Vol.9 No. 20
ISSN 0126-3080 Desembe$99rj -.A.
PENELlTlAN DAN PENGEMBANGAN TEKMOLOGI PANGAN
.._,
DAFTAR I S 1
Halaman
. . . . . . . . - . - . . . . . . . . .
EDITORIAL
ii
PENELITIAN: PEMBUATAN BREM C A I R D A R I SINGKONG (Brem Wine Making
from Cassava T u b ~ r ) Djundjung Daulay d a n Rosma B.S.
Siahaan
. . . . .
MEMPELAJARI PROSES PEMBUATAN SIRUP GULA INVERT D A R I NIRA ( a e n g a pinnata Merr) (Study on t h e P r o c e s s i n g of Invert Sugar from Palm ( A r e n g a p i n n a t a Merr) R i z a l S y a r i e f , H e r m a n a , dan M. Chafied
. . . . . . .
17
TULISAN ILMIAH:
PENGEMASAN DAN L I N G K U N G A N HIDUP R i z a l Syarief d a n Sutedja Wiraatmadja A N ASIAN PERSPECTIVE With special reference to Indonesia F . G . Winarno . . . . . . . . . . .
. . . . . . .
29
. . . . . . . .
41
STREETFOODS:
PAKET INDUSTRI : PEMBUATAN KERIPIK U B I JALAR SIMULASI Tri Susilowati
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
INFO KEGIATAN PUSBANGTEPA L P - I P B : DISAIN MESIN PENGEMAS VAKUM Suted ja Wiraatmadja
4
. . . . . . . . . . . . . . . .
LOKAKARYA PEGAWAI PUSBANGTEPA
Suhaemi
59
63
LP-IPB
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
67
iii WLETIN WSBAWCAPA LP tPB, OESEHBER 1W1
PENGEMASAN DM R i z a l syarief * *
LINGKUNGAN EIDUP*) ***) dan Sutedja Wiraatmadja
Secara alarniah produk hasil pertanian telah
disajikan
dalam bentuk yang terkernas. Jagung dibungkus s e l u d a n g , buah kelapa dilindungi sabut dan tempurung, kekacangan dibungkus oleh kulit p o l o n g . Bahkan manusia mengqunakan pakaian s e b a
gai kemasan untuk melindungi tubuhnya, yang juga berfungsi agar tampak lebih anggun dsn n e n a r i k . M e n u r u t c a t a t a n sejarah, pengemasan mulai berperan secara komersial sejak 4000 SM, ketika p e r t u k a r a n barang niaga mulai ramai. Muncullah pusat-pusat perdagangan seperti Mesir, Mesopotamia, I n d i a dan C i n a .
F u n g s i utama pengemasan y a i t u untuk melindungi
produk
agar senantiasa terlindung d a r i berbagai penyebab kerusaKan dari luar. Fungsi perlindungan ini d i s e r t a i dengan peranan pengemasan sebagai daya t a r i k konsumen. Bagaimana manusia menciptakan kemasan yang berfungsi sebagai pelindung dan juga merupakan alat promosi, ini merupakan masalah yang pertama banyak dipelajari dan dikembangkan. Botol-botol parfum dan k o s m e t i k a sejak 3000 SM hingga s a a t ini, nampak memberi gambaran dari fungsi pengemasan sebagai pelindung dan daya tarik bagi konsumen.
~ i s a j i k a npada Seminar Pengemasant91, yang diselenggarakan oleh Institut Pengemasan I n d o n e s i a , Jakarta 18 Oktober 1991. * * ) Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan [Pusbangtepa) LP I P B dan Kepala Lab. Industri Pangan TPG, F a t e t a IPB. * * * ) Pengelola Program Rekayasa Proses dan Peralatan Agroindustri Pusbangtepa LP IPB dan Staf Jurusan Teknologi I n d u s t r i Pertanian Fateta IPB. *)
29 BULETIY PUSWGTEPA LP IPB, DESEMER 1991
. .
Perkembangan industri yang pesat disertai persaingan pemasaran produk yang semakin banyak tantangannya melahirkan f u n q s i baru d a r i pengemasan. Kemasan d i t u n t u t agar d a p a t mempengaruhi daya tarik konsurnen dengan menampilkan bentuk kemasan yang khas, untuk t i a p - t i a p produk atau produk tertentu. Pasta gigi umumnya d i k e m a s dalam bentuk tube walaupun s e c a r a fungsional rnemungkinkan untuk diwadahi botol, Botol bir berbeda dengan botof saus tomat atau botol k e c a p . B e n t u k yang spesifik, secara psikologis memberikan k e s a n khusus yang senantiasa melekat
konsumen. Secara hukurr, rancangan sebuah botol dilindungi dari peniruan a t a u penggunaan oleh produk atau perusahaan l a i n . Problematika yang banyak dicoba dipecahkan pada saat itu yaitu menciptakan kemasan yang khas, praktis dan dapat membantu d a l a m pengangkutan, penyimpanan dan distribusi. Kecenderungan dari perkernbangan e k o n o u i dewasa i n i memacu pengemasan sebagai a l a t informasi. Para konsumen r n e n u n t u t sistem labeling yang lengkap dan komunikatif, terlebih lagi dengan adanya peningkatan permintaan konsumsi produk yang telah dikemas akibat kesibukan manusia yang meningkat. Problematika yang muncul berikutnya selain geser-menggeser pengqunaan bahan kemas juga bagaimana caranya mengembangkan sistem labeling yang komunikatif dengan konsumen. Produk pangan yanq diberi label yang lengkap seperti komposisi kimia/gizi dan tanggal kadaluwarsa dapat membantu tenaga k e s e h a t a n (di rumah sakit) atau p e t u g a s g i z i bahkan ibu rumah tangga dalam menyusun menu. Adanya tuntutan konsumen untuk hidup yang l e b i h l a y a k
pada
s e b a g a i a k i b a t adanya peningkatan pendapatan dan kesejahte
raan, menantang para produsen kemasan dan i n d u s t r i pengguna u n t u k l e b i h memperhatikan l i n g k u n g a n h i d u p . Maka i s u pence maran lingkungan, daur u l a n g d a n pelestarian s u m b e r - s u m b e r
alam dalarn k a i t a n n y a d e n q a n pengemasan p e r l u ditanggapi d a n
dikaji lebih rnendalam. PENGEMASAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Masalah lingkungan h i d u p muncul s e b a g a i a k i b a t p e r b a i
kan kualitas hidup d a n sikap laku manusia. Karena itu adanya perhatian t e r h a d a p lingkungan h i d u p harus diartikan secara positif yaitu sebagai kemajuan pembangunan ekonomi. Lingkungan alam di sekeliling manusia selain sebagai tantangan juga merupakan sumber bahan-bahan yarig diperlukan untuk kehidupan. Oleh karena i t u manusia dalam mempertahan kan kehidupannya di dunia i n i berinteraksi dengan berbagai macam makhluk yang ada d i lingkungan kehidupannya. Saling pengaruh-mempengaruhi antara masyarakat makhluk hidup dengan lingkungannya yang t i d a k h i d u p disebut suatu ekosistem. Interaksi yang tidak seimbang sebagai dampak kemajuan teknologi yang pesat akan merusak ekosistem yang pada gilirannya d a p a t menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Isu kelestarian lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengemasan dapat dipandang d a r i dua s e g i : (1) bahan baku untuk kemasan, dan ( 2 ) limbah kemasan. 1, Bahan Baku Kemasan Problematika pengemasan yang dipersoalkan dalam ha1 penyediaan bahan baku, yaitu terutama kemasan kertas, karton dan kemasan kayu. Kertas seperti yang kita kenal saat ini d i b u a t pertama kali di L e i Yang, Cina pada t a h u n 105. Proses pembuatan kertas ditemukan oleh Ts'ai Lun, seorang p e n gawal istana Ho Ti. Pada tahun 751, orang-orang muslim yang menguasai sebuah p a b r i k kertas Cina di Samarkand membawa rahasia pembuatan kertas ke Spanyol sekitar tahun 950, m u l a i menerbitkan buku pada t a h u n 1450, dan
menerbitkan
surat
kabar
secara
teratur
tahun
1609.
Kardus dari k a r t o n b e r a l u r atau karton bergelombanq pada
akhir
perany
d u n i a pertama, d a r i k o t a k - k o t a k yanq beredar, 2 0
persen
mulanya
digunakan
untuk bebijian.
Pada
adalah kotak k a r t o n d a n 8 0 persen kotak kayu. etap pi pada akhir perang d u n i a kedua keadaannya terbalik k a r e n a
penggunaan kotak karton meningkat m e n j a d i 8 0 p e r s e n .
Pada umGmnya kertas dibuat dari selulosa kayu
atau
merang p a d i . Kayu yang d i g u n a k a n yaitu kayu lunak kayu keras. Pengambilan kayu dari hutan, bertambah kurang
atau dari
persen setahun, s e d a n g k a n d i negara berkenbang pemanenan kayu bertambah r a t a - r a t a 4 persen p e r tahun, Untuk keperluan industri produk kayu, termasuk industri pengemasan, mengkonsumsi 4 1 persen dari p e r s e d i a a n kayu dunia, selebihnya y a i t u 5 9 persen d i g u n a k a n sebagai bahan bakar ( I T C , 1 9 8 6 ) . Penebangan kayu d i h u t a n - h u t a n (isu hutan t r o p i s ) memberi dampak yang hebat terhadap industri p e n g e m a s a n kayu dan kertas. O l e h karena itu alternatif pengqunaan bahan baku dari hutan perkebunan dan sumber lain unttik kemasan kertas dan kayu perlu digalakkan. Selain itu upaya daur ulang dari limbah kertas seyogyanya lebih diintensifkan. D i Inggris, Jerman, Prancis d a n beberapa negara Eropa lainnya 3 5 persen bahan baku k e r t a s b e r a s a l dari limbah k e r t a s . Bahkan u n t u k k a r t o n kemasan bahan pangan lebih d a r i 7 0 persen rnenggunakan bahan baku d a r i limbahnya (Palling, 1980). 2 . Limbah Kemasan Problematika l i m b a h kemasan di Indonesia tampaknya belum m e n j a d i isu nasional s e p e r t i d i negara-negara industri maju. Penggunaan bahan kemas secara berulang (multi t r i p ) u n t u k industri tertentu atau kemasan s e m i disposable yang d i g u n a k a n u n t u k kepentingan l a i n , besar satu
32 BULETtH WSBAMGTEPA LP IPB, DESEMER 1W1
perannya
dalam
rnenaggulangi
masalah
limbah.
Adanya
pemulung y a n g ikut mernberi andil d a l a m proses d a u r ulang Kernasan
plastik
lingkungan.
lazim
juqa
menyuranqi
tingkat
pencemaran
Pengqunaan kertas bekas untuk kemasan
dilakukan
saat
ini
sesungquhnya
tidak
d i j a m i n kebersihannya b a h k a n d a p a t menyebabkan
yang dapat
qanqguan
kesehatan. Demikian pula pemanfaatan plastik bekas untuk
makanan serinqkali diberitahakan media masa bahwa kemasan t e r s e b u t menyebabkan kasus kernatian, karena penggunaannya y a n g sernbrono. Limbah kemasan akan rnenjadi h a 1 yang banyak dipermasalahkan pada waktu yang akan datang. Demikian juqa peraturan (perundang-undangan) akan menuntut masyarakat untuk menangani limbah secara b a i k dan benar. pembungkus
mungkin disebabkan oleh pengemasan dapat d i a r t i k a n sebaqai: (1) pencemaran produk bahan p a n g a n oleh kernasan, ( 2 ) pencemaran bahan kemas oleh faktor luar, (3) pencemaran lingkungan oleh limbah kemasan dan ( 4 ) pencemaran oleh Kloro-Fluoro-Karbon (CFC). Tingkat pencemaran t e r s e b u t sangat beragam dari satu daerah ke daerah lainnya. A d a yang d e m i k i a n hebat sehingga menirnbulkan g e j o l a k masyarakat ada pula yang masih dalam Pencemaran
batas-batas
yang
layak,
ini bisa d i s e b a b k a n oleh p r o d u s e n
kemasan dan lebih sering l a g i d i s e b a b k a n oleh konsumen, baik konsumsi l a n g s u n g rnaupun yang tidak langsung. Kontaminasi bahan pangan oleh kemasannya dapat disebabkan dikemukakan antara lain oleh proses migrasi komponen akibat penggunaan p l a s t i k yang s a l a h . P l a s t i k polivinil khlorida ( P V C ) yang digunakan untuk bahan pangan panas mempunyai resiko melepaskan senyawa karsinogenik Pencemaran
33 WLETIM WSBAUGTEPA LP I P B , DESEHBER l W 1
monomer vinil k h l o r i d a (VCM) k e dalam makanan. A t a u kemasan kaleng
yang
pangan
o l e h t i m a h h i t a m , t i m a h p i l t i h , besi d a n
Ambang
cacat
dapat
menyebabkan
tercemarnya
bahan
aluminium. batas toleransi cemaran i n i telah banyak dibakukan
dalam bentuk norma a t a u code. FAO/WHO menetapkan kandungan t i m a h p u t i h atau timah h i t a m tidak boleh melebihi 1.0 rng/kg dalam makanan. Norma lain d i banyak negara menetapkan angka maksimum
0.05 mg/kg cemaran VCM,
bahkan di S w e d i a
hingga
mg/kg (Syarief d k k , 1991). Angka-angka t e r s e b u t bila diperlukan b i s a d i p e r o l e h dari pedoman yang d i k e l u a r k a n ole11 Codex Alimentarius C o m i s s i o n . Kemasan d a p a t p u l a d i c e m a r i o l e h k e a d a a n l i n g k u n g a n yang tidak menunjang, terutama pada w a k t u penyimpanan, distribusi dan p e n j a j a a n . Misalnya s a j a tirnbulnya k a r a t psda k a l e n g dan r u s a k n y a label. Pencemaran lingkungan oleh limbah kemasan merupakan i s u yang banyak dimunculkan akhir-akhir ini, bersamaan dengan masalah pencemaran lingkungan oleh berbagai m a c a m limbah i n d u s t r i d a n sarnpah rumah tangga. Produsen atau industri kemasan dituntut u n t u k mencari bahan baku atau membuat kemasan-kemasan tertentu yanq t e r d i r i dari bahan organik terhancurkan secara alami a t a u bahan yang d a p a t dimakan ( e d i b l e ) . Sedangkan para konsumen d i t u n t u t u n t u k lebih tertib dalam membuanq sampah. Berbagai i d e u n t u k menangani limbah kemasan akan d i b a h a s secara khusus pada u r a i a n berikutnya. Penggunaan Kloro-Fluoro-Karbon sebagai propelan aerosol yang b e r f u n g s i untuk rnenyemprotkan isi kalenq secara otomatis seperti pada insektisida d a n minyak wangi pernah menghebohkan p a r a peminat lingkungan hidup. Selain itu CFC digunakan s e b a g a i bahan k i m i a pendingin pada mesin penyejuk ruanqan. Senyawa kimia ini didakwa sebaqai salah satu penyebab bocornya l a p i s a n Ozon di angkasa yang melindungi burni dari s i n a r lewat ungu (UV) yang t e r d a p a t 0,01
spektrum s i n a r r n a t a h a r i . Sinar lewat ungu ini berbahaya bagi k e s e h a t a n manusia dan kehidupan lainnya di
dalam bumi
. Di
kemasan
negara maju seperti P r a n c i s , penggunaan CFC semprot
telah
dikurangi.
dalam
Perusahaan-perusahaan
dipaksa untuk tidak lagi menggunakan C F C . Maka tidak h e r a n banyak bermunculan kemasan semprot d e n g a n l o g o tangan manu
yang melindungi bumi dengan tulisan PRESERVE LA COUCHE D'OZONE. Dengan kampanye y a n g gencar melalui media informasi, konsumen memilih produk-produk yang dikemas dalam wadah semprot y a n j mempunyai logo t e r s e b u t .
sia
PENANGANAN LIMBAH KEMASAN
Pada
awalnya rnasalah limbah kemasan dianggap
sebagai
move politik saja, dan dianggap t i d a k ada kaitannya dengan k e g i a t a n ekonorni. Dengan d e m i k i a n , produsen atau industri kemasan seakan-akan berada di sudut yang dirugikan. Akan tetapi pandangan ini sudah mulai berqeser. I n d u s t r i kemasan t e l a h terjun secara aktif sebagai motor d a n dinamisator dalam proses penanganan limbah kemasan, sehingga melahirkan kegiatan ekonomi baru yang cukup rnenarik. Seperti t e l a h dikernukakan pada u r a i a n sebelumnya, masalah limbah muncul sebagai dampak adanya peningkatan kualitas hidup rnanusia yang merupakan hasil peningkatan kemakmuran. Manusia menuntut h i d u p yang l e b i h layak dan bernilai e s t e t i k a yang memadai. Oleh s e b a b itu rnasyarakat Tndonesia b a i k produsen, konsumen maupun p e n j u a l jasa kemasan seyogyanya s u d a h r n e n g a n t i s i p a s i masalah lingkungan hidup sejak saat ini. 1. Penanganan Sampah Secara Umum Untuk menggugah i d e dalam busines p e n a n g a n a n limbah penulis akan mengambil beberapa contoh yang telah dilaksanakan d i beberapa negara m a j u {Jepang, Eropa,
USA).
Sampah
Kemasan seper-ti j u g a s a m p a h l a i n n y a
secara
umum d i b a g i atas sampah t e r b a k a r dan sampah t a k t e r b a k a r (botol, kaleng, beberapa j e n i s plastik). Selain itu dikenal juga yang disebut sampah " b e s a r a l ( a l a t - a l a t elektronik, speda, rnebel dan s e b a g a i n y a ) , d a n sampah kecil (sampah d a p u r ) . Pemisahan s a m p a h bisa dilakukan s e j a k dari t a n g a n pertama pembuang sampah, d e n g a n menyediakan kantung sampah (wadah) plastik y a n g w a r n a n y a menunjukkan jenis sampah yang d i b u a n g . Sampah yang tak terbakar d i d a u r u l a n q , sedangkan sampah terbakar d i o l a h menjadi bentuk enersi yang lain. Berita menarik dikemukakan oleh harian Kompas 3 0 September 1991, bahwa retribusi sampah di Kotamadya Padang memberikan masukan sebesar Rp 7 0 0 j u t a sampai R p 800 j u t a p e r tahun. Suatu b u k t i bahhwa penanganan sampah untuk d i p r o s e s menjadi kompos dapat rnemberikan a n d i l yang b e r a r t i dalam pembangunan. Bank B o t o l Bank botol yaitu tempat penampungan botol dan wadah gelas l a i n n y a yang diletakkan a i tempat-tempat tertentu yang ,strategis, seperti di perempatan, pasar, terminal bus dan tempat umum lainnya. Bank botol i n i d i r a n c a n g sedemikian rupa sehingga menambah keindahan d a n k e a s r i a n suatu kota. Masyarakat diharuskan rnembawa botol/wadah g e l a s kosong dan menaruh/membuangnya di bank b o t o l yang t e l a h disediakan. S e t e l a h bank botol penQh kemudian d i a n g k u t ke pusat-pusat penampungan, u n t u k selanjutnya dibawa ke industri botol untuk dilebur s e b a g a i cullet (calcin). Lembaga yang mengelola j a r i n g a n bank botol i n i dapat disarankan Asosiasi Produsen Gelas/Kaca Indonesia seperti di fnggris, atau Lembaga sosial untuk penanggulangan kanker ARC (Association pour la Recherche
sur le cancer) d i P r a n c i s , Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dengan
sistem
bank botol antara lain:
untuk dapat menyadari masalah lingkungan h i d u p d e n g a n berpartisipasi secara aktif d a l a m memezahkan m a s a l a h lingkunqan. b. Membantu Pemerintali Daerah dalam bentuk pengurangan beaya transportasi u n t u k penanganan sampah. c. Menurunkan biaya prodaksi b a g i i n d u s t r i gelas dengan tersedianya cullet secara lebi mudah dan kontinu. Menurut perhitungan, dengan sistem bank botol dapat mengurangi bahan bakar sebanyak 2 persen, karena adanya penambahan 10 persen bahan baku dari cullet. Kebiasaan penggunaan u l a n g berbagai jenis b o t o l u n t u k makanan dan minuman perlu dikaji l a g i secara seksama untuk menyempurnakan sistern bank b o t o l ini. . 3 . Kemasan Logam Manfaat d a r i penggunaan l i m b a h kaleng untuk diubah menjadi jenis kemasan atau barang lain perlu d i k a j i secara seksama. Kaleng-kaleng bekas susu, kornet dan lain-lain d i b u a t kaleng kerupuk, kornpor dan benda-benda lain oleh para pengrajin. Di berbagai kota b e s a r Jepang dikampanyekan cara menarik masyarakat untuk mernanfaatkan m e s i l l otomatis "pengolahtl kaleng bekas minuman ringan. Mesin i n i d i s e d i a k a n pada tempat-tempat kerarnaian u m u m ( t e m p a t h i b u r a n , taman). Bagi pembuang sampah kaleng a k a n mendapat tukaran satu lembar kupon untuk sebuah k a l e n g . Setelah mencapai jumlah tertentu (4 lembar) kupon d a p a t ditukar dengan barang lain. Di Prancis l i m b a h kaleng yang bercampur dengan sampah rumah tanqqa tergiling dalam mobil pengangkut sampah. Dengan daya tarik maknit, lempengan atau t ' s e r b u k n logam ini dikumpulkan kembal i dan d i a n g k u t ke a. ~ e n d i d i k masyarakat
demikian
&:enasan logam untuk d i o l a h l a g i . Dengan
pat::;:
upal.2 d z ~ rulang l i n t b a h k e m a s a n logarc d a p a t dilola Daerah .
P e r . ~i : s hr 4,
oleh
P e n c z g a c a n Kertas Bekas ingat gat
ma):?
kebersihhan d a n keamanan
;z-ggunaan
kertas b e k a s
(koran,
semen] u n t u k mengernas makanan
kan:.;
bagi
konsumen
majalah,
buku,
langsung
secara
s e ~ +..-: ~ ~.: ~ ~s' e. 'dai k i t demi sedikit m u l a i ditinggalkan.
b e b ~ r s ; ~ n e g a r a . m a j u tidak dijumpai kerz5s
5ekas
untuk
digunakan
lagi
adanya
Di
penangallan
secara
langsung
- .
set^;^: ,<enasan komersial.
Kertas
bekas dikumpulkan d e n g a n cara membeli
he rumah
u
kertas
menjzdi
Kegiatan
lai:.
dilzkukan
oleh
dari
(atau perkantoran) kemudian diolah
lagi penggunaan
kemasan atau
kertas u n t u k * ' b u s i n e s t ' kertas bekas ini organisasi-organisasi sosial
dapat atau
percranqan. 5.
Penanganan Kernasan P l a s t i k Lpzya atac
daur u l a n q limbah p l a s t i k untuk bahan
x ~ d a h lain t e l a h dijumpai
di
Indonesia.
kemas
Bahkan
ekonomi dalam p e m a n f a a t a n limbah p l a s t i k ini perxiah aenarik m i n a t para wiraswastawan. Para pemulung p l a s t i k bertebaran dari satu ternpat sampah k e tempat sampah yang lainnya. P e n d a p a t a n pemulung p l a s t i k pada saac " j a y a - j a y a n y a l l dapat mencapai Rp 10.000 sehhari. Tampaknl-a k e q i a t a n d a u r u l a n g kemasan p l a s t i k i n i p e r l u mencapat p e r h a t i a n yanq serius agar dapat memberikan kegiatan
manfaat y a n g tepat.
Di Amerika Serikat p l a s t i k - p l a s t i k yanq a k a n d i d a u r ularq dipisahkan d a r i jenis plastik yang akan dimusnakkan. Wadah p e n g u m p u l plastik bekas i n i dibedakan a n t z r a y a n q akan d i d a u r u l a n g dan y a n g dimusnahkan. T a n d a ~ . r u l i s a n ) i n i j u q a dicantumkan pada p l a s t i k itu send :ri Industri pangan seyogyanya ikut serta dalam
menanggulangi
perusahaan
plastik
sampah
"yakult"
(kasus
di
ini.
Sebaqai
menyediakan
Sapporo)
tempat sampah khusus d i samping mesin penjual Sampah
y a n g dikumpulkan kemydian diolah
contoh
otomatis.
menjadi
alat-
alat tulis seperti p e n g g a r i s , t e m p a t pensil, q a n t u n g a n kunci dan sebagainya, u n t u k d i b a g i k a n kembali kepada para l a n g g a n a n secara ctirna-cuma. ini
dipopulerkan bahan kemasan plastik organik yang d a p a t d i d a u r u l a n g s e c a r a a l a m i a h . Saat
t e l a h pula
PASCAWACANA
Untuk
melakukan
gerakan
penanganan
limbah
kemasan
dalam k a i t a n n y a d e n g a n upaya pelestarian
lingkungan dapat dilakukan kampanye. K e g i a t a n t e r s e b u t sudah barang t e n t u harus berpedoman pada suatu perencanaan yang matanq dan teruji. Model p e n a n g a n a n limbah kemasan yang akan d i i n t r o d u k s i k a n kepada masyarakat haruslah diuji coba dalam suatu pilot percontohan dalam s k a l a y a n g terbatas. Model i n i d i r e k a y a s a setelah para perancang melakukan s t u d i komparatif, yang r n e l i p u t i aspek teknis, ekonomis dan sosial, dengan mernpelajari pengalaman-pengalaman d i tempat (negara) lain. Asosiasi-asosiasi pengemasan, organisasi swadaya masyarakat dan Pemerintah Daerah dapat memelopori u n t u k menjadi pengelola sistem penanganan limbah kemasan tersebut. Gerakan ini dapat pula dikaitkan dengan upaya Pemerintah Daerah untuk meraih "adipura" Yang diselenggarakan setiap tahun. Perangkat perundang-undangan yang d a p a t dijadikan pedoman barangkali sudah saatnya d i r a n c a n g . Perangkat legislasi menampung konsumen.
ini
hendaknya
kepentingan
cukup
masyarakat
luwes baik
sehinqga produsen
dapat
maupun
KEPUSTAKAAN
Cheftel J.C., H . Cheftel, P. Besancan. 1980. Introduction a la b i o c h i m i e et a la technologic des aliments. Tech nique et Documentation, Lavoisier, P a r i s . FPI
( I s k a n d a r B. e d i t o r ) , 1987. Buku Panduan Pengemasan I n d o n e s i a . Federasi Pengemasan Indonesia, J a k a r t a .
Harian Kompas, 3 0 September 1991, Sampah memberi masukan Rp 7 0 0 j u t a s e t a h u n .
kota
Haryadi Y.! 1991. Penanganan l i m b a h kernasan d i (komunikasi p e r s o n e l ) . P u s b a n g t e p a LP IPB.
Padang
Prancis
I T C (Harvey J.D.),
1986. Manual of wooden packaging. Intern a t i o n a l Trade Centre UNCTAD/GATT, Geneva.
Nasoetion A . H . , 1991. M a t e r i khusus institusi. P e n g a n t a r ke ilmu-ilmu p e r t a n i a n . P e n a t a r a n P4 Pola Pendukunq 100 jam. I n s t i t u t Pertanian Bogor.
Palling, S . J. ( e d i t o r ) , 1980. Developments in food packaging. Applied Science Publishers Ltd, London. Syarief, R., S. Santausa, St. Isyana B. 1991. Teknologi pengemasan pangan. P e n e r b i t Buku K e d o k t e r a n EGC. Jakarta (dalam proses penerbitan). Wijaya H., 1991. Cara penanganan lirnbah kemasan d i Jepang (komunikasi personal). F a t e t a I P B , Bogor.