Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
ISSN 2087-9016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO PARTISIPASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SMA NEGERI 7 DENPASAR Made Manik Sugiarta, Dewa Ayu Sri Ratnani Program Studi Pendidikan BiologiFKIP Unmas Denpasar
ABSTRAK Proses Pembelajaran Biologi kurang efektif jika menggunakan model pembelajaran konvensional. Biologi yang sebagian besar materinya hafalan susah dipelajari jika guru menggunakan sistem ceramah. Salah satu model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri diintegrasikan dengan aspek teknologi video partisipasi. Rumusan masalah adalah apakah ada perbedaan penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media video partisipasi terhadap keterampilan proses sains siswa kelas X SMA 7 Denpasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perbedaan KPS siswa kelas X SMA 7 Denpasar yang dibelajarkan melalui model pembelajaran inkuiri terhadap siswa dengan model pembelajaran konvensional dengan media video partisipasi. Desain penelitian menggunakan Quasi Experimental Design dengan rancangan Posttest Only Control Design. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Denpasar. Sampel dalam penelitian ini siswa kelas X MIA2 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X MIA4 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan rubrik KPS. Data KPS dianalis secara kuantitatif menggunakan Uji Mann-Whitney U Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dengan video partisipasi terhadap KPS dengan hasil uji Mann-Whitney U Test (p=0.000) menyatakan ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media pembelajaran video partisipasi yang dibelajarkan kepada siswa kelas X SMAN 7 Denpasar akan berbeda. KataKunci: Keterampilan Proses Sains, Inkuiri, dan Video Partisipasi
ABSTRACT The Biology learning tends to be boring if it is taught with conventional method. One of the learning model to solve this problem is inquiry learning model. Inquiry learning model is integrated with technology aspect that is participation video. The purpose of this research to measure the difference of KPS of student of SMAN 7 Denpasar which is learned by inquiry learning model to the student which is learned by conventional learning model with participation learning model. The design of research is using Quasi Of Experimental Design with Postest Only Control Design Draft. This research was held at SMAN 7 Denpasar. The samples of this research are the 10th grade MIA 2 as experiment class, but student of 10th grade MIA4 as class control. Technique of data collection used KPS rubric. The result of research showed the application of inquiry learning model with the participation video to KPS with result Mann-Whitney U Test (p=0.000) mentioned there is significant difference between experiment class and control class. So application of inquiry learning model with participation video learning which is learned to the student 10 grade SMAN 7 Denpasar KPS will be different. Keyword: Skill Science Process, Inquiry and Participation Video
12
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
ISSN 2087-9016
yang luas meliputi sosiologi dan psikologi
PENDAHULUAN Pembelajaran adalah proses interaksi
makhluk hidup dan alam semesta sehingga
yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam
dalam
mempelajarinya
membutuhkan
maupun di luar kelas dengan menggunakan
kemampuan berpikir logis, analitis, kritis, dan
berbagai sumber belajar sebagai kajian. Di
kombinatorial (Rustaman, 2003).
dalam melaksanakan proses pembelajaran
Pembelajaran biologi idealnya berpusat
maka diperlukan partisipasi berbagai pihak
pada siswa (student centered) hal ini mengacu
karena keberhasilan suatu proses pendidikan
pada pandangan konstruktivisme bahwa siswa
tidak hanya bergantung pada pendidik maupun
sebagai subjek belajar memiliki potensi untuk
peserta didik, tetapi juga dipengaruhi factor
berkembang
sesuai
luar yaitu lingkungan sekitar, keluarga dan
dimilikinya.
Berdasarkan
masyarakat (UU RI No.20 tahun 2003). Oleh
Permendiknas No.22 tahun 2006, bahwa
sebsb itu diperlukan pembaharuan atau inovasi
kelompok
dalam
untuk
dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi
proses
dasar ilmu pengetahuan serta membudayakan
pembelajaran untuk meningkatkan motivasi
berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan
dan hasil belajar siswa, dan diharapkan dapat
mandiri secara terpadu. Pembelajaran biologi
mencetak lulusan yang mempunyai daya saing
atau sains di sekolah (SMA) berkaitan dengan
tinggi untuk menghadapi persaingan dan
cara mencari tahu (inkuiri) tentang alam
tantangan di dunia kerja.Pembelajaran biologi
secara sistematis bukan sebagai penguasaan
sebagai sains menurut Carin (1993), meliputi
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta,
3 aspek yaitu produk, proses, dan sikap.
konsep-konsep
Biologi sebagai produk (content) berarti dalam
(BNSP, 2006).
proses
meningkatkan
pembelajaran inovasi
dalam
biologi terdapat fakta, hukum, prinsip dan
mata
kemampuan
pelajaran
atau
standar
biologi
prinsip-prinsip
yang isi
yang
saja
Biologi merupakan mata pelajaran yang
teori-teori yang sudah diterima kebenarannya.
kurang
Sebagai proses artinya biologi merupakan
pembelajarannya
suatu proses atau model untuk mendapatkan
pembelajaran konvensional. Biologi yang
pengetahuan, dan sebagai sikap artinya dalam
sebagian besar materinya berupa hafalan, akan
biologi
terkandung
sangat
ilmiah.
Bila
pengembangan
ditinjau
dari
sikap
karakteristik
efektif
susah
jika
dalam
proses
menggunakan
model
dipelajari
dan
cenderung
membosankan jika guru hanya menggunakan
keilmuannya memiliki lingkup materi kajian
system ceramah. 12
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
ISSN 2087-9016
Hasil observasi yang dilakukan di kelas
mengatasi permasalahan yang ada dan mampu
X bersama guru pamong menunjukkan bahwa
menciptakan suasana belajar yang aktif dan
pembelajaran biologi belum berpusat pada
tidak
siswa sehingga aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran inkuiri
membosankan
adalah
model
pembelajaran masih kurang, Siswa hanya
Berdasarkan kesenjangan yang ada saat
diberikan produk sains secara pasif dan tidak
ini, untuk menjawab masalah pembelajaran
berproses sains secara aktif. Dari 37 siswa,
maka perlu diadakan penelitian penerapan
70% tampak pada kegiatan siswa di dalam
model pembelajaran inkuiri dengan media
kelas yang kurang memperhatikan, dan tidak
pembelajaran
mempunyai motivasi untuk belajar karena
keterampilan proses sains.Berdasarkan uraian
kurangnya inovasi dalam proses pembelajaran
latar belakang masalah dapat dibuat rumusan
dan hanya menjadikan siswa sebagai objek
masalah apakah ada perbedaan penerapan
pembelajaran
model pembelajaran inkuiri dengan media
siswa
tanpa
dalam
melibatkan
proses
langsung
pembelajaran
yang
video
pembelajaran
video
partisipasi
terhadap
partisipasi
terhadap
nantinya akan berdampak pada hasil belajar
keterampilan proses sains siswa kelas X di
siswa yang rendah.
SMA Negeri 7 Denpasar.Sedangkan tujuan
Upaya
dalam
penelitian adalah untuk mengukur perbedaan
merupakan
keterampilan proses sains siswa SMA Negeri
tanggungjawab semua pihak, salah satunya
7 Denpasar yang dibelajarkan melalui model
adalah
bertanggungjawab
pembelajaran inkuiri terhadap siswa yang
melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah
dibelajarkan melalui model pembelajaran
dalam
konvensional dengan media video partisipasi.
proses
melakukan
perbaikan
pembelajaran
guru.
arti
Guru
memberikan
bimbingan
dan
pengajaran kepada siswa (Oemar Hamalik,
TINJAUAN PUSTAKA
1991). Pembelajaran inkuiri diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan
proses
Model
sains,
pembelajaran
inkuiri
adalah
sebuah strategi yang langsung terpusat pada
dimana motivasi belajar siswa berpengaruh
peserta
terhadap hasil belajar siswa sehingga inovasi-
kelompok siswa tersebut akan dibawa dalam
inovasi
dalam
ditingkatkan
demi
didik
yang
nantinya
kelompok-
pembelajaran
dapat
persoalan maupun mencari jawaban atas
suksesnya
suatu
pertanyaan
sesuai
jelas.
struktur
Sehingga
dan
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
prosedur
yang dapat diterapkan oleh guru untuk
pembelajaran ini bisa melatih para siswa untuk 13
yang
dengan
model
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
belajar
mulai
menemukan
dari
menyelidiki
masalah
hingga
dan
ISSN 2087-9016
pengalamannya sendiri.
menarik
Model
pembelajaran
kesimpulan, adapun model ini menjadikan
merupakan
siswa akan lebih banyak belajar mandiri untuk
berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir
memecahkan
ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
permasalahan
yang
telah
diberikan oleh pengajar. Menurut
strategi
inkuiri
pembelajaran
yang
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar
Gulo(2002),
pembelajaran
secara mandiri, mengembangkan kreativitas
inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar
dalam memecahkan masalah. Siswa benar-
yang melibatkan secara maksimal seluruh
benar ditempatkan sebagai subjek dalam
kemampuan
pembelajaran.
siswa
untuk
mencari
dan
Peranan
guru
dalam
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
pembelajaran dengan model inkuiri adalah
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas
sendiri penemuannya dengan penuh percaya
guru adalah memilih masalah yang perlu
diri. Model pembelajaran inkuiri adalah salah
disampaikan kepada siswa untuk dipecahkan.
satu model pembelajaran
Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan
beratkan
proses
keterlibatan
siswa
yang menitik-
pembelajaran secara
pada
langsung
sumber belajar bagi siswa dalam rangka
dan
memecahkan masalah (Sagala, 2007).
maksimal. Trianto (2007), mengatakan bahwa teori
belajar
yang
Herbrank
(2004),
inkuiri
model
merupakan seni mengajukan pertanyaaan sains
pembelajaran inkuiri adalah teori belajar
tentang fenomena alam dan menemukan
konstruktivisme.
konstruktivisme
jawaban atas pertanyaaan tersebut. Inkuiri
menyatakan bahwa siswa harus menemukan
merupakan suatu proses yang dimulai dengan
sendiri dan ,mentransformasikan informasi
mengajukan
kompleks, mengecek informasi baru dengan
hipotesis, merancang penyelidikan, melakukan
aturan-aturan lamayang merevisinya apabila
penyelidikan,
aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.Artinya,
menginterpretasikan
belajar
kesimpulan.
bukan
melandasi
Menurut
Teori
hanya
sekedar
proses
pemindahan informasi dari guru kepada murid,
melainkan
menitikberatkan
mengalami
perubahan
membuat
menganalisis data
serta
dan membuat
Menurut Wena(2012), terdapat empat
pada
langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran
pengalaman langsung oleh siswa sehingga siswa
permasalahan,
yang
berdasarkan 14
menggunakan
pembelajaran
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
inkuiri.Langkah-langkah
tersebut
adalaha
ISSN 2087-9016
hipotesis;
7)merencanakan
percobaan;
8)
sebagai berikut:
menggunakan alat dan bahan; 9)menerapkan
1)Investigasi 2)Penentuan masalah 3)Identifikasi 4)Penyimpulan
konsep; 10)berkomunikasi. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design
Keterampilan Proses Sains
dan
digunakan
Keterampilan merupakan kemampuan
rancangan
adalah
penelitian
Posttest-Only
yang
Control
Design(Sugiyono, 2013).
menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri
suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.
7 Denpasar bulan April-Juni 2014. Populasi
Proses
didefinisikan
keterampilan
kompleks
sebagai
perangkat
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
yang
digunakan
X, sedangkan sampel penelitian diambil menggunakan teknik probability sampling
ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah.
dengan
Menurut Rustaman (2003), keterampilan
tipe
Simple
Random
proses adalah keterampilan yang melibatkan
Sampling.Variabel penelitian
keterampilan-keterampilan kognitif, manual,
variabel bebas yaitu model pembelajaran
dan sosial. Keterampilan proses sains adalah
inkuiri,
kemampuan kompleks yang biasa digunakan
keterampilan proses sains.
oleh
para
ilmuwan
dalam
variabel
terdiri dari
terikatnya
adalah
Instrumen pengumpulan data penelitian
melakukan
penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian
merupakan
alat
yang
digunakan
untuk
proses pembelajaran. Menurut Dahar (1996),
merekam baik secara kuantitatif maupun
keterampilan proses sains adalah kemampuan
kualitatif suatu keadaan dan aktivitas atribut
siswa untuk menerapkan model ilmiah dalam
psikologis dan subjek ataupun objek penelitian
memahami, mengembangkan dan menemukan
(Sugiyono,2013). Data yang diperoleh berupa
ilmu pengetahuan.
data kuantitatif rubrik terhadap keterampilan proses sains, rubrik diisi oleh observer dengan
Menurut Dimyati & Mudjiono(2009), keterampilan proses sains terdiri dari sejumlah
memberikan penilaian
keterampilan
aspek yaitu;1)mengamati; 2)menggolongkan;
seperti:1)mengamati;
2)klasifikasi; 3)menafsirkan; 4)meramalkan;
3)meramalkan;
5)mengajukan
pertanyaan;
pertanyaan;
6)merumuskan 15
berdasarkan sepuluh
4)hipotesis; 6)merencanakan
5)mengajukan percobaan;
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
ISSN 2087-9016
7)menggunakan alat dan bahan; 8)menerapkan
sehingga perlu dibimbing; 2)membuat media
konsep; 9)komunikasi; 10)presentasi.
pembelajaran tentang morfologi dansistem
Data keterampilan proses sains secara
pencernaan hewan vertebrata menggunakan
kualitatif dianalisis menggunakan frekuensi
alat dan bahan yang telah di bawa dari rumah,
berdasarkan interval. Adapun rumus interval
pada saat pembuatan media masih banyak
adalah:
kelompok
i = skor maximum – skor minimum kelompok
menggunakan alat dan bahan; 3)membuat
kelompok sudah membuat
cara
video sesuai
dengan story board; 4)merekam tahapdemi
kuantitatif menggunakan uji Mann-Whitney U
tahap sesuai dengan story board, tetapi masih
Test.Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
ada beberapa anggota kelompok yang tidak
adanya perbedaan keterampilan proses sains
aktif
siswa antara sebelum dan sesudah model
saat
pembuatan
berlangsung;5)melakukan
pembelajaran inkuiri dengan media video
media
pengeditan
pada
video partisipasi, masih ada kelompok yang
partisipasi diterapkan.
belum paham cara mengedit dengan baik;
HASIL PENELITIAN Penilaian
6)masing-masing
terhadap
kelompok
mempresentasikan hasil dari video partisipasi
perbedaan jumlah skor dari ke sepuluh aspek
tersebut di depan kelas, pada saat presentasi
KPS siswa kelas eksperimen dengan siswa
berlangsung masih ada beberapa orang siswa
kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh
yang kurang fokus.
rata-rata jumlah skor KPS siswa lebih tinggi
Berdasarkan analisis yang dilakukan,
yaitu 50,47 dibandingkan kelas kontrol yaitu
diperoleh jumlah skor KPS siswa dan jumlah
20.25.
skor setiap aspek KPS siswa kelas eksperimen
Pembuatan video partisipasi dilakukan berikut:1)masing-masing
lebih tinggi pada aspek KPS kelompok yaitu
kelompok
Me
ditugaskan untuk membuat story board(papan cerita
mengerti
yang telah dikerjakan, dalam hal ini semua
data ordinal dianalisis secara kualitatif dan
seperti
belum
video partisipasi sesuai dengan story board
Data keterampilan proses sains berupa
Berdasarkan
yang
tentang
morfologi
dan
ngamati(MI,
Hipotesis(HI)
sistem
dengan
Menggolongkan(MG), nilai
148.
Yang
mengakibatkan nilai tertinggi KPS kelompok
pencernaan dari hewan vertebrata), pada saat
adalah adalah pada aspek mengamati siswa
pembuatannya banyak siswa yang masih
baru pada tahap mengamati materi, pada aspek
belum paham apa yang harus dikerjakan 16
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
ISSN 2087-9016
menggolongkan siswa sudah mengerti yang
selanjutnya. Untuk KPS individu kelas kontrol
mana hewan yang termasuk pada kelas-kelas
skor
pada vertebrata dan hipotesis siswa membuat
menerapkan konsep (MK) dengan skor 92,
rumusan masalah berupa pertanyaan dan
penerapan
hipotesis mencari sendiri jawaban berdasarkan
pamong lebih dimengerti oleh siswa. Untuk
rumusan masalah yang dikerjakan. Untuk
aspek KPS inividu yang mendapatkan nilai
aspek KPS kelompok kelas eksperimen skor
terrendah adalah komunikasi (K) dengan nilai
terendah adalah mengajukan pertanyaan(MP)
88.5 karena kurangnya komunikasi antar siswa
dengan skor 126, dimana siswa masih ragu-
satudengan siswa lainnya. Begitu pula dilihat
ragu dalam mengajukan pertanyaan yang
berdasarkan distribusi frekuensinya, dimana
belum dimengerti. Sedangkan untuk aspek
kelas eksperimenn terdapat 14% berada pada
KPS
yang
kategori baik dan 86% berada pada katagori
adalah
sangat baik, sedangkan pada kelas kontrol
Menggunakan Alat dan Bahan(MAB) dengan
terdapat 62% berada pada kategori baik dan
skor 125 dikarenakan siswa pada proses
38% berada pada kategori sangat baik. Hal
pembuatan media siswa lebih terampil dalam
tersebut karena kelas eksperimen memiliki
menggunakan alat dan bahan. Untuk aspek
KPS lebih baik dengan diterapkannya model
KPS
pembelajaran inkuiri dimana siswa dapat
individu
mendapatkan
skor
individu
mendapatkan
kelas
kelas nilai
eksperimen tertinggi
eksperimen terendah
yang adalah
tertinggi
belajar
diperoleh
konsep
mulai
yang
didapat
diberikan
menyelidiki,
guru
menemukan
Menerapkan konsep(MK) dikarenakan masih
masalah,
kurang sempurnnya penerapan konsep dalam
menarik kesimpulan. Hal tersebut sesuai
diri
dengan yang didapatkan perbedaan KPS siswa
siswa
tersebut.
Dibandingkan
kelas
memecahkan
pada
juga
mendapatkan
adalah
pembelajaran
yang
Mengamati(MI) dengan skor 124 dikarenakan
menggunakan
media
siswa hanya baru pada tahap mengamati
menarik yaitu video partisipasi . Video
materi. Untuk aspek KPS kelompok yang
partisipasi membantu siswa untuk membuat
mendapatkan
adalah
suasana pembelajaran yang menarik, atraktif
merencanakan percobaan(MB) dengan skor 97
dan partisipatif. Dalam pembuatannya tidak
karena masih belum pahamnya siswa untuk
mengutamakan
menentukan
melainkan
skor
tertinggi
terendah
langkah-langkah
kerja 17
oleh
hingga
control untuk aspek KPS kelompok yang nilai
dipengaruhi
masalah
hasil
lebih
proses
kegiatan
menarik
dengan
pembelajaran
video
yang
mengutamakan
yang
bagus proses,
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
ISSN 2087-9016
kebersamaan dan pemberdayaan dari anggota
terhadap keterampilan proses sains siswa
kelompok yang ikut dalam proyek pembuatan
berbeda.
video partisipasi tersebut (Lunch and Nick,
SIMPULAN
2006).
Berdasarkan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
pembahasan,
hasil
dapat
penelitian
disimpulkan
dan bahwa
dilakukan
oleh
afnidar(2012)
yang
penerapan model pembelajaran inkuiri dengan
menyatakan
hasil
penelitian
dapat
media pembelajaran video partisipasi berbeda
pembelajaran
sangat nyata (Z=6.186; p=0.000) terhadap
berbasis inkuiri terbimbing sangat baik untuk
keterampilan proses sains siswa SMA Negeri
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah
7 Denpasar.
mengimplikasikan
bahwa
ini
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan
strategi
pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
inkuiri
terbimbing dapat membantu siswa pada saat menyelesaikan
permasalahannya
BNSP. (2006). Permendiknas No.22 Tahun 2006, Pesan diposkan ke files.wordpress.com/2009/04/permendi knas-no-22-tahun-2006.pd, diakses tanggal 1 Pebruari 2015
dengan
terarah karena ada bimbingan dari guru. Setelah diuji dengan Mann Whitney U Test pada jumlah skor KPS siswa diperoleh
Carin. (1993). Hakikat IPA Biologi dan Pengajarannya. Pesan diposkan ke http:blogspot,com/2005/09/hakikatipa-biologi-dan-pengajarannya.html, diakses tanggal 1 Pebruari 2015
signifikansi(p=0.000), yang berarti terdapat perbedaan nyata antara kelas eksperimen dengan
kelas
control.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa jika penerapan model
Dimyati & Mujiono. (2009).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Rhineka Cipta
pembelajaran inkuiri dengan media video berpartisipasi dibelajarkan pada siswa kelas X
Gulo,W. (2002).Strategi Mengajar.Jakarta:Grasindo.
di SMA Negeri 7 Denpasar, maka akan terdapat perbedaan dalam keterampilan proses
Herbrank. (2004).Pembelajaran Berbasis Inkuiri.Jakarta:PT.Rhineka Cipta.
sains dari siswa. Berdasarkan
pembahasan
di
Belajar
atas
Lunch
menunjukkan bahwa secara teori maupun empiris penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media pembelajaran video partisipasi
and Nick. (2006).Insights Into Participatory Video. Diperoleh dari http:www.insightshare.org.diakses pada 20 Desember 2014
Rustaman.N.Y. (2005).Assesment Pendidikan IPA.Diunduh pada tanggal 4 Pebruari 18
Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 7, Nomor 1, Januari 2017
2015 dari http://file.upi.edu/direktori/sps/prodi pendidikan IPA/195012311979032NURYANI-RUSTAMAN/assesment pendidikan-IPA.pdf Sagala, Syaiful. (2007). Manajemen Strategi Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
ISSN 2087-9016
Kualitatif R&D).Bandung:Alfabeta.
dan
Trianto. (2007).Mendesain Pembelajaran Inovatif Jakarta: Kencana.
Model Progresif.
Wena.M. (2012).Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara.
Sugiyono. (2013). Model Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif,
19