Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
PENERAPAN CSR DALAM MENINGKATKAN NILAI SERTA KINERJA PERUSAHAAN : PKBL PT TELKOM, Tbk JATIM Debby Cahya Wulandari
[email protected]
Andayani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to the implementation form of Corporate Social Responsibility through the Partnership Program and The Environment Awareness in order to increase both the value and the company’s performance, and also to find out all social activities are implemented as the form of social responsibility to the company’s how to prepare the accounting social responsibility report has been implemented by the company. The research shows that all of those social activities done by PT. TELKOM, Tbk as the company’s social responsibility to the environment in the form of Partnerships Program and the Environmental Awareness Program. In the implementation of PKBL PT TELKOM, Tbk East Java area is success category since the available fund to the budgeting worked planned, while the performance of PT TELKOM, Tbk East Java area is being said successful according to the Ministry of BUMN No KEP-100/MBU/2002, the level of loan collectability percentage almost reach 100% and getting the score of 3 in the last 3 years, therefore, the PKBL implementation is being scored better and well done. As a result, it is indirectly influence to the profitability, company’s value, company’s performance and company’s growth. Keywords: Partnerships Program and The Environment Awareness, Value, Profitability, Company’s Performance, Company’s Growth. ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk penerapan Corporate Social Responsibility melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan guna meningkatkan Nilai serta kinerja perusahaan, untuk mengetahui aktivitas-aktivitas sosial yang dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar perusahaan, bagaimana menyajikan laporan akuntansi pertanggungjawaban sosial yang diterapkan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bentuk aktivitas sosial yang dilakukan PT TELKOM,Tbk sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan berupa Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Pada pelaksanaan PKBL PT TELKOM,Tbk area Jatim dalam kategori berhasil karena sumber dana yang tersedia dengan penggunaan dana sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran, sedangkan kinerja PT TELKOM,Tbk area Jatim dikatakan berhasil menurut Peraturan Menteri BUMN No KEP100/MBU/2002, dengan tingkat kolektabilitas pengembalian pinjaman presentase hampir mencapai 100% dan mendapatkan skor 3 dalam kurun waktu 3 tahun terakhir maka pelaksanaan PKBL dinilai semakin baik dan bagus. Sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh pada profitabilitas, nilai, kinerja dan pertumbuhan perusahaan. Kata kunci : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, Nilai, Profitabilitas, Kinerja Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
2
PENDAHULUAN Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda. Namun bagi perusahaan yang berorientasi pada laba, tujuan utamanya adalah memperoleh laba semaksimal mungkin diharapkan dapat mendukung kegiatan operasional perusahaan sehari-hari serta memperkuat struktur permodalan dan memperbesar investasi perusahaan, Sehingga keberlanjutan atau kelangsungan hidup perusahaan dapat terjaga. Agar perusahaan dapat mencapai tingkat laba yang memuaskan semua pihak maka salah satu cara yang ditempuh perusahaan adalah dengan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosial perusahaan yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility merupakan klaim agar perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis. CSR merupakan wujud aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuannya saat ini dan jangka panjang, perusahaan harus mendasarkan keputusannya tidak semata hanya berdasarkan fakor keuangan, tetapi juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Dalam CSR terdapat pemahaman dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Dahli dan Siregar, 2008). Pengembangan program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), outreach, beasiswa dan sebagainya. Secara yuridis formal, pemerintah memberikan pengakuan dan anjuran terhadap partisipasi pengelolaan lingkungan bagi semua pihak lewat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab IV pasal 66 ayat 2b dan Bab V pasal 74 yang menjelaskan bahwa laporan tahunan perusahaan harus mencerminkan tanggung jawab sosial, bahkan perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan CSR. Secara lebih operasional, Menteri BUMN mengeluarkan Surat Keputusan Nomor KEP- 04/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Dengan demikian menunjukkan keseriusan dan perhatian pemerintah terhadap dunia bisnis, khususnya BUMN dan perusahaan yang pengoperasiannya berkaitan dengan eksploitasi sumber daya alam agar melaksanakan praktik CSR. Selain itu, melalui PKBL Perusahaan memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi secara Nasional. Dalam penelitian (Marpaung, 2010) menuliskan bahwa manfaat yang diperoleh perusahaan dalam pelaksanaan CSR antara lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Perusahaan yang secara berkesinambungan menerapkan CSR terbukti mendapatkan manfaat apresiasi yang baik dari masyarakat sekitar dan dari para karyawannya, serta mendapatkan kepercayaan dan loyalitas customer yang lebih tinggi. Walaupun kepercayaan dan loyalitas ini diperoleh dengan investasi yang tidak sedikit dan dalam jangka panjang benefit tersebut baru dapat dirasakan. Sangat penting bagi perusahaan untuk membangun hubungan dengan masyarakat karena dari hubungan tersebut akan berdampak positif dalam kelangsungan hidup perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal. CSR memang dilihat dari jangka pendek tidak memberikan hasil manfaat dalam bentuk keuangan akan tetapi CSR akan memberikan manfaat pada keuangan perusahaan dimasa akan datang. CSR dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
3
digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu dilaksanakan secara berkelanjutan. Dengan perusahaan menerapkan sistem CSR perusahaan mendapatkan citra yang baik dari lingkungan masyarakat sehingga dapat mendukung aktivitas perusahaan berjalan dengan baik. Program CSR merupakan sebagai bagian yang strategis dalam bisnis yang akan mempermudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam suatu perusahaan untuk mengimplementasikan rencana kegiatan dari program CSR yang telah dirancang. Namun, dalam kenyataan di dunia bisnis, tidak semua perusahaan di Indonesia yang sudah menerapkan CSR. Ketidakpedulian terhadap lingkungan sosial dapat menimbulkan rintangan bagi perusahaan berupa tekanan sosial yang dapat menghancurkan nama baik perusahaan dan dapat menghambat aktifitas operasional perusahaan. Penelitian pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk Area 5 Jawa Timur dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai sistem penerapan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Dengan melaksanakan CSR, nilai perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka pertumbuhan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial dan menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), Definisi CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan satu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang bersama-sama dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas. Dari pengertian tersebut maka penulis dapat memahami bahwa komitmen perusahaan dalam bertindak secara etis dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi dan sosial kepada seluruh stakeholder-nya serta memperhatikan lingkungan sekitar perusahaan dengan baik agar tercapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Menurut Soewarno (2009:6), bahwa dalam jangka panjang penerapan CSR bertujuan agar dapat membuat stakeholder merasa diperhatikan oleh perusahaan dan kemudian mereka bersimpati pada perusahaan sehingga upaya ekonomi perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Program CSR yang dilakukan oleh perusahaan memiliki berbagai keuntungan. Dalam buku, “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”,( Wibisono, 2007) keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan jika melakukan program CSR yaitu : (a) Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan citra perusahaan. Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya kontribusi positif pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif perusahaan. Citra yang positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan; (b) Sebuah perusahaan layak mendapatkan sosial licence to operate. Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan kepada perusahaan adalah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
4
keleluasaan untuk menjalankan roda bisnisnya di kawasan tersebut; (c) Mereduksi risiko bisnis perusahaan. Mengelola risiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Disharmoni dengan stakeholders akan menganggu kelancaran bisnis perusahaan. Bila sudah terjadi permasalahan, maka biaya untuk menutupi akan jauh lebih berlipat bila dibandingkan dengan anggaran untuk melakukan program CSR. Oleh karena itu, pelaksanaan CSR sebagai langkah preventif untuk mencegah memburuknya hubungan dengan stakeholders perlu mendapat perhatian; (d) Untuk melebarkan akses sumber daya track records yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan; (e) Membentangkan akses menuju pasar investasi. Apa yang ditanamkan untuk program CSR ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk di dalamnya memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru. Tahapan Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility Tahapan-tahapan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam implementasi CSR antara lain: Pertama, Tahapan Perencanaan, terdiri dari 3 (tiga) langkah utama yakni (a)Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya arti CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dilakukan melalui seminar,lokarya, diskusi dan lain sebagainya; (b) CSR assessement merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif; (c) CSR manual building merupakan pedoman implementasi dari hasil assesment yang telah dilakukan. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking (mempelajari program CSR dari perusahaan lain yang dinilai lebih sukses dalam implementasi program ini), menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah instan, penyusunan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Kedua Tahapan Implementasi, terdiri dari 3 (tiga) langkah utama yaitu: (a) Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan penuh seluruh komponen perusahaan, (b) Pelaksanaan adalah kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun; (c) Internalisasi adalah tahap jangka panjang mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan seperti melalui sistem manajemen kinerja. Ketiga Tahapan Evaluasi yaitu tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan dengan pengambilan keputusan selanjutnya. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan. Keempat Tahapan Pelaporan, pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Oleh karena itu selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang memerlukan informasi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
5
tersebut. Perusahaan bebas menentukan bentuk atau format reporting yang dibuatnya karena memang belum ada standar baku yang diberlakukan. Jenis-jenis aktifitas Corporate Social Responsibility Menurut Kotler dan Lee (2005) menyebutkan enam kategori aktivitas Corporate Social Responsibility, sebagai berikut : Pertama, Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotions) Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan sosial tertentu. Kedua, Pemasaran terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing) Perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu serta untuk aktivitas tertentu. Contoh kegiatan CSR ini antara lain : menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap produk yang terjual. Ketiga, Pemasaran Kemasyarakatan Korporat (Corporate Societal Marketing) Perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kampanye Corporate Societal Marketing lebih banyak terfokus untuk mendorong perubahan perilaku yang berkaitan dengan hal-hal Isu-isu kesehatan, -isu perlindungan terhadap kecelakaan atau kerugian, Isu-isu lingkungan, dan Isu-isu keterlibatan masyarakat. Keempat, Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philanthropy) Merupakan kegiatan yang mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial, serta yang menyediakan akses pada sumbersumber ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aktivitas CSR perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan atau paket bantuan atau pelayan secara cuma-cuma. Contoh kegiatan ini adalah penyediaan beasiswa, pemberian produk. Kelima, Pekerja Sosial Kemasyarakatan secara Sukarela (Community Volunteering) Perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran, atau para pemegang frenchise agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. Keenam, Praktik Bisnis yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial (Socially Responsible Business Practice) Perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Yang dimaksud komunitas di sini adalah shareholder, stakeholder dan publik, baik itu publik internal maupun publik eksternal. Contoh aktivitas yang dilakukan adalah membuat fasilitas yang memenuhi keamanan lingkungan dan keselamatan yang ditetapkan, mengembangkan berbagai program untuk menunjang terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pengukuran dan pelaporan Corporate Social Responsibility Menurut Glautier dan Underdown (1986:484) terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengukur pelaporan akuntansi, yaitu : (1) Descriptive Approach Digunakan sebagai pandangan pendekatan umum. Informasi deskriptif tentang penerapan aktifitas sosial dilaporkan dalam bentuk dekripsi. Dalam pendekatan ini, aktifitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
6
sosial tidak dapat dihitung dalam satuan unit moneter; (2) Cost Approach Mendiskripsikan semua aktifitas sosial perusahaan dalam satuan unit moneter. Laporan yang digeneralisasi melalui Cost Approach dapat dibandingkan secara berkala antara tahun tertentu dengan tahun lainnya; (3) Cost Benefit Approach Mengungkapkan aktifitas sosial perusahaan dari sudut pandang biaya dan keuntungan. Pendekatan ini adalah yang paling ideal dilakukan, tetapi dalam kenyataan pendekatan ini sangat sulit diimplementasikan karena tidak ada alat ukur secara tepat keuntungan yang dapat diperoleh akibat dari biaya yang telah dikeluarkan perusahaan unutuk aktifitas sosial. Faktanya masih belum ada kesepakatan tentang bentuk baku laporan CSR, tapi dalam perkembangannya banyak perusahaan melaporkan aktivitas sosialnya dalam laporan yang terpisah dengan laporan keuangan. Pandangan Perusahaan tentang Corporate Social Responsibility CSR dengan perjalanan waktu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan perusahaan. Hal itu karena, keberadaan ditengah lingkungan memiliki dampak positif maupun negatif. Khusus dampak negatif memicu reaksi dan protes stakeholder, sehingga perlu penyeimbangan melalui peran social rensponcibility sebagai salah satu strategi legitimasi perusahaan. Dalam Hadi (2009) menyatakan bahwa keberpihakan sosial perusahaan terhadap masyarakat (social responcibility) mengandung motif, baik sosial maupun ekonomi. Hasil penelitian Hadi (2009) menunjukkan bahwa biaya sosial yang dikeluarkan perusahaan memiliki manfaat meningkatkan kinerja sosial, yaitu meningkatkan legitimasi dan mengurangi komplain stakeholder. Di samping itu, biaya sosial juga dapat meningkatkan citra perusahaan, baik di pasar komiditas maupun pasar modal (Hadi, 2011:65). Oleh karena itu social responcibility memiliki kemanfaatan secara sosial (social consequences) dan ekonomi (economic consequences), namun ternyata perusahaan memandang secara berbeda. Terdapat perusahaan yang memandang bahwa tanggungjawab sosial perusahaan bukan merupakan tanggungjawab mereka, bahkan biaya social responcibilty mengandung biaya yang relatif besar yang justru mengganggu profitabilitas perusahaan. Sementara, terdapat kelompok pelaku bisnis beranggapan bahwa social responcibility merupakan investasi jangka panjang, dan memiliki manfaat dalam meningkatkan citra perusahaan dan legitimasi, sehingga dapat dijadikan strategi perusahaan (Hadi, 2011:65). Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan atau dikenal dengan PKBL adalah bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada masyarakat. PKBL dilaksanakan dengan dasar UU Nomor 19 tahun 2003 Tentang BUMN serta Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 yang menyatakan maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak hanya mengejar keuntungan melainkan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. PKBL memiliki dua program, pertama adalah Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Kedua adalah Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Menurut Asisten Deputi Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan, (Kementrian BUMN, 2010) sebenarnya peran PKBL BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta karena PKBL - BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan tiga pilar utama pembangunan (triple tracks), yaitu: (1) Pengurangan jumlah pengangguran
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
7
(projob); (2) Pengurangan jumlah penduduk miskin (pro-poor); (3) Peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth) Nilai Perusahaan Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham, semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan baik menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran bagi pemegang saham. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Menurut (Arthur, 2007) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Untuk menghitung nilai perusahaan menggunakan rasio PBV (Price Book Value) untuk mengukur nilai suatu saham, apakah murah atau mahal dibandingkan dengan saham perusahaan lain. Rasio ini menyatakan besarnya harga pasar saham terhadap nilai buku per lembar saham perusahaan. Nilai buku didapat dengan membagi total ekuitas pada periode tertentu dengan jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Semakin tinggi rasio PBV maka pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Profitabilitas Menurut (Palepu et al, 2008) nilai perusahaan ditentukan oleh tingkat profitabilitas dan tingkat pertumbuhan perusahaan. Peningkatan laba perusahaan akan meningkatkan arus kas yang diperoleh perusahaan dan berdampak pada kemampuan perusahaan yang bersumber dari hutang. Rasio profitabilitas merupakan aspek fundamental perusahaan, karena selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan menanamkan dananya pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan effisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses operasional perusahaan. Profitabilitas sebagai tolak ukur untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan salah satu caranya adalah mengukur Laba atas modal sendiri (Return on equity) ROE atau sering disebut Rentabilitas Modal Sendiri dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Return on Equity (Supranto, 2001) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Return on Equity = Laba sesudah pajak x 100% Total Modal Sendiri Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah elemen yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, dan memiliki keterkaitan dengan CSR perusahaan. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil dari berbagai ukuran yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah penentuan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
8
secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran, Penelitian ini menggunakan ukuran kinerja dengan profitabilitas yaitu Profitabilitas atau keuntungan perusahaan merupakan hasil dari kebijaksanaan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen. Profitabilitas dapat diukur melalui rasio profitabilitas Return On Equity (ROE) yang merupakan salah satu indikator penting bagi investor untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan yang akan menunjukan seberapa efektif perusahaan beroperasi, sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan sehingga tingkat perutmbuhan perusahaan juga dapat diketahui. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari populasi (objek) Penelitian Objek penelitian ini adalah divisi Unit PKBL PT Telekomunikasi Indonesia Regional V Jawa Timur yang bertugas sebagai pelaksana Corporate Social Responsibility (CSR). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi atau pendekatan studi kasus, yaitu metode yang memiliki tujuan untuk memahami gejala yang tampak dalam objek penelitian dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data yang ada, sehingga menemukan hasil berupa kesimpulan yang dapat dijadikan saran di masa yang akan datang bagi objek penelitian terkait. Teknik Pengumpulan Data Penelitian dibatasi pada permasalahan penerapan dan pelaporan program kemitraan dengan usaha kecil dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) yang dilakukan oleh Unit PKBL PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Sehingga fokus penelitian tertuju pada bagaimana bentuk pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT TELKOM,Tbk a. Sumber Data 1. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya, tanpa melalui perantara. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara yang dilakukan langsung dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab dengan CSR melalui PKBL, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa, pengetahuan, atau objek studi. 2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari berbagai sumber yang ada, data sekunder yang diperoleh berupa laporan keuangan audited Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Unit PKBL PT Telekomunikasi Indonesia, yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan. Selain itu dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pelaporan PKBL, seperti laporan triwulan Unit PKBL, Laporan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), mutasi piutang, list mitra binaan PKBL, dan dokumen persyaratan pengajuan pinjaman bagi calon mitra binaan. b. Teknik Pengumpulan Data 1. Survei Pendahuluan peneliti terlebih dahulu melakukan observasi dan peninjauan awal pada perusahaan khusunya Unit PKBL PT TELKOM,Tbk. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh gambaran apakah sekiranya penelitian dapat dilakukan dan sejauh mana akses peneliti untuk dapat mengeksplorasi informasi dari perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
9
2. Wawancara Wawancara dilakukan langsung dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab dengan CSR melalui PKBL. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan obyek penelitian. Pihak – pihak yang bertanggung jawab dengan CSR antara lain : a) Departemen Humas dan pelaksana program CSR PT Telekomunikasi Indonesia di Surabaya yang bertujuan untuk mengetahui latar belakang serta dampak yang ditimbulkan dari penerapan CSR. b) Departemen Pelaporan Akuntansi Keuangan dalam penerapan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Telekomunikasi Indonesia di Surabaya yang bertujuan untuk mengetahui tolak ukur keberhasilan program CSR yang dilakukan, ditinjau dari sisi financial perusahaan serta mengetahui bentuk pelaporan CSR dan penyusunan sustainability report. c) Pihak - pihak yang mendapatkan manfaat dari penerapan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pada PT TELKOM,Tbk 3. Observasi Observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan tujuan agar peneliti dapat memperoleh informasi-informasi tambahan yang terkait dengan obyek penelitian yang belum diperoleh ketika melakukan wawancara. Dalam tiap pengamatan harus selalu dikaitkan dua hal, yaitu informasi (misalnya apa yang terjadi) dan konteks (hal- hal yang berkaitan di sekitarnya). 4. Dokumentasi Dokumen berguna karena dapat memberi latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dan dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. Dokumentasi dilakukan dengan cara melihat, mempelajari dan mencatat dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian, seperti laporan triwulan Unit PKBL, Laporan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), list mitra binaan PKBL, dokumen persyaratan pengajuan pinjaman bagi calon mitra binaan, foto, dan bahan statistik. Satuan Kajian Dimana obyek yang perlu dikaji dan diamati adalah penerapan Corporate Social Responsibility dalam meningkatkan nilai serta kinerja perusahaan PT TELKOM,Tbk. Peneliti menggunakan unit analisis yang yang paling sesuai dengan kebutuhan penelitian. Unit analisis berkaitan dengan penentuan apa yang dimaksud “kasus” dalam penelitian yang bersangkutan dan apa yang akan diperiksa. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Penerapan dan Pelaporan CSR disekitar lingkungan perusahaan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT TELKOM,Tbk. Teknik Analisis Data 1. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan penerapan dan pelaporan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). 2. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab dengan CSR melalui PKBL, staf bidang kemitraan, staf bidang bina lingkungan dan bidang pelaporan CSR serta melakukan observasi untuk menggali informasi-informasi yang dibutuhkan peneliti. 3. Mengolah data kualitatif dan kuantitatif serta informasi-informasi yang telah diperoleh. Data kualitatif yang berupa hasil dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Data kuantitatif yang berupa annual report, sustainability report dan laporan PKBL serta dengan dipadukan dengan landasan teori yang sudah ditentukan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
10
Pengukuran Kinerja Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) menurut KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-100/MBU/2002, Indikator yang dinilai a. Metode penilaian masing-masing indikator dan Efektivitas penyaluran dana. Rumus : Jumlah dana yang disalurkan x 100% Jumlah dana yang tersedia b. Pengukuran Tingkat kolektibilitas penyaluran pinjaman. Rumus : Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK x 100% Jumlah pinjaman yang disalurkan 4. Melakukan analisis data kemudian melakukan pembahasan atas data yang telah diolah sebelumnya dengan berdasarkan pada landasan teori yang ada. 5. Membuat kesimpulan atas hasil pembahasan sesuai dengan fokus penelitian dan lingkup permasalahan penelitian, serta berdasarkan hasil analisis atas data kualitatif dan kuantitatif perusahaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bentuk CSR TELKOM Prinsip yang digunakan dalam Pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan antara lain: Pertama, Accountability merupakan Pencapaian sasaran baik kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban di dalam pengelolaan dana maupun manfaat dari program Bina Lingkungan sehingga pengelolaannya dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Kedua, Independency merupakan Pengelolaan dana program Bina Lingkungan yang dilakukan secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh serta tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ketiga, Fairness yaitu Memberikan perlakuan yang sama kepada masyarakat dalam pembinaan lingkungan dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara dan alasan apapun. Keempat, Transparancy merupakan Semua proses pengambilan keputusan dalam mengemukakan ketentuan dan informasi, baik tata cara, evaluasi dan penetapan secara terbuka bagi masyarakat yang berminat terhadap Program Bina Lingkungan. Kelima, Responsibility merupakan Kesesuaian dalam tanggung jawab pengelolaan program Bina Lingkungan terhadap peraturan yang berlaku. Pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan melalui PKBL telah diatur dalam keputusan Menteri BUMN nomor Kep-234/MBU/2003 tentang program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program Bina Lingkungan. Hal ini semakin dipertegas dengan adanya Peraturan Menteri BUMN No Per-05/MBU/2007 tentang program kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program Bina Lingkungan, yang menggantikan Keputusan perseroan terbatas. Pelaksanaan kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk sudah dilaksanakan sejak perusahaan berdiri lalu tahun 2001 dikelola oleh tim terpadu yang menggabungkan beberapa unit namun belum ada bentuk penerapan yang terstruktur dengan baik dan belum ada peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum, yang bertujuan sebagai kegiatan amal agar tercipta hubungan yang harmonis dengan masyarakat di lingkungan perusahaan. Pada akhirnya, perkembangan aktifitas bisnis serta peraturan perundangan mendorong perusahaan agar sadar dalam penerapan pertanggung jawaban sosial perusahaan yang berkelanjutan dan terstruktur dengan baik. Menurut Kotler dan Lee (2005) kegiatan CSR merupakan Filantropi Perusahaan (Corporate Philanthropy) yaitu kegiatan yang mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial, serta yang menyediakan akses
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
11
pada sumber-sumber ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aktivitas CSR perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan atau paket bantuan atau pelayan secara cuma-cuma. Contoh kegiatan ini adalah penyediaan beasiswa, pemberian produk, penggunaan fasilitas yang dimiliki perusahaan dan lain-lain. PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk sudah melakukan kegiatan Filantropi perusahaan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar lingkungan perusahaan dengan pendekatan partisipatif dan mengoptimalkan potensi perusahaan dalam penerapannya, sehingga dapat meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar, pertumbuhan nilai saham yang signifikan, dapat mencegah risiko dari dampak alam maupun sosial, secara keberlanjutan kontribusi positif dapat meningkatkan citra perusahaan dan menjaga eksistensi perusahaan di masa yang akan datang. Selain itu, melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Yang dimaksud komunitas di sini adalah shareholder, stakeholder. Selain bertanggung jawab kepada pemegang saham atau shareholders. Maka, tanggung jawab perusahaan yang semula hanya sebatas pada economic focused kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial terhadap stakeholder (Nor hadi, 2011:93). Menurut Soewarno (2009:6), bahwa dalam jangka panjang penerapan CSR bertujuan agar dapat membuat stakeholder merasa diperhatikan oleh perusahaan dan kemudian mereka bersimpati pada perusahaan sehingga upaya ekonomi perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk penyusunan sustainability report bertujuan untuk membuktikan bahwa TELKOM selain peduli dengan Lingkungan juga memperhatikan aspek bisnis dan mengaitkan CSR melalui PKBL dengan pertumbuhan perusahaan, dengan cara tetap memperhatikan kepentingan stakeholder tanpa harus mengorbankan kepentingan salah satunya. Tujuan utama pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah untuk meningkatkan citra perusahaan atau disebut dengan Charity dan menjaga hubungan baik dengan masyarakat di lingkungan perusahaan. Secara otomatis aspek legal CSR juga dapat terpenuhi, dapat berdampak positif ke perusahaan yaitu citra perusahaan meningkat, dukungan masyarakat ke perusahaan juga meningkat dan mempengaruhi keberlangsungan hidup perusahaan di masa kini maupun di masa yang akan datang serta berpengaruh keoperasional perusahaan baik dalam penjualan ataupun menjadi strategi marketing pertumbuhan perusahaan. Tujuan yang lainnya untuk menjaga aspek keamanan keberlangsungan bisnis perusahaan, masyarakat di seputar alat produksi TELKOM menjadi advokat dalam mengamankan aset perusahaan. Menurut (Wibisono, 2007) ada beberapa tahapan-tahapan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam implementasi CSR, yaitu Pertama, Tahapan perencanaan Pada tahap perencanaan PKBL PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk dilaksanakan pada RUPS PKBL berlangsung mulai dengan penentuan besarnya alokasi dana sampai dengan program yang akan dilaksanakan dalam setiap sektor baik program kemitraan ataupun bina lingkungan. Kedua Tahapan implementasi atau penerapan dalam program kemitraan dilaksanakan agar dapat memenuhi sesuai dengan 5 sektor yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 05/MBU/2007, mengacu pada Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-236/MBU/2003 yaitu di bidang industri, perdagangan, perikanan, pertanian, dan peternakan. Sedangkan penerapan kegiatan bina lingkungan dapat memenuhi sesuai 7 sektor yaitu bantuan ke korban bencana alam, bantuan pendidikan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan prasarana umum, bantuan ibadah, pelestarian alam dan pengentasan kemiskinan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
12
Ketiga, Tahapan evaluasi dalam PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk unit PKBL akan mengevaluasi berdasarkan pada sisi financial yaitu efektifitas dan kolektabilitas yang akan menyumbang maksimal tiga poin untuk ukuran kinerja perusahaan yang telah ditetapkan Menteri BUMN melalui Peraturan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002. Keempat, Tahapan pelaporan. Secara financial kesesuaian pelaksanaan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam RUPS PKBL. Menteri BUMN telah menetapkan besaran dana dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yaitu 2 % dari laba bersih perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menentukan jumlah dana tertentu untuk pelaksanaan PKBL melalui Rapat Umum Pemegang Saham PKBL dan ditetapkan menjadi Rencana Kerja Anggaran semakin sesuai dana yang dikeluarkan dengan rencana anggaran maka pelaksanaan PKBL dinilai semakin baik dan bagus. Penerapan CSR PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Area 5 Jawa Timur Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Dalam mengelola PKBL PT Telekomunikasi, Tbk memiliki organisasi yang bertanggung jawab untuk penerapannya yaitu Unit Bisnis Pendukung Comunity Development Center (CDC). Dalam menjalankan fungsinya, CDC beroperasi dibawah Direktur High Corporate Goverment Area dan melaporkan pertanggung jawabnya kepada Direktur Utama melalui Direktur High Corporate Goverment Area. Bentuk pertanggung jawaban perusahaan sangat terkait dengan lingkungan di sekitar lingkungan perusahaan. Bentuk penerapan PKBL saat ini sudah berbeda dengan jaman dulu sebelum ada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 05/MBU/2007 serta bentuk pelaporan yang wajib dilaporkan pada Menteri BUMN, untuk saat ini pelaksanaan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan lebih terarah pelaksanaannya. Aktifitas sosial yang telah dilaksanakan PT Telekomunikasi, Tbk sangat berpengaruh pada keberlanjutan bisnis nya di masa yang akan datang. Aktifitas yang diterapkan dalam program kemitraan mencakup 5 sektor yaitu di bidang industri, perdagangan, perikanan, pertanian, dan peternakan. Sedangkan penerapan kegiatan bina lingkungan dapat memenuhi sesuai 7 sektor yaitu bantuan ke korban bencana alam, bantuan pendidikan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan prasarana umum, bantuan ibadah, pelestarian alam dan pengentasan kemiskinan. Menyadari akan pentingnya laporan PKBL pada tahun 2004 PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk membuat laporan khusus difokuskan semua dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang berisi jumlah angsuran yang telah dibayar mitra terkait program kemitraan mencakup 5 sektor di bidang industri, perdagangan, perikanan, pertanian, dan peternakan, kegiatan pembinaan pameran serta pelatihan, realisasi dana bantuan terhadap 7 kegiatan bina lingkungan dan laporan ini terpisah dengan laporan induk perusahaan. Dalam pelaksanaan PKBL PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk wajib memberikan laporan pelaksanaan PKBL dalam tiap satu periode, namun dalam tahap pelaporan sebenarnya BUMN tidak perlu membuat laporan khusus kegiatan PKBL karena bisa dicatat dalam pelaporan keuangan induk perusahaan dan dalam pelaporan belum ada peraturan perundangan baku yang mengatur mekanisme penyusunan nya jika dikaitkan dengan teori Menurut Peraturan Menteri BUMN No Per-05/MBU/2007 bentuk pelaporannya sudah sesuai. Bahwa pembukuan dana Program Kemitraan dan Program BL dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina. Pelaporan kegiatan PKBL akan dilaporkan ke Direksi PT. Telkom dan selanjutnya akan dipertanggung jawabkan kepada Menteri BUMN. Bentuk Pelaporan Keuangan PKBL menurut Glautier dan Underdown (1986:484) pendekatan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengukur pelaporan akuntansi, yaitu salah satunya dengan Cost Approach dengan mendiskripsikan semua aktifitas sosial perusahaan dalam satuan unit moneter. Laporan yang digeneralisasi melalui Cost Approach
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
13
dapat dibandingkan secara berkala antara tahun tertentu dengan tahun lainnya. Dalam data kuantitatif perusahaan, sangat sulit untuk mengukur dampak penerapan CSR melalui PKBL suatu perusahaan, karena tidak ada alat ukur yang dapat mengukur secara tepat keuntungan yang muncul akibat dari biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan PKBL. Mekanisme penyusunan Laporan keuangan PKBL disusun mengacu pada Aturan Akuntansi SAK ETAP yang berlaku bagi pengelolaan PKBL. Dalam kegiatannya dijelaskan dalam kondisi umum dari Unit PKBL, untuk realisasi penyaluran tahun berjalan dan anggaran yang ditetapkan telah sesuai dengan data yang ada. Selanjutnya diajukan kepada Senior General Manager PKBL Unit CDC lalu diajukan pada Senior Manager Keuangan untuk dicek dan di tanda tangani tujuannya untuk bukti persetujuan bahwa laporan tersebut siap untuk dilaporkan ke Menteri BUMN. Setelah tahapan selesai maka segera dikirimkan ke Menteri BUMN. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk memiliki 2 pola penyaluran PKBL yaitu: Pertama, Program Kemitraan terdiri dari (a) Penyaluran Aktif; (b) Penyaluran Proaktif. Kedua, Program Bina Lingkungan (a)Penyaluran Aktif; (b) Penyaluran Proaktif; (c) Penyaluran melalui Program BUMN Peduli Program Kemitraan adalah sebagai dana bergulir yang digunakan untuk usaha kecil dalam bentuk pinjaman lunak untuk usaha kecil mikro, dimana usaha kecil ini belum memenuhi persyaratan untuk mendapatkan pinjaman dari Bank. Tujuan dilaksanakan PK guna meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN TELKOM. Selain itu PK digunakan untuk mengembangkan usaha yang sudah berjalan minimal satu tahun agar dapat lebih maju lagi sehingga dapat menampung karyawan banyak dan dapat mengurangi pengangguran. Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 menyebutkan bahwa kategori mitra binaan adalah Usaha Kecil atau mikro yang sudah memiliki usaha minimal satu tahun, usaha kecil yang beromset maksimal Rp 1 milyar per tahun. Sedangkan total asset Rp200 juta yang didalamnya tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan tidak menjadi mitra binaan BUMN lain. Aktifitas Pelaksanaan Program Kemitraan Pola penyaluran program kemitraan terbagi menjadi 2 bagian yaitu: (a) Penyaluran Aktif adalah Penyaluran dengan cara pihak luar mengajukan proposal untuk pengajuan menjadi mitra binaan; (b) Penyaluran Proaktif adalah Penyaluran dengan cara Unit PKBL mencari calon mitra binaan mencakup di sektor industri, perdagangan, perikanan, pertanian, perkebunan dan peternakan. Dalam Program Kemitraan yang dilakukan ada berbagai kegiatan yaitu memberikan pinjaman lunak kepada mitra binaan yang sebelumnya sudah di survey dan layak dengan usaha mikro nya, mengikutkan mitra binaan pelatihan yang bertujuan dapat mengembangkan keahlian, pengetahuan dan aturan berwirausaha, adanya pembinaan dalam bentuk sarasehan, pendampingan dan pemagangan. Selain itu memberikan pembekalan kegiatan promosi yang baik dan memfasilitasi mitra binaan dengan diadakannya pameran serta bazaar. Lalu dana yang digunakan untuk malaksanakan PK berasal dari laba setelah pajak perusahan sebesar 2 % ditambah dengan saldo awal pada tahun berjalan, pengembalian pinjaman yang dibayarkan selama tahun berjalan, bunga bank.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
14
Penyaluran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan terdapat wilayah yang proses binisnya dilaksanakan oleh CDA 5 Jawa Timur antara lain : Surabaya , Malang, Madiun, Jember, Surabaya Bagian Barat, Surabaya Bagian Timur. Untuk Surabaya Bagian Barat terbagi menjadi Madura, Lamongan, Gresik sedangkan untuk Surabaya Bagian Timur terbagi menjadi Sidoarjo, Jombang, Mojokerto, dan sekitarnya. Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 menyebutkan bahwa Kegiatan Program Kemitraan PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk penyalurannya mencakup 5 sektor yaitu di bidang industri, perdagangan, perikanan, pertanian, dan peternakan. Pelaksanaan program kemitraan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN, tabel tersebut merupakan laporan kegiatan penyaluran Program Kemitraan Unit 5 CDA Jawa Timur. Dalam memonitoring mitra binaan yang meminjam dana bergulir pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk pihak Unit PKBL akan melakukan: (a) On Desk yang artinya mengevaluasi administrasi program dan pencapaian minimal 3 bulan sekali; (b) On Web yaitu kegiatan memantau dan dapat mengetahui kinerja dan pertumbuhan mitra binaan; (c) Site VIsit kunjungan lokasi untuk memastikan implementasi program di lapangan sekaligus menggali testimoni di lapangan; (d) Survey lokasi untuk mengetahui efektifitas atau tidak pelaksanaan PKBL pada masyarakat. Dengan adanya kunjungan ke lokasi kami dapat mengetahui perkembangan usaha mitra binaan; (e) Mengecek laporan keuangan usaha tujuannya mengetahui apakah jenis usaha yang dijalankan mitra dapat berkembang sebelum dan sesudah mendapatkan dana bergulir dari TELKOM. Aktifitas Pelaksanaan Program Bina Lingkungan Menurut Wibisono (2007), Bina Lingkungan adalah pemberdayaan kondisi sosial masyarakat untuk tujuan yang memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan. Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 menyebutkan bahwa Kegiatan Program Bina Lingkungan sudah ditetapkan antara lain mencakup 7 kegiatan yaitu memberikan bantuan bencana alam,pendidikan dan pelatihan, kesehatan masyarakat, perbaikan sarana umum, pemangunan sarana ibadah, pelestarian alam serta pengentasan kemiskinan. Sumber dana yang didapat untuk pelaksanaan Program Bina Lingkungan melalui laba perusahaan setelah pajak BUMN sebesar 2 % ditambah dengan saldo awal program Bina Lingkungan dan pendapatan bunga dari deposito. Dalam pelaksanaan kegiatan Bina Lingkungan PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk memliki pola pelaksanaan yang dijadikian acuan yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu: (a) Penyaluran Aktif merupakan Kegiatan Sosial pada masyarakat dilaksanakan atas inisiatif masyarakat sendiri dengan mengajukan proposal kepada Unit PKBL dengan melengkapi prosedur yang telah ditetapkan; (b) Penyaluran Proaktif merupakan Kegiatan Sosial pada masyarakat dilaksanakan atas inisiatif perusahan (pengobatan massal, santunan anak yatim dan piatu, khitanan umum, pemberian beasiswa); (c) Penyaluran melalui Program BUMN Peduli merupakan Kegiatan Sosial pada masyarakat dilaksanakan dalam bentuk penyaluran Program Bina Lingkungan yang dilakukan bersama- sama dengan BUMN lain Pelaksanaan PKBL PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk memiliki wilayah skala prioritas yang telah ditetapkan perusahaan: Pertama, Zona 1 Merupakan daerah yang berada di seputar lokasi alat produksi utama TELKOM seperti sentral telepon, transmisi, dan gedung pelayanan.Tujuan penerapan PKBL untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat di area lingkungan perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
15
Kedua, Zona 2 Merupakan daerah yang berada di wilayah jalur transmisi TELKOM seperti area serat optik, area rawan pencurian alat produksi TELKOM. Tujuan penerapan PKBL untuk menjaga aspek keamanan keberlangsungan bisnis TELKOM, masyarakat di seputar alat produksi TELKOM menjadi advokat dalam mengamankan aset TELKOM. Ketiga, Zona 3 Merupakan daerah yang berada di kawasan masyarakat umum yang terkait dengan bisnis TELKOM seperti Warung telepon (Wartel), Warung internet (Warnet) , dan masyarakat umum yang membutuhkan. Tujuan penerapan PKBL untuk meningkatkan perekonomian masyarakat untuk mendukung bisnis TELKOM di era mendatang. Keempat, Zona 4 Merupakan daerah yang berada pada dukungan karyawan yang berperan aktif dan berkontribusi dalam implmentasi CSR secara Invividu di masyarakat. Tujuan penerapan PKBL untuk meningkatkan kontribusi individu dalam kegiatan CSR untuk meningkatkan citra perusahaan TELKOM di mata masyarakat. Motif Penerapan CSR PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Area 5 Jawa Timur Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Motif penerapan CSR melalui dua kegiatan yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk sesuai dengan Eklington (2004), bahwa Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada singgle botton line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja. Tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple botton line, yaitu tidak hanya pada aspek keuangan saja melainkan juga pada sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Aspek lingkungan perusahaan juga sangat mendukung. Apabila perusahaan tidak diterima masyarakat sekitar, maka perusahaan tersebut akan mengganggu aktivitas operasi perusahaan bahkan sampai ditutup paksa. Oleh karena itu, perlu perhatian mengenai adanya wujud aktivitas sosial dan tinjauan perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Aktivitas sosial perusahaan dikelola secara baik akan menghasilkan timbal balik terhadap citra perusahaan karena memang demi keuntungan dan keberlanjutan operasi perusahaan itu sendiri. Evaluasi CSR PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Area 5 Jawa Timur Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Sudut pandang yang diambil dalam pelaksanaan kegiatan program kemitraan dan bina lingkungan adalah bukan lagi dianggap hanya kewajiban, karena perusahaan sadar bahwa tujuan utama perusahaan bukan hanya mencari laba tetapi juga tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar perusahaan dan masyarakat. Pelaksanaan PKBL secara tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan citra perusahaan di masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan sehingga perusahaan dapat diterima dengan baik serta dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bisnis. Selain itu juga dapat memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap pihakpihak lain yang berkepentingan (stakeholder). Jika dikaitkan dengan teori menurut (Soewarno, 2009:6), “Bahwa dalam jangka panjang penerapan CSR bertujuan agar dapat membuat stakeholder merasa diperhatikan oleh perusahaan dan kemudian mereka bersimpati pada perusahaan sehingga upaya ekonomi perusahaan dapat berjalan dengan lancar.” Selain itu menurut (Wibisono, 2007), “Bahwa CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) bisnis perusahaan. Masih menurut (Wibisono, 2007) “Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan citra perusahaan. Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya kontribusi positif pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif perusahaan.”
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
16
Maka penerapan PKBL pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk tersebut pelaksanaannya sudah sesuai. Citra yang positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan dan sebuah perusahaan layak mendapatkan sosial licence to operate. Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan kepada perusahaan adalah keleluasaan untuk menjalankan roda bisnisnya di kawasan tersebut. Artinya melaksanakan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan bukan lagi dianggap sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai investasi jangka panjang yang di gunakan perusahaan sebagai sentra laba (profit center) di masa yang akan datang. Tingkat Keberhasilan Penerapan CSR PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Area 5 Jawa Timur Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007. BUMN harus melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan, mengalokasikan dana tersendiri, dan membentuk unit organisasi khusus yang mengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang merupakan bagian dari organisasi BUMN. Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang direksi. Dahli dan Siregar (2008) menunjukkan bahwa dalam CSR terdapat pemahaman dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini. Dalam perkembangannya, terdapat terobosan baru mengenai gagasan CSR Menurut Eklington (2004), Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada singgle botton line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja. Tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple botton line, yaitu tidak hanya pada aspek keuangan atau ekonomi saja melainkan juga pada sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Berdasarkan Laporan PKBL (Tabel 2 dan 3) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sudah sesuai mencakup tiga aspek utama yang diutarakan oleh Eklington. Tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002. Pelaksanaan Program Kemitraan dikatakan berhasil diukur berdasarkan efektifitas dan kolektabilitas dana yang disalurkan pada mitra. Efektifitas yaitu terkait dengan persentase realisasi terhadap dana yang dianggarkan dan harus sesuai dengan implementasi di lapangan menurut tujuh sektor yang telah diatur dalam Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007. Kolektabilitas yaitu terkait dengan kualitas pinjaman yang dinilai berdasarkan ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman mitra binaan.Terdapat kualitas pinjaman terhadap dana bergulir Program Kemitraan ini berdasarkan pada ketepatan waktu pembayaran yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 yaitu: Pertama, Dikatakan Lancar Jika pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Kedua, Dikatakan Kurang Lancar Jika terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 hari dan belum melampaui 180 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Ketiga, Dikatakan Diragukan Jika terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 hari dan belum melampaui 270 hari
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
17
dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Keempat, Dikatakan Macet Jika terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Pelaksanaan Program Kemitraan dikatakan berhasil menurut Peraturan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 jika tingkat efektifitas dan kolektabilitas mencapai skor tiga. Berikut ini merupakan Laporan Efektifitas penyaluran dana disajikan sesuai dengan pedoman akuntansi PKBL serta tingkat kolektabilitas pinjaman pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk area Jawa Timur. Efektifitas Penyaluran Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun Sumber Dana Tersedia Sesuai RKA Penggunaan Dana Persentase Skor
2011
2012
2013
35.000.000.000,00
38.000.000.000,00
20.000.000.000,00
34.800.000.000,00 99% 3
37.412.300.000,00 98% 3
19.601.340.000,00 98% 3
Tingkat Kolektabilitas Pinjaman Tahun Saldo Pinjaman
2011 30.250.568.536,52
2012 37.247.764.596,85
2013 20.296.344.403,65
Kolektabilitas 28.810.065.272,88 36.517.416.271,42 19.329.851.813,00 Pengembalian Pinjaman Persentase 95% 98% 95% Skor 3 3 3 Pada pelaksanaan PKBL PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk area Jawa Timur termasuk dalam kategori berhasil karena sumber dana yang tersedia dengan penggunaan dana tidak terlampau jauh untuk nominalnya sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran, sedangkan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk area Jawa Timur juga dikatakan berhasil menurut Peraturan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 dapat dilihat dengan tingkat kolektabilitas pengembalian pinjaman presentase hampir mencapai 100% dan mendapatkan skor 3 dalam kurun waktu 3 tahun terakhir maka pelaksanaan PKBL dinilai semakin baik dan bagus. Penerapan PKBL PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk termasuk dalam kategori berhasil. Pengaruh Penerapan CSR PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Area 5 Jawa Timur Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 1. Reputasi Perusahaan Kegiatan PKBL tersebut merupakan wujud kepatuhan BUMN yang telah diatur dalam UU No. 19 Tahun 2003 dan diharapkan dapat menunjang citra perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai perusahaan yang identik dengan mengelola jaringan telekomunikasi kabel (fixed wireline) maupun nirkabel (wireless), layanan teknologi informasi dan konten media edutainment. Selain itu dapat dijadikan kunci dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungan perusahaan, dengan adanya reputasi dan citra baik maka akan membantu perusahaan dalam menjalin hubungan dengan masyarakat dan pemerintah,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
18
sehingga perusahaan akan mendapatkan dukungan dari masyarakat (license to operate) dan dapat tercipta harmonisasi hubungan bahkan mendongkrak citra dan performa perusahaan di masa yang akan datang. Citra baik perusahaan dapat diperoleh dengan cara peneran PKBL secara berkesinambungan. Dampak jangka panjang nya pelanggan akan semakin loyal, investor akan dengan senang hati bekerjasama dengan perusahaan, masyarakat lebih mencintai produk Telkom dan perusahaan memperoleh profit akibat dari image atau citra baik perusahaan. Dalam jangka pendek PKBL akan mengurangi laba perusahaan, maka dari itu PKBL tidak bisa diukur untuk saat ini dan tidak dapat dilihat manfaatnya secara langsung. Sustainability report bertujuan untuk membuktikan bahwa TELKOM selain peduli dengan Lingkungan juga memperhatikan aspek bisnis dan mengaitkan CSR melalui PKBL dengan pertumbuhan perusahaan, dengan cara tetap memperhatikan kepentingan stakeholder tanpa harus mengorbankan kepentingan salah satunya.Dapat disimpulkan bahwa CSR PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk melalui PKBL memang dalam jangka pendek dianggap sebagai biaya namun perusahaan melihat dampak positif dalam jangka panjang yaitu penjualan dan laba perusahaan meningkat walaupun tidak secara drastis dan tidak dapat dilihat secara langsung, namun pelaksanaan PKBL adalah cara PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk untuk meningkatkan reputasi atau image perusahaan atau menjaga citra perusahaan sehingga mencegah munculnya isu negatif yang dapat berdampak buruk bagi perusahaan. 2.
Nilai PT TELKOM Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi, menggunakan rasio PBV (Price Book Value) untuk menghitung nilai perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur nilai suatu saham, apakah murah atau mahal dibandingkan dengan saham perusahaan lain. Rasio ini menyatakan besarnya harga pasar saham terhadap nilai buku per lembar saham perusahaan. Nilai buku didapat dengan membagi total ekuitas pada periode tertentu dengan jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Semakin tinggi rasio PBV maka pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Nilai saham pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia menunjukkan kenaikan besarnya harga pasar saham terhadap nilai buku per lembar saham perusahaan dari tahun 2011 mencapai 2.33, tahun 2013 mencapai 2.91 dan tahun 2013 mencapai 3.45. Semakin tinggi rasio PBV maka pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Lalu ditunjang dengan adanya penerapan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pihak manajemen perusahaan membuat strategi dengan penerapan PKBL secara optimal pada masyarakat lingkungan perusahaan. Dengan adanya strategi perusahaan yang berjalan dengan lancar dan efektif maka pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Laba Bersih PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk Tahun Laba Bersih 2011 10.965.000.000 2012 12.850.000.000 2013 14.205.000.000 Kinerja PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang semakin efektif dan efisien mendorong peningkatan Laba perusahaan sehingga dana PKBL juga akan semakin meningkat. Dengan demikian pertumbuhan perusahaan lebih optimal dalam meningkatkan CSR melalui PKBL secara berkesinambungan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
19
Peningkatan laba PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk menunjukkan bahwa dampak secara tidak langsung yang diberikan dalam pelaksanaan CSR melalui PKBL dari perusahaan yang semakin efektif dan efisien. Pelaksanaan PKBL berfungsi dalam meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat sekitar lingkungan perusahaan, sehingga strategi perusahaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan keputusan manajemen perusahaan. Profitabilitas adalah salah satu bagian terpenting dari kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh laba semaksimal mungkin. Profit adalah indikator bahwa perusahaan mampu memanfaatkan aset dengan semaksimal mungkin. Keuangan utama yang dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan adalah sebagai berikut : Laba atas modal sendiri (Return on equity) . ROE atau sering disebut Rentabilitas Modal Sendiri dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Return on Equity (Supranto, 2001) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
Pertumbuhan PKBL, Return On Equity PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk Pertumbuhan TAHUN Laba Sesudah pajak Total Modal Saham ROE PKBL 2009
11.398.826.000
5.040.000.000
95%
2,26%
2010 11.536.999.000 5.040.000.000 98% 2,28% 2011 10.965.000.000 5.040.000.000 99% 2,17% 2012 12.850.000.000 5.040.000.000 98% 2,54% 2013 14.205.000.000 5.040.000.000 98% 2,81% Dari data internal laporan perusahaan dan www.idx.co.id terjadi peningkatan keuntungan atau profitabilitas perusahaan serta pertumbuhan pelaksanaan PKBL, menandakan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan aset dan menjalankan strategi dengan maskimal. Ketika perusahaan dapat menghasilkan laba secara konsisten maka hal tersebut tidak akan ada artinya jika perusahaan mengabaikan masyarakat di lingkungan perusahaan. Maka peran CSR melalui PKBL dapat memberikan dampak positif terhadap kelangsungan hidup perusahaan, selain itu dengan pelaksanaan PKBL perusahaan akan didukung oleh masyarakat sekitar dan akan mendapat lisence to operate. Selain laporan PKBL, PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk menyusun sustainability report di tiap tahunnya. Laporan ini berisi tentang kinerja perusahaan selama satu tahun operasional dan memberikan informasi mengenai upaya-upaya yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan keberlanjutan bisnis dan memenuhi kewajiban serta tanggung jawab kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan. Pada laporan ini dikemukakan hal-hal yang menunjukkan sustainability perusahaan dan dilaksanakannya Corporate Social Responsibility oleh perusahaan, transformasi perusahaan, layanan kepada pelanggan, pengelolaan lingkungan, dan kinerja ekonomi perusahaan. Laporan ini difokuskan pada uraian mengenai beberapa topik utama yang ditetapkan berdasarkan prinsip materialitas dan relevansinya dengan sustainability perusahaan yaitu mencakup bidang usaha, pengembangan usaha, tata kelola, pengelolaan SDM, pelatihan SDM, kinerja ekonomi, pengelolaan lingkungan, dan pelaskanaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
20
Penyusunan sustainability report PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk adalah bukti bahwa perusahaan mampu menerapkan CSR melalui PKBL secara keberlanjutan tanpa mengabaikan laba dan kepentingan seluruh pemangku kepentingan perusahaan. Bahkan sustainability report menjabarkan secara detail bagaimana bentuk penerapan CSR melalui PKBL yang dilaksanakan secara keberlanjutan berdampak positif pada kinerja perusahaan, laba perusahaan dan nilai perusahaan. Penerapan CSR melalui PKBL merupakan salah satu strategi perusahaan untuk terus berkembang dan mempertahann kan eksistensi perusahaan baik di masa kini ataupun di masa yang akan datang. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk sebagai salah satu BUMN, melalui unit PKBL telah menyusun laporan pertanggungjawaban dalam bentuk pelaksanaan program kemitraan dan program bina lingkungan yang telah sesuai berdasarkan peraturan Menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan laporan Bina Lingkungan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat sekitar perusahaan. Bentuk penerapan dan pelaporan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai wujud tanggung jawab sosial PT Telekomunikasi Indonesia adalah sebagai berikut : (a) Kontribusi terhadap masyarakat, meliputi: bantuan pembinaan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam bentuk pendidikan, pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan, serta penilaian dan pengembangan usaha untuk meningkatkan kemampuan pengelolahan usaha secara efektif dan efisien; (b) Pemberian bantuan pinjaman modal kerja atau investasi, bantuan ini disalurkan terhadap berbagai sektor usaha meliputi bidang industri, perdagangan, perikanan, pertanian, dan peternakan; (c) Penyaluran bantuan ke korban bencana alam, bantuan pendidikan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan sarana dan prasarana umum, bantuan sarana ibadah, pelestarian alam dan pengentasan kemiskinan. (2) Peningkatan Nilai PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk dapat ditinjau dengan pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, bahwa Nilai saham pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia menunjukkan besarnya harga pasar saham terhadap nilai buku per lembar saham perusahaan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami kenaikan. Semakin tinggi rasio PBV maka pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang. (3) Kinerja PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang semakin efektif dan efisien dapat dinilai melalui peningkatan Laba perusahaan, sehingga biaya PKBL yang dilakukan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 juga akan semakin meningkat. Dengan demikian pertumbuhan perusahaan lebih optimal dalam meningkatkan CSR melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan secara berkesinambungan. Keterbatasan Penelitian ini merupakan jenis penelitian melalui pendekatan deskriptif dengan analisis data kualitatif sehingga penelitian ini bersifat kausakistik hanya berlaku ditempat subjek penelitian
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
21
DAFTAR PUSTAKA Dahlia, D. dan Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. Eklington, J. 2004. “Enter The Triple Bottom Line”. http://www.johnelkington.com/. Diakses tanggal 13 Oktober 2013(18:36). Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP Universitas Diponegoro. Semarang. Glautier, M dan B. Underdown. 1986. Accounting Theory and Practice. Third edition. Pitman Publishing Ltd. London. Gray, R., C. Dey, D. Owen., R. Evans dan S. Zadek. 1996. Struggling with the praxis of social Accounting:Stakeholders, Accountability, Audits and Procedures. Accounting,Auditing and Accountability Journal.Vol.10, No.3,p.325,364. Terjemahan M. I. Damayanti. 2010. Stakeholder Theory. Cetakan 1. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Hadi, N. 2009. Corporate Social Responsibility. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Jakarta. Hadi, N. 2011. Corporate Social Responsibility. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Keown, A. 2007. Dasar- Dasar Manejemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara No. 100/MBU/2002.Jakarta. Kotler, P, dan Lee. 2005. Corporate Social Responsibility. Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. John Wiley dan Sons Inc. New Jersey. Marpaung, S. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan : dipublikasikan. Mawarni, E. 2010. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur : dipublikasikan. Nurkhin, A. 2009. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Magister Akuntansi Universitas Diponegoro : dipublikasikan. Palepu, K dan P. M. Healy. 2008. Bussiness Analis and Valuation. Fourth Edition. Thomson Learning. Chicago. Permanasari, M. 2009. Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Tingkat Profitabilitas, Besaran Pajak Penghasilan, Dan Biaya Operasi Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntasi Universitas Gunadarma : dipublikasikan Republik Indonesia. Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. http://www.bumn.go.id. Diakses tanggal 13 Oktober 2013 (19:21). Nurlela, R dan Ishlahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating”. Simposium Nasional Akuntansi XI.Pontianak. Siagian, D dan Sugiarto. 2006. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Gramedia. Jakarta. Soewarno, N. 2009. Corporate Social Responsibility (CSR) Motif dan Resikonya. http://journal.lib.unair.ac.id. Diakses 2 November 2013 (20:05). Supranto, J. 2001. Statistik. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 8 (2014)
22
Sutopoyudo. 2009. Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Profitabilitas Perusahaan. Sutopoyudo’s Weblog at http://www.wordpress.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2013 (17:09).Telkom Indonesia. 2011. Pelaksanaan Program Bina Lingkungan Community Development Center. Telkom Indonesia. Jakarta. http:// telkomcsr.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2013 (17:35). Telkom Indonesia. 2011. Pelaksanaan Program Bina Lingkungan Community Development Center. Jakarta. http:// telkom-csr.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2013 (17:35). . 2011. Tentang Telkom. Telkom Indonesia. Jakarta http:// telkom.co.id. Diakses tanggal 2 Februari 2014 (17:55) . 2011. Annual Report PT. Telkom tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013. Jakarta. http:// telkom.co.id. Diakses tanggal 5 Maret 2014 (19:23) .2011. Ringkasan Kinerja Perusahaan Shares Traded. http://www.idx.co.id. Diakses 8 Maret 2014 (19:16) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup. 9 Agustus 1997. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas. 6 Juli 2007. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007. Jakarta. Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Surabaya. Media Grapka. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD). 2000. WBCSD’s First Report Corporate Social Responsibility. Geneva.
●●●