e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK Luh Putu Agustiniari¹, prof.Dr.Ni Ketut Suarni² ,Putu Rahayu Ujianti³ ¹,3Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 2
Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kemampuan berbahasa pada anak kelompok A di TK Kecubung Patas dengan menerapakan metode demonstrasi. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 9 orang anak kelompok A TK Kecubung Patas Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Variabel penelitian ini adalah perkembangan kemampuan berbahasa. Untuk mengumpulkan data tentang variabel tersebut digunakan metode observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok A semester II di TK Kecubung Patas tahuan pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari rata-rata persen kemampuan berbahasa pada siklus I sebesar 62,22% yang berada pada kategori rendah. Rata-rata kemampuan berbahasa pada siklus II meningkat menjadi 80,00% yang berada pada kategori tinggi, ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 17,78%. Kata Kunci: metode demonstrasi, kemampuan berbahasa.
Abstract This study aims to determine the increase in the development of language skills in children in the kindergarten group A Kecubung Patas by applying the method of demonstration. The design of this study is action research by using two cycles. The subjects were a group of 9 children Kecubung Patas Kindergarten Second Semester II Academic Year 2013/2014. The variables of this research is the development of language skills. To collect data on the variables used observational methods using instruments observation sheet. Collected data were analyzed with descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results found that the application of the method of demonstration can enhance the ability of religious values in a group of children in the second semester of kindergarten lesson Amethyst knowledge Patas 2013/2014. This is evident from the ability of the average percent of religious values in the first cycle of 62.22% which is at the low category. The average ability of religious values in the second cycle increased to 80.00% which is at the high category, this indicates an increase from cycle I to cycle II of 17.78%. Keywords: method of demonstration, the ability to speak
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Mendidik adalah kegiatan memberi pengajaran, membuat seorang memahami, dan dengan pemahaman yang dimiliki peserta didik sehingga dapat mengembangkan potensi diri dengan menerapkan apa yang dipelajari. Proses itu dapat berlangsung seumur hidup dan pencapaian tujuan pendidikan tidak akan berhenti saat kehidupan seseorang berakhir. Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kegiatan masyarakat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 (dalam Permendiknas No 58 Tahun 2009) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan paling mendasar dan menempati posisi yang paling strategis dalam perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Negara Indonesia memiliki komitmen yang sangat jelas sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 28 yang menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini sejajar dengan bentuk, jenis, dan jenjang pendidikan lainnya. Pendidikan anak usia dini menjadi sangat strategis, sebab masa ini merupakan masa yang penting, baik untuk meletakkan dasar yang kokoh bagi perkembangan mental, emosional, akhlak dan potensi otak anak. Pendidikan anak usia dini menjadi sangat strategis, sebab masa ini merupakan masa yang penting, baik untuk meletakkan dasar yang kokoh bagi perkembangan mental, emosional, akhlak dan potensi otak anak. Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak, masa yang penting bagi anak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek perkembangan anak yang meliputi nilai-nilai agama dan moral, bahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni (Haryuni, 2013). Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang keilmuan, tetapi lebih dalam adalah mempersiapkan anak agar kelak mampu menguasai berbagai tantangan di masa depan. Piaget (1978:527) mejelaskan bahwa masyarakat sekarang banyak anak-anak yang kurang mendapat pendampingan dari orang tuanya dalam masa perkembangannya.Tidaklah mengherankan apabila banyak negara-negara yang menaruh perhatian sangat besar terhadap penyelenggaraan Pendidikan Anak UsiaDini (PAUD).Pendidikan usia dini seperti pendidikan lainnya memerlukan tenaga pengelola dan pendidik yang handal dalam menyelenggarakan pembelajaran yang sesuai dengan taraf tumbuh kembang anak (Permendiknas No.58 Tahun 2009). Oleh karena itu orang dewasa diharapkan dapat memberikan contoh pengucapan atau pelafalan kata atau kalimat yang benar.Dalam hal ini komunikasi dan interaksi antara orang tua dan anak menjadi sangat penting. Sejalan dengan Dengan meluasnya cakrawala sosial anak-anak, anak menemukan bahwa berbicara merupakan sarana penting untuk memperoleh tempat di dalam kelompok. Hal ini membuat dorongan untuk berbahasa lebih baik. Anak juga mendapatkan bahwa bentuk-bentuk komunikasi secara sederhana seperti menangis dan gerak isyarat secara sosial tidak diterima.Hal ini menambah dorongan untuk memperbaiki kemampuan bahasanya. Penting bagi anak untuk mengetahui bahwa inti komunikasi adalah bahwa ia mampu mengerti apa yang dikatakan orang lain. Kalau anak tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain, tidak saja bahwa ia tidak dapat berkomunikasi, tetapi akan lebih parah lagi ia cenderung mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang dibicarakan oleh teman-teman
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014) sehingga ia tidak dapat diterima dalam kelompok. Struktur Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 Taman Kanak-Kanak disebut sebagai Program Kegiatan Belajar yang mencakup 3 (tiga) bidang pengembangan yaitu (1) Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama, (2) Pengembangan Sosial Emosianal, dan (3) Pengembangan Kemampuan Dasar. Program kegiatan belajar dalam rangka Pengembangan Kemampuan Dasar meliputi antara lain pengembangan berbahasa, kognitif, fisik dan seni. Pada dasarnya kurikulum berbasis kompetensi telah mengakomodasi berbagai kebutuhan hidup yang memungkinkan anak didik memiliki kesiapan untuk bersaing, bertahan hidup serta menjadi warga negara yang memiliki keterampilan hidup. Selain itu KBK baru memuat rambu-rambu pokok sehingga perlu pengembangan lebih lanjut agar implementasinya di lapangan sesuai dengan yang diharapkan. Pengembangan Kemampuan Berbahasa dalam KBK 2004, bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa indonesia. (Nurbiana, 2011). Seiring dengan perkembangan kognitif yang terjadi pada anak Taman KanakKanak, terlihat dari perkembangan bahasanya. Perkembangan bahasa anak usia dini merupakan tahun kritis bagi anak, dari masa prelinguistik menuju masa linguistik. Fase prelinguistik adalah perkembangan bahasa anak usia 0-1 tahun yaitu mulai sejak tangisan pertama sampai anak selesai dengan fase mengoceh. Pada periode ini anak mulai peka terhadap bahasa, anak mulai tahu kalau bunyi tertentu memiliki arti tertentu.Sedangkan fase linguistik dimulai sejak anak berusia 1 tahun sampai 5 tahun yaitu mulai dari menguap kata-kata pertama sampai ia dapat berbicara dengan lancar. Secara umum karakteristik kemampuan bahasa anak Usia 4-5 tahun yaitu terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak, telah menguasai 90% fonem dan sintaks bahasa yang digunakan, dapat berpartisipasi dalam
suatu percakapan, anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut (Nurbiana, 2011). Sedangkan usia 5-6 tahun yaitu sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosa kata, lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak menyangkut: warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, kecepatan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak, permukaan (kasarhalus), sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik, dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaran tersebut, percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain (Nurbiana, 2011). Sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun dalam Permendiknas Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, anak diharapkan mampu menyimak perkataan orang lain, mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan, memahami cerita yang dibacakan, mengulang kalimat sederhana, menjawab pertanyaan sederhana, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidak setujuan.Kegiatan belajar-mengajar dalam kelas seharusnya membutuhkan suasana yang kondusif, agar anak-anak dapat belajar semaksimal mungkin, namun pendidik sering menghadapi sikap dan perilaku yangberlawanan dengan yang seharusnya, seperti anak belum bisamenyimak perkataan orang lain, mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan, memahami cerita yang dibacakan, mengulang kalimat sederhana. Laju perkembangan bahasa anak yang satu dengan yang lainnya berbeda, ada anak yang dalam usia 4-5 bulan sudah banyak meraban, ada juga yang mendapatkan perkembangan tersebut pada usia 8 bulan, selanjutnya ada anak yang sudah berbicara dengan lancar dan kosa kata yang banyak pada usia 5 tahun, ada juga yang baru berbicara dengan lancar dan baik padausia 7 tahun, namun apabila dikaji umumnya anak lambat dalam perkembangan bahasanyatersebut tidak
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014) normal. Hal tersebut di atas terjadi karena perkembangan bahasa pada anak merupakan pengaruh dari berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Salah satu factor tersebut yaitu kurangnya pembiasaan pada anak untuk berbahasa.Secara singkat bahasa dapat diartikan sebagai alat komunikasi, setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang sekitarnya. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Dengan demikian dalam berbahasa ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak penerima dan penyampai isi pikiran. Saat percakapan atau berdialog dipihak-pihak itu saling berganti fungsinya, antara penerima dan penyampai isi pikiran. Badudu (Nurbiana, 2011) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individuindividu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginan. Berbahasa berarti menggunakan bahasa berdasarkan pengetahuan individu tentang adat dan sopan santun. Berdasarkan wawancara dengan guru di TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak, terungkap bahwa masalah yang sering dihadapi pada anak usia dini adalah ketika anak-anak berkomunikasi, banyak anak yang kurang mengerti dan berbahasa dengan baik saat menyampikan apa yang dia rasakan. Dengan keadaan tersebut, kegiatan belajarmengajar di dalam kelas pada TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak menjadi terhambat. Dari data yang didapat, perkembangan bahasa di TK Kecubung kelompok A mengalami penurunan dan termasuk dalam kategori rendah dibandingkan dengan aspek perkembangan lainnya. Berdasarkan hasil observasi di kelompok A TK Kecubung Patas, dari 9 anak ditemukan 8 anak mengalami kesulitan dalam berbahasa dan 4 anak mendapat 1 bintang ( ) sedangkan 4 anak yang sudah cukup baik dalam berbahasa mendapat 3 bintang ( ), dan 1 yang mencapai 3 bintang ( ). Hari pertama
observasi, 5 anak terlihat aktif dan mampu menjawab semua pertanyaan guru saat belajar di area percakapan.Namun 4 anak terlihat diam dan tidak merespon pertanyaan dari guru.Anak tersebut juga tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru.masalah yang ditemukan adalah kurangnya tingkat kemampuan berbahasa anak, baik menerima maupun menyampaikan keinginannya. Saat percakapan anak terlihat kurang merespon apa yang dikatakan guru. Setiap kegiatan percakapan guru hanya berbicara kepada anak tanpa menggunakan suatu media ataupun metode.Keterbatasan pengetahuan guru tentang metode belajar di kelompok A dikhawatirkan menjadi penyebab ketidaktertarikan beberapa anak yang pada akhirnya anak akan bisa berbahasa dengan baik. Guru menyampaikan bahan pelajaran memerlukan cara atau metode tertentu agar materi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. Metode adalah suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan atau memberikan pelajaran pada anak tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Menurut Nurkancana dan Sunartana. (1992:15) metode mengajar merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada anak. Sedangkan Moedjiono dan Dimyati (1993:10) mengatakan pula bahwa metode adalah cara yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan. Tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru harus dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan cara yang tepat. Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru dapat memilih metode yang tepat untuk diterapkan. Ada banyak jenis metode yang dapat dipih oleh guru disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran dan anak didik. Jenis-jenis metode yang dikemukakan oleh Nurkancana dan Sunartana, (1992:20) terdiri dari: a) metode ceramah, b) metode tanya jawab, c) metode diskusi, d) metode tugas, e) metode latihan, f) metode buku pelajaran, g) metode bercerita, h)metode demonstrasi, i) metode exsperimen, j) metode pemecahan masalah, k) metode sosiodrama, l) metode
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014) kerja kelompok, m) metode proyek, n) metode belajar berencana, o) metode kariya wisata dan p) metode berkemah. Dalam penelitian ini metode mengajar yang digunakan adalah metode keteladanan (metode demonstrasi). Alasan-alasan penggunaan metode keteladanan (metode demontrasi) adalah metode inilah yang dianggap paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, oleh karena dengan metode ini maka anak akan lebih cepat mengerti seluruh guru dan hasilnya akan lebih cepat didapat. Berdasarkan hal tersebut salah satu upaya yang dilakukan peneliti adalah menerapkan metode demonsatrasi. Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk mempertunjukkan/ memperagakan suatu objek/proses dari suatu kejadian atau peristiwa. ”Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai penjelasan lisan” (Djamarah dan Aswan Zain, 1995:83). Sedangkan Sujana (1989:83) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar yang memperlihatkan tentang sesuatu disertai penjelasan lisan, siswa melihat dan mengamati sehingga memperoleh gambaran yang jelas. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan perkembangan berbahasa pada anak kelompok A di TK Kecubung patas. METODE Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak pada kelas B. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Kecubung Patas.Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok A TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak yang berjumlah 9 orang dengan 5 orang siswa laki-laki dan 4 orang siswa perempuan. Siswa ini dipilih menjadi subjek penelitian mengingat di kelompok A TK Kecubung Patas, ditemukanpermasalahan-
permasalahan seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berbahasa pada siswa kelompok A TK Kecubung Patas.Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK) Menurut Agung (2012:24) menyatakan “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan.PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profisional. Tujuan dari PTK adalah untuk pengembangan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dalam pemecahan masalah secara langsung pada program pembelajaran yang sedang berjalan.” Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di dalam kelas secara lebih profesional. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian.Rencana kegiatan yang dilakukan pada penilitian ini guna meningkatkan perilaku moral pada anak kelompok A TK Kecubung Desa Patas diantaranya yaitu :menyamakan persepsi dengan guru mengenai moral pada anak usia dini, membuat perencanaan pembelajaran yang kemudian dituangkan dalam peta konsep, rkm Rencana Kegiatan Harian (RKH), mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu media buku cerita bergambar, dan menyiapkan instrumen penelitian. Adapun upaya yang dilakukan oleh guru/peneliti untuk melakukan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan.Kegiatan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014) yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah melaksanakanproses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan.Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar format observasi. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana anak didik dalam melakukan kegiatan tersebut. Observasi dilakukan bekerjasama dengan pendidik lain yang berperan sebagai kolaborasi.Data yang telah diperoleh dari lembar observasi didiskusikan bersama dengan pendidik maupun pengasuh. Refleksi barupa diskusi yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi meliputi proses pembelajaran, masalaha yang muncul, respon anak terhadap pembelajaran melalui metode bercerita berbantuan media cerita bergambar dan pengaruh pembelajaran pada perilaku anak. Jika hasil evaluasi masih menunjukkan beberapa kekurangan, maka siklus akan dimulai lagi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat.Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama variabel bebas yang berisikan metode demonstrasi dan yang kedua variabel terikat yang berisikan kemampuan berbahasa pada anak kelompok A TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak. Instrumen yang digunakan adalah berupa lembar observasi. Adapun aspekaspek penilaian meliputi proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi, keterlibatan anak dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sangatlah diamati oleh pendidik. Aspek penilaian tersebut adalah Menirukan berbagai bunyi/suara tertentu, Melakukan 2 perintah secara sederhana,Dapat menjawab pertanyaan siapa, mengapa, dimana, dsb, Berani menyatakan alasan terhadap suatu yang diinginkan, dan Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif.Dalam buku metodologi penelitian dinyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statistik yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dalam hubungan ini Agung (2010:70) menyatakan bahwa:Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakkan dengan jalan menerapan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan Modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Dalam penerapan metode analisis statistik dekskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung median, d) menghitung modus. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenal keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2010:76). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan perilaku moral pada anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkatan perkembangan berbahasa siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan di kelompok A TK Kecubung Patas dengan jumlah siswa 9 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana siklus I terdiri dari 8 kali pertemuan, yaitu 7 kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi penilaian, sedangkan pada siklus II terdiri 6 kali pertemuan, yaitu 5 kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi penilaian. Siklus I, pertemuan satu sampai dua tujuh menerapkan RKH, dan pertemuan ketujuh diadakan evaluasi penilaian siklus II.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014) Data yang dikumpulkan adalah mengenai hasil belajar anak terhadap perkembangan kemampuan berbahasa dengan menggunakan metode demonstrasi.Selanjutnya data yang telah didapat tersebut dianalisis dengan menggunakan metode-metode yang diterapkan sebelumnya.Siklus I dilaksanakan selama delapan kali pertemuan yaitu tujuh kali pertemuaan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi penilaian perkembangan kemampuananak kelompok A yang berjumlah 9 orang. Data hasil belajar anak pada perekmbangan berbahasa disajikan dalam bentuk grafik polygon. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan perilaku moral anak menggunakan media buku cerita bergambar dengan menggunakan lima indikator, dan masingmasing indikator yang muncul dalam pembelajaran akan diberi skor.Data yang didapat disajikan kedalam grafik polygon pada hasil belajar kemampuan berbahasapada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik sebagai berikut.
Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat M < Md = Mo (9,33< 9 = 8), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar perkembangan kemampuan berbahasa pada siklus I dapat di interpretasikan skor perkembangan
kemampuan berbahasa pada anak Kelompok A TK Kecubung Patas rendah.Nilai M% = 62,22 % yang dikonvesikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 25-64 %yang berarti bahwahasil belajar kemampuan berbahasa siklus I berada pada kriteria rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar anak masih berada pada kriteria rendah, maka masih perlu ditingkatkan pada siklus II.Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I adalah yang pertama perkembangankemampuan berbahasa melalui metode demonstrasi masih belum maksimal, ada perkembangan berbahasa anak yang sudah berkembang serta ada beberapa anak yang perkembangan bahasanya belum berkembang dan kurang merespon kegiatan pembelajaran saat proses pembelajaran berlangsung, dan yang kedua beberapa anak belum senang menerima kegiatan bercerita menggunakan buku cerita bergambar karena ceritanya kurang menarik untuk anak. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah kegiatan bercerita atau percakapan lebih difokuskan pada keterlibatan anak melalui interaktif atau peneliti mengajak anak untuk mendemonstrasikan langsung kegiatan pembelajaran pada saat itu sehingga anak bisa memahaminya dengan mudah dan menarik.Siklus II dilaksanakan selama enam kali pertemuan, lima kali untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali untuk evaluasi penilaian perkembangan kemampuan berbahasa. Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kelima pada siklus II yaitu menerapkan RKH dan pertemuan keenam mengadakan evaluasi penilaian siklus II. Data hasil belajar kemampuan berbahasa yang diperoleh oleh anak disajikan dalam bentuk grafik polygon pada hasil belajar kemampuan berbahasa pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)
4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
M = 12,33 Mo = 13
Me = 13
Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat M < Me < Mo (12,33< 13,00 < 13,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar perilaku moral pada siklus II cenderung tinggi. Melalui perbaikan peroses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksaaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah yang pertama secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan memuaskan, yang kedua anak yang perkembangan kemampuan berbahasanya kurang dalam proses pembelajaran menjadi baik, dan yang ketiga peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberi motivasi pada anak apabila ada anak yang belum bisa berbahasa dengan baik sesuai yang diharapkan. Secaraumum proses pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan ratarata prsentase (M%) hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil analisis memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode demonstrasi untuk
mengembangkan kemampuan berbahasaanak diperoleh rata-rata hasil belajar kemampuan berbahasa anak pada siklus I sebesar 62,22 % dan rata-rata hasil belajar perilaku moral anak pada siklus II sebesar 80,00%. Ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar anak dari siklus I ke siklus II sebesar 17,78%. Metode demonstrasi menurut Djamarah dan Aswan Zain, (1995:83) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai penjelasan lisan. Sesuai pernyataan diatas, maka metode demonstrasi tepat digunakan oleh guru untuk meningkatkan perkembangan berbahasa pada anak, karena melalui metode demonstrasi penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan, karena siswa akan dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama demonstrasi berlangsung. Djamarah dan Aswan Zain (1995:102103) menyatakan kelebihan metode demonstrasi adalah 1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga dapat menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat), 2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, 3) Proses pengajaran lebih menarik, 4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukan sendiri.Jadi dengan kelebihan-kelebihan dari metode demonstrasi ini diyakinkan dapat meningkatkan perkembangan berbahasa pada anak. Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukan bahawa penerapan metode demonstrasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasaanak ternyata sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan metode demonstrasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasaanak secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan hasil belajar para anak didik.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014) SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan di depan, maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan perkembangan kemampuan berbahasa anak setelah penerapan metode demonstrasi kelompok A semester II TK Kecubung Desa Patas tahun pelajaran 2013/2014. Ini terlihat dari rata-rata persen perilaku moral pada siklus I sebesar 62,22% yang berada pada kategori rendah, meningkat pada siklus II menjadi 80,00% yang berada pada kategori tinggi. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 17,78%. Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran yang pertama kepada siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya melalui kegiatan-kegiatan atau percakapan yang sudah diberikan oleh guru, yang kedua kepada guru diharapkan agar para Guru Taman Kanak-kanak dapat menggunakan metodedemonstrasi dengan media dan kegiatan-kegiatan percakapan dalam meningkatkanbahasa anak seperti yang telah penulis lakukan di atas, dengan menyesuaikan karakteristik anak masingmasing kelas. Diharapkan guru tidak pernah bosan untuk belajar menguasai teknik dalam berdemonstrasi, yang ketiga kepada Orang Tua, komunikasi yang baik serta kegitan-kegiatan yang bermanfaat dapat menjadi solusi bagi para orang tua agar digunakan dirumah untuk meningkatkan bahasa putra dan putrinya supaya menjadi lebih baik. Orang tua dan guru dapat bekerja sama mengembangkan kemampuan bahasa anak, yang keempat kepada peneliti lain, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari kemampuan berbahasa dengan mengembangkan metode demonstrasi pada anak didik di TK Kecubung Desa Patas. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2005. Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.
-------. 2010. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah disajikan dalam Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha, Singaraja 27 September 2010. -------.
2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.
Arca Aspini, Ni Nyoman. 2005. Penerapan Metode Demonstrasi dan Eksperimen untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Sains pada Siswa Kelas V Semester I SD No. 4 Kampung Baru Tahun Ajaran 2005/2006. Skripsi.TidakDiterbitkan. Depdiknas 2009. Permendiknas No.58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. Moedjiono, & Moh. Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Nurkancana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional Nurkancana dan Sunartana. 1992. Strategi Pembelajaran. Surabaya: Usaha Nasional Dheni
Nurbiana. 2011. Pengembangan Bahasa. Universitas Terbuka.
Metode Jakarta:
Dewi Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman KanakKanak.Jakarta:DepdiknasDirektorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Suarni, Ni Ketut. 2009. Psokilogi Perkembangan 1. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja. Sudarsono, FX. 1996. Pelaksanaan Penelitian
Pedoman Tindakan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014) Kelas. Yogyakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Undang-Undang tentang Nasional.
No. 20 Sistem
Tahun 2003 Pendidikan
Wardhani, IGAK.2009.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Universitas Terbuka.