e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INTRUCTION MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR DENGAN TEHNIK KEROK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK Ni Putu Cahyani1, I Made Suara2, M.G Rini Kristiantari3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kreativitas anak pada kelompok B di TK Setya Budhi III Mengwitani Badung dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction melalui kegiatan menggambar dengan tehnik kerok.Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang dilaksanakan dalam dua siklus.Subjek dalam penelitian ini adalah 22 anak kelompok B TK Setya Budhi III Mengwitani tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kreativitas dikumpulkan dengan metode observasi dan data hasil penelitian dianalisis statistik deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kreativitas anak sebesar 44,73% tergolong pada kategori sangat rendah pada siklus I dan pada siklus II sebesar 85,58% tergolong pada kategori kreatif. Jadi, terjadi peningkatan kreativitas pada anak sebesar 40,85%.
Kata-kata kunci : model pembelajaran explicit instruction, kegiatan menggambar, tehnik kerok, kreativitas
Abstract This study aims to improve the creativity of children in group B TK Setya Mengwitani Badung Budhi III by applying the learning model through explicit instruction with engineering drawing activities kerok.Penelitian a Classroom Action Research (CAR) or Classroom Action Research is carried out in two siklus.Subjek in this study were 22 kindergarten children in group B Setya Budhi III Mengwitani academic year 2013/2014. The data collected by the research on creativity observation method and data were analyzed descriptive statistics. The results of the data analysis showed that there was an increase of 44.73% creativity of children belonging to the category of very low in the first cycle and the second cycle was 85.58% belong to the creative category. Thus, an increase in creativity in children was 40.85%.
Key words: learning model of explicit instruction, drawing, scrape technique, creativity
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Perubah paradigma dalam bidang pendidikan dan berbagai perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) membawa implikasi terhadap berbagai aspek pedidikan, termasuk pada kebijakan pendidikan. Jika pada awal kemerdekaan fokus perhatian pemerintah lebih tertuju pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, secara berangsurangsur setelah itu, perhatian pemerintah tertuju pada pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1,Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini berfungsi untuk mengembangkan berbagai potensi anak secara optimal, sesuai dengan kemampuan bawaanya. Potensi tersebut meliputi ranah kognitif, kreativitas, bahasa, jasmani (motorik kasar dan halus), spiritual, sosial, dan emosional (Mulyasa, 2012:6). Pendidikan anak usia dini mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan terus bertambahannya jumlah lembaga PAUD. Taman kanak-kanak (TK), Raudaful Atfal (RA), Kelompok Bermain (KB), Tanam Penitipan Anak (TPA), dan PAUD sejenis ini lainnya dengan nama yang bervariasi banyak bermunculan. Hal ini juga sebagai bukti meningkatnya kesadaran orang tua dan guru tentang pentingnya PAUD (Sujiono 2009: 22-23). Pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini yang lebih terfokus pada “kegiatan akademik”
dan mengabaikan kegiatan bermain merupakan praktik PAUD yang keliru. Bermain sebagai salah satu kebutuhan perkembangan anak. Situasi kelas yang menunjukkan adanya masalah, seperti anak TK tidak mau berbagi mainan bukan hanya karena anak tidak suka pada mainan ini, tetapi dapat disebabkan tahap perkembangan anak belum sampai ke bermain bersama walau usia kalendernya telah menunjukkan anak berada pada tahap perkembangan bermain bersama. Pada tahap perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam artian saling bergantung dan saling memengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis sebagai satu kesatuan yang harmonis (Mulyasa, 2012:18). Saat ini orang tua bahkan juga masyarakat lingkungannya mulai memerankan diri untuk menjaga kesehatan dan keamanan anak, menumbuh kembangkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritualnya, agar anak ketika masa dewasa nantinya mempunyai kesehatan yang optimal, dan kemampuan intelektual serta kepribadian yang normal. Untuk mengembangkan multiple intelegensi pada anak usia dini dapat dilakukan dengan pembelajaran yang menyenangkan. Pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan bermain (learning thourgh games). Hal ini karena bermain bagi anak mempunyai beberapa fungsi dalam proses tumbuh kembang. Fungsi bermain terhadap sensorismotoris anak penting untuk mengembangkan ototototnya dan energi yang ada.Taman kanak-kanak merupakan jenjang pendidikan pra sekolah untuk kanakkanak yang berumur 4-6 tahun. Pada usia ini merupakan masa peka bagi anak untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa yang sensitive dalam penerimaan stimulasi dari lingkungan.Pengalaman yang diperoleh anak adalah melalui pengalaman pancaindranya dan juga termasuk pemberian stimulasi yang tepat oleh orang dewasa. Pengembangan anak sejak usia dini merupakan hak anak yang harus dipenuhi
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) agar anak tidak mengalami hambatan dalam perkembangan selanjutnya. Dalam undang-undang No.23 tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang perlindungan anak menyebutkan bahwa: Salah satu implementasi dari hak ini, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pembelajaran dalam rangka pengembangan pribadinya, sesuai dengan minat dan bakatnya. Kenyataan dilapangan ranngsangan yang diberikan oleh guru kepada anak belum dapat meningkatkan aspek-aspek yang perlu ditingkatkan misalnya aspek kognitif, sosial emosional, fisik, terutama dalam meningkatkan kreatifitas anak yang termasuk aspek motorik halus pada anak. Dalam mengembangkan diri anak di TK diperlukan dukungan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana, seperti media atau alat peraga, perabot kelas, ruang kelas, ruang bermain, programprogram yang memadai serta suasana pendidikan TK agar pelayanan pendidikan bagi anak di TK dapat benarbenar dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap anak adalah mempunyai karakter yang unik, karena perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal namum demikian perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai perkembangan yang optimal maka model pembelajaran dan tehnik yang akan dilaksanakan pada kegiatan, sangat dibutuhkan dalam meningkatkan perkembangan anak. Penerapan Model Pembelajaran Explicit Intruction (Pengajaran Langsung) melalui Kegiatan Menggambar dengan Tehnik Kerok akan mampu memberikan hasil yang lebih optimal dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kreativitas anak. Pengajaran langsung dirancang untuk mengenalkan anak terhadap pembelajaran menggambar dengan tehnik kerok guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan
merangsang anak-anak untuk berpikir. Silbernam (dalam Amri, 2010: 35) pengajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan anak kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Model Explicit Intruction dimana model ini dalam penyampain materi dilakukan secara bertahap sehingga materi yang disampaikan dapat dikuasai oleh anak. Arends (dalam trianto, 2010:41) model pembelajaran explicit intruction adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar anak yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Slavin (dalam Trianto: 2011 mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks explicit intruction, yaitu sebagai berikut: 1) Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa, 2) Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat, 3) Menyampaiakan materi pembelajaran, 4) Melaksanakan bimbingan, 5) Memberikan kepada siswa untuk berlatih, 6) Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik, 7) Memberikan latihan mandiri. Kegiatan menggambar merupakan kegiatan awal dari anak dalam berkarya seni rupa, sehingga kegiatan ini perlu diberikan kepada anak. Menggambar dan melukis bagu anak-anak merupakan dua kegiatan yang sama pentingnya, yaitu utamanya untuk menyalurkan ekspresi. Menggambar adalah membuat gambar. Kegiatan ini dilakukan dengan acara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam kebenda lain dan memberi warna, sehingga menimbulkan gambar (Pamadhi 2008:2.5). Adapun secara garis besar fungsi dan manfaat gambar bagi anak dapat diuraikan sebagai berikut (Pamadhi, 2008:2.11). 1) menggambar sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk), 2) menggambar sebagai media mencurahkan, 3) menggambar sebagai alat bermain, 4) menggambar sebagai media sublimasi perasaan, 5) menggambar melatih keseimbangan, 6)
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) menggambar melatih kreativitas anak, 7) menggambar melatih keteletian melalui pengamatan langsuung, 8) menggambar mengembangkan kecakapan emosional, 9) menggambar melatih ingatan anak, 10) menggambar melatih berpikir komprehensif (menyeluruh). Sedangkan kerok adalah sebuah tehnik dalam membuat tekstur ataupun kesan dalam karya seni rupa dengan cara mengerok (menggores) warna yang telah ada sehingga memunculkan warna atau kesan yang berbeda dari sebelumnya. Biasanya dalam praktek, pengerokan dilakukan saat zat warna belum kering sehingga mudah dilakukan, sedang alat yang kerap dipakai adalah pisau atau sejenisnya (Anggota IKAPI, 62:2002). Langkah-langkah tehnik kerok, pertama-pertama siapkan crayon dengan berbagai warna, termasuk hitam, kertas, pensil berujung runcing, lalu warnai seluruh permukaan kertas dengan crayon berbagai warna, kecuali hitam. Setelah diwarnai, warnai warnai lagi diatasnya dan kali ini dengan menggunakan crayon hitam. Perlihatkan kepada anak bagaimana cara menggunakan pensil berujung runcing dengan menekannya diatas kertas dan membuat gambar atau menuliskan pesan. Pensil akan menggores warna hitam crayon dan membuat dibawahnya muncil (Kuffner, 2006:29). Manfaat menggambar adalah melatih kreativitas anak. Kreativitas adalah salah satu hal yang sangat penting yang dimiliki anak usia dini untuk mengembangkan segala ilmu yang dimiliki pada anak usia dini. Munandar, 2004 : 25. mengatakan bahwa Kreativitas adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuann untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Lebih lanjut Supriadi (dalam Racmawati, 2010:37) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengiplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, di tandai oleh suksesi, diskotinuitas, diferinsiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan. Untuk meningkat kreativitas tidak hanya dalam satu bidang saja akan tetapi peneliti hanya akan membahas tentang kreativitas menggambar. Pengertian dari kreativitas menggambar menurut Chaplin,1989 (dalam Rahmawati, 2005: 16) adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan bentuk baru dalam bentuk gambar atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode yang baru. Supriadi (dalam Rahmawati, 2005 : 17) mengatakan bahwa kreativitas menggambar adalah kemampuan seseorang untuk menemukan,mencipta, membuat, merancang dan memadukan suatu gambar baru atau lama menjadi kombinasi baru dengan di dukung kemampuan ketrampilan yang dimilikinya. Berdasarkan definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa kreativitas menggambar merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan atau menciptakan karya dalam suatu gambar dengan memadukan pengetahuan lama atau baru sehingga terciptanya karya baru. Sedangkan rachmawati (2010:14) mengatakan mengenai 24 ciri kepribadian yang ditemukannya dalam berbagai studi, adalah sebagai berikut: 1) terbuka terhadap pengalaman baru, 2) fleksibel dalam berpikir dan merespons, 3) bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan, 4) menghargai fantasi, 5) tertarik pada kegaiatn kreatif, 6) mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain, 7) mempunyai rasa ingin tahu yang besar, 8) toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti, 9) berani mengambil risiko yang diperhitungkan, 10) percaya diri dan mandiri, 11) memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas, 12) tekun dan tidak mudah bosan, 13) tidak kehabisan akal dalam
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) memecahkan masalah, 14) kaya akan inisiatif, 15) peka terhadap situasi lingkungan, 16) lebih berorentasi kemasa kini dan masa depan daripada masa lalu, 17) memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik, 18) tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistis, dan mengandung teka-teki, 19) memiliki gagasan yang orisinal, 20) mempunyai minat yang haus, 21) menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan diri, 22) kritis terhadap pendapat orang lain, 23) senang mengajukan pertanyaan yang baik, 24) memiliki kesadaran etika-moral dan setetik yang tinggi. Dengan demikian sudah sangat memungkinkan untuk para guru khususnya guru TK agar lebih berkreatif dalam mengkemas suatu kegiatan mengingat kemampuan dasar, serta dalam pembentukan perilaku sangat penting dikaitkan dengan perkembangan kemampuan anak. Kegiatan yang disampaikan oleh guru untuk anak-anak diharapkan agar dilaksanakan secara kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di TK Setya Budhi III Mengwitani Badung pada tanggal 05 Nopember 2013 ditemukan kegiatan pembelajaran dalam menggambar yang berlangsung masih belum memenuhi harapan, sehingga kegiatan pembelajaran belum mencapai tingkat capaian perkembangan anak. Hambatan yang sering ditemui ataupun dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran dalam menggambar adalah kurangnya menerapkan model pembelajaran dan tehnik-tehnik pembelajaran yang kurang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran serta kurangnya media yang dapat menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Walaupun kegiatan pembelajaran sudah dijelaskan oleh guru tapi banyak anak yang kurang kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran contohnya dalam kegiatan menggambar guru selalu memberikan contoh terlebih dahulu, sehingga anak terpaku pada contoh guru saja maka dari itu nilai perkembangan anak masih kurang memuaskan, di mana dari 22 anak 5 anak
diantaranya mendapatkan nilai bintang satu (*) atau belum berkembang, 12 anak mendapatkan bintang dua (**) atau mulai berkembang, dan 5 anak mendapatkan bintang tiga (***) atau berkembang sesuai harapan dari data-data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas anak kelompok B pada TK Setya Budhi III Mengwitani Badung perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil temuan, maka diadakan diskusi dengan pengelola dan guru-guru di TK Setya Budhi III Mengwitani Badung guna meningkatkan kreativitas dengan menerapkan model pembelajaran explicit intructon melalui kegiatan menggambar dengan tehnik kerok anak dapat mengenal berbagai bentuk dan warna. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan suatu penelitian tindakan kelas yang berjudul penerapan model pembelajaran explicit intruction melalui kegiatan menggambar dengan tehnik kerok untuk meningkatkan kreativitas anak kelompok B TK Setya Budhi III Mengwitani Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B di TK Setya Budhi III Mengwitani Badung dalam kegiatan pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah anak TK sebanyak 22 orang kelompok B di TK Setya Budhi III Mengwitani Badung, Tahun Pelajaran 2013/2014.Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah kreativitas anak TK Setya Budhi III Mengwitani Badung pada dalam kegiatan pembelajaran menggambar dengan tehnik kerok. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Suyanto (2007:1) mengemukakan bahwa:PTK merupakan salah satu upaya
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) praktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajran dikelas. PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru seharihari dilapangan atau kelas sehingga merupakan hal yang mereka kenal dan hayati dengan baik. Singkatnya, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan sebagai refleksi pengajaran dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada saat ini. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan upaya yang praktis untuk memperbaiki pembelajaran dan dapat digunakan sebagai refleksi dalam memperbaiki kegiatatan pembelajaran. Selanjutnya masih terkait dengan Penelitian Tindakan Kelas menurut Wendra, (2007:45) mengemukakan bahwa:Penelitian tindakan pada prinsipnya dimaksudkan untuk melakukan upaya perbaikan terhadap praktik pendidikan yang dilakukan praktisi pada bidang pendidikan, sambil melakukan tugasnya dengan jalan merenung kembali apa yang telah dilakukan yang terarah kepada perbaikan kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. Dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan untuk memperbaiki kinerja diri sendiri melalui pemahaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara terencana, sistematik dan mawas diri. Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan PTK merupakan Penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan tindakantindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan pratik pembelajaran di kelas secara lebih professional. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 1) rencana tindakan, 2) pelaksanaan, 3) evaluasi/observasi, 4) refleksi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variable, yakni variable
bebas dan variabel terikat. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran explicit intruction dan kegiatan menggambar dengan tehnik kerok. Variable terikatnya adalah kreativitas pada kelompok B. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu (Agung 2011: 61). Pendapat di atas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera pengelihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variable tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kreativitas siswa dalam menganyam. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kreativitas siswa dalam kegiatan menggambar dengan tehnik kerok. Dalam penelitian ini digunakan instrumen pengumpulan data yaitu lembar observasi. Setelah semua data penelitian terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data dengan menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Dalam buku metodologi penelitian dinyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dalam hubungan ini Agung (2010:76) menyatakan bahwa:metode analisis statistik adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistic deskriptif seperti frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
M M (%) = x 100 %(Agung, 2010:9) SMI
HASIL DAN PEMBAHASAN Data kreativitas anak melalui kegiatan menggambar dengan tehnik kerok yang diperoleh anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (Mx), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP skala lima. Nilai rata-rata yang didapat pada siklus I sebesar 44,73. Untuk menentukan tingkat kreativitas anak dapat dihitung membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 44,73% yang
berada
pada
kriteria
sangat
rendah.Pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.
frekuensi
disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c)menghitung modus, d)smenghitung median, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Dalam pengantar metodologi penelitian dinyatakan bahwa “Metode analis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum“(Agung, 2011:67) Metode analisis deskritif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya kreativitas anak Taman Kanak-kanak dengan menggunakan kegaiatan menggambar dengan tehnik kerok yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Adapun rumus yang digunakan untuk analisis ini sebagai berikut
15 10 5 0
Keterangan M(%) = M = SMI =
25-31 32-38 39-45 46-52 53-59
Rata-rata persen Rata-rata skor Skor Maksimal Ideal
Tingkatan kreativitas anak Taman Kanak-kanak dengan metode pemberian tugas dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kreteria sebagai berikut. Tabel 1 Pedoman PAP Skala Lima tentang Kreativitas Menggambar dengan Tehnik Kerok Persentase
Kreativitas anak dalam menggambar
90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Sangat Kreatif Kreatif Cukup Kreatif Rendah SangatRendah
nilai tengah
Mo=47,6 Mx=44,73 Me=46,2
Selanjutnya nilai rata-rata yang didapat pada siklus II sebesar 85,58. Untuk menentukan tingkat kreativitas anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan criteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 85,58%yang berarti bahwa kreativitas anak kelompok B di TK Setya Budhi III Mengwitani Badung pada siklus II berada pada kriteria sangat kreatif.Pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) ini, model pembelajaranexplicit instruction melalui kegiatan menggambar dengan tehnik kerok.
Mx= 85,58
Me= 85,2 Mo= 82,5 Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran explicit intruction melalui kegiatan menggambar dengan tehnik kerok dapat meningkatkan kreativitas anak.Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan kreativitas anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan kreativitas anak kelompok B di TK Setya Budhi III Mengwitani Badung pada siklus I sebesar 44,73% dengan katagori sangat rendah dan rata-rata persentase kemampuan kreativitas pada anak kelompok B di TK Setya Budhi III Mengwitani Badung pada siklus II sebesar 85,58% dengan kategori sangat kreatif. Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan model pembelajaran explicit instruction melalui kegiatan menggambar dengan tehnik kerok dalam proses kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan dalam pembelajaran selanjutnya. Penerapan model pembelajaran explicit instruction melalui kegiatan menggambar dengan tehnik kerok dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kreativitas anak. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mengenal banyak hal dalam permainan warna dan bertanggung jawab degan kegiatannya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran explicit instruction melalui kegiatan menggambar dengan tehnik kerok dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B di TK Setya Budhi III Mengwitani Badung tahun pelajaran 2013/2014.Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan kreativitas dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dapat diketahui perkembangan kreativitas 44,73% dikategorikan sangat rendah dan menjadi 85,58% pada siklus II yang berada pada kategori kreatif. Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang ingin peneliti sampaikan yaitu Kepada anak disarankan dalam kegiatan pembelajaran lebih kreatif, dengan adanya model explicit instruction diharapkan dapat mewujudkan kemandiriannya dan meningkatkan kreativitas sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak. Kepada guru, disarankan lebih kreatif, inovatif, dan aktif dalam menyiapkan media pembelajaran dan memilih model pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan. Kepada kepala sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang model dan tehnik pembelajaran pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kreativitas anak. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan tahnik pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A.Gede. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja. --------, 2010.Bahan Kuliah Statistika Deskriptif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja. -------, 2011.Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja. Anggota IKAPI. 2002. Diksi Rupa Kumpulan Instilah Seni Rupa. Kanisus Hariyadi, Moh. 2009. Stastistik Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya Koyan, I Wayan.2009. Statistik Dasar dan Lanjut (Tehnik Analisis Data Kuantitaif). Singaraja: Program Studi Penelitian dan evaluasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Kuffner Trish. 2006. Berkarya dan Berkreasi. Jakarta:Gramedia. Mulyasa, H.E. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Pamadhi Hajar dan Evan Sukardi. 2008. Seni Keterampilan Anak. Edisi 1.Cetakan Pertama. Jakarta:Universitas Terbuka. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. ----------, 2005.Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas. Rijadi, Suprijanto. 2009. UU No 20 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia pada http://www.slideshare.net/srijadi/u u-no-20-2003-sistem-pendidikannasional. (diakses 6-2-2014). Sudjarwo. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sudrajat. 2011. Model-model Pembelajaran Langsung. Tersedia pada.http//akmadsudrajat.worrdpr ess.com/2011/01/27/modelpembelajaran-langsung/html (diakses tanggal 22-1-2014). Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta. PT Indeks. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Suyanto, Kasihani K.E. 2007. Penelitian Tindakan Kelas: Pengembangan dan Refleksi Dosen Dan Guru. Makalah Disajikan pada Kegiatan Semlok PTK dan Inovasi Pembelajaran yang Mendidik di SD Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Singaraja.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Syamsuddin, Muhamad. Tahap-Tahap Menggambar.Tersedia pada http://bahasa.kompasiana.com/2 013/01/30/pendidikan-seni-rupa untuk-anak-usia-dini524082.html (diakses tanggal 13 Februari 2014). Tim Prima Pena. Kamus Bahasa Besar Indonesia. Gita Media Press. Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Wendra. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Bumi Angkasa Wiyani, Ardy Novan. 2012. Format PAUD: Konsep, Kareakteristik, dan Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: ARRuzz Media. Yus, Anita. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group. Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.