Belajar Seseorang yang akan melibatkan diri dalam suatu aktifitas, terlebih dahulu menyadari akan arti dan manfaat aktifitas tersebut bagi dirinya sendiri. Dalam pemilihan suatu aktivitas dipengaruhi oleh motivasi yang datang dari dalam diri (intrinsik) yang tidak lain merupakan minat. Ada beberapa definisi minat yang dikemukakan oleh para ahli,diantaranya: 1). Pengertian minat menurut Hilgard Hilgard dalam Slameto (1995) berpendapat bahwa “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”. (Hlm. 57) Maksud dari pendapat di atas adalah minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati beberapa kegiatan. Kegiatan yang dinikmati seseorang, biasanya akan diperhatikan dengan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Namun minat ini berbeda dengan perhatian karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti rasa senang dan dari situ akan diperoleh kepuasan. commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 2). Pengertian minat menurut Slameto Slameto (1995) berpendapat bahwa “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.”(hlm. 180) Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut maka minat akan semakin besar. Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula diwujudkan melalui partisipasi aktif dalam suatu aktivitas. Itu semua tumbuh dari kesadaran diri masingmasing orang tanpa ada yang meminta. 3). Pengertian minat menurut Ngalim Purwanto Ngalim
Purwanto
(1990)“Minat
adalah
sesuatu
yang
mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan dari perbuatan itu.”(hlm.56) Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa di dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan yang mendorong manusia untuk dapat melakukan suatu perbuatan.atau berinteraksi terhadap dunia luar. Dari hasil eksplorasi yang dilakukan manusia terhadap dunia luar, lama kelamaan timbullah adanya minat terhadap sesuatu. Apapun yang menarik minat seseorang akan menimbulkan dorongan untuk berbuat lebih baik. 4). Pengertian minat menurut Jeanne Ellis Ormrod Jeanne Ellis Ormrod (2009) menyatakan bahwa “Minat merupakan persepsi bahwa suatu aktivitas menimbulkan rasa ingin tahu dan menarik, biasanya disertai dengan keterlibatan kognitif dan afek yang positif.”(Hlm.102) Hal tersebut dimaksudkan bahwa minat merupakan suatu anggapan yang menyatakan ketertarikan terhadap suatu kegiatan atau commit user aktivitas. Adanya ketertarikan initomenimbulkan perasaan ingin tahu yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 mendalam terhadap suatu aktivitas. Apabila seseorang berminat terhadap suatu kegiatan maka orang tersebut akan memahami dan memberikan respon yang positif terhadap aktivitas tersebut. Dari berbagai pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa minat adalah sesuatu yang ada dalam diri individu yang diperoleh melalui kesadaran diri untuk secara tetap memperhatikan dan menikmati beberapa kegiatan sebagai wujud dari rasa suka,ingin tahu,dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Dengan demikian, minat ini akan senantiasa mengiringi setiap aktifitas di berbagai bidang, termasuk dalam belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada dalam diri anak didik yang harus ditumbuh suburkan guna meraih prestasi belajar yang gemilang. Hasrat tersebut di antaranya timbul karena adanya minat terhadap materi pelajaran tertentu. Winkel (1996) mengemukakan bahwa “Minat belajar adalah kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.” (Hlm.188). Hal tersebut dimaksudkan bahwa siswa yang menunjukkan gejala menyukai suatu materi dalam kegiatan pembelajaran dengan tetap menunjukkan bahwa siswa tersebut telah memiliki minat untuk belajar. Astuti (2010) menyebutkan bahwa minat belajar adalah rasa suka atau ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan pengalaman. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui partisipasi dan keaktifan dalam mencari pengetahuan dan pengalaman tersebut. Merujuk pada pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa minat belajar merupakan kecenderungan yang menetap untuk memiliki rasa suka dan ketertarikan peserta didik terhadap pokok bahasan atau kegiatan pembelajaran tertentu. Minat sangatlah besar pengaruhnya terhadap kegiatan pembelajaran, karena bila bahan pelajaran tidak disukai oleh siswa maka siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 b. Ciri-ciri Minat Belajar Minat seringkali dihubungkan dengan kesenangan. Keduanya memang memiliki hubungan satu sama lain, namun keduanya jelas berbeda. Kesenangan bisa mengarah kepada kebosanan, sedangkan minat tidak. Untuk dapat membedakan konsep minat ini, maka dapat dipaparkan ciri-ciri minat menurut Hurlock (1999), yakni: 1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental 2) Minat bergantung pada kesiapan belajar 3) Minat bergantung pada kesempatan 4) Perkembangan minat mungkin terbatas 5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya 6) Minat berbobot emosional(hlm.115) Adapan penjelasan dari masing-masing ciri-ciri minat adalah sebagai berikut 1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental Minat belajar peserta didik dapat berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada awal-awal pembelajaran atau usia, minat belajar peserta didik perlu distimulus oleh guru ataupun orangorang lain di sekitarnya. Hal ini dikarenakan orientasi bermain mereka masih dominan dan belum terbentuk mental yang cukup. Setelah melalui perkembangan fisik serta mental, siswa akan mulai mengenal aktivitasaktivitas mereka. Dengan bantuan orang-orang di sekitarnya, hal ini memunculkan ketertarikan pada diri siswa. Seiring bertambahnya usia, minat yang sifatnya situasional tadi akan berubah menjadi minat yang sifatnya pribadi. 2) Minat bergantung pada kesiapan belajar Telah disebutkan dalam poin sebelumnya bahwa perkembangan minat seiring dengan perkembangan fisik dan mental. Apabila peserta didik dihadapkan pada aktivitas yang belum sesuai dengan fisik dan mental yang dimilikinya, maka tidak ada ketertarikan pada aktivitas tersebut. Sebagai contoh seorang siswa tidak dapat memiliki minat yang sungguh-sungguh untukcommit melaksanakan to user penelitian sosial di lapangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 sampai mereka memiliki mental yang cukup untuk menghadapi segala kemungkinan di lapangan. 3) Minat bergantung pada kesempatan Untuk dapat menumbuhkan minat belajar, tentu saja seseorang harus memiliki kesempatan untuk memahami suatu aktivitas belajar. Ini merupakan hal pokok yang diperlukan untuk menumbuhkan minat belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk menerima materi pelajaran, mengikuti kegiatan pembelajaran dan kesempatan partisipatif agar timbul ketertarikan pada kegiatan pembelajaran. Semakin luas kesempatan maka dimungkinkan semakin mudah dalam membangkitkan minat belajar peserta didik. 4) Perkembangan minat mungkin terbatas Ketidakmampuan fisik dan mental serta kemampuan social yang terbatas dapat membatasi minat peserta didik. Anak yang cacat misalnya, mayoritas tidak mungkin memiliki minat olahraga yang sama dengan teman sebayanya dengan perkembangan fisik yang normal.
Hal ini
berkaitan dengan kondisi fisik dan mental mereka yang berbeda dengan teman normal sebayanya. 5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya Siswa mendapat kesempatan dari orang tua, guru dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap sesuai. Mereka biasanya tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang tidak sesuai dengan mereka oleh kelompok mereka. Hal ini berhubungan dengan pengaruh yang akan diterima oleh siswa jika menekuni minat tersebut. Misalnya saja peserta didik yang mengkhususkan diri berada di kelas olahraga,minat terhadap aktivitas olahraga mereka tentu lebih tinggi daripada minat terhadap sains. 6) Minat berbobot emosional Bobot emosional merupakan aspek afektif yang menentukan kekuatan dari
minat itu sendiri. Bobot emosional yang tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 menyenangkan dapat melemahkan minat belajar. Sedangkan bobot emosional yang menyenangkan dapat memperkuat minat belajar Dari paparan ciri-ciri minat di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa minat mampu menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni peserta didik. Bila mereka berminat pada aktivitas pembelajaran, pengalaman mereka akan lebih menyenangkan dibandingkan daripada jika mereka merasa bosan. Namun untuk memiliki jenis minat tertentu, semua itu juga tergantung pada kondisi fisik, mental dan kondisi social peserta didik
c. Bentuk-bentuk Minat Belajar Minat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung dari beberapa sudut pandang. Jeanne Ellis Ormrod membedakan minat menjadi dua jenis, yakni minat situasional dan minat pribadi. Pembagian jenis minat ini berdasarkan sumber dari minat tersebut. (2009) Minat situasional merupakan minat yang dipicu oleh lingkungan sekitar. Hal-hal yang baru dan berbeda sering menghasilkan minat situasional pada peserta didik. Demikian halnya dengan tingkat aktivitas dan emosi yang kuat dalam suatu pembelajaran. Peserta didik cenderung menyukai hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal unik yang berada di lingkungannya. Ketika mereka mendapati hal-hal di luar dirinya yang mampu membangkitkan tingkat emosional dan aktivitas peserta didik, maka mereka akan berminat terhadap pembelajaran tersebut. Dalam proses pembelajaran, guru merupakan orang lain yang mampu membangkitkan minat situasional ini. Untuk dapat membangkitkan minat situasional, guru terlebih dahulu diharapkan memiliki hubungan yang baik dengan siswa. Hal ini dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi emosional siswa. Minat dapat muncul dimulai dari ketertarikan peserta didik terhadap guru, kemudian guru mengarahkan minat tersebut pada kegiatan pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Jenis minat yang kedua adalah minat pribadi. Dari namanya tentu kita sudah mengetahui bahwa jenis minat tersebut berasal dari dalam diri peserta didik. Jenis minat ini lahir dari kesadaran peserta didik bahwa suatu pembelajaran tersebut menarik, dan bermanfaat bagi dirinya. Minat yang timbul dari diri siswa tersebut biasanya relative dimiliki sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang dibuat siswa. Jenis minat ini merupakan jenis minat yang sulit dikembangkan pada peserta didik. Pada kelas-kelas awal, minat peserta didik sebagian besar masih bersifat situasional. Guru masih harus bekerja keras untuk menumbuhkan minat belajar pada diri peserta didik. Pada umumnya, mereka menaruh minat pada aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dapat mereka lakukan dengan baik dan sesuai dengan stereotipnya. Setelah dikaji lebih dalam, jenis minat pribadi merupakan jenis minat yang lebih bermanfaat dibandingkan dengan minat situasional. Hal ini dikarenakan minat pribadi memungkinkan keterlibatan, proses-proses kognitif dan afektif dan perbaikan dalam jangka waktu yang panjang. Namun minat situasional juga memiliki peran yang penting, karena dapat menarik perhatian siswa dan mampu menumbuhkan minat pribadi.
d. Strategi Membangkitkan Minat Belajar Hampir semua peserta didik dapat belajar dengan baik jika pembelajaran yang diperolehnya menarik minat mereka. Sekalipun peserta didik memiliki latar belakang pengetahuan yang minim, namun apabila pembelajaran yang diterimanya menimbulkan minat belajar yang besar, maka ia akan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Kurt Singer menyebutkan beberapa persyaratan timbulnya minat (1992), yakni: 1) Pelajaran akan menjadi menarik bagi siswa jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dengan kehidupan nyata. 2) Pelajaran yang menarik harus mempertimbangkan minat pribadi siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 3) Pelajaran akan lebih menarik bagi siswa jika siswa diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri 4) Minat siswa akan bertambah jika siswa dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia dapat mencapai tujuan-tujuan tertentu 5) Guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk berperan serta menumbuhkan rasa keterlibatan yang aktif pada diri siswa tersebut. (Hlm. 92) Untuk mengetahui penjelasan dari persyaratan timbulnya minat tersebut, maka akan dijelaskan satu persatu di bawah ini: 1) Pelajaran akan menjadi menarik bagi siswa jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dengan kehidupan nyata. Ketika
menyampaikan
materi,
guru
sedapat
mungkin
memanfaatkan setiap kemungkinan yang ada untuk membuat pertalian yang penting antara pelajaran yang diajarkan dengan kehidupan seharihari peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan kepada peserta didik bahwa apa yang dipelajari benar-benar berguna bagi dirinya, bukan sekedar teori saja. 2) Pelajaran yang menarik harus mempertimbangkan minat pribadi siswa. Minat belajar siswa akan lebih tergali dan dapat dimaksimalkan apabila minat masing-masing dari mereka dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh guru. Hal ini memang tidaklah mudah mengingat jumlah peserta didik yang tidak sedikit. Namun setidaknya sekolah memberikan ruang gerak yang luas bagi peserta didik dan minatnya masing-masing yang tentu saja minat yang tidak menyimpang. 3) Pelajaran akan lebih menarik bagi siswa jika siswa diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri Guru terkadang masih memiliki peran yang otoritas di dalam kelas. Guru sebagai penyampai materi dan murid sebagai penerima materi masih dipegang teguh oleh banyak guru. Hal itu menyebabkan siswa belajar tidak atas minatnya masing-masing, namun ditentukan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 guru. Tentu saja hal ini menyebabkan pembelajaran hanya bersifat teoritis. Untuk menghidari hal ini,hendaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara pribadi dalam suatu pembelajaran.
Kesempatan
untuk
giat
secara
mandiri
akan
memungkinkan mereka dapat memahami bahan-bahan belajar dengan menarik. 4) Minat siswa akan bertambah jika siswa dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia dapat mencapai tujuan-tujuan tertentu Siswa akan semakin berminat terhadap pembelajaran jika mereka mengetahui bahwa proses pembelajaran tersebut memberikan manfaat pada mereka dalam mencapai tujuan tertentu. Maksudnya setelah pembelajaran siswa diharapkan dapat menerapkan apa yang telah dipelajarinya tersebut. Oleh karena itu bimbingan yang sifatnya teknik kerja lebih berarti bagi murid daripada penambahan dan perluasan bahan pelajaran. 5) Guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk berperan serta menumbuhkan rasa keterlibatan yang aktif pada diri siswa tersebut. Guru hendaknya dapat menimbulkan partisipasi siswa pada pembelajaran untuk dapat menimbulkan minat belajar. Hal ini dapat dimulai dari hubungan yang baik antara guru dengan siswa. Hal ini memudahkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Setidaknya siswa dapat terlebih dahulu berorientasi kepada pendidiknya jika di antara mereka terjalin hubungan yang baik Hal ini tentu saja dengan syarat guru benar-benar merasa tergerak dan bersemangat terhadap mata pelajaran tertentu.. Jika guru merasa senang akan sesuatu, maka situasi emosional tersebut dapat ditularkan kepada siswa. Minat belajar pada peserta didik terhadap sesuatu bukan sematamata merupakan bawaan sejak lahir, melainkan lebih banyak sebagai hasil akumulasi dari pengalaman yang mereka alami. Jika pengalaman peserta user didik terhadap pembelajarancommit selalu to menimbulkan efek yang sesuai harapan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 maka minat belajar mereka akan dapat meningkat. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran tentu diharapkan dapat memberikan pengalaman tersebut untuk dapat membangkitkan minat belajar pada siswa. Hurlock (1999) menjelaskan bahwa minat belajar tumbuh dari tiga jenis pengalaman belajar, yaitu: 1). Coba dan ralat atau try and error 2). Meniru dari orang lain 3). Bimbingan dan pengarahan seseorang yang mahir menilai kemampuan siswa.(hlm.118) Untuk mengetahui masing-masing pengalaman belajar tersebut, maka akan dijelaskan satu persatu di bawah ini: 1). Coba dan ralat atau try and error Coba dan ralat maksudnya adalah mencoba dan berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya, ketika mengalami kegagalan maka dia tidak putus asa, akan tetapi mencoba dan berusaha lagi. Siswa yang selalu tertantang dan tidak mudah putus asa ketika mengahapi pelajaran, ia akan senang pada mata pelajaran dan hal ini akan memperlancar minat, tergantung pada tingkat kegagalan dan toleransi terhadap kegagalan tersebut. 2). Meniru dari orang lain Meniru orang lain maksudnya adalah ketika siswa berinteraksi dengan orang lain terutama orang yang dikaguminya maka secara tidak langsung ia akan mengikuti yang dilakukan orang tersebut. Dalam pembelajaran, seseorang yang dapat ditiru adalah guru. Apabila guru hendak menimbulkan ketertarikan pada suatu mata pelajaran, maka guru terlebih dahulu merasakan berada di tengah-tengah pembelajaran dan merasakan bahwa pembelajaran tersebut benar-benar menyenangkan. 3). Bimbingan dan pengarahan seseorang yang mahir menilai kemampuan siswa. Minat seseorang dapat diukur dan dinilai. Seseorang yang ahli dalam bidang penelusuran minat dan bakat dapat mengarahkan seseorang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 untuk meminati bidang tertentu. Seorang psikolog dapat memberikan pertimbangan dan arahan apakah bidang yang disenanginya benar-benar sesuai dengan minat dan bakatnya atau justru sebaliknya. Guru bimbingan dan konseling dapat memberikan bimbingan minatnya, misalnya dalam penjurusan sekolah di SMA atau sejenisnya
e. Aspek-Aspek Minat Belajar Ketika dilahirkan, anak tidak dilengkapi dengan sesuatu yang dinamakan minat. Minat merupakan hasil dari pengalaman belajar. Jenis pelajaran yang mampu menghasilkan minat peserta didik akan dapat menentukan seberapa lama minat dapat bertahan dan seberapa kepuasan yang dapat diperoleh dari minat itu. Untuk mengerti bagaimana cara mengembangkan minat perlu diketahui bukan saja bagaimana minat dipelajari,tapi juga bagaimana berbagai aspek minat berkembang. Ada beberapa ahli yang mengembangkan beberapa aspek minat,diantaranya: 1) Aspek minat menurut Hurlock Hurlock membagi aspek minat menjadi dua, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif (1999). Aspek kognitif adalah aspek yang melibatkan pengetahuan seseorang, yaitu pengetahuan seseorang akan suatu obyek apakah memberikan keuntungan dan kepuasan. Sedangkan Aspek afektif adalah aspek minat yang berkaitan dengan sikap sesorang terhadap pengalaman pribadinya ketika berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, guru, orang tua, atau teman. 2) Aspek minat menurut Muhibbin Syah Menurut Muhibbin Syah minat mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai suatu prestasi belajar. Peranan minat akan melahirkan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan (2004). 3) Aspek minat menurut Winkel Menurut Winkel aspek minat dibagi menjadi empat unsur pokok commit to user yang sangat penting untuk meraih keberhasilan dalam belajar, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 perhatian, kesadaran, kesenangan dan kemauan (2004). Untuk lebih jelasnya, keempat unsur tersebut akan diuraikan sebagai berikut: a). Perhatian Dalam belajar sangat diperlukan perhatian yang memusat agar siswa tidak terpengaruh gangguan luar. b) Kesadaran Timbulnya minat pada diri seseorang dapat pula diawali dari adanya kesadaran bahwa suatu objek
itu ada manfaat bagi dirinya.
Kesadaran itu mutlak harus ada dan dengan kesadaran itu pula seseorang akan mengenali objek yang dirasa ada daya tariknya. c) Kesenangan Kesuksesan belajar siswa dimulai dengan
rasa senang
melakukan aktivitas belajar. Rasa senang terhadap aktivitas belajar tersebut akan menimbulkan semangat dan pantang menyerah dalam belajar. d) Kemauan Siswa mencurahkan segala kemampuan untuk belajar demi kesuksesannya. Siswa yang mempunyai minat belajar tinggi akan bersedia melakukan aktivitas belajarnya dengan sungguh-sungguh sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Dengan demikian, maka peneliti menyimpulkan bahwa aspekaspek minat yaitu pemusatan perhatian, motivasi, kebutuhan,dan perasaan senang. Seseorang dapat dikatakan berminat terhadap sesuatu apabila individu itu memiliki keempat aspek tersebut. Masing-masing aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pemusatan perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin minat belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak commit user menjadi perhatian siswa, makatotimbullah kebosanan dan tidak suka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan indicator dari aspek pemusatan perhatian
yaitu memperhatikan
penjelasan guru, memahami intruksi guru, dan mengajukan pertanyaan kepada guru/siswa lain. 2) Motivasi Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan menarik dalam belajar serta lingkungan belajar yang kondusif. Tidak semua indicator dari aspek motivasi akan dipergunakan dalam penelitian karena akan disesuaikan dengan strategi pembelajaran yang digunakan.
Dengan
demikian
indicator
yang
diambil
adalah
menyelesaikan tugas yang diberikan guru, mencatat materi/soal hasil pembahasan, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok 3) Kebutuhan Kebutuhan timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan. Jika kebutuhan telah terpenuhi dan terpuaskan maka aktivitas akan berkurang dan sesuai dengan dinamika kehidupan manusia, sehingga akan timbul tuntutan kebutuhan yang baru. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individual. Proses ini dapat menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Sehingga user siswa menyadari bahwacommit belajartomerupakan suatu alat untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 tujuan belajarnya, dan siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kebaikan pada dirinya. Berdasarkan uraian di atas maka indicator yang dapat diambil adalah memanfaatkan sumber belajar yang ada, dan partisipasi dalam diskusi kelompok. 4) Perasaan senang Minat belajar siswa sangat menentukan proses belajar mengajar di dalam kelas. Seorang siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran tertentu, maka dia akan senang mempelajari pelajaran tersebut. Demikian juga sebaliknya, jika siswa tidak berminat terhadap pelajaran tertentu, maka ia tidak akan bersemangat untuk mempelajari pelajaran tersebut. Pelajaran akan berjalan dengan lancar apabila siswanya berminat untuk belajar. Indikator dari perasaan senang adalah antusiasme siswa saat mengikuti pelajaran sosiologi, dan suasana kondusif di dalam kelas.
2. Tinjauan tentang Prestasi Belajar Sosiologi Untuk memahami segala sesuatu mengenai prestasi belajar, berikut ini peneliti paparkan segala hal yang menyangkut prestasi belajar. a. Belajar 1) Pengertian Belajar Banyak orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan suatu materi atau informasi. Di samping itu ada juga yang menganggap belajar merupakan latihan semata, seperti latihan membaca dan latihan menulis. Kedua persepsi ini biasanya hanya akan menghasilkan output kegiatan pembelajaran yang kurang maksimal. Sebenarnya, belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses belajar selalu terjadi dalam kehidupan kita setiap saat, baik sengaja maupun tidak disengaja, disadari atau tidak disadari. Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar, terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian commit to user belajar menurut para ahli: belajar. Berikut ini beberapa pengertian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 a) Belajar menurut Slameto Slameto (1995) menyatakan bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya
(hlm.2). Maksudnya, hasil dari aktivitas belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut sifatnya menyeluruh dan menetap karena dianggap sebagai salah satu pengalaman. b) Belajar menurut Suhaenah Suparno Suhaenah Suparno (2001) menyebutkan bahwa “ Dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relative permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan”(hlm.2). Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu bentuk aktivitas yang tentu saja tidak dapat dilihat secara nyata. Poses belajar ini akan menimbukan perubahan pada diri individu yang sifatnya menetap. Tidak semua perubahan pada diri individu termasuk dalam perubahan dalam arti belajar c) Belajar menurut Hintzman Hintzman dalam Muhibbin Syah (2011) berpendapat bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior”(hlm.65). Apabila diterjemahkan yakni belajar adalah suatu perubahan dalam diri organisme sebagai sebuah pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman , perubahan ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organism. d) Belajar menurut Reber Reber dalam Muhibbin Syah membatasi definisi belajar commit to user pertama yakni “The process of menjadi dua macam definisi. Definisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 acquiring knowledge” (proses memperoleh pengetahuan). Dari definisi pertama dapat dipahami bahwa belajar lebih mengarah pada kecenderungan memperoleh pengetahuan. Dengan demikian belajar sangat berhubungan dengan ranah kognitif. Definisi kedua,belajar adalah”A relatively permanent change in respon potentiality which occurs as a result of reinforced practice.” (Suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative menetap sebagai hasil latihan yang diperkuat). Definisi tersebut dimaksudkan bahwa perubahan yang dimaksudkan dalam proses belajar sifatnya bertahan lama. Perubahan yang disebabkan karena mabuk, lelah dan jenuh tidak bisa dikategorikan sebagai
pengertian belajar..
membutuhkan
yang
latihan
berulang-ulang
Proses
belajar
untuk
ini
menjamin
perubahan pada diri siswa (2011). Berdasarkan beberapa definisi yang telah disampaikan ahli, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu secara menetap sebagai hasil dari pengalaman dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dalam poses belajar terdapat tahap-tahap yang berupa latihan berulang-ulang untuk menekankan perubahan yang diharapkan terjadi.Dengan menetapnya suatu perubahan, maka proses belajar dapat dikatakan berhasil.
2). Jenis-Jenis Belajar Belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh perubahan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dari segi materi, metode, serta tujuannya. Keragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan hidup manusia yang bermacammacam. Muhibbin Syah (2011) menyebutkan bahwa belajar terdiri dari beragam jenis, yakni: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 a) Ragam abstrak b) Ragam ketrampilan c) Ragam social d) Ragam pemecahan masalah e) Ragam rasional f) Ragam kebiasaan g) Ragam Apresiasi h) Ragam Pengetahuan (Hlm 125) Adapun penjelasan dari beberapa ragam belajar tersebut adalah sebagai berikut: a) Ragam Abstrak Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Maksudnya belajar abstrak merupakan jenis belajar yang memerlukan peranan akal, penguasaan prinsip,penguasaan konsep dan generalisasi. Disebut abstrak karena masalah-masalah yang timbul sifatnya tidak nyata. Yang termasuk dalam belajar jenis ini misalnya belajar matematika, agama, dan astronomi b) Ragam ketrampilan Ragam ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot otot/neorumuscular. Maksudnya ragam ketrampilan merupakan jenis belajar yang mengandalkan ketrampilan jasmaniah tertentu. Dalam ragam ketrampilan latihan-latihan yang intensif yang teratur sangat diperlukan. Yang termasuk dalam ragam belajar ini misalnya olahraga,music,menari dan melukis. c) Ragam social Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Maksudnya ragam ini mengkhususkan diri untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah social seperi masalah keluarga, masalah kelompok, masalah masyarakat dan sebagainya. Bidang studi yang termasuk dalam jenis ini antara lain to user pelajaran PKn, Agamacommit dan Sosiologi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 d) Ragam Pemecahan Masalah Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Maksudnya belajar jenis ini mengkhususkan mengkaji materi pelajaran dengan cara-cara yang dapat diterima akal. Ragam belajar ini bertujuan untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif. Hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. e) Ragam Rasional Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir yang logis dan sistematis. Ragam belajar ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional siswa diharapkan memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan akal sehat, logis serta sistemats. f) Ragam Kebiasaan Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaankebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Maksudnya, jenis belajar ini mengkhususkan untuk membentuk suatu kebiasaan yang lebih baik dengan melakukan sesuatu yang berbeda atau sesuatu yang terus-menerus dilakukan. Belajar kebiasaan dilakukan dengan memberikan perintah, hukuman, memberikan pengalaman khsus dan sebagainya. g) Ragam Apresiasi Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Maksudnya jenis belajar ini mengutamakan penghargaan pada suatu objek tertentu, seperti sastra,music dan sebagainya. Tujuan dari belajar ini adalah untuk mengembangkan kecakapan ranah afektif.
Bidang studi yang
menunjang ragam apresiasi ini antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan, kesenian dan sebagainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 h) Ragam pengetahuan Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuan dari belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu. Dalam sosiologi, untuk menguasai informasi maupun pemahaman tentang permasalahan, siswa harus terjun langsung mempelajari masyarakat tersebut. Beberapa ragam belajar di atas sesuai apabila diterapkan dalam mata pelajaran sosiologi. Ragam belajar tersebut antara lain ragam social, ragam pemecahan masalah, ragam kebiasaan, ragam apresiasi dan ragam pengetahuan. Selain pengelompokan di atas, jenis belajar yang terkenal adalah taksonomi belajar yang disusun oleh Benyamin Bloom. Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yang dikenal dengan ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Berikut ini akan sedikit dijelaskan mengenai ketiga ranah tersebut a) Ranah kognitif Suhaenah Suparno (2001) menyatakan bahwa “Ranah kognitif ini terdapat tingkatan yang dimulai dari hanya bersifat pengetahuan tentang fakta-fakta sampai pada proses intelektual yang tinggi yang dapat mengevaluasi sejumlah fakta”(hlm. 6). Tingkatan tersebut diantaranya: (1) Pengetahuan Pengetahuan didasarkan pada kegiatan kegiatan untuk mengingat berbagai informasi yang pernah diketahui, tentang fakta, metode atau teknik maupun mengingat hal-hal yang bersifat aturan, prinsip-prinsip atau generalisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 (2) Pemahaman Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap arti dari apa yang tersaji, kemampuan untuk menerjemahkan satu bentuk ke bentuk lainnya dalam kata-kata, angka, ringkasan dan prediksi (3) Aplikasi Kemampuan
ini
merupakan
kemampuan
untuk
memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dalam situasi yang baru, kegiatan ini mengharuskan penerapan dari prinsipprinsip, teori maupun rumus (4) Analisis dan sintesis Kemampuan analisis merupakan kemampuan mengurai bahan-bahan yang dipelajari menjadi bagian-bagian tertentu, sehingga struktur dari yang dipelajari itu menjadi lebih jelas. Sedangkan kemampuan sintesis adalah kemampuan yang merujuk pada bagimana seseorang menggabungkan atau mengkombinasika unsur-unsur yang terpisah sehingga menjadi bentuk kesatuan yang baru. (5) Evaluasi Kemampuan evaluasi adalah kemampuan yang mencakup pemberian
penilaian
terhadap
bahan-bahan
ataupun
fakta
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. b) Ranah Afektif Ranah afektif ini adalah ranah belajar yang berkenaan dengan sikap. Jenis belajar ranah afektif memang jarang digunakan daripada ranah kognitif. Kratwol, Bloom & Masia dalam Suhaenah Suparno (2001) menyatakan bahwa
“Tingkat-tingkat ranah sikap dimulai
dengan pertama, menerima stimulus secara pasif; kedua, memberi respon secara aktif; ketiga memberi penilaian terhadap respon yang dilakukan; keempat mengorganisasikan, artinya menjadikan objek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 tersebut sebagai bagian dari dirinya; kelima karakteristik”(hlm.9). Pembahasan lebih rinci masing-masing akan diuraikan di bawah ini: (1) Menerima atau menaruh perhatian Proses ini dimulai dengan proses kesadaran akan adanya sesuatu hal. Selanjutnya adalah tahap menerima yang diwujudkan denagn keinginan untuk terlibat dalam kegiatan yang berhibungan dengan hal tersebut. Selanjutnya akan timbul perhatian-perthatian tertentu terhadap hal tersebut. (2) Memberi respon Respon merupakan reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Respon bukanlah hal yang timbul karena paksanaan, namun karena kesuka relaan. Pada tahap ini seseorang sudah bisa menunjukkan tanggung jawab atas apa yang dikerjakannya (3) Memberi penilaian Merasa menjadi bagian kelompok dari pelaku-pelaku kegiatan yang sama serta bertanggung jawab atas kegiatan tersebut. Dia juga tidak segan merefleksi objek atau kegiatan tersebut. (4) Pengorganisasian Pengorganisasian yaitu pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lainnya, pemantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya. Maksudnya, apa yang diyakininya akan menetap dalam dirinya dan dipegang teguh. (5) Karakterisasi Karakterisasi merupakan keterpaduan antara sistem dilai dalam diri seseorang yang mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku seseorang. Pada tahap ini, individu siap untuk menilai ulang apa yang telah diyakininya dengan lebih objektif, realistic dan sikap yang toleran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 c) Ranah Psikomotorik Belajar psikomotorik menekankan ketrampilan motorik, yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktifitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Untuk menjelaskan konsep tersebut digunakan contoh kegiatan berbicara, menulis, berbagai aktivitas pendidikan jasmani dan program-program ketrampilan. Jenis belajar yang disebutkan Bloom memang lebih lengkap serta universal dibandingkan dengan yang telah disampaikan Muhibbin Syah. Pembagian jenis belajar ini bisa diterapkan di berbagai mata pelajaran
tergantung
dengan
kebutuhan.
Dalam
proses
belajar
mengajar,tipe belajar kognitif memang lebih dominan dibandingkan dengan yang lainnya
3). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan. Baik-tidaknya belajar tergantung pada bermacam-macam factor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya. Muhibbin Syah (2011) membagi factor-faktor belajar menjadi tiga macam. Secara Global, factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: 1) Faktor internal (factor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; 2) Faktor eksternal (factor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa; 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran.(hlm.146) Berikut ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 a) Faktor Internal siswa Faktor internal siswa merupakan faktor dari dalam sendiri siswa yang mempengaruhi belajar. Faktor internal ini terbagi menjadi tiga faktor, yakni faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. (1) Faktor Jasmaniah (a) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam segenap badan dalam keadaan baik serta bebas dari penyakit. Kesehatan ini mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa yang kesehatannya terganggu akan mudah lelah, kurang bersemangat dan badannya lemah. Hal ini dapat membuat siswa tidak maksimal dalam mempelajari suatu materi. Untuk mempertahankan tubuh agar tetap bugar, siswa dianjuran untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi serta baik. Selain itu siswa juga harus rajin belorahlaga dan istirahat secara teratur. (b) Cacat Tubuh Cacat tubuh merupakaan keadaan dimana kondisi fisiknya memiliki kekurangan atau kelainan. Cacat ini jenisnya beragam seperti buta, tuli, bisu, lumpuh dan sebagainya. Keadaan cacat tubuh seperti ini sangat mempengaruhi belajar seseorang. Siswa yang cacat biasanya akan terganggu dalam menerima pelajaran. Jika sudah demikian hendaknya siswa belajar di lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu untuk menghindari pengaruh kecacatannya dan memaksimalkan pemenuhan kebutuhan belajarnya. (2) Faktor Psikologis Banyak factor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran commit to user siswa. Aspek psikologis dibagi menjadi lima macam, yakni tingkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat sswa dan motivasi belajar. (a) Tingkat kecerdasan/intelegensi Intelegensi
pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan/intelegensi seorang siswa berpengaruh besar terhadap kemajuan belajar. Siswa dengan tingkat intelegensi tinggi akan berkesempatan lebih berhasil daripada siswa yang tingkat intelegensinya rendah. Namun hal ini bukan jaminan karena masih adanya factor-faktor yang melatarbelakangi yang memungkinkan siswa dengan tingkat intelegensi rendah lebih berhasil daripada yang tingkat intelegensinya tinggi. (b) Sikap siswa Sikap
merupakan
kecenderungan
bereaksi
atau
merespon dengan cara relative terhadap objek tertentu, baik positif maupun negative. Jika siswa merespon postif suatu pelajaran maka itu merupakan awal pembelajaran yang baik dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Sebaliknya jika dari awal respon siswa negatif, maka siswa akan cukup kesulitan dalam mempelajari materi yang telah diajarkan. (c) Bakat siswa Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Maksudnya, bakat adalah suatu kemampuan yang dimiliki setiap orang untuk mencapai prestasi tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Kemampuan itu baru akan direalisasikan setelah melalui proses belajar atau berlatih. Misalnya siswa yang berbakat menari akan lebih bisa menangkap dengan cepat instruksi guru tari daripada teman-temannya.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 (d) Minat Siswa Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang
melihat
ciri-ciri
suatu
situasi
yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhannya sendiri. Maksudnya apabila seseorang melihat suatu aktivitas atau objek yang ternyata sesuai dengan keinginan orang tersebut maka orang itu akan senang. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikan aktifitas itu secara konsisten dengan rasa senang Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya karena tidak memiliki ketertarikan. Bahan pelajaran yang dapat menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. (e) Motivasi siswa Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut motivasi. Motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik . Motivasi intrinsik adalah hal atau keadaan yang berasal dari diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Yang termasuk motivasi intrinsik antara
lain
adalah
perasaan
menyenangi
materi
dan
kebutuhannya terhadap amteri tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contoh dari motivasi ekstrinsik antara lain pujian, hadiah,suri teladan dan sebagainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 b) Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal siswa merupakan factor yang berasal dari luar diri siswa. Factor eksternal siswa dibagi menjadi dua macam,yakni lingkungan social dan lingkungan non social. (1) Lingkungan social Lingkungan
social
siswa
cukup
luas,
diantaranya
lingkungan sekolah, masyarakat, tetangga, teman sebaya dan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Sifat orang tua, pengelolaan keluarga, masalah keluarga, dapat berdampak bagi kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. Misalnya sifat orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan belajar anaknya akan membuat anak tidak mau belajar. Lingkungan selanjutnya adalah lingkungan tetangga dan teman sebaya. Apabila siswa hidup dalam kondisi dimana anak putus sekolah dan serba kekurangan, hal itu akan membuat anak kesulitan menemukan teman belajar. Bahkan cenderung akan bergaul dengan bebas layaknya anak yang tidak sekolah. Lingkungan social di sekolah seperti guru, staf dan temanteman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Guru yang menunjukkan perhatiannya serta teladan yang baik, akan memberikan kenyamanan belajar kepada siswa, sehingga dapat menularkan hal-hal positif pada siswa. (2) Lingkungan Non social Faktor-faktor yang termasik lingkungan non social adalah gedung sekolah serta letaknya, rumah tempat tinggal keluarga, sarana belajar,serta iklim dan cuaca pada waktu belajar. Faktorfaktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa. Rumah yang sempit dan berantakan dalam perkampungan padat misalnya, akan membuat siswa tidak betah untuk belajar karena to user Selain itu siswa tidak dapat tidak menemukancommit kenyamanan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 berkonsentrasi karena suara-suara dari luar yang mengganggu konsentrasi belajar c) Faktor Pendekatan Belajar Di samping factor eksternal dan internal siswa, factor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar mengajar siswa tersebut. Pendekatan belajar merupakan strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keaktifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Pendekatan belajar dikelompokkan menjadi tiga macam yakni pendekatan surface, pendekatan deep dan pendekatan achieving. Pendekatan surface adalah pendekatan yang terjadi karena dorongan dari luar, antara lain karena takut. Oleh karena itu gaya belajar ini santai dan hanya menghafal materi. Selanjutnya pendekatan deep atau pendekatan yang mendalam merupakan cara belajar siswa yang dikarenakan adanya rasa ketertarikan pada diri siswa. Oleh karena itu gaya belajarnya serius dan lebih memahami materi. Yang terakhir adalah pendekatan achieving yang mengedepankan ego pribadi. Pendekatan ini bercirikan ambisi pribadi dalam meningkatkan prestasi dirinya. Gaya belajar ini adalah gaya belajar yang paling serius dibandingkan pendekatan lain. Dari ketiganya, pendekatan yang wajar diperlukan siswa adalah pendekatan deep atau mendalam. Pendekatan ini sifatnya lebih santai dibanding pendekatan achieving. Pendekatan surface dinilai kurang efektif karena belum mampu menarik minat belajar siswa. Sedangkan
pendekatan
achieving
terlalu
ambisius
sehingga
kemungkinan menimbulkan kesedihan yang mendalam apabila siswa menemui kegagalan dalam mencapai ambisinya.
b. Prestasi Belajar 1) Pengertian Prestasi Belajar Setiap bentuk kegiatan yang dilakukan untuk tujuan tertentu commitdiketahui to user hasilnya. Hasil dari kegiatan pada akhirnya selalu ingin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 tersebut disebut dengan prestasi. Prestasi belajar merupakan gabungan dari pengertian prestasi dan belajar. Kata prestasi berasal dari bahawa belanda yanitu prestatie , Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi ini berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar berkenaan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik (Arifin, 2011:3). Maksudnya, prestasi lebih menekankan aspek kognitif sedangkan hasil belajar menekankan aspek afektif siswa. Untuk mengetahui konsep dari prestasi belajar berikut ini dipaparkan pengertian prestasi belajar menurut para ahli: a) Prestasi Belajar menurut Zainal Arifin Zainal Arifin (1990) mengatakan bahwa “Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”(hlm.3). Dalam melakukan kegiatan pembelajaran tentu seseorang mengiginkan hasil yang terbaik, itulah yang dinamaan prestasi belajar. Dengan demikian prestasi belajar merupakan indicator dari kualitas dan kuantitas yang telah dikuasai peserta didik b) Prestasi belajar menurut Winkel Winkel (1984) mendefinikan prestasi belajar ini dengan kalimat yang singkat yaitu “Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan yang telah dicapai”(hlm.51). Dari pendapat Winkel dapat dijabarkan bahwa belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan yang dapat dibuktikan dengan angka, huruf maupun tingkah laku dalam periode tertentu c) Prestasi belajar menurut Nasution Nasution (1982) mengatakan bahwa “ Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai dari usaha dalam mengikuti pendidikan dan latihan tertentu.”(hlm.39). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Dalam pengertian Nasution ini dapat dijelaskan bahwa wujud dari prestasi belajar berupa pengertian, kecakapan-kecakapan serta ketrampilan. Untuk mencapai hasil yang diinginkan diperlukan usahausaha yang memerlukan waktu serta ketekunan. Setelah
mengkaji
pendapat
para
ahli
di
atas
peneliti
menyimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil belajar yang selalu dikejar oleh setiap siswa di sekolah atau merupakan hasil dari usaha belajar dan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
2) Fungsi Prestasi Belajar Keberhasilan manusia dalam meraih prestasi belajar, pada tingkat dan jenis ilmu pengetahuan tertentu dapat memberikan kepuasan pula pada manusia khususnya yang ada pada bangku sekolah. Oleh karena itu, prestasi mempunyai beberapa fungsi. Zainal Arifin menyebutkan fungsi prestasi, antara lain adalah sebagai berikut: a) Sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu (curious) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. c) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, yang asumsinya prestasi belajar dijadikan pendorong dan umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d) Sebagai indikator intern dan extern dari suatu institusi pendidikan. e) Dapat dijadikan indikator dengan daya serap (kecerdasan) anak didik. (1990) Masing-masing fungsi dari prestasi belaar tersebut akan dijelaskan di bawah ini: a) Sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Prestasi
merupakan
pencapaian
maksimal
dari
suatu
pengetahuan. Hasil yang maksimal tentu saja bisa dilihat dari kualitas serta kuantitas yang dimiliki seseorang. Untuk mengetahui apakah pembelajaran tersebut berkualitas atau tidak serta memiliki kuantitas atau tidak dapat dilihat dari prestasi belajar yang telah dicapai siswa b) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu (curious) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. Seseorang yang belajar biasanya bermula dari rasa ingin tahu yang tinggi akan sesuatu. Selain itu seseorang belajar karena merasa membutuhkannya untuk memenuhi hasrat tertentu yang dimilikinya. Seseorang yang telah memperoleh kepuasan dalam menenuhi hasrat ingin tahu dan kebutuhannya, maka dapat dilihat dari prestasi belajarnya yang dianggap telah maksimal. c) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, yang asumsinya prestasi belajar dijadikan pendorong dan umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam pembelajaran guru harus memiliki ketrampilan khusus dalam memberikan umpan balik pembelajaran kepada siswa. Hal itu bisa dilihat dari prestasi yang diperoleh siswa. Apakah prestasi itu maksimal atau tidak, menentukan umpan balik jenis apa yang akan dipilih guru. Misalkan prestasi belajar belum maksimal, maka guru memberikan umpan balik berupa tanya jawab materi yang belum diketahui siswa. d) Sebagai indikator intern dan extern dari suatu institusi pendidikan. Indikator produktivitas
intern
suatu
dijadikan
institusi
sebagai
pendidikan.
indikator
tingkat
Maksudnya
dengan
mengetahui prestasi belajar, maka hal itu akan menggambarkan apakah kurikulum yang telah dipilih suatu institusi relevan dengan kebutuhan masyarakat dan peserta didik. Indikator ekstern maksudnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 adalah tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. e) Dapat dijadikan indikator dengan daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses pembelajaran peserta didik menjadi focus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Dalam melaksanakan kegiatan belajar sehari-hari, seorang siswa selalu berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Prestasi belajar yang dicapai siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai hal yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Sumadi
Suryabrata
menggolongkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar menjadi dua yaitu faktor dari dalam (intern), dan faktor dari luar (ekstern)(1983). Agar lebih jelas akan peneliti uraikan lebih lanjut mengenai dua faktor tersebut: a) Faktor dari dalam Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan faktor penentu berhasilnya proses belajar mengajar di sekolah sangat tergantung dari siswa yang bersangkutan. Diantara faktor-faktor yang perlu diperhatikan dari segi anak didik adalah: (1) Faktor fisiologis / jasmaniah Keadaan jasmani siswa harus diperhatikan dan diusahakan selalu dalam keadaan baik agar prestasi belajar siswa dapat dicapai secara
optimal.
Keadaan
jasmani
yang
penting
seperti:
pendengaran, penglihatan, kondisi fisik dan kematangan fisik. (2) Faktor psikologis Faktor ini sangat berhubungan dengan hasil belajar yang to userpembawaan maupun yang berasal dicapai siswa, baikcommit yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 dari pergaulan seperti kemampuan belajar, tingkat intelegensi, bakat, unsur kepribadian tertentu, seperti : sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi, rasa aman, penyesuaian diri, perhatian, dan kematangan jiwa. b) Faktor dari luar Faktor-faktor ini berasal dari luar peserta didik.Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan menjadi dua macam, yaitu: (1) Lingkungan Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (a) Lingkungan alami, seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, cuaca, dan lain sebagainya. (b) Lingkungan sosial, seperti: suasana ramai, kehadiran orang lain, dan lain sebagainya. (2) Instrumen Untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, faktor instrument merupakan penunjang terwujudnya tujuan belajar tersebut. Semakin lengkap baik sarana belajar yang tersedia, maka kemungkinan tercapainya tujuan belajar semakin besar. Instrumen dapat dibedakan menjadi dua kelompok: (a) Sofware atau instrumen perangkat lunak, yaitu: kurikulum, guru, program, buku pedoman belajar, dan lain-lain. (b) Hardware atau instrumen perangkat keras, yaitu: gedung sekolah, mesin-mesin praktik, perlengkapan belajar, dan lain-lain.
4) Indikator Prestasi Belajar Siswa Setelah memperlajari pengertian prestasi belajar di atas, peneliti menyimpulkan indikator prestasi belajar berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada prinsipnya pengungkapan commitmeliputi to user ketiga ranah tersebut. Namun prestasi belajar yang ideal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 perubahan tingkah laku, khususnya pada ranah afektif murid sulit untuk diungkapkan. Untuk itu peneliti hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang tejadi sebagai hasil dari proses belajar. Untuk mengetahui perolehan ukuran dan data prestasi belajar siswa dapat dilihat dari garis-garis besar indicator yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur. Berikut ini akan disajikan Indikator prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2011:217). Tabel 2.1 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Belajar Ranah/Jenis prestasi
Indikator
Cara evaluasi
1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan
1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi
2. Ingatan
1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan kembali
1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi
3. Pemahaman
1. Dapat menjelaskan 2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri.
1. Tes lisan 2. Tes tertulis
4. Aplikasi/ penerapan
1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat mengguankan secara tepat
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 3. Observasi
A. Ranah Kognitif 1. Pengamatan
5.Analisis(pemeriksaan 1. Dapat menguraikan dan penilaian secara 2. Dapat teliti) mengklasifikasikan/ memilah-milah
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas
6. Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas
1. Dapat menghubungkan materi-materi, sehingga menjadi kesatuan baru 2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat menggeneralisasikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 B. Ranah Afektif 1. Penerimaan
1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak
1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi
2. Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi/ terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan
1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi
3. Apresiasi
1. Menganggap penting dan memanfaatkan 2. Menganggap indah dan harmonis 3. Mengagumi
1. Pemberian tugas 2. Tes skala sikap 3. Observasi
4. Internalisasi
1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari
1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas
5. Karakterisasi
1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi atau perilaku sehari-hari
1. Memberikan tugas ekspresi dan proyektif 2. Observasi
C. Ranah Psikomotor 1. Ketrampilan bergerak dan bertindak
Kecakapan mengkoordinasi 1. Observasi gerak mata,tangan,kaki dan 2. Tes tindakan anggota tubuh lainnya.
2. Kecakapan ekspresi verbal dan non verbal
1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan 2. Kecakapan membuat mimic dan gerak jasmani (Sumber : Muhibbin Syah,2011: 217-218)
1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan
c Tinjauan Mata Pelajaran Sosiologi Dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA), mata pelajaran sosiologi masuk ke dalam bidang studi ilmu social (IPS) yang berdiri sendiri yang merupakan mata pelajaran utama bagi jurusan IPS. Tujuan dipelajari commit to user sosiologi adalah untuk membekali anak didik dengan pengetahuan sosial
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 yang berguna, ketrampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosial nya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan nasional. Soerjono Soekamto (2002) memberikan lima definisi Sosiologi menurut para ahli, yaitu: 1) Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala social maupun non-sosial dan ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala social. 2) Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompokkelompok. 3) William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secarailmiah terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu organisasi social. 4) J.A.A Van Doorn dan C.J Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur serta prosesproses kemasyarakatan yang bersifat stabil. 5) Selo Soemarjan dan Soelaman Soemardi menyatakan bahwa Sosiologi atau ilmu yang mempelajari struktur social. Proses-proses social, termasuk perubahan-perubahan social(hlm.19). Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur social dan proses-proses social, termasuk di dalamnya perubahan-perubahan social. Standar kompetensi dan kompetensi dasar SMA kelas X yakni :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Tabel 2.2 Standar kompetensi dan kompetensi dasar SMA Kelas X Standar Kompetensi 1.
Memahami
Kompetensi Dasar 1.1
Menjelaskan fungsi
sosiologi sebagai
perilaku
ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat
keteraturan hidup
dan lingkungan
sesuai dengan nilai 1.2 dan norma yang berlaku
Mendeskripsikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
dalam 1.3
masyarakat
Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai
dasar
pengembangan
pola
keteraturan dan dinamika kehidupan social 2.
Menerapkan
2.1
nilai dan norma dalam
dalam pembentukan kepribadian
proses 2.2
pengembangan kepribadian
Menjelaskan sosialisasi sebagai proses
Mendeskripsikan
terjadinya
perilaku
menyimpang dan sikap-sikap anti social 2.3
Menerapkan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat
(Sumber : Api,2009)
3. Tinjauan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Berbagai hal mengenai penelitian tindakan kelas akan dijelaskan di bawah ini a. Penelitian Tindakan 1) Pengertian Penelitian Tindakan Istilah penelitian tindakan dalam bahasa Inggris disebut “Action Research”. Selain itu ada Beberapa istilah lain yang lebih dikenal di masyarakat yang serupa dengan Action Research, yakni riset atau riset tindakan. Berikut ini adalah beberapa pengertian penelitian tindakan oleh para ahli: a).
Penelitian
Kebudayaan
Tindakan
menurut
commit to user
Departemen
Pendidikan
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999), “Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah”(hlm.1). Maksud dari pernyataan di atas adalah penelitian tindakan merupakan upaya pemecahan masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya melalui tindakan-tindakan yang sifatnya reflektif. Dalam prakteknya penelitian tindakan berupaya menggabungkan tindakan yang bermakna dengan prosedur penelitian.. Prosedur penelitiannya antara lain dimulai dari observasi,perencanaan, refleksi kemudian tindakan.
Penelitian tindakan ini memerlukan kepekaan dalam
pengembangan analisis oleh peneliti karena sifatnya reflektif b). Penelitian Tindakan menurut Kurt Lewin Kurt Lewin dalam H.E. Mulyasa (2009) menyatakan bahwa “Penelitian tindakan merupakan suatu metode dalam penelitian tindakan yang dapat diterapkan dalam lingkungan yang sangat luas, di dalam lingkungan industri misalnya. Bahkan sangat baik pula dalam memperbaiki hubungan interpersonal dan kemasyarakatan karena kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari proses demokrasi yang dapat merubah kehidupan seseorang dan lingkungan tempat tinggalnya; termasuk lingkungan pendidikan formal, informal maupun nonformal”(hlm.5). Hal tersebut dimaksudkan bahwa penelitian tindakan adalah suatu metode perbaikan yang dapat diterapkan di berbagai lingkungan. Lingkungan industry dan lingkungan masyarakat merupakan salah satu lingkungan dimana dapat diterapkan penelitian tindakan. Dengan diterapkannya penelitian tindakan dalam lingkungan masyarakat maka akan memperbaiki masalah-masalah yang terjadi antar warga. Dalam pelaksanaannya penelitian ini menjunjung konsep demokrasi karena dilakukan secara bersama-sama dalam prosesnya. Sama halnya jika to user penelitian tindakan inicommit diterapkan dalam lingkungan pendidikan atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 lebih konkritnya adalah penelitian tindakan kelas. Di dalam penelitian tindakan kelas, guru melakukan perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas dibantu dengan peran serta peserta didik dan pihak-pihak lain yang terlibat. Kesemua elemen tersebut menjunjung tinggi nilai demokratis. Jika ditemukan kesalahan dari factor guru maka guru bersedia memperbaiki, begitu juga bila ditemukan kesalahan pada siswa. Hal ini semata-mata demi tercapainya tujuan pembelajaran atau output yang berkualitas Berdasarkan kedua pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian tindakan
adalah suatu strategi perbaikan atau
pemecahan
terdiri
masalah
refleksi,perencanaan
yang dan
tindakan
dari yang
tahap-tahap dapat
observasi,
diterapkan
pada
lingkuangan luas dengan melibatkan berbagai pihak yang berada di dalamnya.
2) Prinsip Pelaksanaan Penelitian Tindakan Dalam pelaksanaannya penelitian tindakan ini memegang teguh beberapa prinsip penelitian tindakan. Prinsip-prinsip ini hendaknya selalu dipegang teguh agar pelaksanaan penelitian tindakan dapat berjalan dengan
maksimal.
Pinsip-prinsip
tersebut
menurut
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1999) antara lain: a). Tindakan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama. b). Metode maupun waktunya.atau teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut baik dari segi kemampuan c). Metodologi yang digunakan harus terencana cermat d). Permasalahan atau topic yang dipilih harus benar-benar nyata, menarik, mampu ditangani dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti. e). Peneliti tetap harus memperhatikan etika penelitian serta ramburambu pelaksanaan yang berlaku umum. f). Kegiatan penelitian tindakan pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan(hlm.2) Masing-masing prinsip penelitian tindakan akan dijelaskan commit to user berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 a). Tindakan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama Hal ini dimaksudkan bahwa dalam pelaksanaannya waktu penelitian tindakan hendaknya disesuaikan dengan objek yang akan diperbaiki. Penelitian tidak boleh mengganggu kegiatan utama objek yang diteliti. Misalnya dalam lingkup pendidikan, penelitian tindakan tidak boleh dilaksanakan dengan mengorbankan kegiatan atau proses belajar mengajar yang pokok. b). Metode maupun waktunya.atau teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut baik dari segi kemampuan Dalam penelitian tindakan ada berbagai macam metode dengan karakteristik yang berbeda-beda. Dalam pelaksanaannya hendaknya dipilih suatu metode yang disesuaikan dengan kemampuan peneliti dan waktu diberikan. Hal ini dimaksudkan agar dalam prosesnya semua prosedur dapat diikuti dengan tepat. c). Metodologi yang digunakan harus terencana cermat Metodologi layaknya tubuh dari suatu penelitian, tak terkecuali penelitian tindakan. Dalam perencanaanya metodologi harus disusun dengan teliti. Hal ini berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan yang dirumuskan dalam hipotesis tindakan yang nantinya diuji di lapangan. d). Permasalahan atau topic yang dipilih harus benar-benar nyata, menarik, mampu ditangani dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti. Penelitian tindakan hendaknya bermula dari permasalahan yang ditemukan, namun tidak semua permasalahan dapat diteliti. Beberapa kriteria permasalahan yang bisa diteliti, diantaranya permasalahan yang benar-benar ada. Permasalahan yang benar-benar ada ini akan memberikan tantangan berbeda kepada peneliti sehingga menimbulkan kontribusi nyata peneliti pada objek yang diteliti commitdalam to userpenelitian hendaknya menarik dan tersebut. Selain itu masalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 berada dalam jangkauan peneliti. Apabila masalah yang ditangani berada dalam jangkauan peneliti, maka penelitian tindakan akan lebih mudah dilaksanakan dengan hasil yang maksimal e). Peneliti tetap harus memperhatikan etika penelitian serta ramburambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penelitian tindakan,ada beberapa rambu-rambu yang harus diperhatikan peneliti. Rambu-rambu atau peraturan tersebut bisa berkenaan dengan peraturan penelitian, bisa juga peraturan yang berlaku di lingkungan objek yang diteliti. Misalkan jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas, seorang peneliti harus mengikuti aturan yang berlaku di kelas maupun di sekolah itu sejak peneliti memulai penelitian. Hal ini akan meminimalisir timbulnya masalah terkait penelitian yang akan atau sudah dilaksanakan. f). Kegiatan penelitian tindakan pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan. Penelitian tindakan merupakan tindakan perbaikan atau pemecahan masalah. Dalam suatu kegiatan, masalah tidak mungkin hanya ada satu atau sifatnya tetap. Kegiatan akan selalu berubah meskipun dari hal yang paling kecil. Pengembangan dan peningkatan suatu kegiatan merupakan tantangan setiap waktu. Sehingga gerakan dalam penelitian juga hendaknya dilakukan setiap waktu untuk menuju kondisi kegiatan yang dicita-citakan.
3). Tipologi Penelitian Tindakan Penelitian tindakan memiliki jenis yang beragam. Keberagaman ini tergantung pada objek yang diteliti. Di bawah ini disebutkan jenis penelitian tindakan menurut Henry dan Mc Taggart dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999), a) Berdasarkan setting dan lokasinya (1) Participatory Action Research (2) Critical Action Research commit to user (3) Classroom Action Research
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 (4) Institutional Action Research b) Berdasarkan ruang lingkupnya (1) Penelitian Tindakan Skala Makro (2) Penelitian Tindakan Level Sekolah (3) Penelitian tindakan untuk guru (level kelas)(hlm.2). Masing-masing jenis penelitian tindakan akan dijelaskan di bawah ini: a) Berdasarkan setting dan lokasinya Berdasarkan setting dan lokasinya, penelitian tindakan terbagi menjadi empat macam, yakni: (1) Participatory Action Research Penelitian
tindakan
ini
menekankan
pada
strategi
partisipasi masyarakat. Penelitian tindakan partisipatori berusaha untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam suatu kegiatan, menumbuhkan rasa memiliki program bersama pada masyarakat dan menganalisis masalah-masalah social berbasis masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mensinergiskan peran masyarakat dan peneliti dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. (2) Critical Action Research Penelitian ini biasanya dilakukan oleh kelompok secara kolektif. Hal ini dilakukan dengan saling mengkritisi masalahmasalah yang praktis. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki suatu situasi agar terjadi suatu keseimbangan situasi yang dihadapi. Misalnya adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan ras atau gender. (3) Classroom Action Research Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti di kelas atau di sekolah. Penelitian ini menekankan pada proses pembelajaran yang selanjutnya diikuti peningkatan kualitas dari proses pembelajaran. Penelitian ini melibatkan guru, peneliti, peserta didik dibantu dengan pihakcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 pihak lain. Penelitian tindakan jenis ini yang akan diambil oleh peneliti. (4) Institutional Action Research Penelitian tindakan jenis ini biasanya dilaksanakan oleh pihak manajemen atau organisasi untuk meningkatkan kinerja, proses,
dan
produktivitas
dalam
suatu
lembaga.
Dalam
pelaksanaannya penelitian ini berupaya memecahkan masalahmaslah organisasi atau manajemen melalui pertukaran pengalaman secara kritis. Pertukaran pengalaman tersebut biasa dikenal dengan sharing pengalaman. Peerbedaannya dengan sharing biasa, pertukaran pengalaman disini sifatnya lebih kritis sehingga akan ditemukan masalah-masalah sekecil apapun. b) Berdasarkan ruang lingkupnya Berdasarkan ruang lingkupnya, jenis penelitian dibedakan menjadi 3 macam, yakni: (1) Penelitian Tindakan Skala Makro Penelitian tindakan skala makro merupakan penelitian dengan cakupan yang paling luas diantara jenis penelitian yang lain. Dalam pelaksanaannya penelitian tindakan ini akan lebih banyak memakan waktu, bisaya dan tenaga. Penelitian jenis ini merupakan penelitian tindakan yang paling sulit dilaksanakan. Contoh dari penelitian tindakan jenis ini salah satunya adalah peningkatan partisipasi dunia bisnis dalam rangka pembiayaan pendidikan. (2) Penelitian Tindakan Level Sekolah Penelitian tindakan level sekolah merupakan jenis penelitian tindakan dengan cakupan sedang. Penelitian level ini biasanya diadakan di salah satu atau beberapa sekolah. Contoh dari penelitian tindakan jenis ini adalah peningkatan unit produksi mesin di sekolah kejuruan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 (3) Penelitian tindakan untuk guru (level kelas) Dari namanya tentu akan langsung dipahami bahwa penelitian tindakan jenis ini dilaksanakan dalam lingkup kelas. Lingkup penelitian ini adalah paling sempit dibandingkan yang lainnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam unit terkecil sistem pembelajaran sehingga peniliti lebih dapat menguasai objek penelitian dengan waktu yang singkat. Contoh dari jenis penelitian tindakan ini adalah peningkatan motivasi berprestasi anak dalam pokok bahasan interaksi social. Khusus untuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) akhir-akhir ini mendapat prioritas dalam dunia pendidikan karena kelas merupakan unit terkecil dalam sistem pembelajaran. Guru tentu adalah yang paling tahu tentang permasalahan yang ada di kelas. Dengan demikian guru akan dapat menentukan sendiri bagaimana strategi meningkatkan kualitas pembelajaran. Permasalahan di kelas selalu beragam dan strategi pembelajaranpun ikut berkembang. Untuk itu peneliti mengambil jenis Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini.
b. Penelitian Tindakan Kelas 1). Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan merupakan salah satu jenis dari penelitian tindakan. Pada awalnya penelitian tindakan hanya terbatas pada penelitian social. Seiring perkembangannya penelitian ini menyentuh dunia pendidikan. Saat ini penelitian tindakan kelas menjadi penelitian yang sering dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan permasalahan di dalam kelas. Berikut ini akan dijelaskan pengertian penelitian tindakan kelas menurut para ahli. a). Penelitian tindakan kelas menurut Carr dan Kemmis Menurut Carr dan Kemmis dalam Iskandar (2009), “Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk refleksi diri yang to user dilakukan oleh para commit partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah),
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 dalam situasi social (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran”(hlm.22). Maksud dari pernyataan di atas adalah penelitian tindakan kelas merupakan proses mencermati diri dan dilanjutkan dengan mengoreksi
kekurangan
diri
hubungannya
dengan
kegiatan
pembelajaran di kelas. Koreksi ini tidak hanya dilakukan oleh guru, namun juga murid atau bahkan kepala sekolah. Koreksi ini dilakukan untuk membuat keadaan pembelajaran di kelas menjadi stabil dan tanpa masalah. b). Penelitian tindakan kelas menurut Harjodipuro Iskandar (2009) menyatakan bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya.” (hlm.22-23) Penjelasan Iskandar di atas dapat dimaksudkan penelitian tindakan kelas bukan hanya kegiatan mengajar, namun juga kegiatan yang memerlukan pikiran yang sadar dan kritis. Oleh sebab itu penelitian tindakan kelas dapat melatih guru untuk peka sehingga tidak segan untuk melakukan perubahan pembelajaran kea rah yang lebih baik. c). Penelitian tindakan kelas menurut Hamdani M.A. Hamdani M.A. (2011) menyatakan bahwa “Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan ilmiah yang mampu merefleksikan kegiatan pembelajaran di kelas melalui penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dengan prosedur dan persyaratan, yang bisa dilakukan seorang guru tanpa mengurangi perhatiannya pada kelas dan prestasi siswa”(hlm.326). Dari penjelasan Hamdani M.A. di atas dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan refleksi yang dilakukan commit to user berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas. Penelitian tindakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 kelas ini dilaksanakan dengan prosedur yang sistematis oleh guru. Dalam pelaksanaannya, meski penelitian tindakan kelas dilakukan dalam proses pembelajaran, penelitian ini tidak akan mengganggu kegiatan pembelajaran. d). Penelitian tindakan kelas menurut Rochati Wiriaatmadja Rochati Wiriaatmadja (2006) menyatakan bahwa “Penelitian tindakan
kelas
adalah
bagaimana
sekelompok
guru
dapat
mengorganisasikan kondisi prakek pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.” (hlm.13). Dari pernyataan Rochiati di atas dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang bertujuan mengatur praktek pembelajaran di kelas. Dari kegiatan tersebut guru diharapkan mampu melaksanakan sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Berdasarkan
penuturan
beberapa
ahli
di
atas,
peneliti
menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kegiatan ilmiah yang mampu merefleksikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh partisipan (guru,murid atau kepala sekolah) untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Jadi penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang berusaha memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilaksanakan oleh guru dibantu oleh siswa dan kepala sekolah dengan prosedur penelitian yang sistematis.
2). Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Sebagai sebuah penelitian ilmiah, penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang agak berbeda dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian eksperiment, survey dan sebagainya. Menurut Richart Winter dalam Iskandar menyebutkan bahwa setidaknya ada enam karakteristik penelitian tindakan kelas, yaitu kritik reflektif, kritik dialektis, kolaboratif, resiko, susunan jamak, internalisasi, commit to user dan teori dan praktek(2009).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 Masing-masing karakteristik penelitian tindakan kelas tersebut akan dijelaskan di bawah ini: a). Kritik Reflektif Salah satu langkah penelitian tindakan kelas ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar belakar permasalahan di dalam kelas. Dalam penelitian tindakan kelas, yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik. Kritik ini dilakukan sebagai evaluasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. b). Kritik Dialektis Dialektis maksudnya adalah dalam penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan aksi sekaligus reaksi. Peneliti dapat mencobakan suatu perubahan dalam kegiatan pembelajaran, kemudian secara rasional melakukan refleksi terhadap hasil dari perubahan tersebut. Dengan adanya kritik dialektis, diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. c). Kolaboratif Dalam penelitian tindakan kelas diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, rekan sejawat, mahasiswa dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data karena pada dasarnya posisi peneliti dalam penelitian tindakan kelas adalah bagian dari situasi yang ditelitinya. Bentuk kolaborasi dalam hal ini adalah berupa sudut pandang yang disampaikan kolaborator. Selanjutnya sudut pandang ini akan digunakan untuk memahami permasalahan yang muncul. Namun bagaimanapun peneliti tetaplah memiliki kewenangan utama dalam penelitian tindakan kelas , termasuk dalam menentukan pendapat kolaborator dipergunakan atau tidak. Untuk hasil penelitian yang rasional
dan
sesuai
dengan
kebenaran,
peneliti
mempertimbangkan setiap pendapat dari kolaborator. commit to user
hendaknya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 d). Resiko Dalam setiap penelitian tindakan kelas tentu ada resiko yang mungkin dihadapi, contohnya adalah melesetnya hipotesis. Peneliti harus selalu berani mengambil resiko terutama saat penelitian sedang berlangsung. Melalui keterlibatan dalam proses penelitian, perlakuan peneliti kepada objeknya mungkin akan mengalami perubahan disesuikan dengan pandangan kolaborator. Ini semua sifatnya wajar dalam penelitian tindakan kelas karena penelitian ini sifatnya relatif. e) Susunan jamak Pada umunya penelitian kuantitatif memiliki struktur yang tunggal karena hanya ditentukan suara tunggal, yakni penelitinya. Hal ini jauh berbeda dengan penelitian tindakan kelas yang berstruktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif dan kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa objek yang diteliti harus mencakup komponen yang luas. Dalam penelitian tindakan kelas, tidak hanya siswa yang menjadi objek, namun juga guru, perangkat pembelajaran, hasil yang dicapai dan sebagainya. f). Internalisasi teori dan praktik Banyak pendapat yang menyatakan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang jauh berbeda. Dalam penelitian tindakan kelas, keberadaan teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi keduanya tetap merupakan tahap yang berbeda tapi saling ketergantungan. Keberadaan teori diperuntukkan untuk praktek,
begitu
pula
sebaliknya.
Keduanya
berfungsi
untuk
mendukung transformasi Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk penelitian tindakan kelas benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain baik itu penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu keberadaan penelitian tindakan kelas tidak perlu lagi diragukan, terutama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
3). Jenis-Jenis Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa jenis penelitian dengan karakteristik masing-masing. Jenis penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan objek yang ditelitinya. Chein, Cook, dan Harding dalam Iskandar (2009) menyebutkan bahwa “Ada empat jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu: (1) PTK Diagnostik, (2) PTK Partisipan, (3) PTK Empiris, dan (4) PTK eksperimental”(hlm.27) Untuk lebih jelasnya, berikut akan dikemukakan mengenai empat jenis penelitian tindakan kelas tersebut. a). Penelitian Tindakan kelas Diagnostik Penelitian tindakan kelas diagnostik adalah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti kearah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar belakang penelitian. Sebagai contoh apabila peneliti menangani masalah dimana kelas terpecah menjadi beberapa kubu karena terjadi hubungan yang tidak baik antarsiswa. Peneliti mengamati dan menganalisis secara cermat, melalui interaksi dengan siswa-siswa di seluruh kelas, mencari sumber masalah yang ada dan sebagainya. Kemudian menganalisis semua data dan memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. b) Penelitian Tindakan Kelas Partisipan Suatu penelitian dapat dikatakan partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian sejak perencanaan penelitian, peneliti selalu terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan commit to userPenelitian tindakan kelas disini melaporkan hasil penelitiannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 menuntut keterlibatan peneliti secara langsung sejak awal sampai akhir penelitian c) Penelitian Tindakan Kelas Empiris Penelitian tindakan kelas empiris adalah apabila peneliti berupaya
melaksanakan
sesuatu
tindakan
atau
aksi
dan
mengumpulkan segala sesuatu tentang apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama penelitian. Pada dasarnya proses penelitian berkenaan
dengan
penyimpanan
catatan
dan
pengumpulan
pengalaman peneliti dalam kegiatan sehari-hari d) Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental Penelitian tindakan kelas eksperimenal adalah penelitian yang diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik dan strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar tersebut dimungkinkan terdapat lebih dari satu model pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan diterapkannya penelitian tindakan kelas jenis ini, diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
4). Fokus dan Sasaran Penelitian Tindakan Kelas Fokus serta sasaran penelitian tindakan kelas tidak hanya terbatas pada kelas yang paling aktif melangsungkan pembelajaran disebuah ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika peserta didik sedang tidak aktif belajar di ruangan kelas, seperti ketika melakukan praktek di lapangan dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Suharsimi Arikunto (2007) menyatakan bahwa apabila berfikir secara sistematis, komponen-komponen di dalam kelas yang dapat dijadikan focus dan sasaran penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: a) Peserta didik b) Tenaga pendidikan yang sedang commit to usermengajar c) Materi pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 d) Media atau peralatan pembelajaran e) Strategi dan metode pembelajaran f) Evaluasi atau hasil penilaian g) Lingkungan pembelajaran h) Pengelolaan kelas(hlm.24) Adapun uraian tentang focus dan sasaran penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: a) Peserta Didik Aktivitas peserta didik dapat dicermati ketika melakukan proses pembelajaran di dalam kelas, lapangan,laboratorium,rumah, dan sebagainya. Yang dapat diamati contohnya adalah kesalahankesalahan pembelajaran, kesalahan strategi pembelajaran, kesalahan pemahaman dan sebagainya. b) Tenaga Pendidik Pengembangan pembelajaran
dapat
membimbing
peserta
professional dicermati
pendidik
sewaktu
didik,mendampingi
dalam
mengajar peserta
aktivitas di
kelas,
didik
dalam
penelitian serta berbagai aktivitas pendidik yang berhubungan dengan proses pembelajaran, baik di ruangan kelas maupun di luar ruangan. Yang dapat diamati contohnya adalah mutu rancangan pembelajaran, pelaksanaan, dan evaluasi program pembelajaran. c) Materi Pembelajaran Materi pembelajaran dapat dicermati dan dilihat melalui silabus, terutama ketika materi pelajaran disajikan kepada peserta didik, meliputi pengorganisasian, urutannya, strategi penyajiannya dalam bentuk desain dan strategi pembelajaran di kelas. Yang dapat diamati contohnya adalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi model pembelajaran dan sebagainya. d) Media pembelajaran Media
pembelajaran
dapat
diamati
ketika
pendidik
menggunakan media atau alat peraga proses pembelajaran. Alat commit to user peraga tersebut bisa dimiliki peserta didik atau pendidik, maupun yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 disediakan oleh sekolah atau lembaga pendidikan. Yang dapat diamati contohnya adalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam dan di luar kelas. e) Strategi dan Model Pembelajaran Strategi dan model pembelajaran ini dapat dicermati ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar dan dari perangkat pembelajaran yang disusun pendidik. Dalam pembelajaran hendaknya strategi dan model pembelajaran yang dipilih bervariatif agar menarik bagi peserta didik. Dengan demikian pembelajaran dapat berjalan dengan lancar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. f) Evaluasi atau Hasil Penilaian Evaluasi atau hasil penilaian dicermati guna mengetahui hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Selain itu dapat juga untuk mengetahui kemampuan awal dari siswa sebelum dikenai perlakuan dalam rangka penelitian tindakan kelas. Yang dapat diamati contohnya adalah hasil tes yang sudah diberikan, penggunaan alat peraga dan sebagainya. g) Lingkungan Pembelajaran Lingkungan pembelajaran ternyata dapat mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Hal ini berhubungan dengan kenyamanan belajar yang dirasakan. Apabila lingkungan nyaman dan bersih, maka akan menimbulkan kenyamanan belajar bagi siswa. Yang dapat diamati contohnya adalah kebersihan kamar mandi, ketersediaan kantin, bangunan sekolah yang layak dan sebagainya. h) Pengelolaan Kelas Kegiatan pengelolaan kelas ini meliputi kegiatan yang sedang diterapkan dan diatur atau direkayasa dalam bentuk tindakan. Pengelolaan kelas ini bisa diatur oleh sekolah, seperti jadwal pelajaran,tata tertib sekolah dan sebagainya. Pengelolaan kelas juga dapat dilakukan oleh guru bekerja sama dengan siswa, yakni cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 pengelompokan siswa, tempat duduk siswa, jadwal piket, susunan pengurus kelas dan sebagainya.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk memahami segala sesuatu mengenai pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, berikut ini peneliti paparkan segala hal yang menyangkut model pembelajaran tersebut. a. Pembelajaran Pembelajaran merupakan bagian pokok dalam sistem pendidikan. Pembelajaran merupakan hal yang penting yang harus dilakukan agar dapat tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat meninggalkan kesan pada siswa sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya 1). Pengertian Pembelajaran Untuk memahami makna pembelajaran ini terlebih dahulu akan dibahas pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli di bawah ini: a) Pembelajaran menurut Isjoni Isjoni (2009) menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah sesuatu yang diupayakan pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar”(hlm.14). Hal tersebut dimaksudkan bahwa pembelajaran berupa upaya yang dilakukan pendidik untuk membangkitkan peserta didik dalam keterlibatannya saat kegiatan belajar. Jadi pembelajaran tersebut dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. b) Pembelajaran menurut Oemar Hamalik Oemar
Hamalik
(2001),
mengemukakan
bahwa
“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan”(hlm.57). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa dalam to userseperti manusia, material, fasilitas pembelajaran terdapatcommit unsur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 perlengkapan
dan
prosedur.
Untuk
dapat
dikatakan
sebagai
pembelajaran, semua unsur tersebut harus dikombinasikan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. c) Pembelajaran menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 1 Undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa “ Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” Dari pengertian tersebut dapat diperoleh bahwa pembelajaran merupakan suatu proses. Proses tersebut merupakan proses hubungan timbal balik antara peserta didik dengan pendidik serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, seperti sekolah dan kelas. Berdasarkan definisi para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik serta sumber belajar yang mengkombinasikan unsur-unsur seperti manusia, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
2) Komponen-komponen Proses Pembelajaran Telah dijelaskan di atas bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik pada saat proses
pembelajaran.
Tabrani
Rusyan
dkk
menyatakan
bahwa
pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan konsep belajar sehingga konsep tersebut dipandang sebagai suatu proses (1991). Dengan
demikian
komponen-komponen
dalam
proses
pembelajaran antara lain adalah tujuan, materi untuk mencapai tujuan, alat atau media, metode serta penilaian yang harus dipersiapkan. Secara skematis, keempat komponen tersebut dapat dilukiskan pada diagram berikut ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Tujuan
Metode dan alat (media)
Bahan (Materi)
Penilaian
Gambar 2.1 Komponen-komponen Proses Pembelajaran (Sumber : Tabrani Rusyan dkk, 1991:29) Dari
gambar
tersebut,
dapat
dijelaskan
bahwa
proses
pembelajaran terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Hubungan tersebut akan dijelaskan di bawah ini. a) Tujuan Penetapan tujuan pembelajaran merupakan langkah pertama yang harus ditempuh dalam proses pembelajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuankemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Isi tujuan pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan. b) Bahan (Materi) Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, maka dapat ditetapkan materi atau bahan ajar yang akan digunakan. Materi yang akan disampaikan pada peserta didik hendaknya materi yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Materi yang digunakan dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, surat kabar dan kejadian di masyarakat. c) Metode dan alat (media) Setelah dirumuskan tujuan serta materi,kedua komponen ini memegang peranan penting dalam menentukan metode dan alat yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 akan digunakan dalam pembelajaran. Metode atau alat berfungsi sebagai jembatan materi pelajaran terhadap tujuan yang hendak dicapai. Metode maupun alat penunjang pembelajaran tidak seluruhnya dapat diterapkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Hal ini hendaknya disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan ketersediaan sarana. d) Penilaian Setelah dirumuskan tujuan, materi serta media yang digunakan, maka hal penting yang harus dirumuskan selanjutnya adalah penilaian. Penilaian berupa evaluasi yang diberikan setelah melalui proses pembelajaran. Untuk menetapkan apakah tujuan telah dicapai atau belum, maka penilaian berperan sebagai alat untuk mengukur tercapainya tujuan.
b. Model Pembelajaran Tujuan jangka panjang kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa yang akan datang. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan model pembelajaran yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. 1) Pengertian model pembelajaran Mengingat pentingnya peran model pembelajaran, maka diperlukan pemahaman lebih mendalam mengenai arti dari model pembelajaran itu sendiri. Berikut ini akan dijelaskan pengertian model pembelajaran menurut para ahli. a) Model Pembelajaran menurut Hamzah B. Uno Menurut Uno (2010), model pembelajaran didefinisikan sebagai “Cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya
merupakan
alat
pembelajaran”(hlm.2). commit to user
untuk
mencapai
tujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Jadi, model pembelajaran berupa cara yang dipilih serta digunakan oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Cara
yang
akan
diterapkan
ini
terlebih
dulu
mempertimbangkan fugsinya dalam kegiatan pembelajaran. b) Model Pembelajaran menurut Soekamto dan Winataputra Soekamto dan Winataputra (1994) menyatakan bahwa“Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar” (hlm.78) Hal tersebut dimaksudkan bahwa model pembelajaran adalah berupa prosedur yang sistematis untuk mengelola pengalaman belajar yang telah diperoleh. Pengalaman belajar yang telah diperoleh tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, metode pembelajaran berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. c) Model Pembelajaran menurut Arends Arends dalam Suprijono (2009) menjelaskan bahwa “Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun territorial” (hlm.46) Hal tersebut dapat dimaksudkan bahwa model pembelajaran merupakan konsep-konsep yang membentuk suatu pola. Pola tersebut digunakan pengajar sebagai acuan dalam menyusun rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan baik di kelas maupun kelompok belajar kecil di dalamnya Berdasarkan pendapat ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang dipilih dan digunakan para perancang pembelajaran dan pengajar di dalam kelas maupun kelompok belajar kecil di dalamnya, yang melukiskan prosedur to user yang sistematis dalam commit mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Jadi model pembelajaran merupakan hal yang sangat subjektif sesuai dengan kepribadian, pengalaman serta pendirian para perancang pembelajaran maupun pengajar masing-masing.
2) Jenis Model Pembelajaran Ada berbagai model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan prestasi belajar siswa. Namun banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan para ahli tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran. Hal ini disebabkan kerena tidak semua model pembelajaran cocok untuk setiap mata pelajaran. Sehingga diperlukan pemahaman mendalam mengenai masing-masing model pembelajaran. Keberagaman model pembelajaran dirumuskan Sugiyanto(2008) yang menyatakan : Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum, model pembelajaran terpadu, dan pembelajaran berbasis masalah (PBL). (hlm.7) Masing-masing model pembelajaran di atas akan dijelaskan peneliti di bawah ini. a) Model Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning) Model Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Diharapkan pengetahuan dan ketrampilan siswa akan diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan ketika ia belajar. Pembelajaran CTL ini mengedepankan pemahaman siswa terhadap suatu materi dan menuntut aktivitas kreatif dari siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 Dari
penjelasan
tersebut
diperoleh
bahwa
model
pembelajaran CTL merupakan usaha yang mendorong pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan dengan dunia nyata peserta didik dan juga dalam model ini peserta didik dapat terdorong untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. b) Model pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk model pembelajaran berdasarkan paham konstruktivis. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil dengan tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Metode pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa tipe pembelajaran, diantaranya Metode STAD (Student Achievement Divisions), Metode Jigsaw, Metode GI (Group Investigation), Metode NHT (Numbered Heads Together) dan sebagainya. c) Model Pembelajaran Quantum Model
pembelajaran
Quantum
merupakan
pembelajaran yang bermakna sebagai interaksi-interaksi
model yang
mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi. Maksudnya adalah, dalam diri manusia terdapat berbagai energi yang dimiliki, seperti motivasi, kemampuan pikiran,potensi diri dan sebagainya. Hal itu diakui sebagai energi pada diri manusia yang dapat dikembangkan secara maksimal atau optimal. Kesemua hal tersebut dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dengan jalan saling mengkombinasikan energi-energi tersebut. Hadiah serta hukuman tidak diakui karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Meskipun bernama kuantum, model to user pembelajaran ini tidakcommit berpangkal dari fisika kuantum.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 d) Model Pembelajaran Terpadu Model pembelajaran terpadu merupakan kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian
pelaksanaan
belajar
mengajar
dilakukan
dengan
mengajarkan beberapa materi pelajaran yang disajikan setiap pertemuan. Model pembelajaran terpadu memiliki beberapa tipe pembelajaran, diantaranya share model, integrated model, immersed model, connected model dan sebagainya. e) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Model pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran yang menekankan masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa dan peran guru dalam meyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Maksudnya proses pembelajaran ini berangkat dari masalah-masalah di sekitar siswa. Hal ini dapat membantu siswa untuk menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata. Pada model pembelajaran ini siswa lebih banyak dikerahkan untuk berfikir secara mandiri. Guru hanya terlibat untuk menjelaskan materi kepada siswa dan pembimbing siswa. Kemampuan siswa tidak dilihat dari apa yang dikerjakan siswa, namun apa yang dipikirkan siswa. Oleh karena itu, untuk mengetahui sejauh mana daya fikir siswa diperlukan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. Dari
beberapa
model
pembelajaran
di
atas,
peneliti
memfokuskan diri pada model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dianggap tepat karena dapat membangkitkan minat serta prestasi belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif ini, siswa dapat belajar bersama-sama dengan semua anggota kelompoknya sehingga tidak ada keraguan untuk mengungkapkan pendapat serta pertanyaan pada anggota kelompoknya tersebut. Karena commit toanggota user kelompok bersifat heterogen dalam pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 dalam hal kemampuan, maka siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Model ini sangat berguna karena dapat menumbuhkan kerjasama positif, tanggung jawab perseorangan, serta komunikasi yang baik antar anggota
c. Model Pembelajaran Kooperatif Salah satu cara untuk membangkitkan minat dan prestasi belajar adalah guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Banyak usaha yang telah dilakukan guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan efektif. Salah satu model yang sering digunakan adalah model pembelajaran kooperatif 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Untuk mengetahui tentang pembelajaran kooperatif, berikut ini akan disampaikan pengertian model pembelajaran kooperatif menurut para ahli a). Model Pembelajaran Kooperatif menurut Slavin Slavin
dalam
Isjoni
(2009)
menyatakan
bahwa
“
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja
dalam kelompok-kelompok
kecil
secara
kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”(hlm.15). Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama siswa dalam anggota kelompok. Kelompok ini merupakan kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang untuk mengoptimalkan proses kerja sama. Kelompok ini terdiri dari struktur anggota yang heterogen, maksudnya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan latar belakang, etnik,ras,agama serta kemampuan akademik. b) Model Pembelajaran Kooperatif menurut Sugiyanto (2008) menyatakan bahwa “Pembelajaran commit to user kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada Sugiyanto
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi
belajar
untuk
mencapai
tujuan
belajar”(hlm.35). Hal tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berawal dari pembentukan beberapa kelompok kecil.
Kelompok-kelompok kecil itu memiliki anggota
yang saling berhubungan dan belajar bersama dalam mencapai tujuan belajar.
Jadi
proses
pembelajaran
difokuskan
pada
proses
pembelajaran kelompok-kelompok kecil tersebut. c) Model Pembelajaran Kooperatif menurut Simsek Simsek (2009) menyebutkan bahwa, “Cooperative learning can be defined as a method where students create small mixed groups and help each other for a common academic aim, boots each other’s self-esteem, develop communication abilities, increase problem solving and critical thinking abilities and take active part in learning”. Pendapat di atas dapat diartikan yakni “pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai suatu metode dimana murid membentuk kelompok kecil campuran dan saling membantu satu sama lain,
terdapat
kemampuan
persaingan
berkomunikasi,
secara
individual,
meningkatkan
mengembangkan
kemampuan
untuk
memecahkan masalah, berfikir kritis dan berperan aktif dalam belajar”. Dari pendapat di atas diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode yang berpangkal dari pembentukan kelompok-kelompok kecil yang saling membantu. Dalam kelompok tersebut terjadi persaingan antar anggota untuk memahami pokok bahasan tertentu. Dari kegiatan tersebut diharapkan peserta didik dapat memperoleh kemampuan berkomunikasi dengan kelompoknya serta mengkomunikasikan kemampuannya, meningkatkan kemampuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 dalam memecahkan masalah, menyikapi setiap materi secara kritis dan berperan aktif dalam proses pembelajaran. d) Model Pembelajaran Kooperatif menurut Karli dan Yuliartiningsih Karli dan Yuliartiningsih dalam Hamdani menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam hal bekerja sama dalam kelompok(2011). Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang berangkat dari pengelompokan siswa. Dari pengelompokan siswa tersebut, proses pembelajaran menekankan pada bagaimana siswa dapat belajar dengan jalan bekerja sama dan menyikapi materi dengan jalan yang sama. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kooperatif di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memfokuskan diri pada pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang untuk saling bekerjasama dalam proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan persaingan positif secara individual, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah, berfikir kritis dan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu mayoritas guru mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif karena mereka menganggap mereka telah terbiasa menggunakannya. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif. Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009) berpendapat: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Tidak semua kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran tersebut maka ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang perlu diterapkan, yaitu: a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif) b) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) c) Face to face promotive interaction (interaksi promotif) d) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) e) Group processing (pemrosesan kelompok)(hlm.58) Adapan uraian dari unsur model pembelajaran kooperatif akan diuraikan di bawah ini. a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif) Positive interdependence atau saling ketergantungan positif adalah suatu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan perasaan yang sama diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan anggota kelompok yang lain. Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua tanggung jawab kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Ada beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terikat dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Kemudian, mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan perlakuan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan. Selanjutnya, mengatur agar setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok yang artinya mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu. Terakhir, setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok. b) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) Unsur tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama yaitu saling ketergantungan positif. Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok.
Adanya tanggung jawab perseorangan
mengenai materi pelajaran dapat memotivasi untuk saling membantu antar anggota kelompok. Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah kelompok belajar jangan terlalu besar, memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas, mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi keaktifan individu dalam kelompoknya, menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya dan menugasi peserta didik mengajar temannya c) Face to face promotive interaction (interaksi promotif) Interaksi promotif maksudnya adalah interaksi yang terus menerus
dilakukan
kepentingan
masing-masing
pembelajaran.
Unsur
anggota ini
kelompok
penting
karena
untuk dapat
menghasilkan saling ketergantungan positif. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan membentuk hubungan yang untuk menguntungkan semua anggota. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, saling mengingatkan, saling membantu, saling percaya, saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 d) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) Unsur ini menghendaki agar peserta didik dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok,
pengajar
perlu
mengajarkan
cara-cara
berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan kemampuan
para
anggotanya
mereka
untuk
untuk
saling
mengutarakan
mendengarkan pendapat
dan
mereka.
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajaran tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar. e) Group processing (pemrosesan kelompok) Pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif bisa juga dikatakan sebagai motif kerja sama dimana setiap individu dihadapkan pada pilihan dalam prosesnya. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
3) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Para siswa diharapkan dapat saling membantu, mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran kooperatif harus direncanakan dengan sungguh-sungguh agar pelaksanaannya berlangsung commit user disusun langkah-langkah dalam dengan efektif. Oleh karena itutoperlu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 penerapan
model
pembelajaran
kooperatif.
Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif menurut Arends dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif FASE Fase 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Fase 2 Menyampaikan informasi
PERILAKU GURU menyampaikan tujuan-tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi belajar pada siswa Menyampaikan informasi kepada siswa baik dengan demonstras atau melalui bahan bacaan Fase 3 Menjelaskan pada siswa bagaimana cara Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan dalam kelompok belajar. membantu setiap kelompok membuat perubahan yang efisien. Fase 4 Membimbing kelompok-kelompok Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan bekerja dan belajar tugas mereka. Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok memepresentasikan hasil kerja kelompok. Fase 6 Menghargai upaya dan hasil belajar Memberikan penghargaan individu dan kelompok. (Sumber : Hamdani, 2011:34-35) Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif dimulai dengan pemberian informasi oleh pihak guru tentang tujuan-tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi, sering dengan bentuk teks, bukan verbal. Kemudian siswa di bawah bimbingan guru berkerjasama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling berkaitan. Fase terakhir meliputi penyajian produk akhir kelompok atau memberikan test dengan soal materi yang telah diberikan pada siswa.
4). Bentuk-Bentuk Pembelajaran Kooperatif Salah satu keberhasilan belajar tergantung pada model commit to user pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam model pembelajaran kooperatif sendiri memiliki beberapa tipetipe dalam penerapannya. Pada masing-masing tipe terdapat ciri khasnya masing-masing. Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009) adalah: a) Teknik Mencari Pasangan (Make a Match) b) Berpikir Berpasangan Berempat (Think-Pare-Share). c) Berkirim salam dan soal. d) Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) e) Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray). f) Kancing Gemerincing g) Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle) h) Tari Bambu i) Jigsaw (hlm.67) Masing-masing bentuk model pembelajaran kooperatif akan peneliti jelaskan di bawah ini. a) Teknik Mencari Pasangan (Make a Match) Teknik mencari pasangan dikembangkan oleh Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam
semua mata
pelajaran untuk semua tingkatan usia. b) Berfikir Berpasangan Berempat (Think Pair Share) Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota). TPS biasanya dimulai dengan guru memberikan pertanyaan,
selanjutnya
guru
meminta
kepada
siswa
untuk
berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah difikirkan. Pada langkah akhir commit ini guruto meminta pasangan-pasangan tersebut user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. c) Berkirim salam dan soal. Teknik belajar ini mengajar berkirim soal dan salam memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan ketrampilan mereka. Teknik ini dimulai dari membagi siswa menjadi beberapa kelompok kemudian masing-masing menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Kemudian salah satu anggota mengirimkan salam dan soal dari kelompoknya. Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain dilanjutkan dengan mencocokkan jawaban yang membuat soal. Kegiatan berkirim soal dan salam cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian. Langkah teknisnya: d) Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) Numbered
Head
Together
(NHT)
merupakan
suatu
pendekatan yang dikembangkan oleh Kagan (1993) untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Langkah-langkah dari model kooperatif NHT terdiri dari penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT antara laindapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan
sikap
positif
siswa,
mengembangkan
sikap
kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. e) Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray). Teknik belajar dua tinggal dua tamu dan bisa digunakan bersama dengan teknik kepala nomor. Struktur dua tinggal dua tamu user memberi kesempatan commit kepada to kelompok untuk membagikan hasil dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 informasi dengan kelompok lain. Teknik belajar ini dimulai dengan membagi kelompok menjadi empat orang. Dua orang bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi, sedangkan dua lainnya memberikan hasil kerja atau informasi kepada tamu dari kelompok lain. f) Kancing Gemerincing Dalam kegiatan kancing gemerincing , masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Model pembelajaran ini memanfaatkan kancing baju atau barang lainnya yang diberikan pada tiap anggota kelompok. Kancing yang diletakkan merupakan tanda bahwa siswa telah menjawab pertanyaan atau memberikan pendapatnya. Keunggulan dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. g) Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle) Model Pembelajaran Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar merupakan model pembelajaran dimana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat
dan
teratur. Pembelajaran
ini
lebih leluasa
dilaksanakan di luar kelas, atau tempat terbuka. Karena mobilitas siswa akan cukup tinggi, sehingga diperlukan perhatian ekstra. h) Tari Bambu Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa. Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 i) Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam yaitu: (1) Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang (2) Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli (3) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut. (4) Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Ada berbagai metode pengajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi. Salah satu metode pengajaran yang ada adalah metode pengajaran kooperatif. Dalam metode pengajaran kooperatif terdapat sejumlah teknik atau tipe yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif itu adalah Numbered Heads Together (NHT). 1) Pengertian Numbered Heads Together Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan (1992) dengan melibatkan para siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Lie (2008) menyatakan bahwa “Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Head) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka”(hlm.59). Seorang siswa akan lebih merasa bebas berpendapat apabila mereka dalam keadaan berkelompok dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menyelesaikan soal diskusi yang ada. Mereka akan terdorong untuk mengeluarkan pendapatnya untuk mencapai tujuan kelompoknya. Nur
menjelaskan bahwa Numbered Heads Together pada
dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok: ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggungjawab individual dalam diskusi kelompok.(2008) Menggabungkan beberapa konsep Numbered Heads Together di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa Numbered Heads Together adalah tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan kerja sama antar siswa serta menggali kemampuan masing-masing siswa dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat kelompok untuk kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
2) Langkah-Langkah Numbered Heads Together (NHT) Metode Numbered Heads Together dikembangkan dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut. Dalam
pelaksanaannya, NHT hendaknya dirancang dengan baik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 sebelumnya. Langkah-langkah yang dipilih hendaknya tepat serta sesuai dengan kondisi siswa. Menurut Arends dalam Kuntjoro (2009) sintaks numbered heads together terdiri dari empat langkah, yaitu sebagai berikut: Tahap 1 : numbering (penomoran) . Tahap 2 : questioning (pengajuan pertanyaan) Tahap 3 : heads together (berpikir bersama) Tahap 4 : answering (pemberian jawaban)
Untuk lebih jelasnya, masing-masing sintaks akan dijelaskan di bawah ini. Tahap 1 : numbering (penomoran) . Pembagian kelompok sebaiknya ditentukan berdasarkan pada nilai siswa agar dalam suatu kelompok siswa yang berkemampuan lebih dapat mengajari siswa yang kemampuannya kurang. Kelompok dibuat secara heterogen yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar dan telah dibentuk sebelumnya. Pemberian nomor juga telah ditentukan berdasarkan pada nomor urut anggota pada masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok biasanya terdiri dari 3-5 orang. Tahap 2 : questioning (pengajuan pertanyaan) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat Tanya. Pemberian pertanyaan ini bisa diwujudkan dengan bentuk penugasan,
sehingga
pertanyaan
diberikan
keseluruhannya
baru
kemudian siswa mengerjakan dan menjawabnya. Pertanyaan yang diberikan sebaiknya minimal berjumlah sama dengan jumlah anggota kelompok agar seluruh anggota kelompok mendapat kesempatan menjawab pertanyaan Tahap 3 : heads together (berpikir bersama) Setelah guru membagikan tugas atau pertanyaan kepada setiap to user kelompok berdiskusi untuk kelompok kemudian commit masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 menyelesaikan tugas dari guru. Masing-masing anggota kelompok haruslah menyumbangkan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan pada siswa lain yang memiliki kemampuan lebih. Siswa diharapkan dapat bekerja sama dengan baik karena kualitas salah satu anggota kelompok dalam menjawab pertanyaan merupakan cermin dari kualitas kelompok tersebut. Sehingga setiap orang dalam kelompoknya harus mengetahui dan memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam tugas Tahap 4 : answering (pemberian jawaban) Dalam tahap ini, guru memanggil salah satu nomor siswa dari satu kelompok dan nomor yang dipanggil menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Kelompok yang lain memperhatikan, memberi tanggapan atau bertanya apabila kurang jelas. Setelah selesai satu kelompok kemudian guru menyimpulkan dan dilanjutkan dengan kelompok lain.
3). Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together (NHT) Setiap model pembelajaran tidak akan lepas dari kekurangan dan kelebihannya, begitu juga dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Penerapan model pembelajaran akan dapat dipetik manfaatnya atau menemui kelebihannya apabila model yang dipilih sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa. Untuk itu, dalam menghindari kekurangan suatu metode, guru harus seksama memilih metode untuk permasalahan yang dihadapinya. Menurut Hamdani (2011), kelebihan metode NHT adalah: a) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik b) Siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain c) Siswa dapat memperoleh pemecahan dari berbagai sumber (hlm.88)
ini.
Kelebihan metode NHT tersebut akan peneliti uraikan di bawah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 a) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik Dalam
pembelajaran
NHT
setiap
anggota
kelompok
diharapkan menyumbangkan ide masing-masing serta memberikan pertanyaan jika menemui kesulitan. Seluruh angota diharapkan terlibat karena kemampuan masing-masing siswa berdasarkan pengalaman belajar yang dimilikinya berbeda-beda. Jika masing-masing siswa memberikan
kontribusi
positif
berdasarkan
kemampuan
yang
dimilikinya maka akan diperoleh jawaban yang disepakati dan dapat diserap dengan baik. b) Siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain Dalam pembelajaran NHT, siswa berangkat dari latar belakang kemampuan yang berbeda beda. Ada yang pandai, ada juga yang kurang pandai dengan materi yang dipelajari tersebut. Namun penilaian atau evaluasi terhadap diskusi tersebut bergantung kepada hasil kelompok. Sehingga masing-masing siswa diharapkan dapat bekerja sama dengan semaksimal mungkin untuk meraih hasil yang diinginkan. Karena pengambilan penilaian berdasarkan pengambilan nomor acak, maka setiap anggota diharapkan mengetahui dan memahami hasil diskusi dengan baik. Siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang mengerti. c. Siswa dapat memperoleh pemecahan dari berbagai sumber Dari beragam latar belakang siswa dalam satu kelompok, maka ada beragam pengalaman yang dimiliki kelompok tersebut. Dengan demikian beragam pula sudut pandang akan suatu materi atau masalah. Keberagaman ini jika disatukan akan memberikan konsepkonsep baru kepada seluruh anggota kelompok. Biasanya dalam berkelompok ada siswa yang memiliki sumber belajar seperti buku yang lengkap, ada juga yang tidak. Maka siswa yang telah menguasai sumber belajar tertentu dapat membagi kepada anggota kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 yang lain. Dengan demikian seluruh anggota kelompok memperoleh pencerahan materi dari berbagai sumber.. Dengan mengetahui keunggulan metode numbered heads together (NHT), dapat diketahui betapa efektifnya teknik pembelajaran ini bagi siswa. Namun selain ada kelebihan, ada juga kekurangannya. Dalam prakteknya, kekurangan
ini
dapat
diminimalisir dengan
kemampuan yang dimiliki guru dalam mengelola kelas. Menurut Hamdani (2011), kelemahan metode numbered heads together (NHT) adalah: a. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru(hlm.88) Kelemahan metode NHT tersebut akan peneliti uraikan di bawah ini a. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru Dalam praktek pembelajaran di kelas, guru seringkali kurang memperhatikan siswanya secara keseluruhan, termasuk ketika menggunakan metode NHT. Metode ini memang sedikit memerlukan memori atau ingatan guru terhadap siswanya yang diwujudkan dengan nomor. Dari sekian banyaknya siswa, kemungkinan guru menunjuk siswa yang sama sering terjadi. Untuk meminimalisir hal ini, peneliti akan berencana mencatat nomor seluruh siswa yang telah memberikan jawaban, pertanyaan, maupun tanggapan sehingga dapat meminimalisir siswa yang menjawab dua kali. b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru Dalam NHT, apabila dalam suatu kelas terdapat 40 anak dengan masing-masing kelompok memiliki anggota yang sama yakni 5 orang, maka akan ditemukan 8 nomor yang sama. Bila ditunjuk dari commit user dari anggota kelompok lain tidak satu nomor, maka nomor yangtosama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 semua mendapat kesempatan untuk bertanya maupun menanggapi, karena keterbatasan waktu. Untuk meminimalisir hal ini, peneliti mencatat siswa yang telah memberikan jawaban, pertanyaan, sanggahan maupun tanggapan. Dengan demikin akan terlihat siswa yang belum ditunjuk. Apabila waktu memungkinkan, tentu peneliti berharap seluruh siswa mendapat kesempatan, tapi apabila tidak, maka minimal satu kelompok terhadap satu siswa yang telah memberikan pendapatnya.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian yang terdahulu yang digunakan sebagai acuan dan pembanding penelitian yang dilakukan. Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Erna Dyah Wardani dari Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta dengan judul : Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi dengan Metode Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar akutansi siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menujukkan bahwa ratarata seluru aspek prestasi belajar akutansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo mengalami peningkatan. Adanya peningkatan prestasi belajar akuntansi siswa dilihat dari lembar observasi yang pada siklus I sebesar 62,79% (27 siswa) pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,32% menjadi 65,11% (28 siswa) dan pada siklus III juga mengalami peningkatan sebesar 16,29% menjadi 81,40% (35 siswa). 2. Penelitian yang dilakukan oleh Suwatik dari Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta dengan judul : Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap commit to user Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 2009/2010. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) meningkatkan minat dan hasil belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 6 Surakarta Tahun 2009/2010. Hal ini dapat diketahui dari capaian minat siswa yang berkategori sedang dan tinggi setelah siklus 1 sebesar 71 % dan setelah Siklus 2 sebanyak 83%. Selanjutnya tercapainya ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 sebanyak 63% dan pada siklus 2 sebanyak 86%. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Farida Setyaningrum dari Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Akutansi Siswa Kelas XI IS 1 SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar akutansi siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menujukkan bahwa rata-rata seluru aspek prestasi belajar akutansi siswa kelas XI IS 1 SMA Negeri 7 Surakarta mengalami peningkatan. Adanya peningkatan prestasi belajar akuntansi siswa dilihat dari persentase siswa yang telah mencapai batas ketuntasan hasil belajar yang pada siklus I sebesar 82,35% (28 dari 34 siswa) pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 94,12% atau sebanyak 32 dari 34 siswa. Bertambahnya persentase siswa yang telah mencapai batas ketuntasan hasil belajar diikuti dengan meningkatnya rata-rata nilai pada siklus I sebesar 75,85 kemudian pada siklus II menjadi 86,59%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 C. Kerangka Berfikir Keberhasilan dalam proses mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penggunaan metode belajar mengajar. Penggunaan metode belajar mengajar mempunyai pengaruh besar terhadap minat dan prestasi belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat mengakibatkan tujuan utama pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Untuk itu, guru harus memiliki kemampuan untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sosiologi di kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno masih digunakannya metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah, dan pembelajaran berpusat pada guru sehingga para siswa menjadi bosan dan kurang berminat dalam kegiatan belajar mengajar. Sementara guru merasa kesulitan untuk menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi atau pembelajaran kooperatif, karena masih menganggap pembelajaran yang kooperatif itu akan membutuhkan banyak waktu, dan telah terbiasa menggunakan metode ceramah yang lebih sederhana dan lebih mudah dilaksanakan. Hal ini berakibat terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa yang cenderung sedang dan rendah. NHT adalah metode pembelajaran kooperatif yang merupakan struktur sederhana dan terdiri atas empat tahap yaitu numbering, questioning, heads together, dan answering, yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. NHT merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Jadi siswa bisa menyumbangkan pikiran masing-masing untuk didikusikan dengan teman-teman sekelompoknya. Dengan kata lain, NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama antar siswa dan menunjang interaksi antara guru dengan siswa. Siswa diharapkan dapat mengalami peningkatan
pemahaman dan kesenangan terhadap materi-materi
sosiologi. Dengan demikian, pemilihan metode NHT ini dapat meningkatkan to user minat serta prestasi belajar siswa. commit .
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diharapkan metode NHT dapat diterapkan dalam pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
INPUT
PROSES
OUTPUT
Identifikasi Masalah: 1.Kesiapan belajar kurang 2.Siswa Kurang Aktif 3.Model Pembelajaran monoton 4.Belum ada aktifitas kerjasama siswa 5.prestasi belajar siswa rendah 6.Minim penggunaan media pembelajaran pembelajaran 7.Kurangnya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sosiologi
Siswa merasa bosan sehingga minat dan prestasi belajar rendah
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together 1. Penomoran 2. Pengajuan pertanyaan 3. Berfikir bersama 4. Pemberian jawaban
Suasana kelas aktif dan siswa lebih bersemangat belajar
Guru melakukan refleksi pada siklus I kemudian melanjutkan perbaikan pada siklus II
Minat dan prestasi belajar siswa meningkat dari siklus pertama.
Gambar 2.2
Kerangka pemikiran
(Sumber : Peneliti,2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 D. Hipotesis Tindakan Agar permasalahan yang disajikan dalam penelitian terhadap kelas X.10 dapat terjawab maka disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) diharapkan dapat meningkatkan minat belajar sosiologi siswa kelas X 10 SMA Negeri 1 Baturetno tahun pelajaran 2011/2012. 2. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X 10 SMA Negeri 1 Baturetno tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Baturetno, yang beralamat di Jl. Raya Baturetno, Tromol Pos 11, Watuagung,Baturetno, Wonogiri. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 10 semester genap dengan jumlah siswa 32 siswa. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah: a. Dari observasi awal diperoleh fakta bahwa guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga para siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran sosiologi. Akibatnya mereka cenderung tidak menikmati proses pembelajaran dan merasa bosan sehingga mereka mencari cara untuk membuang kejenuhan dengan membuat gaduh sendiri diluar konteks pembelajaran. b. Guru yang mengajar mata pelajaran sosiologi di kelas X 10 belum menggunakan model pembelajaran kooperatif. c. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. d. Antara peneliti dan sekolah telah ada hubungan baik.
2. Waktu Penelitian Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai dengan awal bulan Juli 2012. Kurun waktu tersebut digunakan untuk mengurus izin penelitian, menyusun instrument, pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian, analisis data dan, menulis laporan penelitian dengan jadwal penelitian sebagai berikut: commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Penelitian
Jan Feb Mar Apr Mei Jun 2012 2012 2012 2012 2012 2012
1. Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru sosiologi b. Diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrument penelitian 2. Pelaksanaan Tindakan a. Siklus 1 b. Siklus 2 3. Analisis data dan pelaporan a. Analisis data (hasil tindakan dua siklus). b. Menyusun laporan atau skripsi (Sumber : Peneliti,2012)
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas X-10 SMA Negeri 1 Baturetno dengan jumlah 32 siswa. Siswa laki-laki sejumlah 12 dan siswa perempuan sejumlah 20. Berdasarkan catatan guru BP/BK, mayoritas orang tua siswa di kelas ini dari kalangan wiraswasta dan petani.
Dari segi kedisiplinan kelas ini
merupakan kelas dengan siswa yang mendapatkan cukup banyak skor pelanggaran.
C. Pendekatan Penelitian Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, Jonh Elliot, Dave Ebbut, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memperbaiki dan mencari solusi dari persoalan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. Iskandar (2009) mengemukakan bahwa “Penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).”(Hlm. 48). Adapun rancangan solusinya adalah tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif, yaitu metode NHT (Numbered Heads Together). Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together) tersebut digunakan tindakan siklus dalam setiap pembelajaran, artinya cara menerapkan metode pada pembelajaran pertama sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran kedua, hanya refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda, tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penggunaan metode NHT untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar sosiologi siswa.
D. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data tentang gejala atau peristiwa yang mengandung informasi yang berkaitan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Sumber data merupakan suatu sumber dimana data dapat diperoleh. Dalam memilih sumber data, peneliti harus benar-benar berfikir mengenai kelengkapan informasi yang akan dikumpulkan dan validitasnya. Sumber data serta data dalam penelitian ini antara lain : 1. Informan. Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran sosiologi kelas X-10 , yaitu Bapak Margono Tulus Nugroho S.Pd dan Siswa kelas X.10 commitsubjek to userpenelitian. Data yang diperlukan SMA Neegeri 1 Baturetno sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 berupa tingkat minat siswa,nilai ulangan atau tes prestasi belajar sosiologi siswa saat metode Numbered Heads Together (NHT) . 2. Tempat atau lokasi. Tempat penelitian dilakukan di kelas X-10 SMA Negeri 1 Baturetno. Sehingga lokasi penelitian adalah di dalam kelas maupun di luar kelas X.10 3. Peristiwa. Melalui pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara langsung. Peristiwa dalam penelitian ini adalah proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran sosiologi kelas X-10 SMA Negeri 1 Baturetno. 4. Dokumen atau arsip. Dokumen dan arsip juga merupakan sumber yang penting artinya dalam Penelitian Tindakan Kelas. Dokumen dan arsip sebagai sumber data yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini,yaitu: silabus, RPP, buku referensi mengajar dan hasil pekerjaan siswa, dalam hal ini siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Jenis data yang akan dianalisis adalah data yang dikumpulkan baik pada saat pratindakan, selama tindakan, maupun sesudah tindakan pembelajaran dilaksanakan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu sebagai berikut: 1. Teknik Observasi Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik dan guru saat pembelajaran. Dalam penelitian ini metode observasi diwujudkan dalam commitkondisi to user siswa pada waktu pembelajaran lembar observasi untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 berlangsung yang meliputi aspek pemusatan perhatian, aspek motivasi, aspek kebutuhan,dan aspek perasaan senang. Lembar observasi yang digunakan akan diisi oleh observer pada waktu pembelajaran berlangsung berdasarkan pengamatan yang dilakukan serta item-item pernyataan dengan memberikan tanda check (v) pada kolom yang tersedia pada lembar observasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini dilakukan oleh guru karena peneliti sebagai pelaksana tindakan. Fokus dalam observasi siswa adalah pada saat pembelajaran berlangsung Sedangkan pengamatan terhadap kinerja guru difokuskan pada kegiatan guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas,dan melakukan penilaian terhadap minat dan prestasi belajar siswa. 2. Teknik Wawancara Wawancara erat kaitannya dengan metode observasi. Wawancara dilakukan dengan guru untuk mengadakan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru mata pelajaran dan siswa. Adapun wawancara tersebut dilakukan kepada guru yang bersangkutan dan siswa yang menyangkut indikator minat belajar yang terkait dalam waktu sebelum tindakan, saat pembelajaran siswa dan waktu setelah terjadinya proses pembelajaran 3. Teknik Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2002) menjelaskan bahwa “Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,prasasti, notulen, legger, agenda, dan sebagainya”(Hlm. 206). Teknik dokumentasi ini berupa data-data yang digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh dari observasi. Dokumentasi dalam penelitian ini terdiri dari dokumen mengenai keadaan
sekolah
secara
umum,
data
siswa,
rancangan
pelaksanaan
pembelajaran, lembar observasi, pedoman untuk wawancara, dan hasil nilai commit to evaluasi dari setiap siklus. Di samping ituuser peneliti juga mengambil gambar atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 foto dari kegiatan berlangsungnya penelitian (proses kegiatan belajar mengajar di kelas). 4. Teknik evaluasi atau tes Teknik ini merupakan pengumpulan data yang dilakukan pada setiap akhir penyajian bahan ajar atau akhir siklus. Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk menilai subjek guna mendapatkan data tentang prestasi belajar peserta didik, dengan menggunakan butir-butir soal/ instrument soal yang sesuai dengan materi pelajaran sosiologi. Teknik ini juga digunakan untuk mengetahui apakah tindakan yang diberikan sudah dapat memenuhi target yang telah ditentukan atau belum. Tes yang diadakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. 5. Teknik catatan lapangan (Field Note) Menurut Bogdan dan Biklen (1982) catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Moloeng, 2005:153). Jadi cacatan lapangan ini dibuat pada saat berlangsung penelitian untuk mendapatkan segala sesuatu data yang berhubungan dengan proses penelitian. Catatan lapangan merupakan sumber informasi penting dan lengkap yang dimiliki peneliti. Dalam catatan lapangan akan dapat diketahui gambaran dari proses pembelajaran di kelas. Dalam cacatan lapangan ni banyak aspek yang dapat diamati, yakni suasana kelas, keaktifan siswa, interaksi siwa dengan guru dan sebagainya.
F. Uji Validitas Data Validitas sering diartikan dengan kesahihan atau ketepatan. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak untuk mengukur obyek yang akan diukur. Teknik yang digunakan dalam menjaga validitas data dalam penelitian adalah teknik member check dan triangulasi sumber data. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 Teknik validitas data dengan melakukan member check dikembangkan oleh Hopkins. Menurut Iskandar (2009), “Melakukan member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber, siapapun juga (kepala sekolah, guru, siswa teman sejawat, pegawai administrasi dan lain sebagainya) apakah informasi atau keterangan informasi tersebut tetap sifatnya atau berubah sehingga dapat dipastikan kebenaran data tersebut.”(Hlm. 93) Maksudnya, setelah peneliti memperoleh data dari observasi, wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi peneliti hendaknya mengecek kebenaran data yang diperoleh tersebut kepada pihak-pihak yang memiliki kaitan dengan data yang diperoleh. Pengecekan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang benarbenar sesuai keadaan di lapangan karena data sewaktu-waktu bisa berubah. Pengecekan bisa dilakukan setiap selesai pelaksanaan siklus untuk membantu merencanakan siklus berikutnya. Selain melalui member check , validitas data dapat dilakukan dengan triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang ditimbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang lain. Menurut Moleong (2005). “Teknik triangulasi sumber data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding data”(hlm.330) Jenis triangulasi sumber data dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kebenaran informasinya.
G. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini merupakan teknik analisis diskriptif kualitatif. Teknik analisis yang digunakan mengacu pada model analisis yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman dalam Iskandar (2009) yang terdiri dari tiga komponen yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 1. Reduksi data 2. Penyajian data 3. Mengambil kesimpulan (Hlm. 75) Masing-masing komponen akan dijelaskan dijelaskan dibawah ini. 1. Reduksi data Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat. Setelah melalui seleksi, maka uraian singkat tersebut digolongkannya dalam satu pola yang lebih luas. 2. Penyajian Data Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data.dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi pada masing-masing siklus. Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan siklus. Dari refleksi ini, maka akan dapat membantu perumusan perbaikan pada siklus berikutnya. 3. Mengambil kesimpulan Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan bermakna. Data yang peneliti peroleh dari wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan akan peneliti analisis dengan analisis kritis yaitu mengidentifikasikan kelemahan dan kelebihan kinerja guru dan siswa pada pelaksanaan siklus dan membandingkan dengan siklus berikutnya. Sedangkan data yang berupa lembar observasi serta tes akan dianalisis dengan langkah-langkah berikut ini: 1. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, dihitung jumlah skor keseluruhan untuk kelas X.10 oleh observer. Pemberian skor ini didadasarkan pada pencapaian aspek-aspek lembar observasi siswa. 2. Kualifikasi minat belajar siswa memiliki kriteria sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 Tabel 3.2 Kualifikasi Persentase Skor Hasil Observasi Minat belajar dan Prestasi Belajar Siswa Rentang skor 80,01%-100% 60,01%-80% 40,01%-60% 20,01%-40% 0-20% (Sumber : Peneliti,2012)
Kualifikasi Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Kriteria tersebut diperoleh setelah memperhitungkan pembuatan kelas interval menurut Sudjana (1996),yakni:
Rentang Panjang kelas = Banyaknya kelas Gambar 3.1 Rumus Pembuatan Kelas Interval (Sumber:Sudjana, 1996:47) H. Indikator Kinerja Penelitian Indikator kinerja adalah rumusan kinerja yang akan djadikan acuan dalam menentukan keberhasilan penelitian. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan presentase aspek-aspek minat dan prestasi belajar siswa ketika proses pembelajaran sosiologi setiap siklus. Aspek-aspek minat belajar yang diamati antara lain adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 Tabel 3.3 Aspek-aspek dan indicator minat belajar siswa No 1
Aspek Pemusatan Perhatian
2
Motivasi
3
Kebutuhan
Indikator a. Memahami intruksi guru b. Memperhatikan penjelasan guru c. Mengajukan pertanyaan kepada guru a. Menyelesaikan tugas yang diberikan guru b. Mencatat materi/hasil pembahasan soal c. Mempresentasikan hasil kerja kelompok
a. Memanfaatkan sumber belajar yang ada b. Partisipasi dalam diskusi kelompok. 4 Perasaan a. Antusisme siswa saat mengikuti pelajaran sosiologi Senang b. Suasana kondusif di dalam kelas (Sumber : Peneliti,2012) Sedangkan untuk mengukur prestasi belajar dilakukan dengan tes prestasi atau evaluasi yang mengukur penguasaan materi siswa setelah diberikan materi. Pada penelitian ini indicator yang harus dicapai siswa yakni 1. Perilaku menyimpang Materi perilaku menyimpang hanya diberikan separuhnya karena separuhnya telah disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan materi yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan materi yang telah diberikan guru.Pada materi penyimpangan social indicator yang harus dipenuhi adalah a. Menjelaskan media pembentukan perilaku menyimpang b. Mengidentifikasikan tipe-tipe perilaku menyimpang c. Menjelaskan bentuk-bentuk ganggguan perilaku d. Menjabarkan teori-teori perilaku menyimpang 2. Pengendalian Sosial Materi pengendalian social ini merupakan lanjutan dari materi penyimpangan social. Materi ini di beberapa sumber masuk ke dalam bab baru ada juga yang termasuk dalam bab penyimpangan social Pada materi pengendalian social indicator yang harus dipenuhi adalah a. Menjelaskan penerapan pengetahuan sosiologi di masyarakat b. Mendefinisikan pengertian pengendalian sosial c. Menjabarkan ciri-ciri pengendalian social commit to user d. Menyebutkan fungsi pengendalian social
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 e. Menjelaskan jenis-jenis pengendalian social Berangkat dari indikator tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai adalah: 1. Perilaku menyimpang Setelah diterapkan metode NHT siswa diharapkan dapat: a. Menjelaskan media pembentukan perilaku menyimpang b. Mengidentifikasikan tipe-tipe perilaku menyimpang c. Menjelaskan bentuk-bentuk ganggguan perilaku d. Menjabarkan teori-teori perilaku menyimpang 2. Pengendalian Sosial Setelah diterapkan metode NHT siswa diharapkan dapat: a. Menjelaskan penerapan pengetahuan sosiologi di masyarakat b. Mendefinisikan pengertian pengendalian sosial c. Menjabarkan ciri-ciri pengendalian social d. Menyebutkan fungsi pengendalian social e. Menjelaskan jenis-jenis pengendalian social Keberhasilan pembelajaran sosiologi dengan metode Numbered Heads Together (NHT) diharapkan akan mencapai persentase yang diharapkan, yakni : Tabel 3.4 Indikator ketercapaian minat dan prestasi belajar siswa Variabel
Persetase
yang diukur
Target Capaian
Cara Mengukur
Minat Belajar 65%
Diamati
saat
pembelajaran
dengan
Siswa
menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang bersungguh-sungguh dalam kelompok selama KBM.
Prestasi
75
Belajar Siswa
Dihitung dari rata-rata perolehan nilai siswa setelah mengerjakan soal evaluasi
(Sumber: Peneliti,2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 I. Prosedur Penelitian Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan saat melaksanakan tindakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Kasihani yaitu model spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana tindakan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi(reflecting) dan perencanaan kembali yang mana kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah (2001). Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus. Setelah siklus, siswa akan diberikan evaluasi untuk mendapatkan hasil dari penerapan siklus. Apabila siklus pertama masih belum maksimal maka siklus kedua dilaksanakan dengan mempertimbangkan kelemahan siklus pertama. Tahap-tahap pelaksanaan PTK tersebut diatas dapat digambarkan dalam siklus sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
Identifikasi masalah
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Permasalahan baru hasil refleksi
Perbaikan perencanaan
SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya?
Gambar 3.2 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Sumber:Iskandar, 2009:49)
Pada tahap perencanaan, peneliti membuat rancangan tindakan yang akan dilaksanakan
sesuai
dengan
temuan
awal
permasalahan
dengan
mempertimbangkan konsep model pembelajaran yang dipilih. Dalam perencanaan ini peneliti memgokuskan pada materi penyimpangan social dan pengendalian to user social. Pada tahap perencanaancommit peneliti terlebih dahulu membuat lembar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103 observasi, pedoman wawancara, lembar kerja kelompok dan soal evaluasi serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pembuatan perangkat pembelajaran tersebut kemudian dikonsultasikan kepada guru. Kedua siklus yang akan dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut. 1. Rancangan Siklus I a Perencanaan Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian, diantaranya: 1) Membuat instrumen, seperti silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2) Merancang pembelajaran sosiologi dengan metode NHT, dilakukan dengan membagi siswa dalam satu kelas menjadi 8 kelompok, dan menyiapkan tugas untuk masing-masing kelompok. 3) Menyusun pedoman wawancara untuk mengetahui minat siswa terhadap mata pelajaran sosiologi dan menyusun lembar observasi 4) Merancang tes formatif Skenario pembelajaran yang dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberikan salam pembuka (2) Guru meminta siswa mengawali pelajaran dengan berdoa (3) Guru mengecek kehadirasn siswa (4) Guru melakukan apersepsi b) Kegiatan Inti (1)
Eksplorasi
dengan
memberikan
materi
tentang
perilaku
menyimpang kepada siswa (2) Elaborasi dengan menerapkan metode Numbered Heads Together (3) Konfirmasi dengan memberikan penguatan materi secara lisan membuat kesimpulan materi yang dipelajari pada pertemuan ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan atau menanggapi penjelasan yang telah diberikan guru. (2) Guru memberikan tugas tidak terstruktur kepada masing-masing kelompok (3) Guru mengintruksikan siswa untuk mempelajari materi berikutnya (4) Guru menutup pelajaran dengan salam 2) Pertemuan 2 a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberikan salam pembuka (2) Guru meminta siswa mengawali pelajaran dengan berdoa (3) Guru mengecek kehadiraran siswa (4) Guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan tugas yang diberikan minggu sebelumnya. b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi dengan memberikan materi lanjutan dari perilaku menyimpang kepada siswa (2) Elaborasi dengan menerapkan metode Numbered Heads Together (3) Konfirmasi dengan memberikan penguatan materi secara lisan dan kesimpulan materi yang dipelajari pada pertemuan ini. c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan atau menanggapi penjelasan yang telah diberikan guru. (2) Guru mengintruksikan siswa untuk mempelajari keseluruhan materi yang telah diberikan untuk menghadapi tes evaluasi minggu selanjutnya (3) Guru menutup pelajaran dengan salam 3) Pertemuan 3 a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberikan salam pembuka commit to userpelajaran dengan berdoa (2) Guru meminta siswa mengawali
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 (3) Guru mengecek kehadirasn siswa (4) Guru meminta siswa mempersiapkan tes evaluasi b) Kegiatan Inti Guru membacakan petunjuk yang harus dipatuhi siswa dalam mengerjakan tes serta membagikan lembar soal kepada siswa. Ketika waktu yang telah ditentukan habis, siswa diminta mengumpulkan lembar jawaban. c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan atau menanggapi soal tes yang diberikan guru. (2) Guru memberitahukan kepada siswa kelompok terbaik dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas untuk memotivasi siswa (3) Guru menutup pelajaran dengan salam. b. Pelaksanaan tindakan Tindakan yang dilakukan pada tahap ini merupakan implementasi atau penerapan dari perencanaan yang telah dibuat. Secara garis besar tindakan yang dilaksanakan dalam metode NHT adalah sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok dan memberi nomor kepada setiap siswa dalam setiap kelompok. (Numbering) 2) Guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan. (Questioning) 3) Masing-masing kelompok mendiskusikan tugas dari guru. (Heads Together) 4) Guru memanggil salah satu nomor untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok. (Answering). c. Pengamatan Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Ketika tindakan sedang dilakukan maka tindakan tersebut langsung diamati prosesnya, efeknya dan keefektifannya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Selain melakukan to user pengamatan dan pencatatancommit di akhir pertemuan juga dilakukan evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 prestasi belajar dan pengukuran minat siswa di akhir siklus. Evaluasi dilaksanakan dengan soal tes formatif dengan bentuk soal-soal objektif dan essay yang dikerjakan secara individu yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. d. Refleksi Tahap ini merupakan tahap penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, serta segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Pelaksanaan refleksi ini dilakukan melalui diskusi dengan pihak yang terkait dalam penelitian yaitu guru sosiologi. Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi yang berupa tes formatif dikumpulkan kemudian dianalisis. Dari data tersebut akan dilihat apakah telah memenuhi target yang diharapkan. Jika belum memenuhi target, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Kelemahan atau kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus I ini akan diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus II.
2. Rancangan Siklus II Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II ini merupakan perbaikan dari kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I. Prosedur pelaksanaannya secara umum sama dengan yang dilaksanakan dalam siklus I yakni dimaulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Perbedaanya, pada siklus II ini waktu pertemuannya yakni 2 pertemuan dan menekankan pada pemberian latihan soal pada siswa. Untuk scenario secara umum akan berlandaskan pada refleksi siklus I. Lngkah pelaksanaan siklus II yakni: a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian, diantaranya: 1). Membuat instrumen, seperti silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2). Merancang pembelajaran sosiologi dengan metode NHT yang sedikit berbeda dari penerapan commit di siklustoI user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 3). Merancang tes formatif Skenario pembelajaran yang dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberikan salam pembuka (2) Guru meminta siswa mengawali pelajaran dengan berdoa (3) Guru mengecek kehadiran siswa (4) Guru melakukan apersepsi b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi dengan memberikan materi tentang pengendalian social kepada siswa (2) Elaborasi dengan menerapkan metode Numbered Heads Together (3) Konfirmasi dengan memberikan penguatan materi secara lisan dan kesimpulan materi yang dipelajari pada pertemuan ini. c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan atau menanggapi penjelasan yang telah diberikan guru. (2) Guru meminta siswa mengerjakan LKS di rumah sebagai tugas individu. (3) Guru mengintruksikan siswa untuk mempelajari keseluruhan materi yang telah diberikan untuk menghadapi tes evaluasi minggu selanjutnya (4) Guru menutup pelajaran dengan salam 2) Pertemuan 2 a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberikan salam pembuka (2) Guru meminta siswa mengawali pelajaran dengan berdoa (3) Guru mengecek kehadirasn siswa (4) Guru melakukan apersepsi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi dengan memberikan materi lanjutan pengendalian social kepada siswa. (2) Elaborasi dengan menerapkan metode Numbered Heads Together (3) Konfirmasi dengan memberikan penguatan materi secara lisan membuat kesimpulan materi yang dipelajari pada pertemuan ini. c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan atau menanggapi penjelasan yang telah diberikan guru. (2) Guru mengintruksikan siswa untuk mempelajari keseluruhan materi yang telah diberikan untuk menghadapi tes evaluasi minggu selanjutnya (3) Guru menutup pelajaran dengan salam 3) Pertemuan 3 a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberikan salam pembuka (2) Guru meminta siswa mengawali pelajaran dengan berdoa (3) Guru mengecek kehadirasn siswa (4) Guru meminta siswa mengumpulkan tugas individu yang telah diberikan (5) Guru meminta siswa mempersiapkan tes evaluasi b) Kegiatan Inti Guru membacakan petunuk yang harus dipatuhi siswa dalam mengerjakan tes serta membagikan lembar soal kepada siswa. Ketika waktu yang telah ditentukan habis, siswa diminta mengumpulkan lembar jawaban. c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan atau menanggapi soal tes yang diberikan guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 (2) Guru memberitahukan kepada siswa kelompok terbaik dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dan memberikan reward untuk memotivasi siswa (3) Guru menutup pelajaran dengan salam. b. Pelaksanaan tindakan Tindakan yang dilakukan pada tahap ini merupakan implementasi atau penerapan dari perencanaan yang telah dibuat. Secara garis besar tindakan yang dilaksanakan dalam metode NHT adalah sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok dan memberi nomor kepada setiap siswa dalam setiap kelompok. (Numbering) 2) Guru meminta setiap kelompok mrmilih sendiri soal yang tersebunyi 3) Masing-masing kelompok mendiskusikan soal dari guru. (Heads Together) 4) Guru memanggil salah satu nomor untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok. (Answering) dan anggota kelompok lain dengan nomor sama diminta menanggapi c. Pengamatan Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Ketika tindakan sedang dilakukan maka tindakan tersebut langsung diamati prosesnya, efeknya dan keefektifannya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Selain melakukan pengamatan dan pencatatan di akhir pertemuan juga dilakukan evaluasi prestasi belajar dan pengukuran minat siswa di akhir siklus. Evaluasi dilaksanakan dengan soal tes formatif dengan bentuk soal-soal objektif dan esay yang dikerjakan secara individu yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. d. Refleksi Tahap ini merupakan tahap penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, serta segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Pelaksanaan refleksi ini dilakukan melalui diskusi dengan pihak commit to user yang terkait dalam penelitian yaitu guru sosiologi. Pada tahap ini, hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110 diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi yang berupa tes formatif dikumpulkan kemudian dianalisis. Dari data tersebut akan dilihat apakah telah memenuhi target yang diharapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Baturetno terletak di Jalan Raya Baturetno, Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno, Wonogiri. Letak SMA Negeri 1 Baturetno berbatasan dengan : Sebelah Barat
: Jalan Raya Baturetno
Sebelah Timur
: Persawahan
Sebelah Selatan
: Kantor Balai Desa Watuagung
Sebelah Utara
: Pemukiman Penduduk
SMA Negeri 1 Baturetno merupakan sekolah yang terletak di pinggir jalan raya yang cukup ramai. Namun suasana belajar di sekolah ini cukup tenang karena bangunan bagian depan sekolah didominasi ruang untuk administrasi sekolah. Ruang belajar tidak berhubungan langsung dengan jalan raya sehingga suasana belajar tidak terganggu. Gedung SMA Negeri 1 Baturetno menempati lahan yang cukup luas yakni 30.000m2. Penggunaan tanah tersebut terdiri dari 4.095 m2 untuk bangunan, 54 m2 untuk halaman/taman, 7.700 m2 untuk lapangan olahraga,2700 m2 untuk kebun dan 17.084 m2 untuk lain-lain. Letak antar ruang kelas di sekolah ini cukup berjauhan sehingga interaksi antar siswa kurang begitu terlihat di sekolah ini. SMA Negeri 1 Baturetno merupakan satu-satunya sekolah negeri di kecamatan Baturetno. Hal itu dikarenakan sekolah tersebut merupakan satusatunya sekolah negeri di Kecamatan Baturetno.Tak heran jika sekolah ini telah mendapat akreditasi A. Banyak fasilitas yang dimiliki sekolah yang mampu menjadikannya unggul dibandingkan beberapa sekolah setingkat di sekitarnya. Fasilitas tersebut diantaranya ruang laboratorium yang lengkap, lapangan untuk berbagai cabang olahraga,media pembelajaran, akses wifi dan sebagainya. Pada saat ini SMA Negeri 1 Baturetno menuju ke sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI) untuk itu mulai tahuntoini sekolah membuat satu kelas commit user 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
bilingual yang terdiri dari siswa siswi pilihan. Namun sayangnya ada beberapa kendala yang masih dihadapi sekolah ini, yakni kurangnya sarana prasarana seperti kelengkapan di laboratorium computer, dan LCD belum ada di setiap kelas kecuali kelas bilingual. Meski demikian sekolah berkomitmen untuk melakukan perbaikan dan pembangunan untuk kualitas sekolah agar dapat menuju ke Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) atau bahkan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) 1. Visi, dan Misi SMA Negeri 1 Baturetno Setiap sekolah tentu memiliki visi dan misi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Tak terkecuali SMA Negeri 1 Baturetno yang memiliki visi, dan misi yang cukup singkat namun berbobot. Visi dan misi tersebut diantaranya: a. Visi Visi yang dimiliki SMA Negeri 1 Baturetno adalah “Terwujudnya sekolah efektif berbasis IMTAQ dan IPTEK, berwawasan kebangsaan, bercakrawala global dalam bingkai budaya nasional” b. Misi Misi yang dimiliki SMA Negeri 1 Baturetno yakni: 1) Mengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedisplinan, dan kepemimpinan melalui kegiatan kesiswaan (OSIS) dan ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan dan kegiatan lain yang berakar budaya bangsa. 2) Mengembangkan kemampuan akademik seoptimal mungkin dengan menerapkan dan mengembangkan kurikulum yang berlaku baik lokal maupun nasional serta mengakses kurikulum internasional. 3) Mengembangkan sikap kompetensi yang sportif, motivasi berprestasi dengan mengedepankan semangat kekeluargaan dan kebersamaan. 4) Menanamkan nilai-nilai keteladanan dan budi pekerti luhur melalui pengembangan dan pembiasaan kultur sekolah sesuai dengan norma commit to user keagamaan, social kemasyarakatan dan kebangsaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
2. Keadaan Lingkungan Belajar SMA Negeri 1 Baturetno Keadaan lingkungan belajar di SMA Negeri 1 Baturetno dapat dikatakan baik. Keadaan lingkungan belajar akan digambarkan di bawah ini: a. Kebersihan Kebersihan sekolah sangat diperlukan karena dapat menciptakan kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar. Kebersihan lingkungan SMA Negeri 1 Baturetno sudah dapat dikatakan baik.Kebersihan di ruang kelas menjadi tanggung jawab siswa, sehingga setiap harinya siswa rajin memersihkan ruang kelas sesuai jadwal piket. Selain itu siswa juga bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan sekolah dibantu beberapa petugas kebersihan sekolah. Lingkungan sekolah terjaga kebersihannya terlihat dari ruang kelas, ruang guru,halaman, kamar mandi, kantin dan tempat parkir. Untuk tetap mempertahankan kualitas kebersihan, SMA Negeri 1 Baturetno membuat tempat sampah organic dan non organic di masing-masing ruang belajar. b. Keamanan Kondisi keamanan SMA Negeri 1 Baturetno sudah dapat dikatakan baik. Ada dua orang satpam yang dipekerjakan sekolah untuk menjaga keamanan sekolah di siang hari. Sedangkan di malam hari ada 3 orang petugas yang bertanggung jawab menjaga keamanan sekolah. Gerbang masuk sekolah dengan gerbang parkir siswa dibedakan dan masing-masing dijaga oleh seorang satpam. Selama kegiatan pembelajaran hanya gerbang utama sekolah yang dibuka sehingga siapapun orang yang masuk dapat di data petugas. Selama ini sekolah belum mengalami kendala keamanan yang berarti karena sekolah bekerja sama dengan baik dengan penduduk sekitar sehingga keamanan terjaga baik di siang hari maupun malam c. Ketertiban SMA Negeri 1 Baturetno merupakan sekolah yang menjunjung tinggi kedisiplinan sehingga ketertiban sekolah senantiasa terjaga dengan commit to user baik. Di sekolah ini terdapat tata tertib bagi seluruh warga sekolah. Aturan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
tersebut tertempel di dinding ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BP,ruang TU maupun di setiap kelas. Hal tersebut diharapkan untuk mengingatkan pentingnya ketertiban bagi seluruh warga sekolah. Apabila terjadi pelanggaran maka terdapat skor pelanggaran yang diberikan pada siswa maupun guru. Secara umum kondisi ketertiban SMA Negeri 1 Baturetno sudah baik. d. Kerapian Kondisi kerapian di SMA Negeri 1 Baturetno sudah dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari kondisi ruang kelas yang letaknya sudah sesuai dengan urutan kelas sehingga mudah untuk dicari. Ruang kelas beserta sisinya secara umum memiliki meja dan kursi yang terawat dan berjajar rapi. Lukisan, papan pengumuman serta papan tata tertib tertempel dengan rapi di seluruh kelas. Selain itu di ruang kepala sekolah, guru, maupun karyawan terlihat memiliki penataan ruang dengan baik meskipun banyak papan yang tertempel di dinding.
B. Deskripsi Pratindakan Kegiatan penelitian diawali wawancara dengan guru pengampu pelajaran, Dari wawancara tersebut diperoleh satu kelas yang dianjurkan guru untuk dilaksanakan tindakan penelitian tindakan kelas (PTK). Peneliti dan Guru menyepakati bahwa PTK akan dilaksanakan di kelas X.10. Selanjutnya dilakukan observasi untuk mengetahui kondisi awal kelas terutama yang berkaitan dengan pembelajaran sosiologi di kelas. Observasi awal dilaksanakan
menyesuaikan jadwal guru yang
bersangkutan. Sesuai kesepakatan waktu observasi awal dilaksanakan 2 kali yakni pada 16 Januari 2012 dan 17 Februari 2012. Tujuan dari observasi ini adalah untuk menggali permasalahan yang ada di dalam kelas X.10 secara umum sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih banyak untuk mengetahui permasalahan yang ada di dalam pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
Setelah dilakukan observasi terhadap kelas yang dituju, maka peneliti mengidentifikasi masalah pembelajaran sosiologi di kelas X.10 sebagai berikut: 1. Ditinjau dari Segi Siswa Dalam Observasi awal ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran yang disebabkan oleh siswa. Permasalahan tersebut diantaranya adalah: a. Kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran kurang Pada saat pertama kali peneliti masuk ke dalam kelas bersama guru untuk melakukan observasi, ada beberapa bangku yang kosong. Beberapa menit kemudian 4 orang siswa masuk ke dalam kelas dengan berlari. Kejadian tersebut berulang pada saat observasi awal yang kedua. Bahkan jumlah siswa yang sudah masuk kelas sebelum guru adalah 18 orang. Di sisi lain siswa yang telah berada di kelas terlihat belum menyiapkan buku sebagai sumber belajar. Bahkan beberapa masih sibuk memakan makanan karena jam pelajaran sosiologi adalah pada saat setelah istirahat pertama. Ketika guru memulai kegiatan pembelajaran, suasana kelas terlihat belum kondusif, siswa masih belum dapat memfokuskan diri pada pelajaran. b. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran Selama melakukan observasi, peneliti jarang menemukan siswa yang
menanyakan
materi
kepada
guru
ataupun
menyampaikan
pendapatnya. Siswa terlihat hanya sebagai pendengar di dalam kelas meskipun guru selalu memberikan waktu pada siswa untuk bertanya maupun mengungkapkan pendapatnya. Meski demikian, guru sebenarnya telah mencoba menggali dengan melakukan tanya jawab si sela-sela kegiatan pembelajaran, namun siswa kurang dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. c. Siswa tidak mencari sumber belajar yang lain Selama ini buku yang diberikan sekolah adalah buku LKS. commit to user Namun guru selalu memberi rujukan pada siswa buku-buku lain yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
digunakan dalam pembelajaran. Guru sering meminta siswanya mencari buku lain di toko buku,di perpustakaan ataupun di internet untuk memaksimalkan pembelajaran. Namun pada kenyataannya membaca buku LKS yang diberikannyapun siswa segan. Terlihat dari siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru yang sebenarnya di LKS telah ada penjelasannya. e. Siswa terlihat kurang tertarik terhadap mata pelajaran sosiologi Peneliti
bisa
menyimpulkan
demikian
dikarenakan
siswa
cenderung melakukan berbagai kegiatan di luar konteks pembelajaran pada saat mengikuti pembelajaran sosiologi. Ada yang mengobrol dengan teman sebangku maupun dibelakangnya bahkan hal tersebut juga dilakukan oleh siswa yang berada di deretan depan. Ada pula siswa yang terlihat mengantuk dan tertidur
sebentar ketika guru menerangkan.
Beberapa siswa mencoret-coret meja dan buku, sementara beberapa siswi mengobrol dengan berbisik. Pada umumnya perhatian siswa terhadap mata pelajaran sosologi kurang. Meski siswa tidak begitu ramai, namun siswa kurang terfokus pada pembelajaran f. Prestasi Belajar siswa rendah Dari hasil ulangan maupun semester kemarin prestasi di kelas ini lebih rendah dari siswa kelas lain. Rata-rata nilai sosiologi kelas ini paling rendah diantara kelas yang diampu guru tersebut,yakni 73,12. Dari nilai sosiologi pada ulangan harian terakhir sebelum diadakan penelitian di kelas ini masih ada siswa yang belum mencapai batas ketuntasan mata pelajaran sosiologi yang telah ditentukan sekolah yakni 70. Berikut ini tabel prestasi belajar sebelum tindakan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
Tabel 4.1 Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan Kriteria
Indikator Ketercapaian 85%
Prestasi Belajar Pra Siklus Jumlah Siswa Persentase 23 71,87
Tuntas: 70-100 Tidak Tuntas: 15% 9 0-69 Total 32 (Sumber: data primer yang diolah,2012)
28,13 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masih banyak nilai siswa kelas X.10 yang belum tuntas.Persentase siswa yang telah mencapai batas tuntas adalah 71,87% (23 siswa), sedangkan 9 siswa lainnya dinyatakan belum tuntas. Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas X.10 masih tergolong cukup rendah. 2. Ditinjau dari Segi Guru Dalam Observasi awal ditemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran yang disebabkan oleh guru. Permasalahan tersebut diantaranya adalah: a. Model pembelajaran guru belum bervariasi Dari observasi pertama maupun kedua, guru selalu menggunakan model pembelajaran ceramah yang diselingi tanya jawab. Pada pertemuan pertama guru menggunakan model pembelajaran ceramah dengan media white board sedangkan pada pertemuan kedua, guru lebih banyak memberikan materi sambil membawa buku. Guru menganggap bahwa penggunaan media lain seperti LCD masih kurang tepat digunakan untuk kelas tersebut karena akan memakan waktu untuk mempersiapkannya, apalagi di kelas X.10 belum tersedia LCD. Dengan model pembelajaran yang demikian, siswa cenderung kurang bersemangat dalam menerima materi bahkan mengantuk. Hal ini yang menyebabkan siswa kurang dapat memusatkan perhatiannya apalagi siswa yang berada di bangku paling belakang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
b. Guru kurang tegas terhadap siswa Masalah ini merupakan masalah yang cukup berpengaruh bagi suasana pembelajaran di kelas. Ketika masuk kelas terlambat, ada siswa yang mengetuk pintu,ada pula yang tidak. Namun bagi siswa yang terlambat tersebut tidak mendapat teguran dari guru. Begitu pula saat kegiatan pembelajaran, siswa lebih banyak tidak memperhatikan penjelasan guru. Tidak hanya siswa yang berada di bangku belakang yang kurang memperhatikan,
namun
juga
beberapa
siswa
di
bangku
depan.
Kekurangtegasan guru ini yang mungkin menyebabkan siswa cenderung bersantai-santai ketika mengikuti pembelajaran sosiologi. c. Materi yang diberikan kurang runtut Materi yang diberikan guru pada proses pembelajaran sebenarnya telah mencakup tujuan pembelajaran yang ditetapkan.Tapi tidak semua materi yang merupakan indikator pembelajaran disampaikan, sehingga ada beberapa poin penting terlewatkan. Guru menyampaikan inti sarinya saja, dan sisanya menyerahkan kepada siswa untuk mempelajarinya. Sedangkan urutan materi yang digunakan guru sedikit berbeda dengan LKS yang dimiliki siswa. Hal ini menyebabkan siswa beberapa kali membolak-balik halaman LKS. Beberapa siswa yang malas terlihat membuka halaman yang kurang sesuai dengan materi yang diajarkan. 3. Fokus Masalah Dari beberapa masalah yang peneliti temukan pada observasi awal, peneliti dan guru bersama-sama menyimpulkan bahwa fokus permasalahan terletak pada rendahnya minat belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Minat belajar yang rendah diindikasi karena kurangnya ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran, ketidaksiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran serta kurangnya siswa yang mau menggunakan sumber belajar lain. Sedangkan rendahnya prestasi belajar terlihat dari kurang aktifnya siswa sehingga perolehan nilai siswa yang terhitung rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Tindakan perlu dilakukan untuk menyelesaikan dan
menjawab
permasalahan yang terjadi di dalam kelas dari hasil observasi awal. Tindakan biasanya dilaksanakan dalam rangkaian siklus yang berkelanjutan sampai mendapatkan perbaikan untuk minat dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan kesepakatan dengan pihak guru, maka penelitian yang dilakukan terdiri atas dua siklus, masing-masing mencakup 4 tahapan yakni: (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan evaluasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi. Pembahasan dari tiap-tiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Siklus 1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus pertama adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan siklus pertama dilakukan pada hari Selasa 27 Maret 2012 bertempat di ruang guru SMA Negeri 1 Baturetno. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan pada proses penelitian ini. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I akan dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Adapun rincian jadwal kegiatan di siklus 1 adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
Tabel 4.2 Jadwal pelaksanaan siklus 1 Pertemuan Hari Ke 1 Senin
Tanggal
Waktu
2 April 10.30-11.50 2012
2
Senin
9 April 10.30-11.50 2012
3
Selasa
10 April 07.00-07.45 2012
Kegiatan Penyampaian materi tentang perilaku menyimpang dan pelaksanaan NHT Penyampaian materi lanjutan perilaku menyimpang dan pelaksanaan NHT Evaluasi pembelajaran perilaku menyimpang
(Sumber: peneliti,2012) Peneliti sendiri dalam pelaksanaan tindakan ini bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan didampingi oleh guru mata pelajaran sosiologi yang akan mengamati proses jalannya pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, peneliti yang bertindak sebagai guru juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa di kelas melalui lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Pada tahap perencaan tindakan ini, peneliti bersama guru mendiskusikan scenario pembelajaran sosiologi secara keseluruhan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Adapun tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran sosiologi menggunakan metode Numbered Heads Together, dengan scenario pembelajaran sebagai berikut: a) Pertemuan 1 siklus 1 (waktu 2x40 menit) (1) Kegiatan Pendahuluan (a) Guru membericommit salam pembuka to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
(b) Apersepsi, Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran (absensi, kebersihan kelas, kenyamanan dll) (c) Memotivasi, Guru melakukan questioning ringan mengenai materi sebelumnya (d)
Rambu-rambu
belajar,
Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai (2) Kegiatan Inti (a) Eksplorasi (i) Guru menggali kemampuan awal siswa tentang pengertian perilaku menyimpang dengan melakukan Tanya jawab. (ii) Setelah itu guru menghubungkan dengan materi yang akan diajarkan,yaitu media pembentukan perilaku menyimpang. (iii) Guru menyampaikan materi tentang media pembentukan perilaku menyimpang, tipe perilaku menyimpang dan bentuk gangguan perilaku (b) Elaborasi (i) Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan belajar dengan metode Numbered Heads Together, kemudian menetapkan siswa ke dalam kelompok-kelompok NHT (ii) Guru membagikan lembar kerja kelompok pada masingmasing kelompok yang berisi soal-soal untuk didiskusikan. (iii) Siswa mengadakan kegiatan diskusi untuk membahas jawaban lembar kerja yang telah diberikan. (iv) Guru memanggil siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang telah diberikan. Siswa tersebut menjawab soal dengan mempresentasikan jawabannya ke depan kelas. (v) Guru meminta beberapa siswa dari kelompok lain dengan nomor yang sama untuk memberikan tanggapan, pertanyaan commit to user atau mempresentasikan jawaban kelompoknya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
(c) Konfirmasi (i) Guru memberikan balikan yang positif mengenai presentasi ataupun tanggapan siswa lain (ii) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari (3) Kegiatan Penutup (a) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. (b) Guru memberikan tugas sebagai bentuk evaluasi untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. (c) Salam penutup a) Pertemuan 2 siklus 1 (waktu 2x40 menit) (1) Kegiatan Pendahuluan (a) Guru memberi salam pembuka (b) Apersepsi, Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran (absensi, kebersihan kelas, kenyamanan dll) (c) Memotivasi, Guru melakukan questioning ringan mengenai materi
sebelumnya
dilanjutkan
meminta
siswa
untuk
mengumpulkan tugas yang diberikan minggu lalu (d)
Rambu-rambu
belajar,
Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai (2) Kegiatan Inti (a) Eksplorasi (i) Guru menggali kemampuan awal siswa tentang tipe-tipe perilaku menyimpang dengan melakukan tanya jawab (ii) Setelah itu guru menghubungkan dengan materi yang akan diajarkan,yaitu teori-teori perilaku menyimpang. (iii) Guru menyampaikan materi tentang teori-teori perilaku menyimpang dan teori pengendalian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
(b) Elaborasi (i) Guru meminta siswa kembali ke dalam kelompok-kelompok NHT sebelumnya. (ii) Guru membagikan gambar yang berbeda-beda mengenai perilaku menyimpang pada masing-masing kelompok. (iii) Guru dan siswa mengadakan kegiatan diskusi untuk membahas gambar yang telah diberikan. (iv) Guru memanggil siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal mengenai gambar tersebut.
Siswa
tersebut
menjawab
soal
dengan
mempresentasikan jawabannya ke depan kelas. (v) Guru meminta beberapa siswa dari kelompok lain dengan nomor yang sama untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan pada kelompok yang sedang mempresentasikan jawabannya (c) Konfirmasi (i) Guru memberikan balikan yang positif mengenai presentasi ataupun tanggapan siswa lain (ii) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (3) Kegiatan Penutup (a) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. (b) Guru memberitahukan kepada siswa bahwa pertemuan yang akan datang adalah kegiatan evaluasi dari materi yang telah diberikan. (c) Salam penutup c) Pertemuan 3 siklus 1 (waktu 45 menit) (1) Kegiatan Pendahuluan (a) Guru memberi salam pembuka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
(b) Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran (absensi, kebersihan kelas, kenyamanan dll). (c) Guru menyampaikan aturan pengerjaan soal evaluasi (2) Kegiatan Inti Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa di kelas dan memberikan kesempatan siswa untuk mengerjakan soal tersebut. (3) Kegiatan Penutup (a) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan tentang kegiatan evaluasi yang telah dilaksanakan (b) Salam penutup 2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Program (RPP) untuk materi perilaku menyimpang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. 3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang terdiri dari: a) Menyiapkan lembar observasi minat belajar siswa yang akan diisi pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru sosiologi yang akan membantu peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. b) Menyiapkan soal evaluasi sebagai tes prestasi untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa. c) Menyiapkan lembar wawancara siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode yang telah diterapkan sebagai data pelengkap. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan
tindakan
merupakan
penerapan
isi
skenario
pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu pada Senin 2 April 2012, Senin 9 April 2012. Dan Selasa 10 April 2012 di ruang kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno. Pertemuan pertama dilaksanakan selama 2x40 menit, pertemuan kedua 2x40 menit dan commit to user pertemuan ketiga 45 menit sesuai dengan perencanaan. Kegiatan-kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
pada siklus pertama ini dimaksudkan sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas dengan metode NHT. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 siklus 1 (waktu 2x40 menit) a) Kegiatan Pendahuluan (15 menit) (1) Guru memberi salam pembuka (2) Apersepsi, Guru mengecek kenyamanan belajar kepada siswa dan meminta siswa merapikan tempat duduk. Selanjutnya guru melakukan absensi. Pada pertemuan ini seluruh siswa masuk. (3) Memotivasi, Guru mengenalkan diri terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan menceritakan secara singkat suatu bentuk perilaku menyimpang yaitu bolos sekolah (4) Rambu-rambu belajar, Guru menbacakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu Setelah diterapkan metode NHT siswa diharapkan dapat: (a) Menjelaskan media pembentukan perilaku menyimpang (b) Mengidentifikasikan tipe-tipe perilaku menyimpang b) Kegiatan Inti (55 menit) (1) Eksplorasi (a) Guru menggali kemampuan awal siswa dengan meminta siswa menyebutkan media yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang. Dua anak yang bersedia menjawab tanpa ditunjuk, yakni Iche Margasari dan Ristia Marjiati. Kemudian guru menunjuk salah satu siswa laki-laki untuk menjawab, yakni Andreas. Jawaban andreas kurang tepat kemudian guru memberikan kesimpulan dan dihubungkan dengan materi (b) Guru menyampaikan materi tentang media pembentukan perilaku menyimpang, dan tipe perilaku menyimpang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
(c) Guru memberikan contoh-contoh perilaku menyimpang yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan dihubungkan dengan materi yang telah diberikan. (2) Elaborasi (a) Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan belajar dengan metode Numbered Heads Together beserta contoh pelaksanaanya. Setelah siswa mengerti kemudian guru menetapkan siswa ke dalam kelompok-kelompok NHT yang telah disusun guru.Guru juga menerangkan bahwa anggota kelompok ditentukan guru agar tidak ada kesenjangan antar kelompok. (b) Guru meminta siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya dan selanjutnya guru membagikan kartu anggota pada masingmasing kelompok dan memberi waktu untuk mengisi data di kartu tersebut. (c) Guru membagikan lembar kegiatan kelompok pada masingmasing kelompok. (d) Siswa mengadakan kegiatan diskusi untuk membahas jawaban lembar kegiatan yang telah diberikan. (e) Guru memanggil siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal yang telah diberikan. Siswa yang pertama kali dipanggil adalah siswa dengan nomor kepala EB Taylor 2 yakni Yustina Arina Wardani. Yustina mempresentasikan jawaban dari pertanyaan pertama, yakni menjelaskan tanggapannya terhadap kelompok punk dan mengklasifikasikan ke dalam tipe perilaku menyimpang. Yustina dapat menjawab dengan baik namun belum terlalu dapat mengembangkan jawabannya. (f) Guru meminta beberapa siswa dari kelompok lain dengan nomor yang sama untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan commit to user pada kelompok yang sedang mempresentasikan jawabannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
Pada awalnya tidak ada siswa yang menunjukkan jari. Guru memberi motivasi dengan mengatakan kelompok terbaik akan memperoleh reward nantinya.Akhirnya ada 2 siswa yang mau bertanya yakni Koentjoroningrat 2 (Wahyu Puji Astuti) dan Emile Durkheim 2 (Marlina S). Selanjutnya ada Ralph linton 2 (Febriana
Kurnela)
dan
gillin
2
(Yustinus
Hajar
P)
menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dengan jawaban yang sedikit berbeda. (g) Sesi kedua guru membebaskan siswa untuk mengajukan kelompoknya. Kelompok jack Levin dan Emile Durkheim menunjukkan jari. Guru memilih Jack Levin 1 (Astri Widyastuti) untuk mempresentasikan pertanyaan selanjurtnya yakni menjelaskan dampak social seperti facebook terhadap adanya perilaku menyimpang. Setelah Astri mempresentasikan ada 2 siswa yang bertanya yakni Gillin 1 (Ahmad anshori), dan Lukman 1 (Yulius MS) dan terjadi perdebatan ringan. EB Taylor 1 (Ristia M.) kemudian memilih mempresentasikan jawabannya yang sedikit berbeda. (3) Konfirmasi Guru
memberikan
balikan
yang
positif
mengenai
keseluruhan presentasi ataupun tanggapan siswa lain dan bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. c) Kegiatan Penutup (10 menit) (1) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. Setelah dipastikan tidak ada pertanyaan, maka guru meminta siswa mengumpulkan hasil diskusi. (2) Guru memberikan tugas sebagai bentuk evaluasi untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya yaitu mengerjakan soal di LKS. Guru juga meminta siswa untuk membawa gambar commit to user perilaku menyimpang kepada masing-masing kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128
(3) Guru memberitahukan kepada siswa bahwa materi yang akan dipelajari pada pertemuan mendatang dan memotivasi siwa untuk mempelajari di rumah. (4) Salam penutup 2) Pertemuan 2 siklus 1 (waktu 2x40 menit) a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberi salam pembuka (2) Apersepsi, Guru meminta siswa mempersiapkan LCD sambil guru menanyakan kepada siswa untuk mengetahui siapa saja yang tidak masuk. Ternyata seluruh siswa masuk pada hari tersebut. Kemudian guru meminta siswa merapikan tempat duduk karena kurang rapi. (3) Memotivasi, Guru melakukan questioning ringan mengenai materi sebelumnya dilanjutkan meminta siswa untuk mengumpulkan tugas yang diberikan minggu lalu. Guru menanyakan kepada siswa tentang kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. (4) Rambu-rambu belajar, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
melalui slide power point. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan tersebut adalah: (a) Menjelaskan bentuk-bentuk ganggguan perilaku (b). Menjabarkan teori-teori perilaku menyimpang b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi (a) Guru meminta siswa menyebutkan tipe perilaku menyimpang. Karena tidak ada yang berani menjawab maka guru menunjuk beberapa siswa yang telihat belum siap dengan bukunya yakni Abieca Artla. Abieca terlihat membuka bukunya dan kemudian menjawab dengan membaca. Kemudian guru menyimpulkan commit to user sedikit dari pernyataan Abieca.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
(b) Setelah itu guru menghubungkan dengan materi yang akan diajarkan,yaitu bentuk-bentuk gangguan perilaku dengan media LCD. (c) Guru menyampaikan materi tentang bentuk-bentuk gangguan perilaku dengan media LCD. Selanjutnya guru member kesempatan kepada siswa untuk bertanya.Setelah yakin tidak ada yang bertanya, maka guru melanjutkan menjelaskan tentang teori-teori perilaku menyimpang dan teori pengendalian (2) Elaborasi (a) Guru meminta siswa kembali ke dalam kelompok-kelompok NHT yang sebelumnya. (b) Guru meminta masing-masing kelompok untuk mengeluarkan gambar perilaku menyimpang yang telah dibawa. (c) Guru meminta siswa melaksanakan kegiatan diskusi untuk membahas gambar yang telah dibawa. Guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan gambar tersebut ke tipe-tipe perilaku menyimpang.Kemudian dianalisis dengan menggunakan teoriteori perilaku menyimpang yang telah disampaikan. (d) Guru membebaskan siswa untuk mengajukan kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok Gillin, dan Ralph Linton menunjukkan jari. Guru kemudian memilih Ralph Linton 4 (Vincentia Viky P) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah selesai.ada kelompok yang langsung bertanya, yakni gillin 4(apri purwanti). (e) Sesi kedua guru membebaskan siswa untuk mengajukan kelompoknya. Kelompok EB Taylor dan
Emile Durkheim
menunjukkan jari. Guru memilih Emile Durkheim 3 (Iswari) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah Iswari mempresentasikan ada siswa yang bertanya yakni Vembriarto 3 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
(Muhammad Fatkhan). Sedangkan Gillin 3 (Chaerul Husna) mempresentasikan jawabannya. (f) Sesi ketiga guru menunjuk kelompok Lukman 2 (Umar Wakhid) untuk mempresentasikan gambarnya. Ternyata ada 1 orang yang bertanya yakni EB. Taylor 2 (Yustina) (3) Konfirmasi Guru memberikan balikan yang positif mengenai presentasi ataupun tanggapan siswa lain dan bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. Setelah dipastikan tidak ada pertanyaan, maka guru meminta siswa mengumpulkan hasil diskusi. (2) Guru meminta siswa untuk belajar di rumah karena pertemuan selanjutnya adalah kegiatan evaluasi dari keseluruhan materi yang telah diberikan guru. (3) Salam penutup 3) Pertemuan 3 siklus 1 (waktu 45 menit) a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberi salam pembuka (2) Apersepsi, Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Guru mengecek kenyamanan belajar kepada siswa dan meminta siswa merapikan tempat duduk. Selanjutnya guru melakukan absensi. Pada pertemuan ini ada 2 anak yang tidak masuk,yakni Lulita dan Abieca. (3) Memotivasi, Guru menanyakan kesiapan kepada siswa dalam menghadapai evaluasi. (4) Rambu-rambu belajar, Guru membacakan aturan kegiatan evaluasi yang harus dipatuhi siswa yakni: commit to user (a) Jawablah pertanyaan pada selembar kertas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
(b) Berilah nama dan nomor pada pojok kanan atas (c) Siswa tidak diperkenankan mencotek ataupun membuka catatan b) Kegiatan Inti Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa di kelas dan mempersilahkan siswa untuk mengerjakannya. c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan tentang kegiatan evaluasi yang telah dilaksanakan. Tidak ada siswa yang memberikan pertanyaan. (2) Salam penutup c. Observasi dan Interpretasi Pada perencanaannya, pelaksanaan siklus pertama adalah dilakukan oleh peneliti dan guru sebagai observer. Hal ini dikarenakan guru kurang memahami pelaksanaan metode Numbered Heads Together (NHT). Namun pada saat pelaksanaanya, guru tidak dapat bertindak sebagai observer karena mempersiapkan ujian untuk kelas lain yang diampunya. Untuk itu, berdasarkan kesepakatan peneliti dan guru, dalam siklus pertama peneliti bertindak sebagai pengajar sekaligus observer. Observasi
ini
dilakukan
bersamaan
dengan
pelaksanaan
tindakan.Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi dengan berpedoman lembar observasi
yang telah disusun. Fokus
pengamatan sendiri
menekankan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dalam beberapa indicator, yakni 1) Minat belajar siswa dengan indicator ketercapaian 65 %, yang meliputi: a) Memahami intruksi guru b) Antusisme siswa saat mengikuti pelajaran sosiologi c) Mengajukan pertanyaan kepada guru d) Menyelesaikan tugas yang diberikan guru commit to user e) Mencatat materi/hasil pembahasan soal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132
f) Mempresentasikan hasil kerja kelompok g) Memanfaatkan sumber belajar yang ada h) Partisipasi dalam diskusi kelompok. i) Memperhatikan penjelasan guru j) Suasana kondusif di dalam kelas 2) Prestasi belajar siswa yang dilihat dari rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran sosiologi dengan KKM 70 dan dengan indicator ketercapaian 75 Pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan hari senin tanggal 2 April 2012.Pertemuan ini dimulai dengan penyampaian materi kepada siswa yakni media
pembentukan
perilaku
menyimpang
dan
tipe-tipe
perilaku
menyimpang. Selanjutnya pelaksanaan diskusi kelompok dilakukan dengan metode Numbered Heads Together. Guru memberi kartu anggota pada seluruh kelompok sebagai nomor kepala. Sementara diskusi berlangsung, guru yang bertindak sebagai observer berkeliling kelas serta mengecek ke setiap kelompok sambil mengisi lembar observasi.Setelah itu guru meminta siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi. Siswa dengan nomor kepala yang sama dari kelompok lain diminta untuk memberi tanggapan atau memberikan pertanyaan. Pada akhir pertemuan guru memberikan tugas di rumah untuk siswa yakni mengerjakan latihan soal di LKS.Guru juga meminta masing-masing kelompok membawa gambar yang berhubungan dengan perilaku menyimpang untuk didiskusikan pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan kedua pada siklus 1 diadakan pada hari senin 9 April 2012. Pertemuan ini dimulai dengan guru meminta siswa mengumpulkan tugas di rumah yang telah diberikan oleh guru kemudian membahas pertanyaan yang dirasa sulit.
Selanjutnya
guru
menjelaskan
materi
melalui power point. Materi yang dibahas pada pertemuan tersebut adalah bentuk-bentuk perilaku menyimpang dan teori-teori perilaku menyimpang. commit to user Selama pembelajaran guru melakukan Tanya jawab mengenai materi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
terhadap siswa. Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa mengeluarkan gambar yang telah dibawanya untuk didiskusikan. Selanjutnya pelaksanaan diskusi kelompok dilakukan dengan metode Numbered Heads Together. Guru meminta siswa mengeluarkan kartu anggota sebagai nomor kepala. Sementara diskusi berlangsung, guru yang bertindak sebagai observer berkeliling kelas serta mengecek ke setiap kelompok sambil mengisi lembar observasi.Setelah itu guru meminta siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi. Siswa dengan nomor kepala yang sama dari kelompok lain diminta untuk memberi tanggapan atau memberikan pertanyaan.Pada akhir pelajaran guru memberitahukan bahwa pertemuan selanjutnya adalah kegiatan evaluasi dan meminta siswa belajar di rumah. Pertemuan ketiga berlangsung pada hari berikutnya yakni hari selasa 10 April 2012. Pertemuan dimulai dengan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang sulit dalam belajar. Setelah tidak ada yang bertanya guru membacakan aturan pengerjaan da membagikan soal ulangan sebagai evaluasi akhir siklus 1 kepada siswa. Guru berkeliling kelas untuk mengawasi kelas dan memberi teguran bagi siswa yang mencontek. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar mata pelajaran sosiologi dalam materi perilaku menyimpang dapat diperoleh gambaran sebagai berikut: 1) Minat belajar siswa dalam pembelajaran Minat belajar siswa berdasarkan lembar observasi menunjukkan bahwa ada beberapa kelompok yang telah mencapai skor minat belajar yang sesuai target, namun masih ada pula yang belum sesuai dengan target yakni lebih dari 65%. Pada siklus pertama, pertemuan pertama, ada 3 kelompok dengan kategori minat belajar tinggi yakni kelompok EB taylor yang memiliki skor minat sebesar 62,50%, kelompok Emile commit to user Durkheim sebesar 62,50%, dan kelompok Jack Levin sebesar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134
67,50%,.kelompok
Gillin
sebesar
52,50%,
dan
kelompok
Koenjtaraningrat sebesar 52,50%. Untuk kelompok yang memiliki minat belajar sedang ada 5 kelompok yakni kelompok Ralph Linton, kelompok Lukman, kelompok Vembriarto,
kelompok
Gillin,
dan
Kelompok
Koentjaraningrat..
Kelompok Ralph Linton memiliki minat belajar sebesar 52,50%, kelompok Lukman memiliki tingkat minat belajar sebesar 50%, Vembriarto memiliki tingkat minat belajar sebesar 42,50%, kelompok Gillin
memiliki
tingkat
minat
belajar
sebesar
52,50%
dan
Koentjaraningrat memiliki tingkat minat belajar sebesar 52,50%. Berikut ini adalah tabel minat belajar siswa pada siklus I pertemuan 1. Tabel 4.3 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada Siklus I pertemuan 1 No 1 2 3 4 5
Kelompok
Indikator Ketercapaian 60% 60% 60% 60% 60%
E.B Taylor Ralph Linton Lukman Vembriarto Emile Durkheim 6 Jack Levin 60% 7 Gillin 60% 8 Koentjaraning 60% rat Rata-rata (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Persentase 62,50% 52,50% 50% 42,50% 62,50%
Kriteria Capaian Indikator Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi
67,50% 52,50% 52,50%
Tinggi Sedang Sedang
55,31%
Sedang
Berikut ini adalah diagram yang menggambarkan tingkat minat belajar siswa kelas X.10 pada siklus pertama pertemuan pertama yang menunjukkan hasil dari setiap kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135
Gambar 4.1 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada Siklus 1 Pertemuan I (Sumber: data primer yang diolah,2012) Untuk hasil observasi minat belajar siswa setiap aspek pada siklus I pertemuan 1 disajikan pada tabel berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136
Tabel 4.4. Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus I Pertemuan 1 No
Aspek yang diamati
Jumlah Jumlah siswa yang seluruh melakukan siswa 1 Antusiasme saat 23 32 mengikuti pelajaran sosiologi 2 Memahami intruksi 16 32 guru 3 Mengajukan 6 32 pertanyaan 4 Mencatat 18 32 materi/hasil pembahasan soal 5 Menyelesaikan tugas 23 32 yang diberikan guru 6 Mempresentasikan 5 32 hasil kerja kelompok 7 Partisipasi dalam 23 32 diskusi kelompok 8 Memanfaatkan 20 32 sumber belajar yang ada 9 Memperhatikan 20 32 penjelasan guru 10 Suasana kondusif di 23 32 dalam kelas Jumlah 177 320 Persentase minat 55,31% belajar kelas (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Persen tase
Ket
71,88%
Tinggi
50%
Sedang
18,75%
Rendah
56,25%
Sedang
71,88%
Tinggi
15,63%
Rendah
71,88%
Tinggi
62,50%
Tinggi
62,50%
Tinggi
71,88%
Tinggi
Sedang
Berikut ini adalah hasil minat belajar setiap aspek kelas X.10 siklus I pertemuan 1 yang disajikan dalam bentuk diagram:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137
Gambar 4.2 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus 1 pertemuan 1 (Sumber: data primer yang diolah,2012) Dari data di atas diperoleh bahwa persentase rata-rata minat belajar siswa pada setiap aspek pada siklus I pertemuan 1 di kelas X.10 adalah sebesar 55,31% yang tergolong dalam kategori minat belajar sedang. Dalam siklus pertama belum terlihat minat belajar siswa yang tinggi atau sangat tinggi secara keseluruhan dalam tiap aspek minat yang menjadi bahan observasi peneliti. Terdapat beberapa aspek yang bahkan memiliki minat belajar sangat rendah, yakni aspek mengajukan pertanyaan sebesar 18,75% dan mempresentasikan hasil kelompok sebesar 15,63%. Pada siklus pertama, pertemuan kedua, ada 2 kelompok dengan kateegori minat belajar tinggi yakni kelompok Emile Durkheim sebesar 62,50%, dan kelompok Jack Levin sebesar 67,50%. Untuk kelompok commit to user yang memiliki minat belajar sedang ada 6 kelompok yakni kelompok EB
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138
Taylor, kelompok Ralph Linton, kelompok Lukman, kelompok Vembriarto,kelompok Gillin, dan kelompok Koentjoroningrat . Berikut ini adalah tabel minat belajar siswa pada siklus I pertemuan 2. Tabel 4.5 Hasil Observasi Minat Belajar Tiap Kelompok pada Siklus I Pertemuan 2 No 1 2 3 4 5
Kelompok
Indikator Ketercapaian 60% 60% 60% 60% 60%
E.B Taylor Ralph Linton Lukman Vembriarto Emile Durkheim 6 Jack Levin 60% 7 Gillin 60% 8 Koentjaraning 60% rat Rata-rata (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Persentase 55% 50% 47,50% 47,50% 62,50%
Kriteria Capaian Indikator Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi
67,50% 57,50% 57,50%
Tinggi Sedang Sedang
55,62%
Sedang
Berikut ini adalah diagram yang menggambarkan tingkat minat belajar siswa kelas X.10 pada siklus pertama pertemuan kedua yang menunjukkan hasil dari setiap kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139
Gambar 4.3 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada Siklus 1 Pertemuan 2 (Sumber: data primer yang diolah,2012) Untuk hasil observasi minat belajar siswa setiap aspek pada siklus I disajikan pada tabel berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140
Tabel 4.6 Hasil Observasi Minat Belajar Setiap Aspek Kelas X.10 Siklus I Pertemuan 2 No
Aspek yang diamati
Jumlah Jumlah siswa yang seluruh melakukan siswa 1 Antusiasme saat 25 32 mengikuti pelajaran sosiologi 2 Memahami intruksi 16 32 guru 3 Mengajukan 3 32 pertanyaan 4 Mencatat 15 32 materi/hasil pembahasan soal 5 Menyelesaikan tugas 23 32 yang diberikan guru 6 Mempresentasikan 4 32 hasil kerja kelompok 7 Partisipasi dalam 22 32 diskusi kelompok 8 Memanfaatkan 23 32 sumber belajar yang ada 9 Memperhatikan 23 32 penjelasan guru 10 Suasana kondusif di 24 32 dalam kelas Jumlah 178 320 Persentase minat 55,62% belajar kelas (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Persen tase
Ket
78,12%
Tinggi
50%
Sedang
9,37% 46,87%
Sangat Rendah Sedang
71,88%
Tinggi
12,50% 68,75%
Sangat Rendah Tinggi
71,88%
Tinggi
71,88%
Tinggi
75%
Tinggi
Sedang
Berikut ini adalah hasil minat belajar setiap aspek kelas X.10 siklus I pertemuan 2 yang disajikan dalam bentuk diagram:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141
Gambar 4.4 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus 1 pertemuan 2 (Sumber: data primer yang diolah,2012) Dari data di atas diperoleh bahwa persentase rata-rata minat belajar siswa pada setiap aspek pada siklus I pertemuan 2 di kelas X.10 adalah sebesar 55,62% yang tergolong dalam kategori minat belajar sedang. Terdapat beberapa aspek yang masih memiliki minat belajar sangat rendah, yakni aspek mengajukan dan mempresentasikan hasil kelompok Dengan demikian dapat diketahui skor minat belajar siswa pada siklus 1 dengan memperhitungkan pertemuan 1 dan pertemuan 2 diperoleh:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142
Tabel 4.7 Rekapitulasi minat belajar siswa pada siklus I Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2 1 71,88% 78,12% 2 50% 50% 3 18,75% 9,37% 4 56,25% 46,87% 5 71,88% 71,88% 6 15,63% 12,5% 7 71,88% 68,75% 8 62,50% 71,88% 9 62,50% 71,88% 10 71,88% 75% Rata-rata 55,31% 55,62 (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Rata-rata 75% 50% 14,06% 51,56% 71,88% 14,06% 70,32% 67,19% 67,19% 73,44% 55,46%
Sedangkan dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut:
Gambar 4.5 Minat belajar siswa tiap indicator pada siklus I (Sumber: data primer yang diolah,2012) Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa minat siswa pada siklus 1
pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah 55,46% dan masuk
kategori sedang. Meskicommit demikian penerapan NHT belum dikatakan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143
maksimal karena belum memenuhi target yang diharapkan yakni 65% ketercapaian indicator minat belajar. 2) Prestasi Belajar Siswa Pengukuran prestasi belajar siswa pada siklus 1 menggunakan tes prestasi yang mengukur kemampuan siswa dalam menguasai indikator-indikator materi yang telah disampaikan oleh guru melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Setelah dilakukan tindakan siklus 1, prestasi belajar pada mata pelajaran sosiologi meningkat tetapi belum mencapai target keberhasilan penelitian. Prestasi belajar siswa kelas X.10 mata pelajaran sosiologi pada siklus I adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144
Tabel 4.8 Daftar nilai siswa kelas X.10 pada siklus 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama ABIECA ARTLA H R AHMAD ASHORI ANDHIKA ANTAR A ANDREAS RESA ARI K APRI PURWANTI ASTRI WIDYASTUTI CHAEROTUL KHUSNA EKA PUTRI AVIANI ELIZA FAHMI W FAHRUL YANUAR FEBRIANA KURNELA FILKA RESNAWATI FITRI PERWITA SARI HANGGA SATYA P ICHE MARGASARI IRPANTO ISWARI LULITA ATIKANDARI MARLINA S RIRIS NUR AINI RISTIA MARJIATI TIKA ERMAWATI TRISNAWATI UMAR WAHID HIMAWAN UNTORO BUDI S VINCENTIA VIKY P WAHYU PUJIASTUTI YULIUS MARLISTA SUSILO YUSTINA ARINA W YUSTINUS HAJAR P MUHAMMAD FATKHAN M OKTAVIANA KRISNAWATI Nilai rata-rata kelas (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Nilai 54 66 76 72 78 80 86 80 72 74 72 80 78 68 74 68 63 70 70 76 84 70 72 90 84 82 80 72 68 70 70 76
Keterangan Belum tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 74,19
Berdasarkan tes prestasi siklus 1 yang telah dilaksanakan pada hari Selasa 10 April 2012. diperoleh data prestasi yang dapat digambarkan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145
Tabel 4.9 Ketuntasan belajar siswa pada siklus I Kriteria
Prestasi Belajar Siklus 1 Jumlah Siswa Persentase Tuntas: 70-100 26 81,25% Tidak Tuntas:0-69 6 18,75% Total 32 100% (Sumber: data primer yang diolah,2012) Hasil tes prestasi belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Headas Together pada siklus 1, diasajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:
Gambar 4.6
Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 1 (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah 26 siswa (81,25%) sedangkan yang belum mencapai ketuntasan adalah 6 siswa (18,75%). Nilai rata-rata yang diperoleh siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada Siklus 1 adalah 74,22. Dengan demikian, setelah diterapkan tindakan, prestasi belajar siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
146
mengalami kenaikan sebesar 1,07 dari yang sebelum tindakan rataratanya adalah 73,12 menjadi 74,22 pada siklus I d. Refleksi dan Analisis Pada tahap ini hasil observasi akan dikumpulkan dan dianalisis kemudian dilakukan refleksi untuk melihat apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Hasil analisis data yang dilakukan pada tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi dan interprestasi tindakan pada siklus I, peneliti dapat memberikan analisis sebagai berikut: 1) Kelemahan siswa pada siklus I a) Siswa masih belum dalam keadaan siap ketika guru masuk kelas Hal ini terlihat dari masih adanya siswa yang di luar kelas ketika guru sudah berada di dalam ruang kelas. Hal ini peneliti temui baik dalam pertemuan pertama maupun kedua pada siklus pertama. Siswa yang berada di dalam kelaspun terlihat belum mempersiapkan buku pelajaan sosiologi ketika guru masuk kelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran masih kurang. Hal ini mungkin dikarenakan jam mata pelajaran sosiologi yang dilakukan setelah jam istirahat pertama,sehingga siswa tidak tepat waktu masuk kelas dan belum dalam keadaan sipa ketika gur masuk kelas. b) Siswa masih enggan untuk bertanya tentang materi kepada guru Setelah guru menyampaikan materi masih belum ada siswa yang menanyakan tentang materi yang belum jelas kepada guru. Namun siswa berani bertanya ketika guru melakukan pendekatan kepada siswa. Oleh karena itu peran guru sebagai fasilitator dalam hal ini sangat diperlukan. c) Siswa masih kurang memahami langkah-langkah pembelajaran commit to user kooperatif tipe Numbered Heads Together
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147
Pada
saat
pelaksanaan
pembelajaran
kooperatif
tipe
Numbered Heads Together, siswa masih terlihat bingung ketika mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh guru. Tahap yang cukup membuat siswa bingung adalah saat penomoran dan sesi tanya jawab, beberapa siswa lupa menyebutkan nama dan nomor anggota kelompok ketika akan mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan. d) Beberapa siswa masih kurang aktif dalam diskusi kelompok Pada saat diskusi kelompok berlangsung, guru selaku peneliti berkeliling kelas untuk mengetahui proses diskusi dari masing-masing kelompok. Dari proses diskusi tersebut terdapat beberapa siswa dari beberapa kelompok yang tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi bahkan ada yang tiduran. Ketika guru mendekati kelompok tersebut, maka barulah seluruh siswa terlihat aktif. Akibatnya pada saat
guru
menunjuk
siswa
secara
untuk
mempresentasikan
jawabannya, beberapa siswa terlihat panik dan belum siap e) Kurangnya kesadaran siswa untuk mengemukakan pertanyaan atau pendapatnya Pada saat sesi tanya jawab setelah presentasi, siswa tidak memberikan pertanyaan ataupun tanggapan apapun. Siswa baru berani menunjukkan jari ketika guru berjanji akan memberikan hadiah bagi kelompok terbaik. Itupun hanya beberapa siswa saja yang berani menunjukkan
jarinya.
Terlihat
bahwa
antusias
siswa
untuk
melaksanakan diskusi masih kurang. f) Siswa mengandalkan temannya dalam mengerjakan soal diskusi maupun evaluasi Pada saat diskusi yang terlihat aktif menjawab pertanyaan hanya beberapa siswa saja dalam suatu kelompok dan yang lebih diandalkan adalah pendapat dari siswa yang pandai. Pada saat evaluasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148
masih ditemukan siswa yang membuka buku dan mencontek temannya. 2) Kelemahan guru pada siklus I a) Guru kurang dapat menguasai kelas Pada saat awal pembelajaran guru masih kurang dapat memfokuskan siswa. Terlihat dari beberapa siswa yang terlihat berbincang-bincang
dengan
teman
sebangkunya
ketika
gru
menyampaikan materi. Pada saat diskusipun masih ada beberapa siswa yang mengobrol sementara siswa lainnya sedang melakukan diskusi. b) Guru belum dapat menciptakan suasana persaingan antar kelompok secara maksimal Pada saat diskusi berlangsung pada pertemuan pertama, beberapa kelompok justru saling bertanya pada kelompok lain mengenai hasil diskusi. Pada saat presentasipun kelompok lain terkesan mendukung jawaban kelompok yang presentasi tanpa sedikit perbedaan pendapat. Namun ada kelompok yang berdebat singkat dan itu hanya antara 2 kelompok saja. Disini terlihat bahwa siswa masih kurang kompetitif dalam belajar, sehingga kurang ada keinginan untuk menjadi lebih baik dari kelompok lain. c) Guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi Siswa menilai guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi karena waktu yang agak terbatas. Hal ini disampaikan oleh siswa pada akhir siklus. Siswa menilai materi sosiologi tidak bisa disampaikan dengan cepat karena materi sosiologi cukup banyak dan memerlukan pemahaman siswa. d) Guru kurang memperhatikan beberapa kelompok Pada saat sharing di akhir siklus, ada beberapa siswa yang mengeluhkan perhatian guru terhadap kelompoknya. Siswa merasa commit to user guru hanya memberikan kesempatan pada kelompok tertentu. Hal ni
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149
dikarenakan pada siklus pertama guru bidang studi tidak dapat mendampingi peneliti karena berbagai hal. Akhirnya peneliti bertindak sebagai guru dan observer di dalam kelas dan membuat guru kurang terfokus pada kegiatan diskusi siswa. Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan oleh guru maupun peneliti, maka guru dan peneliti menganalisis tindakan perbaikan yang dapat dilakukan pada siklus kedua,yakni sebagai berikut: 1) Guru harus tegas menegur siswa yang masuk terlambat ke dalam kelas, sehingga diharapkan pada siklus selanjutnya siswa akan dalam keadaan siap pada saat guru masuk kelas. 2) Guru harus menekankan kepada siswa bahwa apabila siswa kurang jelas terhadap materi yang diberikan guru atau merasa terlalu cepat, siswa hendaknya
menyampaikan
kepada
guru
sehingga
guru
dapat
memperbaikinya. 3) Guru hendaknya kepada siswa bahwasannya kompetisi sangatlah penting. Guru juga hendaknya mampu menciptakan suasana persaingan positif antar kelompok sehingga siswa lebih termotivasi. 4) Sebaiknya guru lebih banyak memberikan motivasi dan merespon positif pendapat siswa , terutama untuk membuat siswa memiliki keberanian berpendapat dan bertanya terhadap hal-hal yang belum dipahami. 5) Guru harus tegas menegur siswa yang curang saaat mengerjakan soal evaluasi dan lebih cermat berkeliling kelas agar tidak ditemukan lagi kecurangan-kecurangan.
Bila
perlu
guru
akan
menyampaikan
konsekuensinya sebelum evaluasi dimulai.
2. Siklus 1I Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus pertama masih ditemukan banyak kekurangan naik dari segi siswa maupun guru, terutama mengenai kurangnya minat belajar siswa commit to user dalam kegiatan pembelajaran sehingga prestasi siswapun kurang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
150
Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada siklus I maka diperlukan perbaikan pada siklus II. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus kedua adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan siklus kedua dilakukan pada hari Kamis 21 April 2012 bertempat di ruang guru SMA Negeri 1 Baturetno. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua ini dengan mempertimbangkan hasil pada siklus pertama. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II akan dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Adapun rincian jadwal kegiatan di siklus II adalah : Tabel 4.10 Jadwal pelaksanaan siklus II Pertemuan Hari Ke 1 Senin
Tanggal
Waktu
23 April 10.30-11.50 2012
2
Senin
30 April 10.55-08.20 2012
3
Senn
7 Mei 10.30-11.50 2012
Kegiatan Penyampaian materi tentang penerapan sosiologi di masyarakat serta pengendalian sosial dan pelaksanaan NHT Penyampaian materi lanjutan tentang pengendalian sosial dan pelaksanaan NHT Evaluasi pembelajaran pengendalian sosial
(Sumber: Peneliti,2012) Peneliti sendiri dalam pelaksanaan tindakan ini bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan didampingi oleh guru mata pelajaran sosiologi yang akan mengamati proses jalannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
151
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Berbeda dengan siklus 1, pada siklus II ini guru mata pelajaran akan menjadi observer sedangkan peneliti yang akan menjadi pengajar tidak perlu mengisi lembar observasi. Pada tahap perencaan tindakan ini, peneliti bersama guru mendiskusikan scenario pembelajaran sosiologi secara keseluruhan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Adapun tahap perencanaan tindakan siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario pembelajaran sosiologi menggunakan metode Numbered Heads Together, dengan scenario pembelajaran sebagai berikut: a) Pertemuan 1 siklus II (waktu 2x40 menit) (1) Kegiatan Pendahuluan (a) Guru memberi salam pembuka (b) Apersepsi, Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran (absensi, kebersihan kelas, kenyamanan dll). (c) Memotivasi, Guru melakukan questioning ringan mengenai materi sebelumnya. (d)
Rambu-rambu
belajar,
Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. (2) Kegiatan Inti (a) Eksplorasi (i) Guru menggali kemampuan awal siswa tentang kegunaan sosiologi di segala segi kehidupan. (ii) Setelah itu guru menghubungkan dengan materi yang akan diajarkan,yaitu manfaat pengetahuan sosiologi. (iii) Guru menyampaikan materi tentang manfaat pengetahuan sosiologi dan penerapan pengetahuan sosiologi. (b) Elaborasi (i) Guru meminta siswa kembali ke dalam kelompok-kelompok commit to user NHT sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
152
(ii)
Guru
meminta
siswa
memilih
sendiri
pertanyaan
tersembunyi dalam powerpoint. (iii) Siswa kemudian mendiskusikan jawabannya dengan sekelompoknya secara singkat. (iv) Guru memanggil siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal tersebut. (v) Guru meminta beberapa siswa dari kelompok lain dengan nomor yang sama untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan pada kelompok yang sedang mempresentasikan jawabannya (c) Konfirmasi Guru memberikan balikan yang positif mengenai presentasi ataupun tanggapan siswa laindan bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (3) Kegiatan Penutup (a) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. (b) Guru memberikan tugas sebagai bentuk evaluasi untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. (c) Salam penutup b) Pertemuan 2 siklus II (waktu 2x40 menit) (1) Kegiatan Pendahuluan (a) Guru memberi salam pembuka (b) Apersepsi, Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran (absensi, kebersihan kelas, kenyamanan dll). (c) Memotivasi, Guru melakukan questioning ringan mengenai materi
sebelumnya
dilanjutkan
meminta
siswa
untuk
mengumpulkan tugas yang diberikan minggu lalu. (d)
Rambu-rambu
belajar,
Guru
pembelajaran yang hendak dicapai commit to user
menyampaikan
tujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
153
(2) Kegiatan Inti (a) Eksplorasi (i) Guru menggali kemampuan awal siswa tentang cara menangani perilaku menyimpang. (ii) Setelah itu guru menghubungkan dengan materi yang akan diajarkan,yaitu pengendalian social. (iii)
Guru
menyampaikan
materi
tentang
pengertian
pengendalian social, tujuan pengendalian social, ciri-ciri pengendalian social, fungsi pengendalian social dan jenis-jenis pengendalian social. (b) Elaborasi (i) Guru meminta siswa kembali ke dalam kelompok-kelompok NHT sebelumnya. (ii)
Guru
meminta
siswa
memilih
sendiri
pertanyaan
tersembunyi dalam powerpoint. (iii) Siswa kemudian mendiskusikan jawabannya dengan sekelompoknya secara singkat. (iv) Guru memanggil siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab soal tersebut. (v) Guru meminta beberapa siswa dari kelompok lain dengan nomor yang sama untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan pada kelompok yang sedang mempresentasikan jawabannya. (c) Konfirmasi Guru memberikan balikan yang positif mengenai presentasi ataupun tanggapan siswa lain dan bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. (3) Kegiatan Penutup (a) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
154
(b) Guru memberitahukan kepada siswa bahwa pertemuan yang akan datang adalah kegiatan evaluasi dari materi yang telah diberikan. (c) Salam penutup c) Pertemuan 3 siklus II (2x40 menit) (1) Kegiatan Pendahuluan (a) Guru memberi salam pembuka (b) Guru mempersiapkan kelas untuk pembelajaran (absensi, kebersihan kelas, kenyamanan dll). (c) Guru menyampaikan aturan pengerjaan soal evaluasi (2) Kegiatan Inti Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa di kelas dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut. (3) Kegiatan Penutup (a) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan tentang kegiatan evaluasi yang telah dilaksanakan. (b) Guru melakukan sharing atas pembelajaran yang telah dilakukan
dilanjutkan
guru
memberikan
hadiah
kepada
kelompok terbaik. (b) Salam penutup 4) Guru dan peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Program (RPP) untuk materi pengendalian sosial dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. 5) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yang terdiri dari: a) Menyiapkan lembar observasi minat belajar siswa yanga kan diisi pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru sosiologi yang akan membantu peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
155
b) Menyiapkan soal evaluasi sebagai tes prestasi untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa c) Menyiapkan lembar wawancara siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode yang telah diterapkan sebagai data pelengkap. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan
tindakan
merupakan
penerapan
isi
skenario
pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu pada Senin 23 April 2012, Senin 30 April 2012. dan Senin 7 Mei 2012 di ruang kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno. Pertemuan pertama dilaksanakan selama 2x40 menit, pertemuan kedua 2x35 menit dan pertemuan ketiga 2x40 menit sesuai dengan perencanaan. Pada pertemuan kedua jam pelajaran mengalami pengurangan hingga 10 menit setiap am karena guru mengadakan rapat pada hari senin pagi. Hal ini menyebabkan waktu yang dimiliki peneliti berkurang menjadi 35 menit tiap jam pelaaran. .Kegiatan pada siklus pertama ini dimaksudkan sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas dengan metode NHT. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan 1 siklus II (waktu 2x40 menit) a) Kegiatan Pendahuluan (15 menit) (1) Guru memberi salam pembuka (2) Apersepsi, Guru mengecek kenyamanan belajar kepada siswa dan meminta siswa merapikan tempat duduk. Selanjutnya guru melakukan absensi. Pada pertemuan ini seluruh siswa masuk. (3) Memotivasi, Guru menanyakan kepada siswa tentang cara penanganan perilaku menyimpang. Seluruh siswa menjawab secara serempak dengan jawaban beragam. Kemudian guru meminta siswa yang berani untuk menunjukkan jari, ada 4 anak yang menunjukkan jari. Dari keempat anak tersebut guru memilih Eka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
156
Putri dan Astri Widyatuti untuk menjawab pertanyaan. Kemudian guru menunjuk Ahmad Anshori untuk menjawab pertanyaan. (4) Rambu-rambu belajar, Guru membacakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu Setelah diterapkan metode NHT siswa diharapkan dapat: (a) Menjelaskan penerapan pengetahuan sosiologi di masyarakat (b) Mendefinisikan pengertian pengendalian social (c) Menjabarkan ciri-ciri pengendalian social b) Kegiatan Inti (55 menit) (1) Eksplorasi (a) Guru menggali kemampuan awal siswa dengan meminta siswa menjelaskan manfaat
dari mempelajari sosiologi. Siswa
kemudian mencari-cari di buku. Beberapa anak membaca dengan pelan sehingga guru meminta beberapa siswa untuk tunjuk jari. Ada 5 anak yang menunjukkan jari sehingga guru memilih 1 yakni Umar Wahid H. Selanjutnya guru meminta siswa memberikan manfaat lain yang berbeda dari buku. Iche Margasari akhirnya mampu memberikan manfaat lain yang berbeda dari buku. Dari jawaban tersebut, guru memberikan kesimpulan dan dihubungkan dengan materi. (b) Guru menyampaikan materi tentang penerapan pengetahuan sosiologi,
pengertian
pengendalian
social
dan
cirri-ciri
pengendalian social melalui media power point (c) Guru meminta siswa untuk menanyakan materi yang belum dimengerti, namun tidak ada siswa yang bertanya (2) Elaborasi (a) Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan belajar pada pertemuan ini dengan metode Numbered Heads Together beserta contoh pelaksanaanya. Setelah siswa mengerti kemudian guru meminta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
157
siswa untuk masuk ke dalam kelompok yang sama dengan kelompok mereka pada saat siklus I. (b) Guru meminta siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya dan selanjutnya guru membagikan kartu anggota pada masingmasing kelompok dan memberi waktu untuk mengisi data di kartu tersebut. (c) Guru mempersiapkan file powerpoint yang berisikan pertanyaan tersembunyi. (d) Pertama-tama guru meminta kelompok pertama yakni kelompok Gillin 3 (Chaerul Husna). Setelah memilih nomor, ternyata Gillin diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan pada kelompok lain. Gillin kemudian memberikan pertanyaan tentang penerapan sosiologi tentang status individu dan masyarakat. Ada 1 kelompok yang diberikan kesempatan memberikan tanggapan yakni EB Taylor 3 ( Oktaviana Krisnawati). (e) Kelompok kedua yang mendapat kesempatan adalah Emile Durkheim 2 (Marlina). Marlina memilih nomor yang berisikan perintah untuk menjelaskan manfaat mempelajari sosiologi. Setelah menjawab guru meminta kelompok lain menambahkan. Kelompok tersebut adalah kelompok Gillin 2 ( Yustinus Hajar P), Jack Levin 2 (Eliza Fahmi), dan Lukman 2(Umar Wahid). (f)
Kelompok ketiga yang mendapat kesempatan adalah Vembriarto 4 (Hangga Satya P). Hangga memilih nomor yang berisikan perintah untuk menjelaskan pengertian pengendalian social. Setelah menjawab guru meminta kelompok lain menambahkan. Kelompok tersebut adalah kelompok Gillin 4 (Apri Purwanti), dan Ralph Linton 4 (Vinncentia Viky P.)
(g) Kelompok keempat yang mendapat kesempatan adalah commit to user Koentjoroningrat 3 (Andreas Resa). Andreas memilih nomor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
158
yang
berisikan
perintah
untuk
menjelaskan
ciri-ciri
pengendalian social. Setelah menjawab guru meminta kelompok lain menambahkan. Kelompok tersebut adalah kelompok Gillin 3 (Chaerul Husna), Jack Levin 3 (Tika Ermawati) dan Emile Durkheim 3(Iswari) (3) Konfirmasi Guru
memberikan
balikan
yang
positif
mengenai
keseluruhan presentasi ataupun tanggapan siswa lain dan bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. c) Kegiatan Penutup (10 menit) (1) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. (2) Guru memberikan tugas sebagai bentuk evaluasi untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya yaitu mengerjakan soal di LKS. (3) Guru memberitahukan kepada siswa materi yang akan dipelajari pada
pertemuan
mendatang dan
memotivasi
siswa
untuk
mempelajari di rumah. (4) Salam penutup 2) Pertemuan 2 siklus II (waktu 2x35 menit) a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberi salam pembuka (2) Apersepsi, Guru meminta siswa mempersiapkan LCD sambil guru menanyakan kepada siswa untuk mengetahui siapa saja yang tidak masuk. Ternyata seluruh siswa masuk pada hari tersebut. Kemudian guru meminta siswa merapikan tempat duduk karena kurang rapi. (3) Memotivasi, Guru melakukan questioning ringan mengenai materi sebelumnya dilanjutkan membahas soal di LKS secara singkat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
159
(4) Rambu-rambu belajar, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
melalui slide power point. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan tersebut adalah: (a) Menyebutkan fungsi pengendalian social (b). Menjelaskan jenis-jenis pengendalian social b) Kegiatan Inti (1) Eksplorasi (a) Guru meminta siswa menjelaskan pengertian pengendalian social dengan cara menunjukkan jari. Lulita Atikandari, dan Fitri Perwitasari mendapat kesempatan untuk menjawabnya. (b) Setelah itu guru menghubungkan dengan materi yang akan diajarkan,yaitu fungi pengendalian social. (c) Guru menyampaikan materi tentang fungsi pengendalian social dan jenis pengendalian social dengan media LCD. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.Setelah yakin tidak ada yang bertanya, maka guru melanjutkan dengan diskusi. (2) Elaborasi (a) Guru meminta siswa kembali ke dalam kelompok-kelompok NHT yang sebelumnya. (b) Guru membagikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan siswa dengan kelompoknya. (c) Guru membebaskan siswa untuk mengajukan kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok Gillin, dan Emile Durkheim menunjukkan jari. Guru kemudian memilih Emile Durkheim 3 (Iswari) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah selesai.ada kelompok yang langsung bertanya, yakni Ralph Linton.3 ( Fitri Perwita Sari), EB Taylor 3 (Oktaviana Krisnawati), dan Vembriarto 3 (Muhammad commit to user Fatkhan).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
160
(d) Sesi kedua guru membebaskan siswa untuk mengajukan kelompoknya kembali. Beberapa kelompok menunjukkan jari. Guru memilih Jack Levin 1 (Astri Widyastuti) untuk mempresentasikan
hasil
diskusinya.
Setelah
Astri
mempresentasikan, Gillin 1 (Ahmad Anshori) menanggapi jawaban Astrid dan melakukan debat ringan. (e) Sesi ketiga guru mempersilahkan kelompok koentjoroningrat 4 (Untoto Budi S.)untuk mempresentasikan jawabannya. Ada dua siswa yang bertanya yakni 4 (Fahrul Yanuar), dan Gillin 4 (Apri). (3) Konfirmasi Guru presentasi
memberikan
ataupun
balikan
tanggapan
yang
siswa
lain
positif
mengenai
bersama
siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari. c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. Setelah dipastikan tidak ada pertanyaan, maka guru meminta siswa mengumpulkan hasil diskusi. (2) Guru meminta siswa untuk belajar di rumah karena pertemuan selanjutnya adalah kegiatan evaluasi dari keseluruhan materi yang telah diberikan guru. (3) Salam penutup 1) Pertemuan 3 siklus II (2x40 menit) a) Kegiatan Pendahuluan (1) Guru memberi salam pembuka (2) Apersepsi, Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa. Guru mengecek kenyamanan belajar kepada siswa dan meminta siswa merapikan tempat duduk. Selanjutnya guru melakukan absensi. Pada pertemuan ini tidak ada siswa yang tidak masuk. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
161
(3) Memotivasi, Guru menanyakan kesiapan kepada siswa dalam menghadapai evaluasi. (4) Rambu-rambu belajar, Guru membacakan aturan kegiatan evaluasi yang harus dipatuhi siswa yakni: (a) Jawablah pertanyaan pada selembar kertas (b) Berilah nama dan nomor pada pojok kanan atas (c) Siswa tidak diperkenankan mencotek ataupun membuka catatan b) Kegiatan Inti Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa di kelas dan mempersilahkan siswa untuk mengerjakannya. c) Kegiatan Penutup (1) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan tentang kegiatan evaluasi yang telah dilaksanakan. Tidak ada siswa yang memberikan pertanyaan. (2) Guru dan siswa melakukan sharing ringan terhadap pelaksanaan pembelajaran selama ini. (3) Guru mengumumkan kelompok terbaik serta memberikan hadiah kepada kelompok terbaik tersebut, yakni kelompok Gillin. (4) Salam penutup c. Observasi dan Interpretasi Pada perencanaannya, pelaksanaan siklus kedua adalah dilakukan oleh peneliti dan guru sebagai observer. Hal ini dikarenakan guru kurang memahami pelaksanaan metode Numbered Heads Together (NHT). Namun pada saat pelaksanaanya, guru menyerahkan sepenuhnya lembar observasi kepada peneliti dan guru memantau jalannya pembelajaran. Untuk itu, berdasarkan kesepakatan peneliti dan guru, dalam siklus kedua peneliti bertindak sebagai pengajar sekaligus observer. Observasi
ini
dilakukan
bersamaan
dengan
pelaksanaan
tindakan.Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi dengan berpedoman commit to user lembar observasi yang telah disusun. Fokus pengamatan sendiri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
162
menekankan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dalam beberapa indicator, yakni 1) Minat belajar siswa dengan indicator ketercapaian 65 %, yang meliputi: a) Memahami intruksi guru b) Antusisme siswa saat mengikuti pelajaran sosiologi c) Mengajukan pertanyaan kepada guru d) Menyelesaikan tugas yang diberikan guru e) Mencatat materi/hasil pembahasan soal f) Mempresentasikan hasil kerja kelompok g) Memanfaatkan sumber belajar yang ada h) Partisipasi dalam diskusi kelompok. i) Memperhatikan penjelasan guru j) Suasana kondusif di dalam kelas 2) Prestasi belajar siswa yang dilihat dari rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran sosiologi dengan KKM 70 dan dengan indicator ketercapaian 75 Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan hari senin tanggal 23 April 2012.Pertemuan ini dimulai dengan penyampaian materi kepada siswa yakni
manfaat
ilmu
sosiologi,
penerapan
ilmu
sosiologi,definisi
pengendalian social dan cirri-ciri pengendalian sosial. Selanjutnya pelaksanaan diskusi kelompok dilakukan dengan metode Numbered Heads Together. Guru memberi kartu anggota pada seluruh kelompok sebagai nomor kepala. Sementara diskusi berlangsung, guru yang bertindak sebagai observer berkeliling kelas serta mengecek ke setiap kelompok sambil mengisi lembar observasi.Setelah itu guru meminta siswa mewakili kelompoknya untuk mengambil soal tersembunyi di power point.Soal tersebut didiskusikan dengan singkat kemudian dipaparkan hasilnya. Siswa dengan nomor kepala yang sama dari kelompok lain diminta untuk memberi commit to user tanggapan atau memberikan pertanyaan. Pada akhir pertemuan guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
163
memberikan tugas di rumah untuk siswa yakni mengerjakan latihan soal di LKS. Pertemuan kedua pada siklus II diadakan pada hari senin 30 April 2012. Pertemuan ini dimulai dengan guru meminta siswa mengumpulkan tugas di rumah yang telah diberikan oleh guru kemudian membahas pertanyaan yang dirasa sulit.
Selanjutnya
guru
menjelaskan
materi
melalui power point. Materi yang dibahas pada pertemuan tersebut adalah fungsi pengendalian social dan jenis-jenis pengendalian sosial . Selama pembelajaran guru melakukan
tanya jawab mengenai materi terhadap
siswa. Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya. Guru memberikan lembar kegiatan kelompok pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan. Selanjutnya pelaksanaan diskusi kelompok dilakukan dengan metode Numbered Heads Together. Guru meminta siswa mengeluarkan kartu anggota sebagai nomor kepala. Sementara diskusi berlangsung, guru yang bertindak sebagai observer berkeliling kelas serta mengecek ke setiap kelompok sambil mengisi lembar observasi.Setelah itu guru meminta siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi. Siswa dengan nomor kepala yang sama dari kelompok lain diminta untuk memberi tanggapan atau memberikan pertanyaan.Pada akhir pelajaran guru memberitahukan bahwa pertemuan selanjutnya adalah kegiatan evaluasi dan meminta siswa belajar di rumah. Pertemuan ketiga berlangsung pada hari Senin tanggal 7 Mei 2012. Pertemuan dimulai dengan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang sulit dalam belajar. Setelah tidak ada yang bertanya guru membacakan aturan pengerjaan dan membagikan soal ulangan sebagai evaluasi akhir siklus II kepada siswa. Guru berkeliling kelas untuk mengawasi kelas dan memberi teguran bagi siswa yang mencontek. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
164
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar mata pelajaran sosiologi siklus II dalam materi pengendalian social dapat diperoleh gambaran sebagai berikut: 1) Minat belajar siswa dalam pembelajaran Minat belajar siswa berdasarkan lembar observasi menunjukkan bahwa keseluruhan kelompok mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh hasil bahwa terdapat 3 kelompok yang memperoleh skor minat belajar tinggi, yakni kelompok Emile Durkheim, kelompok Jack Levin dan Kelompok Koentjaraningrat. Kelompok Durkheim memiliki skor minat belajar sebesar 72,50%, kelompok Jack Levin memiliki skor minat belajar sebesar 65% dan kelompok Gillin memiliki skor minat belajar sebesar 65%. Kelompok yang mendapatkan skor minat belajar sedang adalah kelompok E.B Taylor, kelompok Ralph Linton, kelompok Lukman, kelompok Vembriarto, dan kelompok Koentjaraningrat. Rincian minat belajar kelompok tersebut adalah kelompok E.B Taylor memiliki minat belajar sebesar 57,50%, kelompok Ralph Linton memiliki minat belajar sebesar 60%, kelompok Lukman memiliki minat belajar sebesar 60%, kelompok Vembriarto memiliki minat belajar sebesar 60%, dan kelompok Koentjaraningrat memiliki minat belajar sebesar 50%. Hasil observasi minat belajar akan diuraikan dalam tabel berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
165
Tabel 4.11 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa tiap kelompok pada Siklus II pertemuan 1 No 1 2 3 4 5
Kelompok
Indikator Ketercapaian 65% 65% 65% 65% 65%
E.B Taylor Ralph Linton Lukman Vembriarto Emile Durkheim 6 Jack Levin 65% 7 Gillin 65% 8 Koentjaraning 65% rat Rata-rata (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Persentase 57,50% 60% 60% 60% 72,50%
Kriteria Capaian Indikator Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi
65% 65% 50%
Tinggi Tinggi Sedang
61,25%
Tinggi
Berikut ini adalah diagram yang menggambarkan tingkat minat belajar siswa kelas X.10 pada siklus II pertemuan 1 yang menunjukkan hasil dari setiap kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
166
Gambar 4.7 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada Siklus II pertemuan 1 (Sumber: data primer yang diolah,2012) Untuk hasil peningkatan minat belajar siswa setiap aspek pada siklus II pertemuan 1 disajikan pada tabel berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
167
Tabel 4.12 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus II pertemuan 1 No
Aspek yang diamati
Jumlah Jumlah siswa yang seluruh melakukan siswa 1 Antusiasme saat 24 32 mengikuti pelajaran sosiologi 2 Memahami intruksi 22 32 guru 3 Mengajukan 5 32 pertanyaan 4 Mencatat 13 32 materi/hasil pembahasan soal 5 Menyelesaikan tugas 24 32 yang diberikan guru 6 Mempresentasikan 12 32 hasil kerja kelompok 7 Partisipasi dalam 25 32 diskusi kelompok 8 Memanfaatkan 21 32 sumber belajar yang ada 9 Memperhatikan 25 32 penjelasan guru 10 Suasana kondusif di 25 32 dalam kelas Jumlah 196 320 Persentase minat 61,25% belajar kelas (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Persen tase
Ket
75%
Tinggi
68,75%
Tinggi
15,62% 40,62%
Sangat rendah Sedang
75%
Tinggi
37,50%
Rendah
78,12%
Tinggi
65,62%
Tinggi
78,12%
Tinggi
78,12%
Tinggi
Tinggi
Berikut ini adalah hasil minat belajar setiap aspek kelas X.10 siklus II pertemuan 1 yang disajikan dalam bentuk diagram berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
168
Gambar 4.8 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus II pertemuan 1 (Sumber: data primer yang diolah,2012) Dari data di atas diperoleh bahwa persentase rata-rata minat belajar siswa pada setiap aspek pada siklus II pertemuan 1 di kelas X.10 adalah sebesar 61,25% yang tergolong dalam kategori minat belajar Tinggi. Dalam siklus kedua telah terlihat minat belajar siswa yang tinggi secara keseluruhan dalam tiap aspek minat yang menjadi bahan observasi peneliti. Namun masih terdapat beberapa aspek yang memiliki minat belajar sangat rendah, yakni aspek mengajukan pertanyaan sebesar 15,62%.. Pada siklus II, pertemuan kedua, Keseluruhan kelompok telah memcapai kategori minat belajar tinggi.. Berikut ini adalah tabel minat belajar siswa pada siklus II pertemuan 2. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
169
Tabel 4.13 Hasil Observasi Minat Belajar Tiap Kelompok pada Siklus II Pertemuan 2 No 1 2 3 4 5
Kelompok
Indikator Ketercapaian 65% 65% 65% 65% 65%
E.B Taylor Ralph Linton Lukman Vembriarto Emile Durkheim 6 Jack Levin 65% 7 Gillin 65% 8 Koentjaraning 65% rat Rata-rata (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Persentase 72,50% 67,50% 65% 67,50% 70%
Kriteria Capaian Indikator Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi
65% 80% 70%
Tinggi Sedang Sedang
69,68%
Sedang
Berikut ini adalah diagram yang menggambarkan tingkat minat belajar siswa kelas X.10 pada siklus II pertemuan kedua yang menunjukkan hasil dari setiap kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
170
Gambar 4.9 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Kelompok pada Siklus II Pertemuan 2 (Sumber: data primer yang diolah,2012) Untuk hasil peningkatan minat belajar siswa setiap aspek pada siklus II pertemuan 2 disajikan pada tabel berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
171
Tabel 4.14 Hasil Observasi Minat Belajar Tiap Aspek pada Siklus II Pertemuan 2 No
Aspek yang diamati
Jumlah Jumlah siswa yang seluruh melakukan siswa 1 Antusiasme saat 27 32 mengikuti pelajaran sosiologi 2 Memahami intruksi 25 32 guru 3 Mengajukan 6 32 pertanyaan 4 Mencatat 21 32 materi/hasil pembahasan soal 5 Menyelesaikan tugas 30 32 yang diberikan guru 6 Mempresentasikan 5 32 hasil kerja kelompok 7 Partisipasi dalam 28 32 diskusi kelompok 8 Memanfaatkan 29 32 sumber belajar yang ada 9 Memperhatikan 27 32 penjelasan guru 10 Suasana kondusif di 25 32 dalam kelas Jumlah 223 320 Persentase minat 55,62% belajar kelas (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Persen tase
Ket
84,37%
Tinggi
78,12%
Sedang
18,75% 65,62%
Sangat Rendah Sedang
93,75%
Tinggi
15,63% 87,50%
Sangat Rendah Tinggi
90,62%
Tinggi
84,37%
Tinggi
78,12%
Tinggi
Sedang
Berikut ini adalah hasil minat belajar setiap aspek kelas X.10 siklus I pertemuan 2 yang disajikan dalam bentuk diagram:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
172
Gambar 4.10 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada Siklus II pertemuan 2 (Sumber: data primer yang diolah,2012) Dari data di atas diperoleh bahwa persentase rata-rata minat belajar siswa pada setiap aspek pada siklus II pertemuan 2 di kelas X.10 adalah sebesar 69,68% yang tergolong dalam kategori minat belajar tinggi. Terdapat beberapa aspek yang masih memiliki minat belajar sangat rendah, yakni aspek mengajukan dan mempresentasikan hasil kelompok Dengan demikian dapat diketahui skor minat belajar siswa pada siklus II dengan memperhitungkan pertemuan 1 dan pertemuan 2 diperoleh :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
173
Tabel 4.15
Rekapitulasi Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada siklus II
Aspek Pertemuan 1 Pertemuan 2 1 75% 84,37% 2 68,75% 78,12% 3 15,62% 18,75% 4 40,62% 65,62% 5 75% 93,75% 6 37,50% 15,63% 7 78,12% 87,50% 8 65,62% 90,62% 9 78,12% 84,37% 10 78,12% 78,12% Rata-rata 61,25% 69,68% (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Rata-rata 79,68% 73,44% 17,18% 53,12% 84,38% 26,56% 82,81% 78,12% 81,24% 78,12% 65,46%
Sedangkan dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut:
Gambar 4.11 Minat belajar siswa pada tiap indicator siklus II (Sumber: data primer yang diolah,2012) Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa rata-rata minat siswa pada siklus II pertemuancommit 1 dan to pertemuan 2 adalah 65,46% dan masuk user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
174
kategori sedang. Dengan demikian penerapan NHT sudah dikatakan maksimal karena telah memenuhi target yang diharapkan yakni 65% ketercapaian indicator minat belajar. 2) Prestasi Belajar Siswa Pengukuran prestasi belajar siswa pada siklus II menggunakan tes prestasi yang mengukur kemampuan siswa dalam menguasai indikator-indikator materi yang telah disampaikan oleh guru melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Setelah dilakukan tindakan siklus II, prestasi belajar pada mata pelajaran sosiologi meningkat tetapi belum mencapai target keberhasilan penelitian. Berbeda pada siklus II ini yang telah mengalami peningkatan dan telah mencapai target nilai rata-rata yang ditetapkan, yakni 75. Prestasi belajar siswa kelas X.10 mata pelajaran sosiologi pada siklus II adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
175
Tabel 4.16 No 1 2 3 4 e 5 r 6 7 d 8 a 9 10 s 11 a 12 13 r 14 k 15 16 a 17 n 18 19 20 t 21 e 22 23 s 24 25 26 p 27 r 28 29 e 30 s 31 32 t
Daftar nilai siswa kelas X.10 pada siklus II
Nama ABIECA ARTLA H R AHMAD ASHORI ANDHIKA ANTAR A B ANDREAS RESA ARI K APRI PURWANTI ASTRI WIDYASTUTI CHAEROTUL KHUSNA EKA PUTRI AVIANI ELIZA FAHMI W FAHRUL YANUAR FEBRIANA KURNELA FILKA RESNAWATI FITRI PERWITA SARI HANGGA SATYA P ICHE MARGASARI IRPANTO ISWARI LULITA ATIKANDARI MARLINA S RIRIS NUR AINI RISTIA MARJIATI TIKA ERMAWATI TRISNAWATI UMAR WAHID HIMAWAN UNTORO BUDI S VINCENTIA VIKY P WAHYU PUJIASTUTI YULIUS MARLISTA SUSILO YUSTINA ARINA W YUSTINUS HAJAR P MUHAMMAD FATKHAN M OKTAVIANA KRISNAWATI Nilai rata-rata kelas
Nilai 66 72 76 78 80 82 84 78 78 70 74 88 80 64 78 74 78 82 72 70 90 70 72 92 82 80 84 78 70 72 74 78
Keterangan Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 77,06
( Sumber: data primer yang diolah,2012) Berdasarkan tes prestasi siklus II yang telah dilaksanakan pada hari Senin 7 Mei 2012. diperoleh data prestasi yang dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
176
Tabel 4.17 Ketuntasan belajar siswa pada siklus II Kriteria
Prestasi Belajar Siklus II Jumlah Siswa Persentase Tuntas: 70-100 30 93,75% Tidak Tuntas: 0-69 2 6,25% Total 32 100% (Sumber: data primer yang diolah,2012) Hasil tes prestasi belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus II, diasajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:
Gambar 4.12 Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II (Sumber: data primer yang diolah,2012) Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah 30 siswa (93,75%) sedangkan yang belum mencapai ketuntasan adalah 2 siswa (6,25%). Nilai rata-rata kelas X.10 pada mata pelajaran sosiologi meningkat menjadi 77,06 dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 64. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada Siklus II adalah 77,06. Dengan demikian, setelah diterapkan tindakan, prestasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
177
belajar siswa mengalami kenaikan sebesar 2,87 dari yang siklus I nilai rata-rata kelas adalah 74,19 menjadi 77,06 pada siklus II. d. Refleksi dan Analisis Pada tahap ini hasil observasi akan dikumpulkan dan dianalisis kemudian dilakukan refleksi untuk melihat apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Berdasarkan hasil observasi dan interprestasi tindakan pada siklus II, peneliti dapat memberikan analisis sebagai berikut: 1) Kelemahan siswa pada siklus II a) Siswa masih belum dalam keadaan siap ketika guru masuk kelas Hal ini terlihat dari masih adanya siswa yang di luar kelas ketika guru sudah berada di dalam ruang kelas. Hal ini peneliti temui pada pertemuan kedua silus II. Namun siswa yang berada di dalam kelaspun terlihat belum mempersiapkan buku pelajaan sosiologi ketika guru masuk kelas sedikit berkurang daripada siklus I. b) Siswa masih enggan untuk bertanya tentang materi kepada guru Setelah guru menyampaikan materi masih belum ada siswa yang menanyakan tentang materi yang belum jelas kepada guru. Namun siswa berani bertanya ketika guru melakukan pendekatan kepada siswa. c) Terganggung kegiatan siswa di luar mata pelajaran Pada saat pertemuan pertama, ada sekitar 6 anak ijin di selasela diskusi, mereka adalah anak yang mendapatkan bantuan sehingga harus keluar kelas atas ijin salah seorang guru. Hal inilah yang menyebabkan beberapa kelompok mengalami pengurangan jumlah anggota. 2) Kelemahan guru pada siklus II a) Guru belum dapat mengatur waktu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
178
Pada
pertemuan
kedua,
jam
pelajaran
mengalami
pengurangan jam hingga 10 menit tiap jam pelajaran, sehingga kegiatan diskusi tidak dapat berlangsung dengan santai dan serius. Hanya beberapa kelompok yang aktif dalam diskusi. Hal ini sangat berbeda dengan pada saat pertemuan pertma. b) Guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi Siswa menilai guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi karena waktu yang agak terbatas. Hal ini disampaikan oleh siswa pada akhir siklus. Siswa menilai materi sosiologi tidak bisa disampaikan dengan cepat karena materi sosiologi cukup banyak dan memerlukan pemahaman siswa. Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan oleh guru maupun peneliti, maka guru dan peneliti menganalisis bahwa ada beberapa factor yang
menyebabkan
masih
ditemukannya
kelemahan-kelemahan
di
atas,yakni sebagai berikut: 1) Siswa masih belum memiliki kesadaran untuk menegakkan kedisiplinan, sehingga ketika bel berbunyi siswa masih belum dapat menyegerakan emnyiapkan materi yang akan dipelajari 2) Guru mengalami hambatan dengan waktu. Mata pelajaran Sosiologi berlangsung dengan waktu 2x40 menit setiap senin karena terpotong waktu untuk upacara. Apalagi pada siklus II telah terpotong lagi dengan adanya rapat guru. Dengan demikian diperlukan ketrampilan guru untuk tetap menyelesaikan materi dengan waktu yang cukup singkat
D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together memiliki tujuan untuk
meningkatkan minat dan prestasi belajar
sosiologi siswa. Penelitian dilakukan dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan model dan tipe pembelajaran yang sama pada tiap siklusnya yaitu model commit to user pebelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Berdasarkan hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
179
telah diperoleh pada siklus I dan siklus II, maka terdapat perbandingan antar siklus. Perbandingan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus I dan siklus II, dapat dilihat pada table dan gambar berikut ini: 1. Minat belajar siswa Minat belajar siswa pada siklus I dan II mengalami perkembangan yang cukup baik setelah diterapkannnya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui peningkatan yang terjadi, berikut ini akan diuraikan dalam tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
180
Tabel 4.18 Perbandingan Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada siklus I dan siklus II No
Aspek yang diukur
Indikator Ketercapaian
1
Antusiasme saat 65% mengikuti pelajaran sosiologi 2 Memahami intruksi 65% guru 3 Mengajukan 65% pertanyaan 4 Mencatat materi/hasil 65% pembahasan soal 5 Menyelesaikan tugas 65% yang diberikan guru 6 Mempresentasikan 65% hasil kerja kelompok 7 Partisipasi dalam 65% diskusi kelompok 8 Memanfaatkan 65% sumber belajar yang ada 9 Memperhatikan 65% penjelasan guru 10 Suasana kondusif di 65% dalam kelas Rata-rata (Sumber: data primer yang diolah,2012)
Persentase Siklus I Siklus II
Pening katan
75%
79,68%
4,68%
50%
73,44%
23,44%
14,06%
17,18%
3,12%
51,56%
53,12%
1,56%
71,88%
84,38%
12,5%
14,06%
26,56%
12.5%
70,32%
82,81%
12,49%
67,19%
78,12%
10,93%
67,19%
81,24%
14,05%
73,44%
78,12%
4,68%
55,46%
65,46%
10%
Perbandingan hasil penelitian minat belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus I dan siklus II disajikan pula dalam bentuk gambar sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
181
Perbandingan Minat Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
4.13 Perbandingan Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Tiap Aspek pada siklus I dan siklus II (Sumber: data primer yang diolah,2012) Berdasarkan tabel dan gambar di atas dapat diketahui bahwa setelah adanya penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together berdampak positif terhadap proses dan hasil kegiatan belajar mengajar mata pelajaran sosiologi siswa. Hal tersebut nampak pada adanya peningkatan minat belajar siswa pada masing-masing aspek yakni: a. Antusiasme saat mengikuti pelajaran sosiologi mengalami kenaikan sebesar 4,68% dari yang mulanya 75% pada siklus I menjadi 79,68% pada siklus II. b. Memahami intruksi guru mengalami kenaikan sebesar 23,44% dari yang mulanya 50% pada siklus I menjadi 73,44% pada siklus II. c. Mengajukan pertanyaan mengalami kenaikan sebesar 3,12% dari yang mulanya 14,06% pada siklus I menjadi 17,18% pada siklus II. d. Mencatat materi/hasil pembahasan soal mengalami kenaikan sebesar 1,56% commit to user dari yang mulanya 51,56% pada siklus I menjadi 53,12% pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
182
e. Menyelesaikan tugas yang diberikan guru mengalami kenaikan sebesar 12,50% dari yang mulanya 71,88% pada siklus I menjadi 84,38% pada siklus II. f. Mempresentasikan hasil kerja kelompok mengalami kenaikan sebesar 12,50% dari yang mulanya 14,06% pada siklus I menjadi 26,56% pada siklus II. g. Partisipasi dalam diskusi kelompok mengalami kenaikan sebesar 12,49% dari yang mulanya 70,32% pada siklus I menjadi 82,82% pada siklus II. h. Memanfaatkan sumber belajar yang ada mengalami kenaikan sebesar 10,93% dari yang mulanya 67,19% pada siklus I menjadi 81,24% pada siklus II. i. Memperhatikan penjelasan guru mengalami kenaikan sebesar 14,05% dari yang mulanya 67,19% pada siklus I menjadi 81,24% pada siklus II. j. Suasana kondusif di dalam kelas mengalami kenaikan sebesar 4,68% dari yang mulanya 73,44% pada siklus I menjadi 78,12% pada siklus II Berikut ini diagram peningkatan persentase rata-rata minat belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus I dan siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
183
4.14 Perbandingan Hasil Observasi Minat Belajar Siswa dalam pada siklus I dan siklus II (Sumber: data primer yang diolah,2012) Berdasarkan gambar 4.13 dapat diketahui bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan persentase sebesar 10% dari 55,46% pada siklus I menjadi 65,46% pada siklus II. Persentase hasil observasi minat belajar siswa tiap aspek ini rata-rata mengalami peningkatan sebesar 10%. 2. Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar siswa pada siklus I dan II mengalami perkembangan yang cukup baik setelah diterapkannnya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui peningkatan prestasi yang terjadi, maka digunakan nilai rata-rata kelas sebagai instrument. Berikut ini perbandingan perolehan prestasi belajar siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II akan diuraikan dalam tabel 4.18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
184
Tabel 4.19 Perbandingan Prestasi Belajar Siswa pada Prasiklus,siklus I dan siklus II Tahap
Indikator Ketercapaian
Nilai rata-rata
Prasiklus
75
73,12
Siklus I
75
74,22
Siklus II
75
77,06
(Sumber: data primer yang diolah,2012) Berikut ini perbandingan peningkatan prestasi belajar antara prasiklus,siklus I, dan siklus II yang digambarkan dalam bentuk diagram: 78 77
76 75 74 73 72 71
77,06 73,12
Pra Siklus
74,22
Siklus I
Siklus II
Perbandingan Prestasi Belajar Prasiklus, siklus I dan siklus II
4.15 Perbandingan Prestasi Belajar Siswa prasiklus, siklus I dan siklus II (Sumber: data primer yang diolah,2012) Sebagai penunjang data prestasi belajar berikut ini juga ditemukan ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan setelah penerapan siklus I dan siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
185
Tabel 4.20 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada Prasiklus,siklus I dan siklus II Kriteria
Tuntas 70-100 Tidak Tuntas 0-69
Pra siklus Siklus I Siswa Persenta Siswa Persenta se se 23 71,87% 26 81,25% 9
28,13%
6
32 100% 32 (Sumber: data primer yang diolah,2012)
18,75%
Silus II Siswa Persent ase 30 93,75 % 2 6,25%
100%
32
100%
Perbandingan ketuntasan belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus I dan siklus II disajikan pula dalam bentuk gambar sebagai berikut:
4.16 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II (Sumber: data primer yang diolah,2012) Berdasarkan tabel 4.18 dan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together berdampak positif terhadap minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Hal tersebut nampak dengan adanya peningkatan nilai nilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
186
rata-rata siswa setelah dilaksanakan tindakan dan ditunjang dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah dilaksanakan tindakan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa pada variabel minat belajar dan prestasi belajar masing-masing mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Untuk mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran kooperatuf tipe Numbered Heads Together dalam meningkatkan minat dan pretasi belajar berikut ini akan diuraikan dalam tabel Tabel 4.21 Perhitungan Uji Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together No 1
2
Indikat or Minat Belajar
Pra Siklus
Prestasi belajar
73,12
Siklus I 55,46 %
Siklus II 65,46 %
Pening katan 10 %
Uji efektifitas
Kriteria
10 x100 =18,03% 55,46 18,03%
Cukup rendah
74,22
77,06
3,94
3,94 x100 = 5,38% 73,12
Cukup
(Sumber: data primer yang diolah,2012) Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan perhitungan uji efektifitas, kenaikan minat belajar siswa memperoleh skor 18,03% dan termasuk kriteria cukup rendah. Hal ini berarti tingkat efektifitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam meningkatkan minat belajar siswa adalah cukup rendah. Pada perhitungan uji efektifitas, kenaikan minat belajar siswa memperoleh skor 5,38% dan termasuk kriteria cukup. Hal ini berarti tingkat efektifitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam meningkatkan prestasi belajar siswa adalah cukup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
187
E. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yang dilaksanakan dengan prosedur penelitian tindakan kelas sesuai dengan teori yanga da. Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti melakukan observasi terhadap minat belajar siswa dan prestasi belajar siswa dalam penerapan model pembelaaran kooperatif tipa Numbered Heads Together di kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan peneliti melakukan observasi awal terhadap kegiatan pembelajaran di kelas untuk mengetahui secara nyata keadaan yang ada di kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno. Obseevasi awal ini dilaksanakan dengan melakukan observasi di dalam kelas serta wawancara guru dan siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari observasi kelas dan wawancara tersebut, peneliti menguraikan beberapa permasalahan yang ada di dalam kelas serta dikatakan bahwa kegiatan belajar mengajar di dalam kelas masih belum optimal sehingga mengakibatkan minat belajar siswa dan prestasi belajar siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno masih tergolong rendah. Oleh karena itu peneliti mengadakan diskusi lebih lanjut dengan guru mata pelajaran sosiologi untuk mengatasi permasalahan yang muncul tersebut dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipa Numbered Heads Together. Selanjutnya peneliti bersama guru mata pelajaran bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam siklus 1 tindakan kelas. Setelah itu sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dengan guru kelas, materi yang akan disampaikan pada siklus 1 menyesuaikan materi sebelumnya, yakni bagian akhir dari materi perilaku menyimpang. Pada siklus I ini peneliti dengan guru sepakat bahwa pelaksana dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah peneliti karena guru membantu mempersiapkan kelas XII yang akan ujian. Sehingga peneliti bertindak sebagai guru sekaligus observer pada siklus I ini. Dalam pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1, sebelum guru menyampaikan commit to user materi pokok terlebih dahulu guru membangkitkan minat dan motivasi siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
188
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan. Setelah itu siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan Numbered Heads Together. Guru memberi kartu anggota pada seluruh kelompok sebagai nomor kepala. Sementara diskusi berlangsung, guru yang bertindak sebagai observer berkeliling kelas serta mengecek ke setiap kelompok sambil mengisi lembar observasi.Setelah itu guru meminta siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi. Siswa dengan nomor kepala yang sama dari kelompok lain diminta untuk memberi tanggapan atau memberikan pertanyaan. Pada akhir pertemuan guru memberikan tugas di rumah untuk siswa yakni mengerjakan latihan soal di LKS.Guru juga meminta masing-masing kelompok membawa gambar yang berhubungan dengan perilaku menyimpang untuk didiskusikan pada pertemuan selanjutnya. Pada siklus 1 Pertemuan 2 guru memulai meminta siswa mengumpulkan tugas di rumah yang telah diberikan oleh guru kemudian membahas pertanyaan yang dirasa sulit. Selanjutnya guru menjelaskan materi yang dibahas pada pertemuan tersebut adalah bentuk-bentuk perilaku menyimpang dan teori-teori perilaku menyimpang. Selama pembelajaran guru melakukan
tanya jawab
mengenai materi terhadap siswa. Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan
kelompok
pada
pertemuan
sebelumnya.
Guru
meminta
siswa
mengeluarkan gambar yang telah dibawanya untuk didiskusikan. Selanjutnya pelaksanaan diskusi kelompok dilakukan dengan metode Numbered Heads Together. Guru meminta siswa mengeluarkan kartu anggota sebagai nomor kepala. Sementara diskusi berlangsung, guru yang bertindak sebagai observer berkeliling kelas serta mengecek ke setiap kelompok sambil mengisi lembar observasi.Setelah itu guru meminta siswa mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi. Siswa dengan nomor kepala yang sama dari kelompok lain diminta untuk memberi tanggapan atau memberikan pertanyaan. Pada akhir pelajaran guru memberitahukan bahwa pertemuan selanjutnya adalah kegiatan evaluasi dan meminta siswa belajar di rumah. Pada pertemuan terakhir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
189
guru melakukan evaluasi berupa tes prestasi untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru. Dari hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus 1 yang telah dilaksanakan masih terdapat beberapa kelemahan baik dari sisi guru maupun dari sisi siswa. Kelemahan dari segi siswa antara lain siswa masih belum dalam keadaan siap ketika guru masuk kelas, siswa masih enggan bertanya tentang materi
kepada
guru,
siswa
masih
kurang
memahami
langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, beberapa siswa masih kurang aktif dalam diskusi kelompok, kurangnya kesadaran siswa untuk mengemukakan pertanyaan atau pendapatnya dan siswa mengandalkan temannya dalam mengerjakan soal diskusi maupun evaluasi. Sedangkan dari segi guru terdapat beberapa kelemahan pula yakni guru kurang dapat menguasai kelas, guru belum dapat menciptakan suasana persaingan antar kelompok secara maksimal, guru menyampaikan materi dengan terlalu cepat serta guru kurang memperhatikan beberapa kelompok. Oleh karena itu peneliti dan guru berusaha mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kelemahan yang muncul dari kegiatan pembelajaran sosiologi di kelas X.10 pada siklus I tersebut dan akan diperbaiki dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sosiologi pada siklus II Prose pembelajaran akutansi pada siklus II disepakati bahwa materi yang disampaikan adalah pengendalian social. Berbeda dengan pelaksanan siklus I, pada siklus ini guru dapat menjadi observer pada siklus II pertemuan 2. Langkahlangkah pelaksanan siklus II ini sama dengan siklus I hanya terdapat variasi diskusi kelompok yang diberikan guru kepada siswa. Pada siklus II ini guru sudah mulai lancar dalam penerapan model ini, walaupun ada kendala dengan waktu mengajar yang mengalami pengurangan serta beberapa siswa yang mengikuti kegiatan non akademis. Pada siklus ini beberapa permasalahan siklus I sudah mulai dapat diatasi. Siswa sudah dapat mengikuti kegiatan pembelajaran sosiologi dengan tingkat minat yang tinggi. Siswa sudah dapat melaksanakan diskusi kelompok secara fleksibel meski waktunya terbatas. Dari hasil evaluasi juga siswa commit to user terlihat mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan dari siklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
190
II peneliti dan guru sudah merasa cukup untuk mengakhiri penelitian ini pada siklus II. Hasil dari pengamatan dan evaluasipun dirasa sudah optimal. Kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru dan siswa setelah siklus I dan siklus II diperoleh keterangan bahwa siswa merasa lebih memahami materi pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Siswa juga mengungkapkan bahwa prestasi belajar mereka mengalami peningkatan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together membuat siswa lebih memahami konsep materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran, karena siswa dilibatkan dengan soal diskusi yang bervariasi.Siswa juga mengungkapkan bahwa pembelajaran sosiologi ternyata tidaklah mengutamakan untuk menghafalkan materi, tapi lebih memahami dengan mengetahui penerapannya. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru diperoleh keterangan bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran sosiologi mengalami peningkatan terlihat dari antusias siswa untuk terlibat dalam mata pelajaran sosiologi terhitung tinggi dan berbeda dari sebelumnya. Sehingga tidak heran jika prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan Kurt Singer (1992) menyebutkan beberapa peryaratan timbulnya minat, yakni: 1. Pelajaran akan menjadi menarik bagi siswa jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dengan kehidupan nyata. 2. Pelajaran yang menarik harus mempertimbangkan minat pribadi siswa. 3. Pelajaran akan lebih menarik bagi siswa jika siswa diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri 4. Minat siswa akan bertambah jika siswa dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia dapat mencapai tujuan-tujuan tertentu 5. Guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk berperan serta menumbuhkan rasa keterlibatan yang aktif pada diri siswa tersebut.(Hlm 92) Berdasarkan
pernyataan
Kurt
Singer
tersebut,
peneliti
telah
melaksanakan pembelajaran yang menarik dengan menghubungkan materi dengan commit to user kehidupan nyata. Guru lebih banyak memberikan materi yang berupa penerapan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
191
dalam kehidupan sehari-hari, hal itu membuat siswa lebih tertarik dengan pembelajaran sosiologi terlihat dari jawaban siswa yang bervariasi. Pada sesi diskusi, siswa dibebaskan untuk melaksanakn diskusi dengan cara apapun dan sumber belajar manapun, agar siswa dapat diskusi dengan santai dan sesuai keinginannya. Pada sesi persentasi, guru meberikan kesempatan bagi seluruh siswa untuk mengajukan diri melakukan presentasi ataupun mengajukan pertanyaan dan tanggapan. Setelah keseluruhan syarat tersebut dipenuhi, amka terlihat minat belajar siswa mengalami kenaikan. Setelah
merujuk
dan
menetapkan
tiga
konsep
sentral
dalam
pembelajaran kooperatif yang didasarkan pada teori dari Slavin (1995), hasil penelitian yang peneliti perolehpun dikatakan berhasil. Tiga konsep sentral pembelajaran kooperatif tersebut adalah: 1. Penghargaan kelompok 2. Pertanggungjawaban individu 3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Penerapan model pembelajaran kooperatif memenuhi keseluruhan konsep sentral di atas. Pembelajaran kooperatif selalu memberikan kesempatan seluruh siswa dalam kelompok. Setelah diadakannya diskusi dan presentasi, guru akan menunjuk suatu kelompok dengan nomor kepala. Maka nomor kepala yang sama dari kelompok lain memiliki kesempatan untuk bertanya, menjawab atapun menanggapi begitu seterusnya. Dari adanya sistem penomoran, hanya akan ada satu siswa pada satu kesempatan untuk mempresentasikan jawabannya,bertanya, ataupun menanggapi, dan siswa tersebut mewakili kelompoknya, sehingga timbul tanggung jawab pribadi. Pada pelaksanaan tindakan, guru menekankan bahwa kelompok terbaik akan mendapatkan penghargaan dari guru di akhir siklus. Mengacu pada teori tersebut terbukti bahwa minat dan prestasi belajar siswa mengalami kenaikan. Berdasarkan data yang diperoleh setelah penerapan tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa penerapan model commit to user pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
192
minat dan prestasi belajar siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa pada keseluruhan kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan indicator minat belajar yang telah ditetapkan, hasil observasi menunjukkan keseluruhan kelompok mengalami peningkatan minat dari siklus I ke siklus II. Minat belajar siswa dati tiap aspek diperoleh bahwa terjadi peningkatan rata-rata sebesar 10% pada tiap aspek. Hal serupa juga terjadi pada prestasi belajar siswa yang mengalami kenaikan nilai rata-rata siswa sebesar 1,1%dari prasiklus ke siklus 1 dan sebesar 2,84 dari siklus I ke siklus II. Berikut hasil penelitian minat belajar dan prestasi belajar siswa dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Tabel 4.22 Hasil penelitian minat dan prestasi belajar siswa dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together No
Indikator
1 2
Minat Belajar Prestasi belajar
Indikator ketercapaian 65% 75
Pra Siklus I Siklus 55,46% 73,12 74,22
Siklus II 65,46% 77,06
Peningkata n 10 % Kenaikan pertama: 1,1 Kenaikan kedua: 2,84
(Sumber: data primer yang diolah,2012) Berdasarkan hasil dan tindakan yang telah dilakukan, guru berhasil melaksanakan
pembelajaran
sosiologi
yang
menyenangkan
dan
dapat
meningkatkan minat belajar siswa, sehingga berakibat pada meningkatnya prestasi belajar sosiologi.Secara umum dapat disimpulkan minat dan prestasi belajar sosiologi siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno mengalami peningkatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan. Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan dari siklus I sampai siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan minat dan prestasi belajar sosiologi setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas X.10 SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan minat dan prestasi belajar sosiologi tersebut terefleksi dari beberapa indikator berikut: 1. Minat belajar siswa dalam setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together mengalami kenaikan sebesar 10% yang mulanya hanya 55,46% pada siklus I meningkat menjadi 65,46% pada siklus II. Peningkatan persentase tiap indicator minat belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Antusiasme saat mengikuti pelajaran sosiologi mengalami kenaikan sebesar 4,68% dari yang mulanya 75% pada siklus I menjadi 79,68% pada siklus II. b. Memahami intruksi guru mengalami kenaikan sebesar 23,44% dari yang mulanya 50% pada siklus I menjadi 73,44% pada siklus II. c. Mengajukan pertanyaan mengalami kenaikan sebesar 3,12% dari yang mulanya 14,06% pada siklus I menjadi 17,18% pada siklus II. d. Mencatat materi/hasil pembahasan soal mengalami kenaikan sebesar 1,56% dari yang mulanya 51,56% pada siklus I menjadi 53,12% pada siklus II. e. Menyelesaikan tugas yang diberikan guru mengalami kenaikan sebesar 12,50% dari yang mulanya 71,88% pada siklus I menjadi 84,38% pada siklus II.
commit to user 193
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
193 f. Mempresentasikan hasil kerja kelompok mengalami kenaikan sebesar 12,50% dari yang mulanya 14,06% pada siklus I menjadi 26,56% pada siklus II. g. Partisipasi dalam diskusi kelompok mengalami kenaikan sebesar 12,49% dari yang mulanya 70,32% pada siklus I menjadi 82,82% pada siklus II. h. Memanfaatkan sumber belajar yang ada mengalami kenaikan sebesar 10,93% dari yang mulanya 67,19% pada siklus I menjadi 81,24% pada siklus II. i. Memperhatikan penjelasan guru mengalami kenaikan sebesar 14,05% dari yang mulanya 67,19% pada siklus I menjadi 81,24% pada siklus II. j. Suasana kondusif di dalam kelas mengalami kenaikan sebesar 4,68% dari yang mulanya 73,44% pada siklus I menjadi 78,12% pada siklus II 2. Terdapat kenaikan persentase prestasi belajar siswa yang dihitung dari nilai rata-rata siswa yang mengalami kenaikan sebesar sebesar 1,1 yang semula pada pra siklus 73.12 menjadi 74,22 pada siklus I. Kenaikan juga terjadi sebesar 2,84 yang semula pada siklus I nilai rata-rata kels 74,22 menjadi 77,06 pada siklus II 3. Berdasarkan Uji efektifitas yang telah dilakukan, diperoleh tingkat efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together sebesar 18% terhadap minat belajar siswa. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together memiliki tingkat efektifitas yang cukup untuk meningkatkan minat belajar siswa. 4. Berdasarkan Uji efektifitas yang telah dilakukan, diperoleh tingkat efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together sebesar 5,38% terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together cukup rendah efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
194 B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian beserta pembahasan dan simpulan yang dikemukakan tersebut diatas maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang saling berhubungan satu sama lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat belajar atau siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sosiologi. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan baik, maka guru dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan diterima siswa dengan baik apabila siswa juga memiliki minat yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan prestasi belajar siswa akan mengalami peningkatan. Secara teoritis hasil penelitian ini terbukti secara empirik, kegiatan pembelajaran sosiologi pada materi perilaku menyimpang dan pengendalian social dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan minat belajar siswa siswa dalam proses belajar mengajar sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Hal ini disebabkan model kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT) menekankan pada proses kerjasama dan tanggung jawab siswa dalam kelompoknya. Dari adanya proses belajar bersama-sama ini akan memudahkan commit user siswa untuk memahami materi secarato menyenangkan sehingga siswa lebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
195 tertarik dalam mempelajari sosiologi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi hubungan positif antara model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, minat belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini secara teoritis dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan, dalam membantu meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar sosiologi siswa agar lebih memuaskan. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat mendukung teori pembelajaran telah ada. 2. Implikasi Praktis Hasil Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa melalui penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran sosiologi dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar sosiologi. Bagi guru bidang studi sosiologi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Disamping itu dapat menjadikan siswa lebih terlihat berminat belajar dan menghapus pandangan siswa terhadap pembelajaran yang membosankan menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dengan demikian maka peningkatan prestasi belajar akan mengikuti. Pemberian tindakan dari siklus I sampai siklus II memberikan deskripsi bahwa terdapatnya kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran sosiologi berlangsung. Kelemahan itu antara lain adalah guru kurang mampu menguasai kelas. Namun, kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus II meskipun hasilnya belum maksimal. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sosiologi. Maka secara praktis, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sosiologi dengan menyesuaikan materi dan kondisi siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
196 C. Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti menyampaikan saransaran sebagai berikut : 1. Bagi Guru a. Guru
hendaknya
selalu
meningkatkan
kemampuannya
dalam
mengembangkan dan menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas. Sehingga kualitas pembelajaran dapat terus meningkat seiring peningkatan kemampuan yang dimilikinya. b. Guru hendaknya mampu memilih dan mengembangkan metode yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik c. Guru hendaknya banyak melakukan pendekatan kepada siswa ataupun memberi ruang untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya agar siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran mudah teratasi. Dengan demikian kondisi belajar di kelas berjalan kondusif dan siswa lebih mudah dalam memahami materi. d. Guru hendaknya memanfaatkan media pembelajaran yang telah disediakan di sekolah sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi agar lebih menarik. 2. Bagi Siswa a. Dengan adanya penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh para siswa untuk bekerja sama dalam satu kelompok untuk memecahkan masalah dan saling mengajari satu sama lain. Sehingga diharapkan terjadi kekompakan dan kerja sama positif antar siswa. b. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together siswa diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi yang baik dimana hal ini pada akhirnya akan dapat bermanfaat bagi siswa terutama dalam meningkatkan rasa percaya diri dalam bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
197 c. Siswa hendaknya tidak tergantung pada materi yang diberikan oleh guru saja, tetapi juga lebih aktif mencari informasi materi dari sumber-sumber lain sehingga akan menambah wawasan siswa dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang dihadapi. 3. Bagi Sekolah a. Hendaknya pihak sekolah memberikan arahan pada setiap guru mata pelajaran untuk menguasai berbagai metode mengajar yang ada agar materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa tidak membosankan dan membuat siswa jenuh.. b. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
berguna
sebagai
bahan
mengembangkan kreatifitas guru dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa .
commit to user