PENERAPAN METODE INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA DIKLAT GURU MATA PELAJARAN IPA MTs
Oleh : Nur Aini
Abstrak Penulisan Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman metode Inquiri dalam proses pembelajaran mata diklat mata pelajaran IPA serta bagaimana penerapan metode inquiri dalam proses pembelajaran oleh para peserta diklat IPA MTs. Penerapan Metode inquiri pada pembelajaran kimia mata pelajaran IPA pada proses berpikir secara sistematis, kritis, dan analitis pada peserta diklat untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dihadapi, dengan langkah – langkah sebagai berikut : merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan selanjutnya membuat kesimpulan. Penggunaan metode inquiri sangat tepat diterapkan pada pembelajaran IPA khususnya Materi Kimia, yang membahas materi tentang indikator asam basa dan pencemaran lingkungan. Dalam penulisan ini peserta diklat akan mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan yakni menggali informasi yang sebanyak – banyaknya dan pada akhirnya menarik kesimpulan. Kata Kunci : Penerapan, Metode inkuiri Pendahuluan A. Latar Belakang Lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan salah satu instrument yang dipakai oleh pemerintah dalam meningkatkan kompetensi aparatur negara. Di seluruh kementerian yang ada di Indonesia mempunya lembaga pendidikan dan pelatihan termasuk didalamnya Kementerian Agama. Tuntutan stakeholder untuk peningaktan kualitas pelaksanaan Diklat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan atau ditindaklanjuti. Diklat merupakan suatu sistem di mana didalamnya mengandung 3 (tiga) unsur yaitu panitia, widyaiswara, dan peserta diklat yang anatara satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari 3 (tiga) unsur ini yang sangat menonjol perannya dalam hal peningkatan kualitas diklat yaitu widyaiswara, di mana dituntut profesionalisme dalam melaksanakan tugas yaitu
mengajar terhadap peserta diklat. Salah satunya yaitu bagaimana widyaiswara dapat menyusun suatu strategi pembelajaran sehingga motivasi belajar serta pencapaian tujuan pembelajaran dapat di capai.
Strategi pembelajaran.
pembelajaran Apabila
proses
akan
berpengaruh
pembelajaran
dapat
terhadap efektif
pelaksanaan maka
akan
meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, proses pembelajaran yang kurang efektif akan menjadikan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran kurang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran sangat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran. Efektifitas proses pembelajaran sangat tergantung pada straategi yang digunakan. Apabila strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat menumbuhkan partisipasi, maka strategi dimungkinkan akan menjadikan hasil pembelajaran dapat tercapai secara efektif.
Diklat Mata Pelajaran IPA Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu Diklat yang diselenggarakan sebagai program prioritas dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dalam menggerakkan roda reformasi pendidikan nasional. Berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berupa persoalan yang muncul dan bertentangan dengan pendidikan yang tertuang dalam pancasila dan UUD 1945 membutuhkan pemecahan. Oleh karena itu masyarakat memberikan harapan besar pada dunia pendidikan berinvestasi dalam rangka membentuk karakter bangsa khususnya para guru. Hal ini merupakan peluang dan tantangan Balai Diklat Keagamaan untuk dapat memberikan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas bagi para peserta diklat.
Widyaiswara sebagai pendidik dan pengajar yang mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan/atau melatih peserta diklat sebagaimana tertuang dalam peraturan MENPAN No. 22 Tahun 2014, tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, merupakan pemeran
kunci
dalam
keberlangsungannya
suatu
diklat.
Widyaiswara
bertanggung jawab dalam proses pembelajaran berlangsung, karena melalui proses pembelajaran itulah peserta dapat memiliki pengalaman belajar yang nantinya akan menjadi kompetensi yang dimilikinya. Dan salah satu komponen yang turut berperan dalam keberhasilan dari proses pembelajaran tersebut adalah penggunaan pendekatan yang tepat.
Pendekatan pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh Widyaiswara untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dipilih oleh Widyaiswara dalam proses pembelajaran yaitu metode inquiri. Menurut Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973), metode inkuiri adalah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain. Metode inquiri menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang di pertanyakan (Saiful Sagala, 2006: 196-197). Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan makalah ini penulis tertarik untuk mengangkat judul : Penerapan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran Kimia pada Diklat Guru Mata Pelajaran IPA MTs.
B. Identifikasi Masalah 1. Proses pembelajaran di kelas masih berjalan monoton 2. Metode yang digunakan bersifat konvensional 3. Tingkat penguasaan materi peserta diklat yang masih rendah
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang muncul dan menjadi pokok penting dalam kajian ini adalah : “Bagaimana Menerapkan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran Kimia pada Diklat Guru Mata Pelajaran IPA MTs.
D. Tujuan Penelitian Penulisan ini bertujuan untuk : Mendeskripsikan Penerapan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran Kimia Pada Diklat Guru Guru Mata Pelajaran IPA MTs.
II. PEMBAHASAN A.
Pengertian Inquiri Istilah inkuiri berasal dari kata inquiry dalam bahasa Inggris, yang dapat
diartikan sebagai suatu penyelidikan. Inquiri dapat pula diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bertumpu pada pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengarah pada penarikan suatu kesimpulan. Penerapan inquiri pada suatu pembelajaran mengupayakan terciptanya situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam suatu kegiatan yang bersifat ilmiah. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat berinisiatif untuk mengamati, menanyakan, menjelaskan, merancang dan menguji hipotesis, menganalisis serta menarik kesimpulan. Untuk merencanakan pembelajaran dengan metode inkuiri ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Aktifitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh, 2. Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa, 3. Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa 4. Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing. Karena inkuiri diawali dengan kegiatan pengamatan dalam rangka untuk memahami konsep,maka pengamatan itu sebaiknya dilakukan terhadap benda nyata atau yang terdapat pada kehidupan sehari-hari, yang tentu saja menarik bagi siswa sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan mau melakukan pengamatan (Wintarti, 2002:1). Dalam hal ini guru perlu mengarahkan pengamatan siswa dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat menuju ke konsep yang diinginkan. Karena pengamatan terarah pada suatu konsep, mungkin timbul halhal yang harus diketahui namun siswa belum mengetahuinya. Untuk itu siswa akan berusaha mencari tahu dengan bertanya kepada sesama siswa, kepada guru, atau sumber yang lain. Setelah hal-hal yang ingin diketahui terkumpul, untuk mengarah pada suatu konsep tertentu siswa perlu membuat hipotesis dan mengujinya untuk kemudian menganalisisnya berdasarkan data-data yang ada agar dapat menemukan sesuatu. Hal itu dapat dilakukan sendiri atau bersamasama dengan siswa lainnya. Dengan demikian terjadi suatu rangkaian kegiatan sebagai berikut: 1. Mengamati (observing) 2. Bertanya (questioning) 3. Mengumpulkan data (collecting) 4. Menganalisis (analyzing) 5. Merumuskan teori (theoryzing) (Wintarti, 2002:1)
Rangkaian kegiatan tersebut akan dilakukan berulang-ulang hingga konsep yang diinginkan tercapai serta siswa dapat mengembangkan sekaligus menggunakan keterampilan berfikir kritisnya. Pembelajaran dengan inkuiri bertujuan agar siswa dapat mengetahui dan belajar secara ilmiah dengan inkuiri serta mampu mentransfernya ke dalam situasi lain. Tim MKPBM (2001:180) mengemukakan bahwa metode inkuiri terdiri atas: 1. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan dan teka-teki. 2. Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur, mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah 3. Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru dilaksanakan 4. Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkan pada situasi lain. Berdasarkan tahapan di atas dapat dikatakan bahwa metode inkuiri lebih memberi penekanan pada aktifnya siswa dalam: 1. Proses Belajar 2. Mencari informasi baru 3. Membuat hipotesis 4. Menguji hipotesis Pada dasarnya pembelajaran dengan inkuiri mengajarkan pada siswa suatu proses ilmiah untuk menyelidiki dan menjelaskan fenomena yang tidak biasa (lazim) mereka jumpai. Karena siswa pada umumnya memiliki rasa keingintahuan dan hasrat untuk berkembang, maka pembelajaran dengan metode inkuiri dapat
membantu mereka mengembangkan pengetahuan serta keahlian mereka untuk memunculkan berbagai pertanyaan dan mencari jawaban dan rasa keingintahuan mereka. Joyce (1992:194) mengemukakan bahwa sangatlah penting mengarahkan siswa kepada pendapat yang mengatakan bahwa semua pengetahuan bersifat sementara. Berdasarkan pendapat tersebut, maka siswa akan terdorong untuk menemukan sesuatu misalnya jawaban lain yang berbeda dari jawaban yang ada saat itu. Dengan demikian tidak ada jawaban-jawaban yang permanen, sehingga siswa harus dapat mengembangkan apa yang mereka pikirkan dan mencari adanya kemungkinan yang lain. Suchman (Joyce: 1992:199) mengemukakan hal-hal sebagai berikut: 1. Siswa melakukan inkuiri secara alami ketika mereka menyelesaikan teka-teki. 2. Dalam pembelajaran inkuiri, siswa belajar untuk menganalisis yang mereka fikirkan. 3. Dalam pembelajaran inkuiri, strategi-strategi baru dapat segera terpikirkan oleh siswa. 4. Pembelajaran inkuiri dapat memperkaya pikiran siswa. Wintarti (1992:3) mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dipetik dalam pembelajaran inkuiri, 1. Kemampuan siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaanpertanyaan yang mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna. 2. Selama inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
3. Dengan inkuiri siswa dapat belajar bagaimana menjadi ilmuwan, walaupun mereka tidak melakukannya secara formal dan sistematik. 4. Dalam inkuiri diperlukan adanya penyelidikan, percobaan, walaupun analisis yang akan memberikan pengalaman-pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif bagi siswa. 5. Inkuiri memungkinkan siswa pada tingkat perkembangan berbeda bekerja pada masalah serupa bahkan bekerja sama dalam menemukan pemecahan masalah. 6. Inkuiri memungkinkan untuk pengintegrasian atas banyak disiplin ilmu. 7. Inkuiri melibatkan komunikasi. 8. Inkuiri menghendaki siswa bertanggung jawab atas pendidikan mereka sendiri, dalam hal ini perlu adanya keterlibatan aktif dari siswa pada proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode inkuiri dapat diterapkan pada segala usia, tetapi masing-masing kelompok usia memerlukan penyesuaian dalam penerapan pembelajaran ini. Bagaimanapun ada beberapa cara untuk mempermudah atau menyederhanakan metode yang diterapkan hingga mampu untuk terlibat pada tahapan-tahapan dalam metode tersebut. Joyce (1992:209) mengemukakan bahwa model strategi-strategi, nilai-nilai serta sikap yang perlu dikkembangkan dalam pembelajaran inkuiri meliputi, 1. Keahlian proses (pengamatan, pengumpulan dan pengolahan data, menggali dan mengontrol variable, perumusan dan pengujian hipotesis, menjelaskan serta amenyimpulkan). 2. Keaktifan
3. Ekspresi verbal 4. Ketekunan 5. Cara berfikir logis 6. Anggapan bahwa semua pengetahuan bersifat sementara. Dalam pembelajaran dengan metode inkuiri, guru dapat belajar bagaimana cara berfikir siswanya. Selanjutnya guru dapat menata situasi-situasi pembelajaran yang sesuai dan memfasilitasi siswa dalam upaya mempelajari ilmu pengetahuan. Wintarti (2002:4) menyatakan bahwa pada saat menggunakan metode inkuiri guru harus mempelajari beberapa keterampilan sebagai berikut: 1. Mengetahui kapan memberikan suatu sentuhan (rangsangan) 2. Mengetahui petunjuk-petunjuk apa yang tepat untuk diberikan pada siswa tertentu 3. Mengetahui apa yang tidak perlu dikatakan kepada siswa (tidak memberikan jawaban kepada siswa) 4. Mengetahui bagaimana membaca prilaku siswa pada saat mereka bekerja menghadapi tantangan dan bagaimana merancang suatu situasi pembelajaran bermakna dengan memperhitungkan prilaku tersebut. 5. Mengetahui kapan pengamatan, hipotesis, atau eksperimen adalah bermakna. 6. Mengetahui
bagaimana
menggunakan
kesalahan-kesalahan
konstruktif. 7. Mengetahui
bagaimana
membimbing
siswa
sehingga
mereka
memberikan kekuasaan kontrol atas eksplorasi mereka namun tidak berarti kehilangan kontrol atas kelas.
Karena ditekankan pada proses, maka tidak semua pola pembelajaran dapat memunculkan inkuiri. Pola-pola pembelajaran yang berkaitan dengan inkuiri adalah, 1. Konstruktivisme 2. Kontekstual 3. Problem Solving 4. Questioning Bruner (Hersunardo, 1986:11) mengemukakan 4 alasan mengapa metode inkuiri perlu diterapkan dalam pembelajaran, 1. Potensi intelektual 2. Motif-motif intrinsik dan ekstrensik 3. Mempelajari heuristic inkuiri 4. Konservasi memori Bruner mengartikan potensi intelektual, maksudnya orang hanya belajar dari mengembangkan pikirannya dengan menggunakan pikiran tadi untuk berfikir. Pada poin kedua, Bruner percaya bahwa karena berhasil pada inkuiri, siswa menerima getaran intelektual yang memuaskan, yang merupakan getaran intrinsik. Pada poin ketiga, Bruner menekankan bahwa satu-satunya cara agar seseorang mempelajari teknik-teknik penyusunan inkuiri adalah dengan memberikan kesempatan untuk menemukan. Melalui penemuan itu siswa akan belajar bagaimana mengorganisasi dan melakukan penelitian. Sedangkan pada poin keempat, Bruner mengemukakan bahwa salah satu akibat dari pembelajaran inkuiri adalah membantu memperkuat daya ingat.
B. Penerapan Metode Inquiri Berikut ini akan diberikan ilustrasi pembelajaran kimia dengan menggunakan metode inkuiri pada sub pokok bahasan Indikator asam basa untuk siswa MTs, kelas VII. 1. Siswa diberikan soal tentang Indikator asam basa 2. Siswa disuruh mengamati perubahan warna tumbuhan pada saat menggunakan indikator asam dan indikator basa tersebut. 3. Guru dapat mengarahkan pengamatan siswa dengan menyuruh siswa menulis hasil pengamatan tersebut. 4. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, guru (dapat dengan bertanya) mengarahkan pada hasil yang ditemukan oleh siswa. 5. Siswa diminta untuk menganalisis dan merumuskan reaksi apa yg terjadi pada saat terjadi perubahan warna dari hasil pengamatan yang mereka.
Pembelajaran dengan metode inquiri memiliki beberapa kekuatan (Tim MPKBM, 2000:179), diantaranya: 1. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran 2. Siswa memahami benar bahan pelajaran 3. Dapat membentuk konsep pada diri siswa 4. Dapat mengembangkan bakat siswa 5. Siswa terdorong untuk melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat 6. Memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi secara mental dan mengakomodasi informasi
7. Siswa akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks 8. Melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri
Walaupun demikian pembelajaran dengan metode inkuiri juga memiliki kelemahan (Tim MPKBM, 2000:180) sebagai berikut, 1. Menyita waktu 2. Metode ini tidak dapat digunakan pada setiap topik kimia 3. Kelas tidak terlalu besar karena memerlukan perhatian guru terhadap setiap siswa.
Dalam proses pembelajaran materi kimia yang dilaksanakan pada Diklat Guru Mata Pelajaran IPA Madrasah Tsanawiyah, widyaiswara harus dapat memilih metode mengajar yang tepat sehingga memudahkan peserta diklat dalam mencerna dan menguasai mata diklat yang diajarkan makin efektif pada pencapaian tujuan pembelajarannya. Dalam proses pembelajaran, widyaiswara harus lebih cenderung berperan sebagai fasilitator dan partner sebaya, bukan sebagai teacher centered, peserta diklat lebih diarahkan untuk memperoleh pengalaman sendiri dengan cara diberikan kesempatan yang luas untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan peserta didiknya.
C. Kesimpulan Berdasarkan paparan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut : 1. Metode Inquiri adalah metode yang menekankan proses berpikir kritis, sistematis dan analitis kepada peserta diklat untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dihadapi dengan langkah – langkah sebagai berikut : proses pembelajaran, mencari informasi baru, membuat hipotesis, dan menguji hipotesis. 2. Penggunaan metode inquiri sangat tepat diterapkan pada pembelajaran Kimia yang membahas materi tentang Indikator asam basa dan pencemaran lingkungan. Peran peserta diklat adalah mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yang mereka butuhkan yakni menggali informasi yang sebanyak – banyaknya dan pada akhirnya membuat kesimpulan.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi.dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Azwar, Saifuddin. 1997. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arends. Richard l, 2008. Learning To Teach. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Chang R., 2003, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Devi Popy K, dkk., Kimia 2 Kelas XI SMA, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Fatah, N. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya. Hasibuan, D.Melani, 2011. Pengaruh Model PBL Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa MTsN
Hersunardo. (1986). Pendekatan Inquiri Lewat Demonstrasi dalam Mengajarkan Sistem Transpor Tumbuhan kepada para Murid Sekolah Menengah Pertama. Tesis. IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan J. Papilaya, 2007. Modul Model – Model Pembelajaran Yang Efektif.
Ambon,
FKIPUnpatti
Oxtoby David W, 2001, Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga, edisi keempat Jilid I.
Saiful Sagala, 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Pembelajaran. Bandung, Alfabeta.
Sutresna, Nana. 2006. Kimia Untuk Kelas XI SMA. Bandung: PT Grafindo Media Pratama.
Winataputra, Udin S. dkk. 1992. Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar IPA. Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Wintarti, A. 2002. Inquiri dalam CTL dan Contoh Penerapannya pada Pembelajaran Matematika. Makalah. Unesa Surabaya. Tidak Diterbitkan.
_________. 2006. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.