PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KPK Moch. Abd. Wachid1 Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang Jl. Danau Sentani 99 Kota Malang Abstraksi : Dalam perkembangannya di Indonesia muncul lembaga-lembaga baru sebagai wujud dilakukannya perubahan UUD NRI Tahun 1945. Salah satu lembaga baru yang terbentuk adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Status Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang bersifat independen dan berkaitan dengan kekuasaan kehakiman tetapi tidak berada di bawah kekuasaan kehakiman. Ada yang berpendapat bahwa keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi adalah ekstra konstitusional adalah keliru. Karena, keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai bentuk politik hukum pemberantasan korupsi di tanah air. Dengan demikian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga pemberantas korupsi yang kuat bukan berada di luar sistem ketatanegaraan, tetapi justru ditempatkan secara yuridis di dalam sistem ketatanegaraan yang rangka dasarnya sudah ada di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kata kunci: penegakan hukum, tindak pidana korupsi, komisi pemberantasan korupsi
1
Alamat Korespondensi :
[email protected]
104 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov. 2015 Hal. 104 - 121
A. Pendahuluan
biasa dan merusak terhadap sendi-
Penegakan hukum di Indonesia
sendi kehidupan suatu negara dan
selalu menjadi objek yang menarik
bangsa. Dampak dari tindak pidana
untuk dikaji baik pada masa Orde
korupsi dapat dilihat dari terjadinya
Lama, Orde Baru maupun era yang
berbagai
sekarang ini sedang berjalan yang
menurut Nyoman Serikat Putra Jaya
biasa disebut dengan Era Reformasi.
bahwa akibat negatif dari adanya
Khusus
dalam
bencana
yang
penegakan
hukum
tindak pidana korupsi sangat merusak
pidana
korupsi
tatanan kehidupan bangsa, bahkan
yang
korupsi merupakan perampasan hak
untuk
ekonomi dan hak sosial masyarakat
terhadap
tindak
terdapat
berbagai
mempunyai
macam
lembaga
kewenangan
melakukan penyidikan terhadap tindak
Indonesia.2 Korupsi merupakan salah satu
pidana tersebut. Lembaga-lemabaga tersebut
diantaranya
kepolisian,
kejaksaan
lembaga dan
Komisi
tindak
pidana
dilepaskan
yang
dari
tidak
masalah
dapat negara,
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
pejabat negara atapun orang-orang
yang selanjutnya disebut dengan KPK.
yang mempunyai kedudukan terhormat
Penegakan
hukum
terhadap
di dalam masyarakat. Penegakan
tindak pidana korupsi sangat berbeda dengan tindak pidana diantaranya lembaga
pidana,
yang lain,
seperti proses penegakan hukum pada
banyaknya
umumnya, melibatkan minimal tiga
karena
yang
hukum
berwenang
untuk
faktor
yang
terkait
yaitu
faktor
faktor
aparat
melakukan proses peradilan terhadap
perundang-undangan,
tindak
Kondisi
atau badan penegak hukum dan faktor
konsekuensi
kesadaran hukum. Pembicaraan ketiga
logis dari predikat yang di letakkan
faktor ini dapat dikaitkan dengan
pada tindak pidana tersebut sebagai
pembagian
extra ordinary crime (kejahatan luar
hukum,
biasa). Sebagai tindak pidana yang
struktur hukum dan budaya hukum.
demikian
pidana
korupsi.
merupakan
tiga
yaitu
komponen substansi
sistem hukum,
dikategorikan sebagai extra ordinary crime
tindak
pidana
korupsi
mempunyai daya hancur yang luar
2
Nyoman Sarekat Putra Jaya. Beberapa Pemikiran ke arah Pengembangan Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008, hal. 69.
Wachid, Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Oleh Kpk
Dilihat
dalam
kerangka
sistem
105
Pidana Korupsi menegaskan bahwa
peradilan pidana munculnya lembaga
"Komisi
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
adalah lembaga negara yang dalam
di Era Reformasi merupakan lembaga
melaksanakan tugas dan wewenangnya
negara yang bersifat independen yang
bersifat independen dan bebas dari
mempunyai
unutk
pengaruh
dalam
Berdasar pengertian tersebut, dapat
pemberantasan tindak pidana korupsi
diketahui bahwa Komisi Pemberan-
atau sistem penegakan hukum terhadap
tasan Korupsi ini bersifat independen.
melakukan
kewenangan berbagai
upaya
tindak pidana korupsi.3
Pemberantasan
kekuasaan
Korupsi
manapun".
Menurut Denny Indrayana dalam Jamin
Ginting4,
A. Pembahasan
dengan
independen
1. Independensi dan Kedudukan
pengangkatanya
yang
dimaksud
adalah
proses
terbebas
dari
intervensi Presiden. Selain itu, Denny
KPK dalam Peradilan Pidana Pemberantasan korupsi menjadi
menambahkan
makna
independen
bagian dari salah satu butir agenda
tersebut,
reformasi, namun inti semua agenda
kolektif, bukan seorang pimpinan; b.
tertuju pada upaya memberantas KKN
Kepemimpinan tidak dikuasai atau
dan menutup pintu untuk masa yang
mayoritas berasal dari partai politik
akan datang. Berbagai produk hukum
tertentu; dan c. Masa jabatan para
kemudian ditinjau ulang atau dibuat
pemimpin komisi tidak habis secara
yang baru sama sekali disertai dengan
bersamaan, tetapi bergantian.
pembentukan
institusi
yang
salah
yakni: a. Kepemimpinan
Komisi Pemberantasan Korupsi
satunya adalah dibentuknya lembaga
dibentuk
negara bantu yang bersifat independen
penegakan
yakni Komisi Pemberantasan Korupsi.
Penegakan hukum (law enforcement)
Ketentuan Undang
Nomor
Pasal 30
3
Undang-
Tahun
untuk
membantu
hukum
di
proses
Indonesia.
menurut Jimly Asshidiqie dalam Jamin
2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak 4
Jamin Ginting, Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Terhadap Pemberantasan Korupsi di Indoensia. Jurnal Law Review Volume IX Nomor 1 Juli 2009, Tangerang: Universitas Pelita Harapan, hal. 168.
3
Tri Andrisman, Analisis Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Studi Penegakan dan Pengembangan Hukum, ISBN: 978-602-750950-4, 2009, hal. 1.
105
106 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov. 2015 Hal. 104 - 121
Ginting5, terdapat dua pengertian,
dan penuntutan terhadap tindak pidana
yakni dalam arti luas dan sempit.
korupsi.
Dalam arti luas mencakup "kegiatan
Salah satu alasan yang dapat
untuk melaksanakan dan menerapkan
dijadikan
hukum
Pemberantasan
Korupsi
hukum terhadap setiap pelanggaran
mengambil
penyidikan
atau
yang
penuntutan tersebut adalah adanya
dilakukan oleh subyek hukum, baik
hambatan penanganan tindak pidana
melalui prosedur peradilan ataupun
korupsi karena campur tangan dari
melalui
pihak
serta
melakukan
penyimpangan
prosedur
tindakan
hukum
arbitrase
dan
dasar
alih
eksekutif,
oleh
Komisi untuk
yudikatif,
atau
atau
penyelesaian sengketa lainnya". Dan
legislatif. Maka tidak mengherankan
dalam arti sempit yaitu "kegiatan
ketika
penindakan setiap pelanggaran atau
bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi
penyimpangan
menjelma sebagai superbody.
terhadap
peraturan
banyak
pihak
perundang-undangan yang melibatkan
Sesuai
peran aparat kepolisian, kejaksaan,
kewenangan
advokat atau pengacara, dan badan-
undang-undang
badan peradilan".
Pemberantasan Korupsi terlihat bahwa
Semenjak kelahiran komisi ini, penegakan
hukum
dalam
dengan
mengatakan
yang
tugas
dan
diberikan
oleh
kepada
Komisi
lembaga ini mempunyai kewenangan
hal
yang sangat luas di bandingkan dengan
penanganan kasus korupsi di Indonesia
instansi penegak hukum yang lain.
mulai menampakan hasilnya. Berbagai
Oleh karena itu Komisi Pemberantasan
kasus yang pada awalnya dipandang
Korupsi
tabu untuk disentuh oleh hukum,
lembaga yang super body. Komisi
temyata mulai dapat dibuka tabirnya.
Pemberantasan Korupsi menurut Pasal
Sebagai lembaga yang dibentuk untuk
3 Undang-undang Nomor 30 Tahun
memberantas tindak pidana korupsi,
2002 tentang Komisi Pemberantasan
Komisi
Pemberantasan
Korupsi adalah lembaga Negara yang
bertugas
mengkoordinasikan
Korupsi serta
melakukan penyelidikan, penyidikan,
dalam
sering
disebut
melaksanakan
wewenangnya
bersifat
sebagai
tugas
dan
independent
dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Yang dimaksud kekuasaan 5
Jamin Ginting, Eksistensi..., Ibid., hal. 169.
Wachid, Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Oleh Kpk
107
manapun adalah kekuatan yang dapat
yudisial dengan kepentingan politik,
mempengaruhi tugas dan wewenang
yaitu pada saat melaksanakan fungsi
Komisi Pemberantasan Korupsi atau
dan
anggota Komisi secara indivudial dari
berhadapan dengan adanya perintah
pihak eksekutif, legislative, pihak-
dari pihak eksekutif yang bertentangan
pihak lain yang terkait dengan perkara
dengan fungsi dan tugasnya tersebut.
tindak pidana korupsi, atau keadaan
tugas
penegakan
Secara
teoritis
hukum
keberadaan
dari situasi ataupun dengan alasan
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah
apapun. Sedangkan tujuan dibentuknya
merupakan lembaga yang dibentuk
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah
berdasarkan perintah undang-undang
untuk meningkatkan daya guna dan
(legislatively
hasil
Pembentukan Lembaga ini di era
guna
terhadap
upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. Melihat
entrusted
power).
transisi pada prinsipnya akibat ketidak
kedudukan
Komisi
percayaan
Korupsi
seperti
lembaga konvensional yang ada seperti
bahwa
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan
lembaga ini memiliki independensi
dalam pemberantasan tindak pidana
yang
dengan
korupsi. Hal ini terlihat dalam salah
kepolisian dan kejaksaan. Padahal
satu konsideran dibentuknya Undang-
lembaga
kewenangannya
undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
mencakup kewenangan yang dimiliki
Komisi Pemberantasan Korupsi yang
oleh kepolisian dan kejaksaan yaitu
mengatakan
berwenang
pemerintah yang menangani perkara
Pemberantasan diuraikan
di
atas
lebih
dibanding
ini
untuk
penyelidikan, penuntutan
terlihat
melakukan
penyidikan dalam
tindak
dan
masyarakat
terhadap
bahwa
lembaga
tindak pidana korupsi belum berfungsi
pidana
secara
efektif
dan
efisien
dalam
korupsi. Kepolisian dan Kejaksaan
memberantas tindak pidana korupsi.
relatif
Oleh
kurang
independen
dalam
karena
itu
diartikan
melaksanakan tugasnya karena kedua
eksistensi
lembaga ini berada dalam struktur
Korupsi
kekuasaan eksekutif, oleh karena itu
hukum tindak pidana korupsi bersifat
kedua lembaga ini akan mengalami
transisi
suatu konflik antara fungsi dan tugas
sebagai
107
Komisi
dapat
dalam
saja
kontek
dan
trigger
Pemberantasan
akan
penegakan
berfungsi
mechanism
bagi
108 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov. 2015 Hal. 104 - 121
lembaga konvensional untuk berbenah
Pemberantasan Korupsi itu sendiri.
diri menghadapi tuntutan reformasi.
Komisi Pemberantasan Korupsi dapat
Ketika lembaga konvensional yang ada
dikatakan sebagai suatu sistem karena
telah berhasil melakukan pembenahan
di
secara internal dan mulai mendapatkan
Korupsi terdiri dari fungsi-fungsi yang
kepercayaan kembali oleh masyarakat
dimiliki oleh sub sistem peradilan
sebaiknya
Komisi
pidana seperti fungsi penyelidikan dan
Korupsi
diberhentikan,
Pemberantasan
dalam
Komisi
Pemberantasan
namun
penyidikan, fungsi penuntutan, dan
Lembaga
fungsi mengadili. Fungsi mengadili
konvensional tersebut tidak mampu
ada pada Pengadilan Tindak Pidana
memperbaiki
sebaliknya
apabila
kinerjanya
dalam
Korupsi (Pengadilan Tipikor) yang
korupsi
Komisi
keberadaannya didasarkan pada Pasal
Pemberantasan Korupsi harus tetap
53 Undang-undang Nomor 30 Tahun
dipertahankan.
2002 tentang Komisi Pemberantasan
pemberantasan
Dihadapkan
pada
sistem
Korupsi.
peradilan pidana yang terdiri dari sub sistem
kepolisian,
kejaksaan
Dengan Undang-Undang Nomor
dan
30 Tahun 2002 ini, nama Komisi
pengadilan maka kedudukan Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pemberantasan
selanjutnya
Korupsi
muncul
disebut
Komisi
sebagai sistem tersendiri yang terpisah
Pemberantasan
dari sistem peradilan pidana dan
memiliki payung hukum yang kuat.
mempunyai fungsi yang sama dengan
Status hukum komisi ini secara tegas
sistem
yang
ditentukan sebagai lembaga negara
konvensional dalam hal penyelesaian
yang dalam melaksanakan tugas dan
tindak pidana korupsi. Hal ini berarti
wewenangnya bersifat independen dan
ada dualisme sistem peradilan pidana
bebas
dalam
tindak
manapun. Pembentukan komisi ini
pidana korupsi. Pertama adalah sistem
bertujuan untuk meningkatkan daya
peradilan pidana yang terdiri dari
guna
lembaga Kepolisian, Kejaksaan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi
Pengadilan, dan yang kedua adalah
yang sudah berjalan sejak sebelumnya.
sistem yang ada dalam tubuh Komisi
Dalam
peradilan
proses
pidana
penyelesaian
dari
dan
Korupsi
pengaruh
hasil
menjalankan
(KPK)
kekuasaan
guna
tugas
upaya
dan
Wachid, Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Oleh Kpk
wewenang
itu,
komisi
bekerja
bertanggungjawab kepada publik atas
berdasarka asas-asas (a) kepastian
pelaksanaan
hukum,
menyampaikan
(b)
keterbukaan,
109
(c)
tugasnya
dan
laporannya
secara
akuntabilitas, (d) kepentingan umum,
terbuka dan berkala kepada Presiden,
(e) proposionalitas.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan
Urgensi
keberadaan
Komisi
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Pemberantasan Korupsi lebih penting jika
dilihat
dari
sisi
sosiologis
2. Upaya Penegakan Hukum
pemberantasan
korupsi.
Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana
Pemberantasan
Korupsi
(KPK)
Korupsi oleh KPK
dibutuhkan sebagai trigger mechanism
a. Upaya
Penerapan
Hukum
untuk mendorong lembaga-lembaga
Pidana dan di Luar Hukum
penegak hukum yang selama ini belum
Pidana dalam Pemberantasan
berfungsi secara efektif, dan efisien
Tindak Pidana Korupsi
dalam memberantas tindak pidana
Pada
korupsi.
hakikatnya
kebijakan
penanggulangan kejahatan (termasuk
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
berkedudukan
negara
Republik
di
tindak pidana korupsi) dapat dilakukan
ibukota
Indonesia
melalui
dan
dua
pendekatan,
yaitu
pendekatan penal (penerapan hukum
wilayah kerjanya meliputi seluruh
pidana)
wilayah negara Republik Indonesia.
(pendekatan di luar hukum pidana).
Karena
Hal
luasnya
cakupan
dan
ini
dan
pendekatan
dilatarbelakangi
nonpenal
bahwa
jangkauan tugas dan kewenangannya
kejahatan adalah masalah sosial dan
itu, maka ditentukan pula bahwa
masalah kemanusiaan. Oleh karena itu,
Komisi Pemberantasan Korupsi dapat
upaya penanggulangan kejahatan tidak
membentuk perwakilan di daerah-
hanya dapat mengandalkan penerapan
daerah propinsi di seluruh Indonesia
hukum pidana semata, tetapi juga
(Pasal 19 ayat (2) UU No. 30 Tahun
melihat faktor non hukum.
2002). Dalam melaksanakan kewenangannya,
Melalui menjalankan tugas
Pendekatan
penal
atau
(penerapan hukum pidana), secara
dan
umum
KPK
politik
hukum
pidana
merupakan upaya menentukan ke arah
109
110 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov. 2015 Hal. 104 - 121
mana pemberlakukan hukum pidana
terjadinya kejahatan. Oleh karena itu,
Indonesia masa yang akan datang
sasaran utamanya adalah menangani
dengan melihat penegakannya saat ini.
faktor-faktor
Hal
dengan
terjadinya kejahatan yang berpusat
konseptualisasi hukum pidana yang
pada masalah atau kondisi sosial yang
paling baik untuk diterapkan. Lebih
secara langsung atau tidak langsung
lanjut Sudarto mengungkapkan bahwa
dapat menimbulkan atau menumbuh-
melaksanakan politik hukum pidana
suburkan kejahatan.
ini
juga
berkaitan
berarti mengadakan pemilihan dalam
kondusif
Pendekatan
penyebab
non-penal
adalah
rangka mencapai hasil perundang-
pendekatan
undangan pidana yang paling baik
tanpa
dengan memenuhi syarat keadilan dan
pemidanaan
(prevention
dayaguna.6
punishment),
yaitu
perencanaan
kesehatan
mental
(community
planning
Berdasarkan pengertian politik
pencegahan
kejahatan
menggunakan
sarana without
antara
lain
hukum pidana yang dikemukakan oleh
masyarakat
A. Mulder di atas, maka ruang lingkup
mental
kebijakan
ini
masyarakat secara nasional (national
sesungguhnya meliputi masalah yang
mental health), kesejahteraan anak dan
cukup luas, yaitu meliputi evaluasi
pekerja sosial (social worker and child
terhadap substansi hukum pidana yang
welfare), serta penggunaan hukum
berlaku saat ini untuk pembaharuan
sipil
substansi hukum pidana pada masa
(administrative and civil law).7
hukum
pidana
yang akan datang dan bagaimana
health),
dan
Pola
kesehatan
hukum
tindak
mental
administrasi
pidana
korupsi
penerapan hukum pidana ini melaui
bertitik tolak pada tingkah laku atau
komponen sistem peradilan pidana,
tindakan yang tidak bermoral, tidak
serta yang tidak kalah pentingnya
etis, dan/atau melanggar hukum untuk
adalah upaya pencegahan terhadap
kepentingan pribadi dan/atau golongan
kejahatan.
yang merugikan keuangan negara,
Kebijakan
penanggulangan
kejahatan lewat jalur “non penal” lebih
maka
untuk
memberantas
pidana korupsi tersebut, di samping
bersifat tindakan pencegahan sebelum 7 6
Ibid., hal. 161.
tindak
Mahmud Mulyadi, Ibid., hal. 226.
Wachid, Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Oleh Kpk
mengoptimalkan hukum pidana, juga
111
Keberhasilan penggunaan civil
harus menggunakan sarana hukum
forfeiture
di
perdata.
dijadikan
wacana
Proses
dalam
perdata
dilakukan
pengembalian
keuangan
kerugian
negara
karena
negara
civil
maju
bagi
bisa
Indonesia
forfeiture
dapat
dengan
memberikan keuntungan dalam proses
civil
peradilan dan untuk mengejar aset para
forfeiture. Civil forfeiture menjadi
koruptor. Seperti yang terlihat selama
suatu alternatif yang sangat baik
ini,
apabila jalur pidana tidak berhasil.
kesulitan dalam membuktikan kasus-
Bahkan dalam praktiknya, ditemukan
kasus korupsi karena tingginya standar
bahwa prosedur civil forfeiture dinilai
pembuktian yang digunakan dalam
lebih
kasus pidana. Selain itu, seringkali
menggunakan
efektif
kembali
instrumen
dalam
aset-aset
mengambil
yang
dicuri,
seringkali
dalam
jaksa
proses
mengalami
pemidanaan
para
meskipun prosedur ini tidak luput dari
koruptor, mereka menjadi sakit, hilang
berbagai kelemahan seperti lambat dan
atau
biaya tinggi.
mempengaruhi
Model civil forfeiture adalah
meninggal
proses
yang
atau
peradilan.
dapat
memperlambat Hal
ini
dapat
model yang menggunakan pembalikan
diminimalisasi dengan menggunakan
beban
civil forfeiture karena objeknya adalah
pembuktian.
Model
ini
merupakan model yang memfokuskan
aset
pada gugatan terhadap asset, bukan
koruptor yang sakit, hilang, atau
mengejar
meninggal bukan menjadi halangan
pelaku
(tersangka).
bukan
koruptornya,
Penyitaan dengan menggunakan model
dalam proses persidangan.
civil forveiture ini lebih cepat setelah
b. Terbentuknya
diduga adanya hubungan aset dengan
diselamatkan
Pengadilan
Khusus Tindak Pidana Korupsi
tindak pidana sehingga aset negara dapat
sehingga
Pengadilan
meskipun
Korupsi
(Tipikor)
Tindak dibentuk
Pidana dan
tersangka telah melarikan diri atau
bertugas dan berwenang memeriksa
meninggal dunia. Pada prinsipnya civil
dan memutus tindak pidana korupsi
forfeture adalah “hak negara harus
yang penuntutannya diajukan oleh
kembali ke negara demi kesejahteraan
KPK.
rakyat”.
111
112 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov. 2015 Hal. 104 - 121
Pembentukan Pengadilan Tipikor
Tipikor sebagai pengadilan khusus
melalui Undang-Undang Nomor 30
diatur dalam Pasal 2: Pengadilan
Tahun
diuji
Tindak Pidana Korupsi merupakan
materiil dan hasil pengujian materiil
pengadilan khusus yang berada di
tersebut
lingkungan Peradilan Umum.
2002
tersebut
dimuat
telah
dalam
Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor: 012016-019/PUU-IV/2006 Desember
2006
tanggal yang
2. Pengadilan
Tipikor
diberi
19
wewenang untuk mengadili dan
intinya
memutus perkara tindak pidana
menyatakan bahwa Pengadilan Tindak
korupsi
Pidana Korupsi yang dimuat dalam
pencucian uang yang tindak pidana
Pasal 53-62 Undang-Undang Nomor
asalnya
30
Korupsi.
Tahun
2002
adalah
inskonstitusional.
dan
dari
3. Pengadilan
Atas dasar Putusan MK tersebut
tindak
pidana
Tindak
Tipikor
Pidana
merupakan
satu-satunya
pengadilan
yang
telah diterbitkan produk hukum baru
memeriksa,
mengadili,
dan
yaitu
memutus perkara tindak pidana
Undang-Undang
Tahun
2009
Nomor
tentang
46
Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi dan ketentuan
korupsi. Eksepsionalitas
prosedur
Pasal 39 telah mencabut berlakunya
penanganan perkara tindak pidana
Pasal 53-62 Undang-Undang Nomor
korupsi yang termasuk ketegori yang
30 Tahun 2002. Pengadilan Tipikor ini
„luar bisa‟ tersebut hanya dimiliki oleh
berbeda dengan Pengadilan Tipikor
KPK (sebagai satu-satunya lembaga),
sebelumnya yang hanya memeriksa
sedangkan polisi dan jaksa diberi
dan mengadili perkara tindak pidana
wewenang untuk menangani perkara
yang penuntutannya diajukan oleh
tindak pidana korupsi yang termasuk
KPK.
kategori Ada beberapa perubahan dalam
pembentukan
Pengadilan
Tipikor,
yaitu: 1. Pengadilan
biasa/umum
dengan
menggunakan prosedur hukum acara pidana umum Tidak bijaksana jika tetap mempertahankan bahwa semua
Tipikor
merupakan
tindak pidana korupsi sebagai tindak
pengadilan khusus di lingkungan
pidana yang luar biasa dan ditangani
peradilan
dengan menggunakan prosedur yang
umum
Pengadilan
Wachid, Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Oleh Kpk
luar
biasa.
Sesungguhnya
dalam
Jika
113
lembaga
KPK
menangani perkara tindak korupsi agar
dipertahankan
memiliki daya cegah yang efektif
yang berbeda dengan aparat penegak
adalah terletak pada “greget” aparat
hukum lain, perbedaan itu ditentukan
penegak hukum dalam penegakan
berdasarkan kompetensi penanganan
hukum terhadap tindak pidana korupsi,
perkara pidana yang khusus atau
bukan
disebut „luar biasa‟ (Pasal 11 yang
terletak
pada
sifat
eksepsionalitas hukum pidana materiil
perlu
atau hukum pidana formil.
lembaga
Ketersediaan
sumber
daya
memiliki
tetap
direvisi)
dan
yang
wewenang
satu-satunya
diberi
penyelidikan/
wewenang
penyidikan
dan
manusia aparat penegak hukum yang
penuntutan adalah lembaga KPK. Jika
berkualitas, jujur, memiliki komitmen
kriteria tindak pidana korupsi yang
dan
lebih
„luar biasa‟ tersebut diterima, maka
penting dan utama dalam penegakan
dapat ditoleransi adanya pengadilan
hukum terhadap tindak pidana korupsi
khusus tindak pidana korupsi yang
di masa sekarang dan di masa datang,
bersifat luar biasa yang hanya diberi
dibanding
melakukan
wewenang untuk mengadili perkara
kebijakan pembaruan hukum pidana
tindak pidana korupsi yang „luar
materiil dan hokum pidana formil,
biasa‟.
berani
merupakan
dengan
hal
sebagaimana kebijakan yang ditempuh selama
ini.
Hal
yang
Penanganan
perlu
tindak
pidana
korupsi yang dilakukan oleh KPK
diperhatikan, bahwa hukum yang baik
melalui
dan sempurna akan menjadi rusak
dibentuk berdasarkan Undang-Undang
karena aparat penegak hukumnya dan
Nomor 46 Tahun 2009 menjadi tidak
hukum yang rusak dan tidak sempurna
efektif dan efisen karena keterbatasan
akan menjadi baik dan sempurna
sumber daya manusia pada KPK jika
karena aparat penegak hukumnya.
harus
Tetapi, aparat penegak hukum yang
pidana korupsi yang terjadi di seluruh
baik saja tidaklah cukup, dibutuhkan
wilayah
adanya keberanian dalam melakukan
berdasarkan
penegakan
Pengadilan Tipikor. Oleh sebab itu,
hukum
tindak
pidana
korupsi.
KPK
113
Pengadilan
mengajukan
Tipikor
perkara
Republik
perlu
tindak
Indonesia
kompetensi
segera
yang
relatif
melakukan
114 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov. 2015 Hal. 104 - 121
reorientasi perkara
kebijakan tindak
penanganan
pidana
tersebut tidak mengurangi eksistensi
korupsi
lembaga KPK yang dibentuk sebagai
berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang
lembaga khusus yang fokus menangani
Nomor 30 Tahun 2002 agar lebih
pemberantasan tindak pidana korupsi,
efektif
dalam
tetapi justru dengan pilihan tersebut,
pemberantasan tindak pidana korupsi.
KPK dapat menjalankan pelaksanaan
Mengingat, KPK memiliki tugas yang
tugas dan fungsinya secara efektif dan
lebih variatif dibandingkan dengan
efisien
polisi dan jaksa
pemberantasan tindak pidana korupsi
dan
efisien
dalam
melakukan
Berdasarkan ketentuan di atas,
secara total dengan menggerakkan
KPK perlu segera melakukan langkah-
lembaga lain yang diberi wewenang
langkah
melakukan
untuk melakukan pencegahan dan
peninjauan ulang kebijakan selama ini
penegakan hukum terhadap tindak
guna
pidana
strategik
dan
menyesuaikan
dengan
korupsi.
Jika
KPK
tetap
perkembangan hukum yang terjadi
mempertahankan kebijakan melakukan
baik langsung atau tidak langsung
penyelidikan,
berkaitan
pidana
penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi, khususnya telah dibentuknya
korupsi sebagaimana dimuat dalam
Pengadilan Tipikor.
Pasal 11 huruf c sebagai pilihan utama
dengan
Berdasarkan
tindak
penyidikan,
dan
pertimbangan
dan diutamakan (seperti sekarang),
perkembangan hukum yang terjadi,
maka selama itu pula KPK telah
pilihan menempatkan tugas melakukan
menjadi kompetitor dengan lembaga
penyelidikan,
dan
lain yang diberi wewenang untuk
penuntutan terhadap tindak pidana
melakukan penegakan hukum terhadap
korupsi sebagaimana dimuat dalam
tindak pidana korupsi. Keadaan seperti
Pasal 11 huruf c sebagai alternatif
ini
pilihan
memperlemah
penyidikan,
yang
terakhir
(ultimum
justru
menjadi
faktor
yang
kebijakan
remedium) setelah melaksanakan tugas
pemberantasan tindak pidana korupsi
huruf a, b, d dan huruf e hasilnya tidak
secara nasional dan KPK kehilangan
efektif
jiwanya sebagai lembaga independen
dalam
melakukan
pemberantasan dan penegakan hokum
yang fungsi
dan tugasnya
untuk
terhadap tindak pidana korupsi. Pilihan
menggerakkan semua lembaga yang
Wachid, Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Oleh Kpk
diberi
tugas
untuk
melakukan
115
yang ada pada orang-orang tersebut,
pencegahan dan penegakan hukum
dalam
konteks
penyidikan
terhadap
pidana
korupsi
dapat
tindak
pidana
korupsi.
Apabila semua lembaga tersebut telah
tindak
berlangsung
secara adil (due process model).
berfungsi secara efektif, peran KPK
Dalam praktik sering ditemukan
dikurangi dan bahkan dipertimbangkan
adanya pembedaan perlakuan dari
untuk dihapuskan.
aparat
Berpegang equality
teguh
before
kedudukan
dalam
pemerintahan) tindak
the
law hukum
dalam
pidana
pada
asas (sama dan
hukum
(pengadilan/hakim)
adalah
dialihkan
ditangguhkannya
atau
dengan
penahanan terdakwa satu dan terdakwa
penyidikan
korupsi
penegak
lainnya
tidak
ditangguhkan
maka
penahanannya. Pembedaan perlakuan
konsekuensi logisnya adalah bahwa
aparat penegak hukum dalam bentuk
tidak boleh ada terdakwa tindak pidana
dialihkan
korupsi yang mendapat perlakukan
penahanan
istimewa antara satu dengan pelaku
merupakan
lainnya. Asas-asas yang dianut dalam
penegak hukum atau hak diskresi yang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
diberikan oleh undang-undang, sering
Pidana yang selanjutnya disingkat
menimbulkan tanggapan dari antar
KUHAP tersebut sebagaimana yang
sesama
dijelaskan dalam Penjelasan KUHAP
masyarakat,
sendiri diantaranya disebutkan adalah
menimbulkan perdebatan diantara para
Asas Perlakuan yang sama atas diri
penegak hukum sendiri.
setiap orang di muka hukum dengan tidak
mengadakan
atau
ditangguhkannya
tersangka hak
meskipun
subyektif
terdakwa yang
pejabat
bahkan pada
oleh
akhirnya
Pada konteks ini yang disoroti
pembedaan
adalah proses penyidikan. Bagaimana
perlakuan. Secara limitatif bahwa asas
supaya
ini menghendaki adanya perlakuan
berjalan
yang sama antara orang yang satu
sebagaimana
dengan seorang lainnya (yang sama-
undang-undang. Namun realitas yang
sama sedang berada dalam proses
terjadi
peradilan
persoalan,
pidana)
dengan
mengenyampingkan berbagai faktor
aparatur
115
proses
penyidikan
secara yang
justru
transparan diatur
banyak
banyak negara
dapat
dalam
menyisakan
pejabat yang
atau diduga
116 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov. 2015 Hal. 104 - 121
melakukan tindak pidana korupsi bisa
dasarnya
lolos dari jeratan hukum pada tahapan
hukum pidana in abstracto yang akan
penyidikan. Permasalahannya mulai
diwujudkan dalam penegakan hukum
dari faktor hukumnya sendiri yakni
in
undang-undang
perundang-undangan
yang
memberikan
merupakan
concreto.
penegakan
Pentingnya
peranan
pidana
celah sehingga mempersulit proses
sistem
penyidikan. Faktor penegak hukum,
perundang-undangan
yakni pihak-pihak yang membentuk
memberikan
maupun yang menerapkan hukum,
pengambil kebijakan dan memberikan
faktor ini lebih mengarah kepada
dasar hukum atas kebijakan yang
moralitas individu penegak hukum.
diterapkan.
Selain itu faktor sarana atau fasilitas
berpartisipasi
yang mendukung penegakan hukum
kebijakan dan memberikan langkah
juga turut berpengaruh dalam proses
hukum
penyidikan (penegakan) hukum.8
kebijakan dan menerapkan program
Dari pemaparan sebelumnya sudah
dijelaskan
apa
saja
yang
peradilan
dalam
pidana,
karena tersebut
kekuasaan
pada
Lembaga dalam
untuk
legislatif menyiapkan
memformulasikan
kebijakan yang telah ditetapkan. Jadi, semua merupakan bagian dari politik
menjadi faktor penyebab sehingga asas
hukum
equality before the law tidak bisa
berfungsi dalam tiga bentuk, yakni
diterapkan secar efektif dan efisien
pembentukan
dalam
hukum, dan pelaksanaan kewenangan
sistem
peradilan
pidana
yang
pada
hukum,
khususnya pada tahap penyidikan.
dan kompetensi.
Sistem
c. Penegakan
peradilan
pidana
pada
hakekatnya
penegakan
Hukum
Tindak
hakekatnya merupakan suatu proses
Pidana Korupsi oleh Komisi
penegakan hukum pidana. Oleh karena
Pemberantasan Korupsi
itu berhubungan erat sekali dengan perundang-undangan
pidana
itu
Berbagai instrument hukum yang luar
biasa
telah
di
sendiri, baik hukum substantif maupun
diantaranya
hukum
karena
Undang-Undang Nomor 31 Tahun
perundang-undangan pidana itu pada
1999 sebagaimana diubah dengan
acara
pidana,
adanya
keluarkan,
amanat
dari
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 8
Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum”. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada, 1993. Hal.11.
2001
Pasal
43
ayat
(1)
yang
Wachid, Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Oleh Kpk
117
memberikan amanat agar dalam waktu
Pidana Korupsi. Peraturan Pemerintah
2 (dua) tahun sejak undang-undang ini
tersebut
mulai
berlaku,
Pemberantasan Korupsi.
memberikan
dibentuk
Komisi
yang
Tindak
Pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 11
dalam
ayat (5) yang menentukan penyidik
Struktur
Hukum
luas
kewenangan
kepada
sistem hukum pemberantasan korupsi
berwenang
berupa Komisi Pemberantasan Korupsi
keterangan
merupakan
tersangka pada bank, meminta bank
salah
satu
instrument
pula
penyidik
untuk
meminta
mengenai
keuangan
hukum yang luar biasa dalam upaya
memblokir
pemberantasan tindak pidana korupsi.
membuka/memeriksa/menyita
Adanya
prioritas
penyelesaian
dalam
kiriman
tersangka, surat
melalui
pos,
korupsi
telekomunikasi, atau alat lain yang
dibanding dengan perkara lainnya
berhubungan dengan tindak pidana
adalah juga instrument hukum yang
korupsi,
luar biasa karena menurut Harkristuti
mengusulkan
Harkrisnowo9 bahwa:
merekomendasikan
a. Kasus korupsi harus didahulukan
tersangka
dalam
perkara
dan
rekening
proses
dibanding
peradilan
dengan
pidana
melakukan
penyadapan,
pencekalan,
dan
kepada
untuk
atasan
pemberhentian
sementara tersangka dari jabatannya.
kasus-kasus
Responsifitas
lainnya, dan;
undangan
yang
perundangberkaitan
dengan
b. Kasus korupsi harus didahulukan
upaya pemberantasan tindak pidana
dari kasus ikutan yang berkenaan
korupsi dalam realitanya mendapatkan
dengan korupsi tersebut (misalnya,
berbagai macam kendala baik dalam
pencemaran nama baik).
substansinya seperti tidak diaturnya
Menyikapi Undang-Undang
amanat 31
Pasal
Tahun
27
aturan
1999
peralihan
dalam
Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 yang
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
menimbulkan
Korupsi pemerintahan Gus Dur telah
penafsiran.
mengeluarkan Peraturan Pemerintah
pengaturan aturan peralihan dalam
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Tim
Undang-undang
Gabungan
manfaatkan
Pemberantasan
Tindak
berbagai Ketidak
oleh
macam tegasan
tersebut
di
pihak
yang
menghendaki status quo untuk tidak 9
Harkristuti Harkrisnowo, Op.cit, hal. 80.
117
118 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov. 2015 Hal. 104 - 121
mengadili
pelaku
tindak
pidana
Bersamaan
itu
pula
korupsi yang dilakukan pada waktu
berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
padahal apabila dicermati lebih jauh
Pemberantasan Korupsi dibentuklah
dalam ilmu hukum khususnya ilmu
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
hukum pidana ada suatu asas yang
yang berada dilingkungan Peradilan
mengatakan lex specialis derogat legi
Umum
generale, asas ini mengatakan bahwa
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
aturan
dibentuk
yang
bersifat
menyampingkan
khusus
ketentuan
yang
bersifat umum.
dan
pada
untuk
sementara
Pengadilan
Negeri
Jakarta Pusat yang wilayah hukumnya meliputi wilayah Negara Republik
Dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP
Indonesia.
KPK
dan
Pengadilan
mengatur dalam hal terjadi perubahan
Tindak Pidana Korupsi telah membuat
dalam perundang-undangan sesudah
suatu
tindak pidana terjadi, di pakai undang-
hukum terhadap tindak pidana korupsi
undang
dan berhasil membuat para pelaku
yang
paling
gebrakan
dalam
penegakan
menguntungkan/meringankan
tindak pidana korupsi jera karena tidak
terdakwa. Berdasarkan ketentuan ini
ada kasus korupsi yang di adili oleh
maka tidak ada alasan untuk tidak
pengadilan tindak pidana korupsi lepas
mengadili
tindak
pidana
dari jerat hukum. Keberadaan dua
dilakukan
ketika
lembaga tersebut pun sempat membuat
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971
para pejabat negara merasa takut
masih berlaku. Oleh karena itu upaya
apabila berhadapan dengan KPK.
korupsi
pelaku yang
mempermasalahkan aturan Undang
peralihan Nomor
tidak dalam
Undang-
Independensi dan status Komisi
menunjukkan adanya tarik ulur antara
Pemberantasan Korupsi adalah sebagai
pihak yang dengan tegas berniat
lembaga
memberantas tindak pidana korupsi
melaksanakan tugas dan wewenangnya
dengan
bersifat independen dan bebas dari
yang
Tahun
B. Penutup
1999
pihak
31
adanya
menghendaki
status quo di era transisi ini.
negara
yang
dalam
pengaruh kekuasaan manapun. Komisi Pemberantasan Korupsi dapat dikatakan
Wachid, Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi Oleh Kpk
sebagai suatu sistem peradilan pidana
119
Danil, Elwi. 2012. Korupsi, Konsep,
karena di dalam Komisi Pemberantasan
Tindak
Korupsi terdiri dari fungsi-fungsi yang
Pemeberantasannya, PT. Raja
dimiliki oleh sub sistem peradilan pidana
Grafindo Persada, Jakarta.
seperti
fungsi
penyelidikan
dan
Indonesia
mengadili. penegakan
dan
Hamzah, Andi. 1986. Korupsi di
penyidikan, fungsi penuntutan, dan fungsi
Upaya
Pidana,
Masalah
Pemecahannya,
hukum
dan
Gramedia,
Jakarta.
pemberantasan tindak pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam
Hartanti, Evi. 2008.
sistem peradilan pidana adalah dengan
Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta.
adanya
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat
prioritas
dalam
penyelesaian
perkara korupsi dibanding dengan perkara
Bahasa
lainnya adalah juga instrument hukum
empat
yang luar biasa. Hal ini dibuktikan dengan
Pendidikan
(a) Kasus korupsi harus didahulukan
Indonesia, 2008,
Departemen
Pustaka
PT. Utama,
Makawimbang, Hernold Ferry. 2014.
Kasus korupsi harus didahulukan dari
Kerugian
kasus ikutan yang berkenaan dengan
Keuangan
Negara
dalam Tindak Pidana Korupsi,
korupsi tersebut (misalnya, pencemaran
Suatu
nama baik).
Pendekatan
Progresif,
Thafa Media, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Muladi. 1995. Kapita Selekta Sistem
A. Buku:
Peradilan
Asshiddiqie, Jimly. 2007. Konstitusi
Pidana,
dan Ketatanegaraan Indonesia
Penerbit
Kontemporer,
Diponegoro.
The
Biography
Romli.
Pembangunan
2008.
di
Bandung.
Komisi
Prasetyo,
Hukum dalam
Rampai
Arah
Hukum
Bunga
Pidana,
Alumni,
2011.
Hukum
Teguh.
Yudisial dan Keadilan Sosial,
Pidana,
Komisi Yudisial.
Persada, Jakarta.
119
Badan
Universitas
Nawawi Arief, Barda. 1992.
Institute, Bekasi.
Indonesia,
ke
Jakarta.
dengan kasus-kasus lainnya, dan; (b)
Atmasasmita,
Edisi
Nasional,
Gramedia
dalam proses peradilan pidana dibanding
Tindak Pidana
PT.
RajaGrafindo
120 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 18 Nomor 1 periode Nov. 2015 Hal. 104 - 121
Sarekat Putra Jaya, Nyoman. 2008. Beberapa Pemikiran ke arah
B. Artikel Jurnal : Harkristuti,
Harkrisnowo.
Pengembangan Hukum Pidana,
Korupsi,
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Keadilan di Indonesia, dalam
Sekretariat Jenderal MPR.
2003.
Panduan
Jurnal
Dalam
Memasyarakatkan
Konspirasi
2009.
Kajian
dan
Putusan
Pengadilan DICTUM, L e I P 1.
Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Tri
Andrisman.
2009.
Analisis
Hukum
Tindak
Indonesia Tahun 1945. MPR RI,
Penegakan
Jakarta.
Pidana Korupsi oleh Komisi
Setiawan, Yudhi, 2009. Instrumen Hukum
Pemberantasan Korupsi, Studi
Campuran
Penegakan dan Pengembangan
(gemeenschapelijkrecht) Dalam
Hukum, ISBN: 978-602-7509-
Konsolidasi
50-4.
Tanah,
PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta. Soerjono Soekanto. 1983. Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung. Suratman. 2012. Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung. Tetta Pananrang, Akbar Tentri. 2014. Penerapan Before
Asas
The
Pidana,
Suko.
Hukum Perspektif,
undangan: Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. 2007.
Jakarta,
Jenderal
dan
Sekretariat Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi Republik
Dalam
Tindak
Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Bagian
Hukum
Undang-Undang Nomor 31 Tahun
Fakultas
Hukum,
1999 jo Undang-Undang Nomor
Universitas Hasanuddin. Wiyono,
Perundang-
Law
Penyidikan Korupsi,
Equality
C. Peraturan
2006.
Supremasi
Dalam
Berbagai
Gaung
Press, Jakarta.
Persada
Indonesia.
20
Tahun
2001
tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang
Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi