SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | KASUS STUDI
Penelusuran Warisan Budaya Jakarta melalui Heritage Bangunan Masjid Al-Alam Marunda Ahmad Darmawan adarw aw
[email protected] M ahasisw a S 1 Laboratorium Ilmu Rekay asa dan Komputasi, Teknik Informatika, S ekolah Teknik E lektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung.
Abstrak
Heritage merupakan sesuatu yang harus dijaga dari generasi ke generasi karena memiliki suatu yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki kehidupan masyarakat yang telah modern. Cerita kehidupan masyarakat zaman dahulu mulai luntur dan terancam hilang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menelusuri heritage yang berupa bangunan. Bangunan bersejarah di Jakarta pun juga banyak yang telah mengalami perubahan sehingga menyebabkan degradasi sumber yang dapat dipelajari. Bangunan yang masih bertahan keasliannya saat ini sangat sedikit. Salah satunya adalah Masjid Al-Alam Marunda. Pada tulisan in i, penulis akan mendeskripsikan dan mendokumentasi bangunan Masjid Al Alam Marunda. Hal yang diharapkan dari pendeskripsian dan pendokumentasian bangunan ini adalah dapat ditelusuri kembali warisan budaya dan sejarah yang disimpan mengenai kehidupan masa lalu di daerah Jakarta khususnya di lingkungan Masjid Al Alam Marunda. Kata-kunci : Al-Alam, heritage , Jakarta, Marunda, masjid
Pendahuluan
Heritage memiliki arti yang cukup luas. Menurut UNESCO, Heritage adalah warisan (budaya) masa lalu, apa yang saat ini dijalani manusia, dan apa yang diteruskan kepada generasi mendatang. Heritage merupakan sesuatu yang harus dijaga dari generasi ke generasi karena memiliki nilai yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Heritage dapat berupa suatu hal yang tangible (seperti bangunan dan monumen) dan intangible (seperti ritual, tradisi, dan karya seni). Jakarta adalah sebuah kota yang menjadi pusat aktivitas pada zaman penjajahan, baik pada penjajahan Portugis maupun Belanda. Artinya, Jakarta menyimpan berbagai warisan budaya yang cukup besar. Saat ini, Jakarta tumbuh menjadi sebuah kota metropolitan. Sebagai kota metropolitan, kehidupan di Jakarta pun mulai berubah. Nilai-n ilai kehidupan masyarakat terdahulu perlahan mulai hilang oleh kemodernan masyarakatnya. Salah satu heritage yang masih bisa kita andalkan untuk ditelusuri adalah dari bangunan bersejarah yang masih ada. Namun, lamanya usia dari bangunan menyebabkan terjadi perbaikan dan renovasi yang mungkin menyebabkan berkurangnya konteks nilai yang terkandung dari bangunan tersebut. Salah satu heritage bersejarah yang terdapat di Jakarta adalah Masjid Al-Alam Marunda. Menurut sejarah, masjid ini dibangun setelah pasukan Islam yang dipimpin Fatahillah berhasil menaklukan Sunda Kelapa dari Portugis pada tahun 1527 M. Masjid yang merupakan salah satu masjid tertua di Jakarta dahulu digunakan sebagai tempat ibadah, pembuatan strategi perang, dan pertahanan perang. Masjid in i cukup unik karena memiliki perpaduan budaya Jawa, Betawi, Cina, dan Eropa jika Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 435
Penelusuran Warisan Buday a Jakarta melalui Masjid Al Alam Marunda sebagai Heritage y ang Masih Bertahan Keaslianny a
dilihat dari segi arsitektur. Saat ini, bangunan tersebut masih dapat dipertahankan keasliannya hingga mencapai 90%. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mendeskripsikan dan mendokumentasikan Masjid Al-Alam ini sebagai heritage yang masih cukup terjaga keasliannya sebelum nantinya akan direnovasi karena keterbatasan umur bangunan. Dari hal tersebut, diharapkan masih banyak n ilainilai yang dapat disampaikan dan dijaga untuk generasi selanjutnya terkait masjid tersebut melalui tulisan ini. Deskripsi Kegiatan Dalam proses pendeskripsian dan pendokumentasian Masjid Al-Alam ini, penulis menggunakan 3 metode sehingga menghasilkan informasi yang lebih akurat. Metode tersebut antara lain: studi literatur, wawancara dengan ahli masjid, dan dokumentasi secara pribadi. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan pengetahuan (baik berupa informasi maupun gambar) yang sudah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Lalu, penulis melakukan wawancara dengan ahli/pengurus masjid untuk mengetahui perkembangan bentuk dan arsitektur bangunan secara lebih rinci dan terpercaya. Selain itu, penulis juga melakukan dokumentasi berupa gambar mengenai kondisi bangunan terbaru untuk melengkapi pengetahuan yang sudah ada pada studi literatur. Wawancara dan pendokumentasian pribadi dilakukan oleh penulis pada tanggal 3 Maret 2017. Pembahasan Masjid Al-Alam merupakan sebuah masjid lama yang berada di daerah pesisir Pantai Marunda, Jakarta Utara. Masjid Al-Alam Marunda in i dikenal oleh masyarakat sebagai Masjid Si Pitung, tokoh pahlawan Betawi yang hidup disekitar perkampungan tersebut. Namun, masjid ini bukanlah d idirikan oleh Bang Pitung. Masjid in i memiliki sejarah pembangunan yang unik. Berdasarkan literatur, masjid ini did irikan dalam satu malam saja oleh W aliyullah yang pergi bersama pasukan Fatahillah setelah menaklukkan Sunda Kelapa pada tahun 1527 M. Seperti cerita masyarakat dahulu bahwa “sore hari belum ada, pagi harinya sudah ada”. Tidak jelas siapa waliyullah yang merancang dan membangun masjid in i. Hal in i juga dibenarkan oleh ahli masjid. Masjid in i dahulu bernama Masjid Aulia Marunda. Sampai akhirnya, tahun 1975 bangunan ini dijadikan sebagai cagar budaya oleh Pemprov DKI dan diubah namanya menjadi Masjid Al-Alam. Masjid Al-Alam Marunda dahulu tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, tetapi digunakan juga sebagai tempat strategi perang oleh pasukan Fatahillah. Masjid ini berdiri diantara hutan lebat dan sebuah kali besar di arah se latan sebagai tempat hulu-hilir kapal. Pada abad ke-17, masjid ini menjadi tempat pengintaian dan persiapan perang apabila terdapat kapal VOC yang datang dari laut.
Gambar 1. Gambar Masjid Al-Alam pada zaman Belanda (jakarta.go.id) A 436 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Gambar 2. Gambar Masjid Al-Alam tahun 2014 (djangkarubumi.com)
Ahmad Darmaw an
Masjid in i juga merupakan tempat bersembunyi dan berkumpulnya para mujahidin. Menurut cerita, para mujahid in tersebut tidak dapat dilihat oleh pasukan Belanda ketika berada di dalam masjid tersebut. Dari segi bangunan, Masjid Al-Alam memiliki ruangan utama berbentuk persegi berukuran 8 m x 8 m. Dari luar sangat terlihat perpaduan corak betawi dengan arsitektur masjid -masjid di Jawa. Bangunan ini memiliki tembok dari beton dengan cat putih di sisi utara, barat, timur, dan selatan. Dari segi atap, masjid in i memiliki atap berbentuk limas dua tumpang yang terbuat dari genteng. Masjid ini juga memiliki serambi di bagian selatan dan timur. Awalnya, serambi hanya terdiri dikelilingi oleh pagar beton dengan atap terbuka. Di serambi bagian selatan dahulu merupakan tempat untuk mengambil wudhu. Namun, karena kebutuhan menampung jamaah lebih banyak maka serambi dibuat tertutup dan digunakan sebagai tambahan tempat solat. Serambi bagian timur digunakan untuk menampung jamaah wanit a ( akhwat ). Luas keseluruhan dari ruangan utama hingga serambi adalah 12 m x 12 m. Di dalam ruangan utama, dapat dilihat bahwa bangunan sangat sederhana dan kecil. Tinggi langit langit dari lantai hanya 2,2 m. Namun, tinggi bangunan tersebut tidak membuat suasana di dalam ruangan menjadi panas. Namun sebaliknya, ruangan ini sungguh adem untuk ditempati. Dari ruangan ini, dapat ditemukan berbagai perpaduan arsitektur mulai dari Eropa, Cina, Jawa, dan Betawi. Dari pintu masuk, dapat dilihat tiang-tiang yang besar namun pendek yang menyokong bangunan tersebut. Tiang tersebut memiliki bentuk seperti bilah benteng catur bergaya Eropa. Tiang ini berjumlah empat buah membentuk soko guru yang menopang atap joglo. Tampak pengaruh dari Masjid Demak yang mungkin berasal dari ide pasukan dari Demak yang dibawa oleh Fatahillah. Dahulu, bagian langit -langit hanya ditutupi pada bagian yang dikelilingi tiang. Bagian tersebut biasa menjadi tempat pada pendekar untuk melakukan semedi dan puasa. Namun agar bangunan lebih kuat, langit-langit yang berada di luar keliling tiang ditutupi oleh papan triplek. Sehingga, bagian atas tiang kini tidak dapat dimasuki.
Gambar 3. Tiang-tiang yang membentuk sokoguru pada ruangan utama Masjid Al-Alam Marunda (djangkarubumi.com)
Di dalam ruangan utama, terdapat 2 jendela di tiap sisi tembok masjid. Jendela ini d ihiasi dengan teralis kayu bulat bergelombang yang disusun secara vertikal (lihat Gambar 4). Jendela inilah yang merupakan tempat sirkulasi udara sehingga ruangan tetap sejuk. Saat ini, jendela ditambah juga dengan daun pintu dari kaca. Selain itu, di tembok ruangan utama terdapat sebuah lubang kecil berbentuk setengah lingkaran (lihat Gambar 5). Lubang ini terletak di tembok bagian selatan yang merupakan bagian yang langsung menghadap kali besar pada zaman dahulu. Lubang ini difungsikan sebagai lubang pengintaian oleh pasukan mujahidin terhadap kapal Belanda yang masuk ke area Marunda. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 437
Penelusuran Warisan Buday a Jakarta melalui Masjid Al Alam Marunda sebagai Heritage y ang Masih Bertahan Keaslianny a Gambar 4. Bentuk teralis kayu yang merupakan corak arsitektur Eropa (Dokumentasi Pribadi) Gambar 5. Lubang pengintaian pada tembok ruangan utama Masjid Al Alam Marunda (Dokumentasi Pribadi)
Berbicara tentang masjid, tidak boleh lupa mengenai bagian mihrab dan mimbar khatib. Seperti pada masjid di Jawa lainnya, Masjid Al Alam memiliki ruang menonjol untuk mihrab dan mimbar khatib di bagian barat. Mihrab dan mimbar khatib dibatasi o leh 3 buah tiang semu yang bentuknya mirip dengan tiang utama di tengah ruangan. Di sisi tembok mihrab terdapat dua lubang angin berbentuk roster yang merupakan pengaruh dari arsitektur Cina. Begitupun pada bagian belakang mimbar khatib. Pada bagian mihrab, dapat ditemukan tasbih berukuran besar dari batu giok. Namun, tasbih ini bukanlah merupakan peninggalan di awal pembangunan masjid. Pada bagian mimbar masjid, dapat dilihat 3 (tiga) anak tangga dan juga tongkat berbentuk lilitan ular. Menurut Pak Kusnadi selaku ahli masjid, tongkat tersebut dahulu berjumlah sepasang tetapi hilang dan akhirnya hanya ditemukan satu di Laut Jawa. Tongkat tersebut hanya digunakan ketika khotbah solat Jumat. Selain
Gambar 6. Bagian mihrab dan mimbar khatib (Dokumentasi Pribadi)
itu, saat ini bagian atas dari mihrab dan mimbar khatib telah ditambahkan dengan kaligrafi. Selain bangunan utama, terdapat bangunan lain yang memiliki umur yang cukup lama dan memiliki cerita bersejarah. Pertama adalah sumur tua yang terletak di tenggara masjid. Sumur ini dilindungi oleh bangunan kecil berukuran 2 m x 3 m. Sumur ini merupakan sumber air yang digunakan untuk berwudhu dan kegiatan di Masjid Al-Alam Marunda. Lalu, di bagian utara terdapat makam dari para sesepuh dan pengurus masjid terdahulu. Salah satu makam yang terkenal adalah makam dari KH. Jamiin bin Abdullah. Menurut sejarah, KH. Jamiin merupakan salah satu petinggi di perkampungan Marunda yang memohon doa dan akhirnya selamat ketika terjadi Tsunami hebat akibat letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 M. Menurut cerita rakyat dahulu yang disampaikan Pak Kusnadi, tsunami seakan membelah ketika melewati Masjid Al-Alam dan menyelamatkan KH. Jamiin beserta warga yang berlindung di dalamnya. A 438 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Ahmad Darmaw an
Gambar 7. Sumur tua Masjid Al Alam Marunda (Dokumentasi Pribadi) Gambar 8. Makam KH. Jamiin Bin Abdullah di bagian utara masjid ( djangkarubumi.com )
Di bagian timur dari masjid, kini dibangun sebuah pendopo tanpa dinding. Permukaan bangunan ini dibuat lebih tinggi sekitar 80 cm dan memiliki 4 buah anak tangga untuk naik ke pendopo tersebut. Atap dari pendopo tersebut serupa dengan bangunan utama masjid. Pendopo tersebut dibangun sebagai aula yang biasa digunakan untuk pengajian dan kegiatan lainnya. Kini, Masjid Al Alam Marunda merupakan bagian dari cagar budaya berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1999. Berdasarkan Perda tersebut, masjid ini menjadi tanggung jawab Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta untuk dilindungi dan dijaga keberadaannya Pelajaran Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada Masjid Al Alam Marunda ini, didapatkan tambahan pengetahuan mengenai heritage di Jakarta, khususnya di daerah Marunda. Tidak hanya mengenai bangunan ini, namun juga mengenai beberapa sejarah dan peristiwa yang terjadi di sekitar area tersebut. Dari Masjid Al Alam, dapat ditemui jejak peradaban mulai dari penaklukan Portugis, perlawanan terhadap penjajahan Belanda, hingga mengenai cerita ledakan Gunung Krakatau.
Gambar 9. Pendopo yang terpisah dengan bangunan utama. Terletak di sebelah timur Masjid Al Alam Marunda (djangkarubumi.com)
Masjid Al Alam merupakan suatu bangunan yang berdiri sekitar hampir 500 tahun yang lalu. Namun, hampir setiap struktur bangunannya masih dapat dipertahankan. Jika melihat dari sejarah pembangunannya, sungguh butuh teknologi yang canggih untuk membuat bangunan dalam semalam namun bertahan lama hingga ratusan tahun. Perlu diresapi bagaimana bantuan dari Tuhan YME dalam memberi petunjuk kepada para waliyullah dalam membangun Masjid Al Alam Marunda. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 439
Penelusuran Warisan Buday a Jakarta melalui Masjid Al Alam Marunda sebagai Heritage y ang Masih Bertahan Keaslianny a
Kesimpulan
Heritage merupakan sebuah warisan yang harus diestafetkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Saat ini, heritage yang terdapat di Jakarta semakin berkurang. Baik karena perusakan maupun pemugaran dari bangunan tersebut. Hal tersebut menyebabkan konteks warisan budaya dari bangunan tersebut menjadi berkurang. Perlu usaha dari sekarang untuk menelusuri dan mendokumentasikan heritage berupa bangunan yang masih memiliki struktur yang hampir sama dengan aslinya. Salah satunya adalah Masjid Al Alam Marunda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tulisan ini, dapat dipelajari bahwa arsitektur Masjid Al Alam Marunda dipengaruhi oleh budaya Betawi, Jawa, Eropa, dan Cina. Selain itu, dapat ditelusuri kembali sejarah yang terjadi di Jakarta khususnya di Marunda seperti penaklukan Jayakarta, perlawanan terhadap VOC, tsunami Gunung Krakatau, dsb. Ucapan Terima Kasih Penulis ing in berterima kasih kepada Bapak Dr. Eng. Bambang Setia Budi, ST., MT. selaku dosen mata kuliah Arsitektur Islam yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan dalam menyusun tulisan ini. Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada Bapak Kusnadi selaku ahli Masjid Al Alam Marunda yang telah memberikan informasi sejarah sehingga tulisan in i diharapkan lebih kredibel. Terima kasih juga kepada pihak-pihak lainnya yang membantu dalam bentuk apapun sehingga terwujudnya tulisan ini. Semoga tulisan in i dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu arsitektur, terutama terkait bangunan masjid-masjid tua di Indonesia. Daftar Pustaka Bumi, D. (2014). Masjid Al-Alam Marunda . http://www.djangkarubumi.com/2014/01/masjid-al-alammarunda.html Jazmi, M.D.H. (2015). Masjid Al-Alam Marunda , Bukti Peninggalan Sejarah Perkembangan Islam di Jakarta. https://mujazmi.com/2015/10/masjid-al-alam-marunda-bukti-peninggalan-sejarah-perkembangan-islam-dijakata/ Pardede, D. (2011). Mesjid Al-Alam, Saksi Bisu Perjalanan Sejarah Ibukota Jakarta . http://www.kompasiana.com/dorapardede/mesjid-al-alam-saksi-bisu-perjalanan-sejarah-ibukota jakarta_550eca2fa33311ad2dba81d7 Pijper, G.F. (1977). De Moskeen van Java, in Studien over de . Geschiedenis van de Islam in Indonesia, 19001950. 1977. Putra, G. (2011). MASJID AL - ALAM - JAKARTA INDONESIA . http://gaedegambarist.blogspot.co.id/ 2011/11/masjid-al-alam-jakarta-indonesia.html UNESCO. (1992). World Heritage . http://whc.unesco.org/en/about/
A 440 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017