2
Penerapan Metode Praktek dalam Pembiasaan Sholat Pada Mata Pelajaran Fiqih Nurhadi * * FASIH IAIN Tulungagung
[email protected] Abstract Prayer is a pillar of religion, one part of the pillars of Islam. Good and bad human status in the world or in akherat sourced from good and bad prayer. Therefore learning habituation to worship worship should be inculcated early on. One indicator of the lack of prayer habituation especially in the third grade students in SDI Science and Tahfizh Imam Syafi'i Tulungagun today is less active students in following the learning activities. This is coupled with the fact that the learning process applied still apply the old paradigm. Namely lectures, frequently asked questions and assignments. To enable students in the learning process, the use of practice method is very appropriate, because this method can encourage cooperation and activeness of students to improve the obligatory prayers 5 times. The implementation process itself includes: (1) Planning (planning), (2) Implementing action (acting), (3) Observation (observing) and (4) Reflection (reflection). Keyword: Application, Prayer, Fiqh. Sholat merupakan tiang penyangga agama, salah satu bagian dari rukun Islam. Baik dan buruknya status manusia di dunia ataupun di akherat bersumber dari baik dan buruknya sholat. Oleh karena itu pembelajaran pembiasaan menjalankan ibadah shalat harus ditanamkan sejak dini. Salah satu indikator kurangnya pembiasaan shalat
159 EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari'ah, Vol. 03, No. 02, Nov 2016: 158-174 p-ISSN: 2355-438X; e-ISSN: 2407-3709
khususnya Siswa Kelas III di SDI Sains dan Tahfizh Imam Syafi‟i Tulungagun dewasa ini adalah kurang aktifnya siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini ditambah dengan fakta bahwa proses pembelajaran yang diterapkan masih menerapkan paradigma lama. yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan. Untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan metode praktek sangatlah tepat, karena metode ini dapat mendorong kerjasama dan keaktifan siswa untuk meningkatkan kebiasaan shalat wajib 5 waktu. Proses pelaksanaannya sendiri meliputi: (1) Menyusun perencanaan (planning), (2) Melaksanakan tindakan (acting), (3) Pengamatan (observing) dan (4) Refleksi (reflection). Kata Kunci: Penerapan, Shalat, Fiqh. PENDAHULUAN Setiap orang secara umum mengenal istilah pendidikan, demikian pula halnya dengan Pendidikan Agama Islam, akan tetapi sebagian dari masyarakat kita memiliki persepsi pendidikan itu identik dengan sekolah, pemberian pelajaran dan sebagainya. Sedangkan Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dan berisikan ajaran Islam baik yang bebas maupun yang diselenggarakan secara terorganisir berupa pesantren, sekolah maupun yang lain. Al-Syaibany mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai sesuatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.1 Sedangkan Muhammad fadhil al-Jamaly mendefenisikan pendidikan Islam sebagai upaya pengembangan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurnah, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan maupun perbuatanya.2 Diantara cabang materi PAI adalah pelajaran fiqih. Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik 1
Sarjanaku, Pengertian Pendidikan Islam dalam http://www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-islam-pengertian.html diunggah hari minggu 13 maret 2016. Pkl.09.10 wib. 2 Ibid.
Nurhadi - Penerapan Metode Praktek dalam Pembiasaan… 160 http://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/Eksyar
dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah(sempurna). Dan termasuk dari syari‟at islam yang pokok adalah sholat. Sholat merupakan tiang penyangga agama, salah satu bagian dari rukun Islam yang telah ditetapkan dengan dalil Al qur‟an maupun as-Sunnah dan menjadi kesepakatan Ulama‟ kaum muslimin, meninggalkan sholat dengan sengaja merupakan perbuatan yang menjerumuskan kepada kekafiran. Baik dan buruknya status manusia di dunia ataupun di akherat bersumber dari baik dan buruknya sholat. Kerja sama yang sinergis antara setiap elemen yang bertanggung jawab, dapat diharapkan melahirkan sikap yang mencerminkan pelaksanaan agama, pengembangan iman, taqwa, akhlak mulia dan aspek aspek lainnya disamping aspek kecerdasan dan ketrampilan sehingga akan terwujud keseimbangan. Oleh karena itu, pendidikan sholat merupakan bagian pendidikan islam yang sangat penting. Di antara keutamaan Islam bagi umat manusia, ia telah memberikan metode yang tepat dan sempurna bagi mereka dalam pendidikan rohani, pembinaan generasi, pembentukan umat dan pembangunan budaya serta penerapan prinsip-prinsip kemuliaan dan peradaban (madaniyah).3 Pada tingkat sekolah dasar peningkatan ruang lingkup bahan pelajaran meliputi, Al Qur‟an, hadits, fikih, aqidah, akhlak, dan tarikh. Ruang tingkat pendidikan agama islam begitu luas, dan untuk mengukur keberhasilan siswa maka ditetapkan beberapa indikator pencapaian yang merupakan petunjuk tentang hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses, salah satunya kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh lulusan Sekolah Dasar adalah siswa mampu beribadah dengan baik dan tertib.4 Supaya anak didik bersemangat untuk beribadah shalat dengan baik dan disiplin maka perlu adanya pembinaan ibadah shalat yang dalam pelaksanaannya membutuhkan proses atau cara pembinaan tersebut. Namun dalam kenyataannya banyak siswa yang telah selesai menamatkan jenjang pendidikan sekolah dasar pada umumnya sangat kurang dalam menghayati dalam kehidupan seharihari terutama dalam pelaksanaan ibadah shalat. Bahkan siswa-siswi kelas III di SDIST Imam as-Syafi‟i Tapan, Kedungwaru, 3
Abdulloh Nashih Ulwan, Pendidikn Anak Dalam Islam Cet.III (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), hlm. ix. 4 Waliyanti, Upaya Guru Agama Islam dalam Bimbingan Sholat di SDN Karang Anyar Ngemplak Sleman (Yogyakarta: Program S1, 2009), hlm. 2.
161 EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari'ah, Vol. 03, No. 02, Nov 2016: 158-174 p-ISSN: 2355-438X; e-ISSN: 2407-3709
Tulungagung, ketika ditanya tentang pelaksanaan sholat dalam sehari semalam secara tertib, banyak jawaban yang bisa di simpulkan bahwa belum sepenuhnya mereka melaksanakan sholat dalam sehari semalam dengan tertib. Hal tersebut biasa terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh baik dari siswa yang kurang memperhatikan maupun dari lingkungan yang kurang agamis, dimana suasana kehidupan beragama dalam keluarga sangat berpengaruh dalam pembinaan sikap supaya tertib dalam menunaikan ibadah sholat. Di sisi lain, proses pembelajaran umumnya masih didominasi dengan metode ceramah dan tugas mengerjakan soal latihan di buku/LKS. Metode pembelajaran yang monoton ini menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa. Minat belajar yang rendah menjadi penyebab tidak optimalnya prestasi belajar yang dicapai siswa. Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan cara meningkatkan minat belajar siswa. Minat belajar dapat ditingkatkan melalui metode pembelajaran yang menekankan peran aktif siswa serta dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. . KAJIAN TEORI 1) Tentang Shalat Shalat menurut bahasa berarti : do‟a, sedangkan menurut istilah (ahli fiqih) adalah perbuatan (gerak) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. 5 Dasar diwajibkannya shalat yaitu firman Allah Ta‟ala: “Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku” (Q.S. Al Baqarah: 43)6 ` “Sesungguhnya shalat bagi orang yang beriman adalah kewajiban yang ditentukan waktunya.” (Q.S An Nisa‟: 103)7 Sedangkan dasar untuk melakukan ibadah shalat dari hadist Nabi Muhammad Shallallahu‟alaihiwasallam, 5
Moh Rifa‟i, dkk.Terjemah khulashah Kifayatul Akhyar. (Semarang: Toha Putra, 1978) hlm. 53 6 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 1978). 7 Ibid.
Nurhadi - Penerapan Metode Praktek dalam Pembiasaan… 162 http://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/Eksyar
bersumber dari sahabat Abdullah Bin Umar Rodhiyallahu‟anhuma, yang berbunyi sebagaiman berikut:
َق َقاى ُساى ِهَّللِه ٍ ىَخْي ىش َقه َقد ِهةىأ ْيَقنى بُسِه َقِنى ْيِهْل ْي َقَل ُسمى َقَق َق:اى َق ِهَّلل ى ِهَّللاُسى َقَقْي ِه ى َق َق ِهَّلل َقى ى س َق َق ُس ِه ِه ِه ِه ِه ِه َقَلىإِهلَق َقىإِهِهَّللَلى ِهَّللاُسى َقىأ ِهَّلل لص َقَلةى َقإِهيتَق ءى ِهَّلللزَقك ةى َق ْيْلَق ِهجى َق َق ْي مى ىُمَق ِهَّللم ًد ى َق ُس ُساى ِهَّللاى َقإِه َق مى ِهَّلل َقن ُس َقَق َق َقىن
“Islam itu ditegakkan atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhaq disembah melainkan Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad itu adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)8
Berdasarkan dari sumber di atas yakni Al Qur‟an dan Al Hadist sudah jelas bahwa shalat adalah suatu kewajiban yang harus dikerjakan hamba Allah, Mengerjakan Shalat lima waktu, Membayar Zakat, Mengerjakan Haji, Berpuasa pada bulan Ramadhan. Merupakan sendi atau rukun Islam yang terpenting dari hadist yang terakhir ini adalah shalat yang perlu diusahakan peningkatannya, karena anak usia tujuh tahun harus disuruh shalat, jadi sejak kecil shalat memang harus ditanamkan. Bila usia anak menginjak sepuluh tahun belum mau melaksankan shalat maka dipukulah dia agar mau menjalankan shalat. Akan tetapi pukulan mendidik, tidak untuk menyakiti Imam Ahmad mengatakan, "Sesungguhnya kualitas keislaman seseorang adalah tergantung pada kualitas ibadah sholatnya. Kecintaan seseorang kepada Islam juga tergantung pada kecintaan dalam mengerjakan sholat. Oleh karena itu kenalilah dirimu sendiri wahai hamba Allah! Takutlah kamu jika nanti menghadap Allah Azza Wa Jalla tanpa membawa kualitas keislaman yang baik. Sebab kualitas keislaman dalam hal ini ditentukan oleh kualitas ibadah sholatmu."9 Karena itu sudah menjadi keharusan bagi semua kalangan muslimin untuk benar-benar memperhatikan masalah sholat yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad dan membersihkan ajaran agama dari segala yang tidak pernah diajarkannya. 8
Imam Muslim, Shohih muslim, juz.1 no.45 dan Imam Bukhori, Shohih Bukhori, juz.1 no.49. 9 Ibn al Qayyim, ash Sholah wa hukmu taarikihaa Cet.I, (Beirut: Daar ibn hazm, 1996), hlm. 170-171.
163 EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari'ah, Vol. 03, No. 02, Nov 2016: 158-174 p-ISSN: 2355-438X; e-ISSN: 2407-3709
2) Keutamaan Shalat Sholat memiliki keutamaan yang agung, banyak sekali hadits-hadits yang menyebutkan tentang keutamaan sholat,diantranya : 1. Sebagai amalan yang paling utama Ketika Rosululloh ditanya tentang amalan yang paliamg utama,maka beliau bersabda : “ Sholat pada waktunya” ( Muttafaqun alaihi ) 2. Mensucikan manusia dari noda dosa Rosululloh bersabda yang artinya : “Bagaimana menurut pendapat kalian jika ada sungai di depan pintu seorang dari kalian,dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali,apakah tersisa dari kotoran tubuhnya sedikitpun “ para shohabat berkata : Tidak tersisa dari kotoran tubuhnya sedikitpun,” maka Rosululloh bersabda yang artinya : Itulah perumpamaan sholat lima waktu yang Alloh menghapus dosa-dosa dengannya “ ( Muttafaqun alaihi ) 3. Tiang penyangga agama Agama seorang muslim benar benar tegak manakala ia menegakkan sholat akan tetapi ia dianggap merobohkan agama bila ia meninggalkan sholat. Rosululloh bersabda, yang artinya : Puncak perkara adalah Islam,tiangnya adalah sholat,dan puncaknya adalah jihad” Demikian pula telah datang ayat-ayat dan hadits yang memberikan ancaman yang keras bagi siapa saja yang meniggalkan sholat dan mengakhirkan dari waktunya 10 3) Shalat Wajib, Raka’at dan Waktunya Shalat wajib ialah shalat yang harus dikerjakan oleh seorang muslim ada 5, yaitu: 1. Shalat Dhuhur, 4 raka‟at, dan waktunya sejak matahari condong ke arah barat sampai bayangan sama panjang dengan bendanya. 2. Shalat „Ashar, 4 raka‟at, dan waktunya sejak bayangan lebih panjang dari bendanya sampai bayangan 2 kali lbih panjang dari bendanya, sekitar hamper terbenam matahari. 3. Shalat Maghrib, raka‟at, dan waktunya sejak terbenam matahari sampai mega kuning hilang. 4. Shalat Isya‟, 4 raka‟at, dan waktunya sejak hilangnya mega kuning, sampai fajar shadiq (hampir) terbit. 10
Arif Fatul Ulum Bin Ahmad Saifulloh, Sudah benarkah Sholat Kita Cet.I, (Gresik: Majelis Ilmu Publisher, 2008 ), hlm. 30.
Nurhadi - Penerapan Metode Praktek dalam Pembiasaan… 164 http://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/Eksyar
5. Shalat Shubuh, 2 raka‟at, dan waktunya sejak terbit fajar shadiq sampai terbit matahari.11 4) Syarat Sah Shalat dan Rukun Shalat 1. Syarat – syarat syahnya shalat12 a) Islam. Orang kafir tidak sah mengerjakan shalat b) Berakal. Orang yang gila/hilang akal tidak syah shalatnya. c) Baligh (sudah dewasa, anak kecil sah tapi belum diwajibkan) d) Suci dari hadats kecil dan besar e) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis. f) Sudah masuk waktu shalat g) Menutup aurat h) Niat i) Menghadap kiblat 2. Rukun – rukun shalat13 a) Berdiri jika mampu b) Takbirotul ihrom (mengucapkan takbir) c) Membaca surat Al Fatihah (pada setiap raka‟at) d) Ruku‟ e) Bangkit dari ruku‟(i‟tidal) f) Sujud g) Bangkit dari sujud h) Duduk diantara dua sujud i) Duduk tasyahud akhir j) Membaca tasyahud k) Mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad l) Mengucapkan salam m) Tuma‟ninah disetiap rukunnya. n) Tertib 5) Pembatal - Pembatal Sholat 1. meniggalkan rukun atau syarat dan kewajiban dengan sengaja. 2. Banyak bergerak tanpa ada keperluan 3. Membuka aurat dengan sengaja
11
Moh Rifa‟i , dkk.Terjemah khulashah Kifayatul Akhyar (Semarang: Toha Putra, 1978), hlm. 54-55. 12 Arif Fatul Ulum Bin Ahmad Saifulloh, Sudah benarkah Sholat Kita (Gresik: Majelis Ilmu Publisher, 2008), hlm. 31-37. 13 DP3R Imam As Syafi‟i, Fiqih Ibadah 3, Cet.II (Jakarta: Dar-Syafii, 2014), hlm. 20.
165 EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari'ah, Vol. 03, No. 02, Nov 2016: 158-174 p-ISSN: 2355-438X; e-ISSN: 2407-3709
4. Berbicara, tertawa, makam dan minum dengan sengaja.14 6) Metode Praktek Dalam Ensiklopedia Bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode merupakan cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut suatu rencana tertentu. Jadi metode adalah suatu rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasrkan pendekatan tertentu. Pratek yaitu penerapaan ilmu teori, kerja nyata.15 Dalam kamus ilmiah populer praktek berarti latihan, pelaksanaan sesuatu menurut teori.16 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar menyatakan: “Pratek merupakan upaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman langsung, guru tidak hanya memberikan instruksi serta penjelasan di depan kelas saja, akan tetapi kegiatan tersebut juga dapat dilakukan secara bersama-sama yaitu dengan cara praktek langsung”.17 Adapun metode praktek, Abdul Qadir Arno menyatakan dalam tulisannya: “Metode Praktik adalah suatu metode dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti di peragakan, dengan harapan siswa menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktikkan materi yang di maksud suatu saat di masyarakat”.18 Lebih jelas lagi apa yang di katakan oleh Ribut Purwo: “Metode praktek merupakan metode pembelajaran dimana peserta didik/ siswa melaksanakan kegiatan latihan atau praktek agar memiliki ketegasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari teori yang telah dipelajari. Metode ini umumnya dilaksanakan dalam 14
Muhammad bin Ibrahim, Ensiklopedi Islam Al Kamil (Jakarta: Darus Sunnah Pres, 2007), hlm. 667. 15 Sulchan Yasyin, kamus lengkap bahasa indonesia, (Surabaya: Amanah, t.t) hlm. 380 16 Risa Agustin, kamus ilmiah populer (Surabaya: Serba Jaya, t.t), hlm. 426. 17 Depdiknas Dirjen Menajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Pedoman Pembelajaran Bidang Fisik/Motorik Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: t.p, 2007), hlm. 1. 18 Abd. Kadir, Praktik Metode Pembelajaran dalam http://Metode/Pembelajaran/Praktik/Abdul Kadir Arno.html diunggah pada Kamis, 26 Mei 2016. Pkl. 21.30 wib.
Nurhadi - Penerapan Metode Praktek dalam Pembiasaan… 166 http://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/Eksyar
pendidikan kejuruan, pendidikan profesi, dan diklat (pendidikan dan pelatihan). Jadi metode praktek adalah sebuah metode mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan latihan praktek agar siswa memiliki ketegasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. 1) Tujuan metode praktek Adapun tujuan pembelajaran praktek adalah sebagai berikut: a) Meningkatkan kemampuan peserta didik sesuai kondisi nyata di lapangan. b) Menambah wawasan tentang informasi serta melatih pola pikir peserta didik untuk dapat menggali permasalahan, yang kemudian akan dianalisa dan dicari penyelesaiannya secara integral komprehensif. c) Memperluas wawasan umum peserta didik tentang orientasi pengembangan teknologi di masa yang akan datang sehingga diharapkan dapat menyadari realitas yang ada antara teori yang di berikan di kelas dengan tugas yang di hadapi di lapangan. d) Memberikan solusi terhadap masalah yang ada saat praktek.19 2) Langkah-langkah menggunakan metode praktek a. Tahap persiapan Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan: 1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses praktek. 2. Persiapkan garis besar langkah - langkah praktek yang akan dilakukan. b. Tahap pelaksanaan 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 2. Guru menjelaskan materi sholat dan mendemonstrasikan gerakan shalat, dan siswa mempraktekkannya. 3. Guru meminta salah satu siswa maju ke depan untuk mempraktekkan gerakan shalat mulai dari awal sampai dengan salam.
19
Ibid.
167 EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari'ah, Vol. 03, No. 02, Nov 2016: 158-174 p-ISSN: 2355-438X; e-ISSN: 2407-3709
4.
Guru mengajak siswa melaksanakan kegiatan shalat beserta dengan bacaannya.20 3) Kelebihan dan Kelemahan Metode Praktek Sebagai suatu metode pembelajaran, praktek memiliki beberapa kelebihan, di antaranya: 1. Diperolehnya perubahan psikomotor bentuk perilaku ketrampilan 2. Mempermudah dan memperdalam pemahaman tentang berbagai teori yang terkait dengan praktek 3. Meningkatkan motivasi dan gairah untuk semangat belajar 4. Melatih kordinasi otak, mata, tangan dan kaki 5. Melatih ketrampilan anak21 Di samping beberapa kelebihan, metode praktek juga memiliki beberapa kelemahan, di antarannya: a. Memerlukan persiapan yang matang b. Siswa memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapai kompetensi standar yang diperlukan dilapangan kerja sebenarnya. c. Memerlukan biaya yang tinggi untuk pengadaan bahan dan peralatan praktek d. Membutuhkan biaya yang tinggi untuk pengoprasian serta pemeliharaan peralatan praktek e. Memerlukan guru yang benar-benar terampil dalam melakukan pekerjaan yang akan dipraktekkan oleh siswa22 . METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif, karena masalah yang dipecahkan berasal dari praktik pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Proses pelaksanaannya sendiri meliputi: (1) Menyusun perencanaan (planning), (2) Melaksanakan tindakan (acting), (3) Pengamatan (observing) dan (4) Refleksi (reflection). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode wawancara, dan dokumentasi.
20
Depdiknas Dirjen Menajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Pedoman Pembelajaran..., hlm. 1. 21 Ibid., hlm. 12. 22 Abd. Kadir, Praktik Metode Pembelajaran. diunggah pada Kamis, 26 Mei 2016. Pkl. 21.30 wib.
Nurhadi - Penerapan Metode Praktek dalam Pembiasaan… 168 http://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/Eksyar
HASIL PENELITIAN 1) Kebiasaan shalat wajib siswa kelas III SDIST Imam Syafi’i kurang tertib Setelah mengetahui paparan data yang ada, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas III belum melaksanakn shalat 5 waktu dengan tertib. Hal tersebut biasa terjadi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: a) Faktor intern, dimana siswa sendiri yang kurang memperhatikan pembelajaran tentang shalat dan kurang bersemangat dalam mengamalkan ilmu yang diperoleh. Hal ini sebagaimana yang peneliti alami menjadi guru Fiqih kelas III ketika menyampaikan materi ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan dan ketikan ditannya dan disuruh mempraktekkan tidak bisa. b) Faktor Ekstern, berupa lingkungan yang kurang agamis, dimana suasana kehidupan beragama dalam keluarga sangat berpengaruh dalam pembinaan sikap supaya tertib dalam menunaikan ibadah sholat. Sebagaiman pengamatan peneliti yang merupakan guru fiqih kelas III, siswa-siswi yang lingkungannya kurang agamis, seperti dekat dengan warnet dan tempat hiburan biasanya kurang tertib dalam melaksanakan shalat wajibnya karena terkadang bemain game hingga lupa waktu shalat. c) Faktor yang lain yaitu proses pembelajaran umumnya masih didominasi dengan metode ceramah dan tugas mengerjakan soal latihan di buku/LKS. Metode pembelajaran yang monoton ini menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa.Adapun sistem pengajaran yang monoton berupa ceramah dan mengerjakan tugas di buku/LKS, memang peneliti alami sendiri ketika anak dijelaskan kemudian langsung disuruh mengerjakan tugas mereka merasa jenuh/bosan, ada siswa yang mengatakan: “Tugas lagi tugas lagi, capek ustazd nulis terus.” Dan yang menyatakan demikian tidak cuma satu atau dua anak, tapi lebih dari tiga anak. Jadi pembelajaran yang kurang menarik dapat mempengaruhi implementasi hasil pembelajaran yang ada, dalam hal ini adalah kebiasaan shalat wajib. Itulah sebabnya peneliti menerapkan metode praktek untuk meningkatkan minat/semangat belajar siswa sehingga menunjukkan hasil pembelajaran berupa kebiasaan shalat yang lebih baik daripada sebelumnya.
169 EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari'ah, Vol. 03, No. 02, Nov 2016: 158-174 p-ISSN: 2355-438X; e-ISSN: 2407-3709
2) Metode praktek dapat menigkatkan kebiasaan shalat wajib siswa kelas III SDIST Imam Syafi’i. Sebagaimana paparan data yang telah ada, sebelum dilakukan tindakan ada beberapa siswa yang belum terbiasa melakukan shalat dengan tertib, diantaranya yaitu : 1. Fajar : Dalam gerakan shalat ananda Fajar masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dengan benar adapun bacaan shalat sudah lancar. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda sering meninggalkan shalat subuh. 2. Farel : Ananda Farel dalam gerakan shalat masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dan sujud dengan benar sedangkan bacaan shalat belum lancar membaca do‟a iftitah. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh. 3. Farid: Dalam gerakan shalat ananda Farid masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dan sujud dengan benar sedangkan bacaan shalat belum lancar membaca do‟a iftitah dan tasyahud. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh. 4. Hamzah: Dalam gerakan shalat ananda Hamzah masih belum bisa melakukan gerakan sujud dan tasyahud akhir dengan benar adapun bacaan shalat sudah lancar. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda sudah terbiasa tertib. 5. Ismail: Ananda Ismail dalam gerakan shalat masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dan sujud dengan benar sedangkan bacaan shalat belum lancar membaca do‟a iftitah. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh, ashar dan isya‟. 6. M. Iqbal: Dalam gerakan shalat ananda Iqbal masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟, sujud dan tasyhud dengan benar sedangkan bacaan shalat belum lancar membaca do‟a tasyahud. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh. 7. Hafizh: Ananda Hafizh dalam gerakan shalat masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟, sujud dan duduk diantara dua sujud dengan benar, sedangkan bacaan shalat belum lancar membaca do‟a iftitah dan tasyahud akhir. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5
Nurhadi - Penerapan Metode Praktek dalam Pembiasaan… 170 http://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/Eksyar
waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh, ashar dan isya‟. 8. Farah: Dalam gerakan shalat ananda Farah masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dan tasyahud akhir dengan benar, sedangkan bacaan shalat belum lancar membaca do‟a iftitah. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh dan isya‟. 9. Yazid: Dalam gerakan shalat ananda Yazid masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dan sujud dengan benar, sedangkan bacaan shalat sudah lancar. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh. 10. Zaki: Ananda Zaki dalam gerakan shalat masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dan sujud dengan benar sedangkan bacaan shalat belum lancar membaca do‟a iftitah. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh dan isya‟. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada halaman lampiran sekripsi. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa diantara mereka ada yang tidak tertib dalam hal memenuhi shalat 5 waktu dan ada yang belum bisa dalam hal gerakan serta bacaan shalat. Hal ini sesuai dengan hasil wawacara dan observasi yang peneliti lakukan sebelum siklus. Setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus II menunjukkan adanya suatu peningkatan sebagaimana penjabaran berikut ini: 1. Fajar: Setelah diadakan tindakan praktek shalat, ketika melakukan gerakan shalat ananda Fajar mampu melakukan gerakan ruku‟ dengan benar serta dapat membaca bacaan shalat dengan lancar. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda tidak lagi meninggalkan shalat subuh. 2. Farel : Ananda Farel dalam gerakan shalat sudah mampu gerakan sujud dan masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dengan benar sedangkan bacaan shalat belum lancar membaca do‟a iftitah. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda sudah mulai tertib. 3. Farid: Dalam gerakan shalat ananda Farid masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dan sujud dengan benar sedangkan bacaan shalat belum lancar membaca do‟a
171 EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari'ah, Vol. 03, No. 02, Nov 2016: 158-174 p-ISSN: 2355-438X; e-ISSN: 2407-3709
iftitah dan tasyahud. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh. 4. Hamzah: Dalam gerakan shalat ananda Hamzah masih belum bisa melakukan gerakan sujud dan sudah dpat melakukan gerakan tasyahud akhir dengan benar adapun bacaan shalat sudah lancar. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda sudah terbiasa tertib. 5. Ismail: Ananda Ismail dalam gerakan shalat sudah mampu melakukan gerakan ruku‟ dengan benar dan belum bisa melakukan gerakan sujud dengan benar, dan dalam hal bacaan shalat sudah lancar membaca do‟a iftitah. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh dan isya‟. 6. Iqbal: Dalam gerakan shalat ananda Iqbal mampu melakukan gerakan sujud dan tasyhud dengan benar, masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟, dengan benar. Sedangkan dalam hal bacaan shalat sudah lancar. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda sudah tertb. 7. Hafizh: Ananda Hafizh dalam gerakan shalat sudah bisa melakukan gerakan duduk diantara dua sujud dengan benar namun masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dan sujud dengan benar, sedangkan bacaan shalat masih belum lancar membaca do‟a iftitah dan tasyahud akhir. Dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu, ananda masih meninggalkan shalat subuh dan isya‟. 8. Farah: Dalam gerakan shalat ananda Farah sudah mampu melakukan gerakan dan bacaan shalat dengan benar. Ananda sudah tertib dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu. 9. Yazid: Dalam gerakan shalat ananda Yazid sudah mampu melakukan gerakan dan bacaan shalat dengan benar. Ananda sudah tertib dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu. 10. Zaki: Ananda Zaki dalam gerakan shalat sudah bisa melakukan gerakan sujud dengan benar namun masih belum bisa melakukan gerakan ruku‟ dengan benar, dan sudah lancar dalam hal bacaan shalat. Ananda sudah tertib dalam pelaksanaan shalat wajib 5 waktu.
Nurhadi - Penerapan Metode Praktek dalam Pembiasaan… 172 http://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/Eksyar
Dari pemaparan diatas dapat diketahui adanya peningkatan dimana ananda Fajar, Hamzah, Iqbal, Farah, Yazid dan Zaki, sudah mulai tertib dalam hal kebiasaan shalat wajib 5 waktu. Hafizd, Farid, dan Farel masih perlu bimbingan dalam hal bacaan shalat. Adapun Ismail masih perlu bimbingan dalam hal ketertiban shalat 5 waktu. Penjelasan diatas dierkuat dengan hasil wawancara mereka, antara lain sebagaimana yang diungkapkan oleh Fajar Subki siswa kelas III: “Setelah adanya pembelajaran Praktek shalat, saya sudah mulai bersemangat dan tertib dalam menjalankan shalat wajib 5 waktu, serta sya meminta kedua orangtua saya mengingatkan saya ketika lupa ataupun ketiduran”.23 Hal serupa juga dinyatakan oleh Zaki, dia mengatakan: “Saya sering tidak shalat subuh karena ketiduran, namun setelah adanya praktek shalat ini, saya meminta orangtua untuk mengingatkan saya apabila lupa tidak shalat”.24 Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa kebiasaan praktek shalat siswa kelas III pada saat siklus 1 masih cenderung kurang baik. Siswa masih terlihat belum kompak dalam pelaksanaan praktek shalat berjama‟ah. Siswa terlihat ada yang masih terlalu cepat saat membaca bacaan shalat dan ada yang masih lambat karena belum terlalu hafal. Siswa juga masih malu-malu untuk mengeraskan suaranya. Sedangkan pada saat siklus 2, keaktifan siswa sudah cenderung meningkat, banyak kemajuan yang dialami siswa dalam pembelajaran praktek. Dari awalnya yang belum hafal, kemudian ikut-ikutan dan menjadi hafal. Siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran shalat dengan praktek bersama. Hal ini juga menunjukkan bahwa aktifnya siswa dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran shalat dengan praktek sangat baik. Dari pengamatan yang dilakukan peneliti dari hasil siklus 1 sampai siklus 2 dapat dilihat bahwa kebiasaan shalat siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran praktek shalat meningkat.
23 24
Wawancara tanggal 13 Mei 2016 Ibid.
173 EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari'ah, Vol. 03, No. 02, Nov 2016: 158-174 p-ISSN: 2355-438X; e-ISSN: 2407-3709
KESIMPULAN Kebiasaan shalat wajib kelas III awalnya kurang tertiib disebabkan beberapa faktor Intern(berasal dari siswa itu sendiri), dan faktor ekstern (berasl dari luar). Penggunaan metode praktek pada mata pelajaran Fiqih dengan pokok bahasan shalat pada siswa kelas III SDIST Imam Syafi‟i Kedungwaru Tulungagung tahun pelajaran 2015/2016 dapat meningkatkan kebiasaan shalat wajib siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, kebiasaan praktek shalat siswa kelas III pada saat siklus 1 masih cenderung kurang baik. Siswa masih terlihat belum kompak dalam pelaksanaan praktek shalat berjama‟ah. Siswa terlihat ada yang masih terlalu cepat saat membaca bacaan shalat dan ada yang masih lambat karena belum terlalu hafal. Siswa juga masih malu-malu untuk mengeraskan suaranya. Sedangkan dari observasi siklus 2, keaktifan siswa sudah cenderung meningkat, banyak kemajuan yang dialami siswa dalam pembelajaran praktek. Dari awalnya yang belum hafal, kemudian ikut-ikutan dan menjadi hafal. Siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran shalat dengan praktek. Hal ini juga menunjukkan bahwa aktifnya siswa dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran shalat dengan praktek sangat baik. Dari pengamatan yang dilakukan peneliti dari hasis siklus 1 sampai siklus 2 dapat dilihat bahwa kebiasaan siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran praktek shalat meningkat. DAFTAR RUJUKAN al Qayyim, Ibn., ash Sholah wa hukmu taarikihaa Cet.I, Beirut: Daar ibn hazm, 1996. As Syafi‟i, Imam., DP3R, Fiqih Ibadah 3, Cet.II. Jakarta: Dar-Syafii, 2014. Agustin, Risa, kamus ilmiah populer. Surabaya: Serba Jaya, t.t. Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta: Depag RI, 1978. Depdiknas Dirjen Menajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Pedoman Pembelajaran Bidang Fisik/Motorik Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: t.p, 2007. Fatul Ulum, Arif, Sudah benarkah Sholat Kita Cet.I, Gresik: Majelis Ilmu Publisher, 2008. Ibrahim, Muhammad bin, Ensiklopedi Islam Al Kamil. Jakarta: Darus Sunnah Pres, 2007.
Nurhadi - Penerapan Metode Praktek dalam Pembiasaan… 174 http://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/Eksyar
Kadir, Abd., Praktik Metode Pembelajaran dalam http://Metode/Pembelajaran/Praktik/Abdul Kadir Arno.html diunggah pada Kamis, 26 Mei 2016. Pkl. 21.30 wib. Nashih Ulwan, Abdulloh, Pendidikn Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani, 2002. Rifa‟i, Moh., dkk. Terjemah khulashah Kifayatul Akhyar. Semarang: Toha Putra, 1978. Sarjanaku, Pengertian Pendidikan Islam dalam http://www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-islampengertian.html diunggah hari minggu 13 maret 2016. Pkl..09.10 wib. Waliyanti, Upaya Guru Agama Islam dalam Bimbingan Sholat di SDN Karang Anyar Ngemplak Sleman. Yogyakarta: Program S1, 2009. _______, Sudah benarkah Sholat Kita. Gresik: Majelis Ilmu Publisher, 2008. Yasyin, Sulchan, kamus lengkap bahasa indonesia, Surabaya: Amanah. t.t.