Ulfa Aini, Penerapan Model Team… Penerapan Model Team Games Tournament (TGT) Dapat Meningkatkan Nilai Siswa Pada Pelajaran Fisika Materi Listrik Statis Dinamis Kelas XII IPA-1 Semester Ganjil Di SMA Negeri 1 Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015
Ulfa Aini1
Abstrak
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah mengetahui penerapan model Team Games Tournament (TGT)dapat meningkatkan nilai siswa dalam mempelajari meteri Listrik statis dan dinamis di kelas XII-IPA.1 SMA N 1 Kota Jantho tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII-IPA berjumlah 17 orang siswa Pada semester ganjil. Prosedur penelitian tindakan kelas ini yaitu menerapkan sitim siklus yaitu di awali dengan perencanaan, pelaksanaaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) keadaan awal menunjukkan bahwa aspek afektif nilai 53,53% aspek kognetif nilai 53,50% dan psikomotor nilai 53, 53%, 2) Siklus I pertemuan 1, nilai Afektif 59,70 nilai kognetif 59,76 dan nilai psikomotor 59,76 .Nilai ketuntasan secara kalsikal mencapai 59,74 % dan pertemuan 2 afektif 60,11, kognetif mencapai 60,05 dan psikomotor 60,11. Hasil persentase ketuntasan secara klasikal mencapai nilai 60, 66 % dan 3) Siklus II pertemuan 1 nilai rata-rata aspek afektif 62,05 aspek kognetif 62,11 dan aspek psikomotorik 62,11.Nilai ketuntasan mencapai 83,92 % sedangkan pertemuan ke 2 nilai rata-rata pada aspek afektif 83,82 kognetif mencapai 83,94 dan aspek psikomotor 84,00. nilai ketuntasan secara klasikal telah mencapai 83,92 %,memperoleh katagori Baik.
Kata kunci: Model Team Games Tournament (TGT) , Nilai Siswa Meningkat
1
Ulfa Aini, Guru Bidang Study Fisika, SMA Negeri 1 Kota Jantho, Aceh Besar
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 89
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… mengajar, kurangnya media pembelajaran dan
A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui
proses
pelaksanaannya,
belajar
mengajar
perlu
adanya
kurangnya tertata perencanaan pembelajaran.
dalam
Permasalahan dalam penelitian tindakan
strategi
kelas ini kurangnya minat belajar siswa dalam
pembelajaran yang dapat membangun minat
mempelajari listrik statis dan dinamis
siswa untuk memahami materi Fisika pada
akibatkan proses pembelajaran sering tidak
tingkat
menggunakan
Sekolah
Menengah
Atas.
Usaha
model
pembelajaran
di
yang
meningkatkan nilai siswa dalam mempelajari
berbasis kooperatif. Untuk meningkatkan nilai
listrik statis dan dinamis dengan menerapkan
siswa kelas XII IPA-1 perlu suatu solusi bagi
model pembelajaran kooperativ agar siswa
penulis supaya dapat menemukan teknik
terbiasa dalam menggali atau menemukan
peningkatan minat belajar bidang studi Fisika
konsep-konsep ilmu fisika.
dengan
menggunakan
model
Tim
Gem
Slavin (2009), menyatakan bahwa:
Tournament (TGT) yaitu merangkai sistim
siswa akan lebih mudah untuk menemukan
pembelajaran kooperatif dalam tiga fase
dan memahami konsep-konsep yang sulit
pembelajaran.
”
apabila mereka saling mendiskusikan konsep-
Teknik belajar dengan menggunakan
konsep itu dengan temannya untuk saling
TGT perlu suatu perencanaan pembelajaran
berkarja sama dan saling ketergantungan
meliputi menyusun silabus penilaian dan
”
dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah .
menyusun
Berdasarkan
(RPP),
pernyataan
di
atas
bahwa:
Rencana Program Pembelajaran dengan
mendesain
strategi
menemukan atau memahami konsep listrik
pembelajaran meliputi model pembelajaran,
statis dan dinamis pada siswa di kelas XII
metode
IPA-1 SMAN 1 Kota Jantho perlu adanya
pembelajaran.
perencanaan
model TGT harus mendesain kelas ke dalam 5
pembelajaran,
pelaksanaan
pembelajaran
dan
Pelaksanaan
pembelajaran
pembelajaran yang berbasis kooperatif, efektif
kelompok
dan penilaian
melaksanakan proses model TGT ke dalam 3
yang akurat sehingga siswa
menjadi lebih percaya diri dalam memahami konsep Fisika. Penelitian tindakan kelas ini penulis menemukan beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti peserta didik kurang disiplin, peserta didik kurang minat belajar dan kurang berahlak mulia dalam mempelajari listrik
statis
dan
dinamis
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini ada kendala yang penulis
temukan
memperhatikan ISSN 2086 – 1397
yaitu dalam
siswa
kurang
proses
belajar
pembelajaran
pendekatan
kemudian
fase pembelajaran yaitu: Fase 1: pendahuluan meliputi pemberian salam, berdoa sebagai pujian kepada sang Pencipta Allah Swt. Melakukan apersepsi sebagai gambaran terhadap pembelajaran dan kaitannya dengan kehidupan, kemudian penulis menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan kompetensi dasar dan indikator yang akan di gali oleh siswa dalam kelompok pembelajaran. Fase 2 : Kegiatan inti siswa melaksanakan proses pembelajaran sesuai indikator yang telah Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 90
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… direncanakan kemudian siswa digiring untuk berkolaborasi, elaborasi dan konfirmasi untuk menemukan materi listrik statis dan dinamis Kemudian siswa digiring untuk menyelesaikan permainan TGT menggunakan LKS dan rangkaian soal. Fase 3 : Penutup siswa diberikan motivasi dan juga kesimpulan dari hasil pembelajaran kemudian siswa diakhiri pembelajaran dengan membaca doa. Sesuai
dengan
pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model TGT maka, penulis
dapat
mengindentifikasikan
dinamis pada kelas XII IPA-1 SMA N 1 Kota Jantho Tahun Pelajaran 2014/2015 ? C.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, penelitian tindakan kelas ini bertujuan secara: yaitu untuk mengetahui penerapan model TGT dapat meningkatkan nilai siswa dalam mempelajari meteri listrik statis dan dinamis di kelas XII IPA-1 SMA N 1 Kota Jantho tahun ajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan ruang lingkup penelitian di
permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:Siswa kurang disiplin dalam proses pembelajaran
pada
kelas
XII
IPA-1
atas maka, penelitian tindakan kelas ini bermanfaat secara: Teoretis adalah penerapan model TGT
disebabkan siswa tidak termotivasi dalam dapat
proses pembelajaran Fisika. Pembelajaran
Fisika
tidak
terbiasa
melaksanakan pembelajaran yang berbasis kooperatif,Siswa
kurang
kreatif
dalam
menggali konsep-konsep ilmu fisika terutaman
Berdasarkan latar belakang masalah di maka,
penulis
melaksanakan
berinisiatif
penelitian
tindakan
dalam kelas
dengan judul : Penerapan Model TGT dapat meningkatkan nilai siswa pada pembelajaran Fisika materi listrik statis dan dinamis Kelas XII IPA-1 di SMA Negeri 1 Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran
fisika
dalam
pada
materi
membedakan listrik statis dan dinamis pada kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Kota Jantho tahun Pelajaran 2014/2015..
bermanfaat kepada: 1) Siswa
supaya
meningkatkan
kreatif
nilai
mempelajari dinamis
lebih
dalam
listrik statis dan
Guru
sebagai
pola
pembelajaran kooperatif
untuk di
gunakan
mengajar
dalam
pembelajaran Fisika.
dalam meningkatkan kreatifitas guru
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di bahwa
ilmu
siswa
2) Kepala Sekolah sebagai pedoman
2014/2015.
atas
mempelajari
nilai
Praktis penelitian tindakan kelas ini
materi listrik statis dan dinamis.
atas
meningkatkan
rumusan
masalah
penelitian
tindakan kelas ini adalah: .Apakah dengan menerapkan model TGT dapat meningkatkan nilai siswa dalam mempelajari listrik statis dan
dalam menemukan
model-model
pembelajaran. 3) Penulis
sebagai
syarat
untuk
mengusulkan pangkat dan jabatan fungsional guru dari golongan III /d ke golongan IV/a.
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 91
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… 4) Sekolah
sebagai
peningkatan
mendapatkan suatu hasil yang beruba dari
kelulusan ujian Sekolah dan ujian
keadaan awalnya. Kegiatan mengajar sering di
Nasional.
abaikan
oleh
guru
kadang-kadang
guru
E. Landassan Teori
memberikan catatan kepada peserta didiknya
Hakikat Pembelajaran Kooperatif
dengan tidak memahami kebutuhan murid
Pembelajaran kooperatif sering di sebuat belajar bersama
terhadap mata pelajaran yang di sajikan.
atau belajar berkelompok
Proses pembelajaran pada bidang studi
pembelajaran ini dapat membangun minat
fisika kadangkala membuat peserta didik
belajar peserta didik untuk mengetahui materi
menjadi bingung ini disebabkan guru tidak
yang
model
banyak menguasai strategi pembelajaran dan
kooperatif dapat terlaksana dengan baik jika
kurang menguasai model pembelajaran guru
perencanaan
dan
sering terpaku dengan buku bacaan atau
Munadir,
konsep-konsep yang ada dalam buku cetak.
di
memiliki
ajarkan
pembelajaran
pembelajaran
media
tertata
pembelajaran.
(1999), menyatakan bahwa:
Pada sisi peningkatan nilai belajar juga guru
proses pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan sebagai peristiwa belajar (event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku dari siswa. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna/pemahaman terhadap suatu objek/peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggungjawab siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Berdasarkan pernyataan di atas maka, proses pembelajaran suatu kegiatan yang direncanakan oleh guru dan dilaksanakan secara
tertata
ISSN 2086 – 1397
dan
teratur
sehingga
harus bisa memberdayakan proses belajar dengan membangun sikap siswa agar bisa terbiasa
dalam
proses
pembelajaran.
Sujatmoko dkk. (2003), menunjukkan bahwa “
jika guru mengajar dengan banyak ceramah,
maka siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa hanya mendengarkan. Sebaiknya, jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan
melaporkannya,
mengingat
maka
mereka “
sebanyak 90%
akan
berdasarkan
pernyataan ini maka timbul asumsi bahwa proses
pembelajaran
memeberdayakan
siswa
harus
dapat
sampai
muncul
kreatifitas dalam proses pembelajaran kalau dilihat alur penguasan pembelajaran belajar sebagai
berikut
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 92
:
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… Gambar kerucut pengalaman belajar Yang ingat 10 % ……………………………… 20 % …………………………..
MODUS
Dengar
30 % ……………………… 50%……………………
Baca
Lihat
VERBAL
Lihat & dengar
70 % …………………
Katakan
90 % ………………
VISUAL
Katakan dan lakukan
BERBUAT Gambar 1 Kerucut Pengalaman
Dari
kerucut
pengalaman
belajar,
persaingan antar individu dalam kelompok
diketahui bahwa siswa akan mencapai hasil
maupun antar kelompok. Oleh sebab itu
belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari
penerapan pembelajaran Kooperatif tipe TGT
apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat,
diharapkan mampu mengatasi keterbatasan
50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70%
waktu, guru tidak lagi harus secara marathon
dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa
menjelaskan materi.
yang dikatakan dan dilakukan.
Kemampuan dan potensi yang dimiliki
1.Model Pembelajaran TGT
siswa cukup dengan arahan dan bimbingan
Pembelajaran Kooperative tipe Team
guru.
Pembelajaran
Kooperatif
dengan
Group Tournament dikemas dalam bentuk
berbagai model dikembangkan berlandaskan
permainan
teori
karena
bermain
merupakan
belajar
Konstruktivisme.
Model
pemenuhan suatu kebutuhan mendasar bagi
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih
anak-anak serta sesuatu yang sangat menarik.
banyak dipilih karena waktu relatif lebih
Russel Tyler,( 1999), menyatakan bahwa:
singkat dan cara melakukannya relatif lebih
“
aktifitas belajar dengan
permainan yang
dirancang dalam pembelajaran Kooperatif
mudah. 2.Pembelajaran Fisika
Tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih
menumbuhkan
guru dengan menggunakan eksperimen atau
tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat,
memperlihatkan bentuk secara rinci hakikat
dan
rileks
di
keterlibatan
samping
Pembelajaran fisika sering dilakukan
belajar”.
Berdasarkan
pernyataan di atas maka pembelajaran model
sains
lebih jelas
Lestari, (2002: 7),
menyatakan sebagai berikut:
TGT memliki karakteristik pembelajaran yaitu
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-
memunculkan adanya kelompok dan kerja
konsep sains selalu dapat dinyatakan
sama dalam belajar, disamping itu terdapat
dalam bentuk angka-angka.
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 93
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… 2. Observasi
dan
Eksperimen;
1. Melakukan
percobaan
untuk
merupakan salah satu cara untuk
memperoleh jenis muatan listrik statis
dapat
dengan cara menggosok.
memahami
konsep-konsep
sains secara tepat dan dapat diuji
2. Menganalisis
kebenarannya.
mengapa
memperoleh
muatan listrik statis pada saat udara
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah
lembab lebih sulit daripada memperoleh
satu asumsi penting dalam sains
muatan listrik ketika udara kering.
bahwa misteri alam raya ini dapat
3. Melakukan
percobaan
untuk
dipahami dan memiliki keteraturan.
memperoleh
kesimpulan
bahwa
Dengan
asumsi
pengukuran
tersebut
lewat
“muatan
teliti
maka
muatan tak sejenis tarik-menarik”.
yang
berbagai peristiwa alam yang akan
4. Menyebutkan hukum kekekalan muatan
terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
sejenis tolak-menolak dan
listrik. 5. Menjelaskan model atom sederhana.
4. Progresif dan komunikatif; artinya
6. Melakukan percobaan menggunakan
sains itu selalu berkembang ke arah
elektroskop untuk mendapatkan muatan
yang lebih sempurna dan penemuan-
listrik dengan cara “induksi” dan dengan
penemuan
cara “konduksi”.
yang
kelanjutan
ada
merupakan
dari
penemuan
sebelumnya.
7. Menjelaskan proses terjadinya petir. 8. Menjelaskan
5. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan
itu
dilakukan
melindungi
dengan
menemukan
suatu
kebenaran.
bangunan
tinggi
cara dari
sambaran petir.
menggunakan metode ilmiah dalam rangkain
bagaimana
Peristiwa alam yang sangat berbahaya dan ditakuti semua orang, karena petir menimbulkan kilatan cahaya yang diikuti
6. Universalitas;
kebenaran
yang
dengan suara dahsyat di udara. Apabila
ditemukan senantiasa berlaku secara
seseorang tersambar petir, maka tubuh orang
umum.
tersebut akan terbakar. Akibat berbahayanya
Dalam penelitian tindakan kelas ini
petir, maka gedung-gedung bertingkat yang
telah menelaah materi yang di ajarkan
cukup tinggi dilengkapi dengan penangkal
berdasarkan
kompetensi
petir. Apa yang menyebabkan terjadinya petir?
Mengterprestasikan listrik statis dan dinamis
Mengapa tubuh orang yang tersambar petir
dan kompetensi dasar membedakan listrik
terbakar? Mengapa gedunggedung bertingkat
statatis dan dinamis. Pembelajaran fisika
yang tinggi dilengkapi dengan penangkal
dengan menerapkan model pembelajaran TGT
petir?
Standar
direncanakan materi yang di ajarkan yaitu:
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik
ISSN 2086 – 1397
yang
disebabkan
dari
pergerakan
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 94
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik
daun kecil-kecil atau debu. Batang karet keras,
dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus
batang kaca, atau penggaris plastik, jika
listrik
satuan
digosok dengan sepotong kain juga akan
Coulomb/detik atau Ampere. Contoh arus
menunjukkan “efek amber” atau listrik statis
listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar
sebagaimana yang kita sebut sekarang.
dari
dapat
yang
diukur
sangat
lemah
dalam
dalam
satuan
Barangkali
anda
telah
memiliki
) seperti di dalam jaringan
pengalaman tentang listrik statis yakni ketika
tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kilo
anda menyisir rambut kering, atau ketika
Ampere (kA) seperti yang terjadi pada petir.
menyetrika baju nilon. Pada setiap kasus tadi,
Dalam kebanyakan sirkuit arus searah dapat
suatu benda menjadi “bermuatan” listrik
diasumsikan resistansi terhadap arus listrik
karena proses gosokan dan dikatakan memiliki
adalah konstan sehingga besar arus yang
muatan listrik. Apakah seluruh muatan listrik
mengalir dalam sirkuit bergantung pada
sama? Atau mungkinkah terdapat lebih dari
voltase dan resistansi sesuai dengan hukum
satu jenis? Jenis Muatan Listrik Sesuai dengan
Ohm.
hasil percobaan anda, terdapat dua jenis
mikroAmpere (
Terjadinya Listrik Statis Kata “listrik”
muatan listrik. Ketika penggaris plastik kedua yang
dalam bahasa Inggris electric, berasal dari bahasa Yunani elektron, yang berarti “amber”.
telah
dimuati
dengan
Amber adalah pohon damar yang membatu,
didekatkan pada penggaris plastik pertama,
dan pengetahuan kuno membuktikan bahwa
penggaris
jika anda menggosok batang amber dengan
penggaris kedua. Peristiwa ini ditunjukkan
sepotong kain, maka amber menarik potongan
pada
batang kaca kedua yang telah dimuati dengan
batang kaca yang bermuatan didekatkan pada
cara yang sama didekatkan pada batang kaca
penggaris
pertama, batang kaca kedua juga bergerak
didapatkan bahwa keduanya akan saling
menjauhi batang kaca pertama. Peristiwa ini
menarik, Gambar 1c.
pertama
cara
bergerak
yang
menjauhi
Gambar
plastik yang
sama
1a.
bermuatan,
akan
ditunjukkan pada Gambar 1b. Tetapi, jika
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 95
Ulfa Aini, Penerapan Model Team…
3. Uraian Materi Listri Dinamis
amun jika Anda menghubungkannya dengan
3.1 Konsep arus listrik searah
batang kaca, maka hampir tidak ada arus
Pada Modul Listrik Statis yang telah
mengalir. Sifat-sifat yang menentukan berapa
kita pelajari sebelumnya, dijelaskan bahwa
arus yang akan mengalir disebut Resistansi.
elektron-elektron bergerak atau berpindah dari
Resistansi (hambatan) ditentukan dengan jalan
rambut
memberikan beda potensial diantara dua titik
ke
penggaris
penggaris tersebut
plastik
sehingga
bermuatan
negatip.
pada konduktor dan mengukur arusnya.
Dapatkah Anda menyalakan lampu pijar
Hambatan R, didefinisikan sebagai rasio
dengan menempelkan penggaris itu ke lampu
atau perbandingan antara beda potensial V,
pijar? Tentunya tidak dapat, karena lampu itu
dengan
untuk dapat menyala memerlukan aliran
arus I,
elektron secara terus menerus. Untuk mengalir dari satu tempat ke tempat lain, elektron
………………............………………………
membutuhkan jalan yang tidak putus.
… (1.2)
Arus listrik didefinisikan sebagai jumlah muatan
elektron
yang
mengalir
suatu
penghantar per satuan waktu.t
Arus listrik I dalam satuan amper, beda potensial V dalam satuan volt, dan hambatan R dalam satuan ohm. 1 ohm (atau 1 ? ) adalah hambatan yang diberikan oleh arus 1 A untuk
dengan Q = jumlah muatan elektron yang
diantara
mengalir (Coulomb)
Rangkaian
t = waktu (sekon)
3.2. Konsep Resistansi dan Hukum Ohm dua
buah
konduktor
memiliki beda potensial diantara keduanya, dan
Anda
ujung-ujung sederhana
hambatan yang
tersebut.
berhubungan
dengan hambatan, arus, dan beda potensial
I = kuat arus (ampere)
Seandainya
mengalir, ketika beda potensial 1 V diberikan
menghubungkan
konduktor-
konduktor tersebut dengan batang tembaga,
atau tegangan tampak pada Gambar 1. Sebuah baterai 12 V dih dihubungkan pada lampu pijar yang memiliki hambatan 7,20 ? Rangkaian
dilengkapi
dengan
memasang
ammeter, dan arus terukur 1,67
maka akan menimbulkan arus yang besar, ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 96
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… Ilmuwan Jerman George Simon Ohm
diberikan pada konduktor tersebut berubah.
menemukan bahwa rasio atau perbandingan
Alat yang mempunyai hambatan konstan dan
antara beda potensial dengan arus pada
tidak
konduktor selalu tetap. Oleh karena itu,
dikatakan
hambatan
kebanyakan
konduktor
bergantung
pada
beda
potensial
taat
hukum
tidak
berubah ketika besar atau arah potensial yang
menetapkan subjek penelitian adalah siswa
F.Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam
kelas XII IPA-1 berjumlah 17 orang siswa
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
perempuan
.Alasan penggunaan pendekatan kualitatif
dasar.Sumber data dalam penelitian tndakan
bersandar pada pendapat Moleong( 2000:4-8)
kelas ini adalah siswa kelas XII IPA-1
tentang penelitian
dan
menerapkan
kompetensi
ciri-ciri
penelitian
kualitatif.Jenis
berjumlah 17 orang siswa putri, sumber data
yang
digunakan
adalah
jenis
lainya adalah informasi dari guru yang
.menuru
mengajar dalam kelas XII IPA-1 sebagai
penelitian
tindakan
Kenmis(dalam
kelas
Sanjaya,2009:24)
informasi
perbandingan
sikap
den
juga
Mengemukankan bahwa :Pengertian tindakan
keterampilan siswa dalam proses pembelajaran
kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang
Untuk mengumpulkan data dan teknik
dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial
pengelolaan data dalam penelitian tindakan
untuk meningkatkan penalaran praktik dengan
kelas ini yaitu
terencana dan mempunyai tujuan tertentu. Setting
PenelitianTempat
a) Teknik pengumpulan data yaitu
Penelitian
dengan
malaksanakan
proses
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan
pada kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Kota
model
Jantho tahun Pelejaran 2014/2015. Waktu
melakukan evaluasi terhadap sikap,
penelitian
pengetahuan dan keterampilan siswa
Penelitian
tindakan
dilaksanakan selama 3 bulan.
Penelitian
ISSN 2086 – 1397
kelas
ini
bulan yaitu mulai
tindakan
kelas
pembelajaran
TGT
dan
selama dilaksanakan tindakan.
ini Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 97
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… b) Alat
pengumpulan
instrumen
data
penelitian,
berupa
Perencanaan yang dipersiapkan peneliti
lembaran
dalam menghadapi penelitian indakan kelas
observasi, kamera digital sebagai alat perekam kegiatan pembelajaran dan
juga
media
pembelajaran
ini yaitu: 1) Penyusunan
pola
siswa dalam memahami
menerapkan
statis dan dinamis Validasi
data
pembelajaran
dan mendesain RPP yang di jadikan
sebagai alat mengukur pencapaian listrik
silabus
pembelajaran model
dengan pembelajaran
TGT.
dilakukan
dalam
2) Merencanakan
instrument
berupa
penelitian tindakan kelas ini dengan cara
gambar dan diisi dengan soal sebagai
memasukkan nilai-nilai tes siswa kedalam
alat dalam mengumpulkan data dari
daftar nilai yang telah disiapkan sebelumnya.
hasil proses pembelajaran
Sedangkan observasi
validasi yang
data
untuk
telah
lembar
3) Merencanakan bentuk soal tentang
disediakan
listrik statis dan dinamis yang di
sebelumnya.Indikator keberhasilan diharapkan pada penelitian tindakan kelas pencapaian
ketunsasan
ini yaitu
dalam
proses
pembelajaran mencapai 70 % tuntas secara klasikal untuk ukuran pencapaian .Prosedur Penelitian
ini
dilaksanakan
dalam
desaian dalam gambar (terlampir) 4) Merencanakan
penilaian
yang
meliputi aspek afektif, kognetif dan psikomotor Tindakan yang dilaksanakan adalah
II
menerapkan model pembelajaran koopertaif
siklus,Tahap perencanaan,tahap pelaksanaan
tipe TGT yang telah disesuaikan dalam RPP
,Observasi dan refleksi.
kegiatannya sebagai berikut: a) Siswa memberikan salam dan berdoa
G.Hasil Penelitian Penelitian ini dilksanakan pada tanggal
kemudian guru mengabsen siswa
8 September 2014 di SMAN 1 Kota Jantho
yang
dan dari hasil penelitian dari siswa kelas XII-
motivasi dan memberikan penjelasan
IPA 1 Hasil pengamatan pada kondisi awal
tentang model pembelajaran TGT.
menunjukkan bahwa aspek afektif mencapai
hadir,
b) Membuat
guru
memberikan
kelompok
yang
nilai 54,54 % nilai aspek kognetif juga
beranggotakan 5 sampai dengan 6
mencapai
nilai
orang siswa dan menempatkan siswa
psikomotor juga mencapai 54, 54 %. Hasil
secara acak tidak harus memilih
interprestasi belum mencapai nilai telah
siswa yang baik kedalam kelompok
75%.Maka peneliti melaksanakan tindakan
belajar
58,
33
%
sedangkan
kelas untuk meningkatkan nilai siswa kelas XII-IPA
1) Kegiatan Inti a) Tahap pertama siswa di giring dalam mempelajari materi yang telah di persiapkan sesuai indikator yang
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 98
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… dirancang dalam RPP dan disajikan ke dalam kelompok belajar
materi
kelompok
belajar
maka,
diharuskan
mencatat
di
atas maka pengamatan peneliti terhadap
b) Tahap ke dua setelah semua siswa mendapatkan
Berdasarkan pelaksanaan tindakan
kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan
dalam
1 ini menunjukkan hasil yang belum mencapai
siswa
ketuntasan secara klasikal 70%. Adapun
itu
pengamatan terhadap proses pembelajaran
siswa di berikan alat peraga berupa
yaitu mengamati sikap siswa dalam proses
gambar yang didesain menggunakan
pembelajaran dan juga mangamati tindakan
soal
dalam kelompok belajar, temasuk mengamati
sebagai
alat
setelah
permainan
pembelajaran TGT
kebolehan
c) Tahap ke tiga siwa bermain sambil
siswa
dalam
menggali
ilmu
pengetahuan, dapat di amati hasilnya melalui
belajar dengan menggunakan gambar
proses
dan anak dadu secara bergantian tata
permainan. Berdasarkan hasil pengamatan
cara sebagai berikut: Siswa no urut 1
peneliti di atas ternyata nilai afektif dengan
memulai mengocok dadu sampai
nilai rata-rata 59,70 nilai kognetif dengan rata-
dapat no 6 kemudian siswa tersebut
rata 59,76 dan nilai psikomotor dengan rata-
mengulangi lagi kocok dadunya jika
rata 59,76. Nilai ketuntasan secara kalsikal
mencapai no 5 maka siswa tersebut
mencapai
mengerjakan soal no 5. Kemudian
pertemuan ke 2 menunjukkan bahwa nilai rata-
kocokan di lanjutkan siswa no 2
rata afektif mencapai 60,11 aspek kognetif
shingga
mencapai
anak
dadu
harus
tindakan
menggunakan
59,76%.
60,05
hasil
dan
tindakan
aspek
gambar
pada
psikomotor
mendapatkan nilai 6 baru kemudian
mencapai nilai 60,11. Hasil persen ketuntasan
mengulangi
kedua
mencapai nilai 60,09%.
dalam
Pengamatan Siklus II
untuk
lagi
kocokan
menunjukkan
soal
gambar yang telah di sediakan.
Hasil tindakan siklus II menunjukkan
Dilanjutkan oleh siswa nomor 3 dan
nilai ketuntasan mencapai 62,09 % sedangkan
selanjutnya. Hasil penyelesaian soal
nilai rata-rata pengamatan pada aspek afektif
tersebut
mencapai 62,05 aspek kognetif 62,11 dan
dijadikan
data
dalam
penelitan tindakan kelas ini 2) Penutup
aspek
psikomotorik
Meperhatikan
Sebelum menutup pembelajaran maka
nilai
mencapai tersebut
juga
62,11. belum
mencapai sasaran ketntasan belajar maka
guru harus mennyimpulkan hasil dan bentuk
peneliti
kegiatan
memberikan
pertemuan ke 2 dengan memberikan perhatian
motivasi pada akhir pembelajaran. kemudian
pada pengawasan pembelajaran yang lebih
membaca doa dan memberikan salam.
serius maka nilai siswa menunjukkan bahwa:
Pengamatan Siklus I
nilai ketuntasan secara klasikal telah mencapai
pembelajaran
serta
melaksanakan
tindakan
pada
83,92 % nilai ini telah memberika perubahan ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 99
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… besar dalam proses pembelajaran sedangkan
4. Hasil pengamatan pada siklus II
nilai rata-rata pada aspek afektif mencapai
pertemuan 1 menunjukkan bahwa
83,82 kognetif mencapai 83,94 dan aspek
nilai ketuntasan mencapai 60,11%
psikomotor mencapai 84,00. Nilai dari hasil
,sedangkan
tindakan pada siklus II ini
pengamatan
telah mencapai
nilai pada
aspek
afektif
ketuntasan secara klasikal maka peneliti tidak
mencapai
melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya.
60,11
H. Kesimpulan
mencapai 62,05. Sedangkan pada
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
60,05
rata-rata
dan
aspek
aspek
kognetif
psikomotorik
pertemuan ke 2 mencapai 83,92%
kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas XII-
nilai ini telah melebihi
IPA di SMAN 1 Kota Jantho Kabupaten Aceh
75%
Besar , maka peneliti dapat meyimpulkan
sedangkan nilai rata-rata pada aspek
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
afektif
1. Pada hasil penelitian ditemukan bahwa model
dalam proses pembelajaran
mencapai
sebagai upaya guru
pada pembelajaran bahasa Indonesia
katagori baik..
2. Pembelajaran
kooperatif
dahulu
perangkat
dalam
Diakhir penelitian tindakan kelas ini
pembelajaran yang di sarankan kepada: 1)
Siswa agar lebih kreatif dalam proses
merencanakan
pembelajaran
pembelajaran,
meningkatkan nilai belajar siswa.
menentukan strategi pembelajaran
sehingga
pembelajaran
akurat.
mengajar di sekolah tindakan
siklus
kooperatif
dalam
I
3) Sekolah sebagai pola pemberdayaan
pertemuan 1 aspek afektif dengan
guru dalam menerapan model-model
nilai
pembelajaran kooperatif.
rata-rata
pada
dapat
2) Guru sebagai pola penerapan model
dan teknik penilaian yang lebih
3. Hasil
menunjukkan
hasil penelitian dapat di jadikan suatu pola
pelaksanaannya lebih efektif jika terlebih
sudah
Saran
sehingga mencapai nilai 83,92% memperoleh nilai katagori Baik.
aspek
psikomotor mencapai 84,00 nilai tersebut
listrik statis dan dinamis
83,82
kognetif mencapai 83,94 dan aspek
dalam meningkatkan nilai siswa
materi
indikator
59,74%
aspek
kognetif dengan rata-rata 59,76 dan
4) Dinas
pendidikan
agar
dapat
aspek psikomotor dengan rata-rata
memberikan perhatian kepada guru
59,76
dalam
aspek
afektif
59,70.
Sedangkan pada pertemuan ke 2 nilai
rata-rata
afektif
pembelajaran
menguasai
desain kooperatif.
mencapai
59,74%.
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 100
Ulfa Aini, Penerapan Model Team… Daftar Pustaka Arikunto Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara. Dirjen Dikti, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Dirjen Dikti, 2007. Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama Buku Siswa Kelas X. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta Denim. S. 2010. Menjadi Peneliti Kualitatif . bandung: Pustaka Setia. Depdiknas. 2009. Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Cemerlang: Jakarta. Isnaini, Syafi’ah. 2010. Fisika Terpadu Kelas X. Klaten: PT Intan Pariwara Kemmis, S. and McTaggart, R. 2008. The Action Research Reader. Victoria: Deakin University Press. Mulyasa, E. 2008. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda Karya. Nata Abuddin, 2009, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana prenada Media Group Purwanto, Ngalim. M. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 1. Januari – Juni 2015 | 101