“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, TALK, AND WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI WUJUD ZAT” Fatmah Mointi, Yoseph Paramata*, Supartin** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketidak sesuaian latar belakang pendidikan guru bidang studi dengan mata pelajaran yang harus diberikan khususnya pada mata pelajaran fisika, Model pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh dan bosan untuk belajar khususnya mata pelajaran fisika yang mengakibatkan hasil belajar yang sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika agar menjadi lebih baik (maksimal) baik secara individu maupun klasikal. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penerapan pembelajaran fisika dengan mengunakan model pembelajaran Think, Talk, and Write. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, Pengamatan, dan refleksi. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 6 Satap Mootilango tahun pelajaran 2012/20113, yang berjumlah 19 siswa. Hasil penelitian menujukan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran Think, Talk, and Write dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika. Hal ini didasarkan pada hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, persentase rata-rata capaian setiap siklus yaitu pada siklus 1 sebesar 47.36%, dan siklus 2 sebesar 89.473%. Dengan demikian bahwa penerapan model pembelajaran Think, Talk, and Write dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: Model Pembelajaran Think, Talk, And Write, dan Hasil Belajar I.
PENDAHULUAN Pembangunan Pendidikan
Nasional
Indonesia
mendapat
roh
baru
dalam
pelaksanaanya sejak disahkannya Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selaras dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional maka Visi Pembangunan Pendidikan Nasional adalah “Terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas, produktif dan berakhlak mulia”. Beberapa indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan Pendidikan Nasional adalah Sistem pendidikan yang efektif, efisien, Pendidikan Nasional yang merata dan bermutu, Peran serta masyarakat dalam pendidikan dan lain-lain. Secara umum guru merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan. Namun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat di pengaruhi oleh kemampuan profesional, faktor kesejahteraannya, dan lain-lain. Dengan jumlah kekurangan guru yang cukup besar maka kita juga tidak dapat berharap akan terciptanya kualitas pendidikan. Dalam banyak kasus, SMP Negeri 6 Satap Mootilango di Desa Payu Kec, Mootilango, Kab. Gorontalo belum memiliki guru tetap sejak didirikannya pada tahun 2009 1
dan hanya memiliki dua orang guru honor, satu orang staf tata usaha dan empat orang guru SD, sehingga mereka harus mengajar secara paralel dan simultan. Belum lagi hal yang berkaitan dengan prasyarat akademis, baik itu menyangkut pendidikan minimal maupun kesesuaian latar belakang bidang studi dengan pelajaran yang harus diberikan. Pada dasarnya siswa-siswi di SMP Negeri 6 Satap Mootilango sudah sangat akrab dengan gurunya, karena sebagian besar guru yang mengajar di SMP merupakan guru sekolah dasar mereka juga. Salah satunya adalah guru mata pelajaran ilmu pengetahuan alam ( IPA) yang juga merupakan guru sekolah dasar dan tentunya proses pembelajaran dan cara belajar tidak banyak yang berubah. Proses belajar mengajar harus dimulai dalam suasana yang menyenangkan dan tidak monoton berpusat pada guru, karena pada dasarnya Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan merubah pola fikir kognitif, sikap perilaku dan mengembangkan daya analisis siswa dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar siswa harus lebih berperan aktif dan memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan siswa akan lebih termotivasi dalam belajar. Salah satunya dengan menerapkan tipe think, talk, and write. Model pembelajaran ini dipandang mampu menciptakan situasi yang kondusif, melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dan terkesan menyenangkan. II. KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Hasil Belajar Menurut Supriyono (2011:5). “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar tidak dinilai secara terpisah melainkan secara komprehensif. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009:22). Dengan demikian hasil belajar diukur atau diketahui berdasarkan perbedaan perilaku sebelum belajar dan setelah belajar. Purwanto (2011: 67-68). ”Pada umunya penilaian hasil pengajaran baik dalam bentuk formatif maupun sumatif, telah dilaksanakan oleh guru”. Melalui pertanyaan secara lisan atau akhir pengajaran guru menilai keberhasilan pengajaran (tes formatif), demikian juga tes sumatif yang dilakukan pada akhir program, seperti akhir kuartal atau semester. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperative Tipe Think, Talk, and Write Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Sumarmi (2012: 39) “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokan siswa untuk tujuan 2
menciptakan pembelajaran yang efektif untuk mengintegrasikan ketrampilan social yang bermuatan akademis”. Sedangkan menurut Slavin (2005: 4) “Pembelajaran kooperatif adalah merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Think, Talk, and Write merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin. Model pembelajaran Think, Talk, and Write di dasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Model pembelajaran Think, Talk, and Write mendorong siswa untuk berfikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Model pembelajaran Think, Talk, and Write digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya. Model pembelajaran Think, Talk, and Write juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. Model pembelajaran Think, Talk, and Write melibatkan tiga tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran yakni: Tahap pertama adalah proses berfikir “Think” Menurut Huinker dan Laughlin (1996) “Thinking and talking are important steps in the process of bringing meaning into student’s writing”, maksudnya adalah berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting dalam proses membawa pemahaman kedalam tulisan siswa. Tahap kedua adalah “Talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Huinker dan Laughlin (1996) menyebutkan bahwa: “Classroom opportunities for talk enable students to (1) connect the language they know from their own personal experiences and backgrounds with the language of physics, (2) analyzes and synthesizes physics ideas, (3) fosters collaboration and helps to build a learning community in the classroom”. Artinya, siswa yang diberikan kesempatan untuk berdiskusi dapat: (1) megkoneksikan bahasa yang mereka tahu dari pengalaman dan latar belakang mereka sendiri dengan bahasa fisika, (2) menganalisis dan mensintesis ide-ide fisika, (3) memelihara kolaborasi dan membantu membangun kominitas pembelajaran dikelas. Selanjutnya fase “Write” yaitu menuliskan hasil diskusi/berdialog pada lembar kerja yang disediakan (Lembar Aktivitas Siswa). Aktivitas menulis berarti mengkontruksi ide, setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengugkapkan melalui tulisan. Tinjauan Tentang Wujud Zat Materi yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang khas di sebut zat. Wujud zat ada tiga macam yaitu zat padat, zat cair dan gas. Zat dapat juga di definisikan sebagai sesuatu yang 3
memiliki massa dan menempati ruang. Masing-masing zat tersebut memiliki sifat yang berbeda. Sifat zat padat adalah baik volume maupun bentuknya tetap, sifat zat cair adalah volume tetap tetapi bentuknya mudah berubah mengikuti bentuk wadahnya, sifat gas adalah volumnya berubah mengikuti volum ruang yang ditempatinya dan bentuknya juga berubah mengikuti bentuk ruang yang di tempatinya. Perubahan wujud zat dapat digambarkan secara skematik sebagai berikut.
Gambar.1 Proses Perubahan Wujud Zat
Partikel zat padat saling berdekatan dan terikat kuat oleh gaya antar partikel tersebut. Partikel-pertikel zat cair juga saling berdekatan dan merapat. Partikel-partikel gas mempunyai energi yang cukup untuk memisahkan diri dari partikel-partikel lainnya. Gaya tarik-menarik antar partikel yang sejenis dinamakan Kohesi, sedangkan gaya tarik-menarik antar partikel yang tidak sejenis dinamakan Adhesi. Bentuk permukaan zat cair dalam tabung ini disebut meniskus. Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya permukaan zat cair dalam pipa kapiler. Massa jenis suatu benda adalah perbandingan antara massa dengan volume benda.pernyataan tersebut secara matematika dapt di rumuskan : = 𝒎 𝒗 III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) bersiklus, yaitu apabila pada akhir kegiatan belajar mengajar, hasil evaluasi siswa belum memenuhi ketuntasan belajar, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun apabila pada akhir siklus telah memenuhi ketuntasan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 6 Satap Mootilango yang terletak di Desa Payu Kec. Mootilango, Kab. Gorontalo, yang didirikan pada tahun 2008 dan mulai beroperasi pada tahun 2009. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII semester II dengan jumlah siswa 20 orang sebagai subyek penelitian. Data hasil belajar siswa diambil dengan cara memberikan tes kepada siswa setelah selesai tindakan. Tujuan pemberian tes tertulis berupa soal uraian dengan menggunakan batas skor berdasarkan prosentase. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan menggunakan analisis prosentase. IV. HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Satap Mootilango khususnya pada materi Wujud Zat dan Perubahannya yang diajarkan di kelas VII yang 4
berjumlah 19 orang yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Dalam proses pembelajaran, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, and Write. Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran ini, karena dapat memotivasi keaktifan dan semangat belajar siswa dalam pembelajaran Fisika. Dalam proses penelitian, peneliti melakukan berbagai persiapan dan perencanaan yang maksimal agar data yang diperoleh benar-benar bersifat original. Persiapan dan perencanaan tersebut harus disiapkan oleh peneliti sebelum proses pembelajaran dimulai. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Tipe Think, Talk, and Write Pada Siklus I Dalam proses pembelajaran, semua kegiatan guru diamati oleh guru mata pelajaran Fisika di sekolah. Hal ini dilakukan untuk megetahui item yang lemah sehingga dapat diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Untuk pertemuan I kinerja guru dinilai baik. Hal ini ditunjukkan dalam tabel di atas, dimana pada aspek melakukan apersesi dan motivasi, menuliskan topik, serta dalam memberikan evaluasi dalam bentuk tes uraian diperoleh persentase sangat baik 21.43%. Dalam aspek menyampaikan tujuan pembelajaran, membagi kelompok, membimbing siswa mendiskusikan (talk) hasil pengamatannya dengan teman satu kelompok, meminta setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, memberikan penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik, serta memberikan klarifikasi dan penguatan kepada siswa setelah mempresentasikan hasil diskusi diperoleh persentase baik 42.86%. dalam aspek memberi kesempatan siswa untuk membaca petunjuk kerja yang ada pada lembar LKS yang akan dilaksanakan dalam eksperimen, membimbing siswa memikirkan (think) jawaban atas pertanyaan yang ada dalam LKS, memandu siswa merumuskan sendiri pengetahuan atau solusi yang didapat dari hasil diskusi dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri, guru bersama siswa membuat kesimpulan dari permasalahan yang bahas diperoleh persentase sedang 28.86%. Sedangkan dalam memandu siswa melaksanakan eksperimen sesuai petunjuk yang tertera pada LKS diperoleh persentase cukup 7.14%. Untuk pertemuan II kinerja guru dinilai sangat baik. Hal ini ditunjukkan dalam tabel di atas, dimana pada aspek melakukan apersesi dan motivasi, menuliskan topik, membagi kelompok, memberikan penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik, serta dalam memberikan evaluasi dalam bentuk tes uraian diperoleh persentase sangat baik 35.71%. Dalam aspek menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi kesempatan siswa untuk membaca petunjuk kerja yang ada pada lembar, membimbing siswa mendiskusikan (talk) 5
hasil pengamatannya dengan teman satu kelompok, serta memberikan klarifikasi dan penguatan kepada siswa setelah mempresentasikan hasil diskusi diperoleh persentase baik 42.86%. Sedangkan pada aspek membimbing siswa menyelesaikan soal, membimbing siswa memikirkan (think) jawaban atas pertanyaan yang ada dalam LKS, memandu siswa merumuskan sendiri pengetahuan atau solusi yang didapat dari hasil diskusi dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri diperoleh persentase sedang 21.43%. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Tipe Think, Talk, and Write Pada Siklus I Pada pertemuan I proses pembelajaran lebih di fokuskan pada materi Wujud Zat dan Perubahannya, sedangkan pada pertemuan II pada materi Gerak partikel dan kohesi, adhesi. Aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran diamati oleh peneliti dan guru fisika sebagai pengamat, melalui lembar pengamatan yang telah disiapkan sebelum pembelajaran berlangsung. Berdasarkan data yang dipeoleh, maka dapat dijelaskan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika pertemuan I pada konsep Wujud Zat dengan menggunakan tipe Think, Talk, and Write adalah: a. Aspek 1 (Antusias siswa dalam mengikuti KBM ) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 1 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 5.26%, 6 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 31.57%, 12 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 63.26%. b. Aspek 2 (Keaktifan siswa dalam diskusi) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 7 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 36.84%, 12 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 63.26%. c. Aspek 3 (Kelancaran siswa dalam mengemukakan ide) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 6 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 31.57%, 11 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 57.90%, 2 orang siswa memperoleh skor cukup dengan prosentase 10.53%. d. Aspek 4 (Keaktifan siswa dalam bertanya) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 4 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 21.05%, 10 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 52.63%, 5 orang siswa memperoleh skor cukup dengan prosentase 26.31%. e. Aspek 5 (Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan)
6
Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 5 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 26.31%, 7 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 36.84%, 7 orang siswa memperoleh skor cukup dengan prosentase 36.84%. f. Aspek 6 (Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 9 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 47.36%, 10 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 52.63%. Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika pertemuan II pada konsep Gerak partikel dan kohesi, adhesi dengan menggunakan tipe Think, Talk, and Write adalah: a. Aspek 1 (Antusias siswa dalam mengikuti KBM ) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 3 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 15.57%, 9 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 47.36%, 7 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 36.84%. b. Aspek 2 (Keaktifan siswa dalam diskusi) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 1 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 5.26%, 9 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 47.36%. 9 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 47.36%. c. Aspek 3 (Kelancaran siswa dalam mengemukakan ide) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 1 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 5.26%, 6 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 31.57%. 12 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 63.16%. d. Aspek 4 (Keaktifan siswa dalam bertanya) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 5 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 21.05%, 13 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 68.42%, 1 orang siswa memperoleh skor cukup dengan prosentase 5.26%. e. Aspek 5 (Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 7 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 36.84%, 7 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 36.84%, orang siswa memperoleh skor cukup dengan prosentase 26.31%. f. Aspek 6 (Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana12 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 63.16%, 7 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 36.84%. 7
Hasil Belajar Siswa Menggunakan Tipe Think, Talk, and Write Pada Siklus I Pada penelitian ini, dilakukan tes tertulis dengan menggunakan soal essay pada akhir pembelajaran siklus I. Adapun data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pada Siklus I No
Prosentase (%) Rentang skor 90%-100% 80%- 89 % 65%-79% 55%-64% Kurang dari 55%
1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah 3 6 1 9
Prosentase (%) Capaian 15.79 31.57 5.26 47.36
Ketuntasan Klasikal =
9 100 0 0 47.368 0 0 19
Tidak Tuntas
10 100 0 0 52.631 0 0 19
=
Refleksi Kegiatan Guru, Kegiatan Siswa dan Hasil Belajar Menggunakan Tipe Think, Talk, and Write Pada Siklus I Dari data hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus I, dapat dilihat bahwa pada setiap pertemuan mengalami peningkatan. Namun, ada beberapa item yang masih harus diperbaiki. Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar diperoleh temuan sebagai berikut: Siswa terkesan bingung dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, and Write, siswa kurang aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru saat pembelajaran berlangsung, interaksi siswa dalam kelompok saat diskusi masih rendah, hanya beberapa siswa yang berani mempresentasikan tugas mereka di depan kelas. Setelah melaksanakan rangkaian pembelajaran pada siklus I yang terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan yang dilaksanakan oleh peneliti dan didampingi pengamat (guru mata pelajaran Fisika), maka dilakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Refleksi Hasil Belajar Siswa Siklus I No.
Banyak siswa
1.
9
2.
10
Ketuntasan belajar Ya Tidak √ √
Prosentase (%)
47.368
52.631
Berdasarkan data yang ada, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih jauh dari target ketuntasan belajar. Sehingga perlu diadakan tidakan lanjutan untuk memperbaiki kekurangan yang ada. 8
Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Tipe Think, Talk, and Write Pada Siklus II Proses pembelajaran pada siklus II ini tidak berbeda dengan pelaksanaan tindakan yang ada pada siklus I, hanya saja siklus II merupakan tindakan perbaikan dari siklus I. Dalam hal ini pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan Untuk pertemuan I kinerja guru dinilai sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dalam tabel di atas, dimana pada aspek melakukan apersesi dan motivasi, menuliskan topik, membagi siswa dalam kelompok, memberikan penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik, membuat kesimpilan bersama siswa setelah mempresentasika hasil diskusi, memberikan evaluasi dalam bentuk tes, diperoleh persentase sangat baik 42.86%. Dalam
aspek
menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi kesempatan siswa untuk membaca petujuk kerja pada lembar LKS, melaksanakan eksperimen sesuai petunjuk yang tertera pada LKS, membimbing siswa dalam mendiskusikan (talk) hasil pengamatan dengan teman satu kelompok, meminta setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing, memberikan klarifikasi dan penguatan kepada siswa setelah mempresentasikan hasil diskusi, diperoleh persentase baik 42.86%. Sedangkan dalam aspek membimbing siswa memikirkan (Think) jawaban atas pertanyaan yang ada dalam LKS, memandu siswa merumuskan pengetahuan atau solusi yang di dapat dari hasil diskusi dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri, diperoleh persentase sedang 14.28%. Untuk pertemuan II kinerja guru dinilai sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dalam tabel di atas, dimana pada aspek melakukan apersesi dan motivasi, menuliskan topik, menyampaikan tujuan pembelajaran, membagi siswa dalam kelompok, membimbing siswa mendiskusikan (Talk) hasil pengamatan dengan teman satu kelompok, memberikan penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik, memberikan klarifikasi dan penguatan kepada siswa setelah mempresentasikan hasil diskusi, membuat kesimpulan bersama siswa setelah mempresentasika hasil diskusi, memberikan evaluasi dalam bentuk tes, diperoleh persentase sangat baik 64.28%. Dalam aspek memberi kesempatan siswa untuk membaca petujuk kerja pada lembar LKS, membimbing siswa memikirkan (Think) jawaban atas pertanyaan yang ada dalam LKS, meminta setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing, memandu siswa merumuskan pengetahuan atau solusi yang di dapat dari hasil diskusi dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri, diperoleh persentase baik 28.57%. Sedangkan dalam aspek melaksanakan eksperimen sesuai petunjuk yang tertera pada LKS, diperoleh persentase sedang 7.14 %.
9
Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Tipe Think, Talk, and Write Pada Siklus II Pada siklus II terbagi dua kali pertemuan yakni pertemuan I proses pembelajaran lebih di fokuskan pada materi meniskus dan kapilaritas, sedangkan pada pertemuan II pada materi massa jenis. Aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran diamati oleh peneliti dan guru fisika sebagai pengamat, melalui lembar pengamatan yang telah disiapkan sebelum pembelajaran berlangsung. Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika pertemuan I pada konsep meniscus dan kapilaritas dengan menggunakan tipe Think, Talk, and Write adalah: a. Aspek 1 (Antusias siswa dalam mengikuti KBM ) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 4 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 21.05%, 12 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 63.16%, 3 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 15.57%. b. Aspek 2 (Keaktifan siswa dalam diskusi) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 2 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 10.52%, 13 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 68.42%. 4 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 21.05%. c. Aspek 3 (Kelancaran siswa dalam mengemukakan ide) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 1 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 5.26%, 6 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 31.57%. 12 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 63.16%. d. Aspek 4 (Keaktifan siswa dalam bertanya) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 1 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 5.26%, 6 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 31.57%. 12 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 63.16%. e. Aspek 5 (Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 7 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 36.84%, 12 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 63.16%, f. Aspek 6 (Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana12 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 63.16%, 7 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 36.84%. 10
Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dijelaskan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran Fisika pertemuan II pada konsep massa jenis dengan menggunakan tipe Think, Talk, and Write adalah: a. Aspek 1 (Antusias siswa dalam mengikuti KBM ) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 11 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 57.89%, 7 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 36.84%, 1 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 5.26%. b. Aspek 2 (Keaktifan siswa dalam diskusi) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 2 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 10.52%, 15 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 78.94%. 2 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 10.52%. c. Aspek 3 (Kelancaran siswa dalam mengemukakan ide) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 1 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 5.26%, 11 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 57.89%. 7 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 36.84%. d. Aspek 4 (Keaktifan siswa dalam bertanya) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 1 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 5.26%, 11 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 57.89%. 7 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 36.84%. e. Aspek 5 (Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 1 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 5.26%, 10 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 52.63%. 8 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 42.11%. f. Aspek 6 (Kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi) Jumlah siswa yang hadir 19 orang, yang mana 1 orang siswa memperoleh skor sangat baik dengan prosentase 5.26%, 14 orang siswa memperoleh skor baik dengan prosentase 73.68%. 4 orang siswa memperoleh skor sedang dengan prosentase 21.05%. Hasil Belajar Siswa Menggunakan Tipe Think, Talk, and Write Pada Siklus II Pada siklus II ini, prosedur untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa sama dengan siklus I, yaitu diakhir pembelajaran pada siklus II dilakukan tes tertulis dengan mengunakan soal essay. Adapun data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
11
Tabel 3. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pada Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5.
Prosentase (%) Rentang Skor 90%-100% 80%- 89 % 65%-79% 55%-64% Kurang dari 55%
Jumlah
Prosentase (%) Capaian 57.89 36.84 5.26
11 7 1
17 100 0 0 89.473 0 0 19 2 Tidak Tuntas = 100 0 0 10.526 0 0 19 Refleksi Kegiatan Guru, Kegiatan Siswa dan Hasil Belajar Menggunakan Tipe Think, Talk, and Write Pada Siklus II Dari hasil pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung, secara Ketuntasan Klasikal =
keseluruhan, kemampuan guru dinilai sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari serangkaian kegiatan guru selama proses pengajaran berlangsung dalam siklus II yang dinilai sangat baik. Pada siklus II, siswa menunjukkan respon yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, and Write. Secara keseluruhan, kinerja siswa dinilai sudah baik. Hal ini ditunjukkan siswa sudah mengikuti serangkaian kegiatan belajar yang baik selama pembelajaran berlangsung pada siklus II. Setelah melaksanakan rangkaian pembelajaran pada siklus II yang terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan yang dilaksanakan oleh peneliti dan didampingi pengamat (guru mata pelajaran Fisika), maka dilakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Refleksi Hasil Belajar Siswa Siklus II No.
Banyak siswa
1.
17
2.
2
Ketuntasan belajar Ya
Tidak
√ √
Prosentase (%)
89.473
10.526
Berdasarkan data yang ada, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa meningkat dan mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian telah berhasil dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
12
Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam upaya meningkatnya hasil belajar siswa melalui tipe Think, Talk, and Write pada konsep Wujud Zat dan Perubahannya. Penerapan strategi ini dapat membantu siswa untuk lebih berpikir kritis, mamapu mengembangkan potensi secara optimal dan terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung. Hal ini terbukti karena pada hasil pengamatan kegiatan belajar siswa dan data evaluasi hasil belajar siswa pada siklus I dan II mengalami peningkatan. Adapun data evaluasi hasil belajar siswa dengan menggunakan tipe Think, Talk, and Write pada konsep Wujud Zat dan Perubahannya dapat dilihat pada tabel perbandingan pelaksanaan siklus I dan siklus II Tabel 5. Perbandingan Pelaksanaan Siklus I Dan Siklus II SIKLUS I SIKLUS II 1. Dilaksanakan sebanyak 2 kali 1. Dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan pertemuan 2. Guru kurang terampil dalam 2. Guru sudah mengalami peningkatan dalam memberikan motivasi kepada siswa menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi pada siswa sehingga siswa memiliki gambaran tentang arah dari pembelajaran tersebut 3. Guru kurang terampil dalam mengelola 3. Guru sudah baik dalam menyampaikan kelas sehingga suasana kelas kurang materi secara urut dengan penggunaan alat nyaman peraga 4. Guru masih kurang dalam memberikan 4. Guru berhasil menumbuhkan keberanian perhatian dan arahan terhadap masingsiswa dalam mempresentasikan hasil diskusi masing kelompok dalam kelompok di depan kelas menyelesaikan tugas 5. Guru cukup dapat menciptakan 5. Guru sudah mampu menciptakan komunikasi yang timbal balik, tapi komunikasi timbal balik dengan siswa. perlu ditingkatkan lagi agar siswa lebih aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. 6. Siswa terkesan bingung dengan 6. Siswa sudah mulai menikmati model penerapan model pembelajaran pembelajaran yang diterapkan kooperatif tipe Think, Talk, and Write 7. Siswa kurang aktif dalam bertanya 7. Siswa sudah cukup aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari maupun mengemukakan pendapat baik guru saat pembelajaran berlangsung secara lisan maupun tertulis 8. Interaksi siswa dalam kelompok saat 8. Siswa sudah mampu berinteraksi dan diskusi masih rendah bekerja sama dengan teman satu kelompok dalam menyelesaikan masalah secara 13
9. 9 orang siswa atau 47.36 0 0 dari jumlah siswa yang ada memperoleh skor 75 (mengalami ketuntasan belajar) 10. 10 orang siswa atau 52.63% dari jumlah siswa memperoleh skor < 75 (belum tuntas belajar) 11. Penelitian tindakan kelas perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya karena belum memenuhi ketuntasan klasikal yaitu 75%.
bersama-sama 9. 18 orang siswa atau 89.473% siswa yang ada memperoleh (mengalami ketuntasan belajar) 10. 2 orang siswa atau 10.526% siswa yang ada memperoleh (belum tuntas belajar) 11. Penelitian tindakan kelas telah memenuhi target ketuntasan.
dari jumlah skor 75 dari jumlah skor < 75 berhasil dan
prosentase hasil belajar(%e(%)
Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siswa siklus I dan Siklus II 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
89.473
siklus I 47.36
siklus I siklus II
Interpretasi grafik: Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa prosentase hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 42.11% yakni dari 47.36% pada siklus I menjadi 89.47% pada siklus II. Hal ini bisa terjadi karena siswa berperan aktif dalam pembelajaran. V.
PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, and Write Sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Físika khususnya materi Wujud Zat dan Perubahannya di SMP Negeri 6 Satap Mootilango. Hal ini dapat ditunjukkan pada hasil belajar siswa dengan standar nilai ketuntasan 75%, pada siklus I hanya mencapai 47.36%, namun hasil belajar ini meningkat Sangat pesat pada siklus II yaitu 89.47%. Hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga pada lembar pengamatan aktivitas siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap pertemuan yakni pada siklus I sebesar 2.612% dan pada siklus II sebesar 10.962% . Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, and Write dalam proses belajar
14
mengajar khususnya pada konsep Wujud Zat dan Perubahannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Saran Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Talk, and Write dalam pembelajaran Fisika, hendaknya sering digunakan dalam proses belajar mengajar, karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini, hendaknya menjadi bahan informasi bagi seluruh guru di SMP khususnya Guru di lingkungan SMPN 6 satap Mootilango
dalam upaya meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa melalui tipe Think, Talk, and Write.
Daftar Pustaka Direktorat jendral pedidikan dasar dan menengah. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam Fisika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dwi
Ningsih. 2012.Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk Write Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa. Intenet: http:www.joernal.com/2012/02/penerapan-strategi-pembelajaran-ttw.html.
Akses:
22
Akses:
15
november 2012 Kanginan, Marten. 2007. IPA Fisika untuk SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rahmat, Wildan. 2011. Penerapan Model Think, Talk, And /Write internet: http://www.blogspot.com/2011/03/penerapan-model-pembelajaran-ttw.html.
november 2012 Slavin Robert. 2005. Cooperative learning. Bandung: Nusa Media Sudjana Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta Suprijono Agus.2009. Kooperative learning teori dan aplikasi paikem.Surabaya: Pustaka Pelajar
15