Ill. METODOLOGI PENELlTlAN 3.1
Kerangka Konseptual
;3.1.1 lndustri Kecil dan Rumah Tangga
Konsep lndustri Kecil dan Rurnah Tangga yang digunakan rnengacu pada tlefinisi Biro Pusat Statistik (BPS), yakni jurnlah total tenaga kerja yang diserap, baik dari dalarn keluarga (tidak dibayar) rnaupun luar keluarga (dibayar). lndustri kecil rnerupakan industri yang rnarnpu rnenyerap tenaga kerja antara 5 hingga 1 ' 9 orang per perusahaan, sedangkan industri rumah tangga mampu menyerap tenaga kerja antara 1-4 orang per perusahaan. Konsep pengelornpokan IKRT Iainnya rnenggunakan jumlah ornzet ataupun asset. Alasan pernilihan tenaga kerja sebagai pengelompokkan IKRT adalah (1) tenaga kerja lebih bersifat k.onstan dibandingkan omzet rnaupun asset yang nilainya berubah-ubah dan clipengaruhi inflasi, dan (2) data yang digunakan bersurnber dari BPS yang rnetode
pengukurannya
menggunakan
jumlah
tenaga
kerja
dalam
pengelompokkan IKRT dan IMB.
L1.2 Produktivitas, Pertumbuhan, dan Sumber Pertumbuhan Produktivitas rnerupakan sebuah ukuran efisiensi, yakni konsep teknis yang rnengacu pada perbandingan output terhadap input. Semakin besar nilai perbandingan tersebut rnenunjukkan sernakin tingginya tingkat produktivitas, n~isalnya produktivitas tenaga keja (QIL).
Dengan dernikian, konsep
produktivitas rnengacu pada kernarnpuan satu unit input untuk rnenghasilkan tingkat output tertentu pada periode waktu tertentu (statis). Sedangkan konsep
17
pertumbuhan mengacu pada perubahan rasio output-input atau produktivitas rnenurut dimensi waktu (dinamis). Pertumbuhan ekonomi suatu negara dicerminkan oleh pertumbuhan 12roduk Domestik Bruto (PDB), yakni pertumbuhan nilai tambah (value added) :jektor ekonomi, sehingga pertumbuhan diartikan sebagai perubahan PDB lnenurut dimensi waktu dan pertumbuhan PDB per kapita menurut dimensi \~aktu. Perbedaan kedua definisi terletak pada konteks pertumbuhan nilai lambah dengan pertumbuhan "produktivitas" nilai tambah per kapita. Dengan tlemikian, definisi kedua dari konsep pertumbuhan tersebut mengacu pada ,yrowth of population-value added ratio.
Pendekatan pertumbuhan berdasarkan produktivitas akan lebih tepat bila lnenggunakan acuan "pekerja" dibandingkan populasi.
Konsep terakhir ini
tlisebut sebagai growth of employment-value added ratio. Namun demikian, definisi terakhir ini masih rnengacu pada konsep produktivitas parsial, yakni 'ienaga kerja. Konsep Total Factor Productivity (TFP) akan lebih tepat untuk menggambarkan kondisi perusahaan, sektor, maupun agregat ekonomi yang ~memilikilebih dari satu input peubah. Ditilik dari sumber-sumber pertumbuhan, umumnya dibagi ke dalam dua kelompok, yakni (1) pertumbuhan yang berasal dari sisi permintaan (demand side) dan (2) pertumbuhan dari sisi penawaran (supply side)'.
Kelompok
pertama menyatakan bahwa sumber-sumber pertumbuhan berasal dari pasar (market),
yakni
konsumsi
expenditure, dan ekspor.
masyarakat,
investasi
swasta,
government
Sedangkan kelompok kedua menyatakan bahwa
Kelompok yang menyatakan sumber pertumbuhan dari sisi supply side umumnya berasal dari kelompok ekonomi Klasik dan pengikutnya, sedangkan sumber pertumbuhan berasal dari demand side umumnya berasal dari kelompok Keynes dan pengikutnya.
18
sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari: (1) kontribusi modal fisik (physical capital), (2) modal manusia (human capital), (3) pertumbuhan penduduk atau
tenaga kerja, serta (4) inovasi dan kemajuan teknologi. Pada kelompok kedua ini, analisis sumber-sumber pertumbuhan yang umum digunakan adalah Total Factor Pmductivify Growth; TFPG (Mankiw, Romer, and Weil; 1992).
Konsep pertumbuhan yang digunakan umumnya relatif sama (PDB per kapita), namun yang berbeda adalah sumber-sumber pertumbuhan, yakni dapat berasal dari sisi penawaran atau permintaan. Jika analisis sumber pertumbuhan bersifat sektoral umumnya digunakan pendekatan sisi penawaran, sedangkan pada makroekonomi secara agregat umumnya digunakan analisis sumber pertumbuhan dari sisi permintaan.
Oleh karena itu, analisis sumber
pertumbuhan dipengaruhi atau tergantung dari ketersediaan data dan tujuan analisis dari studi empiris yang dilakukan.
Untuk memperjelas konsep
pcxtumbuhan dan sumber-sumber pertumbuhan, maka dipaparkan beberapa pemikiran awal konsep pertumbuhan menurut Kaldor (1963) dan Kuznets (1 973) sebagai berikut (Barro and Martin, 1995):
"Kaldor (1963) listed a number of stylized facts that he thought typified the process of economic growth: (1) per capita output grows over time, and its growth rate does not tend to diminish, (2) physical capital per worker grows over time, (3) the rate of retum to capital is nearly constant, (4) the ratio of physical capital to output is nearly constant, (5) the shares of labor and physical capital in national income are nearly constant and (6) the growth rate of output per worker differs substantially across countries."
dan "Kuznets (1981) brings out other characteristics of modem economic growth. He notes the rapid rate of structural transformation, which includes shifts from agriculture to industry to services. This process involves urbanization, shifts from homework to employee status, and an increasing role for formal education. .....modem growth involves an increased role for foreign commerce and that technological progress implies reduced reliance on natural resources........".
19
Konsep pertumbuhan Kaldor mempertimbangkan dimensi peningkatan output per tenaga kerja dan dimensi waktu, yang secara implisit menjelaskan teknologi (physical capital) sebagai sumber pertumbuhan. Sedangkan konsep pertumbuhan ekonomi menurut Kuznets adalah (1) transformasi struktur ekonomi, baik struktur produksi maupun ketenagakerjaan, (2) pergeseran struktur ketenagakejaan dari sektor tradisional ke modem (uhankation), dan (3) transforrnasi tahapan industrialisasidari eady, middle, dan later industries melalui perubahan share of employment antar tahap industrialisasi.
Konsep
pertumbuhan Kuznets tidak hanya mengacu pada pertumbuhan nilai tambah atau output per pekerja, namun juga menjelaskan proses transformasi ekonomi sebagai konsekuensi perbedaan percepatan pertumbuhan antar sektor ekonomi. Perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pertumbuhan ekonomi juga dijadikan acuan untuk mengidentifikasi proses pertumbuhan, dengan sumbersumber pertumbuhan berasal dari teknologi dan perdagangan intemasional (pasar)lO. Konsep pertumbuhan Kaldor dan Kuznets pada dasamya mengikuti konsep pertumbuhan Rostow (1956) dan Chenery (1962)".
Pertumbuhan
eltonomi menurut Rostow bersumber dari dampak perubahan teknis (technical changing) dan dampak perubahan struktur perrnintaan. Dampak perubahan teknis akan menangkap seluruh perilaku perubahan yang tejadi dalam struktur input (input supply), sedangkan perubahan struktural permintaan akan
10
11
Hal ini sejalan dengan pemikiran Pai D.H. Penandiker (1996) yang menyatakan bahwa daya saing IKRT ditentukan oleh dua hal, yakni teknologi dan pasar. Dikutip dari Tambunan (1999). Konsep pertumbuhan Kuznets pada dasamya sama dengan Chenery, di mana sumbersumber pertumbuhan ekonorni dinilai sebagai deviasi proporsional setiap sektor. Pertumbuhan rnerupakan proses tranforrnasi ekonomi "relatit" antar sektor, yakni melalui pergeseran pangsa sektor ekonomi. Pada dasamya, kedua tokoh tersebut mengadopsi pemikiran Rostow (1956) tentang pertumbuhan. Namun demikian, konsep pertumbuhan Rostow rnerupakan perubahan "absolut" di tiap sektor ekonomi.
lnenangkap seluruh perilaku perubahan dari sisi perrnintaan (output demand). 12ertumbuhan ekonomi merupakan hasil "interaksi" antara perubahan teknis (inputsupply) dan permintaan (output demand).
Menurut Martin dan Warr (1993) pertumbuhan sektor ekonomi (pertanian) dipengaruhi oleh (1) perubahan harga relatif (changing relative prices), (2) ~;)erbedaantingkat perubahan teknologi (differential rates of technical change), (Ian (3) perubahan relatif input faktor (changing relative factor supplies). l2 Sedangkan menurut Simatupang (1996), perubahan struktur ekonomi clipengaruhi oleh teknologi dan s t ~ k t u rharga (harga relati antar sektor). l 3 Kedua peneliti menggunakan fungsi penawaran (produksi) agregat (Pendapatan Clomestik Bruto; PDB) dengan bentuk translog untuk melihat pengaruh teknologi, dan harga terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia. Simatupang (1988) menyatakan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produktivitas melalui peningkatan efisiensi.
Peningkatan efisiensi ekonomi
produksi sangat penting bagi perusahaan dalam rangka peningkatan keuntungan dan daya saing, disamping peningkatan efisiensi penggunaan sumberdaya.
Peningkatan
efisiensi
dapat
dilakukan
dengan:
(1) mempergunakan teknologi yang ada dengan baik, (2) mempergunakan jumlah masukan yang optimal, dan (3) memilih skala usaha yang optimal. Eifisiensi yang terkait dengan penggunaan teknologi secara tepat disebut efisiensi teknis, sedangkan efisiensi yang diperoleh dengan penggunaan 1:'
"
Tngkat penggunaan teknologi diproksi dari partisipasi pengunaan program BIMASI INMAS, secara implisit asumsi-asumsi kemampuan teknologi varietas unggul tidak mengalami perubahan, sehingga teknologi hanya diobservasi dari intersep yang menunjukkan neutral technology change (exogeneous technology). Tingkat penggunaan teknologi diproksi dari Total Productivity Factor (TFP), khususnya TFP yang bersumber dari intersep, yakni produktvitas output yang tidak dipengaruhi input secara langsung, yakni pada saat neutral technological change dan constant mtum to scale. Perubahan teknologi karena efisiensi alokatif (embodied, endogeneous, dan bias) tidak dianalisis.
21
kombinasi masukan yang optimal disebut efisiensi alokati (efisiensi harga), dan efisiensi yang berhubungan dengan skala usaha disebut ekonomi skala usaha (economic of scale). Dalam tulisan lain, Simatupang (1996) menyatakan bahwa produktivitas total faktor produksi (total factor productivi&;
TFP) merupakan sumber
pertumbuhan produksi dan daya saing, karena konsep TFP sebagai sumber pertumbuhan merupakan interaksi antara dua sumber pertumbuhan utama, yakni teknologi dan efek penerimaan skala faktor produksi (economic of scale). Dengan kalimat lain, TFP adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai salah satu kesatuan (faktor produksi agregat) dalam n~enghasilkanoutput secara keseluruhan (output agregat) atau produksi ratarata faktor produksi agregat. Sedangkan studi Simatupang (1997) menjelaskan bahwa konsep TFP sebagai sumber pertumbuhan terdiri dari dua sumber, yakni: ('I) teknologi dan lingkungan yang diproksi dari koefisien quasi input tetap~dan
(2) efek skala faktor produksi yang diidentikasi dari perubahan proporsional input peubah. Jika dalam perspektif ekonomi 'makro (agregat sektoral), konsep pertumbuhan intinya mengacu pada perkembangan "nilai tambah" atau "nilai output" agregat, maka ukuran pertumbuhan di tingkat mikro juga berdasarkan "nilai tambah" ataupun "output". Dalam konteks mikro perusahaan, konsep nilai tambah pada dasarnya merupakan proR gains yang diperoleh dari proses pembelian input faktor, proses produksi, dan harga jual output.
Konsep
pertumbuhan ditilik dari perusahaan adalah pertumbuhan output ataupun profit gains yang dihasilkan perusahaan. Pendekatan yang umum dalam ekonomi produksi dalam konteks pertumbuhan "nilai tambah" adalah pendekatan fungsi
22
yang dihasilkan, sehingga sering menggunakan pendekatan fungsi produksi (primal). Perbedaan pemakaian keduanya tergantung dari kondisi empiris, data yang tersedia, dan tujuan analisis.
Hal ini dikarenakan keluar-masuknya
perusahaan dalam industri (entry into and exit from the market) tergantung dari kemampuan memperoleh keuntungan (efisiensi) dari jenis usaha yang dilakukan. Menurut Bettie and Taylor (1955), empat kekuatan yang mendorong p e ~ s a h a a nuntuk memaksimumkan keuntungan (sources of growth), yakni ( 1 ) technical knowledge, ( 2 ) product demand, (3) factor supply, dan (4) capital
supply.
Sedangkan menurut Handerson dan Quandt (1980), sumber
pertumbuhan (sources of growth) untuk memperoleh tingkat keuntungan adalah permintaan pasar (great demand) dan efisiensi usaha, yang pada akhimya mempengamhi realokasi sumber daya.14
Sebagaimana dipaparkan sebagai
berikut:
".....firms move into markets in which they can make profits and leave those in which they incur losses. Resources such as labor tend to be attracted to industries the products of which are in great demand. Inefficient firms are eliminated from the market and are replaced by efficient ones".
Berkaitan dengan ha1 tersebut, maka dalam perspektif ekonomi mikro, indikator pertumbuhan perusahaan adalah produktivitas output dan atau profit
gains.
Model pertumbuhan perusahaan pertama kali diperkenalkan oleh
Ramsey (1928), yang dikenal dengan Rankey Growth Model.
Melalui
pendekatan fungsi produksi dengan dua input, yakni tenaga kerja dan kapital,
Ramsey menjelaskan bahwa jika perusahaan memaksimumkan keuntungan dengan input tenaga kerja tertentu (given), maka pertumbuhan perusahaan
23
ditentukan oleh raihan keuntungan pada saat nilai marginal kapital sama dengan nilai sewa kapital (rental price)15. Pertanyaannya adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi (sources of growth) pertumbuhan penrsahaan?
Tabel 5. Sumber-sumber Pertumbuhan Menurut Klasifikasi Dennis
4. Rate of diffusion of new knowledge
2. Changes in capital input
6. Changes in cost of "business services
human environment within which business must operate that affect cost
8. Changes in intensity with which employed are used that result from flunctuations in the pressure of demand 9. Changes in irregular factors such as weather and strikes 10. Changes in the extent to which the use of multiple labor shifts permits economizing in the use of capital 11. Changes in productives efficiency independent of changes in any of other
Berdasarkan klasifikasi Dennis (1972), sumber-sumber pertumbuhan berasal dari dua komponen utama, yakni total factor input dan output per unit of input, yang secara implisit menjelaskan bahwa sumber pertumbuhan adalah produktivitas. Hal ini sejalan dengan pemikiran Roubini dan Backus (1998)
14
15
Hal ini sejalan dengan Rostow Gmwt Model yang rnenyatakan bahwa surnber perturnbuhan berasal dari perubahan teknis (efisiensi) dan perubahan permintaan (great demand). Pendekata~Ramsey Growth Model rnenggunakan pendekatan primal fungsi produksi untuk rnenjelaskan pertumbuhan penrsahaan.
24 yang menyatakan bahwa produktivitas m e ~ p a k a ndasar pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan output disebabkan oleh peningkatan penggunaan intensitas input
(input-driven), peningkatan produktivitas (technologicaddriven),dan lingkungan. Peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) tingkat pendidikan
(human capital), (2) research and development, (3) teknik manajemen, (4) investasi kapital (physical capital), dan (5) teknologi (knowledge). Di sisi lain dinyatakan pula bahwa pertumbuhan produktivitas, khususnya total factor
productivity, dipengaruhi oleh (1) technological progress, (2) the skill level of the labor force, (3) changing of relafive price, (4) weather, dan (5) the economic and legal environment. Berdasarkan paparan tersebut, pertumbuhan sektor industri ataupun perusahaan diukur melalui pertumbuhan outputnya, baik nilai output maupun nilai tambah yang diperoleh. Sedangkan sumber-sumber pertumbuhan berasal dari:
factor supply-side dan product demand-side. Dalam konteks sisi penawaran (produksi), titik sentral dari pertumbuhan nilai output ataupun nilai tambah adalah produktivitas total faktor produksi (total factor productivitu; TFP), yakni efisiensi, Y
skala usaha, dan perubahan teknologi.
Sedangkan dari sisi permintaan,
pertumbuhan didorong oleh perkembangan permintaan konsumen terhadap hasil output produksi.
3.1.3 Total Factor Productivity Growth: Konsep dan Pengukuran
Sumber-sumber pertumbuhan supply side berasal dari produktivitas dan faktor accumulation factor. Produktivitas terjadi karena peningkatan efisiensi, skala usaha, dan perubahan teknologi, sedangkan accumulation factor bersumber dari endowment factor dan harga-harga input.
Analisis sumber
25
~pertumbuhandari sisi penawaran (supply-side analysis) bertitik tolak pada kaidah produktivitas, baik secara langsung melalui pengaruh input (direct impact,
lembodied) maupun perubahan ekstemal faktor (indirect impact disembodied). Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui efisiensi
l6
dan atau
pengembangan teknologi" dalam pengertian luas. Efisiensi bersumber dari tiga sumber, yakni efisiensi teknis, efisiensi alokati atau harga, dan efisiensi ekonomi skala usaha.
Sedangkan teknologi bersumber dari dua hal, yakni neutral-
technological change dan bias technological change.
Namun demikian,
pengertian antara efisiensi dan teknologi secara mendasar adalah sama. lndustri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) menghadapi kendala terbatasnya pertumbuhan.
Pertumbuhan IKRT tidak akan berkelanjutan, jika hanya
mengandalkan
akumulasi faktor
produksi.
Pertumbuhan IKRT akan
berkelanjutan jika peranan teknologi eksogeneous, endogeneous, efisiensi teknis, dan skala usaha cukup besar Dalam pengertian luas, teknologi eksogeneous berasal dari kondisi lingkungan usaha, kebijakan pemerintah serta aksesibilitas terhadap pasar, teknologi, informasi, dan pembiayaan.
Perbaikan teknologi eksogeneous
(exogeneous technology improvement), dapat diartikan sebagai peningkatan lingkungan usaha yang kondusif (conducive business environment)l a , yang meliputi (1) ketenangan dan keamanan berusaha, (2) berkurangnya biaya transaksi (transaction cost) dan biaya siluman' (hidden cost). (3) kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan IKRT, (4) ketersediaan infrastruktur
16
"
''
Definisi efisiensi secara umum mendasarkan pada tulisan Simatupang (1988). Pengertian tentang teknologi dan efisiensi berdasarkan tulisan lksan Semaoen (1992). Disembodied technological change means that it is not embodied in factor inputs but takes place like "manna from heaven" in the form of better methods, legal economic and environment and organization that improve the efficiency of both new and old factor inputs (Felipe, 1997).
26
)fang memadai, (5) peningkatan akses terhadap pasar, teknologi, informasi, dan pembiayaan, serta (6) perbaikan kondisi makroekonomi. Dengan kalimat lain, pertumbuhan IKRT tidak akan sustainable bila berada pada lingkungan usaha rang tidak kondusif, seperti dipaparkan pada Boks 1''. Dalarn konteks teknologi endogeneous, perbaikan teknologi (endogeneous technology improvement), diartikan sebagai peningkatan kualitas faktor produksi (quality improvement in the factor inputs or embodied technological change),baik
rnelalui peningkatan keahlian (kualitas) tenaga kerja maupun investasi baru, yakni melalui inovasi teknologi (embodied technologycal innovation). Peranan embodied technological change di negara-negara berkembang lebih penting
dibandingkan disembodied (exogeneous) technological change 20 .
Hal ini
dimungkinkan karena negara-negara berkembang masih memerlukan investasi baru, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan kualitas faktor produksi. Di sisi lain, diasumsikan bahwa kondusifitas lingkungan usaha (exogeneousdisembodied technological change) di negara berkembang belum cukup baik.
Efisiensi teknis, sebagai sumber pertumbuhan IKRT, berkaitan dengan pengalaman usaha (learning by doing), perbaikan praktik manajerial, dan perbaikan efisiensi berkaitan dengan teknologi yang diaplikasikan. Sama halnya dengan embodied technological change, peranan perubahan efisiensi teknis
Is
20
Dikutip dari tulisan penulis, yang disampaikan oleh Ketua Presidium Forum Nasional Usaha Kecil Menengah (Fornas UKM) tentang "Conducive Economic Environment, Growth and SMEs Development Strategies i n Indonesia", pada Lokakarya "Penguatan Usaha Kecil Menengah: Mempercepat Agenda Reformasi", yang Diselenggarakan Team Technical Assistant-Asian Development Bank, 17 April 2002. Seperti dikuti dalam tulisan Felipe (1997), yang menyatakan bahwa : "... what we can infer from the finding for developed and developing economies regarding their differences in the relative importance of the TFP in economic growth is that in developing economies embodied technological change is more important than disembodied technological change when compared to developed economies"
27
sangat penting untuk dianalisis, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang seperti lndonesia2'. Boks 1 Conducive Economic Environment, Growth and SMEs Development Strategies in Indonesia Problem Small and Medium Enterprkea (SMEs) face a wide variety of constraints limiting their growth. The growth is not sustainable sin- the enterpfkw are under a non-conducive economic environment. This constrains cause a market failure creat~ng some barriers to catch economic opportunitiesand accesses. Goal Strategies for SMEs dwelopment must be improved to stimulate a sustained growth of SMEs by ~rnprovingtheir capaclty to catch economic opportunitiesand accesses. Action Plan: Strategies In order to answer the problem of SMEs and to achiwe the better devebpment strategies. fwe SMEs' devebpment strategies are proposed below.
-
F i d , Galling the ~ d i i c and y l n s t ~ ~ o n~ai ig h tSocnd Ec-ic PoUcies and Institutionai Setting* Designing a good poiicy is a necessary cornon for SMEs grMh. This policy will have some positive impacts on SMEs' efhciency and level of investment. Such a policy w i Y kwer the enlerprii cost adjostment, increase the efficiency, and
inspire SMEs' confidence to invest.
-
Second, Getting the Regulaiory IUgM Condudve Regulatasy Framwolk. Adopting the right policies is, however, not enough, since it is only one of the condtbns for SMEs' growth. Such a condition must be completed by another condition, namely sufllcient conWn, in vhkh an institutional framewwk of SMEs devebpment must be Ecnotructed. It is believed that the hs!itutiial factor plays an important role in stimulating the SMEs' efficiency and grouuth. This, howaver, requires transparency, accountability and efficiency of the central and local governments as well as parkamant insiiiutii. A clearly daf'med regulatory f m & will reduce business uncertainty, bwer hiden oxt of doing business. end pomoie SMEs investment and growth at once.
-
Third, Getting the Price WgM Open Access to Econornlc Oppoitunlty. Expanding economic opportunity and access of SMEs is an lmporiant approach for getting the environment tight through the i m p r o m t of government policy and market in which SMEs operate.
-
F#h, Gatting the Market Right Market-FriendiyDevelopment. Thls urges policy-makers to pursue policies that promote macroeconomic stability, human capital formation, openness to i n t e r n a t i i tade, markets, competaion and the private sectors. Such policy may require significant state intervention at the pa-r e c m k junctures and condstently and effectively pursulng such pdiiies requires a technically competent, poYlcally insulated bureaucracy.
-
Finely, Getting the Participatory Right SMEs' Pprtcipation In Econanlc Decision Moking. To get a sound economic poky and institution, a conducive regulatory framework, and an open access to economic opportunity, Participatory Based SMEs Development (PBSD) is needad. This Participatory Based SMEs Developlrcnt ls the best approach to review and understand the existing policies, and wen to design and advocate some new economic policies. A SME-Forum of 65 regbns or FORDAs, Is needed to answer such the strategies in national level, namely FORNAS. Since the nature of the approach is the patiiipatoly one, FORNAS can be said as a general assembly of FORDA for two purposes, l.e., (1) reviewing the FORDAs' development internally, and (2) analyzing the external factors influencing the growth of SMEs and the FORDAs' development at once. Macro Pdicy Recommendation
Some macro polides requiredto create a minimum necessary condition for the growth and development of SMEs include the edequate competiilon policies and regulationson monopoly power and anti trust. Good and clean governance are also needed to create favorable condition (conducive business enkifonment) for SMEs devebpment and participation. This indicate that soking problem of SMEs can no( be separated by macro policies and by institutional setting especially r&ted to rok government institution and offcial. (FORNAS, 2002)
-
-
This distinction is fundamental for policy action, especially in developing countries, where identifieng TFP growth with technological progress can miss the fact that technical eficiency change seems to be the most relevant component of the total change in TFP, Nishimizu and Page (1982).
28
Disarnping itu, peningkatan perturnbuhan output dapat dilakukan dengan peningkatan ekonorni skala usaha, yakni perubahan output karena perubahan proporsional input, sehingga tidak rnernpengaruhi marginal rate of technical substitution.
lndustri Kecil dan Rurnah Tangga yang rnerupakan kelornpok
industri dengan skala kecil rnasih rnernungkinkan untuk rneningkatkan skala usahanya, dengan asurnsi pada posisi increasing return to scale. Peningkatan skala usaha tentunya akan dibatasi oleh kondisi increasing cost industry, sehingga pada tingkat skala usaha tertentu (constant return to scale), perturnbuhan IKRT tidak akan dipengaruhi perubahan skala usaha. Jika perturnbuhan IKRT tidak berbasis pada teknologi, rnaka perturnbuhan IKRT tidak akan sustain. Tingkat sustainabilitas ini tentunya juga dipengaruhi oleh basis penggunaan input faktor, apakah rnernanfaatkan surnberdaya lokal (local resources) atau berbasis impor. Jika IKRT berbasis pada surnberdaya
lokal, given teknologi, rnaka derajat sustainabilitasnya akan jauh lebih besar. Dengan dernikian dapat dikatakan bahwa perturnbuhan output IKRT ldisebabkan oleh (1) peningkatan penggunaan intensitas input (input-driven) serta ((2) peningkatan produktivitas (technologicaMriven), dan atau (3) lingkungan
usaha.
Peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) tingkat
lpendidikan (human kapital), (2) research and development, (3) teknik ~manajemen, (4) investasi kapital (physical kapital), dan ( 5 ) teknologi ((knowledge). Dapat pula dikatakan bahwa perturnbuhan produktivitas IKRT,
dipengaruhi oleh (1) technological progress, (2) the skill level of the labor force,
(3) changing of relative price, (4) weather, dan (5) the economic and legal (environment.
Efisiensi teknis adalah efisiensi yang terjadi tanpa tergantung pada perubahan input faktor. Hal ini dapat diidentikasi rnelalui perubahan intersep.
29
[lalam konteks efisiensi teknologi netral, berarti bahwa perubahan teknologi yang tidak merubah proporsi faktor produksi, dan tidak merubah daya substitusi teknis antar input. Perubahan efisiensi teknis atau intersep, dan perolehan terhadap skala tidak terpengaruh oleh produktivitas marginal input.
Oleh karena itu,
rnakna efisiensi "sepadan" dengan makna perubahan teknologi netral. Efisiensi harga (alokatif) tergantung pada intensitas faktor atau rasio harga relati input. Di sisi lain, efisiensi teknologi bias adalah perubahan teknologi yang rnenimbulkan bias ke salah satu faktor. Hal ini berarti bahwa efisiensi teknologi bias akan merubah daya substitusi teknis antar input (marginal rate of technical substitution), dan akan terjadi perubahan intensitas penggunaan faktor. Pengertian efisiensi ekonomi skala usaha (economic of scale) adalah perubahan output akibat perubahan input faktor secara proporsional. Terdapat t~gakemungkinan penerimaan skala usaha, yakni (1) increasing return to scale, (2) constant return to scale, dan (3) decreasing return to scale. Dalam konteks
(term) teknologi, efisiensi skala usaha disebut sebagai teknologi perolehan terhadap skala (technically economics of scale). Dalam teori ekonomi produksi neo-klasik (Antle and Capablo, 1988), clijelaskan bahwa produktivitas ditentukan oleh tiga faktor, yakni (1) teknologi, (2) jenis dan kuantitas sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi, dan (3) efisiensi penggunaan sumberdaya. Elemen perubahan teknologi dalam ekonomi produksi meliputi: (1) efisiensi teknis yang ditunjukkar: pada intersep, (2) skala usaha dalam proses produksi, (3) intensitas faktor masukan, dan (4) kemudahan substitusi antar faktor masukan yang dikenal dengan elastisitas substitusi. Berdasarkan keempat karakteristik perubahan teknologi tersebut, maka teknologi produksi dibagi ke dalam tiga kelompok. Perfama, perubahan efisiensi teknologi (efisiensi teknis), yakni teknologi yang tidak tergantung pada input
30 faktor. Hal ini-disebut juga efisiensi teknis yang tercermin pada intersep fungsi produksi. lstilah efisiensi teknologi ini hanya menyangkut konsep kaitan antara output dengan input, dan bukan kaitan antar input. Kedua, perubahan teknis ekonomi skala usaha (technically economic of scale), yang berarti perubahan proporsional faktor input terhadap perubahan output. Dengan demikian, ha1 ini tidak tergantung pada rasio produktivitas marginal (marginal rate of technical
substitution). Kedua jenis perubahan teknologi tersebut tidak merubah proporsi faktor produksi, dan tidak merubah daya substitusi teknis antar input faktor. F'enrbahan efisiensi teknis, dan perolehan efek skala faktor (economic of scale) tidak berpengaruh terhadap produktivitas marginal masukan. Oleh karena itu k.edua jenis perubahan teknologi disebut sebagai neutral technological change. yakni pergeseran fungsi produksi ataupun fungsi keuntungann ditunjukkan oleh perubahan intersep tanpa perubahan nilai koefisien input. Ketiga, perubahan teknologi non-neutral (biadnon-neutral technological change).
Salah satu
karakteristik perubahan teknologi bias adalah terjadinya perubahan intensitas penggunaan faktor produksi atau marginal rate of technical substitution.
(A)
('3)
Gambar 1. Tiga Bentuk Teknologi Ekonomi Skala Teknis
2;'
Hal ini terjadi karena tingkat keuntungan maksimum fungsi keuntungan tidak uniq, di mana tingkat keuntungan akan selalu dapat ditingkatkan dengan meningkatkan produksi.
31
llustrasi grafis perubahan teknologi netral, yakni perubzhan skala usaha dan efisiensi teknis serta perubahan teknologi bias dipaparkan pada Gambar 1 tlan Gambar 2. Perubahan teknologi ekonomi skala teknis dapat berupa: (1) constan return to scale (A), (2) decreasing return to scale (B), dan (3) increasing return to scale (C). Dalam konsep ekonomi skala usaha, perusahaan beroperasi dalam jangka panjang, karena semua faktor masukan berubah. Ekonomi skala usaha menggambarkan respon output akibat perubahan [~roporsionalinput, sehingga terdapat tiga kemungkinan kondisi ekonomi skala usaha suatu perusahaan.
Pertama, skala usaha dengan kenaikan hasil
bertambah (increasing return to scale) yang berarti laju pertambahan input lebih rendah dibandingkan pertambahan output. Pada keadaan demikian elastisitas produksi lebih besar dari satu atau produk marginal (PM) lebih besar tlibandingkan produk rata-rata (PR). Bila ditilik dari fungsi biaya jangka panjang, keadaan ini tercapai pada saat biaya rata-rata (BR) lebih besar dibandingkan t~iayamarginal (BM). Kedua, skala usaha dengan kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale) yang berarti laju pertambahan input sama dengan pertambahan output. Kondisi demikian tercapai bila elastisitas produksi sama tlengan satu atau produk marginal (PM) sama dengan produk rata-rata (PR) serta biaya rata-rata (BR) sama dengan biaya marginal (BM). Ketiga, skala maha dengan kenaikan hasil berkurang (decreasing return to scale) yang berarti laju pertambahan input lebih besar dibandingkan pertambahan output. Pada lteadaan demikian elastisitas produksi lebih kecil dari satu atau produk marginal (PM) lebih kecil dibandingkan produk rata-rata (PR). Bila ditilik dari fungsi biaya jangka panjang, keadaan ini tercapai pada saat biaya rata-rata (BR) lebih kecil dibandingkan biaya marginal (BM).
32
Sedangkan Gambar 2 menjelaskan perbedaan perubahan teknologi yang bersifat netral (D) dan teknologi bias (EB). Perbedaan perubahan teknologi yang bersifat netral dan bias terletak pada pengaruh teknologi terhadap marginal rate
of technical substuitution (MRTS) input faktor dan 'intensitas penggunaan faktor produksi. Jika MRTS atau intensitas faktor berubah berarti teknologi bersifat bias.
('3
(D)
Gambar 2. Perubahan Teknologi Bersifat Netral (D) dan Bias (E)
Menurut Roubini and Backus (1998), konteks Total Factor Pmductivdy
(TFP),
terdapat
tiga
kelompok,
yakni:
(1)
TFP
konvensional-neutral
t~?chonological change, (2) TFP konvensional-bias technological change23,dan (3)
TFP
non-konvensional-fechnological change.
Pada konsep TFP
konvensional-neutral technological change, pengukuran produktivitas didasarkan pada efisiensi teknis (efisiensi teknologi), dimana terdapat pada asumsi (kondisi) bahwa perubahan output tanpa dipengaruhi perubahan input, yakni pada kondisi neutral-technologicalchange dan asumsi constant return to scale.
2"
Konsep TFP ini banyak digunakan untuk mengukur atau menganalisis efisiensi ekonomi atau perubahan teknologi dengan asumsi constant return to scale.
33
Sedangkan
konsep
TFP
konvensional-bias technological change,
nienyatakan bahwa produktivitas terjadi karena perubahan marginal rate of technical substitution (efisiensi harga) dan kondisi perusahaan diasumsikan constant return to scale. Hal ini berarti bahwa produktivitas hanya dipengaruhi oleh teknologi efisiensi (efisiensi hargalalokatif) dan tidak adanya perubahan skala faktor (economic of scale). Namun demikian, pada TFP non-konvensionalbias technological change menyatakan bahwa perubahan produktivitas dipengaruhi oleh perubahan efisiensi teknologi (efisiensi ekonomi; efisiens~ teknis, dan harga) dan economic of scale (non-constant return to scale). Berdasarkan paparan tersebut, penggunaan konsep
Total Factor
F'roductivity akan menjawab sumber-sumber pertumbuhan dari teknologi atau efisiensi secara menyeluruh. Efisiensi teknis (teknologi netral), efisiensi harga (teknologi bias), dan economic of scale (technical economic of scale) dapat dihitung secara bersama-sama. Metode untuk menghitung TFP dapat dilakukan melalui dua cara, yakni growth accounting dan pendugaan parametrik atau ekonometrik. Penghitungan pertumbuhan TFP dengan growth accounting sangat terbatas, karena: (1) hanya dapat menghitung efisiensi teknis (exogeneous, disembodied, dan neutral), (2) asumsi constant return to scale, (3) tidak dapat menghitung efisiensi harga (endogeneous, embodied, dan bias technology), serta (4) tidak dapat nienghasilkan besaran elastisitas permintaan input dan penawaran output. S~edangkan pendekatan ekonometrik (ekonomi produksi) dapat menangkap seluruh komponen efisiensi atau teknologi, sehingga komponen TFP dapat didekomposisikan. Di sisi lain, pendekatan ekonometrik dapat digunakan untuk nienghitung besaran elastisitas, baik permintaan input maupun penawaran output.
34
Pengukuran TFP melalui pendugaan ekonometrik fungsi produksi dibedakan melalui dua cara, yakni pendugaan fungsi produksi rata-rata dan frontier.
Kelemahan dalam pendekatan akuntansi (konvensional) tidak dapat
membedakan antara perubahan teknologi, efisiensi teknis, dan skala usaha. Teknologi yang teridentifikasi hanya teknologi exogeneous, disembodied, dan Hicks neutral (residual solow). Disamping itu, uji statistik yang digunakan dalam kerangka kerja ekonometrik tidak dapat dilakukan.
Kelemahan lain dari
pendekatan konvensional adalah asumsi (1) homogeneous degree one. (2) constant return to scale, (3) diminishing returns to each input, dan (4) a positive elasticity of substitution. Pengukuran TFP melalui pendekatan fungsi produksi rata-rata hanya dapat mengidentifikasi perubahan teknologi dan skala usaha (Simatupang, 1986), dirnana perubahan efisiensi teknis tidak dapat diidentifikasi. Di samping itu, perubahan teknologi yang diperoleh dari pendugaan fungsi produksi rata-rata tidak dapat memisahkan perubahan teknologi mumi (residual) dengan random shock.
Pendekatan ini tidak dapat memisahkan perubahan teknologi
(technological progress) dengan perubahan efisiensi teknis (technical eficiency change).
Pengukuran TFP berdasarkan pendugaan fungsi produksi frontier
dapat memisahkan antara perubahan teknologi, efisiensi teknis, dan skala usaha. Secara tegas pernyataan ini diungkapkan oleh Felipe (1997) sebagai berikut: ".....however, empirical models which incorporate random errors taking both positive and negative values, i.e, estimates using OLS,can only obtain estimates of average production functions. The best practice or production frontier methodology, on the other hand, assumes that there exists an unobservable function (the production frontier or best-practice functions), corerespondenting to the set of maximum output attainable output levels for given combination of inputs. In this context, the idea of maximum output refers to the production function underlying a given group of firms, which migh be considered the best available practice or technological frontier. It does not refer necessarily to an engineering blueprint devised in a laboratory. The advantage of this approach is that it allows decomposing the change in TFP into
technological progress and technical efficiency change; the frorner is associated with change in the best-practice production frontier, and the latter with other productivity changes, such as learning by doing, improved managerial practice, and changes in the efficiency with which a known technology is applied. This distinction is fundamental for policy actions, especially in developing countries, wQere identifying TFP growth with technological progress can miss the fact that technical efficiency change seems to be most relevant component of the total change in TFP, and therefore, the introduction of new technologies without having relized the full potential of the existing ones might not be meaningfull. "
Pendekatan ekonometrik dalam ekonomi produksi dapat dilakukan melalui ~pendekatanprimal, yakni fungsi produksi, maupun pendekatan dual, yakni fungsi lkeuntungan dan fungsi biaya. Dari sisi bentuk, dapat digunakan model CobbIDouglas,Translog, Leontif, dan lainnya. Namun demikian, pendekatan parameter yang baik dalam menghitung Total Factor Productivity Growth adalah fungsi yang fleksibel. Suatu fungsi dikatakan fleksibel bila merupakan proksi orde dua hagi sembarang fungsi produksi, seperti fungsi translog, kuadratik, dan Leontif. Secara konseptual, produktivitas merupakan ukuran efisiensi, yakni tingkat output yang diproduksi per unit input dalam proses produksi. Hal ini menjelaskan pengukuran perbandingan output terhadap input tunggal, seperti produktivitas tenaga kerja, produktivitas kapital, dan produktivitas lahan, sebuah konsep produktivitas parsial. Karena pendekatan produktivitas parsial tidak mengukur seluruh kontribusi produktivitas seluruh faktor input, maka pendekatan TFP tligunakan sebagai pendekatan yang komprehensif terhadap agregat output dan input. Jika Y didefinisikan sebagai output agregat dan X sebagai sebagai input agregat, maka TFP = Y/X, dimana pertumbuhan TFP adalah d In (TFP)/dt = d In 'fldt
- d In Wdt.
Terminologi pertumbuhan TFP mengacu pada perturnbuhan
output yang tidak dapat dijelaskan oleh pertumbuhan input, dimana ha1 ini sebagai akibat dari kontribusi perubahan teknologi. Konsep Total Factor Productivify Growth dalam kondisi perusahaan yang efisien (fungsi produksi frontier), menunjukkan hubungan input-output dua
36
periode waktu, yakni dua fungsi produksi frontier tahun 1 (F~'(x)) dan fungsi produksi frontier tahun 2 ( F ~ ~ ( x ) )Dalam . kondisi perusahaan yang efisien, TFP tlerdiri dari perubahan teknologi sebesar (BC) dan efek skala usaha sebesar (BFCD), sehingga TFPG terdiri dari laju perubahan teknologi (BC/CX2) ditambah clengan laju perubahan skala usaha ((BF-CD)/(XlX2)) (Gambar 3).
Gambar3. Konsep TFP dan TFPG pada Kondisi Semua Perusahaan Efisien
37
Kondisi tersebut tercapai bila fungsi produksi rata-rata sama dengan fungsi produksi frontier, artinya seluruh perusahaan berada pada frontier.
Jika
pengaruh skala usaha positif, maka TFP lebih besar dibandingkan dengan perubahan teknologi, jika pengaruh skala usaha lebih kecil dari nol, maka TFP lebih besar dibandingkan dengan perubahan teknologi. Berdasarkan konsep asli yang ditulis Nizhimu dan Page (1988), efek skala usaha dianggap sama dengan not. Asumsi ini benar jika diasumsikan bahwa klondisi perusahaan adalah constant return to scale dan atau slope fungsi kedua fiingsi frontier sejajar.
Kondisi ini umumnya digunakan dalam pendekatan
klonvensional, yang umum digunakan dalam pendugaan akuntansi. Asumsi ini tidak tepat, karena kondisi perusahaan belum tentu constant return to scale dan atau kondisi fungsi produksi frontier antar tahun memiliki slope yang sama. Kelemahan tersebut terbawa pula dalam penulisan konsep pengukuran TFP dalam kondisi petusahaan tidak efisien (Gambar 4). Akibatnya banyak penulis yisng tidak konsisten dalam memaparkan kerangka konseptual dengan kerangka teoritisnya bahkan metode pendugaannya, misalnya pada tulisan Swastika (11995).
Perbedaan antara TFP dan TFPG umumnya tidak jelas.
Penulis
rrlencoba menyempurnakan konsep tersebut melalui pendekatan konseptual yang lebih realisitis, yakni berlandaskan kerangka teoritis dengan tetap rrlempertimbangkan kondisi empiris. Pada Gambar 4, dipaparkan pengukuran TFP dan TFPG, dimana kondisi petusahaan dalam keadaan tidak efisien. Dalam kondisi ini, nilai TFP sama dengan jumlah perubahan teknologi ditambah dengan perubahan efisiensi teknis dan perubahan skala usaha. Dengan demikian, nilai TFPG sama dengan laju perubahan teknologi ditambah laju petubahan efisiensi teknis dan laju perubahan skala usaha.
Gambar4. Konsep TFP dan TFPG pada Kondisi tidak
Sernua
Perusahaan Efisien. Keterangan: F~'( x) = F ~ ~ ( x )= F~'(x) = F ~ ~ ( x )= CG = GB' = CB' = ie' = ie2 = = e su = = TFP TFPG =
Fungsi Produksi Rata-rata Tahun 1 Fungsi Produksi Rata-rata Tahun 2 Fungsi Produksi Frontier Tahun 1 Fungsi Produksi Frontier Tahun 2 tcx = Teknologi Eksogeneous-Netral-Disembodied tcn =Teknologi Endogeneous-Bias-Embodied CG + GB' = tc = Perubahan Teknologi AA'=DC = lnefisiensi Teknis Tahun 1 KK1= BB1= lnefisiensi Teknis Tahun 2 (I-iel) - (I-iel) = el-e2 = DC - BB' = Perubahan Efisiensi Teknis BI - CE = Perubahan Skala Usaha tc + e + su = Total Factor Productivity (tcICX2) + ((el-e2)/e2)+ (suIXlX2) = Total Factor Productivity Growth
Melalui pendekatan atau konsep tersebut, teknologi (TFP) dapat didekomposisi menjadi 4 jenis teknologi, yakni (1) teknologi exogeneous, disembodied, dan hicks neutral, (2) teknologi endogeneous, embodied, dan Hicks-Bias, (3) efisiensi teknis, dan (4) skala usaha. Hal ini sejalan dengan teori dasar ekonomi produksi klasik, dimana sumber teknologi berdasarkan keempat jenis tekno~ogi~~. 3.1.4 Fungsi broduksi Rata-rata dan Frontier: Konsep dan Pengukuran
Fungsi produksi rata-rata menunjukkan (rata-rata) tingkat produksi maksimum yang dapat dicapai pada tingkat input tertentu pada sejumlah kelompok observasi. Dengan definisi tersebut, seperti pada fungsi produksi yang diduga dengan ordinary least-square (ordinary least-square production function), maka terdapat nilai random error, baik positif maupun negatii. Pada Gambar 5 fungsi produksi rata-rata ( ~ ~ ( x ) )dimana , nilai di bawah fungsi rata-rata mengandung nilai random enor negatif dan nilai di atas fungsi rata-rata mengandung nilai random enor positif.
Hal ini berimplikasi bahwa fungsi
produksi rata-rata tidak dapat mengukur teknologi secara mumi dan efisiensi teknis, karena melalui pendugaan OLS tidak dapat dipisahkan antara pengaruh residual (solow) sebagai komponen inefisiensi teknis dengan random shock25. Dengan fungsi produksi frontier (best practice production frontier), perubahan teknologi dan efisiensi teknis dapat diukur secara akurat.
24
25
Pengukuran teknologi masih menjadi debat para ahli sejak tahun 1997 hingga sekarang, khususnya para ahli ekonomi makro, sehingga memunculkan dua kelompok madzab, yakni fundamentalist dan assimilationist. Debat tersebut meliputi (1) konsep tentang teknologi dan (2) pengukuran teknologi. Dengan mendasarkan teori mikroekonomi, khususnya ekonomi produksi, dan dipadukan dengan pandangan makroekonomi, penulis mencoba untuk mengidentifikasi teknologi secara komprehensif dan menggunakan konsep pengukuran yang lebih mudah. Hal ini tentunya dengan mempertimbangkan aspek teoritis dengan kondisi empiris. Dalam konteks ini, diasumsikan bahwa e m r t e m (vi) mengandung dua komponen, yakni (1) residual yang dianggap sebagai ukuran inefisiensi teknis, yang dapat dikontrol oleh pengusaha dan (2) random shock.
Gambar 5. Konsep Fungsi Produksi Rata-rata dan Frontier
Keterangan: Tanda Panah menunjukkan pergeseran fungsi produksi rata-rata ke frontier berdasarkan individu best practice frontier x2(vi maksimum). Fungsi Produksi Frontier merupakan jumlah output maksimum yang mungkin dicapai dari penggunaan input pada tingkat teknologi tertentu. Dengan definisi tersebut, fungsi produksi frontier tidak mengijinkan negative gap, antara hasil fungsi frontier dengan hasil observasi pada tingkat input yang sama, artinya tidak ada observasi di atas fungsi produksi frontier. Berdasarkan Gambar 5, fungsi produksi frontier dapat diukur dari fungsi produksi rata-rata dengan menggeser ke atas sejajar pada tingkat output tertinggi yang bisa dicapai oleh individu frontier (individual frontier).
Dengan demikian, konsep frontier pada
dasarnya adalah fungsi deterrninistik, sehingga tidak ada nilai enor term yang bemilai negati.
41
Pengukuran fungsi produksi frontier, secara umum dapat dibedakan dengan 4 cara, yakni (1) deterministic non-parametric frontier, (2) deterministic parametric frontier, (3) deterministic statistical frontier, dan (4) stochastic statistical frontier. Pendekatan 1 dan 2 umumnya dihitung melalui pendekatan linear programming (deterministic (non) parametric), sedangkan pendekatan 3 dan 4 diduga melalui model ekonometnk. Pendekatan 1 dan 2 diasumsikan fungsi produksi adalah constant return to scale. Asumsi terakhir ini akan mengurangi makna pengukuran TFP, karena sumber teknologi yang berasal dari perubahan skala usaha diasumsikan nol. Pada pendekatan deterministic statistical frontier, pendugaan fungsi produksi frontier berbasis pada fungsi frontier individual, melalui penggeseran ke atas dari fungsi produksi rata-rata hingga tidak ada residual negati, dan minimal ada satu nilai residual yang bemilai nol. Pendugaan fungsi produksi frontier ini umumnya melalui Corrected Oro'inary Least-Square (COLS) ataupun Corrected Maximum Likelihood Estimation (CMLE). Kelemahan model ini adalah belum memisahkan faktor residual (inefisiensi) dengan random shock. Untuk pendugaan stochastic statistical frontier, pendugaan frontier dikoreksi kembali dengan memasukkan faktor inefisiensi teknis (residual) dengan random shocks dalam spesifikasi modelnya. Dalam konteks pengukuran TFP, maka pendekatan stochastic statistical frontier merupakan pendekatan yang lebih lengkap. Dalam pendugaannya, pada prinsipnya menggunakan COLS ataupun CMLE, namun memasukkan peubah random shock, dan residual untuk memisahkan dan menilai apakah model fungsi produksi yang diduga lebih didominasi oleh faktor residual atau random shock.
3.2
Kerangka Kerja: Dekomposisi Sumber-sumber Pertumbuhan
Faktor-faktor utama yang mempengaryhi pertumbuhan IKRT adalah technology-driven (efisiensi teknis, harga, dan skala usaha), dan input-driven. Analisis sumber-sumber pertumbuhan dari aspek teknologi, efisiensi, dan skala usaha dapat didekati dengan konsep Total Factor Productivity Growth (TFPG). Pengaruh langsung kedua indikator tersebut melalui sisi penawaran, sehingga salah satu metode untuk meneliti sumber-sumber pertumbuhan adalah pendekatan sisi penawaran (supply-side analysis). Dalam bidang ekonomi produksi, peneliti umumnya tertarik dengan informasi-informasi: (1) parameter penawaran output, (2) parameter permintaan input, (3) efisiensi, (4) skala usaha, ldan (5) karateristik perubahan teknologi. Dengan demikian pendekatan ekonomi produksi (pendekatan ekonometrik) sangat relevan dengan tujuan analisis sumber-sumber pertumbuhan IKRT dibandingkan growth accounting. Best practice pengukuran TFPG dan dekomposisinya adalah dengan menggunakan fungsi produksi frontier dibandingkan fungsi produksi rata-rata. Hal ini dikarenakan pada fungsi produksi rata-rata tidak dapat dipisahkan antara p e n g a ~ hefisiensi teknis (residual) dengan random shocks. Berkaitan dengan produksi dan ?faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat dua pendekatan, yakni primal dan dual. Pendekatan primal dilakukan melalui fungsi produksi, sedangkan pendekatan dual dapat didekati dengan fungsi biaya ataupun fungsi keuntungan. Pilihan pendekatan tersebut dipengaruhi oleh tujuan analisis dan ketersedian data. Pendekatan fungsi keuntungan memiliki kelemahan dalam penghitungan TFPG, karena di dalam modelnya "inherent" kondisi constant return to scale, karena persyaratan homogenitas, dan adding-up fungsi untuk
43
rnencapai profit maksimum. Hal ini akan mengabaikan peranan skala usaha dalam penghitungan TFPG. Walaupun fungsi biaya dan fungsi produksi memiliki persamaan dalam menghasilkan TFP, namun demikian penggunaan TFP dalam produksi akan lebih jelas dalam menjelaskan makna teknologi dibandingkan fungsi biaya, karena lebih mengacu pada. hubungan fisik input-output, dibandingkan hubungan harga-harga. Berkaitan dengan analisis TFP, yakni untuk menganalisis pengaruh teknologi (efisiensi), maka penggunaan fungsi produksi haruslah fungsi yang fleksibel untuk menjamin perhitungan indeks TFP yang superfatif. Suatu fungsi dikatakan fleksibel bila dapat merupakan proksi ordo kedua bagi sembarang fungsi. Di sisi lain, perhitungan TFP dapat ditaksir secara tidak langsung dari krngsi fleksibel, dan nilai TFP yang diperoleh dapat dipisahkan menurut jenis efisiensi atau teknologinya.
Fungsi-fungsi yang termasuk fleksibel adalah
berbentuk translog, Cobb-Douglas, kuadratik, dan Leontif. Secara "inherent" fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat membatasi dlbandingkan fungsi produksi translog.
Ketetbatasan fungsi Cobb-Douglas
tejadi apabila digunakan untuk menghitung elastisitas permintaan input.
Perfama, dugaan elastisitas permintaan harga sendiri akan selalu elastis. Kedua, dugaan elastisitas permintaan harga silang akan selalu negatif. Hal ini berarti bahwa hubungan antar input akan selalu bersifat komplementer. Ketiga, dugaan elastisitas permintaan dari input terhadap harga salah satu input peubah akan sama besarnya.
Keempat, dugaan elastisitas permintaan dari input
terhadap salah satu input tetap akan sama tanda dan besarannya. Kelima, dugaan elastisitas permintaan input terhadap perubahan harga output akan selalu elastis. Secara konseptual, ha1 ini tidak terjadi pada fungsi yang berbentuk translog, di samping fungsi translog i-ne~pakanfungsi general.
I
I
I
I
I I
I
I
I I 1
I I
I I I
I
I
I
-
I
I
FAKTOR INTERNAL 1. Peran 2. Kelemahan A
I
Frontier Production
t
I I I I
Growth
I I I I
I I I
Pertumbuhan
L
r
I I
I
FAKTOR EKSTERNAL 1 . Pelwng
I I
Pertumbuhan Pertumbuhan
Kontribusi, Dinamika 8
Sustainabilitas
Pertumbuhan
I I
1
I
I I I I
I
I
I
I
I
I
I
I
I I
I
I
I I
I I
I 1 I
I I I
I I I 1 I
I
I
I I I
I I I
_I
Gambar6. Kerangka Kerja Dekomposisi dan Dinamika Surnber-sumber Perturnbuhan lndustri Kecil dan Rumah Tangga di Indonesia: Analisis "Total Factor Productivity"
Di sisi lain, melalui fungsi translog dapat diturunkan kriteria umum dalam penentuan skala usaha (economic of scale).
Jika pengaruh (1) koefisien
interaksi antar harga input variabel sama dengan nol, (2) interaksi antara harga input peubah dengan input tetap sama dengan nol, dan (3) koefisien interaksi antar input tetap sama dengan nol, maka fungsi keuntungan sama dengan fungsi Cobb-Douglas.
Di sisi lain pengunaan fungsi Cobb-Douglas memiliki
kelemahan-k&emahan asumsi yang digunakan, yakni asumsi constant return to
scale dan neutral technological change. Hal ini dipertegas oleh kutipan dari National Research Council (1 979), berikut ini: "The Cobb-Douglas formulation assumes competitive markets, constant return to scale, neutral technological change, and constant coefficients equal unity, which mean constant shares of the factor in national income. Other formulations allow for economic of scale, variable elasticities of substitution between the factors, and biased technological change, which means that changing technology may increase the demand for one factor relative to another. Under the latter assumptions, the shares of the factors in national income (factor cost) may be changing over time. This implies either a constant elasticity of substaution that differs from unity or a variable elasticity of substitution. Both type of production functions have been used for empirical investigations. Jorgenson and his associates in studies of productivity prefer to use a translog type of production function, which is consistent with Divisia index numbers. By this method, average price weights for successive pairs of years are applied to rate of change in output and in input to obtain weighted rates of change in aggregates, which are then linked for successive pairs of years to form continuous index numbers of output, input and the productivity."
Pengukuran fungsi produksi frontier, secara umum dapat dibedakan dengan 4 cara, yakni (1) deterministic nonparametric frontier, ( 2 ) deterministic
parametric frontier, (3) deterministic statistical frontier, dan (4) stochastic statistical frontier. Pendekatan deterministik parametrikhon-parametrik memiliki kelemahan dalam mengukur TFPG, yakni asumsi constant return to scale. Pada pendekatan deterministic statistical frontier, pendugaan fungsi produksi frontier t~erbasispada fungsi frontier individu, melalui penggeseran ke atas dari fungsi produksi rata-rata hingga tidak ada residual negatif, dan minimal ada satu nilai residual yang bemilai nol.
Pendugaan fungsi produksi frontier ini umumnya
melalui Comcted Ordinary Least-Square (COLS) ataupun Corrected Maximum
Likelihood Estimation (CMLE). Kelemahan model ini adalah belum memisahkan faktor residual (inefisiensi) dengan random shock. Untuk pendugaan stochastic statistical frontier, pendugaan frontier dikoreksi kembali dengan memasukkan faktor inefisiensi teknis (residual) dengan random shocks dalam spesifikasi modelnya. Dalam pengukuran TFP, maka pendekatan stochastic statistical frontier merupakan pendekatan yang lebih lengkap. Dalam pendugaannya, pada prinsipnya menggunakan COLS ataupun CMLE, namun memasukkan peubah random shock, dan residual (inefisiensi) dalam spesifikasi modelnya untuk memisahkan dan menilai apakah model fungsi produksi yang diduga lebih didominasi oleh faktor residual atau random shocks.
3.3
Penurunan Model Matematis
Secara bertahap akan dipaparkan kerangka teoritis fungsi produksi frontier,
Total Factor Productivity Growfh (TFPG), dan dekomposisi sumber-sumber pertumbuhan. Hal ini akan digunakan untuk melakukan dekomposisi sumbersumber pertumbuhan IKRT di Indonesia.
3.3.1 Fungsi Produksi Frontier
Berdasarkan kerangka konseptual sebelumnya, fungsi produksi frontier dapat diturunkan dari fungsi produksi rata-rata. Pada persamaan (1) sampai (3) dipaparkan hubungan fungsional fungsi produksi rata-rata.
Pada fungsi ini,
melalui pendugaan dengan OLS, gap antara fungsi dugaan dengan observasi bernilai positi dan negatif (v,), sehingga indikator efisiensi dan teknologi tidak dapat dijelaskan.
Secara konseptual, fungsi produksi frontier menjelaskan
47
tingkat output maksimum yang dapat dicapai dari sejumlah input bundle pada tingkat teknologi tertentu. Fungsi produksi frontier tidak mengijinkan gap negatif antara hasil dugaan frontier dengan hasil observasi.
Berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata tersebut dapat diturunkan fungsi produksi frontier. Fungsi produksi frontier diturunkan dengan rnencari nilai vi terbesar, sehingga dapat ditentukan nilai a' fungsi frontier berbasis individu best practice, kemudian dihitung nilai YF,.
Pendekatan ini
merupakan pendekatan deterrninistik berbasis parameter fungsi produksi ratarata, sehingga disebut sebagai deterministic parametric production frontier. Fungsi tersebut dipaparkan pada persamaan (11).
Pada pendekatan
deterministic parametric production fmntie~nilai YFi sama dengan YFi.
Pada persamaan (1I ) , melalui pendugaan fungsi produksi rata-rata dengan OLS, efisiensi teknis tidak dapat diidentifikasi, walaupun perubahan teknologi dapat didentifikasi.
Karena enor term mengandung residual
(inefisiensi) dan random shock, maka jarak antara tingkat output frontier dengan tingkat output observasi menunjukkan perbedaan inefisiensi teknis, di mana u, 2 0. Jika nilai
Ui
= 0, berarti nilai efisiensinya sama dengan 100 persen, yakni
hanya dicapai oleh best practice frontier.
Persamaan (17) merupakan fungsi produksi frontier yang diperoleh dengan pendugaan COLS ataupun CMLE, setelah nilai output observasi rata-rata ditambah dengan nilai error tenn tertinggi, pada best practice frontier, sama seperti pada persamaan (11).
Karena persamaan (17) diperoleh dengan
menduga kembali nilai produksi froiltier, maka fungsi produksi yang diperoleh disebut deterministic statistical pmduction fmntier.
Koefisien pendugaan
persamaan (17) sama dengan persamaan (1O), kecuali pada nilai intersep dan perubahan nilai intersepnya. Nilai inefisiensi pada pendekatan ini dapat dihitung,
49
namun besaran pengaruh random shock dan residual tidak dapat dijelaskan secara statistik. Selanjutnya peubah ui dan vi dimasukkan dalam model fungsi produksi frontier, untuk menghasilkan fungsi produksi baru, dan dapat ditunjukkan pengaruh inefisiensi (residual) dan random shock dalam model, untuk menguji apakah pengaruh residual lebih besar atau lebih kecil dibandingkan random shock. Dengan asumsi bahwa nilai error term (el) terdiri dari residual solow (u,), dan random shock (v,), maka melalui pendekatan stochastic statistical frontier, maka fungsi produksi frontier dapat diduga dengan memasukkan koreksi nilai residual solow (u,) dan random shock (v,).
ei = vi + Ui ................................................................................................ (19) tiit = (YFP- Y, )/ YFit ...............................................................................(20) tik = (YFit - Yk )/ YF, ti, = uit / YFk ........................................................... te, = (1
- (u,NFit ))
............................................................................... (22)
teit = ((YFnNFit)- (YF* - Yit )NFit)) ....................................................... te, = ((YFi,NF,)-
(21)
(YF,NF,)
(23)
+ (Y, NF,)) .................................................. (24)
tet = Y, NF, = G, ................................................................................... (25) YF, = te, Yn .............................................................................................(26) YFit = tee r(Xp) .......................................................................................
(27)
rs, = (v,)NF,~= S,, ................................................................................... (28) YF, = a*i + P Xi + u, ................................................................................. (29) YFi = a*i + PXi + (YF,-Y,) ..................................................................... (30)
............ (31) YF, = a*, + p X i + ((a*i + P Xi + ui)- (a*i + PXi)) .................... . .
YFI =
+
P Xi + ((a, + P XI + vi + ul)-
+ f3 XI)) ................... ....
......
(32)
YF. = a*i + P Xi + vi + U, .......................................................................... (33)
YF,, = a** + P XI + A G,t + 6 Sit
+
elf ........................................................ (37)
-
YF,, = YFk + e,, ....................................................................................... ( 3 8 ) dimana:
vi Y
-
Output dugaan fungsi produksi rata-rata Output Input ke i Output ke I pada fungsi produksi rata-rata
Random shock output ke i Parameter dugaan pada fungsi produksi rata-rata Parameter dugaan pada fungsi deterministic parametric (statistical) production frontier Parameter dugaan production frontier
pada
fungsi
stochastic statistical
Output dugaan fungsi produksi frontier parametric atau deterministic statistical)
(deterministic
Output ke i pada fungsi produksi frontier
Ui
ei tiit
-
Output dugaan fungsi produksi frontier (stochastic statistical production frontierj ke i Residual ke i
Error term ke i Perubahan tingkat inefisiensi (residual) ke i tahun ke t
Git = te* = Perubahan tingkat efisiensi, ke i tahun ke t
sit eif
-
Tingkat random shock, ke i tahun ke t
Error term ke i pada fungsi produksi stochastic statistical production frontier
Dengan memasukkan peubah koreksi Git
dan
Sit, maka dapat diduga fungsi
produksi frontier, seperti pada persamaan (37).
Jika G,,
> Sit, maka
menunjukkan bahwa tingkat produksi lebih dipengaruhi efisiensi teknis dibandingkan random shock, sehingga "cukup sah" menggunakan model tersebut untuk mengukur efisiensi dan teknologi. Di sisi lain, koefisien G,
dan
Sit
menunjukkan seberapa besar pengaruhnya terhadap tingkat produksi. Fungsi tersebut diturunkan berdasarkan pada asumsi bahwa masing-masing individu memiliki fungsi frontier, sehingga dugaan rata-rata frontier dapat ditentukan.
dimana:
Ye
= Output dugaan fungsi produksi rata-rata ke i tahun ke t
Yit
= Output rata-rata ke i tahun ke t
YFit
= Output frontier ke i tahun ke t
Vit
= Random shock ke i tahun ke t = Fungsi produksi rata-rata ke i tahun ke t
r OCd f
(Kt)
=
Fungsi produksi frontier rata ke i tahun ke t
Berdasarkan persamaan (2) dan (37), dapat dijelaskan hubungan fungsi produksi rata-rata dengan frontier, dan nilai dugaan fungsi frontier "harus" lebih besar dibandingkan dugaan fungsi produksi rata-rata, seperti ditunjukkan pada persamaan (39) dan (40).
3.3.2 Total Factor Productivity Growth (TFPG)
Secara teoritis produktivitas didefinisikan sebagai laju produksi output per unit input yang digunakan dalam proses produksi (Partial Factor Productivity).
Dengan kata lain, produktivitas adalah sebuah konsep teknis yang mengacu pada rasio output terhadap input, yang merupakan ukuran efisiensi. Total Factor Productivity (TFP) merupakan rasio agregat output terhadap agregat input. Berdasarkan persamaan (25),(37), (39), dan (40) dapat diturunkan nilai Total Factor Productivity (TFP), dimana terdiri dari perubahan teknologi (te,,), perubahan efisiensi teknis (r(Xit)), dan skala usaha ((fx -rx) X, ).
TFPit = teM+ r(Xit)+ (fx -gx)
& .............................................................. (42)
dimana:
TFPit
-
1 YF,,
-
Total Factor Pmductivify ke i tahun ke t Jumlah output agregat fungsi produksi frontier ke i tahun ke t Jumlah input agregat fungsi produksi frontier ke i tahun ke t Elastisitas input ke i tahun ke t Jumlah rata-rata input ke 1 tahun ke t Kontribusi Technical efficiency ke i tahun ke t Kontribusi Teknologi (eksogeneous dan endogeneous) ke i tahun ke t
(fx -9x)
xit
=
Economic of scale ke i tahun ke t
Berdasarkan persamaan (42), dapat dihitung TFPG, yakni jumlah pertumbuhan teknologi ( r e )
pertumbuhan efisiensi teknis
pertumbuhan skala usaha ((fx -rx)
)Kit
(i(Xit)), dan
), seperti dipaparkan pada persamaan
(45). Persamaan ini yang akan digunakan untuk mendekomposisikan TFPG.
TFPG = felt + i(Xlt)+ (fx -oc) X, .......................................................
(45)
dimana: TFPGlt
Total Factor Productivity Growth ke i tahun ke t
TFPit
Total Factor Productivity ke i tahun ke t
1YFIt
Jumlah output agregat fungsi produksi frontier ke i tahun ke t
1Xlt
Jumlah input agregat fungsi produksi frontier ke i tahun ke t
1 Plt XI,
Jumlah input agregat fungsi produksi frontier terbobot ke i tahun ke t Pertumbuhan dugaan output fungsi produksi frontier ke i tahun ke t
Hit
Pertumbuhan input fungsi produksi frontier ke i tahun ke t
Plt
Elastisitas input ke i tahun ke t
felt
Pertumbuhan teknologi eksogeneous dan endogeneous ke i tahun ke t Pertumbuhan Technical Efficiency ke i tahun ke t Skala usaha fungsi produksi rata-rata Skala usaha fungsi produksi frontier
3.3.3 Dekomposisi Sumber-sumber Pertumbuhan
S~lmberpertumbuhan output (Tit) berasal dari technological driven (TFPG) dan factor accumulation ( 1
Hit). Berdasarkan ha1 tersebut, dekomposisi
sumber-sumber pertumbuhan berdasarkan persamaan (46) dan (47).
3.4
Spesifikasi Model dan Metode Pendugaan
Spesifikasi model ekonometrik yang digunakan dalam analisis sumbersumber pertumbuhan adalah stochastic (statistical) translog production frontier,
seperti yang dipaparkan pada persamaan (50) dan persamaan (48) translog
average production function. Tingkat output fungsi produksi rata-rata ditunjukkan oleh Yt, sedangkan tingkat output frontier ditunjukkan oleh YF,, L adalah jumlah tenaga kerja, K adalah jumlah kapital, dan M adalah bahan baku. Peubah T I merupakan peubah dummy waktu sebagai proksi teknologi pada tahun 1996, dengan nilai sama dengan 1 pada tahun 1996, dan 0 pada waktu lainnya. Sedangkan peubah T2 merupakan peubah dummy waktu sebagai proksi teknologi pada tahun 1998, dengan nilai sama dengan 1 pada tahun 1998, dan 0 pada waktu lainnya. Nilai e m f tern eft diasumsikan terdiri dari dua komponen, yakni random shock (v,) dan inefisiensi (u,). Untuk menduga fungsi produksi translog frontier dan menangkap dampak random shock (v,) dan inefisiensi (u,), digunakan peubah pengoreksi, yakni Sit dan
Gn,melalui pendekatan
stochastic
statistical frontier, untuk menjamin bahwa hasil dugaan teknologi dapat dipisahkan antara pengaruh random shock (vi) dan inefisiensi (u,).
PL InL + PLT1InL TI
PLT2InL T2 + BK InK + PKTI InK TI + P K T InK ~ T2 + PM InM + InM Ti + P M T InM ~ T2 + 0.5 PLL ( l n ~+) 0.5 ~ PKK( l n ~ ) ' + 0.5 PMM( l n ~+) ~ PLKInL InK + PLMInL InM + PKMInK Yt = Exp (a, +aitl T1 + at2 T2+
+
InM +v,).................................................................................................. (48)
PLT1InL TI + pLT2InL T2 + PK InK + PKT~ InK T1 + PKT~ InK T2 + PM InM + P M ~InM l Ti + PMT2InM T2 + 0.5 PLL( l n ~+) 0.5 ~ PKK( l n ~ + ) ~0.5 PMM( l n ~ +) ~ PLKInL InK + PLMInL InM + PKMInK InM + ui) .................................................................................. (49)
YFt (ds)= Yt
+
e, = Exp (a*, +a*tl T, + a*t2 T2+ PL InL +
YFt (SS) = Yt + e, = Exp (a*, +a**tl TI + a**t2T2+ P*L InL + P*LTI InL TI + P*LT~ InL T2 + P*K InK + P*KT1InK T1 + (3*m InK T2
+
P*M InM
+
P*MT~ InM TI
+
9*MT2InM T2 + 0.5 P*LL( I ~ L +) ~0.5 P*KK( l n ~ )+~0.5 P*MM( l n ~ +) ~P*LKInL InK + P*LMInL InM + P*KMInK InM + A GIt + 6 S,, + en) ............................ (50)
Tabal6.'
Pengukuran
Operasional
Dekomposisi
Sumber-sumber Persamaa
Tahun 1994-1996 Tahun 1996-1998 Tahun 1994-1998
6. Pertumbuhan Input Tahun 1994-1996 Tahun 1996-1998
Tahun 1996 Tahun 1994
2. Kapital Tahun 1994 Tahun 1996 Tahun 1994 3. Bahan Baku Tahun 1994
Tahun 1996 Tahun 1994
1. Teknologi Eksogeneous Tahun 1994-1996 Tahun 1996-1998 Tahun 1994-1998 2. Teknologi Endogeneous Tahun 1994-1996
Tahun 1996-1998 Tahun 1994-1998 3. Efisiensi Teknis Tahun 1994-1996 Tahun 1996-1998 Tahun 1994-1998 4. Skala Usaha Tahun 1994-1996
Tahun 1996-1998
'?FM = d In YF ,t Id t l = a*% + P*LTI InL + P'KT~InK + P * y ~lnM i qFn72 = 9Flt2 + YFgl TFO = d In YF , Id 12 = a"t2 + P*LT>InL + P * K TInK ~ + VMT InM ~
56
Pendugaan persamaan (48) menggunakan OLS, persamaan (49) menggunakan COLS, dan persamaan (50) menggunakan COLS dengan transformasi spesifikasi model dengan memasukkan pengaruh random shock, dan residual.
Berdasarkan persamaan tersebut, pada Tabel 6 dipaparkan
pengukuran pertumbuhan output, pertumbuhan input, dan perturnbuhan TFP. Dalam konteks dekomposisi sumber-sumber pertumbuhan, besaran pertumbuhan output sama dengan pertumbuhan input (input driven) terbobot, yakni nilai elastisitasnya ditambah dengan pertumbuhan TFP.
Pertumbuhan
output dilakukan dengan menurunkan fungsi produksi terhadap waktu (d In YFnId t), sehingga dapat diidentifikasi pertumbuhan output antartahun. Peranan input driven dalam pertumbuhan output IKRT, sama dengan pertumbuhan
input
antartahun
dikalikan
dengan
nilai
elastisitasnya.
Pertumbuhan TFP merupakan penjumlahan pertumbuhan perubahan teknologi, perubahan efisiensi teknis, dan skala usaha. Pertumbuhan teknologi terdiri dari pertumbuhan
teknologi
exogeneous-disembodied-Hicks-neutral
dan
endogeneousembodied-HicksBias.
3.5
Sumber dan Karakteristik Data
Data yang digunakan adalah gabungan data kerat lintang (cross section) dan data deret waktu (time series) survey (sensus) IKRT tahun 1994, 1996, dan 1998, bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), sebaran IKRT pada sektor makanan, tekstil, dan kayu dipaparkan pada Tabel 7.
Tabel 7.
I
Jumlah lndustri Kecil dan Rumah Tangga yang - - Digunakan dalam Analisis, Tahun 1994, 1996, dan 1998. Sektor lndustri 1994 1996 1997
1 . Makanan 2 . Tekstil 3. Kayu
160 4 413 522
5 186 20 566 1 889
504 3 542 500
I
Dasar pemilihan sektor industri manufaktur meliputi: ( 1 ) sektor IKRT yang dominan, (2) memiliki kaitan erat dengan sektor pertanian, (3) serapan tenaga kerja atau modal, dan (4) terkait dengan keahlian (skill) dan kultur (hand made). Tiga sektor industri manufaktur yang dianalisis, yakni ( 1 ) industri makanan, yang mewakili sektor yang berkaitan erat dengan sektor pertanian, ( 2 ) industri pakaian jadi, yang mewakili sektor yang padat tenaga kerja dan modal, serta (3) industri kayu, yang mewakili keahlian dan kultur masyarakat, dan juga terkait dengan sektor pertanian.