Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
PENENTUAN PRIORITAS PRODUK UNGGULAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS : KABUPATEN PURBALINGGA) Anggara Hayun A Peneliti PPKPDS, BPPT Dosen Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jakarta Email:
[email protected]
ABSTRAK Paper ini membahas bagaimana menentukan prioritas produk unggulan yang ada disuatu daerah. Suatu produk dikatakan unggul apabila memiliki daya saing yang tinggi di pasar. Agar produk yang dihasilkan suatu daerah memiliki daya saing yang tinggi, maka produk tersebut perlu diberi nilai tambah. Seperti kasus di Purbalingga, Purbalingga memiliki beberapa produk unggulan dari beberapa subsektor. Namun, karena keterbatasan yang dimiliki, menyebabkan tidak semua produk unggulan Purbalingga diberi nilai tambah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui produk unggulan Purbalingga apa saja yang perlu di prioritaskan untuk diberi nilai tambah. Untuk menentukan prioritas produk unggulan purbalingga yang perlu diberi nilai tambah, dilakukan penelitian dengan menggunakan salah satu metode analisis keputusan yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prioritas produk unggulan Purbalingga yang perlu diprioritaskan adalah kentang dengan prosentase 22,5%, kobis dengan prosentase15,3%, kelapa deres dengan prosentase 14,3%, nilam dengan prosentase 11,2% dan jeruk dengan prosentase 11%. Kata Kunci : nilai tambah, prioritas, analytical hierarchy process
PENDAHULUAN Setiap daerah memiliki produk unggulan. Produk unggulan suatu daerah menggambarkan potensi atau kemampuan daerah dalam menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumber daya, memberikan kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan masyarakat maupun pemerintah setempat, dan memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya. Suatu produk dikatakan unggul apabila memiliki daya saing yang tinggi di pasar. Namun agar produk tersebut memiliki daya saing yang tinggi maka perlu diberi nilai tambah. Seperti halnya Kabupaten Purbalingga yang berada di wilayah Propinsi Jawa Tengah bagian barat daya, tepatnya pada posisi 101011’ – 109035’ Bujur Timur dan 7010’ – 7029’ Lintang Selatan memiliki potensi yang cukup tinggi. Potensi Kabupaten Purbalingga dapat dipetakan kedalam 7 sub sektor yaitu sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor peternakan, sub sektor industri, dan sub sektor pariwisata. Sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang dihasilkan oleh Kabupaten Purbalingga adalah padi (padi sawah dan padi gogo), jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, sayur – sayuran, dan buah – buahan. Sub sektor perkebunan yang dihasilkan adalah kelapa, kelapa deres, kopi, cengkeh, tebu, teh rakyat, lada, kapuk randu, melati gambir, nilam, casiavera,
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
pinang, glagah arjuna, melinjo, pandan, sereh, dan empon – empon. Produk kehutanan yang dihasilkan adalah kayu rakyat, sutera alam dan madu. Potensi subsektor perikanan adalah Ikan Mas/Kalper, Tawes, Mujair, Nilem, Nila Merah, Gurame, Lele Dumbo, dan Koi. Produk sub sektor peternakan yang menonjol di Kabupaten Purbalingga antara lain kambing khas kejobong, sapi potong, ayam buras dan ayam ras pedaging. Produk sub sektor industri yang dihasilkan adalah kayu olahan, bulu mata palsu, kuas kosmetik, wig, manaquen, hair piece, keramik, furniture, dan human hair. Sub sektor pariwisata yang ada diwilayah Kabupaten Purbalingga cukup beragam yang meliputi obyek wisata alam (gua genteng, curug karang, pendakian gunung slamet, dan lain-lain), obyek pariwisata budaya/sejarah (desa wisata karang banjar, Monumen Jend. Sudirman, dan lain-lain) dan obyek pariwisata buatan (kolam renang Tirta Asri, taman Aquarium, dan lain-lain). Dari data tersebut menunjukan Purbalingga memiliki potensi yang cukup menunjol pada ketujuh subsektor. Potensi Purbalingga pada ketujuh subsektor tersebut harus ditingkatkan agar memiliki daya saing yang tinggi di pasar domestik dan internasional. Agar produk yang dihasilkan dari ketujuh subsektor tersebut memiliki daya saing yang tinggi, maka perlu diberi nilai tambah. Namun, karena beberapa keterbatasan seperti ketersediaan bahan baku, proses, dan pasar menyebabkan tidak semua produk unggulan Purbalingga dari ketujuh subsektor tersebut dapat diberi nilai tambah. Dengan alasan keterbatasan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui produk unggulan Purbalingga apa saja yang perlu diprioritaskan untuk diberi nilai tambah. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan Pemda Purbalingga dalam mengembangkan produk unggulannya. METODE Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei ke Kabupaten Purbalingga dengan menggunakan kuesioner. Pengisian kusioner dilakukan oleh pengambil keputusan dalam hal ini adalah Pemda Kabupaten Purbalingga. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan internet. Kemudian data primer dan sekunder dianalisis dengan menggunakan salah satu metode Multi Criteria Decision Making yaitu Analytical Hierarchy Process. HASIL DAN DISKUSI Pemetaan Produk Unggulan Purbalingga Dari hasil survei yang dilakukan di beberapa pasar di kabupaten Purbalingga terdapat beberapa sub sektor yaitu sub sektor perikanan, kehutanan, hortikultura, peternakan, industri dan perkebunan. Setiap sub sektor memiliki produk unggulan dengan karakteristik yang berbeda dan memiliki cara menjual yang berbeda. Hasil Pemetaan produk unggulan Purbalingga dan cara penjualan untuk masing-masing produk unggulan dapat dilihat pada Tabel 1.
ISBN : 979-99735-2-X A-3-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007 Tabel 1. Sub Sektor dan Produk Unggulan Purbalingga No 1 2 3 4
SubSektor Perikanan Holtikultura Kehutanan Industri
Produk Unggulan Ikan Gurame Jeruk, Kobis, dan Kentang Kayu Albasia a. Kerajinan Rambut
b. Kayu Olahan,
5 6
Peternakan Perkebunan
c. Sapu Glagah & Aneka, d. Keramik Sapi Potong a. Melati Gambir b. Kelapa c. Nilam d. Kelapa Deres
Cara Penjualan Ikan segar ke pasar dan rumah makan Kiloan di pasar Kayu lapis, papan, reng, usuk dan balok - Wig, bulu mata tiruan, sanggul, kuas kosmetik, dan aksesories rambut. - Kotak makanan, meubel, dan furniture. - Sapu - Keramik lantai Daging sapi - Campuran teh - Kopra minyak kelapa - Minyak nilam - Gula kelapa
Sumber : Hasil survei beberapa pasar kabupaten Purbalingga 2005 Pembentukan Hierarki Pair Wise Comparison Pair – Wise Comparison merupakan perbandingan berpasangan yang digunakan untuk mempertimbangkan kriteria – kriteria keputusan dengan memperhitungkan hubungan antara kriteria dengan sub kriteria itu sendiri. Hierarki pair wise comparison dibuat dengan tujuan untuk menentukan prioritas produk unggulan Purbalingga. Berdasarkan hasil diskusi dengan Pemda Purbalingga, disepakati terdapat tujuh kriteria untuk menentukan prioritas produk unggulan Purbalingga. Kriteria tersebut adalah bahan baku, tenaga kerja, teknologi, jangkauan pasar, kekhasan produk, omset, dan keterkaitan hulu hilir. Masingmasing kriteria dijelaskan sebagai berikut : a. Bahan Baku adalah kriteria yang mencakup dimensi ketersediaan bahan baku lokal, baik menyangkut kuantitasnya maupun asal/sumbernya. Hal ini untuk menjamin kontinuitas suatu proses produksi. b. Tenaga Kerja adalah kemampuan unit usaha produksi dari setiap jenis komoditas daerah untuk mempekerjakan pekerja terutama pekerja asli daerah (pekerja lokal). c. Teknologi adalah kriteria yang mencakup dimensi tingkat kandungan teknologi dan tingkat inovasi dari teknologi tersebut. d. Jangkauan Pasar adalah kriteria untuk mengetahui keluasan jumlah dan wilayah pemasaran suatu komoditas e. Kekhasan produk adalah kriteria yang menunjukkan apakah suatu produk mempunyai ciri khas daerah. f. Omset adalah kriteria untuk mengetahui potensi dana yang dapat dihasilkan oleh suatu komoditas dan sebagai konversi tingkat produksi suatu komoditas. g. Keterkaitan Hulu Hilir adalah kriteria yang menunjukkan keterkaitan antara suatu produk pada satu sub sektor dengan produk dari sub sektor lain. Pengumpulan Data Dengan Pair Wise Comparison Untuk mengumpulkan data dengan pair wise comparison dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuisioner ini diisi oleh expert yang mengetahui tentang produk unggulan Purbalingga. Expert yang mengisi adalah Pemda Purbalingga Dinas Perindustrian. Pengisian dilakukan oleh Pemda Purbalingga Dinas ISBN : 979-99735-2-X A-3-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Perindustrian dengan pertimbangan bahwa Dinas Perindustrian mengetahui tentang produk unggulan Purbalingga. Kuesioner Pair Wise Comparison dari setiap kriteria dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kuesioner Pair Wise Comparison KRITERIA
Bahan Baku
Tenaga Kerja
Teknologi
Jangkauan Pasar
Kekhasan Produk
Omset
Keterkaitan Hulu Hilir
Bahan Baku Tenaga Kerja Teknologi Jangkauan Pasar Kekhasan Produk Omset Keterkaitan Hulu Hilir
Penilaian kuisioner pair – wise comparison untuk menentukan prioritas produk unggulan Purbalingga dilakukan dengan menggunakan skala berdasarkan tingkat kepentingannya. Penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penilaian Pair Wise Comparison Prioritas Produk Unggulan Purbalingga Tingkat Kepenti ngan 1 3 5 7 9 2, 4, 6, 8 1 / (1 – 9)
Penjelasan Sama pentingnya Sedikit lebih penting Lebih penting Sangat lebih penting Pasti lebih penting Apabila ragu – ragu antara dua nilai yang berdekatan. Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 – 9.
Pengolahan Data Tahap pengolahan data merupakan tahap untuk mengolah data yang berasal dari hasil pengisian kuisioner pair wise comparison. Pengolahan data untuk menentukan prioritas produk unggulan Purbalingga dilakukan dengan menggunakan software expert choice. Penggunaan software expert choice perlu dilakukan untuk memudahkan dalam menentukan proses normalisasi, mengetahui konsistensi dan pembobotan dari setiap kriteria. Hasil pengolahan data untuk produk unggulan Purbalingga dengan menggunakan software expert coice dapat dilihat pada Tabel 4. Setiap kriteria memiliki beberapa sub kriteria. Untuk kriteria bahan baku terdiri dari sub kriteria ketersedian bahan baku dilihat dari sisi kualitas dan sumbernya. Kriteria tenaga kerja terdiri dari penyerapan tenaga kerja. Kriteria teknologi terdiri dari sub kriteria tingkat kandungan teknologi dan inovasi. Kriteria jangkauan pasar terdiri dari sub kriteria keluasan dan jumlah pemasaran suatu komoditas. Kriteria kekhasan produk terdiri dari sub kriteria ciri khas daerah. Kriteria omset terdiri dari sub kriteria potensi dana dan konversi tingkat produksi suatu komoditas. Kriteria keterkaitan hulu hilir terdiri dari sub kriteria keterkaitan dengan sub sektor lainnya. ISBN : 979-99735-2-X A-3-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007 Tabel. 4 Hasil Pengolahan Data Penentuan Prioritas Produk Unggulan Purbalingga No 1 2
Sub Sektor Perikanan Hortikultura
3 4
Kehutanan Industri
5
Perkebunan
Produk Unggulan Ikan Gurame a. Jeruk b. Kobis c. Kentang Kayu Albasia a. Kerajinan Rambut b. Kayu Olahan a. Nilam b. Kelapa Deres
Prosentase 3,8 11,0 15,3 22,5 5,4 9,5 7,0 11,2 14,3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Software Expert Choice Prosentase dari hasil pengolahan data kemudian dilakukan pengurutan dari prosentase yang terbesar sampai dengan yang terkecil. Pengurutan tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan produk unggulan dari expert yang mengetahui produk unggulan Purbalingga. Expert yang digunakan disini adalah expert dari Pemda Purbalingga Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Pemilihan expert dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan dengan pertimbangan dinas ini dianggap paling mengetahui tentang produk unggulan Purbalingga. Tingkat kepentingan produk unggulan perlu diketahui untuk menentukan prioritas produk unggulan yang perlu dikembangkan oleh Pemda Purbalingga. Pengembangan produk unggulan diprioritaskan pada produk unggulan yang memiliki prosentase tertinggi. Prosentase tertinggi artinya tingkat kepentingan untuk mengembangan produk unggulan tersebut tertinggi. Setelah prosentase produk unggulan tertinggi dikembangkan, pengembangan selanjutnya dapat dilakukan pada produk unggulan dengan prosentase tertinggi kedua, ketiga dan seterusnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hasil pengurutan prosentase produk unggulan Purbalingga dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Pengurutan Prosentase Produk Unggulan Purbalingga No Produk Unggulan Prosentase 1 Kentang 22,5 2 Kobis 15,3 3 Kelapa Deres 14,3 4 Nilam 11,2 5 Jeruk 11,0 6 Kerajinan Rambut 9,5 7 Kayu Olahan 7,0 8 Kayu Albasia 5,4 9 Ikan Gurame 3,8 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Software Expert Choice
Analisis Prioritas Produk Unggulan Dari hasil pengurutan prioritas produk unggulan Purbalingga, diambil lima produk unggulan Purbalingga yang perlu untuk diprioritaskan dalam pengembangannya. Produk yang menjadi prioritas pengembangan berdasarkan kriteria bahan baku, tenaga kerja, teknologi, jangkauan pasar, kekhasan produk, omset, dan keterkaitan hulu hilir adalah kentang, kobis, kelapa deres, nilam, dan jeruk. Kelima produk tersebut perlu dikembangkan karena memiliki prosentase tertinggi dari hasil pengolahan software expert choice yang telah dilakukan. Prosentase untuk kentang adalah 22,5%, kobis adalah 15,3%, kelapa deres adalah ISBN : 979-99735-2-X A-3-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
14,3%, nilam adalah 11,2%, dan jeruk adalah 11%. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan memberikan nilai tambah pada masing-masing produk tersebut. Nilai tambah berupa peningkatan manfaat yang dapat diberikan oleh produk tersebut. Peningkatan manfaat dilakukan melalui pemberian teknologi proses produksi pada masing-masing produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dari konsumen. Pemberian teknologi proses produksi perlu dilakukan karena dengan adanya peningkatan teknologi diharapkan dapat meningkatkan manfaat dari produk. Namun dalam pemberian nilai tambah, perlu diperhatikan kriteria dan sub kriteria yang mempengaruhi penentuan prioritas produk unggulan. Hasil pengolahan dan pengurutan dari kriteria dan sub kriteria dari yang paling penting sampai dengan yang paling tidak penting. Pengurutan ini dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 Tabel 6 Pengurutan Kriteria Pioritas Produk Unggulan Purbalingga No 1 2 3 4 5 6 7
Kriteria Jangkauan Pasar Kekhasan Produk Omset Bahan Baku Teknologi Tenaga Kerja Keterkaitan Hulu Hilir
Prosentase 31,5 22,8 20,3 10,0 7,6 4,9 2,9
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Software Expert Choice Tabel 7 Pengurutan Sub Kriteria Pioritas Produk Unggulan Purbalingga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sub Kriteria Wilayah Ciri Khas Daerah Potensi Dana Kualitas Konversi Tingkat Produksi Inovasi Keluasan Penyerapan Tenaga Kerja Keterkaitan Antar Sub Sektor Sumber Kandungan Teknologi
Prosentase 26,3 22,8 13,6 7,5 6,8 6,3 5,3 4,9 2,9 2,5 1,3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Software Expert Choice Dari hasil pengurutan kriteria prioritas produk unggulan Purbalingga seperti pada Tabel 7, terlihat bahwa kriteria jangkauan pasar merupakan kriteria paling penting. Kriteria jangkauan pasar memiliki prosentase 31,5. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan nilai tambah produk unggulan Purbalingga, jangkauan pasar yang berarti keluasan jumlah dan wilayah pemasaran suatu komoditas perlu untuk mendapatkan perhatian yang paling tinggi dalam pengembangannya. Apabila kriteria jangkauan pasar sudah mendapat perhatian yang baik, maka kriteria – kriteria lain secara berurutan perlu mendapatkan perhatian yaitu kekhasan produk dengan prosentase 22,8 , omset dengan prosentase 20,3, bahan baku dengan prosentase 10, teknologi dengan prosentase 7,6 , tenaga kerja dengan prosentase 4,9 , dan keterkaitan hulu hilir dengan prosentase 2,9. Supaya pengembangan nilai tambah produk unggulan Purbalingga dapat dilakukan dengan fokus, maka diambil 3 kriteria tertinggi dari pengurutan prioritas produk Unggulan Purbalingga. Kriteria tersebut adalah jangkauan pasar, kekhasan produk, dan omset. Kekhasan produk berarti hal yang menunjukkan apakah suatu produk mempunyai ciri khas daerah, sedangkan omset berarti potensi dana yang ISBN : 979-99735-2-X A-3-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
dapat dihasilkan oleh suatu komoditas dan sebagai konversi tingkat produksi suatu komoditas Pengambilan 3 kriteria tertinggi ini berarti dapat mewakili lebih dari 70% kriteria yang paling dipentingkan dalam penentuan prioritas produk unggulan Purbalingga. Oleh karena itu, peningkatan nilai tambah produk dengan memperhatikan jangkauan pasar, kekhasan produk, dan omset diharapkan membuat produk unggulan Purbalingga menjadi unggul dibandingkan produk unggulan di daerah lain. Untuk lebih fokus lagi dalam mengembangkan nilai tambah produk unggulan Purbalingga, kriteria yang ada dapat diturunkan ke dalam sub kriteria. Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa hasil pengurutan sub kriteria dari yang paling penting sampai dengan yang paling tidak penting adalah wilayah, ciri khas daerah, potensi dana, kualitas, konversi tingkat produksi, inovasi, keluasaan, penyerapan tenaga kerja, keterkaitan antar sub sektor, sumber, dan kandungan teknologi. Apabila diambil 3 sub kriteria terpenting untuk peningkatan nilai tambah produk unggulan Purbalingga adalah wilayah, ciri khas daerah, dan potensi dana. Jangkauan pasar merupakan sub kriteria dari kriteria jangkauan pasar, ciri khas daerah merupakan sub kriteria dari kriteria kekhasan produk, dan potensi dana merupakan sub kriteria dari kriteria omset. Pengambilan 3 sub kriteria tertinggi ini berarti dapat mewakili lebih dari 60% sub kriteria yang paling dipentingkan dalam penentuan prioritas produk unggulan Purbalingga. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Prioritas produk unggulan Kabupaten Purbalingga yang perlu diberi nilai tambah produk adalah kentang, jeruk, kobis, kelapa deres, dan nilam. 2. Kentang, kobis, kelapa deres, nilam dan jeruk menjadi prioritas produk yang perlu diberi nilai tambah karena kelima produk tersebut apabila dilihat dari kriteria bahan baku, tenaga kerja, teknologi, jangkauan pasar, kekhasan produk, omset, dan keterkaitan hulu hilir memiliki prosentase tertinggi. Prosentase untuk kentang adalah 22,5%, kobis adalah 15,3%, kelapa deres adalah 14,3%, nilam adalah 11,2%, dan jeruk adalah 11%. 3. Pemberian nilai tambah produk dapat dilakukan melalui proses pengolahan produk dengan sentuhan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. DAFTAR PUSTAKA Saaty, T.L (1993), ”Decision Making for Leader”, The Analitical Hierarchy Process for Decision in Complex World, Prentice Hall Coy : Ltd, Pittsburgh. Saaty TL (1990), “The Analytic Hierarchy Process”, New York: McGraw Hill. Saaty TL (1990). “How to Make a Decision: The Analytic Hierarchy Process”, European Journal of Operational Research, North-Holland Saaty TL, Kearns KP (1991), “Analytical Planning: the Organization of Systems”, The analytic hierarchy process series 1991;vol. 4RWS PublicationsPittsburgh, USA
ISBN : 979-99735-2-X A-3-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Penyusunan Prioritas Produk Unggulan Purbalingga
Bahan Baku
Kualitas
Ikan Gurame
Sumber
Jeruk
Jangkauan Pasar
Teknologi
Tenaga Kerja
Penyerapan Tenaga Kerja
Kandungan Teknologi
Kobis
Inovasi
Kentang
Keluasan Jumlah Komoditas
Wilayah
Kayu Albasia
Kerajinan Rambut
Kekhasan Produk
Ciri Khas Daerah
Kayu Olahan
Keterkaitan Hulu Hilir
Omset
Potensi Dana
Konversi Tingkat Produksi
Nilam
Gambar 1 Hierarki pair wise comparison penyusunan priorotas produk unggulan Purbalingga
ISBN : 979-99735-2-X A-3-8
Keterkaitan antar Sub Sektor
Kelapa Deres
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007