perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEDIA REALITA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI GAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SIDANEGARA 04 CILACAP TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: SHEPTIANI BAYUN RIWANTI K7108222
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATA AAN KEAS SLIAN TU ULISAN
Saya yangg bertanda taangan di baawah ini Naama
: Shep ptiani Bayunn Riwanti
NIIM
: K710 08222
Jurrusan/Progrram Studi
: PGSD D/Ilmu Penndidikan
menyatakaan
bahwaa
skripsi
berjudul b
saya
“ “PENERAP PAN
MO ODEL
PEMBEL LAJARAN INKUIR RI DENGA AN MED DIA REAL LITA UN NTUK MENING GKATKAN N PENGU UASAAN MATERI GAYA P PADA SIISWA KELAS V SD NEG GERI SIDANEGARA A 04 CILA ACAP TA AHUN AJA ARAN 2011/20122” ini benarr-benar merupakan hasil karya sayya sendiri. S Selain itu, su umber informasi yang dikuutip dari penulis p laiin telah diisebutkan dalam tekss dan d pustakka. dicantumkkan dalam daftar
skripsi ini hasil p kemudian hari terbukti t ataau dapat dibuktikan d Apabila pada jiplakan, saya s bersediia menerimaa sanksi ataas perbuatann saya.
Suurakarta, Juuli 2012
Yaang membuuat pernyataan
Shheptiani Bayyun Riwantii
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEDIA REALITA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI GAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SIDANEGARA 04 CILACAP TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: SHEPTIANI BAYUN RIWANTI K7108222
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETU UJUAN
S Skripsi ini telah t disetujjui untuk dipertahanka d an di hadappan Tim Peenguji Skripsi Fakultas F Keeguruan daan Ilmu Peendidikan Universitas U Sebelas Maret M Surakarta..
Suraakarta, 25 Juni 2012
Pembim mbing I
P Pembimbin ng II,
D A. Dak Drs. kir, M.Pd
Drs. M. Ismail Sriyyanto, M.P Pd
NIP. 19491106 197603 1 001
NIP. 199580622 1998603 1 004 4
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESA AHAN
h Tim m Penguji Skripsi Fak kultas Skkripsi ini tellah dipertahhankan di hadapan Keguruan dan Ilmu Pendidikan P Universitass Sebelas Maret M Surakaarta dan diteerima menuhi salaah satu persyyaratan men ndapatkan gelar g Sarjanna Pendidikaan. untuk mem Hari
: Jumat
Tanggal
: 20 Juli 2012
Tim Penguuji Skripsi Nama Terrang
ngan Tanda Tan
Ketua
: Drs. Kartono, K M.P Pd
Sekretaris
: Drs. Chhumdari, M.Pd M
Anggota I
: Drs. A. A Dakir, M.Pd
Anggota II I : Drs. M. M Ismail Sriiyanto, M.P Pd
Disahkan oleh K daan Ilmu Penndidikan Fakultas Keguruan Universitaas Sebelas Maret M
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Sheptiani Bayun Riwanti. “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEDIA REALITA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI GAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SIDANEGARA 04 CILACAP TAHUN AJARAN 2011/2012”. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan materi gaya melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media realita pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 15 perempuan. Sumber data adalah guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dapat meningkatkan penguasaan materi Gaya pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap. Hal ini terbukti dengan meningkatnya penguasaan materi Gaya dari sebelum tindakan dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Pada saat pra tindakan nilai rata- rata sebesar 60,8, pada siklus I meningkat menjadi 66,8, dan pada siklus II meningkat menjadi 78,5. Sedangkan untuk presentase ketuntasan siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63, pada saat pratindakan siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa atau 39% dari jumlah keseluruhan 28 siswa. Pada siklus I presentase ketuntasan menunjukkan peningkatan sebesar 29% yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa atau 39% pada saat pratindakan, meningkat menjadi 19 siswa atau 68% pada saat siklus I dari jumlah keseluruhan 28 siswa. Pada siklus II presentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan sebesar 18%, yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa atau 68% pada saat siklus I, meningkat menjadi 24 siswa atau 86% pada saat siklus II dari jumlah keseluruhan 28 siswa. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dapat meningkatkan penguasaan materi Gaya pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap tahun ajaran 2011/2012. Kata kunci: model pembelajaran Inkuiri, media realita, penguasaan materi gaya
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Sheptiani Bayun Riwanti. “IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING MODEL WITH THE REALITY MEDIA TO ENCHANCE STUDENT’S MASTERY OF THE MATERIAL GAYA ON THE 5TH GRADE AT CILACAP 04 SIDANEGARA ELEMENTARY SCHOOL ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi, Faculty of Education and Teacher Learning Sebelas Maret University of Surakarta. July 2012. The purpose of this research is to enchance the mastery of the material Gaya in science learning in fifth grade students of Cilacap 04 Sidanegara elementary school through the implementation of an inquiry learning model with the reality media. This research is a classroom action research (PTK). The research was conducted in two cycles, with each cycle consisting of planning, implementation measures, observation, and reflection. The research subjects were Cilacap 04 Sidanegara elementary school students in 5th grade totaling 28 students consisted of 13 man and 15 woman. The data source are teachers and students. Data collection techniques are observation, interview, test, and documentation. The data validity are triangulation techniques and triangulation methods. The data analysis using interactive analytical model that consists of three components that are related to each other, namely data reduction, data presentation, drawing conclusions, and verification data. The results of the research shows that implementation of inquiry learning model with the reality media type can enchance student’s mastery of the material Gaya on the 5th grade at Cilacap Sidanegara 04 elementary school academic year 2011/2012. It is proven by the increase of the student’s mastery of the material Gaya, before and after doing the implementation steps. Before the implementation step begins, the average value is 60,8, on the cycle I increased by 66,8, and on the II cycle increased by 78,5. Meanwhile, for the passing grade percentage of the students according to Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) is 63. In this case, before the implementation step begins, only 11 students (39%) were passing the grade. On the cycle I, the passing grade percentage is increasing by 29% there are; 19 students (68%) were passing the grade. For the cycle II the passing grade percentage is increasing by 18% there are; 24 students (86%) were passing the grade. The conclusions of this research is the implementation of an inquiry learning model with the reality media can enchance the mastery of the material Gaya in fifth grade students of Cilacap Sidanegara 04 elementary school academic year 2011/2012. Keywords:
an inquiry learning model, reality of media, mastery of the material Gaya.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Mulai dari yang mudah, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang # Kepuasan terletak pada urusan usaha bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan hakiki (Mahatma Gandhi) # Untuk mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu bermimpi. Jangan hanya berencana, tapi juga perlu untuk percaya. “to accomplish great things, we must not only act, but also dream. Not only plan, but also believe” #
“Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (QS Al Insyirah: 6-7) #
”Anda dilahirkan bukan untuk melakukan semuanya, Anda dilahirkan untuk melakukan sesuatu”. “Kemenangan bukanlah segala-galanya, tetapi perjuangan untuk menang adalah segala-galanya”. (Vince Lombardi) #
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk :
Keluarga besarku Yang selalu memberikan doa, dorongan, nasehat, menjadi tempatku bersandar dan selalu menghiburku dalam menjalani hidup sehingga membuatku lebih kuat dan tegar. Sahabat-sahabatku Terima kasih atas semangat dan dorongan kalian selama ini. Keluarga besar SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap Terima kasih atas bimbingan dan kerjasamanya selama mengadakan penelitian ini.
Almamaterku PGSD FKIP UNS Surakarta Tempatku belajar mengenai pengalaman, pengetahuan dan kedewasaan
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEDIA REALITA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI GAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SIDANEGARA 04 CILACAP TAHUN AJARAN 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Drs. A. Dakir, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs. M. Ismail Sriyanto, M. Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Marsana, S. Pd selaku kepala SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap yang telah memberikan ijin penelitian. commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Baapak/Ibu Guru G SD Negeri N Sid danegara 04 0 Cilacapp yang baanyak m memberikan n bantuan daan dorongan n. 9. Baapakku Aguus Riwantoo dan ibu uku Darminni terima kkasih atas doa, p pengalaman hidup dan pengorbana p an yang tuluus selama inni. 10. Adikku A Arddilas Dwi Darmawan terimakasih atas semanngat dan do oanya seelama ini. nang. 11. Sahabat sejaatiku yang menemani dan mendukuung saat sussah dan sen D terima kaasih atas kebbersamaannnya selama ini. 12. Teman-temaan S1- PGSD S pihakk yang turuut membanttu dalam penyusunan skripsi ini yang 13. Semua tiidak mungkkin disebutkkan satu perssatu.
wa skripsi in ni masih jauuh dari sem mpurna, untu uk itu Penulis menyyadari bahw p sangat diharrapkan. Sem moga kritik dann saran yanng membanngun dari pembaca skripsi inii bermanfaaat bagi perkkembangan ilmu penggetahuan daan dapat meenjadi bahan baccaan yang menarik m dan mudah dipaahami.
Suurakarta,
Juli 2012 2
Penuliis
Sheeptiani Bayuun Riwanti
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO.....................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
ix
KATA PENGANTAR....................................................................................
x
DAFTAR ISI....................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
xv
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................
1
B. Rumusan Masalah..................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................
7
A. Kajian Pustaka........................................................................................
7
1. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Realita...........
7
a. Pengertian Model.......................................................................
7
b. Pengertian Model Pembelajaran................................................
7
c. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri....................................
8
d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri......................
10
e. Macam-macam Model Pembelajaran Inkuiri............................
11
f. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri.................................... commit to user g. Hakikat Media Realita...............................................................
14
xii
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Pengertian Media................................................................
16
2) Manfaat Media Pembelajaran.............................................
17
3) Klasifikasi dan Jenis-jenis Media Pembelajaran.................
19
4) Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran.............................
21
5) Pengertian Media Realita....................................................
22
6) Penggunaan Media Realita..................................................
22
7) Kelebihan dan Kelemahan Media Realita...........................
24
2. Penguasaan Materi Gaya.................................................................
24
B. Penelitian yang Relevan........................................................................
29
C. Kerangka Berpikir.................................................................................
30
D. Hipotesis Tindakan................................................................................
33
BAB III METODE PENELITIAN................................................................
34
A. Setting dan Jadwal Penelitian................................................................
34
1. Setting Penelitian.............................................................................
34
2. Jadwal Penelitian.............................................................................
34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian...............................................................
34
C. Subjek Penelitian...................................................................................
35
D. Sumber Data..........................................................................................
35
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................................
36
F. Validitas Data........................................................................................
37
G. Teknik Analisis Data.............................................................................
38
H. Indikator Kinerja....................................................................................
40
I. Prosedur Penelitian................................................................................
41
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN................................. A. Deskripsi Pratindakan............................................................................
45
1. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................
45
2. Deskripsi Kondisi Awal..................................................................
46
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus................................................... commit user C. Perbandingan Hasil Tindakan TiaptoSiklus............................................
48
xiii
45
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Pembahasan...........................................................................................
83
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN.................................................
85
A. Simpulan................................................................................................
85
B. Implikasi................................................................................................
85
C. Saran......................................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
90
LAMPIRAN.....................................................................................................
92
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran....................................................
18
2.2
Alur Kerangka Berpikir.................................................................................
32
3.1
Siklus Penelitian............................................................................................. 35
3.2
Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif................................
3.3
Model PTK..................................................................................................... 41
4.1
Histogram Nilai Penguasaan Materi Siswa pada Kondisi Awal.................... 47
4.2
Histogram Penguasaan IPA Materi Gaya Siklus I Pertemuan 1.................... 54
4.3
Histogram Penguasaan IPA Materi Gaya Siklus I Pertemuan 2.................... 56
4.4
Histogram Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus I Pertemuan 1..... 57
4.5
Histogram Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus I Pertemuan 2..... 59
4.6
Histogram Nilai Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 1...........................
60
4.7
Histogram Nilai Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 2...........................
62
4.8
Histogram Penguasaan IPA Materi Gaya Siklus II Pertemuan 1.................... 69
4.9
Histogram Penguasaan IPA Materi Gaya Siklus II Pertemuan 2.................... 71
40
4.10 Histogram Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus II Pertemuan 1..... 72 4.11 Histogram Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus II Pertemuan 2..... 74 4.12 Histogram Nilai Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 1..........................
75
4.13 Histogram Nilai Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 2..........................
77
4.14 Histogram Peningkatan Nilai Rata-rata Kinerja Guru pada Siklus I dan II.... 80 4.15 Histogram Nilai Rata-rata Penguasaan Materi Gaya pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II...................................................................................... 81 4.16 Histogram Presentase Penguasaan Materi Gaya Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II............................................................................................... commit to user xv
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
Klasifikasi Media Pengajaran........................................................................
19
3.1
Jadwal Penelitian...........................................................................................
92
4.1
Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Gaya pada Kondisi Awal.............
46
4.2
Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Gaya Siklus I Pertemuan 1...........
54
4.3
Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Gaya Siklus I Pertemuan 2...........
55
4.4
Distribusi Frekuensi Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus I Pertemuan 1 57
4.5
Distribusi Frekuensi Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus I Pertemuan 2 58
4.6
Distribusi Frekuensi Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 1.. 60
4.7
Distribusi Frekuensi Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 2.. 61
4.8
Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Gaya Siklus II Pertemuan 1.........
69
4.9
Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Gaya Siklus II Pertemuan 2.........
70
4.10 Distribusi Frekuensi Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus II Pertemuan 1.................................................................................................
72
4.11 Distribusi Frekuensi Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus II Pertemuan 2..................................................................................................
73
4.12 Distribusi Frekuensi Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 1..................................................................................................
75
4.13 Distribusi Frekuensi Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 2..................................................................................................
76
4.14 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II........................................................................
79
4.15 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Penguasaan Materi Gaya pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II...................................................................................
80
4.16 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Penguasaan Materi Gaya pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II................................................................................... commit to user xvi
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Tabel Jadwal Penelitian..................................................................................
2
Hasil Wawancara dengan Guru Sebelum Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Realita.........................................................................
3
92
93
Hasil Wawancara Siswa Kelas V Sebelum Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Realita........................................................................
95
4
Kisi-kisi Soal Tes Awal.................................................................................
97
5
Silabus Pembelajaran.....................................................................................
105
6
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1............................
109
7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2............................
126
8
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1............................ 141
9
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2............................ 157
10 Nilai Kondisi Awal (Pra Tindakan)................................................................. 172 11 Rekap Daftar Nilai Penguasaan Materi Siklus I dan II..................................
173
12 Rekap Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter.............................................
174
13 Lembar Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus I.......................................
179
14 Lembar Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus II.....................................
180
15 Rekap Nilai Diskusi Kelompok....................................................................
184
16 Lembar Penilaian Diskusi Kelompok Siklus I...............................................
186
17 Lembar Penilaian Diskusi Kelompok Siklus II.............................................
190
18 Rekap Nilai Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru............................... 194 19 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I......................... 195 20 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II......................... 203 21 Daftar Presensi Siswa...................................................................................... 211 22 Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Realita......................................................................... 213 23 Hasil Wawancara Siswa Kelas V Setelah Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Realita........................................................................
215
24 Dokumentasi.................................................................................................. commit to user
217
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi siswa pada masa yang akan datang. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pendidikan itu sendiri masih banyak terlihat beberapa permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran di kelas yaitu salah satunya guru masih menggunakan model pembelajaran masih bersifat konvensional. Pembelajaran tersebut tidak menyentuh ranah dimensi siswa itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Proses pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran dimana menuntut siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, dan mandiri. Siswa melakukan pengamatan, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, dan melaporkan hasil percobaannya dengan bimbingan guru yang bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pembelajaran seperti ini seharusnya diterapkan pada semua mata pelajaran khususnya IPA. Iskandar (2001), IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwaperitiwa yang terjadi di alam (hlm 2). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Salah satu pokok bahasan IPA yang dipelajari di Sekolah Dasar adalah Gaya. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar banyak kegiatan yang berhubungan dengan gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya pada suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, benda berubah bentuk, dan berubah arah. Tujuan pembelajaran IPA materi Gaya adalah supaya siswa dapat mendeskripsikan macam-macam gaya. Apabila siswa tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran di atas, maka siswa tidak dapat memahami pentingnya manfaat gaya dalam kehidupan seharihari. Apabila masalah di atas tidak dilakukan tindakan lanjut, maka akan berpengaruh lebih jauh, yaitu penguasaan materi siswa menjadi kurang. Maka dalam rangka memenuhi ketercapaian tujuan diperlukan proses belajar mengajar alternatif dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda. Berdasarkan observasi yang dilakukan, permasalahan yang terjadi di kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap adalah rendahnya penguasaan materi gaya. Terbukti dari hasil observasi dan informasi guru serta daftar nilai kelas V SD Negeri Sidanegara 04 umumnya penguasaan materi gaya masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi kondisi awal sebelum dilaksanakannya tindakan pada KD (Kompetensi Dasar) gaya hanya 11 siswa dari 28 siswa kelas V atau sekitar 39,29% siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi sama atau diatas KKM. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk KD gaya adalah 63. Banyak faktor yang mempengarui rendahnya penguasaan KD gaya siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 antara lain metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam mengajar IPA materi gaya kurang inovatif, kurangnya sumber belajar yang relevan dalam pembelajaran IPA, guru tidak menggunakan media pembelajaran saat pembelajaran IPA materi gaya, kurangnya sarana dan prasarana dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Sidanegara 04. Proses pembelajaran masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Guru juga jarang menggunakan media atau alat peraga serta tidak melibatkan siswa dalam proses percobaan. Hal ini menyebabkan penguasaan materi siswa menjadi rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 Munculnya masalah dalam pembelajaran IPA, menuntut guru untuk dapat memilih kegiatan pembelajaran yang tepat, agar siswa terhindar dari kebosanan dan tercipta kondisi belajar yang interaktif, efektif dan efisien. Pembelajaran dapat terlaksana dengan baik jika guru dapat merencanakan/ merancang pembelajaran dengan sistematis dan cermat. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model dan pemilihan media pembelajaran yang sesuai agar dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Guru sebagai pendidik harus bijaksana dalam memahami karakteristik materi, siswa dan metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan dengan pemilihan model-model pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran IPA yang diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD sebagai sarana penelitian adalah model pembelajaran inkuiri. Penggunaan model Inkuiri juga harus disertai penggunaan media yang sesuai. Indrawati (1999: 9) dalam Trianto (2007) menyatakan bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi (hlm 134). Salah satu model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri. Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang terpusat pada siswa dimana guru memimpin dalam proses pembelajaran inkuiri. Dalam proses pembelajaran melalui pendekatan inkuiri, siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya, biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Hamdani (2011) menyatakan sasaran utama model belajar inkuiri adalah mengembangkan penguasaan pengetahuan yang merupakan hasil dari pengolahan data atau informasi (hlm 182). Inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan commit to user dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi Selain itu dalam pembelajaran juga perlu memperhatikan media yang digunakan karena fungsinya sangat strategis dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Anitah (2009), media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hlm 5). Dengan pengertian itu, maka guru, buku ajar, serta lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Di dalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini mungkin didapatkan dari bukubuku, rekaman, internet, film, mikrofilm, dan sebagainya. Semua itu adalah media pembelajaran karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar. Pembelajaran akan menarik dan mudah dipahami oleh siswa bila guru dapat merancang media secara cermat dan dapat menggunakan sesuai dengan fungsinya. Namun, pembelajaran menjadi kurang menarik bila guru tidak memahami kebutuhan dari siswa tersebut, baik dalam karakteristik maupun dalam pengembangan ilmu. Dalam pembelajaran sebaiknya menggunakan media yang nyata (realita) sehingga siswa akan lebih menguasai tentang materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Wibawa dan Mukti (2001), realita adalah bendabenda nyata seperti apa adanya atau aslinya, tanpa perubahan (hlm 81). Dengan memanfaatkan media realita dalam proses belajar, siswa akan lebih aktif dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa dan penguasaan materi suatu pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 Mata pelajaran IPA merupakan salah satu yang harus dikuasai oleh siswa di SD. Pelajaran ini bukan hanya untuk dihafal namun harus benar-benar dipahami dan dikuasai. Berdasar latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Media Realita Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Gaya Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media realita dapat meningkatkan penguasaan materi gaya pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap tahun ajaran 2011/2012 ?”
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan materi gaya melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media realita pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan mutu pendidikan melalui proses belajar mengajar secara tepatguna di sekolah untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya yang berhubungan dengan hal yang sama. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan penguasaan materi gaya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 2) Memudahkan siswa untuk menyerap materi pelajaran IPA khususnya pada materi gaya yang diberikan oleh guru. 3) Siswa dapat lebih menguasai tentang macam-macam gaya, manfaat, dan kerugian yang dapat ditimbulkan dari sebuah gaya. 4) Membuat siswa semangat dalam mengikuti peroses pembelajaran, sehingga
dapat
membantu
siswa
dalam
memperluas
ilmu
pengetahuannya.
b. Bagi Guru 1) Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri. 2) Sebagai pertimbangan guru dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam memberikan materi pelajaran IPA. 3) Dapat menambah wawasan guru tentang pembelajaran IPA, terutama yang berhubungan dengan materi Gaya.
c. Bagi Sekolah 1) Meningkatnya kualitas pembelajaran pokok bahasan gaya baik proses maupun hasil dalam pelajaran IPA (Ilmu pengetahuan Alam) 2) Menumbuhkan budaya meneliti di SD Negeri Sidanegara 04 yang dilakukan oleh siapapun. 3) Meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran IPA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri dengan Media Realita a.
Pengertian Model Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W. J., 1985: 2) dalam Trianto ( 2009: 21). Menurut Anitah (2009), model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (hlm 45). Sebagai contoh, model pesawat terbang, yang terbuat dari kayu, plastik, dan lem adalah model nyata dari pesawat terbang. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu rancangan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk pada pengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapanya, model pembelajaran harus diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa, karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda. Model pembelajaran sesuai dengan simpulan Joyce (1992 : 4) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain commit(Trianto, to user 2011: 22). 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 Menurut Suprijono (2009), model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat di artikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (hlm 46). Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Pada model ini, pembelajaran dimulai
dengan
menyajikan
permasalahan
nyata
yang
penyelesaiannya
membutuhkan kerjasama di antara siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi menjadi tahap-tahap kegiatan. Tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik di antara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang ada diseleksi kemudian dipilih model pembelajaran yang paling baik untuk digunakan mengajarkan suatu materi tertentu. Dari berbagai pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan oleh guru atau pendidik untuk merencanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
c. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan setiap pokok bahasan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya: siswa, tujuan yang akan dicapai, situasi pembelajaran, fasilitas yang tersedia dan guru. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran inkuiri. Yudi (2008) yang mengutip Joice and Weil dalam repository.upi.edu commit to user mengemukakan bahwa model pembelajaran berbasis inkuiri suatu proses melatih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 siswa untuk menginvestigasi dan menjelaskan fenomena yang tidak biasa (hlm 13). Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Menurut Iskandar (2001), inkuiri yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan. Dalam pelaksanaannya keterampilan guru bertanya berperan penting dalam membimbing murid-murid melakukan semua kegiatan yang dipandang perlu (hlm 71). Model pembelajaran inkuiri didefinisikan Piaget sebagai: “Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan
penemuan
yang
satu
dengan
penemuan
yang
lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.” Menurut Trianto (2007), sasaran utama model dalam model inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang dikemukakan dalam proses inkuiri (hlm 135). Selain itu, menurut Trianto (2007) untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut : (1) Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir; (2) Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan; (3) Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat; (4) Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh tindakan kelas; (5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan; (6) Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas; (7) Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa (hal 136) Jurnal Internasional yang ditulis oleh Eysink, Kolloffel, De Jong (2009) commit to user learn through exploration and menyatakan bahwa “In inquiry learning students
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 scientific reasoning. In an empirical comparison study, inquiry learning has been found to be among the most effective and efficient methods of active learning”(hlm 224). Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran inkuiri siswa ditanamkan dasar-dasar ilmiah, sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Dari berbagai pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran inkuiri adalah suatu model pembelajaran yang mengoptimalkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari ataupun menyelidiki secara kritis dan logis serta merumuskan sendiri penemuannya sehingga daya berpikir siswa akan lebih berkembang.
d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri Sanjaya (2010) mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran inkuiri sebagai berikut : 1) Kelebihan a) Strategi
pembelajaran
inkuiri
merupakan
pembelajaran
yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. b) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat user oleh siswa yang lemahcommit dalam to belajar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
2) Kelemahan a) Jika
menggunakan
strategi
pembelajaran inkuiri, maka sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru (hlm 208).
e. Macam-macam Model Pembelajaran Inkuiri Sund dan Trowridge (1973) yang diakses dalam repository.upi.edu tanggal 27 Januari 2012, mengemukakan mengenai macam-macam model pembelajaran inkuiri, yaitu: 1. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) 2. Inkuiri yang dimodifikasi (modified inquiry) 3. Inkuiri bebas (free inquiry) 4. Mengundang ke dalam inkuiri (invitation into inquiry) 5. Inkuiri pendekatan peranan (inquiry role approach) 6. Teka-teki bergambar (pictorial riddle) 7. Pembelajaran sinektik (synectics lesson) 8. Kejelasan nilai-nilai (value clarification)
Jenis-jenis inkuiri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Inkuiri terbimbing (guided inquiry) Pada jenis inkuiri ini, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru.
Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup to user luas kepada siswa. Dalam hal commit ini siswa tidak merumuskan masalah. Pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 umumnya model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri atas: (1) Pernyataan masalah; (2) prinsip-prinsip atau konsep-konsep yang ditemukan; (3) alat/bahan; (4) kelas semester; (5) diskusi pengarahan; (6) kegiatan penemuan oleh siswa; (7) proses berpikir kritis dan ilmiah; (8) pertanyaan yamg bersifat open ended; (9) catatan guru. 2.
Inkuiri yang dimodifikasi (modified inquiry) Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah dan
menyediakan alat/bahan yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perorangan atau kelompok. Kemudian siswa diundang untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah atas inisiatif dan caranya sendiri secara kelompok atau perorangan. Pada model ini, guru berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan bertugas memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa. Bantuannya bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. 3.
Inkuiri bebas (free inquiry) Proses pembelajaran inkuiri bebas, guru mengundang siswa untuk
melibatkan diri dalam kegiatan inkuiri bebas. Dalam hal ini, siswa dapat mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam masalah yang akan dipelajari. Free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang cara memecahkan suatu masalah dan telah memperoleh pengetahuan yang cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan modified inquiry. 4. Mengundang ke dalam inkuiri (invitation into inquiry) Jenis inkuiri ini melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah, cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para ilmuwan. Suatu undangan memberikan suatu masalah kepada siswa dan melalui pertanyaan yang telah direncanakan dengan teliti mengudang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan seperti merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan pengawasan, menetukan sebab-akibat, menginterpretasi data, commit to user membuat grafik, menentukan peran diskusi dan simpulan dalam merencanakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 penelitian, serta mengenal bagaimana kesalahan eksperimental agar dapat mengurangi atau memperkecil kesalahnnya. 5. Inkuiri pendekatan peranan (inquiry role approach) Inquiry role approach (IRA) merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota diberi tugas yang berbeda-beda seperti: koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses. Anggota tim menggambarkan peranan-peranan tersebut, bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan topik yang dipelajari. 6. Teka-teki bergambar (pictorial riddle) Pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. 7. Pembelajaran sinektik (synectics lesson) Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Misalnya science dan ilmu-ilmu sastra lebih lanjut dikatakan bahwa emosi, efektif, dan komponen-komponen irasional dan kreativitas pada mulanya lebih penting dibandingkan
dengan
pikiran-pikiran
rasional.
Pada
dasarnya
synectics
memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan
supaya
dapat
membuka
intelegensinya
dan
mengembangkan
kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu melepaskan ikatan struktur mental yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif. 8. Kejelasan nilai-nilai (value clarification) Perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang kelebihan-kelebihan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan self-concept siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 Dalam penelitian ini yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran inkuiri terbimbing digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini, guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara kelompok. Bimbingan yang diberikan kepada siswa dikurangi sedikit demi sedikit seiring bertambahnya pengalaman siswa dengan pembelajaran secara inkuiri.
f. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri Inkuiri adalah salah satu cara belajar yang bersifat mencari pemecahan suatu permasalahan dengan cara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan. Sesuai dengan simpulan Gulo yang menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalis data, dan membuat kesimpulan (Trianto, 2007: 137). Sudjana (2000) menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu : 1) Perumusan masalah untuk dipecahkan oleh siswa 2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis 3) Siswa mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis 4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi 5) Mengaplikasikan kesimpulan (hlm 155). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Jurnal Internasional yang ditulis oleh Rainer Zawadzki (2010) menyatakan bahwa “ Process-oriented guided-inquiry learning (POGIL). POGIL activities address this restructuring by implementing a three-stage learning cycle: exploration, concept invention or formation and application. This cycle follows the lessons from cognitive research that this sequence is more effective than other permutations of the three items, because it is the way we do research, underscoring the simple logic of the scientific method”. Menurut pendapat tersebut proses pembelajaran dengan inkuiri terbimbing terdiri dari eksplorasi, penemuan konsep, dan aplikasi. Pada pembelajaran ini yang digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pada jenis inkuiri ini, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Pada umumnya model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri atas: (1) Pernyataan masalah; (2) prinsip-prinsip atau konsep-konsep yang ditemukan; (3) alat/bahan; (4) kelas semester; (5) diskusi pengarahan; (6) kegiatan penemuan oleh siswa; (7) proses berpikir kritis dan ilmiah; (8) pertanyaan yamg bersifat open ended; (9) catatan guru. Selain itu dalam pembelajaran juga digunakan media pembelajaran yang sesuai yaitu media realita sehingga siswa akan lebih menguasai tentang materi pembelajaran karena dapat melakukan percobaan langsung dengan media tersebut. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pelaksanaan penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media realita, yaitu : 1) Apersepsi 2) Menyajikan masalah ataupun pertanyaan dari guru untuk dirumuskan pemecahannya oleh siswa yang berhubungan dengan gaya magnet, gaya gesek, dan gaya gravitasi. Contohnya : a) Gaya magnet : siswa dan guru saling tanya jawab mengenai gaya magnet, medan magnet, dan contoh kegunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari; siswa ditugasi mengidentifikasi benda-benda commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 yang bersifat magnetis dan tidak bersifat magnetis serta cara membuat magnet. b) Gaya gesek : guru menggali pengetahuan siswa mengenai pengertian gaya gesek; siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai cara memperkecil dan memperbesar gaya gesek; siswa ditugasi untuk mengidentifikasi manfaat dan kerugian dari gaya gesek. c) Gaya gravitasi : siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai gaya gravitasi; siswa ditugasi untuk menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah dan manfaat gaya gravitasi. 3) Siswa menetapkan hipotesis; 4) Melakukan percobaan dengan bimbingan guru menggunakan media realita yang sesuai dengan percobaan yang berhubungan dengan gaya magnet, gaya gesek, dan gaya gravitasi untuk memperoleh informasi. Contohnya : a) Gaya magnet (1) Pada percobaan membuktikan benda yang bersifat magnetis dan tidak bersifat magnetis, dilakukan dengan mendekatkan benda-benda seperti peniti, paku, karet gelang, pensil, uang logam, penghapus, kawat, batu secara bergantian pada magnet. Setelah diamati, benda yang dapat tertarik oleh magnet yaitu benda yang bersifat magnetis. (2) Pada percobaan cara membuat magnet. Dengan cara elektromagnetik: menggunakan batu baterai, kawat kumparan, paku (sedang atau besar), peniti atau paku kecil. Caranya dengan melilitkan kawat kumparan pada paku (lilitannya rapat) kemudian kedua ujung kawat ditempelkan pada kutub positif dan kutub negarif baterai. Mendekatkan ujung paku lilitan dengan peniti atau paku kecil. Dengan cara induksi : mendekatkan atau menempelkan magnet pada benda yang akan dijadikan magnet, contohnya paku. Kemudian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 benda magnetis yang menempel pada magnet tersebut dapat menarik benda magnetis lainnya, contohnya jarum atau paku payung. Dengan cara gosokan : menggosokkan magnet pada salah satu kutub magnet pada batang besi, paku, atau baja dengan kuat dan searah. Melakukan gosokkan tersebut secara berulang-ulang. Semakin lama menggosok maka semakin kuat sifat kemagnetannya. b) Gaya gesek Pada percobaan membandingkan gerakan benda pada berbagai jenis permukaan dilakukan dengan menggunakan balok, potongan kardus (sebagai papan luncur), pasir, kertas minyak, kain, ampelas, batu bata, uang logam. Langkahnya yaitu: (1) Dengan menyiapkan papan luncur (potongan kardus) yang salah satu ujungnya diganjal dengan 3 tumpukan batu bata. (2) Balok kayu diluncurkan pada papan luncur (tanpa menggunakan alas apapun). Kemudian diamati gerakan balok tersebut. (3) Melakukan percobaan sama seperti langkah di atas dengan melapisi papan luncur dengan pasir, kertas minyak, kain, dan ampelas secara bergantian. Dengan
melakukan
pengamatan
dapat
diketahui
pada
permukaan mana balok kayu dapat meluncur dengan gerakan cepat, lambat, atau tidak bergerak sama sekali. c) Gaya gravitasi Pada percobaan gaya gravitasi dipengaruhi oleh massa benda dilakukan dengan menggunakan batu, bulu ayam, kertas (yang sudah diremas-remas dan yang tidak diremas-remas). Pada percobaan I : menjatuhkan batu dan bulu ayam dari ketinggian dan waktu yang sama kemudian diamati mana yang jatuh ke tanah terlebih dahulu. Pada percobaan II : menjatuhkan kertas yang sudah diremas-remas dan yang tidak diremas-reams dari ketinggian dan waktu yang sama commit userke tanah terlebih dahulu. kemudian diamati mana yang to jatuh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Setelah melakukan pengamatan dapat diketahui bahwa gaya gravitasi dipengaruhi oleh massa benda. Benda yang mempunyai massa lebih berat akan jatuh terlebih dahulu ke tanah. 5) Siswa mengumpulkan dan menganalisis data dan fakta sesuai dengan percobaan yang dilakukan; 6) Penarikan kesimpulan; 7) Mengaplikasikan kesimpulan.
g. Hakikat Media Realita 1) Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Menurut Anitah (2009), media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hlm 129). Menurut Uno (2010), media adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke siswa yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran (hlm 113). Sedangkan menurut Daryanto (2011), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (hlm 4). Dengan demikian, media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan belajar (learning material) yang diterima siswa diperoleh melalui media. Pengaruh penggunaan media sangat penting agar tujuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 pembelajaran dapat tercapai. Dalam hal ini guru juga harus dapat memilih dengan tepat media yang sesuai dengan pembelajaran yang sedang berlangsung Dari pengertian di atas mengenai media, dapat disimpulkan bahwa pengertian media dalam pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan/menyalurkan informasi dari sumber kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Manfaat Media Pembelajaran Pada hakikatnya, proses pembelajaran adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan tersebut dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun nonverbal. Dalam pembelajaran, ada kalanya siswa berhasil dan ada kalanya siswa gagal. Kegagalan ini terjadi apabila siswa tidak mampu memahami apa yang didengar, dibaca, dilihat, maupun diamati. Kegagalan disebabkan oleh gangguan yang menjadi penghambat komunikasi. Semakin banyak verbalisme, semakin abstrak pemahaman yang diterima. Oleh sebab itu, diperlukan suatu alat/media untuk menghindarkan siswa dari verbalisme sehingga apa yang disampaikan guru dapat dimengerti oleh siswa. Menurut Daryanto (2011), media harus bermanfaat sebagai berikut : (a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis; (b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra; (c) Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara siswa dan sumber belajar; (d) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya; (e) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama; (f) proses pembelajaran mengandung lima proses komunikasi yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran (hlm 4). Secara khusus manfaat media pembelajaran seperti diungkapkan oleh Kemp dan Dayton dalam Suwarna dkk. (2006 : 128) adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. Proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Jumlah waktu belajar dapat dikurangi. Kualitas belajar dapat ditingkatkan. Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. commit to user Sikap positif siswa terhadap proses belajar mengajar dapat ditingkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 8) Peran guru dapat berubah ke arah positif. Indriana (2011), media berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar. Pengalaman belajar (learning experience) tergantung pada interaksi siswa dengan media. Media yang tepat dan sesuai dengan tujuan belajar akan mampu meningkatkan pengalaman belajar sehingga siswa bisa meningkatkan hasil belajar (hlm 47). Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung pada suatu sistem maka media pembelajaran menempati possisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Dengan demikian, fungsi media dalam proses pembelajaran dapat ditunjukkan melalui gambar 2.1 sebagai berikut :
GURU
MEDIA
PESAN
SISWA
METODE
Gambar 2.1. Fungsi media dalam proses pembelajaran
Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Fungsi media menurut Daryanto (2011) dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau; (2) Memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang benda atau halhal yang sukar diamati secara langsung; (3) Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung; (4) Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap; (5) Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau to user dengan jelas benda-benda yang berbahaya untuk didekati; commit (6) Mengamati
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 mudah rusak atau sukar diawetkan; (7) Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat dan sebaliknya; (8) Melihat bagianbagian yang tersembunyi dari suatu alat; (9) Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang atau lama; (10) Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu objek secara serempak; (11) Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masingmasing (hlm 9) 3) Klasifikasi dan Jenis-jenis Media Pembelajaran Banyak cara diungkapkan untuk mengidentifikasi serta mengklasifikasi media serta mengklasifikasikan karakteristik, kompleksitas, ataupun klasifikasi menurut kontrol pada pemakai. Namun, secara umum media bercirikan tiga unsur pokok, yaitu : suara, visual, dan gerak. Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang sederhana sampai media yang cukup rumit dan canggih. Untuk mempermudah mempelajari jenis, karakter, dan kemampuannya perlu dilakukan pengklasifikasian atau penggolongan. Salah satu bentuk klasifikasi Heinich, dkk (1996) yang mudah dipelajari adalah klasifikasi pada tabel 2.1 sebagai berikut (Hamzah B. Uno, 2010: 115) : KLASIFIKASI
JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan (non Realita, model, bahan grafis (graphical projected media)
material), display
Media yang diproyeksikan (projected media) Media Audio (Audio) Media Video (Video)
OHP, Slide, Opaque Audio kaset, audio vission, active audio vission Video
Media berbasis komputer (computer Computer Assisted Intruction (CIA) based media)
Computer Managed Intruction (CMI)
Multimedia kit
Perangkat Praktikum commit to user Tabel 2.1 Klasifikasi Media Pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Pengklasifikasian
yang
dilakukan
oleh
Heinich
pada
dasarnya
menggolongkan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan atau yang diproyeksikan, atau apakah media tertentu masuk dalam golongan media yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya. Menurut Anitah (2009), jenis-jenis media pembelajaran dibedakan menjadi : 1) Media Visual yang Tidak Diproyeksikan (a) Gambar mati atau gambar diam (still picture); (b) Ilustrasi; (c) Karikatur; (d) Poster; (e) Bagan; (f) Diagram; (g) Grafik; (h) Peta datar; (i) Realia dan model; dan (j) Berbagai jenis papan 2) Media Visual yang Diproyeksikan (a) OHP; (b) Slide; (c) Filmstrip; dan (d) Opaque Projector 3) Media Audio (a) Media Audio Tradisional (1) Audio kaset (2) Audio siaran (3) Telepon (b) Media Audio Digital (1) Media optik (2) Audio internet (3) Radio internet (hlm 128). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 4) Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Prinsip-prinsip pertimbangan
seorang
pemilihan guru
media
dalam
pembelajaran
memilih
dan
merujuk
pada
menggunakan
media
pembelajaran yang digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan adanya beraneka ragam media yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media, antara lain berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik siswa maupun media, dan sebagainya. Menurut Wibawa dan Mukti (2001) kriteria pemilihan media antara lain : (1) Tujuan, (2) Karakteristik siswa, (3) Karakteristik media, (4) Alokasi waktu, (5) Ketersediaan, (6) Efektivitas, (7) Kompabilitas, (8) Biaya (hlm 100). Selain itu, pertimbangan pemilihan media menurut Anitah (2009) adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Tujuan pembelajaran Pebelajar Ketersediaan Ketepatgunaan Biaya Mutu teknis Kemampuan SDM (hlm 205). Menurut Indriana (2011), beberapa faktor yang sangat menentukan
tepat atau tidaknya sesuatu dijadikan media pengajaran dan pembelajaran antara lain adalah tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, modalitas belajar siswa (auditif, visual, dan kinestetik), lingkungan, ketersediaan fasilitas pendukung, dan lain sebagainya (hlm 28). Jadi dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsipprinsip pemilihan media pembelajaran adalah (1) Harus sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar); (2) Guru harus mengenal ciri-ciri dari tiap tiap media pembelajaran; (3) Harus berorientasi pada siswa yang belajar, artinya pemilihan media untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 meningkatkan efektivitas belajar siswa; (4) Mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar.
5) Pengertian Media Realita Uno (2010) menyatakan bahwa realita adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar (hlm 117). Menurut Anitah (2009), realita atau disebut juga dengan objek adalah benda yang sebenarnya dalam bentuk utuh, misalnya orang, binatang, rumah, dan sebagainya (hlm 146). Sedangkan menurut Wibawa dan Mukti (2001), realita adalah bendabenda nyata seperti apa adanya atau aslinya (hlm 81). Penggunaan media realita dalam proses belajar sangat baik sebab realita dapat menampilkan ukuran, suara, dan gerakan. Dengan memanfaatkan realita siswa akan lebih aktif dalam mengamati, menangani, mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa. Dari beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa media realita adalah alat, bahan, atau segala sesuatu yang yang bersifat nyata (sebenarnya) yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
6) Penggunaan Media Realita Pemanfaatan media realita tidak harus selalu dihadirkan dalam ruang kelas,
tetapi
dapat
digunakan
sebagai
suatu
kegiatan
observasi
pada
lingkungannya. Media realita sangat bermanfaat terutama bagi siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya, untuk mempelajari binatang langka, siswa diajak melihat anoa, badak, harimau, yang ada di kebun binatang. Media realita dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan, kecuali
dipindahkan
dari
kondisi
lingkungan
hidup
aslinya.
Dengan
memanfaatkan media realita dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih aktif dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi, mendiskusikan, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa. Penggunaan media realita dapat juga dengan mengajak siswa keluar ruang kelas untuk mengamati tanaman yang dibawa ke dalam ruang kelas. Dengan cara ini siswa akan lebih banyak belajar dibandingkan daripada hanya sekedar melihat gambar. Penggunaan media realita dalam proses belajar mengajar sangat baik sebab realita dapat menampilkan ukuran, suara, dan gerakan. Siswa akan lebih banyak belajar, misalnya tentang materi gaya. Media realita yang dapat digunakan antara lain : 1) Untuk menunjukkan gaya gesek dapat menggunakan papan, balok, karton, kain, pasir, amplas, batu bata, batu 2) Untuk menunjukkan gaya gravitasi dapat menggunakan kelereng, bola, kertas, pulpen. 3) Untuk menunjukkan gaya magnet dapat menggunakan magnet, peniti, paku payung, paku, kawat kumparan, penghapus, pensil, kertas, potongan kain, kardus, kaca, penggaris, triplek. Sebagai contoh, di sini guru menampilkan contoh cara terjadinya gaya magnet dengan cara mendekatkan magnet ke beberapa benda, seperti jarum, paku, pensil, atau benda-benda yang ada di dalam kelas. Dengan cara ini siswa akan belajar secara langsung dan dapat menarik suatu kesimpulan tentang ciri-ciri benda-benda yang dapat tertarik oleh magnet tersebut. Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebelum mempergunakan realita sebagai media pengajaran, yaitu : 1) Karena benda nyata tidak banyak macamnya, mulai dari benda-benda hidup sampai benda-benda mati, maka perlu ditanyakan benda-benda atau makhluk hidup apakah yang mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien; 2) Cara agar benda-benda itu sesuai dengan pola belajar mengajar di kelas; 3) Cara memperoleh benda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Jika ketiga hal tersebut sudah dipertimbangkan dengan masuk akal maka pemanfaatan realita sebagai media pembelajaran dan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas proses belajar-mengajar akan semakin efektif.
7) Kelebihan dan Kelemahan Media Realita Seperti dengan media lainnya, media realita juga memiliki keuntungan dan kerugian, yaitu: 1) Kelebihan, a) Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata; juga b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih keteampilan mereka dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indra.
2) Kelemahan, a) Membawa siswa ke berabagai tempat di luar sekolah kadang-kadang mengandung risiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya; b) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengan kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya; c) Tidak selalu dapat memberikan semua gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung pula dengan media lain.
2. Penguasaan Materi Gaya Menurut GPBB (Garis-Garis Besar Program Pengajaran) IPA Sekolah Dasar ruang lingkup mata pelajara IPA mencakup : 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan commit to user dan interaksinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 2) Materi sifat-sifat dan kegunaanya meliputi udara, air, tanah dan batuan. 3) Listrik, magnet, energi, panas, gaya, pesawat sederhana, cahaya , bunyi, tata surya, bumi dan benda-benda langit lainya. 4) Kesehatan, makanan dan pencegahanya 5) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestarian. Iskandar (2001), IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwaperitiwa yang terjadi di alam (hlm 2). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Sehingga siswa dapat lebih memahami dan menguasai segala sesuatu yang dipelajarinya selama proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara manusia, tumbuhan, hewan, serta segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta dengan cara mempelajarinya atau mengadakan penelitian untuk dapat memahaminya. Menurut pembelajaran
Hamalik
ialah
(2010),
penguasaan
menyatakan pengetahuan.
bahwa
tinjauan
Barangsiapa
utama
menguasai
pengetahuan, maka ia dapat berkuasa: “Knowledge is power” (hlm 58). Berdasarkan pengertian tersebut penguasaan berarti pemahaman. Dalam hal ini pemahaman bukan hanya sekedar menghapal suatu materi tetapi juga dapat mengungkapkan pengetahuan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri yang maknanya tidak berubah dari makna aslinya. Kata penguasaan tersusun dari kata dasar “kuasa” yang berarti mampu, mengerti benar dan mempelajari bolak-balik supaya paham. Maka kata penguasaan secara operasional dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mempelajari dengan sungguh-sungguh sesuatu hal agar dipahami. Sedangkan penguasaan menurut para ahli pendidikan merupakan salah satu bentuk perubahan commit to user tingkah laku yang didapat dari hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 Perubahan tingkah laku yang dimiliki siswa merupakan akibat dari proses hasil belajar yang merupakan proses dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Selain itu, hasil belajar juga seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan (Purwanto, 2010: 44). Menurut Winkel (1996) “Hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya” (hlm 51). Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun suatu taksonomi merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang khusus yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika itu. Berdasarkan ketiga ranah tersebut, dalam penguasaan materi lebih mengacu pada ranah kognitif yang sering dan paling banyak digunakan oleh guru karena erat kaitannya dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi pelajaran. Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa penguasaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami sesuatu dan menyimpannya dalam ingatan dalam jangkan waktu yang lama karena sudah masuk kedalam memori otak. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar manusia mendapati kegiatan yang berhubungan dengan gaya. Pada saat membuka atau menutup pintu telah melakukan gaya yang berupa dorongan dan tarikan. Selain itu, pada saat bermain kelereng tentu dapat menggerakkan kelereng dengan menggunakan salah satu jari tangan. Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah arah. Pada saat bola ditendang maka bola akan bergerak dan berubah arahnya. Gaya pada benda juga mengakibatkan benda berubah bentuk. Sebagai contohnya, ketika bermain dengan plastisin dapat dibuat berbagai macam bentuk. Gaya tangan menyebabkan bentuk plastisin commit to user berubah sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Macam-macam gaya : (a) Gaya Gesek Gaya gesekan merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua pemukaan yang saling bersentuhan. Lantai yang licin membuat sulit berjalan di atasnya karena gaya gesekan yang terjadi antara kaki dengan lantai sangat kecil. Gaya gesek semakin kecil jika permukaan benda semakin halus atau licin. Beberapa manfaat gaya gesekan yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut : (1) Membantu benda bergerak tanpa tergelincir. Manusia dapat berjalan di atas lantai karena adanya gaya gesekan, antara sepatu dengan lantai yang menyebabkan tidak tergelincir saat berjalan. Selain itu, permukaan aspal jalan raya dibuat agak kasar. Hal ini bertujuan agar mobil tidak slip ketika bergerak di atasnya. Adanya gesekan antara ban dan aspal menyebabkan mobil dapat bergerak tanpa tergelincir. (2) Menghentikan benda yang sedang bergerak, misalnya rem pada sepeda. Rem pada sepeda digunakan agar sepeda yang dinaiki dapat berhenti ketika sedang bergerak. Gesekan antara karet rem dengan peleg membuat laju sepeda akan semakin lambat ketika di rem. Kerugian gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari. Selain memiliki manfaat, gaya gesekan juga memiliki kerugian. Berikut beberapa kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari. (1) Menghambat gerakan, gaya gesekan menyebabkan benda yang begerak akan terhambat gerakannya. Adanya gesekan antara ban sepeda dengan aspal mengakibatkan saat mengayuh sepeda membutuhkan tenaga yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa gaya gesekan menghambat gerakan suatu benda. (2) Menyebabkan aus, ban sepeda menjadi gundul atau sepatu yang dipakai bagian bawahnya menjadi tipis diakibatkan oleh gesekan antara ban atau sepatu dengan aspal. Jadi, gesekan menyebabkan benda-benda menjadi aus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 (b) Gaya Gravitasi Gaya gravitasi adalah gaya tarik bumi terhadap benda-benda yang berada di atasnya. Pengaruh gaya gravitasi terhadap benda semakin kecil jika jarak benda semakin jauh dari pusat bumi. Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Bumi yang mempunyai massa yang sangat besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasuk benda-benda yang ada di bumi. Manfaat gaya gravitasi sebagai berikut : (1) Benda-benda di bumi tidak terlempar ke angkasa luar. (2) Dapat berjalan di atas tanah tanpa terjatuh. (3) Benda-benda di bumi mempunyai berat sehingga tidak melayanglayang di udara. (c) Gaya Magnet Gaya tarik magnet banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Gaya tarik magnet digunakan pada berbagai macam alat, mulai dari alat yang sederhana hingga alat yang rumit. Magnet digunakan pada alat-alat berikut : (1)Ujung gunting untuk memudahkan mengambil jarum jahit. (2)Bel listrik untuk menggerakkan pemukul lonceng. (3)Papan catur agar buah catur tidak mudah terguling. (4)Kompas sebagai penunjuk arah utara-selatan. (5)Dinamo sepeda dan generator untuk membangkitkan tenaga listrik. (6)Alat untuk mengangkut benda-benda dari besi. Benda-benda yang terbuat dari besi dan baja dapat dibuat menjadi magnet dengan cara-cara tertentu. Cara membuat magnet dari benda-benda itu tersebut, yaitu : a) Cara Induksi b) Cara Gosokan c) Dialiri Arus Listrik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Mulyani Dwi Astuti (2010. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil simpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SDN Lemahbang. Hal ini dapat dilihat dengan persentasi siswa yang mendapat nilai ketuntasan belajar terus meningkat dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa adalah 27,27%, pada siklus II ketuntasan belajar siswa adalah 50%, dan pada siklus III ketuntasan belajar mengalami peningkatan yaitu 81,81%. Penelitian ini relevan karena persamaan objek kajiannya yaitu penerapan model pembelajaran inkuiri. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Rini Ekowati (2011). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diambil simpulan bahwa penggunaan media realita dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas III. Hal ini terbukti pada siklus I nilai rata-rata 71,5 dengan prosentase 79,16% dan meningkat pada siklus II menjadi nilai 79,5 dengan prosentase 91%. Penelitian ini relevan karena persamaan objek kajiannya yaitu menggunakan media realita.
C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal guru belum menggunakan model pembelajaran Inkuiri dan belum memanfaatkan penggunaan media realita, di sini guru masih menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah dan tugas. Pembelajaran seperti itu menyebabkan siswa menjadi lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang kreativitas dan partisipasi siswa. Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi, komunikasi pembelajaran hanya satu arah sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif dan kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasannya. Akibat dari permasalahan tersebut dapat mempengaruhi penguasaan commit to user materi gaya pada bidang studi IPA di SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap tergolong
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 rendah. Dalam pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran dan belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal sehingga pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna (menarik minat belajar siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya yang interaktif). Siswa akan lebih banyak belajar, misalnya tentang materi gaya magnet, di sini guru menampilkan
contoh
bagaimana
terjadinya
gaya
magnet
dengan
cara
mendekatkan magnet ke beberapa benda, seperti jarum, paku, pensil, atau bendabenda yang ada di dalam kelas. Dengan cara ini siswa akan belajar secara langsung dan dapat menarik suatu kesimpulan tentang ciri-ciri benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet tersebut. Model pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam
proses
pembelajaran
ini
siswa
lebih
banyak
belajar
sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran ini disertai dengan media realita yang sesuai diharapkan akan dapat menggali pengetahuan siswa. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Dengan kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita, untuk meningkatkan penguasaan materi gaya. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Pada kondisi akhir pembelajaran, partisipasi, kerja sama, tanggungjawab dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan pada akhirnya penguasaan materi yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa IPA tentang materi gaya dapat meningkat secara optimal. Dapat dilihat pada siklus I ketuntasan belajar siswa sekitar 68% dan meningkat commit to user pada siklus II yaitu 86%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian pada Gambar 2.2 sebagai berikut:
Kondisi Awal
Guru dalam pembelajaran masih bersifat konvensional.
Penguasaan belajar IPA materi gaya masih rendah
Siklus I
Tindakan
Kondisi Akhir
Melalui PTK Guru menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dalam pembelajaran IPA materi gaya
Penguasaan materi gaya meningkat
Melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi ada peningkatan penguasaan materi IPA materi gaya sebesar 75%
Siklus II Melalui pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi ada ada peningkatan penguasaan materi IPA materi gaya sebesar 80%
Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media realita dapat meningkatkan penguasaan materi gaya pada siswa kelas V SD Negeri commit to user Sidanegara 04 Cilacap tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting dan Jadwal Penelitian 1. Setting Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap semester II tahun pelajaran 2011/2012, yang beralamatkan di jalan Kinibalu, Kelurahan Sidanegara, Kabupaten Cilacap. Pemilihan SD Negeri Sidanegara 04 sebagai lokasi penelitian yaitu permasalahan yang muncul serta lokasi SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap mudah terjangkau oleh peneliti karena letaknya dekat dengan daerah tempat tinggal peneliti.
2. Jadwal Penelitian Peneliti melaksanakan penelitian selama 7 bulan yaitu mulai bulan Januari 2012 sampai dengan Juli 2012. Adapun rincian waktu kegiatan penelitian adalah sebagai berikut : (lampiran 1 halaman 92).
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di suatu kelas, (Suharsimi Arikunto (2011 : 2)). 2. Strategi Penelitian Prinsip utama PTK yaitu adanya tindakan yang dilakukan dalam bentuk siklus yang berkelanjutan hingga mencapai suatu hasil yang diinginkan. Seperti yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu yang direncanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdapat dua kali pertemuan. Tiap siklus terdiri dari empat tahap penelitian. Adapun alur dan tahap siklusnya dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut : commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 3.1 Siklus Penelitian
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, berjumlah 28 siswa, terdiri dari 13 laki-laki dan 15 perempuan dengan Sri Mulyaningsih sebagai guru kelas V. D. Sumber Data Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Sumber data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Sumber data primer antara lain: informasi dari narasumber yang terdiri dari kepala SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap, guru kelas V, siswa kelas V, dokumentasi, observasi, dan tes. 2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Sumber data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: daftar nilai, RPP, dan Silabus kelas V.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung dan aktif, yang dilakukan tanpa adanya perantara. Observasi dilakukan terhadap guru kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap ketika melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Observasi terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA. Observasi terhadap kinerja guru diarahkan pada kegiatan menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberika latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sementara, observasi terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran maupun keaktifan dalam mengerjakan tugas, dan sebagainya. 2. Wawancara Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara terhadap guru kelas V dan semua siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap, baik sebelum dan sesudah menerapkan model Inkuiri dengan media realita yang bertujuan menggali informasi guna memperoleh data yang berkaitan dengan penguasaan materi gaya pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap dalam penerapan model Inkuiri dengan media realita. 3. Tes Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan sebelumnya. Adapun tes dalam penelitian ini yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung (tes lisan) dan setiap akhir pembelajaran atau pada saat pemberian evaluasi. Tes dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap. Tes yang diberikan kepada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap berupa isian yang harus diselesaikan oleh siswa. 4. Dokumentasi Dokumentasi yang dikumpulkan diantaranya: Silabus kelas V, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar nilai hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 sebelum dan sesudah pembelajaran menerapkan model Inkuiri dengan media realita.
F. Validitas Data Menurut Sarwiji Suwandi (2011: 65), mengemukakan bahwa “Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan.” Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data dalam penelitian ini yaitu triangulasi. Menurut Sugiyono (2008: 83), triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi digunakan untuk melakukan cross check data yang diperoleh dari lapangan, sehingga dalam melakukan analisis yang digunakan hanya data yang valid. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Triangulasi Sumber, yaitu dengan mengkroscekkan data yang diperoleh dengan informasi dari siswa, guru, serta kepala sekolah ataupun pihak-pihak yang berhubungan. Jadi, triangulasi sumber diperoleh dari bermacam-macam cara pada sumber yang sama. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data nilai mata pelajaran IPA pokok bahasan gaya dari guru kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap. Peneliti mendapatkan
juga beberapa informasi dari Kepala SD Negeri
Sidanegara 04 Cilacap tentang hasil belajar IPA materi gaya siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap. Dari sumber data yang berbeda-beda ini, data sejenis dapat teruji kemantapan dan kebenarannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 2. Triangulasi Metode, yaitu mengumpulkan data dengan metode pengumpulan data yang berbeda tetapi mengarah pada sumber data yang sama. Dengan menggunakan metode tes, observasi dan wawancara diharapkan mendapatkan hasil yang seakurat dan sebanyak mungkin mengenai anggota penelitian. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan partisipasi siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan pembelajaran IPA materi gaya di kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap. Dari beberapa data yang diperoleh lewat teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik simpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya
G. Teknik Analisis Data Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data-data yang telah diperoleh dari pengumpulan data dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (hlm 244). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Miles dan Huberman mengemukakan analisis interaktif tersebut terdiri dari tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2011: 247). Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Reduksi Data Reduksi
data
merupakan
proses
menyeleksi,
menentukan
fokus,
menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Pada proses reduksi data dilakukan penajaman, pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna dan menatanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 sedemikian rupa sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan akhir dan diverifikasi. 2. Penyajian Data Penyajian data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular termasuk dalam format matriks, representasi grafis, tabel, piktogram, dan sebagainya. Pada langkah ini, penyusunan data dilakukan secara relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Dalam penyajian data yang sistematis dan interaktif akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga akan memudahkan dalam penarikan kesimpulan atau menetukan tindakan apa yang selanjutnya akan dilakukan. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan proses pengambilan intisari dan sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat atau formula singkat dan padat, tetapi mengandung makna atau pengertian yang luas. Penarikan kesimpulan dimulai secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus satu ke kesimpulan terevisi pada akhir siklus dua dan seterusnya dan kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama sebagai pijakan. 4. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya. Berkaitan dengan penguasaan IPA materi gaya, analisis interaktif merupakan kegiatan mengobservasi siswa yang dilakukan pada survei awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penguasaan materi oleh siswa sebelum dilakukan tindakan. Setelah kondisi awal diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk memecahkan masalah. Setiap akhir siklus dianalisis kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat diketahui peningkatan penguasaan materi gaya commit to user dalam pembelajaran IPA pada setiap siklusnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Adapun hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja analisis data dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan pada Gambar 3.2 sebagai berikut :
Pengumpulan Data (Data Collection) Penyajian Data (Data Display) Reduksi Data (Data Reduction) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Gambar 3.2 : Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif Dari bagan pada gambar 3.2 di atas, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah: a. Melakukan analisis awal, dengan cara mengumpulkan dokumen yang ada. Dokumen tersebut antara lain silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan daftar nilai penguasaan IPA materi gaya siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap. b. Pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang muncul selama proses pembelajaran IPA materi gaya berlangsung. c. Mengembangkan bentuk sajian data yaitu menyusun sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. c. Melakukan analisis data. d. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
H. Indikator Kinerja Menurut Suwandi (2009) “Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang
akan
dijadikan
acuan
atau
tolak
ukur
dalam
menentukan
keberhasilan/keefektifan penelitian” (hlm 67). Indikator kinerja yang ingin dicapai commit to user pada penelitian tindakan kelas ini yaitu apabila meningkatnya penguasaan materi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 gaya pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap dengan penerapan model inkuiri dengan media realita. Indikator penelitian ini bersumber dari dokumentasi, hasil observasi, hasil wawancara, dan tes yang berpatokan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 63. Indikator kinerjanya yaitu apabila penguasaan materi siswa pada siklus I sama atau di atas KKM sebanyak 75% (21 siswa) dari 28 siswa dan pada siklus II penguasaan materi siswa sama atau di atas KKM sebesar 80% (23 siswa) dari 28 siswa.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Menurut Arikunto (2011), prosedur penelitian mencakup tahapantahapan sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Secara umum prosedur penelitian divisualisasikan pada Gambar 3.3 sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan to user Gambar 3.3 Model PTKcommit (Suharsimi Arikunto, dkk (2011:16) )
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Prosedur yang diterapkan pada penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Tindakan Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran inkuiri. 2) Menyiapkan sumber belajar 3) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung serta media realita yang digunakan 4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan Awal 1) Kegiatan rutin (Berdoa, Presensi, Mengkondisikan kelas) 2) Apersepsi 3) Menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan tentang konsep gaya. 2) Siswa diberikan pertanyaan atau suatu permasalahan oleh guru yang berkaitan dengan percobaan yang akan dilakukan. 3) Siswa dibimbing guru untuk mengidentifikasi masalah. 4) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan anggota setiap kelompok bersifat heterogen. 5) Siswa saling mengemukakan pendapat untuk menentukan hipotesis. 6) Siswa dibimbing guru dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan. 7) Setiap kelompok melakukan percobaan sesuai langkah-langkah dan dengan menggunakan media yang telah dipersiapkan. 8) Siswa
berdiskusi
tentang
percobaan
yang
dilakukan
dengan
menganalisis data yang telah dikumpulkan. Disini siswa juga membuat commit to user laporan hasil diskusi mereka.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 9) Setiap kelompok manyampaikan hasil dari percobaan mereka. Kegitan Akhir 1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan semua hasil kegiatan pembelajaran. 2. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa mengerjakan soal secara individu. 3. Guru menutup pelajaran. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Guru melakukan pengamatan atau observasi terhadap penguasaan materi KD gaya pada setiap pembelajaran IPA berakhir. d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil analisis data pada observasi dan evaluasi kemudian dilakukan refleksi tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini dapat diketahui besarnya penguasaan materi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sasaran pada siklus I dikatakan tuntas apabila 75% (21 siswa) mendapat nilai sama atau di atas KKM. Dari hasil evaluasi IPA materi gaya baru 18 siswa atau 68% siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM yang ditetapkan. Oleh karena itu, indikator ketercapaian kinerja pada siklus I belum dapat dicapai kemudian perlu dilakukan siklus II sebagai langkah perbaikan dari proses pembelajaran pada siklus I.
2. Tindakan Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan 1. Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah 2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran pembelajaran inkuiri commit to user 3. Mengembangkan skenario pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 4. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran 5. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran b. Tahap pelaksanaan Tindakan 1. Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 2. Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri 3. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri 4. Memantau
peningkatan
penguasaan
materi
oleh
siswa
pada
pembelajaran IPA KD (Kompetensi Dasar) gaya. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru, penguasaan materi pada KD gaya ranah afektif, dan psikomotorik). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. d. Tahap Refleksi Setelah pembelajaran siklus II berakhir, maka diadakan analisis semua data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara dan evaluasi. Sasaran pada siklus II yaitu hasil penguasaan materi IPA kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap meningkat dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM atau dikatakan tuntas sebanyak 80% (23 siswa) dari 28 siswa. Apabila hasil evaluasi pada siklus ini menunjukkan bahwa indikator kinerja telah tercapai, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model inkuiri dengan media realita dalam pembelajaran IPA kelas V telah berhasil meningkatkan penguasaan materi IPA siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidanegara 04, yang beralamatkan di jalan Kinibalu, Sidanegara Cilacap. Sekolah ini berstatus negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101030102044 yang dikepalai oleh Marsana, S.Pd. Secara geografis SD Negeri Sidanegara 04 terletak di Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap. Letak SD Negeri Sidanegara 04 cukup strategis karena berada di dekat pemukiman penduduk. Data personil ketenagaan SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap terdiri dari satu kepala sekolah, enam guru kelas, satu guru Agama Islam, satu guru Penjaskes (WB), satu guru Bahasa Inggris, satu guru Bahasa Jawa, satu guru Wiyata Bhakti (WB), satu penjaga sekolah. Semua personil telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya. Jumlah siswa SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap pada tahun pelajaran 2011/2012 adalah 175 siswa. Dengan perincian sebagai berikut: kelas I sebanyak 27 siswa, kelas II sebanyak 28 siswa, kelas III sebanyak 29 siswa, kelas IV sebanyak 34 siswa, kelas V sebanyak 28 siswa, dan kelas VI sebanyak 29 siswa. Siswa SD Negeri Sidanegara 04 berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sekolah ini memiliki ruang kelas yang menunjang untuk terlaksananya pembelajaran. Di dalam SD ini terdapat beberapa gedung yang terdiri dari 6 ruang kelas, ruang guru, gudang, perpustakaan, kantin, dan 2 buah kamar mandi. Sementara itu proses pembelajaranya memanfaatkan fasilitas buku BSE, alat peraga sederhana, dan alat olah raga. Di SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap terdapat sebuah komputer yang berada di ruang guru. Komputer tersebut digunakan oleh guru dan kepala sekolah untuk menyelesaikan tugas administrasi.
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 2. Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran materi Gaya kelas V sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Dari siswa kelas V yang berjumlah 28 siswa, hanya terdapat 11 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 63 dalam aspek hasil belajar materi Gaya (lihat lampiran 10 halaman 172). Berdasarkan daftar hasil belajar materi Gaya pada kondisi awal di atas, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), untuk lebih jelasnya maka kondisi awal nilai penguasaan materi Gaya siswa kelas V dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Gaya Siswa Kelas V pada Kondisi Awal Interval
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
fi.xi
(xi)
Persentase (%)
Keterangan
40 - 49
7
44.5
311.5
25
di bawah KKM
50 - 59
7
54.5
381.5
25
di bawah KKM
60 - 69
5
64.5
322.5
18
di bawah KKM
70 - 79
2
74.5
149
7
di atas KKM
80 – 89
5
84.5
422.5
18
di atas KKM
90 - 99
2
94.5
189
7
di atas KKM
Nilai rata-rata kelas
60.8
Dari tabel 4.1 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.1 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
8 7
Frekuensi
6 5 4 3 2 1 0 40 - 49
50 - 59
60 - 69
70 - 79
80 – 89
90 - 99
Interval Nilai Gambar 4.1 Histogram Nilai Penguasaan Materi Gaya Siswa Kelas V Pada Kondisi Awal Berdasarkan tabel dan histogram di atas, nilai hasil evaluasi IPA materi Gaya siswa kelas V sebelum diterapkan model pembelajaran inkuiri dengan media realita diperoleh rata-rata kelas sebesar 60.8. Siswa yang memperoleh nilai 40 – 49 sebanyak 7 siswa atau 25%. Siswa yang memperoleh nilai 50 – 59 sebanyak 7 siswa atau 25%. Siswa yang memperoleh nilai 60 – 69 sebanyak 5 siswa atau 18%. Siswa yang memperoleh nilai 70 – 79 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 80 – 89 sebanyak 5 siswa atau 18%. Siswa yang memperoleh nilai 90 – 99 sebanyak 2 siswa atau 7%. Berdasarkan tabel siswa yang mendapat nilai di bawah 63 (KKM) yaitu sebanyak 17 siswa atau 61%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 11 siswa atau 39%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 39% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 75% siswa mendapat ≥ 63 (KKM), dengan kata lain penguasaan materi IPA siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 masih kurang. Kurangnya penguasaan materi atau ketidaktuntasan tersebut disebabkan oleh : Guru dalam melakukan pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya guru belum menggunakan suatu model pembelajaran yang inovatif yang dapat commit to user merangsang kemampuan berpikir siswa untuk menemukan pengetahuannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 sendiri dan juga belum memanfaatkan media pembelajaran secara maksimal sehingga proses pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran disertai media yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media realita. Dengan penerapan model pembelajaran inkuiri dengan media realita diharapkan penguasaan materi IPA siswa kelas V akan mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi. 1. Siklus I Tindakan sikus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan ( 4 X 35 menit ) pada tanggal 23 April 2012 dan 25 April 2012. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Senin, 16 April 2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yakni pada hari Senin, 23 dan 25 April 2012. Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Menentukan indikator yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun 2 x petemuan. Masingmasing pertemuan 2 jam pelajaran atau sekitar 70 menit. Pada siklus pertama dilaksanakan pada commit tanggal to 23user dan 25 April 2012. Perencanaan RPP
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 mencakup penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, langkah-langkah/skenario pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir. 3. Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Ruang belajar diatur sedemikian rupa supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. b) Media pembelajaran Media yang digunakan adalah berupa jenis-jenis magnet dan bahanbahan yang nyata dan ada di sekitar. Media ini disiapkan oleh guru dan digunakan oleh siswa secara berkelompok dalam melakukan percobaan. c) Buku pelajaran Buku pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam ) digunakan sebagai buku acuan belajar. Buku yang digunakan yaitu buku Ilmu Pengetahuan Alam kelas V pengarang Heri Sulistya dan Edi Wiyono. Buku IPA 5 Saling Temas pengarang Choiril Asmiyawati, Wegawati Hadi dan Rohana Kusumawati
b. Pelaksanaan Tindakan Dalam
tahapan
ini
guru
melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun setiap petermuan. 1) Pertemuan I Pada pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin 23 April 2012 pada jam pertama dan kedua yaitu pukul 07.00-08.10 WIB. Materi yang commit to user diajarkan adalah siswa dapat membandingkan kecepatan jatuh dua buah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 benda (yang berbeda berat, bentuk dan ukuran) dari ketinggian tertentu dengan benar, siswa dapat mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dengan tepat, siswa dapat memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari dengan benar, siswa dapat mengetahui
cara
membuat
magnet
dengan
benar.
Pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita. Media yang digunakan adalah macam-macam magnet dan alat-alat yang ada di sekitar siswa yang telah telah disediakan oleh guru. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima palajaran. Guru memberikan apersepsi dengan menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman mereka tentang gaya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini. Pada kegiatan inti guru menggali pengetahuan siswa melalui tanya jawab mengenai konsep gaya, macam-macam gaya, dan cara mengetahui benda yang bersifat magnetis dan yang tidak bersifat magnetis. Siswa memperhatikan penjelasan sekilas dari guru tentang gaya magnet dan gaya gravitasi. Siswa ditugasi untuk mengidentifikasi benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak bersifat magnetis serta cara-cara membuat magnet. Siswa dibagi menjadi empat kelompok yang anggotanya heterogen. Guru mengemukakan permasalahan kontekstual berkaitan dengan gaya magnet dan gaya gravitasi yang harus diselesaikan secara kelompok. Setiap kelompok diberi guru lembar kerja kelompok berupa kegiatan untuk melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang telah disiapkan oleh guru dan dibagikan pada masing-masing kelompok. Percobaan yang dilakukan siswa adalah tentang benda-benda yang bersifat magnetis dan non magnetis serta faktor yang mempengarui gaya gravitasi. commit to user Dalam melakukan percobaan guru membimbing kelompok yang masih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 mengalami kesulitan, di sini guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Siswa mengerjakan dan menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kerja kelompok berdasarkan hasil percobaan secara kelompok. Setelah semua kelompok selesai
mengerjakan percobaan dan menjawab semua
pertanyaan pada lembar kerja kelompok, guru menugasi setiap perwakilan kelompok untuk maju ke depan kelas membacakan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lainnya sebagai pengamat dan korektor. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap hasil kerja siswa. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Guru membimbing siswa untuk menari kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Kegiatan akhir pembelajaran siswa kembali ke tempat duduk masing masing (kelas klasikal). Siswa mendapatkan pemantapan dari guru melalui kegiatan refleksi dari materi yang telah dipelajari. Kemudian siswa mengerjakan evaluasi secara individu (nilai pada lampiran 11 halaman 173). Sebelum pembelajaran IPA ditutup tidak lupa guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
2) Pertemuan II Pada pertemuan II dilaksanakan pada jam pertama dan kedua yaitu pukul 07.00-08.10 tanggal 25 April 2012. Pada pertemuan kali ini materi yang dipelajari adalah tentang gaya gesek berupa memperbesar dan memperkecil gaya gesek dan manfaat dan kerugian gaya gesek. Pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran inkuiri dengan media realita. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Guru memberikan apersepsi dengan menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa tentang pelajaran yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 diterima pada pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini. Pada kegiatan inti guru memulai dengan mendorong meja siswa dan bertanya kepada siswa gaya yang terjadi pada saat guru mendorong meja. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan tepat. Guru menggali pengetahuan siswa melalui tanya jawa mengenai pengertian gaya gesek serta menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang cara memperbesar dan memperkecil gaya gesek. Siswa ditugasi untuk mengidentifikasi manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dari gaya gesek. Siswa dibagi menjadi empat kelompok kemudian guru mengemukakan permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan gaya gesek yang harus diselesaikan siswa. Siswa diberi kesempatan untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Siswa melakukan pecobaan dengan bimbingan guru untuk melakukan percobaan membandingkan gerak benda pada permukaan benda yang halus dan kasar. Kemudian siswa berdiskusi tentang percobaan yang dilakukan dengan menganalisis data yang telah dikumpulkan serta membuat kesimpulan dari hasil diskusinya. Siswa berkelompok mengerjakan LKS dengan pengamatan dari guru. Perwakilan setiap kelompok maju untuk membacakan hasil diskusinya, sedangkan kelompok yang lain sebagai pengamat dan korektor. Guru memberikan umpan balik dan penguatan dari hasil kerja siswa. Lalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang belum jelas dan dianggap sulit. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan. Kegiatan akhir pembelajaran siswa kembali ke tempat duduk masing masing (kelas klasikal). Siswa mendapatkan pemantapan dari guru melalui kegiatan refleksi dari materi yang telah dipelajari. Kemudian siswa mengerjakan evaluasi secara individu (nilai pada lampiran 11 halaman 173). Sebelum pembelajaran IPA ditutup tidak lupa guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 c. Pengamatan atau observasi Pada tahap observasi dilakukan dengan teknik tes terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media realita. Teknis tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPA materi gaya siswa pada ranah Kognitif. Selain itu juga ada lembar observasi kegiatan guru pada saat mengajar IPA materi gaya, lembar observasi ini diarahkan pada poin-poin pedoman yang telah dirumuskan oleh peneliti berkonsultasi dengan guru kelas. Observasi ini untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya pada kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Uraian evaluasi pada siklus I adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan Guru (Lampiran 18 halaman 194) a)Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria baik, b) Kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam kriteria baik, c) Kemampuan guru dalam mengelola waktu dalam kriteria baik, d) kemampuan guru dalam memberikan apersepsi dalam kriteria baik, e) Kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria baik, f) Kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria baik, g) perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria cukup, h) kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria baik, i) Kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria baik, j) Skor rata-rata 3,4 dengan kriteria baik 2) Nilai Penguasaan Materi (Kognitif) (a) Pertemuan I Nilai penguasaan materi gaya siswa siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 173. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai penguasaan materi Gaya siklus I pertemuan 1 di atas dapat diperjelas dengan tabel 4.2 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Materi Gaya Siklus I Pertemuan 1 Interval Nilai
Frekuensi (fi)
35 – 44
4
Nilai Tengah (xi) 35.5
45 – 54
4
55 – 64
fi. xi
Persenta se (%)
142
14
di bawah KKM
45.5
182
14
di bawah KKM
2
55.5
111
7
di bawah KKM
65 – 74
10
65.5
655
36
di atas KKM
75 – 84
7
75.5
528.5
25
di atas KKM
85 – 94
1
85.5
85.5
4
di atas KKM
Jumlah
28
Keterangan
1704 100 Skor rata-rata = 64.03
Ketuntasan Klasikal =
× 100% = 57 %
Dari tabel 4.2 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.2 sebagai berikut: 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 35 – 44
45 – 54
55 – 64
65 – 74
75 – 84
85 – 94
Interval Nilai Gambar 4.2 Histogram Penguasaan Materi Gaya Siswa Kelas V Siklus I Pertemuan 1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 Berdasarkan tabel dan histogram di atas, nilai penguasaan materi gaya siswa kelas V siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 64.03. Siswa yang memperoleh nilai 35 - 44 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 45 – 54 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 55 - 64 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 65 – 74 sebanyak 10 siswa atau 36%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 84 sebanyak 7 siswa atau 25%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 94 sebanyak 1 siswa atau 4%.
(b) Pertemuan II Nilai penguasaan materi Gaya pada siklus I pertemuan 2 dapat dilihat dalam lampiran 11 halaman 173. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai penguasaan materi siklus I pertemuan 2 di atas dapat diperjelas dengan tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Materi Gaya Siklus I Pertemuan 2 Interval Nilai
Frekuensi (fi)
40 - 48
2
Nilai Tengah (xi) 44
49 – 57
4
58 – 66
fi. xi
Persent ase (%)
Keterangan
88
7
di bawah KKM
53
212
14
di bawah KKM
3
62
186
11
di bawah KKM
67 – 75
10
71
710
36
di atas KKM
76 – 84
4
80
320
14
di atas KKM
85 - 93
5
89
445
18
di atas KKM
Jumlah
28
1961
100
Skor rata-rata = 69.7 Ketuntasan Klasikal =
× 100% = 79%
Dari tabel 4.3 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.3 sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 40 - 48
49 – 57
58 – 66
67 – 75
76 – 84
Interval Nilai Gambar 4.3 Histogram Penguasaan Materi Gaya Siswa Kelas V Siklus I Pertemuan 2 Berdasarkan tabel dan histogram di atas, nilai penguasaan materi gaya siswa kelas V siklus I pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 69.7. Siswa yang memperoleh nilai 40 - 48 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 49 – 57 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 58 - 66 sebanyak 3 siswa atau 11%. Siswa yang memperoleh nilai 67 – 75 sebanyak 10 siswa atau 36%. Siswa yang memperoleh nilai 76 – 84 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 93 sebanyak 5 siswa atau 18%.
3) Nilai Perilaku Berkarakter (lampiran 12 halaman 174) (a) Pertemuan 1 Ranah afektif perilaku berkarakter pada siklus I pertemuan 1 meliputi : (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3) berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti/cermat, dan (6) tanggung jawab. Hasil rekapitulasi pengamatan perilaku berkarakter dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus I Pertemuan 1
3
Nilai Tengah (xi) 46.5
139.5
Persentase (%) 11
51-58
1
54.5
54.5
3.5
59-66
8
62.5
500
28.5
67-74
5
70.5
352.5
18
75-82
6
78.5
471
21
83-90
5
86.5
432.5
18
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
43-50
Nilai rata-rata kelas
fi. xi
70.3
Dari tabel 4.4 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.4 sebagai berikut: 9 8
Frekuensi
7 6 5
4 3 2 1 0 43-50
51-58
59-66
67-74
75-82
83-90
Interval Nilai Gambar 4.4 Histogram Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus I Pertemuan 1
Berdasarkan histogram 4.4 di atas, nilai hasil pengamatan perilaku siswa kelas V siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 70.3. Siswa yang memperoleh nilai 43 - 50 sebanyak 3 siswa atau 11%. Siswa yang memperoleh commit to user nilai 51 – 58 sebanyak 1 siswa atau 3.5%. Siswa yang memperoleh nilai 59 - 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 sebanyak 8 siswa atau 28.5%. Siswa yang memperoleh nilai 67 – 74 sebanyak 5 siswa atau 18%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 82 sebanyak 6 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh nilai 83 – 90 sebanyak 5 siswa atau 18%.
(b) Pertemuan 2 Ranah afektif perilaku berkarakter pada siklus I pertemuan 1 meliputi : (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3) berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti/cermat, dan (6) tanggung jawab. Hasil rekapitulasi pengamatan perilaku berkarakter dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus I Pertemuan 2 Interval Nilai
Frekuensi (fi)
53-60
2
Nilai Tengah (xi) 56.5
113
Persentase (%) 7
61-68
4
64.5
258
14
69-76
11
72.5
797.5
39
77-84
4
80.5
322
14
85-92
4
88.5
354
14
93-100
3
96.5
289.5
12
Nilai rata-rata kelas
fi. xi
75.7
Dari tabel 4.5 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.5 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0
53-60
61-68
69-76
77-84
85-92
Interval Nilai Gambar 4.5 Histogram Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus I Pertemuan 2
Berdasarkan histogram 4.5 di atas, nilai hasil pengamatan perilaku siswa kelas V siklus I pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 75.7. Siswa yang memperoleh nilai 53 - 60 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 61 – 68 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 69 - 76 sebanyak 11 siswa atau 39%. Siswa yang memperoleh nilai 77 – 84 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 92 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 93 – 100 sebanyak 3 siswa atau 12%.
4) Nilai Diskusi Kelompok (lampiran 15 halaman 184) (a) Pertemuan 1 Pengamatan diskusi kelompok pada siklus I pertemuan 1 meliputi : (1) ketepatan
penggunaan
mendemonstrasikan
media
penggunaan
dalam media
percobaan, secara
runtut,
(2) (3)
penyampaian hasil diskusi. Hasil rekapitulasi pengamatan diskusi to user kelompok dapat dilihatcommit pada tabel 4.6 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 1 Interval Nilai
Frekuensi (fi)
33-38
8
Nilai Tengah (xi) 35.5
284
Persentase (%) 29
39-44
8
41.5
332
29
45-50
3
47.5
142.5
10
51-56
-
53.5
-
-
57-62
7
59.5
416.5
25
63-68
2
65.5
131
7
Nilai rata-rata kelas
fi. xi
46
Dari tabel 4.6 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.6 sebagai berikut: 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 33-38
39-44
45-50
51-56
57-62
63-68
Interval Nilai Gambar 4.6 Histogram Nilai Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 1
Berdasarkan histogram 4.6 di atas, nilai hasil pengamatan diskusi kelompok siswa kelas V siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 46. Siswa yang memperoleh commit to user nilai 33 - 38 sebanyak 8 siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 atau 29%. Siswa yang memperoleh nilai 39 – 44 sebanyak 8 siswa atau 29%. Siswa yang memperoleh nilai 45 - 50 sebanyak 3 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 51 – 56 sebanyak 0 siswa atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 62 sebanyak 7 siswa atau 25%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 68 sebanyak 2 siswa atau 7%.
(b) Pertemuan 2 Pengamatan diskusi kelompok pada siklus I pertemuan 2 meliputi : (1)
ketepatan
penggunaan
mendemonstrasikan
media
penggunaan
dalam
media
percobaan,
secara
runtut,
(2) (3)
penyampaian hasil diskusi. Hasil rekapitulasi pengamatan diskusi kelompok dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 2
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
42-48
2
Nilai Tengah (xi) 45
90
Persentase (%) 7
49-55
6
52
312
21.5
56-62
6
59
354
21.5
63-69
5
66
330
18
70-76
7
73
511
25
77-83
2
80
160
7
Nilai rata-rata kelas
fi. xi
62.7
Dari tabel 4.7 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.7 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 8 7
Frekuensi
6 5 4 3 2 1 0
42-48
49-55
56-62
63-69
70-76
77-83
Interval Nilai Gambar 4.7 Histogram Nilai Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 2
Berdasarkan histogram 4.7 di atas, nilai hasil pengamatan diskusi kelompok siswa kelas V siklus I pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 62.7. Siswa yang memperoleh nilai 42 - 48 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 49 – 55 sebanyak 6 siswa atau 21.5%. Siswa yang memperoleh nilai 56 - 62 sebanyak 6 siswa atau 21.5%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 69 sebanyak 5 siswa atau 18%. Siswa yang memperoleh nilai 70 – 76 sebanyak 7 siswa atau 25%. Siswa yang memperoleh nilai 77 – 83 sebanyak 2 siswa atau 7%.
d. Refleksi Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil evaluasi pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 ditetapkan. Nilsi penguasaan materi (kognitif) siswa yang dinyatakan tuntas pada akhir siklus I sebanyak 22 siswa atau 79%. Hasil rata-rata penguasaan materi siswa siklus I pertemuan 1 dan 2 menunjukkan hasil pencapaian ketuntasan sebesar 68%, ini belum mencapai target minimal 75% (indikator kinerja ranah kognitif siklus I) namun dibandingkan dengan pratindakan sudah mengalami peningkatan sebesar 29%. Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa dilihat dari rata-rata nilai penguasaan materi gaya yang diperoleh siswa dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita sudah cukup berhasil. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan penguasaan materi gaya siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap. Hasil refleksi yang peneliti lakukan pada siklus I dengan berkonsultasi bersama guru kelas V yang bertindak sebagai observer menunjukan sekitar 73% siswa belum paham penggunaan media dalam pembelajaran Inkuiri sehingga dalam kerja kelompok belum maksimal (lihat lampiran 15 halaman 184). Dalam pembentukan kelompok guru sudah membagi kelompok secara heterogen (baik dari segi jenis kelamin maupun kemampuan masing-masing individu) namun masih ada beberapa siswa yang kurang bisa bekerjasama dengan baik bersama anggota kelompok mereka. Untuk itu guru berupaya memperbaiki pembelajaran pada siklus II agar indikator kerja siklus II dapat tercapai.
2. Siklus II Tindakam siklus II dilaksanakan 2 pertemuan , yaitu pada tanggal 27 April dan 1 Mei 2012. Alokasi waktu pada masing-masing pertemuan adalah 2 X 35 menit. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut : a.
Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa
sudah ada peningkatan penguasaan materi gaya pada ranah kognitif siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap tetapi belum berhasil secara maksimal. Hal ini ditunjukan masih ada 6 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran IPA materi commit to user gaya. Dari hasil tindakan siklus I, diadakan diskusi sekaligus konsultasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 dengan guru kelas V untuk mencari alternatif pemecahan agar dapat meningkatkan penguasaan materi gaya pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap. Hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran IPA materi gaya dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita sebagai upaya untuk mengatasi kecukupan yang ada yaitu dengan menginformasikan kepada siswa waktu untuk menyelesaikan tugas, misal untuk melakukan percobaan siswa diberikan waktu 15 menit, mengerjakan tugas 10 menit, mengkoreksi tugas 5 menit, evaluasi individu 10 menit dll, sehingga siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik dan tidak ada kesempatan untuk bercanda dengan teman
serta
alokasi
waktu
pembelajaran
dapat
digunakan
dengan
tepat/pembelajaran tidak melebihi waktu yang dialokasikan. Pembentukan kelompok diperhatikan supaya siswa dapat bekerja kelompok dengan baik bersama anggota kelompok tanpa mengurangi heterogenitas anggota kelompok. Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut: 1) Memilih indikator yang belum dikuasai siswa 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun 2 x petemuan. Masing-masing pertemuan 2 jam pelajaran atau sekitar 70 menit. Pada siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 27 April dan 1 Mei 2012. Perencanaan RPP mencakup penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, langkah-langkah/skenario
pembelajaran,
media,
metode
dan
sumber
pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir. 3) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah : a) Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Ruang belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses commit to userefektif dan efisien. pembelajaran dapat berlangsung secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 b) Media pembelajaran Alat peraga yang digunakan adalah media realita berupa magnet batang, batu baterai, kawat tembaga, paku, serbuk besi dan bahan-bahan yang ada disekitar siswa. Media pembelajaran ini disiapkan oleh guru. c) Buku pelajaran Buku pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam ) digunakan sebagai buku acuan belajar. Buku yang digunakan yaitu buku Ilmu Pengetahuan Alam kelas V pengarang Heri Sulistya dan Edi Wiyono. Buku IPA 5 Saling Temas pengarang Choiril Asmiyawati, Wegawati Hadi dan Rohana Kusumawati.
b.
Pelaksanaan Tindakan Dalam
tahapan
ini
guru
melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Perbedaan II dari siklus I adalah selain pada pembentukan kelompok juga pada percobaan yang dilakukan siswa. 1) Pertemuan I Pada pertemuan I dilaksanakan pada hari Jumat 27 April 2012 pada jam pertama dan kedua yaitu pukul 07.00-08.10 WIB. Materi yang diajarkan adalah siswa dapat membuat magnet dengan cara elektromagnetik dan gosokan, siswa juga dapat menggambar garis medan magnet dengan benar. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita. Media yang digunakan adalah magnet batang, batu baterai, kawat tembaga, paku, pimes, dan serbuk besi. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran serta menyiapkan
media
pembelajaran.
Guru
memberikan
apersepsi
dengan
menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa commitpada to userpertemuan sebelumnya. Guru tentang pelajaran yang diterima
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini dan juga memberikan motivasi kepada siswa. Pada kegiatan inti, guru menggali pengetahuan siswa tentang medan magnet melalui tanya jawab. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai cara-cara membuat magnet. Siswa memperhatikan penjelasan secara singkat dari guru tentang materi yang akan dipelajari. Siswa diminta untuk mengidentifikasi tentang gaya magnet dan cara-cara membuat magnet. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok
yang
anggotanya
heterogen.
Guru
mengemukakan
permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan medan magnet dan cara membuat magnet yang harus diselesaikan secara berkelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk curah pendapat membentuk hipotesis. Siswa melakukan percobaan membuat magnet buatan dan membuktikan medan magnet dengan bimbingan dari guru. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah serta menganalisis data yang telah dikumpulkan dan membuat kesimpulan. Siswa secara berkelompok mengerjakan LKS dengan pengamatan dari guru. Setiap perwakilan kelompok maju untuk membacakan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain bertindak sebagai pengamat dan korektor. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap hasil kerja siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya materi yang belum dipahami. Siswa dibimbing guru untuk menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Kegiatan akhir pembelajaran siswa kembali ke tempat duduk masing masing (kelas klasikal). Siswa mendapatkan pemantapan dari guru melalui kegiatan refleksi dari materi yang telah dipelajari. Kemudian siswa mengerjakan evaluasi secara individu. Sebelum pembelajaran IPA ditutup tidak lupa guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
2) Pertemuan II Pada pertemuan II dilaksanakan pada jam pertama dan kedua yaitu pukul 07.00-08.10 tanggal 1 Mei 2012. Pada pertemuan kali ini materi yang dipelajari adalah tentang gaya gesek berupa memperbesar dan memperkecil gaya gesek dan commit to user manfaat dan kerugian gaya gesek. Pembelajaran dilaksanakan melalui model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 pembelajaran Inkuiri dengan media realita. Media penunjang yang digunakan adalah kelereng dan pasir. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran serta menyiapkan
media
pembelajaran.
Guru
memberikan
apersepsi
dengan
menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa tentang
pelajaran
yang
diterima
pada
pertemuan
sebelumnya.
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini dan juga memberikan motivasi kepada siswa. Pada kegiatan inti, guru menggali pengetahuan siswa tentang pengertian gaya gesek melalui tanya jawab. Siswa memperhatikan penjelasan secara singkat dari guru tentang materi yang akan dipelajari. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang cara memperbesar dan memperkeci gaya gesekan. Siswa diminta untuk mengidentifikasi manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dari gaya gesek. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya heterogen. Guru mengemukakan permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan gaya gesek yang harus diselesaikan secara berkelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk curah
pendapat
membentuk
hipotesis.
Siswa
melakukan
percobaan
membandingkan gerak benda pada permukaan yang halus dan kasar dengan bimbingan dari guru. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah serta menganalisis data yang telah dikumpulkan dan membuat kesimpulan. Siswa secara berkelompok mengerjakan LKS dengan pengamatan dari guru. Setiap perwakilan kelompok maju untuk membacakan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain bertindak sebagai pengamat dan korektor. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap hasil kerja siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya materi yang belum dipahami. Siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Kegiatan akhir pembelajaran siswa kembali ke tempat duduk masing masing (kelas klasikal). Siswa mendapatkan pemantapan dari guru melalui to user Kemudian siswa mengerjakan kegiatan refleksi dari materi yangcommit telah dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 evaluasi secara individu. Sebelum pembelajaran IPA ditutup tidak lupa guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
c.
Pengamatan atau observasi Pada tahap observasi dilakukan dengan teknik tes terhadap pelaksanaan
pembelajaran IPA materi gaya dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media realita. Teknis tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPA materi gaya siswa pada ranah Kognitif. Selain itu juga ada lembar observasi kegiatan guru pada saat mengajar IPA materi gaya, lembar observasi ini diarahkan pada poin-poin pedoman yang telah dirumuskan oleh peneliti berkonsultasi dengan guru kelas. Observasi ini untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya pada kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Uraian evaluasi pada siklus I adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan Guru (Lampiran 18 halaman 194) a)Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria sangat baik, b) Kemampuan guru dalam mengelola kelas dalam kriteria sangat baik, c) Kemampuan guru dalam mengelola waktu dalam kriteria sangat baik, d) kemampuan guru dalam memberikan apersepsi dalam kriteria sangat baik, e) Kemampuan menyampaikan materi dalam
kriteria
sangat
baik, f)
Kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria sangat baik, g) perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria baik, h) kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria sangat sangat baik, i) Kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik, j) Skor rata-rata 3,6 dengan kriteria sangat baik.
2) Nilai Penguasaan Materi (Lampiran 11 halaman 173) (1) Pertemuan 1 Nilai penguasaan materi siswa siklus II dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 173. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai penguasaan materi Gaya siklus II pertemuan 1 di atas dapat diperjelas dengan tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Materi Siklus II Pertemuan 1 Nilai Interval Frekuensi Persentase Tengah fi. xi Keterangan Nilai (fi) (%) (xi) 40 – 49 2 45.5 91 7 di bawah KKM 50 – 59
5
55.5
277.5
18
di bawah KKM
60 – 69
1
65.5
65.5
4
di atas KKM
70 – 79
4
75.5
302
14
di atas KKM
80 – 89
10
85.5
855
36
di atas KKM
90 - 99
6
95.5
573
21
di atas KKM
Jumlah
28
2164
100
Skor rata-rata = 75.5 Ketuntasan Klasikal =
× 100% = 79%
Dari tabel 4.8 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.8 sebagai berikut: 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 40 – 49
50 – 59
60 – 69
70 – 79
80 – 89
90 - 99
Interval Nilai Gambar 4.8 Histogram Penguasaan Materi Gaya Siswa Kelas V commit to user Siklus II Pertemuan 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 Berdasarkan tabel dan histogram di atas, nilai penguasaan materi Gaya siswa kelas V siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 75.5. Siswa yang memperoleh nilai 40 - 49 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 50 – 59 sebanyak 5 siswa atau 18%. Siswa yang memperoleh nilai 60 - 69 sebanyak 1 siswa atau 4%. Siswa yang memperoleh nilai 70 – 79 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 80 – 89 sebanyak 10 siswa atau 36%. Siswa yang memperoleh nilai 90 – 99 sebanyak 6 siswa atau 21%.
(2) Pertemuan 2 Nilai penguasaan materi Gaya siklus II dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 173. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai penguasaan materi siklus II pertemuan 2 di atas dapat diperjelas dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Penguasaan Materi Siklus II Pertemuan 2 Interval Nilai
Frekuensi (fi)
50 - 57
1
Nilai Tengah (xi) 53.5
58 - 65
4
66 - 73
fi. xi
Persentase (%)
Keterangan
53.5
4
di bawah KKM
61.5
246
14
di bawah KKM
2
69.5
139
7
di atas KKM
74 - 81
4
77.5
310
14
di atas KKM
82 - 89
6
85.5
512
21
di atas KKM
90 - 97
11
93.5
1028.5
40
di atas KKM
Jumlah
28
2289 100 Skor rata-rata = 81.6
Ketuntasan Klasikal =
× 100% = 93%
Dari tabel 4.9 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.9 sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 50 - 57
58 - 65
66 - 73
74 - 81
82 - 89
90 - 97
Interval Nilai Gambar 4.9 Histogram Penguasaan Materi Siswa Kelas V Siklus II Pertemuan 2 Berdasarkan tabel dan histogram di atas, nilai penguasaan materi Gaya siswa kelas V siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 81.6. Siswa yang memperoleh nilai 50 – 57 sebanyak 1 siswa atau 4%. Siswa yang memperoleh nilai 58 - 65 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 66 – 73 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 74 - 81 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 82 – 89 sebanyak 6 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh nilai 90 - 97 sebanyak 11 siswa atau 39%.
3) Nilai Perilaku Berkarakter (lampiran 12 halaman 174) (a) Pertemuan 1 Nilai pengamatan perilaku berkarakter pada siklus II pertemuan 1 meliputi : (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3) berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti/cermat, dan (6) tanggung jawab. Hasil rekapitulasi pengamatan perilaku berkarakter dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus II Pertemuan 1 Interval Nilai
Frekuensi (fi)
56-61
1
Nilai Tengah (xi) 58.5
58.5
Persentase (%) 4
62-67
2
64.5
129
7
68-73
10
70.5
705
36
74-79
3
76.5
229.5
11
80-85
4
82.5
330
14
86-91
8
88.5
708
28
Nilai rata-rata kelas
fi. xi
77.6
Dari tabel 4.10 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.10 sebagai berikut: 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 56-61
62-67
68-73
74-79
80-85
86-91
Nilai Interval
Gambar 4.10 Histogram Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus II Pertemuan 1 Berdasarkan histogram 4.10 di atas, nilai hasil pengamatan perilaku siswa kelas V siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 77.6. Siswa yang memperoleh nilai 56 - 61 sebanyak 1 siswa atau commit to user 4%. Siswa yang memperoleh nilai 62 – 67 sebanyak 2 siswa atau 7%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Siswa yang memperoleh nilai 68 - 73 sebanyak 10 siswa atau 36%. Siswa yang memperoleh nilai 74 – 79 sebanyak 3 siswa atau 11%. Siswa yang memperoleh nilai 80 – 85 sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 86 – 91 sebanyak 8 siswa atau 28%. (b) Pertemuan 2 Nilai pengamatan perilaku berkarakter pada siklus II pertemuan 1 meliputi : (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3) berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti/cermat, dan (6) tanggung jawab. Hasil rekapitulasi pengamatan perilaku berkarakter dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Hasil Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus II Pertemuan 2 Nilai Persentase Interval Nilai Frekuensi (fi) fi. xi Tengah (xi) (%) 56-62 1 59 59 3 63-69
2
66
132
7
70-76
8
73
584
29
77-83
8
80
640
29
84-90
8
87
696
29
91-97
1
94
94
3
Nilai rata-rata kelas
79.7
Dari tabel 4.11 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.11 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0
56-62
63-69
70-76
77-83
84-90
Nilai Interval Gambar 4.11 Histogram Nilai Pengamatan Perilaku Berkarakter Siklus II Pertemuan 2 Berdasarkan histogram 4.11 di atas, nilai hasil pengamatan perilaku siswa kelas V siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 79.6. Siswa yang memperoleh nilai 56 - 62 sebanyak 1 siswa atau 3%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 69 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 70 - 76 sebanyak 8 siswa atau 29%. Siswa yang memperoleh nilai 77 – 83 sebanyak 8 siswa atau 29%. Siswa yang memperoleh nilai 84 – 90 sebanyak 8 siswa atau 28%. Siswa yang memperoleh nilai 91 – 97 sebanyak 1 siswa atau 3%.
4) Nilai Diskusi Kelompok (lampiran 15 halaman 184) (a) Pertemuan 1 Nilai diskusi kelompok pada siklus II pertemuan 1 meliputi : (1) ketepatan penggunaan media dalam percobaan, (2) mendemonstrasikan penggunaan media secara runtut, (3) penyampaian hasil diskusi. Hasil rekapitulasi pengamatan diskusi kelompok dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 1 Interval Nilai
Frekuensi (fi)
58-63
4
Nilai Tengah (xi) 60.5
242
Persentase (%) 14.5
64-69
9
66.5
598.5
32
70-75
9
72.5
652.5
32
76-81
-
78.5
-
-
82-87
4
84.5
338
14.5
88-93
2
90.5
181
7
Nilai rata-rata kelas
fi. xi
72.4
Dari tabel 4.12 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.12 sebagai berikut: 10 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 58-63
64-69
70-75
76-81
82-87
88-93
Interval Nilai Gambar 4.12 Histogram Nilai Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 1
Berdasarkan histogram 4.12 di atas, nilai hasil pengamatan diskusi kelompok siswa kelas V siklus II pertemuan 1 diperoleh rata-rata kelas sebesar 72.4. Siswa yang nilai 58 - 63 sebanyak 4 commit to memperoleh user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 siswa atau 14.5%. Siswa yang memperoleh nilai 64 – 69 sebanyak 9 siswa atau 32%. Siswa yang memperoleh nilai 70 - 75 sebanyak 9 siswa atau 32%. Siswa yang memperoleh nilai 76 – 81 sebanyak 0 siswa atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 82 – 87 sebanyak 4 siswa atau 14.5%. Siswa yang memperoleh nilai 88 – 93 sebanyak 2 siswa atau 7%.
(b) Pertemuan 2 Nilai diskusi kelompok pada siklus II pertemuan 2 meliputi : (1) ketepatan penggunaan media dalam percobaan, (2) mendemonstrasikan penggunaan media secara runtut, (3) penyampaian hasil diskusi. Hasil rekapitulasi pengamatan diskusi kelompok dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut : Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Hasil Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 2 Interval Nilai
Frekuensi (fi)
58-62
2
Nilai Tengah (xi) 60
120
Persentase (%) 7
63-67
7
65
455
25
68-72
-
70
-
-
73-77
9
75
675
32
78-82
-
80
-
-
83-87
10
85
850
36
Nilai rata-rata kelas
fi. xi
74.6
Dari tabel 4.13 di atas dapat disajikan dengan histogram 4.13 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 10 9 8
Frekuensi
7
6 5 4 3 2 1 0
58-62
63-67
68-72
73-77
78-82
Interval Nilai Gambar 4.13 Histogram Nilai Pengamatan Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 2 Berdasarkan histogram 4.13 di atas, nilai hasil pengamatan diskusi kelompok siswa kelas V siklus II pertemuan 2 diperoleh rata-rata kelas sebesar 74.6. Siswa yang memperoleh nilai 58 - 62 sebanyak 2 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 63 – 67 sebanyak 7 siswa atau 25%. Siswa yang memperoleh nilai 68 - 72 sebanyak 0 siswa atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 73 – 77 sebanyak 9 siswa atau 32%. Siswa yang memperoleh nilai 78 – 82 sebanyak 0 siswa atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 83 – 87 sebanyak 10 siswa atau 36%.
d.
Refleksi Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil evaluasi nilai kognitif pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Aspek kognitif siswa yang dinyatakan tuntas pada akhir siklus II to user belajar ranah kognitif siklus II sebanyak 26 siswa atau 92.8%. commit Hasil rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 pertemuan 1 dan 2 menunjukkan hasil pencapaian ketuntasan sebesar 86%, ini sudah mencapai target minimal 80% (indikator kinerja ranah kognitif siklus II). Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini sudah mencapai target minimal. Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa dilihat dari rata-rata nilai penguasaan materi Gaya yang diperoleh siswa dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita sudah cukup berhasil. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan penguasaan materi Gaya siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus 1. Temuan Hasil Observasi Kegiatan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah diperoleh, dapat ditemukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA materi gaya dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita pada kegiatan guru. Adapun temuan dari peningkatan kegiatan guru kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap dalam proses pembelajaran IPA materi gaya dengan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita antara lain : a. Persiapan
guru
dalam
memulai
kegiatan
pembelajaran
meningkat
dibandingkan dengan sebelum diadakannya tindakan. b. Kemampuan guru dalam mengelola kelas semakin lebih meningkat. c. Kemampuan guru dalam memancing pertanyaan siswa menjadi lebih meningkat. d. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif menjadi lebih terlatih. e. Kemampuan guru dalam membimbing siswa menerapkan pembelajaran dengan model Inkuiri menggunakan media lebih terarah. f. Perhatian guru terhadap siswa dalam proses diskusi lebih meningkat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 Berdasarkan hasil observasi (lampiran 19 dan 20). Peningkatan kualitas pembelajaran IPA materi gaya dengan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dapat dilihat dari tabel 4.14 dibawah ini :
Tabel 4.14 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I dan Siklus II Hasil Observasi Guru
Siklus I
Siklus II
Pertemuan I
3,3
3,5
Pertemuan II
3,5
3,7
Rata-rata
3,4
3,6
Kriteria
Baik
Amat Baik
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa hasil observasi guru mengalami peningkatan. Nilai rata-rata hasil observasi guru pada siklus I adalah 3,4 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 3,6 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dapat membantu meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap guru. Hal ini dapat direfleksikan bahwa dengan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dapat meningkatkan proses pembelajaran. Peningkatan nilai rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I dan II dengan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dapat disajikan pada gambar 4.14 berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 4 3.5
Rata-rata
3 2.5 2
Pertemuan 1
1.5
Pertemuan 2
1 0.5 0
Siklus I Siklus II Pelaksanaan Tindakan Gambar 4.14 Histogram Peningkatan Nilai Rata-rata Kinerja Guru pada Siklus I dan Siklus II.
2. Penguasaan Materi Gaya (Ranah Kognitif) Peningkatan kualitas pembelajaran IPA materi gaya dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita menyebabkan penguasaan materi oleh siswa juga meningkat. Peningkatan terlihat dari hasil observasi penguasaan materi siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan II. Hal ini dapat dilihat di tabel 4.15 berikut ini : Tabel 4.15 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Penguasaan Materi Gaya Siswa Kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Nilai rata-rata Setelah Dilaksanakan Tindakan Kondisi Awal 60.8
Siklus I
Siklus II
66.8
78.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa nilai rata-rata penguasaan materi gaya pada ranah kognitif mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut yaitu pada kondisi awal sebelum tindakan nilai rata-ratanya 60.8. Pada siklus I nilai rataratanya menjadi 66.8. Pada akhir pelaksanaan siklus II nilai rata-rata penguasaan materi gaya adalah 78.5. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dapat membantu meningkatkan penguasaan materi gaya pada ranah kognitif. Data dari tabel rekapitulasi nilai rata-rata penguasaan materi Gaya siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk gambar grafik 4.15 berikut :
90 80
Frekuensi
70 60 50 40 30 20 10 0
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Nilai Rata-rata Gambar 4.15 Histogram Nilai Rata-rata Penguasaan Materi Siswa Kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap Ranah Kognitif pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Secara garis besar perbandingan siswa yang mencapai ketuntasan belajar ranah kognitif pada materi gaya pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I dan siklus II ditunjukan dalam tabel 4.16 berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Tabel 4.16 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Penguasaan Materi Siswa Kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap Materi Gaya pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II No
Ketuntasan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Tuntas
11
39
19
68
24
86
2
Tidak Tuntas
17
61
9
32
4
14
Berdasarkan tabel 4.16 terlihat adanya peningkatan ketuntasan penguasaan materi gaya dalam pembelajaran IPA pada ranah kognitif siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap yaitu pada kondisi awal sebelum tindakan sebanyak 11 siswa yang tuntas atau sekitar 39%. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu sebanyak 19 siswa yang tuntas atau sekitar 68%. Pada siklus II menjadi 24 siswa yang tuntas atau sekitar 86% telah mencapai KKM. Data dari tabel rekapitulasi ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap materi Gaya ranah kognitif pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk gambar grafik berikut : 100 90
Tuntas
Tidak Tuntas
80
Presentase
70
60 50 40 30 20 10 0
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.16 Histogram Presentase Penguasaan Materi Siswa Kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap Ranah Kognitif pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 D. Pembahasan Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan penguasaan materi gaya oleh siswa setelah mendapatkan pelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masingmasing siklus terdiri atas 2 pertemuan. Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata siswa yang memperoleh nilai ≥63 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata pada pratindakan sebesar 60,8 atau sekitar 39% siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus I nilai rata-rata mengalami peningkatan yaitu menjadi 66,8 atau sekitar 68% siswa yang telah mencapai KKM. Dibandingkan dengan pratindakan berarti telah ada peningkatan penguasaan materi siswa sebesar 29%. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 78,5 atau sekitar 86% siswa yang telah mencapai KKM. Hal ini berarti telah mencapai indikator kinerja. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran IPA dinyatakan berhasil karena menunjukkan adanya peningkatan nilai yang berarti ada peningkatan penguasaan materi gaya dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap Tahun Ajaran 2011/2012. Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbedabeda, di antaranya: hambatan yang dijumpai pada siklus I yakni siswa belum familier atau belum terlalu mengenal dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Inkuiri. Guru masih belum dapat menyampaikan materi dengan jelas dan kurang dapat dipahami oleh siswa karena terlalu cepat dalam menjelaskan, guru belum dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif, dengan jumlah anggota tiap kelompok 7 siswa membuat siswa yang malas cenderung menggantungkan diri pada siswa yang mereka anggap lebih pandai dan tidak mau melakukan kegiatan diskusi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang dilaksanakan di siklus II dalam upaya perbaikan adalah memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap, mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban, mengubah jumlah anggota dalam kelompok dari 7 orang menjadi 5 orang pada masing-masing kelompok agar pembelajaran lebih kondusif dan setiap siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk melakukan percobaan sehingga siswa akan lebih memahami materi karena telah melakukan percobaan secara langsung dengan menggunakan media realita sesuai langkah-langkah percobaan dengan benar dan runtut. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti. Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan penguasaan materi Gaya pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita. Hal ini terjadi karena model pembelajaran Inkuiri merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dan memecahkan masalah dengan didukung penggunaan media yang sesuai dan bersifat nyata (realita).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI dan SARAN
A. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita telah terbukti dapat meningkatkan penguasaan materi gaya pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap tahun ajaran 2011/2012 telah terbukti kebenarannya. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 60.8 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 39%, siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 66.8 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 68%, dan pada siklus II dengan nilai ratarata kelas menjadi 78.5 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 86%. Dengan demikian penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri dengan media realita dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA kelas V sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi Gaya.
B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dalam pembelajaran IPA materi Gaya. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus yaitu terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 sampai 25 April 2012 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 April sampai 1 Mei 2012. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu
adanya
perencanaan
dengan
memperhatikan
keberhasilan
siklus
sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas commit to user pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II. Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan penguasaan materi Gaya pada siswa kelas V. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut : 1.
Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan
model
pembelajaran
Inkuiri
dengan
media
realita
dapat
meningkatkan penguasaan materi Gaya pada siswa kelas V , hal itu dapat ditinjau dari hal-hal sebagai berikut. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat disertai dengan penggunaan media yang tepat pula agar siswa bisa dan mampu menguasai konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dapat meningkatkan penguasaan materi Gaya karena penerapan model Inkuiri dapat merangsang kemampuan berpikir siswa dengan baik. Model pembelajaran Inkuiri menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah, sehingga dalam proses pembelajaran siswa banyak belajar sendiri, menemukan pengetahuannya sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memcahkan suatu masalah. Selain itu juga harus didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang nyata (realita) sehingga siswa akan lebih aktif karena benar-benar mengalami sendiri proses pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran siswa akan mendapatkan informasi dan pengetahuannya langsung melalui percobaan yang dilakukan dengan media yang nyata khususnya dalam materi Gaya. Selain itu dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa sangat penting. Motivasi diberikan agar siswa mempunyai rasa percaya diri yang baik selain itu agar supaya siswa dapat belajar dengan baik sehingga siswa mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian, dan melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran. Motivasi dapat ditanamkan commitlatihan-latihan, to user pada diri siswa dengan memberikan memberikan kesempatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pentingnya penerapan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita dalam pembelajaran terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Selain itu penerapan model Inkuiri dengan media realita juga mampu meningkatkan keaktifan, kreativitas dan kerja sama kelompok. Presentase penguasaan materi Gaya dalam pembelajaran IPA kelas V dapat meningkat. Hal ini terbukti dengan meningkatnya nilai rata-rata setiap siklus pada aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotorik. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang meningkat, kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya penguasaan materi Gaya pada siswa kelas V SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap dapat meningkat.
2.
Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan model
pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa SD Negeri Sidanegara 04 Cilacap. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV di atas, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah sejenis ataupun sebagai acuan dalam menerapkan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita untuk memecahkan masalah pada pembelajaran yang lain yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model Inkuiri dengan media realita harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu keaktifan, kreativitas,
motivasi
dan
kemampuan
sangat
pembelajaran khususnya pelajaran IPA. commit to user
mendukung
keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
C. Saran Sesuai dengan implikasi dan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain: 1. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.
2. Bagi Guru a) Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan menulis pada materi setiap pelajaran. b) Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan media yang sesuai karena dapat memberikan kemudahan terhadap peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu, serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi sehingga merangsang minat siswa sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. c) Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri pada pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Bagi Siswa Dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri ini siswa diharapkan untuk dapat lebih aktif dan mengembangkan inisiatif dan kreativitas serta meningkatkan
keberanian
dalam
menyampaikan
meningkatkan pengetahuan dan penguasaan materi. commit to user
pendapatnya
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
4. Bagi Peneliti Lain Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Inkuiri dengan media realita guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan penguasaan materi Gaya yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
commit to user