APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS PRODUK UNGGULAN AGROlNDUSTRl Oleh :Yani Iriani, MT.
ABSTRAK
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan tools pendukung keputusan yang banvak digunakan pada berbagai organisasi, baik dunia bisnis maupun pemerintahan di seluruh dunia. AHP yang diperkenalkan oleh Dr. Thomas L. Saaty adalah teori yang bersifat umum. Hal ini dibuktikan dengan penggunaannya di berbagai bidang. Makalah ini akan menjelaskan aplikasinva pada proyek agroindustri komoditi hortikultura buah-buahan. Proyek agroindustri ini mempunyai keunikan yang disebabkan karakteristik bahan baku yang bersifat musiman, mudah rusak, variabilitas dalam kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu pada proyek agroindustri, bahan baku masih merupakan biaya yang terbesar, sehingga pengadaannya sangat mempengaruhi ekonomi perusahaan terutama pada saat keadaan pasokan bahan baku tidak menentu yang mengakibatkan harga berfluktuasi. Formulasi permasalahan dalam makalah ini menggunakan AHP dengan berbagai kriteria yang dikembangkan. Adapun kriteria yang digunakan terhadap produk unggulan tersebut meliputi ketersediaan bahan baku, prospek pemasaran yang akan datang pada masing-masing produk, kondisi produk saat ini, teknologi pengolahan produk, dampak lingkungan yang mungkin terjadi dan penerimaan masyarakat. Analisis prioritas produk akhir agroindustri buah-buahan memberikan informasi bahwa produk rambutan dan mangga mempunyai prioritas utama.
1. PENDAHULUAN
Era otonomi daerah rnerupakan era kemandirian untuk rnengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dirniliki daerah sehingga rnarnpu rneningkatkan pembangunan tanpa harus tergantung pada pernerintah pusat. Dengan rnengembangkan potensi yang sesuai dengan daerah rnasingrnasing rnaka pemerintah daerah akan rnarnpu rnernberikan nilai tarnbah terhadap
daerahnya,rnernberdayakan
potensi
kernarnpuan
loka1,rnenciptakan struktur ekonorni yang tangguh, efisien dan fleksibel, rneningkatkan penerirnaan devisa negara,rneningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, rnenciptakan lapangan kerja serta mendorong peningkatan pernbangunan pedesaan. Salah satu hasil pertanian yang pernanfaatan dan pengolahannya belum optimal
adalah
proyek
agroindustri.
Peningkatan
pembangunan
agroindustri diharapkan rnampu rnenjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan rnemberikan nilai tarnbah yang tinggi rnelalui pernanfaatan, pengernbangan dan penguasaan teknologi pengolahan dan rnelalui keterkaitan yang saling rnenguntungkan antara petani produsen dengan industri kornoditi hortikultura buah ditetapkan
sebagai
salah
satu
komoditi
-
andalan
buahan telah yang
akan
dikernbangkan ke arah agroindustri, karena dipandang sebagai surnber perturnbuhan baru yang rnempunyai keterkaitan produksi ke hulu rnaupun ke hilir. Untuk rnengernbangkan agroindustri hortikultura buahbuahan yang kornpetitif perlu direncanakan lokasi dan produk-produk unggulan yang marnpu bersaing di pasar dornestik dan internasional. Produk unggulan mencakup pengertian rnemenuhi keinginan konsurnen,
nilai tambah yang tinggi, dan memenuhi kelayakan tekno-ekonomi serta mampu meningkatkan produktivitas pertanian. Penetapan produk unggulan akan membawa konsekuensi pada penentu kebijakan dari instansi yang terkait (DEPTAN, DEPERIND, DEPERDAG, BKPM, BAPENAS) dan pelaku ekonomi yang terlibat dalam pengembangan agroindustri hortikultura (Pengusaha, Koperasi dan BUMN). Untuk pemecahan masalah yang kompleks ini, oleh karena itu diperlukan suatu metodologi pengambilan keputusan yang menggunakan instrumen metodologik
yang
mampu
mengakomodasikan
masalah
yang
multikompleks dengan begitu banyak pihak terkait yang masing-masing mempunyai
persepsi
dan
kepentingan yang
berbeda.mengenai
pengembangan produk unggulan agroindustri buah-buahan. Sistem pengambilan keputusan (SPK) digunakan untuk menyediakan informasi-informasi atau keputusan-keputusan yang diperlukan pengguna untuk :
1. Memberikan alternatif daerah pemasaran ekspor yang berpotensi. 2. Memberikan alternatif produk-produk agroindustri yang mempunyai
prospek untuk dikembangkan. 3. Mengetahui potensi persediaan bahan baku buah segar 4. Mengetahui kelayakan usaha tani kebun
5. Mengetahui kelayakan finansial dari agroindustri yang mempunyai
prospek. Pendekatan sistem yang diterapkan dalam sistem pengambilan keputusan ini dilakukan dengan mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan pengguna yang berkepentingan dengan pengembangan agroindustri (DEPERIND, BKPM, PEMDA, DEPERDAG, DEPTAN, Koperasi Petani ),
Perbankan, Investor dan Pengusaha yang selanjutnya diformulasikan dengan model-model keputusan integratif yang menyangkut aspek pernasaran, produksi dan bahan baku. Formulasi Masalah
Rancang Bangun sistern pengarnbilan keputusan produk unggulan dimaksudkan sebagai salah satu jalan keluar untuk rnengatasi kendalakendala
teknis
dan
manajernen
dalarn
upaya
rnemanfaatkan
potensikornoditi hortikultura buah-buahan secara optimal. Permasalahan dalam merancang bangun SPK ini adalah sebagai berikut:
1. Memodelkan pola dan kecenderungan permintaan pasar dalam dan luar negeri terhadap produk agroindustri buah-buahan. 2. Memodelkan prioritas pengembangan produk agroindustri buah-
buahan. 3. Mernodelkan potensi persiapan bahan baku buah segar pada suatu kawasan atau sentrasentra produksi. 4. Mernodelkan kelayakan usaha tani dan agroindustri yang telah
diprioritaskan Tujuan Penelitian
Tujuan dari pernbuatan karya ilmiah ini adalah : 1. Menentukan prioritas lokasi dan
produk unggulan unggulan
agroindustri buah-buahan. 2. Merancang bangun model SPK untuk pengembangan produk
unggulan agroindustri khususnya kornoditi buah-buahan.
2. Tinjauan Pustaka
Menurut Turban (1993) Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah suatu sistem Komputerisasi informasi yang menggunakan aturan-aturan keputusan, basis model serta basis data yang diakoriadasikan dengan pandangan atau kebutuhan pengguna. Menurut Sparague et a/. (1989) konsep SPK pertama kali diperkenalkan oleh Michael Scoot Moifon pada awal tahun 1970 an. Sistem ini dicirikan dengan adanya aplikasi sistern interaktif berbasis komputer yang dapat membantu pengambil keputusan dalam memanfaatkan data dan model untuk memecahkan rnasalah-masalah yang tidak berstruktur. Struktur dasar SPK adalah merupakan gambaran hubungan abstrak antara tiga komponen utama penunjang keputusan, rneliputi (1) pengambil keputusan atau pihak pengguna, (2) model, dan (3) data. Ketiga komponen tersebut dihubungkan dalam suatu sistem transformasi yang terdiri dari subsistem : 1. Sistem Manajemen Basis Data, mengatur aliran data dari berbagai sumber yang dapat diubah clan dikendalikan serta dikreasikan.
2. Sistem Manajemen Basis Model, berfungsi memberikan fasilitas pengelolaan komputasi pengembilan keputusan. 3. Sistem
Manajemen
Dialog,
merupakan
subsistem
yang
berkomunikasi dengan pengguna Fungsinya adalah menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna. 4. Sistem Pengolahan Terpusat berfungsi mengkoordinasikan dan
mengendalikan operasi sistem penunjang keputusan. Sistem ini menerirna masukan dari ketiga sub sistem lainnya dalam bentuk baku dan menghasilkan keluaran yang dikehendaki dalam bentuk yang baku pula.
2.1 Metode AHP (Proses Hirarki Analitik)
Salah satu teknik yang dapat digunakan dalarn pengambilan keputusan adalah proses hierarkhi analitik (Analitic Hierarchy Process) atau AHP. Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty ini ditujukan untuk memodelkan problema-problema tidak terstruktur dalam bidang ekonomi, sosial maupun sains manajernen. Di samping itu pula, baik digunakan dalam memodelkan problema-problema dan pendapatpendapat sedemikian rupa, dirnana permasalahan yang ada telah dinyatakan secara jelas, dievaluasi diperbincangkan dan diprioritaskan untuk dikaji. Hierarkhi adalah struktur suatu sistem, dimana fungsi hierarkhi antar kornponen dan darnpaknya pada sistem secara keseluruhan dapat dipelajari. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, semuanya tersusun ke bawah dari suatu puncak (tujuan akhir), turun ke suatu sub tujuan (sub objektif), kemudian faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub tujuan tersebut, kemudian pelaku yang memberikan dorongan, turun ke tujuan-tujuan pelaku aktor dan kemudian kebijakankebijakannya, lebih lanjut turun ke strategi-strateginya yang akhirnya hasil dari strategi ini. Kemudian timbul pertanyaan yang berkaitan dengan hierarkhi ini, antara lain bagaimana dan berapa besar suatu faktor individu dari tingkat yang lebih rendah pada hierarkhi itu mempengaruhi faktor puncak, yaitu tujuan utama (ultimate objective). 2.2
Agroindustri Hortikultura Buah- buahan
Definisi untuk istilah agroindustri, masih terdapat perbedaan persepsi terutama bila dibincangkadengan agribisnis yang menurut L.Aziz (1993) diartikan sebagai suatu sistem rneliputi kegiatan prapanen, panen. pasca panen danpemasaran.
Di Indonesia istilah agroindustri mulai populer pada tahun 1992 dan sering dianggap sebagai salah satu sub sistem dari agribisnis secara keseluruhan. Menurut Austin (1992) pada dasarnya agroindustri adalah operasi-opersai pengolahan yang memproses bahan baku yang berasal dari tumbuhan atau hewan. Proses pengolahan meliputi transformasi cdan pengawetan secara fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Sifat proses clan tingkat transformasi dapat bervariasi mulai
dari
pencampuran,
pencucian,
sortasi,pemotongan
pemasakan,
hingga
proses
atau
penggilingan,
yang
menyebabkan
perubahan kimia atau terstruktur. Proyek agroindustri mempunyai keunikan yang disebabkan karakteristik bahan baku yang bersifat musiman, mudah rusak, variabilitas: dalam kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu pada proyek agroindustri, bahan baku masih merupakan biaya yang terbesar, terutama pada saat keadaan pasokan bahan baku tidak menentu. Sebagai suatu sistem, agrodustri harus dipandang sebagai suatu sistem yang mempunyai keterkaitan produksi, makro-mikro, institusional dan internasional (Austin. 1992). a. Keterkaitan produksi
Terdiri dari tahapan operasional yang diawali aliran bahan mulai dari pemasok buah segar, kemudian diolah di pabrik, selanjutnya disalurkan oleh distributor kepada pedagang besar dan eceran. b. Keterkaitan Makro-mikro Kebijakkan makro yang digulirkan oleh Pemerintah melalui berbagai instrumen seperti pajak, kredit,subsidi, deregulasi, dan preteksi akan
berdampak terhadap kegiatan pada tingkat mikro atau operasional agroindustri dalam pernilihan teknologi, penetapan jurnlah produksi, harga, dan kualitas. Kebijakkan makro harus didukung dengan peraturan dan pelaksanaannya yang konsisten. c. Keterkaitan lnstitusi
Meliputi keterkaitan antara organisasi agroindustri dengan instansi pernerintah (PEMDA, DEPTAN, DEPPERIN, DEPDAG, BKPM), institusi ekonomi (pe-masok, pembeli, penyalur) yang bentuk lernbaganya bisa berupa. Koperasi Petani, Asosiasi Produsen, BUMN, Perusahaan Multinasional,
Pedagang
Perantara,
dan
Lembaga
Keuangan.
Keterkaitan tersebut sangat penting dalam pelaksanaan strategi pengembangan dan pernbinaan agroindustri buahbuahan.
d. Keterkaitan lnternasional Di tingkat internasioanal agroindustri akan dipengaruhi oleh perjanjian internasional seperti WTO. kartel internasional regional clan peqanjian bilateral yang sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola perdagangan internasional dan pasar domestik. 2.3. Pernodelan Sistern
Model dapat dipandang sebagai abstraksi dari suatu sistem yang rnerupakan suatu prosedur yang diekspresikan dengan sirnbol atau fungsi tertentu. Abstraksi sistem dapat diwakili berbagai model, tetapi pada penelitian ini akan digunakan model rnatematik dalarn bentuk program kornputer. Simulasi model rnerupakan suatu usaha untuk mendapatkan ukuran kinerja suatu sistem dengan rnelakukan sampling experiment pada model sistem selama periode waktu tertentu (Lee at al., 1985 ).
2.3 Sistem Penunjang Keputusan
Suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK) dibangun melalui tahapan perancangan dan tahap konstruksi (Turban, 1993). Perancangan awal sistem penunjang keputusan meliputi kegiatan: 1. Forrnulasi masalah dan
penetapan tujuan sistem penunjang
keputusan
2. Menyelidiki kebutuhan pengguna dan sumber-sumber yang tersedia (data, perangkat lunak dan keras). 3. Mencari solusi bagaimana cara memenuhi kebutuhan pengguna. 4. Menganalisis pendekatan terbaik (optimal) antara kebutuhan sumber,
dan model normatif yang tersedia dengan kebutuhan pengguna. Rancang bangun model sistem penunjang keputusan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Perancangan manajemen dialog, basis model dan basis data. 2. Konstruksi paket model atau penggabungan dari manajemen dialog, basis model dan basis data. 3. Uji coba teknis dari konstruksi paket model, untuk mengetahui apakah konstruksi tersebut telah memenuhi spesifikasi teknis atau masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. 4. lmplementasi perangkat lunak yang siap dievaluasi dan di-
demostrasikan kepada pengguna. Diagram alir dari fase rancang bangun model sistem penunjang keputusan dapat dilihat pada gambar 1.
-
.
PERENCANAAN : kobutuhan pongOunaan formulael masnlah tujuan SPK
-
)
: -RISET pemenuhan ke. buluhan
-
rumber-number yeng tersedla
L
- pendekatan ANALIBIS :
)
-
J
terbaik kebuluhen number rnodsi normatif
PERANCANGAN : manajemen dlalog baslo model basis data
--
1 I
,
4 - t;y;
KONSTRUKSI : program
-
ujl coba teknis
I
tldak lerlma
--- ull
IMPLEMENTASI : vaiidasl mods1 demondrasl evaluasi
I
Gambar 1. Fase rancang bangun Slstern Penunjang Keputuaan (turban 1993)
3.
Pembahasan
3.1. Model Penentuan Lokasi Agroindustri
Penentuan lokasi industri dalam pengembangan agroindustri komoditi hortikultura buah-buahan merupakan sebuah model yang dikembangkan untuk menentukan prioritas lokasi industri komoditi hortikultura buahbuahan. Model ini menggunakan perangkat lunak pendukung Team Expert Choice 95, yaitu sebuah aplikasi yang digunakan untuk penerapan teori penunjang keputusan proses hierarki analitik. Tahap pertama penggunaan model ini adalah penentuan desain hierarki yaitu dengan menentukan tujuan, kriteria dan alternatif. Hierarki terdiri dari hierarki manfaat, hirarkhi kesempatan serta hirarkhi biaya dan resiko. Tahap kedua yaitu memasukkan penilaian pendapat untuk menentukan bobot kriteria dan bobot alternatif bagi masing-masing hierarki. Tahapan akhir pada model ini adalah sintesis keseluruhan model dengan menghitung rasio untuk keseluruhan hierarki. Daerah pengembangan adalah daerah yang telah dipilih berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan adalah kedekata'n dengan bahan baku, kedekatan dengan daerah pemasaran, sarana dan prasarana, ketersediaan tenaga kerja, iklim usaha (meliputi keamanan dan penerimaan masyarakat) dan rencana ke depan perusahaan. Penilaian pendapat menggunakan skala dalam proses hierarki analitik yaitu menggunakan skala dari 1 sampai dengan 9.
Tabel 1 : Hasil perhitungan analisa prioritas lokasi pengembangan agroindustri untuk komoditi buah-buahan No.
Nilai prioritas
Alter natif
Benefit
Opportunity
Cost
Risk
B*C/O*R
1.
A
0.264
0.294
0.109
0.374
0.274
2.
B
0.222
0.224
0.144
0.099
0.504
3.
C
0.200
0.166
0.253
0.174
0.107
4.
D
0.190
0.165
0.317
0.374
0.038
5.
E
0.124
0.145
0.177
0.188
0.077
Analisis selanjutnya adalah analisis yang menunjukkan pengambil keputusan akan menghilangkan faktor resiko, ha1 ini pengambil keputusan dalam kondisi optimistis. Hasil perhitungan pada kondisi optimistis menunjukkan bahwa Kecamatan A yang pada kondisi normal mempunyai urutan kedua menjadi urutan pertama dengan nilai 0,513722, sedangkan daerah B dengan nilai 0,250184 berada pada urutan kedua. Fenomena ini menunjukkan faktor resiko yang dihadapi di Kecarnatan A lebih besar daripada di daerah B
.
Hasil perhitungan pesimistis
menunjukkan wilayah kecarnatan B tetap pada urutan pertama dalarn pengembangan agroindustri komoditi hortikultura buah-buahan dengan, nilai 0,487848, sedangkan daerah A mempunyai nilai 0,202878. Dengan demikian pengambil keputusan akan mempertimbangkan apakah memperhatikan faktor resiko dalam pengambilan keputusan atau dalam keadaan normal, dengan demikian nilai ini akan membantu manajemen memperkirakan keberhasilan pengembangan agroindustri horikultura buah-buahan
3.2. Model Penentuan Produk Unggulan Agroindustri
Model penentuan produk akhir agroindustri komoditi hortikultura buahbuahan rnerupakan sebuah model yang digunakan untuk rnenentukan urutan prioritas produk unggulan buah-buahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah produk berbasis industri. Model ini 'rnenggunakan metode pemilihan proses hierarki analitik. Berdasarkan kriteria yang diberikan setiap produk akan dilakukan perbandingan
berpasangan, dengan
demikian
pemilihan
proses
pernilihan akan lebih rnendekati objektif. Masukan model berupa penilaian pendapat menggunakan perbandingan berpasangan dengan dua tahap penilaian yaitu pernbobotan pada kriteria dan pembobotan pada alternatiflproduk akhir sesuai dengan kriteria masing-masing. Pembobotan kriteria digunakan untuk rnengetahui kriteria yang paling berpengaruh dalam pernilihan produk akhir. Kriteria yang digunakan adalah ketersediaan bahan baku, prospek pernasaran yang akan datang pada masing-masing produk, kondisi produk saat ini, teknologi pengolahan produk, dampak lingkungan yang rnungkin terjadi dan penerimaan masyarakat. Penilaian pendapat dilakukan dalam ernpat jenis yaitu dilihat berdasarkan manfaat, kesempatan mengembangkan produk, biaya yang akan dikeluarkan, dan resiko dalam pengembangan produk akhir buah-buahan ini. Hasil keluaran akhir merupakan kombinasi dari rasio penilaian masing-masing hierarki terhadap produk unggulan. Penilaian terhadap produk unggulan buah-buahan berdasarkan kriteria seperti telah disebutkan di atas yaitu ketersediaan bahan baku, prospek
pemasaran yang akan datang pada masing-masing produk, kondisi produk saat ini, teknologi pengolahan produk, darnpak lingkungan yang mungkin terjadi dan penerimaan rnasyarakat. Tabel 2 : Hasil perhitungan analisa prioritas produk unggulan agroindustri untuk kornoditi buah-buahan No.
Alternatif
Nilai prioritas Benefit
Opportunity
Cost
Risk
B*C/O*R
1.
Mangga
0.403
0.318
0.079
0.190
0.461
2.
Rambutan
0.238
0.125
0.144
0.122
0.258
3.
Pepaya
0.141
0.146
0.162
0.142
0.137
4.
Jeruk
0.076
0.127
0.170
0.251
0.034
5.
Nenas
0.075
0.208
0.203
0.133
0.088
6.
Pisang
0.068
0.076
0.223
0.163
0.0217
4. Kesimpulan
Rangkaian kesatuan perencanaan industri rneliputi kesatuan tahapan yang diterjemahkan dalam model-model pendukung keputusan industri komoditi hortikulutura buah-buahan. Rangkaian ini meliputi penentuan prioritas lokasi industri, penentuan prioritas produk unggulan buahbuahan, penentuan perkiraan harga, penentuan perkiraan produksi, penentuan kelayakan finansial, dan penentuan prioritas alternatif pengembangan agroindustri buah-buahan. Di dalam tulisan yang dibahas meliputi penentuan prioritas lokasi industri, penentuan prioritas produk unggulan buah-buahan. Metode ini dapat dikembangkan dengan mengambil studi kasus wilayah Provinsi Jawa Barat. Di daerah ini komoditas buah-buahan mempunyai
prospek dengan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif khususnya di bidang pertanian. Analisis prioritas lokasi industri menunjukkan wilayahlalternatif B memberikan tingkat prioritas wilayah yang paling potensial untuk pendirian agroindustri buah-buahan . Analisis prioritas produk akhir agroindustri buah-buahan memberikan informasi bahwa prod& rambutan dan mangga mempunyai prioritas utama. Hal ini dapat diupayakan lebih lanjut dalam peningkatan diversifikasi produk akhir buah-buahan. Pengembangan produk juga diimbangi dengan kajian kelayakan produk agroindustri buah-buahan, yang meliputi kajian analisis kelayakan finansial
mangga, rambutan,
jeruk pepaya, nenas dan pisang . 5. Saran
Dalam pemodelan sistem ini dan implementasinya memerlukan pengkajian lebih lanjut, utamanya adalah kesatuan basis data dan basis model. Penentuan berbagai prioritas baik pengembangan industri, penentuan prioritas produk akhir dan penentuan prioritas lokasi agroindustri menggunakan berbagai kriteria yang bersifat makro dan memanfaatkan pendapat intuitif pakar, maka perlu dikaji lebih lanjut dan mendalam mengenai kriteria yang lebih detail dan spesifik walaupun dengan waktu analisis yang lebih detail. Penentuan pendapat dengan metode Proses Hirarki Analitik yang mempunyai karakter umpan balik dapat diperinci lebih lanjut dengan melakukan analisis dan wawancara serta kemampuan mengontrol konsistensi dan dialog dengan pakar yang lebih intensif. Tingkat keintensifan ini yang akan memberikan nilai berbagai bentuk saling ketergantungan antar elemen dan ketergantungan antar komponen menjadi lebih menggambarkan kondisi yang sebenarnya pada dunia nyata.
Metode ini perlu dilengkapi dengan model analisis sensitivitas dan model perencanaan kapasitas industri. Model analisis sensitivitas industri. Model analisis sentivitas dapat digunakan untuk penyusunan peringkat kelayakan yang didasarkan atas tingkat resiko usaha. DAFTAR PUSTAKA 1.
Austin, J.E. (1991), Agroindustrial Project Analysis. Ctirical Design Factors. ED1 Series in Economic Development. The Johns Hopkins Univers Press. Baltimore and Londor
2.
Aziz M.A. (1993), Perdagangan hasil Pertanian. Pangan 17 L= V. Juli 1993. Majalah Pangan Bulog, Jakarta.
3.
Gaspersz, B. (1992), Analisis Sistem Terapan Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri. Edis ke 1. Tarsito, Bandung.
4.
Lee, S.M. Laurence J.M. dan Bernard W.T. (1985), Management Science. Second Edition Wm. C. Brown Publisher. Dubuque, Iowa.
5.
Marimin, (2004), "Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk, Grassindo, Jakarta.
6.
Saaty, T. L, (1996), "Decision Making with Dependence and Feedback:
The Analitic Network Process", RWS Publication,
Pittsburgh. 7.
Soekartawi, (2000), "Penganfar Agroindustn", Rajawali Press, Jakarta:
8.
Suryadi, K dan M. A. Ramdhani. (1998), "Sistem Penunjang Keputusan", PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
9.
Turban Efraim (1993). Decision Suportt and Expert System. Macmillan Publishing Com-pany. New York.