Penerapan Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Belajar
Ratna Tri Wulandari Achmad Amirudin Budijanto Universitas Negeri Malang
[email protected]
Abstract: This research aimed to improve learning motivation and learning activity using Team Games and Tournament (TGT) learning models. The research was conducted in class XI IPS 4 SMA Negeri 1 Lawang with the material of the environment utilization in its relationship to the sustainable development. This research was a Classroom Action Research (CAR). It had two cycles. The data of the research were collected from the of documentation, observation, and questionnaire. The result of the research showed that the implementation of TGT learning model could improve the learning motivation and learning activity of the students of class XI IPS 4 SMAN 1 Lawang. Keywords: cooperative learning, Team Games Tournament (TGT), learning motivation, learning activity
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal dasar pembangunan. Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia telah dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan sejak tahun 2006. Pada kurikulim tersebut praktik kependidikan ditekankan pada teori konstruktivistik. Menurut Trianto (2010:113) “esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa harus siswa sendiri yang menemukan dan menstranformasikan sendiri suatu informasi kompleks apabila mereka mengingikan informasi itu menjadi miliknya”. Dengan demikian konstruktivisme memposisikan kesetaraan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran di kelas harus menjamin adanya interaksi antara guru dan siswa, sehingga dapat terbentuk komunikasi timbal-balik yang berlangsung dalam
1
situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian, perencanaan pembelajaran harus dilakukan terlebih dahulu guru, agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Perencanaan tersebut meliputi pemilihan model pembelajaran yang berisi tahaptahap/sintaks pembelajaran. Menurut Johnson dalam Trianto (2007:5) “kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek yaitu, aspek proses dan produk”. Aspek proses menekankan bagaimana suatu pembelajaran dapat mengkondisikan situasi belajar yang menyenangkan (joyfull learning) serta mendorong siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti SMA Negeri 1 Lawang telah menerapkan KTSP, sehingga guru geografi telah melakukan variasi dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah, penugasan, diskusi, dan presentasi. Namun, rasa antusias dan keterlibatan siswa kelas XI IPS 4 dalam pembelajaran masih rendah. Persentase motivasi belajar siswa kelas XI IPS 4 hanya sebesar 69.88%, sedangkan persentase keaktifan siswanya sangat rendah yaitu 35.71%. Motivasi belajar siswa yang rendah berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hasil UTS geografi semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa 70.37% siswa tidak tuntas belajar. Masalah pembelajaran tersebut, disebabkan pemilihan model pembelajaran yang kurang menggerakkan motivasi belajar sehingga siswa kurang terdorong untuk melakukan aktivitas belajar yang pada akhirnya berdampak terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Keberadaan motivasi penting dalam pembelajaran, karena untuk belajar diperlukan motivasi atau kemauan dalam diri siswa. Menurut Sardiman (2001:73) “dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki atau subjek belajar dapat tercapai”. Dengan demikian, apabila motivasinya tinggi maka tujuan belajar akan tercapai secara optimal, sebaliknya apabila motivasinya rendah maka ketercapaian tujuan belajarnya juga akan rendah atau minimum. Untuk itu, guru harus melakukan suatu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan, mengadakan
2
permainan, dan memberikan reinforcement (penguatan) berupa penghargaan dalam bentuk pujian atau barang. Setiap siswa merupakan makhluk hidup yang memiliki prinsip aktif. Mc Keachie dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:45) menjelaskan bahwa “individu merupakan manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu”. Sehingga setiap siswa akan melakukan kegiatan/aktivitas untuk mempelajari segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Keaktifan menjadi faktor yang penting dalam pembelajaran, sehingga hendaknya guru tidak hanya menekankan aspek kognitif yang meliputi pemahaman bahan pengetahuan, melainkan juga harus berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan, membimbing, dan memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Keaktifan siswa dapat ditingkatkan melalui pemilihan model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk terlibat aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Salah satu model yang diprediksikan mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar kelas XI IPS 4 adalah model pembelajaran Team Games Tournament (TGT), dengan pertimbangan model ini sebelumnnya belum pernah dilaksanakan oleh guru dan memiliki beberapa kelebihan. Sumarmi (2012:63-64), menjelaskan kelebihan pembelajaran kooperatif model TGT, yaitu (1) keterlibatan siswa dalam belajar tinggi, (2) siswa menjadi bersemangat dalam belajar, (3) pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru tetapi melalui konstruksi sendiri oleh siswa, dan (4) dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri siswa seperti kerja sama toleransi, bisa menerima pendapat orang lain, dan lainlain. Slavin (2008:166-167), menjelaskan bahwa TGT memiliki beberapa komponen yaitu: (1) presentasi kelas, (2) tim, (3) game, (4) turnamen, dan (5) rekognisi tim. Unsur berkelompok dan permainan membuat seluruh siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Unsur permainan tersebut juga dapat menghadirkan dimensi kegembiraan sehingga menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan. Unsur turnamen dalam TGT dapat menghadirkan situasi kompetitif, sehingga motivasi siswa akan terpacu untuk melakukan yang terbaik atau mencurahkan segala potensi yang mereka miliki untuk memenangkan persaingan dalam meja turnamen dan menghantarkan kelompoknya menjadi
3
pemenang. Kelompok yang mendapat skor tertinggi akan memperoleh penghargaan (rekognisi) dari guru, sehingga kelompok yang menang maupun kelompok yang lain akan lebih termotivasi untuk belajar agar mereka dapat memenangkan turnamen berikutnya. Penelitian sebelumnya, telah membuktikan bahwa model pembelajaran TGT dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar siswa. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Umami (2010) dengan hasil penelitian pembelajaran kooperatif model TGT mampu meningkatkan motivasi siswa sebesar 21.92%. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Nofita (2011) dengan hasil bahwa TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari siklus I sebesar 51.52% menjadi 75.52% pada siklus II. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Wahyunita (2011), hasilnya model pembelajaran TGT mampu meningkatkan aktivitas siswa dari 50% pada siklus I menjadi 93.75% pada siklus II. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Belajar ” yang diharapkan dapat mengatasi rendahnya motivasi dan keaktifan belajar di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Lawang. Pada penelitian ini motivasi belajar diukur menggunakan 4 indikator motivasi, yaitu: perhatian (attention), kesesuaian (relenvace), percaya diri (confidence), dan kepuasan (satisfaction), sedangkan keaktifan belajar diukur dengan 7 indikator yaitu yaitu visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities.
METODE Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lawang Jl. Pramuka No. 152 Lawang 0341-426265 Kab. Malang dalam kurun waktu Juli 2012-Maret 2013. Pelaksanaan tindakan siklus I dan II dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2012/2013. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Lawang. Penelitian ini menggunakan instrumen angket motivasi belajar, lembar observasi keaktifan belajar siswa, lembar observasi keterlaksanaan tahap
4
TGT, dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data meliputi dokumentasi, observasi, dan penyebaran angket. Analisis data dilakukan dengan membandingkan data yang diukur pada saat pra-tindakan, siklus, siklus I, dan siklus II untuk mengetahui peran penerapan TGT untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar siswa.
HASIL Motivasi belajar kelas XI IPS 4 pada saat pra-tindakan hanya sebesar 69.88% dan masih terdapat siswa yang memiliki motivasi dengan kategori kurang. Setelah diterapkan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT), motivasi belajar kelas XI IPS 4 mengalami peningkatan. Peningkatan motivasi belajar dari pra-tindakan, siklus I, dan siklus II disajikan pada tabel berikut: Tabel 1. Peningkatan Motivasi Belajar Pra Tindakan-Siklus I-Siklus II Motivasi Belajar 69.88% 76.86% 82.60%
Pra Tindakan Siklus I Siklus II
Peningkatan 6.98% 5.74%
Penerapan TGT telah meningkatkan motivasi belajar pada siklus I sebesar 6.98% menjadi 76.86% dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II motivasi belajar meningkat 5.74% menjadi 82.60% dengan kategori baik sekali. Peningkatan motivasi belajar siswa juga dapat dilihat pada grafik berikut:
100
69.88 %
76.86 %
82.60 %
80 60 40 20 0 Pra Tindakan
Siklus I
Siklus II
Grafik 1. Peningkatan Motivasi Belajar Pra Tindakan-Siklus I-Siklus II
5
Motivasi belajar kelas XI IPS 4 diukur dengan 4 indikator yaitu attention, relevance, convidence, dan satisfaction. Penerapan model pembelajaran TGT telah meningkatkan persentase setiap indikator motivasi dari pra-tindakan, siklus I, dan siklus II. Peningkatan setiap indikator tersebut disajikan pada tabel berikut: Tabel 2 Peningkatan Indikator Motivasi Belajar Pra Tindakan-Siklus I-Siklus II Indikator Motivasi Attention Relevance Convidence Satifaction
PraTindakan 70.59% 74.37% 65.07% 64.15%
Siklus I
Siklus II
76.32% 79.10% 74.82% 77.02%
82.16% 83.93% 80.51% 84.01%
Kenaikan PraSiklus I 5.73% 4.73% 9.75% 12.87%
Kenaikan Siklus I- Siklus II 5.84% 4.83% 5.69% 6.99%
Peningkatan indikator motivasi terbesar terletak pada indikator satisfaction, dari pra-tindakan ke siklus I indikator tersebut mengalami kenaikan 12.87%, sedangkan dari siklus I ke siklus II indikator tersebut meningkat 6.99%. Peningkatan indikator motivasi juga disajikan pada grafik berikut:
100 80
70.59
76.32
82.16 74.37
79.10 83.93
74.82 65.07
80.51
77.02
84.01
64.15
60 40 20 0 Attention
Relevance Pra-Tindakan
Convidence Siklus I
Satifaction
Siklus II
Grafik 2 Peningkatan Indikator Motivasi Belajar Pra Tindakan-Siklus I-Siklus II
Keterlibatan/keaktifan siswa kelas XI IPS 4 sebelum pelaksanaan tindakan masih sangat rendah yaitu 35.71%. Keaktifan belajar tersebut meningkat pada siklus I dan II setelah diterapkan model pembelajaran TGT di kelas. Peningkatan keaktifan belajar siswa dari pra-tindakan, siklus I, dan siklus II disajikan pada tabel berikut:
6
Tabel 3 Peningkatan Keaktifan Belajar Pra Tindakan-Siklus I-Siklus II Keaktifan Belajar 35.71% 76.94% 85.10%
Pra-Tindakan Siklus I Siklus II
Peningkatan 41.23% 8.16%
Penerapan model pembelajaran TGT meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas XI IPS 4 sebesar 41.23% dari pra-tindakan menuju siklus I, sehingga keaktifan belajar pada siklus I menjadi 76.94% dengan taraf keberhasilan baik. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan keaktifan belajar sebesar 8.16%, sehingga persentase keaktifan pada siklus II menjadi 85.10% dengan taraf keberhasilan baik sekali. Peningkatan keaktifan belajar dari pra-tindakan, siklus I, dan siklus II disajikan pada grafik berikut:
85.10 %
76.94 % 100 80 60 40 20 0
35.71 %
Pra-Tindakan
Siklus I
Pra-Tindakan
Siklus II
Siklus I
Siklus II
Grafik 3 Peningkatan Keaktifan Belajar Pra Tindakan-Siklus I-Siklus II
Keaktifan belajar pra-tindakan diukur menggunakan 4 indikator keaktifan yang disesuaikan dengan metode mengajar guru. Indikator tersebut meliputi memperhatikan penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, menjawab/ menanggapi pertanyaan, dan aktif dalam diskusi kelompok. Persentase keempat indikator tersebut disajikan pada tabel berikut: Tabel 4 Keaktifan Belajar Tiap Indikator Pra-Tindakan No.
Indikator Keaktifan
1 2 3 4
Memperhatikan penjelasan guru Mengajukan pertanyaan Menjawab/ menanggapi Aktif dalam diskusi kelompok
Persentase Keaktifan 62.86 5.71 17.14 57.14
Kategori Nilai dengan huruf Taraf Keberhasilan C Cukup E Gagal E Gagal C Cukup
7
Persentase siswa yang mau mengajukan pertanyaan kepada guru dan menjawab/menanggapi pertanyaan pada saat pembelajaran sangat sedikit sehingga memiliki kategori gagal. Sedangkan siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan aktif dalam mengerjakan tugas kelompok memiliki kategori cukup. Persentase indikator keaktifan belajar disajikan pada grafik berikut:
100 80 60 40 20 0
62.86 %
57.14 % 17.14 %
5.71 %
Memperhatikan Mengajukan penjelasan guru pertanyaan
Menjawab/ menanggapi
Aktif dalam diskusi kelompok
Grafik 4 Keaktifan Belajar Tiap Indikator Pra-Tindakan
Indikator keaktifan yang digunakan pada siklus I dan siklus II berbeda dengan pra tindakan. Indikator pada siklus I dan II disesuaikan dengan tahap pembelajaran TGT. Penerapan TGT telah meningkatkan persentase indikator keaktifan belajar siswa yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 5 Peningkatan Keaktifan Belajar Tiap Indikator Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Visual activities Oral activities Listening activities Writing activities Motor Activities Mental activities Emotional activities
Persentase Siklus I (%) 86.36 47 86.36 46.97 100 93.75 96.88
Persentase Siklus II (%) 93.94 61 96.97 60.61 100 98.44 98.96
Peningkatan (%) 7.58 14.00 10.61 13.64 0.00 4.69 2.08
Oral activities dan writing activities mengalami kenaikan tertinggi diantara semua indikator keaktifan, namun tetap memiliki persentase terendah diantara indikator yang lain. Peneliti telah berusaha menaikkan indikator tersebut dengan menghadirkan materi yang menarik pada tahap penyajian materi yang
8
disertai gambar dan contoh-contoh yang mudah. Peneliti juga telah mengkondisikan suasana pembelajaran yang lebih nyaman pada siklus II. Hal tersebut mampu meningkatkan persentase oral activities dan writing activities meskipun belum maksimal. Peningkatan keaktifan belajar tiap indikator dapat dilihat pada grafik berikut:
100
86.36
80
61
60
100 100
96.97 86.36
93.94
47
93.75 98.44 96.88
98.96
60.61 46.97
40 20 0 Visual activities
Oral Listening Writing Motor Mental Emotional activities activities activities Activities activities activities Persentase Siklus I
Persentase Siklus II
Grafik 5 Peningkatan Keaktifan Belajar Per-Indikator Siklus I-Siklus II
Temuan pada penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran TGT mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar dari pra-tindakan, siklus I, dan siklus II. Namun penerapan model pembelajaran TGT pada siklus I masih memiliki beberapa kelemahan yaitu, guru masih canggung pada tahap penyajian materi, beberapa siswa melakukan kegiatan di luar konteks pembelajaran, writing activities dan oral activities masih rendah, beberapa siswa kurang berpartisipasi dalam diskusi, terjadi kegaduhan saat pembentukan kelompok dan saat akan dilakukan turnamen, management waktu guru kurang baik, dan terdapat 1 kelompok yang bermain tidak sesuai aturan. Sedangkan kelebihan penerapan TGT pada siklus I adalah munculnya dimensi kegembiraan pada saat berlangsungnya turnamen dan penghargaan, munculnya penerimaan yang baik untuk saling menghargai dalam kelompok, serta munculnya penilaian secara objektif, jujur, dan bertanggung jawab pada saat turnamen.
9
Penerapan model pembelajaran model TGT pada siklus II masih memiliki kelemahan yaitu peningkatan writing activities dan oral activities belum maksimal. Sedangkan kelebihannya yaitu, mayoritas siswa memberikan perhatian terhadap pembelajaran, pembentukan kelompok terjadi secara teratur, terjadi penerimaan yang baik untuk saling menghargai dalam kelompok, turnamen berjalan dengan lancar dan tertib, muncul dimensi kegembiaraan pada saat turnamen dan penghargaan, muncul penilaian yang objektif, jujur, dan bertanggung jawab pada saat turnamen, serta management waktu guru cukup baik.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, maka telah dibuktikan bahwa model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Lawang. Hal tersebut sesuai dengan peryataan Sumarmi (2012:60) bahwa “dalam penerapannya, TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep dan prinsip yang diinginkan, sedangkan untuk memotivasi siswa dalam TGT terdapat juga unsur reinforcement”. Motivasi belajar siswa diukur menggunakan 4 indikator, yaitu attention (perhatian), relevance (kesesuaian), confidence (kepercayaan diri), dan satisfaction (kepuasan). Penerapan TGT mampu meningkatkan setiap indikator motivasi tersebut. Sesuai dengan pernyataan Robert C.Beck 1978 dalam (Prayitno, 1989:8) bahwa motivasi dapat diartikan berdasarkan kebutuhan yang meliputi need for achievement, need for affiliation, rangsangan, kebiasaan, dan perasaan ingin tahu yang berasal dari dalam diri siswa. Penerapan TGT pada penelitian ini memiliki 4 tahap dimana setiap tahapnya merangkum kebutuhan dalam menumbuhkan motivasi.Penyajian kelas yang menarik memunculkan perasaan ingin tahu siswa yang berfungsi sebagai pendorong hasrat untuk belajar. Pelaksanaan tim/diskusi kelompok mewadahi kebutuhan akrabi, kerjasama, dan diakui secara sosial. Game/tournament memfasilitasi kebutuhan siswa untuk berprestasi dimana masing-masing siswa dapat bersaing dengan anggota kelompok lain untuk menunjukkan kemampuannya. Sedangkan tahap penghargaan berfungsi sebagai rangsangan agar siswa lebih termotivasi untuk
10
mengerahkan segenap kemampuannya guna memahami materi dalam pembelajaran. Pada TGT siswa juga harus terbiasa belajar dengan sungguhsungguh untuk menghadapi turnamen. Kebiasaan sungguh-sungguh tersebut dapat memupuk motivasi dalam diri siswa. Peningkatan motivasi belajar ketika diterapkan TGT, pada akhirnya juga dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Gagne dan Briggs (dalam Elfatru, 2010) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peryataan tersebut menunjukkan bahwa motivasi dapat mempengaruhi keaktifan belajar, dimana apabila siswa termotivasi maka ia akan terdorong untuk melakukan keaktifan belajar. Peningkatan motivasi belajar yang telah dimiliki kelas XI IPS 4, akan diiringi dengan peningkatan keaktifan belajar pada kelas tersebut. Penerapan TGT, telah mewadahi keterlibatan/keaktifan fisik maupun psikis siswa dalam pembelajaran. Pada tahap penyajian materi terdapat tanya jawab antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa sebagai bentuk umpan balik (feed back) dalam pembelajaran, sehingga mereka dapat berfikir aktif mengenai materi pembelajaran. Pada tahap tim, setiap siswa saling bekerja sama dengan berdiskusi maupun membaca sumber belajar untuk mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya. Pada tahap turnamen akademik setiap siswa dalam meja turnamen bersaing dengan sehat agar dapat menyumbangkan skor sebanyak mungkin bagi kelompoknya, sedangkan di akhir tahap setiap pemenang turnamen merayakan keberhasilan bersama-sama atas keberhasilan yang telah diraih. Pada penelitian ini, keaktifan yang ditingkatkan melalui model pembelajaran TGT terdiri dari 7 jenis keaktifan, yaitu visual activities, oral activities, listening activities writing activities, motor activities, mental activities, emotional activities. Penerapan TGT dapat meningkatkan setiap indikator keaktifan telah mengalami peningkatan, namun pada siklus I maupun II, oral acitivities dan writing activities selalu memiliki persentase terendah, meskipun dari siklus I ke siklus II kedua indikator tersebut telah mengalami peningkatan namun masih berada pada tingkat keberhasilan cukup. Kurang maksimalnya
11
kedua indikator tersebut disebabkan sedikitnya jumlah siswa yang mau bertanya dan mencatat . Kelemahan peneliti tersebut diharapkan dapat diperbaiki oleh peneliti selanjutnya dengan cara menghadirkan fenomena-fenomena aktual ke dalam kelas, memberikan contoh-contoh yang mudah, dan gambar-gambar penunjang pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, serta membuat suasana kelas yang nyaman. Model pembelajaran TGT telah meningkatkan motivasi belajar siswa dari pra-tindakan, siklus I dan siklus II, sehingga hasil penelitian tersebut semakin menguatkan penelitian Umami (2010) yang menyatakan bahwa penerapan TGT mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Keaktifan belajar siswa juga meningkat dari pra-tindakan, siklus I, dan siklus II setelah diterapkannya TGT Hasil penelitian ini semakin menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nofita (2011) dan Wahyunita (2011) yang membuktikan bahwa TGT dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian penerapan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Lawang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) penerapan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Lawang, (2) penerapan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 1 Lawang. Adapun saran yang diajukan oleh peneliti antara lain: 1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran TGT sebagai
alternatif pemilihan model pembelajaran yang memasukkan unsur berkelompok, permainan, dan penghargaan guna menumbuhkan motivasi dan keaktifan belajar siswa di dalam kelas, sehingga dapat mempermudah ketercapaian kompetensi dalam pembelajaran. 2. Guru perlu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari yang disertai
dengan contoh dan gambar agar siswa lebih tertarik dengan materi yang disajikan dalam pembelajaran.
12
3. Guru perlu membagikan daftar kelompok diskusi dan turnamen sebelum
pelaksanaan pembelajaran agar pembentukan kelompok tidak menimbulkan suasana gaduh dalam kelas dan menyita banyak waktu. 4. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok, guru perlu menekankan pentingnya
bekerja sama untuk saling menjadi tentor sebaya dan memastikan setiap anggota kelompoknya memahami materi agar dapat bermain maksimal pada turnamen. 5. Demi kelancaran turnamen, guru perlu menambahkan aturan diskualifikasi
terhadap meja turnamen yang bermain tidak sesuai aturan atau berbuat curang. 6. Guru perlu melakukan pengaturan waktu yang baik dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan TGT. 7. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang penerapan model
pembelajaran TGT pada materi geografi yang lain untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar siswa. 8. Dalam penerapan TGT pada penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan dapat
memaksimalkan oral activities dan writing activities selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara menghadirkan fenomena-fenomena aktual ke dalam kelas, memberikan contoh-contoh yang mudah, dan gambargambar penunjang pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, serta membuat suasana kelas yang nyaman.
DAFTAR RUJUKAN
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Elfatru, Nawawi. 2010. Keaktifan Belajar. (Online). (http://nawawielfatru.blogspot.com/2010/07/keaktifan-belajar.html, diakses tanggal 5 Desember 2012) Nofita, Nur Rahma. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Geografi Siswa Kelas VII-1 SMP Negeri 5 Kediri.Skripsi: Universitas Negeri Malang Prayitno, Elida. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
13
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media Publishing Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Umami, Himia. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPS-1 pada Mata Pelajaran Geografi di MAN Kota Blitar. Skripsi: Universitas Negeri Malang Wahyunita, Dian Indira. 2011. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan keaktifan belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Alternatif Lab PLS Universitas Negeri Malang. Skripsi: Universitas Negeri Malang
14