PENDIDIKAN MORAL REMAJA DALAM KELUARGA SINGLE PARENT DI DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh SITI NILNA FAIZAH 11109150 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
i
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Drs. Abdul Syukur, M.Si. NIP. 196703071994031002 NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi Saudara SITI NILNA FAIZAH Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum w.w. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama
: Siti Nilna Faizah
NIM
: 11109150
Jurusan / Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
: PENDIDIKAN MORAL DALAM KELUARGA SINGLE
PARENT
DI
DESA
KLEPU
KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum w.w. Salatiga, 8 Maret 2014 Pembimbing
Drs. Abdul Syukur, M.Si. NIP. 19670307199403100
ii
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI PENDIDIKAN MORAL REMAJA DALAM KELUARGA SINGLE PARENT DI DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 DISUSUN OLEH SITI NILNA FAIZAH NIM : 11109150
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 4 April 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
Sekretaris Penguji
: Miftachur Rif‟ah, M.Ag.
Penguji I
: Dr. H. M. Zulfa M., M.Ag.
Penguji II
: Mohammad Ali Zamroni, M.A.
Penguji III
: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Salatiga, 4 April 2014 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP: 19670112 199203 1 005 iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: SITI NILNA FAIZAH
NIM
: 11109150
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, buka jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 8 Maret 2014 Yang menyatakan,
SITI NILNA FAIZAH
iv
MOTTO
Wahai orang-orang Yang beriman! peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka Yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu (berhala); neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat Yang keras kasar (layanannya); mereka tidak menderhaka kepada Allah Dalam Segala Yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan Segala Yang diperintahkan (QS. At Tahrim:6).
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Kedua orang tuaku Bapak Abdurahman & Ibu Martini tersayang, terima kasih telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran. Kakakku Siti Mar’atus Sholikah & Kakak Iparku Suratman terima kasih atas motivasi dan do’a yang kalian berikan. Keponakanku Syafira Salsabila Wilda Annajwa yang telah memberi senyum polos dan sayang. Keluarga Besar dari Mbah Sudjak & Mbah Nawi yang sangat saya hormati dan saya harapkan ridlonya. Drs. Basyiran Sudjak , Januri Sudjak S.Pd. dan Indhah Setiawati S.Psi. Terima kasih atas Motivasi dan do’a yang telah kalian berikan. Sahabatku Alfiyatul Jamilah, Farikhatul Ulya, Lynda Fitri Ariyanti yang selalu meghibur di kala suka maupun duka dan menemani setiap hariku. Bunda-bunda dan anak didik PAUD Wafdaa Kids Center Klepu Pringapus yang senantiasa memberikan warna warni canda dan tawa kepadaku. Keluarga Posko KKN STAIN SALATIGA kelompok 36 Tahun 2013 yang selalu terkenang dalam hati, semoga silaturrahim tetap selalu terjaga.
vi
KATA PENGANTAR
Ya Allah, dzat yang maha segalanya. Alhamdulillahi robbil‟alamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendidikan Moral Remaja Dalam Keluarga Single Parent Di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2014” Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi utusanMu Muhammad Rasul KekasihMu sang pembawa risalah Uswatun Khasanah beserta keluarga dan para sahabatnya. Mudah-mudahan kita diakui sebagai umatnya dan mendapat syafaat di yaumul qiyamah kelak. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Pendidikan Moral Remaja Dalam Keluarga Single Parent Di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2014” Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Ketua Progdi PAI STAIN Salatiga.
vii
3. Drs. Abdul Syukur, M.Si. Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan. 6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual. 7. Kepala Desa Klepu beserta stafnya yang telah memberikan ijin penelitian di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. 8. Bapak dan Ibu yang ada di Desa Klepu yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 8 Maret 2014
SITI NILNA FAIZAH
viii
ABSTRAK Faizah, Siti Nilna. 2014. Pendidikan Moral Remaja Dalam Keluarga Single Parent Di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Drs. Abdul Syukur, M.Si. Kata kunci: Pendidikan Moral Remaja, Keluarga Single Parent Moralitas orangtua dalam keluarga itu menjadi salah satu contoh pendidikan moral yang diajarkan orangtua pada anak karena anak akan secara alami menyerap apa yang dilakukan orangtua. Pendidikan moral tersebut dikatakan pendidikan non formal tetapi akan sangat membekas pada diri anak. maka sangat sulit ketika orangtua harus mendidik anak sendirian karena memaksa orangtua tunggal (single parent) harus berperan ganda dalam keluarga untuk sang anak. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana metode yang digunakan single parent dalam mendidik moral remaja? faktor apa yang menghambat single parent untuk mendidik moral remaja? bagaimana antisipasi single parent dalam pendidikan moral remaja agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014? Setelah dilakukanya penelitian secara mendalam diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang metode pendidikan moral remaja dalam keluarga single parent, faktor yang menghambat single parent untuk mendidik moral remaja dan antisipasi single parent dalam pendidikan remaja agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas. Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2013 sampai dengan Maret 2014 di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Responden adalah single parent berjumlah 6 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan interview (wawancara) kemudian data di transkrip menjadi data yang lengkap. Hasil penelitian menunjukkan keluarga single parent memberikan pendidikan moral dalam keluarganya dengan menggunakan metode teladan, pembiasaan diri dan pengalaman, nasihat, hiwar, dan hukuman. Faktor penghambat pendidikan moral dalam keluarga single parent karena rendahnya pendidikan agama, ekonomi, hubungan yang kurang harmonis dalam keluarga, kurangnya waktu. Antisipasinya melalui membatasi kebebasan terhadap anak, membiasakan anaknya ngaji, mengontrol perilaku anak, memilih teman pergaulan, memberi nasehat, teguran, menitipkan ke orang tua atau saudara, melibatkan anak ke dalam keluarga.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iv MOTTO .................................................................................................................v PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii ABSTRAK ........................................................................................................... ix DAFTAR ISI ..........................................................................................................x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1 B. Fokus Penelitian ..................................................................................................9 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................9 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................10 E. Penegasan Istilah ...............................................................................................10 F. Metode Penelitian .............................................................................................13 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................................13 2. Kehadiran Peneliti .............................................................................................14 3. Lokasi Penelitian ...............................................................................................14 4. Sumber Data ......................................................................................................15 5. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................................15 6. Analisis Data .....................................................................................................16 7. Pengecekan Keabsahan Data .............................................................................16 G. Sistematika Penulisan........................................................................................17
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Moral Remaja ................................................................................18 1. Pengertian Pendidikan Moral ............................................................................18 2. Urgensi Pendidikan Moral Dari Keluarga ........................................................23 3. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Moral ...............................................30 4. Strategi Pendidikan Moral Dalam Keluarga .....................................................33 5. Isi Pendidikan Moral .........................................................................................37 6. Karakteristik Remaja Dalam Setiap Fase Perkembangan………………. ……44
x
B. Keluarga Single Parent ....................................................................................46 1. Pengertian Keluarga Single Parent ...............................46 2. Faktor Penyebab Menjadi Orang Tua Tunggal (Single Parent) ..............................................................47 3. Teknik Kehidupan Keluarga Untuk Single Parent .......49 4. Pendidikan Moral Remaja Dalam Keluarga Single Parent .................................................................50 BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data .....................................................................................................52 B. Temuan Penelitian .............................................................................................57 1. Cara Atau Metode Single Parent Dalam Mendidik Moral Remaja ..................57 2. Faktor Penghambat Single Parent Dalam Pendidikan Moral Remaja ..............61 3. Antisipasi Single Parent Dalam Membatasi Pergaulan Remaja .......................65
BAB IV
: PEMBAHASAN A. Metode Pendidikan Moral Remaja Dalam Keluarga Single Parent ..........................................................................69 B. Faktor Penghambat Pendidikan Moral Dalam Keluarga Single Parent ...........................................................................74 C. Antisipasi Single Parent Dalam Pergaulan Anak Agar Tidak Terjerumus Dalam Pergaulan Bebas .............................................76
BAB V
: PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................81 1. Metode Pendidikan Moral ................................................................................81 2. Faktor Penghambat Pendidikan Moral Dalam Keluarga Single Parent .................................................................81 3. Antisipasi Single Parent Dalam Pergaulan Anak Agar Tidak Terjerumus Pada Pergaulan Bebas ................................81 B. Saran ..................................................................................................................82 C. Penutup .............................................................................................................83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
TABEL 3.1
Jumlah Penduduk menurut Usia
TABEL 3.2
Jumlah Penduduk menurut Agama
TABEL 3.3
Jumlah Penduduk menurut Pendidikan
TABEL 3.4
Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian Keluarga
TABEL 3.5
Jumlah Penduduk menurut Kepala Keluarga
TABEL 3.6
Jumlah Keluarga Single Parent
TABEL 3.7
Daftar Responden
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup 2. Laporan SKK 3. Nota Dosen Pembimbing Skripsi 4. Lembar Konsultasi 5. Surat Ijin Penelitian 6. Surat Pernyataan Telah Meneliti 7. Pedoman Wawancara 8. Dokumentasi Observasi
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ada di sepanjang peradaban umat manusia dari zaman dahulu sampai saat ini. Apalagi pendidikan moral dalam kehidupan sekarang ini sangat dibutuhkan karena manusia diciptakan oleh Tuhan mempunyai naluri moral. Moral yang membuat norma-norma tertentu bersifat sebagai alat di dalam kehidupan. Moral juga berpengaruh dalam memberikan kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi, rasa sukses dan rasa puas. Sehingga bisa merupakan motivasi untuk mendorong individu melakukan sesuatu aktivitas yang mempunyai unsur kesucian atau keindahan. Pendidikan senantiasa mengantar dan membimbing perubahan-perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia. Moral juga berperan untuk membina dan mempersiapkan mental manusia agar manusia secara kreatif dan aktif melakukan tugas-tugasnya dan diharapkan agar mampu memberikan kestabilan dalam menghadapi berbagai
kemungkinan
yang
berupa
goncangan-goncangan
dan
ketegangan fisik antara lain frustasi, konflik dan kecemasan hidup. Oleh karena itu pendidikan moral harus ditanamkan sejak usia dini. pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan.
Kebiasaan yang baik atau positif yang telah tertanam kuat pada jiwa anak tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Pengalaman 1
moralitas pada masa anak-anak akan teringat kuat pada hati seseorang seperti ukiran di atas batu. Jiwa yang polos apabila di isi dengan pembinaan moral, maka yang diterimanya itu akan melekat kuat. Anak akan melakukan apa yang telah diterimanya disinilah letak pentingnya orang tua membina anak. Pendidikan merupakan salah satu hal yang utama dalam pembentukan peradaban umat manusia. Pendidikan semacam pelita yang menerangi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia mampu mengerti dan memahami akan kesejatian dirinya sebagai makhluk bumi yang memiliki eksistensi. Pendidikan yang dimiliki seseorang akan menentukan arah hidup dan cara pandang mengenai kehidupan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan lebih mudah untuk memahami tentang kehidupan yang nyata, sehingga manusia akan menjalani kehidupan dengan baik. Sementara orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk memahami tentang kehidupan yang sesungguhnya, dan akan menyulitkan mereka menentukan arah masa depan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah kebutuhan dasar yang menjadi hak asasi kehidupan manusia. Pendidikan dalam arti luas juga memiliki peranan dalam memelihara dan meneruskan budaya dan karakter bangsa. Pendidikan akan menjadi perantara untuk menyalurkan budaya-budaya dalam masyarakat. Budaya dan karakter bangsa Indonesia yang baik, sopan santun, jujur serta menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku dalam
2
masyarakat perlu dijaga dan dikembangkan bahkan ditanamkan pada seluruh masyarakat terutama pada generasi muda sebagai penerus bangsa. Dari paparan ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah cara untuk mendidik dan membiasakan bagaimana seseorang memiliki akhlak dan moral yang bermartabat sehingga mampu membaur dalam masyarakat. Pendidikan telah terbukti menjadi tonggak dalam kehidupan manusia, apalagi di zaman yang serba globalisasi ini manusia dituntut untuk selalu belajar agar dapat eksis dan bertahan membaur dalam masyarakat. Melihat banyaknya peranan pendidikan di antaranya seperti yang telah dipaparkan di atas, maka pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Peranan kedua orangtua dalam pendidikan sangatlah besar dan berpengaruh dalam memotivasi anak dalam
membentuk akhlak yang
mulia serta manjauhkan mereka dari segala sifat yang tercela. Apabila kedua orangtua memberi teladan dalam kebaikan, selalu memperhatikan moral anak, maka hal itu akan memiliki pengaruh yang besar dalam jiwa anak. Dalam Firman Allah :
Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan Yang baik, Iaitu bagi orang Yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat, serta ia pula menyebut dan mengingati Allah banyakbanyak (dalam masa susah dan senang). (QS. Al-Ahzab:21)
3
Ayat di atas menjelaskan bahwa Rasulullah adalah suri teladan bagi kita, maka apa yang telah dilakukan Rasulullah di ikuti oleh umatnya, dalam hal mendidik anak banyak sekali yang dapat kita contoh yaitu bagaimana cara untuk mendidik anak sehingga pendidikan anak dapat sesuai yang diharapkan terutama pendidikan moral yang sangat penting bagi anak. (Al-Syalhub, 2005:43). Problematika kehidupan keluarga semakin lama kian kompleks seiring dengan perubahan zaman dan cara berfikir seseorang maupun komunitas tertentu terhadap hakikat sebuah perkawinan. Perkawinan adalah hal yang sakral. Namun, perkawinan sering mengalami persoalan yang mengancam keharmonisannya. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, perubahan budaya bahkan sikap politik pasangan suami istri. Permasalahan-permasalahan sebuah rumah tangga yang tidak diselesaikan dapat menyebabkan keretakan sebuah kebersamaan yang serius yaitu perceraian. Perceraian kemudian menimbulkan peran sosial baru yaitu single parent. Tidak hanya perceraian yang menjadikan sebuah keluarga single parent, faktor kematian pada salah satu pasangan suami istri atau perpisahan orangtua juga menimbulkan peran sosial baru yaitu single parent. Fenomena single parent dalam masyarakat saat ini menjadi hal yang wajar atau biasa. Single parent merupakan seorang ayah atau seorang ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga termasuk memberikan pendidikan yang layak kepada anak4
anaknya. Single parent harus memahami pentingnya pendidikan anak dari usia dini hingga remaja, apalagi akhir-akhir ini banyak terjadi kenakalan remaja yang disebabkan oleh kurangnya pendidikan moral yang mereka terima. Pada sisi yang lain kenakalan remaja sering terjadi karena perceraian keluarga atau perpisahan orangtua. Kondisi semacam ini membuat anak tersebut kurang percaya pada orangtua dan selalu mencari jalan masalahnya sendiri, bisa jadi mereka terlibat dalam pergaulan yang buruk karena kurangnya kontrol orangtua. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak tidak jauh karena kurangnya perhatian atau salah satu orangtua yang tidak ikut mendidik anak dalam keluarga, karena anak akan merasa kehilangan salah satu figur teladan yang seharusnya menjadi panutan dalam perilaku moral. Single parent menuntut peran ganda dari orangtua tunggal untuk selalu memperhatikan moral anak, sehingga anak tidak kehilangan pegangan dalam hidupnya untuk bersikap. Kebanyakan single parent menjadikan anak lebih cepat dewasa dalam hal pemikirannya karena anak dituntut untuk lebih mengerti kondisi orangtua tunggal. Tidak adanya salah satu figur dalam single parent membuat anak akan menyesuaikan peran yang sedikit membantu beban orangtuanya. Misalnya, dalam keluarga single parent hanya ada figur ayah maka sebagai remaja putrinya mencoba mengurus kebutuhan keluarga seperti menyiapkan makanan untuk ayahnya. Kemandirian anak dalam single parent ini dipengaruhi oleh tidak adanya salah satu figur dalam 5
keluarga yang disebabkan perceraian dan kematian menjadi pengaruh yang berbeda pada anak. Menurut Al Ghozali Akhlak atau moral adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang dari dirinya muncul perbuatan yang mudah dikerjakan tanpa melalui pertimbangan akal pikiran. Akhlak sangat dibentuk oleh kebiasaan, maka pihak orang tua harus ber-akhlakhul karimah sebagai teladan bagi anak-anak. Menurut Al-Ghozali, apabila anak-anak dididik dan dibiasakan pada kebaikan, maka anak akan tumbuh pada kebaikan itu dan apabila dibiasakan untuk berbuat keburukan, maka ia pun akan tumbuh sebagaimana yang diberikan dan dibiasakan kepadanya cara memelihara anak yang baik adalah dengan mendidik dan mengajarkan akhlak yang mulia kepadanya (Musthofa, 2007:90). Pendidikan dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua. Pendidikan dalam keluarga dapat memberikan pengaruh besar terhadap karakter anak. Sebab kunci utama untuk menjadikan pribadi anak yang baik terutama terletak dalam pendidikan keluarga. Sehingga orang tua di sini harus memiliki bekal yang cukup agar dapat memberikan pendidikan karakter, akhlak, moral, agama dan pengetahuan bagi anaknya. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadian dan pengembangan ras
manusia. Apabila
mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat 6
memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan yang baik antara anggota keluarga (Yusuf, 2006:38) Moralitas orangtua dalam keluarga itu menjadi salah satu contoh pendidikan moral yang diajarkan orangtua pada anak karena anak akan secara alami menyerap apa yang dilakukan orangtua. Pendidikan moral tersebut dikatakan pendidikan non formal tetapi akan sangat membekas pada diri anak. maka sangat sulit ketika orangtua harus mendidik anak sendirian karena memaksa orangtua tunggal tersebut harus berperan ganda dalam keluarga untuk sang anak. Pokok utama pendidikan sepanjang hayat dan betapa pentingnya pendidikan Islam, bahwa idealnya manusia memiliki hak asasi untuk memperoleh pendidikan di manapun dan kapanpun. Dari semua lembaga pendidikan, keluargalah yang menjadi pondasi dasar pendidikan anak. Pendidikan dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua. Pendidikan dalam keluarga dapat memberikan pengaruh besar terhadap karakter anak. Sebab kunci utama untuk menjadikan pribadi anak yang baik terutama terletak dalam pendidikan keluarga. Sehingga orang tua di sini harus
7
memiliki bekal yang cukup untuk bagaimana caranya memberikan pendidikan karakter, akhlak, moral, agama dan pengetahuan bagi anaknya. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan nasional pada hakikatnya berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan undang-undang di atas sudah jelas bahwa tujuan dari pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang utuh, unggul, juga mencakup pembelajaran tentang karakter dan moral. Berdasarkan paparan tersebut, peneliti bermaksud akan melakukan penelitian yang berjudul “PENDIDIKAN MORAL REMAJA DALAM KELUARGA SINGLE PARENT DI DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014”.
8
B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana metode yang digunakan single parent dalam mendidik moral remaja di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014? 2. Faktor apa yang menghambat single parent untuk mendidik moral remaja di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014? 3. Bagaimana antisipasi single parent dalam pendidikan moral remaja agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui metode yang digunakan single parent dalam mendidik moral remaja di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014. 2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat single parent dalam mendidik moral remaja di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014. 3. Untuk mengetahui antisipasi single parent dalam pendidikan moral remaja agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014.
9
D. Kegunaan Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Signifikansi Ilmiah Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah bagi psikologi tentang pendidikan moral remaja oleh single parent. 2. Signifikansi Sosial Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua tunggal (single parent) agar dapat meningkatkan perhatian dalam pendidikan moral remaja. E. Penegasan Istilah Fokus dalam penelitian ini adalah pendidikan moral remaja pada keluarga single parent. Sebelum membahas lebih dalam maka akan diberikan penjelasan dan batasan pada istilah-istilah dalam judul penelitian tersebut : 1. Pendidikan Moral Remaja Pendidikan diperlukan dan dilakukan pertama kali oleh anggota keluarga, terutama orang tua terhadap anak-anaknya. Dengan mempertimbangkan
efektivitas
dan
efisiensi,
karena
adanya
keterbatasan waktu dan fasilitas yang dimiliki orang tua, akhirnya didirikanlah lembaga pendidikan dengan maksud untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Moral berasal dari perkataan mores yang berati kebiasaan. Adat kebiasaan yang baik dan lebih jelas moral adalah kebiasaan-kebiasaan
10
yang didasari oleh tuntunan agama sebagai suatu kebenaran yang datang dari ilahi (Maslikhah, 2009:105) Menurut Robert J. Havighurst moral yang bersumber dari adanya suatu tata nilai yakni a value is an obyect estate or affair wich is desired (suatu obyek rohani atas suatu keadaan yang diinginkan). Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan seseorang untuk dapat melakukan hal-hal yang baik, sesuai dengan nilai-nilai value yang diinginkan itu (Sholeh, 2005:104). Jadi pendidikan moral adalah pengembangan nilai-nilai atau tata cara untuk mewujudkan titik optimal moral sehingga dapat bersikap dengan baik dan dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk. Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Para ahli tidak mempunyai kata sepakat tentang berapa panjangnya masa remaja tersebut. Mereka hanya sepakat dalam menetukan permulaan masa remaja yaitu dengan dimulainya kegoncangan yang ditandai dengan datangnya menstruasi pertama bagi wanita dan mimpi bagi pria. Bermacam-macam umur yang ditentukan sebagai batas yang menentukan masa remaja, namun pada umumnya ahli-ahli mengambil patokan antara 13 – 21 tahun adalah umur remaja (Daradjat, 1970:72).
11
Pada penelitian ini difokuskan pada metode pendidikan moral, faktor yang menghambat single parent dalam pendidikan moral dan antisipasi single parent dalam pendidikan moral remaja agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas. 2. Single Parent Single parent adalah orangtua satu-satunya (Poerwodarminto, 1976:132). Orangtua satu-satunya dalam konteks ini adalah sebuah keluarga dengan orangtua tunggal sehingga dalam mengasuh dan membesarkan
anak-anaknya
sendiri
tidak
dengan
bantuan
pasangannya, karena istri atau suami mereka meninggal dunia atau sudah berpisah/cerai. Dalam penelitian
ini, yang dimaksud penulis tentang
PENDIDIKAN MORAL REMAJA PADA KELUARGA SINGLE PARENT
DI
DESA
KLEPU
KECAMATAN
PRINGAPUS
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 adalah suatu penelitian ilmiah tentang pendidikan moral remaja. Keluarga yang diteliti mempunyai ciri-ciri : (1). Seorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena pasangannya meninggal dunia atau bercerai (2). Memiliki remaja yang berumur 13 – 21 tahun, dan penelitiannya di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014.
12
F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan dan usaha untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Margono, 2012:36). Pengambilan metode ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendidikan moral remaja ketika dalam keluarga hanya ada satu orangtua/orangtua tunggal. Karena tidak mudah untuk mendidik moral remaja hanya dengan peran salah satu dari orangtua (single parent). 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan
yang dipakai adalah pendekatan psikologis.
Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang meliputi aspek kejiwaan, tentang: (a). Kondisi jiwa (pikiran, perasaan emosi). (b). Pendidikan moral (Haditono, 2002:3). Selain pendekatan psikologi juga menggunakan pendekatan antropologi yaitu kegiatannya terdiri atas upaya teratur mengamati, merinci, memberikan, mencatat, dan menguraikan pola kebudayaan suatu masyarakat sehingga diperoleh gambaran mengenai seluk beluk kehidupan masyarakat di lingkungan alaminya (Margono, 2012:108).
13
Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan pendidikan moral remaja. Corak penelitian ini adalah field research yaitu penelitian langsung ke obyek yang diteliti untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas yaitu perceraian keluarga. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik kualitatif yaitu penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian menganalisanya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-kata atau kalimat. 2. Kehadiran Peneliti Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Peneliti dalam penelitian ini bertindak secara langsung di lapangan sehingga mendapatkan data yang riil di dalam keluarga tersebut dan mendapatkan data yang akurat. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pendidikan moral remaja oleh single parent di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Untuk menentukan lokasi penelitian, peneliti memilih keluarga yang mempunyai ciri-ciri: a. Seorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena pasangannya meninggal dunia atau bercerai yang berada penelitiannya di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014. b. Memiliki remaja yang berumur 13-21 tahun.
14
4. Sumber Data Dalam penelitian ini dapat memperoleh informasi data dari beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik dan memperoleh sumber informasi riil dari proses data observasi dan wawancara yang peneliti lakukan secara langsung yang kemudian dianalisis. Dengan kata lain sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : a. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu sumber data yang berkaitan langsung berkaitan dengan obyek riset (Arikunto, 1989:10). Data primer dalam penelitian ini adalah perilaku subyek peneliti yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil observasi. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku jurnal dan penelitian orang lain yang berkaitan dengan pendidikan moral. 5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data ini dengan interview (wawancara). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dilakukan penulis. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah: (1). Seorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena pasangannya meninggal dunia
15
atau bercerai. (2). Memiliki anak yang berumur 13-21 tahun, dan penelitiannya di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data secara langsung tentang pendidikan moral remaja oleh single parent. Peneliti melakukan pengamatan kepada single parent yang mempunyai putra putri remaja kemudian mewancarai subyek penelitian. Obyek yang di observasi adalah orangtua tunggal dalam mendidik anaknya dan bagaimana kondisi moral anak yang hanya mendapat peran dari salah satu orangtua saja. 6. Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan metode analisis induktif, yaitu mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun teori. Metode ini digunakan untuk menganalisa realitas yang ada dalam sebuah keluarga khususnya berkaitan dengan pendidikan moral remaja oleh single parent. 7. Pengecekan Keabsahan Data Agar diperoleh data yang akurat peneliti terjun langsung untuk observasi dan wawancara, selain itu juga mengecek hasil wawancara dan observasi dengan dicocokan melalui tingkah laku langsung subyek penelitian, sehingga penulis benar-benar mendapat data yang benar dan dapat dipercaya.
16
G. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut : Bab I, Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat hasil penelitian, Fokus penelitian, Metode penelitian. Bab II, Kajian Pustaka tentang pendidikan moral remaja dalam keluarga single parent. Bab III, Membahas tentang gambaran umum pendidikan moral remaja dalam keluarga single parent di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2014. Bab IV, Analisis tentang pendidikan moral remaja dalam keluarga single parent. Bab V, Penulis membuat penutup berisi kesimpulan dan saransaran sebagai bahan masukan dalam dunia pendidikan maupun psikologi.
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Moral Remaja 1. Pengertian Pendidikan Moral Pendidikan ada di sepanjang peradaban umat manusia dari zaman dahulu sampai saat ini. Apalagi pendidikan moral dalam kehidupan sekarang ini sangat dibutuhkan karena manusia diciptakan oleh Tuhan mempunyai naluri moral. Moral yang membuat norma-norma tertentu bersifat sebagai alat di dalam kehidupan. Moral juga berpengaruh dalam memberikan kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi, rasa sukses dan rasa puas. Sehingga bisa merupakan motivasi untuk mendorong individu melakukan sesuatu aktivitas yang mempunyai unsur kesucian atau keindahan. Moral juga berperan untuk membina dan mempersiapkan mental manusia agar manusia secara kreatif dan aktif melakukan tugas-tugasnya dan diharapkan agar mampu memberikan kestabilan dalam menghadapi berbagai
kemungkinan
yang
berupa
goncangan-goncangan
dan
ketegangan fisik antara lain frustasi, konflik dan kecemasan hidup. Pendidikan moral akan dengan sendirinya mengarahkan manusia kepada konsep tauhid dalam Islam bahwa dengan aturan moral dapat ditarik hikmah akan adanya pencipta yang mengatur segalanya di bawah satu pengatur yaitu Tuhan. Pendidikan moral merupakan bentuk lain dari pendidikan tauhid. (Maslikhah, 2009:149)
18
Kebiasaan yang baik maupun positif yang telah tertanam kuat pada jiwa anak tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Pengalaman moralitas pada masa anak-anak akan teringat kuat pada hati seseorang seperti ukiran di atas batu. Jiwa yang polos apabila di isi dengan pembinaan moral, maka yang diterimanya itu akan melekat kuat. Anak akan melakukan apa yang telah diterimanya disinilah letak pentingnya orang tua membina anak. Dalam firman Allah :
Artinya : dan jika mereka berdua mendesakmu supaya Engkau mempersekutukan denganku sesuatu Yang Engkau - Dengan fikiran sihatmu - tidak mengetahui sungguh adanya maka janganlah Engkau taat kepada mereka; dan bergaulah Dengan mereka di dunia Dengan cara Yang baik. dan Turutlah jalan orang-orang Yang rujuk kembali kepadaKu (dengan Tauhid dan amal-amal Yang soleh). kemudian kepada Akulah tempat kembali kamu semuanya, maka Aku akan menerangkan kepada kamu Segala Yang kamu telah kerjakan.(QS. Lukman:15)
Dalam pembahasan pendidikan moral ini supaya tidak meluas maka peneliti fokuskan pada pendidikan moral pada keluarga single parent. Pada keluarga single parent tentu orang tua tunggal sangat dituntut untuk lebih ekstra dalam mendidik anak seorang diri yang idealnya dilakukan oleh dua orang tua. Sebelum membahas lebih jauh harus dijelaskan pengertian pendidikan moral itu sendiri. Dari berbagai sumber tentang pengertian pendidikan moral dapat diartikan sebagai berikut :
19
a)
Pendidikan adalah usaha sadar yang terus menerus untuk mewujudkan manusia yang unggul, memiliki ilmu pengetahuan dan anggun sikap moralnya. Bahkan dalam bait lagu kebangsaan Indonesia yang dikarang oleh WR.Supratman “bangunlah jiwanyabangunlah badannya„‟ ini menjadi spirit bagi pendidik untuk membangun manusia yang sehat lahir dan batin.
b)
Pendidikan adalah usaha manusia untuk mengembangkan dan mengarahkan fitrahnya agar dapat berkembang sampai titik optimal untuk menciptakan tujuan yang dicita-citakan (Arifin, 1988:12).
c) Pendidikan secara terminologis yaitu pendidikan merupakan proses perbaikan,
penguatan,
dan
penyempurnaan
terhadap
semua
kemampuan dan potensi siswa. Pendidikan secara historisoperational telah dilaksanakan sejak adanya manusia pertama di muka bumi ini, yaitu sejak Nabi Adam berdialog dengan Tuhan. Pendidikan dalam islam terkait erat dengan Tuhan, secara teologis Allah memberikan satu kedudukan tertentu pada pelajar dan ilmuan, bahkan mencari ilmu termasuk katagori ibadah. (Ajat Adrajat, 2008:128-129). d) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
20
akhlaq
mulia
serta
ketrampilan
yang
diperlukan
dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. (Maslikhah, 2009:130). e) Pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakanuntuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Suwarno, 2006:20). f) Surat al-alaq ayat 1-5 adalah bentuk reformasi keilmuan atau pendidikan total pada awal islam tradisi jahiliyah dengan seruan iqra‟ yang menggema diseluruh alam.
Bacalah (Wahai Muhammad) Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan (sekalian makhluk), Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku, Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia melalui Pena dan tulisan, Ia mengajarkan manusia apa Yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq:1-5) Dari berbagai sumber tersebut dapat disimpulkan pengertian pendidikan adalah usaha sadar maupun tidak sadar yang dapat diperoleh dalam lembaga formal maupun non formal di mana di dalamnya merupakan proses pengembangan diri. Pengembangan diri di sini bisa diartikan proses menjadi lebih baik pada jasmani maupun rohani. Selain pembahasan 21
pendidikan juga kita fokuskan pada moral. Moral mempunyai arti yang sangat luas, dari berbagai sumber dapat diperoleh makna moral yaitu : 1. Kata moral berasal dari kata latin yaitu “Mores” yang berarti tata cara, kebiasaan adat istiadat (Hurlock, 1989:74). 2. Menurut Robert J. Havighurst moral yang bersumber dari adanya suatu tata nilai yakni a value is an obyect estate or affair wich is desired (suatu obyek rohani atas suatu keadaan yang diinginkan). Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan seseorang untuk dapat melakukan hal-hal yang baik, sesuai dengan nilai-nilai value yang diinginkan itu (Sholeh, 2005:104). 3. Moral adalah kata yang artinya dekat dengan etika karena moral berasal dari kata mores dari bahasa latin yang berarti adat atau kebiasaan. Sedangkan etika berasal dari kata ethos yaitu bahasa Yunani yang memiliki arti yang sama seperti moral yaitu kebiasaan atau adat (Bertens, 2011:4). 4. Moral dapat diartikan mores yaitu mengungkapkan dapat atau tidaknya sesuatu perbuatan tindakan yang dapat diterima oleh sesamanya dalam hidup bermasyarakat. Dapat diterima atau ditolak suatu perbuatan itu mengisyaratkan adanya nilai-nilai tertentu yang dipakai sebagai pengukur. Nilai-nilai yang dapat diterima dan dapat diakui bersama mengatur tata cara saling berhubungan menjadi suatu kebiasaan yang bersangkutan (Daroeso, 1986:45).
22
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa moral adalah nilai-nilai atau kebiasaan baik buruk yang diterima dan diterapkan dalam perbuatan atau sikap dalam kehidupan sehari-hari. Moral disini lebih difokuskan pada remaja yang telah menerima pendidikan moral dari formal maupun non formal. Pendidikan moral adalah pengembangan nilai-nilai atau tata cara untuk mewujudkan titik optimal moral, sehingga dapat bersikap dengan baik dan dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk sehingga dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Moral merupakan tugas penting untuk kedua orangtua yang akan nampak berbeda pada cara, isi dan peran pendidikan moral pada anak jika dalam keluarga hanya ada satu figur orangtua tunggal atau disebut single parent. 2. Urgensi Pendidikan Moral Dari Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai (trasmiter budaya atau mediator) sosial budaya bagi anak. Menurut UU No. 2 tahun 1989 Bab IV Pasal 10 Ayat 4 “ Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai akhlak, dan ketrampilan”. Dapat disimpulkan
keluarga
sangat
berperan
dalam
pendidikan
seperti
penanaman, pembiasaan nilai-nilai agama, budaya dan ketrampilanketrampilan tertentu yang berguna bagi anak. Berkaitan dengan tanggung
23
jawab orang tua dalam mendidik anak maka pendidikan dalam keluarga harus berjalan dengan baik (Yusuf, 2001:39). Ditinjau dari sisi psikologi, kebutuhan anak bukan hanya sebatas kebutuhan materi semata, anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang terdekatnya, khususnya orang tua. Realitanya, banyak anak yang kurang mendapatkan kebutuhan afeksi (kasih sayang), disebabkan orang tua sibuk mencari uang demi untuk memperbaiki perekonomian keluarga. perbedaan persepsi inilah yang terkadang membuat dilema dalam hubungan antara orang tua dan anak menjadi semakin lemah. Perhatian dan kasih sayang merupakan kebutuhan mendasar bagi anak. Lingkungan
rumah di
samping berfungsi
sebagai
tempat
berlindung, juga berfungsi sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang, seperti kebutuhan bergaul, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mengaktualisasika diri, dan sebagai wahana untuk mengasuh anak hingga dewasa. Dengan kata lain, lingkungan keluarga memiliki andil besar dalam perkembangan psikologi anak. Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa anak. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan
atau
bertentangan
masyarakat. (Sarlito, 2011:109)
24
dengan
kehendak
atau
pandangan
Kedekatan hubungan antara orang tua dengan anak tentu saja akan berpengaruh secara emosional. Anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga, apabila orang tua memberikan perhatiannya kepada anak. Anak akan mengganggap bahwa keluarga merupakan bagian dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadian dan pengembangan ras manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi kebutuhan individu dari Maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua. keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan yang baik antara anggota keluarga (Yusuf, 2001:37).
25
Dengan tugasnya yang berat membuat orang tua harus bekerja sama dengan pasangannya sehingga perkembangan anak menjadi baik. Ketika ada sebuah keluarga yang mengasuh anaknya dengan satu orang tua maka akan terjadi hal yang berbeda pada pendidikan moral anak, apalagi pada keluarga yang telah bercerai atau di tinggal salah satu orang tuanya maka hal ini membuat anak merasa tidak mempunyai keluarga yang utuh atau normal. Anak juga akan merasa dirinya berbeda dengan teman-temannya yang mempunyai keluarga yang utuh. Orang tua dalam perkembangan pendidikan agama dan moral anak sangat berperan penting, karena keluarga adalah tempat pendidikan pertama yang dijalani pada anak. Tumbuh kembang pendidikan agama islam pada anak tergantung pada pendidikan yang diciptakan dalam lingkungan keluarga. Pendidikan agama dan moral pada anak sangat bergantung pada peran orang tua. Apabila keadaan lingkungan keluarga tidak baik atau pendidikan agamanya rusak dan keyakinan yang digunakan goyah maka anak akan kebingungan dan sering terperosok dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik (Daradjat, 1970:136). Anak diibaratkan sebuah batu ketika ingin tumbuh menjadi anak yang berpendidikan agama islam baik dan bermoral maka orang tua (alat mengukir) harus berusaha mengukir dengan bagus yang di imbangi dengan keadaan yang baik. Ketika anak tumbuh menjadi anak yang baik itu sebagai bukti, bahwa orang tua mendidiknya dengan pendidikan agama
26
islam dan kebiasaan yang baik, seperti hadist yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah.
: . “Dari Abu Hurairah Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada anak kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau me-majusikanny”. (HR. Muslim). Kepercayaan anak yang hilang karena peran orang tua yang tidak maksimal
atau
dalam
perceraian
keluarga
dapat
mempengaruhi
perkembangan moral pada anak, karena anak akan kehilangan salah satu figur pendidik ayah atau ibu dalam perceraian keluarga. Anak akan kehilangan salah satu pegangan hidup sehingga ketika satu pendidik dalam keluara tidak ekstra berperan dalam perkembangan moral, maka anak akan mencari jalan keluarnya sendiri. Dalam kondisi yang marak dengan kenakalan remaja ini membuat banyak anak yang kurang perhatian dirumah, akan banyak berpeluang terjerumus dalam kenakalan remaja seperti minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba, seks bebas, dan lain-lain. Untuk mencegah rusaknya moral pada anak (generasi penerus) maka orang tua harus memperhatikan perkembangan moral anak dan memfasilitasi anak untuk dapat mengembangkan potensi positifnya yang dapat berguna untuk dirinya dan orang lain. Baik tidaknya negara tergantung pada kualitas generasi muda yang akan menyetir arah
27
pemerintahan, sedang kualitas generasi muda tergantung pada moralnya pantas atau tidak menjadi pelopor. Pendidikan moral yang baik akan didapat anak pada lingkungan keluarga yang harmonis dengan kerja sama dua pendidik yang bersamasama untuk memaksimalkan perkembangan moral pada anak. Pendidikan agama Islam yang sangat penting adalah pendidikan akhlak, karena pendidikan akhlak yang baik dari orang tua akan didapat anak pada lingkungan keluarga yang harmonis, dengan kerja sama dua pendidik yang bersama-sama untuk memaksimalkan perkembangan moral pada anak. Keteladanan orang tua yang diberikan pada masa kanak-kanak awal seharusnya berasal dari bapak ibunya, karena seorang anak sering tidak menghiraukan orang lain. Ketika anak melihat selain orang tuanya sendiri mengerjakan sesuatu, ia tidak akan mudah terpengaruh, apalagi kalau kedua orang tuanya tidak sejalan dengan orang tersebut. Namun sebaliknya anak tidak dapat menghindar dari perbuatan orang tua. Atau dengan kata lain, satu pekerjaan yang dikerjakan berulangulang oleh orang tua, akan memberikan pengaruh pada diri anak. Orang tua yang bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya akan memberikan pengarahan dan dasar yang benar kepada anaknya, yakni dengan menanamkan ajaran agama dan akhlakul karimah atau akhlak yang baik. Berdakwah dalam keluarga lebih utama dibandingkan dengan di tempat lain. Keselamatan keluarga merupakan tanggung jawab orang tua. Jangan
28
sampai pendidikan keluarga terabaikan karena kepentingan yang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah sebagai berikut :
Artinya : “Dan berilah peringatan serta amaran kepada kaum kerabatmu Yang dekat”. (QS. Al Syu‟ara:214). Apabila suatu masyarakat bercorak religius, maka etika yang dikembangkan pada masyarakat itu tentu akan bercorak religius pula. Sebaliknya bila suatu masyarakat bercorak sekuler, maka etika yang akan dikembangkan tentu saja akan bercorak sekuler pula. Pendidikan moral disini adalah segala upaya yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya baik melalui bimbingan atau arahan agar anak dapat bertingkah laku sesuai moral yang ada. Keluarga adalah tempat anak diasuh dan dibesarkan, sehingga lingkungan keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. cara orang tua dalam merawat anak sangat berpengaruh besar dan tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan pendidikan pada anak tersebut. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berada umumnya sehat dan cepat pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak yang dari keluarga tidak mampu. Demikian anak yang mempunyai orang tua berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan juga (Sholeh, 2005:55).
29
Orang tua tunggal bisa dikarenakan perceraian atau salah satu ada yang meninggal, sehingga memaksa istri atau suami untuk bertugas sendiri dalam mendidik anak. Dalam keluarga single parent memiliki serangkaian masalah yang tidak sama dengan keluarga yang utuh. Hal ini kita kembalikan pada fungsi keluarga yaitu memaksimalkan peran orang tua dalam pembentukan kepribadian, potensi dan moral pada anak. Karena pada sesungguhnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan membawa potensi masing-masing, tugas orang tua adalah memberikan kebaikan pada anak sehingga anak juga akan terbentuk menjadi anak yang baik. 3.
Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Moral Pendidikan moral dipengaruhi oleh 3 aliran pendidikan yaitu: 1) Aliran Nativisme yaitu aliran yang berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. 2) Aliran Empirisme, teorinya dikenal dengan tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang dilahirkan ke dunia ini seperti kertas putih yang bersih. Jadi lingkunganlah yang paling berpengaruh pada perkembangan anak. 3) Aliran Konvergensi berpandangan bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak ditentukan
oleh
lingkungan.
Jadi,
faktor
yang
menentukan
perkembangan anak adalah lingkungan sekitar anak berada. (Suwarno, 2006:54).
30
Dari aliran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia dilahirkan kedunia ini sudah memiliki bawaan sejak lahir dan bawaan itu berupa bawaan baik dan buruk serta perkembangan anak ini di pengaruhi oleh lingkungan yang ada, untuk itu orang tua perlu memberikan pendidikan atau pengajaran yang baik agar anak dapat meniru, selain dibekali oleh pendidikan orang tua juga perlu memperhatikan lingkungan yang berpengaruh pada anak. Faktor penghambat pendidikan moral dalam keluarga yaitu : Dalam melakukan suatu pekerjaan, sering muncul kendala-kendala yang dapat menghambat proses pelaksanaan pekerjaan tersebut, juga dapat menggagalkan tujuan yang hendak dicapai. Begitupun dalam mendidik anak, tidak sedikit kendala yang harus dihadapi oleh orang tua, antara lain sebagai berikut: 1) Kendala Internal Kendala internal ini bersumber dari dalam diri pribadi anak. Kendala-kendala itu dapat berupa anak malas untuk belajar, keinginan bermain yang berlebihan, sikap tidak mau dididik atau sikap melawan. 2) Kendala Eksternal Kendala eksternal bersumber dari luar diri anak. Kendalakendala itu dapat berupa perilaku orang tua yang terlalu keras, terlalu otoriter, terlalu memanjakan, terlalu khawatir, terlalu lemah, terlalu egois, terlalu pesimis, terlalu banyak aturan dan permintaan, dan hubungan yang kurang harmonis dengan anak.
31
Kendala lain yang termasuk kendala eksternal ini adalah keadaan ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan, hubungan antara ayah dan ibu yang tampat di mata anak kurang harmonis karena sering bertengkar di hadapan anak. Sementara itu, hubungan dengan kakak atau adik yang kurang harmonispun, keadaan rumah yang kurang memenuhi derajat kesehatan dan kurang okomodatif bagi seluruh anggota keluarga, keadaan lingkungan yang kurang mendukung terhadap upaya mendidik anak antara lain tidak teraturnya tata bangunan perumahan/pemukiman yang bercampur aduk dengan tempat-tempat hiburan, terlalu dekat dengan pusat-pusat keramaian. Sedangkan bentuk pergaulan bebas seperti pergaulan hidup anak-anak manusia yang mengabaikan berbagai norma kehidupan yang berlaku juga menjadi bentuk lain dari kendala eksternal dalam mendidik anak (Syafei, 2002:90). Selain adanya kendala yang dapat menghambat proses mendidik anak, juga terdapat dampak negatif kegagalan dalam melaksanakan pendidikan akhlak, diantaranya yaitu: a. Anak akan tumbuh dan berkembang tanpa terkendali, tidak terarah sesuai dengan norma-norma pendidikan , susila, dan agama. b. Menjadi beban yang tidak ringan bagi keluarga, masyarakat, dan negara. c. Menjadi ancaman dan gangguan terhadap integritas, persatuan, dan kesatuan bangsa, serta keamanan dan kenyamanan lingkungan (Syafei, 2002:90).
32
Dengan memperhatikan berbagai kendala dan dampak negatif kegagalan dalam mendidik anak tersebut, kiranya dijadikan sebagai peringatan bagi orang tua untuk dapat menenpatkan dan mengondisikan diri secara pas dan utuh dalam konteks pendidikan anak dalam keluarga. Sehingga dengan demikian, diharapkan dapat meminimalkan kendala yang dihadapi dan dampak negatif yang dimunculkan, jika memang tidak dapat dihilangkan sama sekali. Sebagai seorang yang beriman, tentunya perpaduan antara usaha dan doa kepada Allah, merupakan alternatif yang paling cocok dan tepat, mengingat manusia hanya bisa berusaha namun Tuhan yang Maha Menentukan. 4. Strategi Pendidikan Moral Dalam Keluarga Pendidikan moral yang diterapkan pada anak harus dengan metode, untuk memaksimalkan pendidikan maka orang tua harus kreatif karena pendidikan yang diterapkan dengan kreatif akan memudahkan orang tua untuk mendidik anaknya. Beberapa metode pendidikan moral menurut Abdurrahman an Nahlawi adalah metode teladan, metode pembiasaan diri dan pengalaman, metode pengambilan pelajaran dan peringatan, metode targhib dan tarhid. 1) Metode Teladan Anak memandang orang tua sebagai teladan utama bagi mereka. Ia akan meniru jejak dan semua gerak gerik orang tuanya. Dalam mengembangkan moral anak peran orang tua sangat penting terutama ketika anak masih kecil.
33
Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan akhlak anak adalah sebagai berikut: a. Konsisten dalam mendidik anak Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. suatu tingkah laku yang dilarang oleh orang tua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan kembali pada waktu lain. b. Sikap orang tua dalam keluarga Secara tidak langsung, sikap orang tua kepada anak, sikap ayah terhadap ibu atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak. Yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak, Sedangkan sikap yang acuh tak acuh atau sikap masa bodoh cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang memperdulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah (dialogis), dan konsisten. c.
Penghayatan dan pengalaman agama yang dianut Orang tua merupakan panutan (teladan) bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang menciptakan iklim yang religius (agamis), dengan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak. Maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
34
d. Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma Orang tua yang tidak menghendaki anaknya berbohong atau berperilaku tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orang tua mengajarkan kepada anak, berperilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab dan taat beragama, tetapi orang tua sendiri menampilkan perilaku yang sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidak konsistenan orang tua sebagai alasan tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orang tuanya bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang tuanya (yusuf, 2006:133). 2) Metode Pembiasaan Diri dan Pengalaman Metode pembiasaan diri dan pengalaman ini penting untuk diterapkan, karena pembentukan moral anak tidaklah cukup nyata dan pembiasaan diri sejak usia dini. 3) Metode Pengambilan Pelajaran dan Peringatan Betapapun usaha pendidikan dilakukan jika anak tidak mengetahui akibat positif atau negatif maka pendidikan kurang bermakna. Anak jika mengerjakan kebaikan maka akan merasa senang dan anak yang melakukan kejelekan pasti akan merasa sedih. 4) Metode Targhib dan Tarhid Metode yang dapat membuat senang dan takut. Dengan metode ini kebaikan dan keburukan yang disampaikan kepada seseorang dapat mempengaruhi dirinya agar terdorong untuk berbuat baik.
35
Sedangkan menurut Muhammad Quthb metodenya ditambah sebagai berikut: 1. Metode Hiwar (percakapan) Hiwar adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau melalui tanya jawab mengenai suatu topik atau melalui tanya jawab agar dapat saling berkomunikasi dan terbuka satu dengan lainnya. 2. Metode Nasihat Metode nasihat adalah memberikan masukan kepada anak mana yang baik dan mana yang buruk. Jika anak membuat kesalahan orang tua akan memberikan peringatan agar anak tidak salah menentukan sikap. 3. Metode Hukuman Metode hukuman adalah pemberian hukuman pada anak apabila anak melakukan kesalahan dengan tujuan anak tidak melakukan kesalahan lagi (IAIN Walisongo, 2004:126). Dari tiap strategi di atas memiliki implementasi yang tepat, seperti metode teladan metode ini sangat tepat untuk memberikan pendidikan moral kepada anak dengan cara orang tua menampilkan sikap yang baik di depan anaknya, metode pembiasaan dilakukan setelah anak diajarkan pada kebaikan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari agar anak terbiasa pada lingkungan yang baik, metode nasihat sangat cocok untuk diberikan kepada anak saat anak melakukan kesalahan atau penyimpangan anak diberi nasihat dan diarahkan pada hal yang positif, metode hukuman
36
sangat tepat diberikan kepada anak yang melakukan penyimpangan, hukuman ini bersifat mendidik bukan bersifat menghakimi, metode pengambilan pelajaran ini dilakukan saat ada kejadian yang ada dilingkungan sekitar, metode targhib dan tarhib memberikan rasa senang dan takut metode ini cocok untuk diberikan kepada anak ketika anak dapat melakukan perbuatan yang baik dan diberi hadiah atau hal yang membuat anak menjadi senang. 5.
Isi Pendidikan Moral Pendidikan moral pada anak dapat dilakukan setiap hari menggunakan cara yang sederhana, contohnya dengan membiasakan mengucapkan salam apabila bertemu dengan orang lain, membiasakan untuk
berbicara
dengan
kalimat
thoyyibah
sesuai
adab
islam,
membiasakan berdo‟a sebelum dan setelah melakukan aktivitas, saling berbagi, saling tolong menolong dan kerjasama dalam hal kebaikan dll. Di mulai dari hal yang sederhana anak akan terbiasa dengan sendirinya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang telah menjadi kebiasaannya. Apabila anak sejak kecil dibiasakan melakukan perbuatan yang baik, maka ia akan tumbuh menjadi generasi yang baik, orang tua dan pendidik pun akan bahagia melihatnya, sebaliknya apabila anak sejak kecil dibiasakan untuk berbuat jahat maka ia akan tumbuh menjadi generasi yang jahat.
37
Pendidikan di sekolah lebih singkat karena terbatas oleh waktu, para pendidik berusaha secara optimal dalam mendidik anak didiknya agar dapat berkembang dengan baik dan pendidik pun juga harus mempunyai karakteristik sebagai pendidik yaitu mengharap ridha Allah, jujur dan amanah, komitmen dalam ucapan dan tindakan, adil dan egaliter, berakhlaq karimah, rendah hati, berani, menciptakan nuansa keakraban, sabar dan mengekang hawa nafsu, baik dalam bertutur kata. Dengan munculnya karakteristik seperti itu maka akan lebih efektif dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Pendidikan anak adalah sebaikbaik hadiah dan yang paling indah oleh sebab itu, para pendidik harus lebih bersungguh-sungguh dan ikhlas dalam mendidik dan menumbuhkan generasi yang bermoral. Mempunyai anak yang sholih dan sholihah menjadi dambaan para orang tua, namun ada hal yang terkait dengan tersebut. Misalnya proses dalam memilih calon ayah dan calon ibu sebelum melangsungkan pernikahan karena hal ini juga terkait dalam membentuk dan mendidik anak yang membutuhkan proses yang panjang. Orang tua harus siap dan bertanggung jawab terhadap anaknya dengan cara memperhatikan hak dan kewajiban anak. Di dalam Islam telah dijabarkan mengenai cara mendidik anak sejak lahir sampai dengan dewasa melalui Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Pembenahan kebobrokan moral akhlaq dapat dilakukan dengan pembimbingan dan pengarahan yang dipersiapkan untuk anak dengan memberikan manfaat dan mampu untuk berkompetisi dengan sportif. 38
Nashih (2009:19) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam ajaran Islam yang tertulis di dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadist termasuk mengapa kebobrokan moral akhlaq terjadi pada kaum Muslim saat ini di antaranya : 1. Keinginan untuk mengubah dan mampu mencapai hidup yang sempurna adalah dengan mengikuti aturan yang ada dalam ajaran Islam. 2. Cukuplah untuk menjadikan hukum Islam sebagai pedoman hidup yang mampu menciptakan keindahan, kebahagiaan, dan kemajuan. 3. Jika syariat Islam banyak yang mengatakan ia adalah agama yang mendidik, universal, mampu menjadi pembaharu dan mengembangkan suatu bangsa, apakah dasar-dasar yang dimiliki ajaran Islam mampu mencakup seperti yang dikatakan oleh para ilmuan. 4. Kaum muslimin dalam beberapa abad berada pada masa kejayaan karena mereka selalu melihat dan mampraktikkan keutamaan Rasulullah SAW dan para pengikutnya dalam menjalani roda kehidupan yang ganas dan mengerikan. 5. Kita telah mengatakan bahwa Islam akan kembali bangkit seperti masa Rasulullah SAW dan Khulafa ar Rasyidin dan Islam akan menjadi agama yang disegani karena keilmuan dan keluasan ajarannya. Sikap-sikap yang khas memperlihatkan moral / isi dari pendidikan moral antara lain adalah :
39
a) Berbuat baik Orang tua juga harus mengusahakan dan memberikan pengertian kepada anak dalam berperilakunya. Untuk mendapatkan anak yang mempunyai perilaku baik tidak semudah membalik telapak tangan, tetapi orang tua harus mempersiapkan diri untuk mendidik anak dengan maksimal karena orangtua merupakan pondasi awal bagi tumbuh kembang anak. Sesuai firman Allah :
Artinya : "Wahai anak kesayanganku, dirikanlah sembahyang, dan suruhlah berbuat kebaikan, serta laranglah daripada melakukan perbuatan Yang mungkar, dan Bersabarlah atas Segala bala bencana Yang menimpamu. Sesungguhnya Yang demikian itu adalah dari perkara-perkara Yang dikehendaki diambil berat melakukannya”. (QS. Luqman:17) Allah juga berfirman :
Artinya : “Wahai orang-orang Yang beriman! peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka Yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu (berhala); neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat Yang keras kasar (layanannya); mereka tidak menderhaka kepada Allah Dalam Segala Yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan Segala Yang diperintahkan”. (QS. Al Tahrim:6) 40
b) Kejujuran Dasar setiap usaha untuk menjadi orang kuat secara moral adalah kejujuran. Dengan jujur hidup akan merasa tenang dan bahagia. Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju selangkahpun karena kita belum berani menjadi diri kita sendiri. Tidak jujur berarti tidak seia-sekata dan itu berarti kita belum sanggup untuk mengambil sikap yang lurus. Orang yang tidak lurus tidak mengambil dirinya sendiri menjadi titik tolak, melainkan apa yang diperkirakan diharapkan orang lain. Ia bukan tiang, melainkan bendera yang mengikuti segenap angin. Dalam firman Allah :
Artinya : (Luqman menasihati Anaknya Dengan berkata): "Wahai anak kesayanganku, Sesungguhnya jika ada sesuatu perkara (yang baik atau Yang buruk) sekalipun seberat bijih sawi, serta ia tersembunyi di Dalam batu besar atau di langit atau pun di bumi, sudah tetap akan dibawa oleh Allah (untuk dihakimi dan dibalasNya); kerana Sesungguhnya Allah Maha Halus pengetahuanNya; lagi amat meliputi akan Segala Yang tersembunyi.(QS. Lukman:19) c) Nilai-nilai otentik Otentik berarti asli, manusia yang otentik adalah manusia yang menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan aslinya atau sebenarnya. Sedangkan manusia yang tidak otentik adalah manusia
41
yang dipengaruhi dari luar, yang segala-galanya menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau orang yang seakan-akan tidak mempunyai kepribadian sendiri melainkan terbentuk oleh peranan yang ditimpakan kepadanya oleh masyarakat. d) Kesediaan untuk bertanggung jawab Kejujuran sebagai kualitas dasar kepribadian moral menjadi operasional dalam kesediaan untuk bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan kesediaan bertanggung jawab adalah : 1. Kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas
yang
membebani
kita,
kita
merasa
terikat
untuk
menyelesaikannya. 2. Bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan. Etika peraturan hanya mempertanyakan apakah sesuatu itu boleh atau tidak. Sedangkan sikap tanggung jawab merasa terikat pada hal yang dinilai perlu. Seperti para siswa yang istirahat pada jam sekolah karena memang saat itu jam untuk istirahat. 3. Wawasan orang yang bertanggung jawab maka tidak terbatas. Orang yang bertanggung jawab tidak membatasi perhatiannya pada apa yang menjadi urusan dan perhatiannya. Seperti jika dia melihat ada sebuah kecelakaan dia tidak lantas pergi melainkan memanggil polisi atau ambulance untuk berusaha membantu.
42
e) Kemandirian moral Kemandirian moral berarti kita tidak pernah ikut-ikutan dengan berbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penilaian sendiri dan bertindak sesuai dengannya. Kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan untuk bertindak moral sesuai dengan dirinya sendiri. Kemandirian moral dapat ditunjukkan dengan sikap yang tidak dapat dibeli dengan mayoritas. f) Keberanian moral Sikap mandiri pada hakekatnya merupakan kemampuan untuk selalu membentuk penilaian sendiri terhadap suatu penilaian moral. Kemandirian moral menunjukkan sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban walaupun tidak disetujui oleh masyarakat. Orang yang berani secara moral maka akan membuat pengalaman yang menarik. Setiap kali berani mempertahankan sikap yang diyakini akan merasa lebih kuat dan berani dalam hatinya. g) Kerendahan hati Kerendahan hati tidak hanya berarti bahwa kita sadar akan keterbatasan kebaikan kita, melainkan juga bahwa kemampuan kita memberikan penilaian moral terbatas. Jadi penilaian kita masih jauh dari sempurna karena hati kita belum jernih. Oleh karena itu kita tidak akan memutlakkan pendapat moral kita. (Suseno, 1987:141). 43
6. Karakteristik Remaja Dalam Setiap Fase Perkembangan Menurut Sarlito W. Sarwono dalam psikologi remaja, ada perkembangan fisik remaja dan perkembangan psikologis remaja. Perkembangan fisik remaja yaitu hormon-hormon seksual, tanda-tanda seksual sekunder, anatomi dan proses faalan alat kelamin pria, anatomi dan proses faalan alat kelamin wanita. Perkembangan psikologis remaja yaitu pembentukan konsep diri, perkembangan inteligensi, perkembangan peran sosial, perkembangan peran gender, perkembangan moral dan religi. Menurut Zakiyah Daradjat dalam ilmu jiwa agama, perkembangan anak adalah sebagai berikut : a) Usia Kanak-kanak 0 - 6 tahun Pendidikan keagamaan dan kepribadian sudah mulai sejak anak dalam kandungan, apa yang dilakukan oleh ibu ketika mengandung dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak yang akan lahir. Perkembangan moral anak sebelum sekolah terjadi secara tidak formal keluarga, setiap perbuatan yang ada di depannya sebagai bahan ajar anak. Perbuatan yang ada di lingkungan anak secara terus menerus itu akan menjadikan anak semakin dapat meniru perbuatan yang diciptakan oleh ayah maupun ibu sehingga anak tidak akan jauh dari perbuatan sehari-hari yang dilakukan orang tua dalam lingkungan keluarga. Orang tua harus hati-hati dalam bersikap di depan anak karena kemana arah sikap moral anak ditentukan pada sikap moral lingkungan keluarga.
44
b) Usia Anak-anak 6 - 12 tahun Pada fase ini anak sudah masuk sekolah dasar dengan membawa bekal agama dan moral dalam dirinya yang dia dapat dari orang tuanya dan gurunya di taman kanak-kanak. Jika didikan agama dan moral anak yang diperoleh dari orang tua di rumah sejalan dengan guru di taman kanak-kanak, maka anak saat masuk sekolah dasar sudah membawa moral yang serasi tapi kalau berbeda maka anak akan merasa bingung dan tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Semakin besar anak akan semakin bertambah fungsi agama bagi anak berumur 10 tahun ke atas maka agama memiliki fungsi moral dan sosial bagi anak. c) Usia Remaja 13 - 16 tahun Setelah si anak melalui umur 12 tahun, berpindahdari masa kanak-kanak
yang
terkenal
tenang
dan
tidak
suka
berdebat.
Pertumbuhan jasmani yang cepat menimbulkan kecemasan pada remaja sehingga menimbulkan kegoncangan emosi pada anak remaja. Nilainilai agama dan moral bisa juga mengalami kegoncangan pada masa ini. d) Usia Dewasa 17 - 21 tahun Batas perkembangan moral anak dalam tahap sebenarnya tidak tajam, masa remaja akhir ini dapat dikatakan anak pada masa ini dikatakan sempurna dari segi jasmani dan kecerdasan termasuk moral pada anak sudah terbentuk menjadi karakter yang kuat (Daradjat, 1993:109). 45
B. Keluarga Single Parent 1.
Pengertian Keluarga Single Parent Pengertian keluarga dapat disimpulkan dari berbagai pendapat para ahli dibawah ini : 1) F.J. Brown berpendapat bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologis. Keluarga dapat diartikan dua macam yaitu (a) dalam arti luas keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan maupun yang ada hubungan dengan “clan” atau marga, dan (b) dapat arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak. 2) Maciver menyebutkan lima ciri khas keluarga yang umum seperti (a) hubungan berpasangan dari dua jenis, (b) perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengokohkan hubungan tersebut, (c) pengakuan akan keturunan, (d) kehidupan ekonomis yang dinikmati bersama, dan (e) kehidupan berumah tangga. 3) Sudardja Adiwikarta dan Sigelman & Shaffer berpendapat bahwa keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal (Yusuf, 2001:36). Single parent adalah orangtua satu-satunya (Poerwodarminto, 1976:132). Orangtua satu-satunya dalam konteks ini adalah sebuah keluarga dengan orangtua tunggal sehingga dalam mengasuh dan membesarkan anak-anaknya sendiri tidak dengan bantuan pasangannya, karena istri atau suami mereka meninggal dunia atau sudah berpisah/cerai.
46
2. Faktor Penyebab Menjadi Orang Tua Tunggal (Single Parent) Orang tua tunggal tidak terjadi begitu saja melainkan karena beberapa sebab yang menjadikan orang tua tunggal tersebut harus mendidik anak tanpa bantuan pasangannya. Penyebab terjadinya orang tua tunggal dalam penelitian ini hanya dibagi menjadi dua sebab, yaitu : 1) Perceraian Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Bercerai antara dua pasangan dan tidak berhasil setelah segala sarana perbaikan dan upaya mempertemukan kembali di antara kedua belah pihak, maka perceraian dalam keadaan seperti ini merupakan obat yang sangat pahit yang tidak ada obat yang lainnya. Talak disyari‟atkan oleh Islam, itulah yang sesuai dengan akal, hikmah dan kemaslahatan. Adapun sebab perceraian di antaranya : a. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga, alasan ini adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail. b. Krisis moral dan akhlak, selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, 47
pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang. c. Perzinahan yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri. d. Pernikahan tanpa cinta yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. e. Suami berakhlak buruk dan menzhalimi (menyiksa) istrinya. f. Istri tidak taat lagi kepada suaminya dalam hal-hal yang baik. g. Kondisi fisik istri yang sangat buruk, misalnya, seorang istri tidak bisa menjaga kebersihan dirinya dan tidak pernah berpakaian bagus serta tidak mau memakai wangi-wangian di depan suaminya. atau tidak bisa mengucapkan perkataan yang baik dan selalu bermuka masam (cemberut) ketika bertemu dan berkumpul dengan suami atau keluarganya. h. Suami yang tidak penyabar. Mungkin, faktor ini terjadi karena kelalaiannya, ataupun ketidaktahuannya watak dasar dan tabiat wanita yang Allah ciptakan. Wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. i. Kondisi rumah tangga yang jauh dari suasana religius serta taat
kepada Allah. (http://yellowsakura.wordpress.com/2012/11/12/11-sebab-perceraian/) C.
48
2) Meninggal dunia Kematian salah satu orang tua secara tiba-tiba membuat anggota keluarga terguncang hebat. Musibah itu sering menimbulkan kesedihan dan rasa berdosa. Perasaan duka adalah hal yang wajar, orang tuanya lah yang meyakinkan anak dengan sikap empati sambil mengarahkan pikiran anak agar dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan. Untuk kasus meninggalnya salah satu orang tua, maka orang tua yang masih ada jangan terlalu cepat dalam memutuskan untuk mencari pasangan hidup, karena anak membutuhkan simpati yang tulus dari orang tua. Pada kondisi anak ditinggal salah satu orang tuanya karena kematian, berbeda dengan anak karena kasus perceraian. Tetapi para orang tua tunggal harus memilih peran yang maksimal dalam mendidik moral anak agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan moral yang baik. 3. Teknik Kehidupan Keluarga Untuk Single Parent Untuk semua bentuk keluarga dengan orang tua tunggal atau single parent, ada beberapa tehnik khusus yang dapat digunakan untuk semua bentuk kehidupan keluarga. Menurut baruth memberi saran sebagai berikut: a. Bersikap jujur kepada anak tentang kondisi penyebab terjadinya orang tua tunggal.
49
b. Bila situasinya menyangkut masalah perceraian maka yakinkanlah anak tidak akan memikul beban tanggung jawab apapun tentang putusnya hubungan orang tua. c. Jujurlah pada diri sendiri karena hal itu akan menunjukkan pada anak bahwa perasaan adalah hal yang penting. d. Usahakan memberikan keadaan dan lingkungan yang serupa karena akan memberikan kondisi yang aman dan nyaman pada anak. e. Jangan mencoba menjadi ibu sekaligus ayah pada anak, berusahalah menciptakan keluarga yang team work. f. Jika dalam keadaan sudah bercerai, sadarilah bahwa kehidupan suami istri telah selesai jangan memberi harapan pada anak akan rujuk. g.
Anak-anak
harus
diyakinkan
bahwa
mereka
akan
tetap
disayangi/dicintai, diperhatikan dan dibantu dalam kehidupan. h. Anda tidak boleh menggunakan anak-anak untuk usaha melakukan tawar-menawar dengan pasangan anda. i. Mencari nasihat orang tua tunggal lainnya. (Balson, 1996:159) 4. Pendidikan Moral Remaja Pada Keluarga Single Parent Pendidikan moral sangat tergantung pada peran orang tua dalam mendidik anaknya karena pada dasarnya anak tidak tahu mana yang baik dan buruk kecuali orang tua yang membentuk mereka menjadi anak yang bermoral. Jika orang tua memberi teladan dalam kebaikan dan memperhatikan pendidikan anak maka anak akan berusaha mengiringi langkah anak dengan akhlaqul karimah. 50
Pendidikan keluarga termasuk pendidikan informal yaitu proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis sejak seseorang lahir sampai mati. Keluarga atau masyarakat terkecil merupakan tempat pertama dan utama pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Karena sebelum anak menerima bimbingan dari sekolah, ia lebih dahulu memperoleh bimbingan dari keluarganya terutama orang tuanya. Pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi pembentuk watak kepribadian anak. dalam kehidupan kesehariannya, anak banyak berkumpul dengan keluarga dan segala tingkah laku orang tua akan ditirunya. Bila obyek peniruannya jelek, orang tua tidak memberikan kasih sayang yang memadai, tidak memberikan teladan yang baik, dan jauh dari nuansa agama maka jangan berharap kedua orang tua akan menuai buah hasil yang baik. Namun apabila orang tua memberikan teladan yang baik, saling menghormati, menyayangi, jalinan yang baik sesama anggota keluarganya, tidak bersifat masa bodoh, maka semua itu akan tercetak (terlukis) pada diri anak dan ia akan senantiasa mencontoh segala perbuatan yang terekam mulai pagi hari sore hari. Maka apabila para orang tua tunggal (single parent) menginginkan anak mereka mempunyai moralitas yang baik, didiklah anak dengan maksimal dan selalu memberikan kondisi yang mencerminkan kehidupan yang bermoral.
51
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Paparan data tentang gambaran umum daerah penelitian a. Letak dan Keadaan Geografis Desa Klepu terletak di Kecamatan Pringapus dan terdapat beberapa kawasan industri. Desa klepu termasuk desa yang tergolong luas karena di desa ini terdiri dari 6 dusun yaitu : Krajan, Macanmati, Bodean, Duwet, Kemasan dan Kaliulo. b. Struktur Organisasi Desa Klepu Struktur
Organisasi
Desa
Klepu
Kecamatan
Pringapus
Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut: KEPALA DESA KLEPU DJOKO PURNOMO, SH. SEKRETARIS DESA SURURI
KA. SIE KEUANGAN
KA. SIE UMUM MUSNAH
SLAMET EFENDI
KAUR PEMERINTAHAN
KAUR PEMBANGUNAN
KEMASYARAKATAN
M. ARIFIN
WAGIMAN
H. SYAUBARI
KAUR
(Sumber: Bagan Struktur Organisasi Kantor Kepala Desa Klepu)
52
c. Keadaan Penduduk Adapun keadaan penduduk Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dapat di lihat dari data Monografi pada bulan Januari 2014 di bawah ini yang sudah dapat di pahami dengan tabeltabel klasifikasi berikut ini: Tabel 3.1 Jumlah Penduduk menurut Usia NO
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
KELOMPOK UMUR (TAHUN) 0<1
149
157
306
2
1>5
180
166
346
3
6-10
298
292
590
4
11-15
286
253
539
5
16-20
252
237
489
6
21-25
292
329
621
7
26-30
328
321
649
8
31-40
625
666
1291
9
41-50
627
629
1256
10
51-60
495
552
1047
11
60 keatas
411
469
880
3.943
4.071
8.014
JUMLAH
53
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk menurut Agama NO 1
KELOMPOK AGAMA Islam
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
3.859
3.976
7.835
2
Kristen
11
17
28
3
Khatolik
73
78
151
4
Hindu
0
0
0
5
Budha
0
0
0
6
Khonghucu
0
0
0
3.943
4.071
8.014
JUMLAH
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk menurut Pendidikan NO
JENIS PENDIDIKAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
Tidak Sekolah
260
276
536
2
TK / Playgroup
189
155
344
2
Belum Tamat SD
590
608
1.198
3
Tidak Tamat SD
926
995
1.921
4
Tamat SD
899
930
1.829
5
Tamat SLTP
673
710
1.383
6
Tamat SLTA
337
323
660
7
Tamat akademik/Diploma Sarjana ke atas
45
48
93
24
26
50
3.943
4.071
8.014
8
JUMLAH
54
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian NO
JENIS PEKERJAAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
PNS
97
28
125
2
TNI
5
0
5
3
Polri
3
0
3
4
Pegawai Swasta
363
571
934
5
Pensiunan
56
40
96
6
Pengusaha
25
5
30
7
Buruh Bangunan
115
0
115
8
Buruh Industri
645
833
1.478
9
Buruh Tani
109
78
187
10
Petani
698
37
735
11
Peternak
0
0
0
12
Nelayan
0
0
0
13
Lain-Lain
1.007
1.223
2.230
3.123
2.815
5.938
JUMLAH
Tabel 3.5 Jumlah Kepala Keluarga NO
URAIAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
Jumlah Kepala Keluarga
2.277
192
2.469
145
2.118
47
354
2
Keluarga yang sudah 1.973 mempunyai KK 3 Keluarga yang belum 307 Mempunyai KK (Sumber: di ambil dari data Monografi Desa Klepu) 55
Tabel 3.6 Jumlah Keluarga Single Parent NO
NAMA DUSUN
JUMLAH Keluarga Single Parent 9
1
KRAJAN
2
MACANMATI
4
3
BODEAN
3
4
DUWET
3
5
KEMASAN
4
6
KALIULO
2
JUMLAH
25
2. Data Responden Tabel 3.7 Daftar Responden NO 1
NAMA DENGAN INISIAL YYI ibu dari KAV
UMUR 34 Tahun
Perempuan
2
NGT ibu dari DYA
55 Tahun
Perempuan
3
SR ibu dari AA
35 Tahun
Perempuan
4
SN ibu dari NA
51 Tahun
Perempuan
5
TY ayah dari YRU
29 Tahun
Laki-laki
6
RS ibu dari FAR
30 Tahun
Perempuan
56
JENIS KELAMIN
NO
AGAMA
PENDIDIKAN
MATA PENCAHARIAN
1
Islam
S1
Kepala Dusun dan Guru
2
Islam
Lulus SD
Penjual Es
3
Islam
Lulus SD
Penjual Sayuran
4
Islam
Lulus SD
Penjual Bubur
5
Islam
SMA
Karyawan Swasta
6
Islam
S1
Guru
B. Temuan Penelitian Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Cara Atau Metode Single Parent Dalam Mendidik Moral Remaja Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, cara atau metode single parent dalam mendidik moral anak adalah seperti yang di ungkapkan para responden sebagai berikut: 1) YYI (34 tahun) ibu dari inisial KAV Cara YYI dalam memberikan pendidikan moral kepada keluarganya adalah dengan memberikan keteladanan yang baik dan nasihat kepada keluarganya. Seperti ungkapan YYI berikut ini: “Cara atau metode saya dalam mendidik moral kepada anak saya adalah dengan menampilkan sikap yang baik kepada anak saya dan apabila anak saya melakukan kesalahan maka saya langsung menegurnya dan memberikan nasihat dengan tujuan agar anak saya tidak mengulangi kesalahan lagi terutama untuk anak saya yang pertama KAV karena dia sekarang dalam masa usia transisi sebagai remaja awal yang egonya masih sangat tinggi. Saya mendidik moral anak saya tidak over protectif, istilah jawanya adalah “tak culke ndase tak gondeli buntute” dalam artian anak
57
saya tetap saya kasih kebebasan atau kelonggaran dalam bergaul tetapi saya masih selalu mengawasi dan membimbingnya. Sebagai ibu sekaligus ayah untuk KAV saya harus bisa menjadi yang terbaik. Saya tidak ingin anak saya terjerumus atau terpengaruh dengan pergaulan yang dapat merusak moralnya, oleh sebab itu saya selalu memantau anak saya. Saya senang dengan KAV karena kejujurannya. Saya selalu menanamkan bahwa kejujuran adalah kunci manusia atau seseorang bisa hidup dengan tenang” (YYI, 05-02-2014). 2) NGT (55 tahun) ibu dari inisial DYA NGT memberikan pendidikan moral kepada keluarganya dengan cara memberikan nasihat. Seperti yang telah diungkapkan NGT berikut ini: “Saya bisanya hanya memberi nasihat yang baik kepada anak saya agar anak saya dapat menjadi anak yang sholihah. Saya selalu menasehati apabila DYA melakukan kesalahankesalahan agar tidak mengulanginya lagi. Yang utama saya sampaikan adalah tentang kejujuruan kepada anak saya karena kejujurun bagi saya adalah prinsip hidup kemudian cara bergaul anak karena saya tidak ingin anak saya pada masa remajanya ini terpengaruh oleh pergaulan yang negatif apalagi pergaulan zaman sekarang ini mudah sekali mempengaruhi moral anak khususnya bagi anak remaja saya” (NGT, 05-022014). 3) SR (35 tahun) ibu dari inisial AA Tidak berbeda dari responden yang lain strategi pendidikan moral yang diberikan SR kepada keluarganya adalah dengan memberikan keteladanan yang baik agar anak dapat mengambil sikap positif dari SR, dan memberikan hukuman yang bersifat memberi pelajaran. seperti ungkapan SR berikut ini:
58
“Menawi coro kulo ndidik moral, biasanipun kulo maringake sifat teladan engkang sae kados ngaos, sholat kalian guneman engkang sae menawi ngepasi kumpul sareng-sareng, supados anak kulo saget mendet sifat engkang sae saking kulo, kulo biasaake AA niku selalu ijin nek wonten kegiatan-kegiatan. Misale AA kok dereng wangsul saking sekolah, kulo langsung tanglet rencang-rencange. Kulo didik AA kalian tanggung jawab supados AA niku saget terbiasa tanggung jawab, selain niku kulo mboten segan-segan maringi hukuman menawi anak kulo berbuat salah lan mboten jujur. kulo maringi hukuman engkang bersifat mendidik kersane anak kulo mboten ngulangi kesalahane tersebut” (SR, 06-02-2014). 4) SN (51 tahun) ibu dari inisial NO Strategi yang di berikan SN untuk keluarga dalam pendidikan moral adalah dengan menggunakan teladan yang baik dan memberikan nasihat. Seperti ungkapan SN berikut ini: “Pendidikan moral yang sering saya berikan kepada keluarga dengan menampilkan sikap saya yang baik dengan demikian anak akan meniru sikap saya dan untuk lingkungan yang tidak baik saya selalu mengontrol karena kalau pendidikan itu tidak dimulai dari saya siapa lagi yang akan mendidiknya, karena NO ditinggal oleh ayahnya sejak kecil. NO anak yang “Cilik Aten” maksudnya ketika anak saya berbuat kesalahan dan saya menegurnya agak keras sedikit dia langsung menangis. Maka dari itu cara saya adalah dengan menasehatinya dengan cara halus agar tidak menyakiti perasaannya. NO lebih menerima dengan nasihat yang halus daripada harus dengan nasihat yang bersifat keras dan menyakiti hatinya” (SN, 06-02-2014). 5) TY (29 tahun) ayah dari inisial YRU Pendidikan moral yang telah TY berikan kepada keluarganya dengan cara memberikan nasihat dan hukuman kepada anaknya, terutama ketika anaknya ketahuan melakukan kesalahan, berikut yang telah BNG ungkapkan:
59
“Saya berbincang-bincang mengenai lingkungan sekolah dan bergaul sehingga kalau ada hal yang janggal atau perbuatan yang menyimpang maka langsung saya beri pengertian dan saya nasihati. Saya selalu memberikan teladan yang baik kepada anak saya sehingga anak saya dapat mencontohnya. Selain itu saya selalu mengecek handphone anak saya apabila anak saya sedang asyik dengan smsan, maka saya langsung meminta handphonenya dan saya mengeceknya. Apabila anak saya menulis sms atau isi dalam handphone anak saya yang kurang baik atau tidak sopan kepada siapapun saya langsung menegurnya agar anak saya tidak mengulanginya lagi. Saya tanamkan kepada anak saya tentang adab sopan santun kepada orangtua. Saya juga memberikan ancaman atau hukuman yang bersifat memberikan pelajaran atau mendidik sehingga anak saya dapat berubah untuk menjadi lebih baik lagi. (TY, 06-02-2014). 6) RS (30 tahun) ibu dari inisial FAR Hiwar, teladan dan nasihat yang baik merupakan cara yang digunakan oleh RS dalam mendidik keluarganya, seperti ungkapan RS berikut: “Pendidikan moral dalam keluarga saya adalah yang paling saya utamakan karena melihat anak sekarang ini banyak yang krisis moral maupun akhlaq. Saya memberikan pendidikan moral kepada anak saya dengan cara pembiasaan, perkataan dan teladan yang baik. Saya selalu membiasakan anak saya dengan cara mengajaknya untuk berkomunikasi ketika ada masalah. Sebagai ibu sekaligus ayah untuk anak saya, saya berusaha menjadi figur yang dapat dicontoh oleh anak saya. Apabila anak saya berbicara dengan orang tua secara tidak sopan saya langsung menegurnya dan saya menyuruh untuk mengulanginya. Setiap malam saya selalu mengecek isi handphone anak saya agar saya tahu pergaulan dan sejauh mana perkembangan anak saya. Saya memberikan kepercayaan kepada anak saya merasa dihargai dan mempunyai jiwa untuk tanggung jawab. Saya mengajarkan kepada anak saya agar berbuat baik kepada siapapun” (RS, 06-02-2014).
60
2. Faktor Penghambat Single Parent Dalam Pendidikan Moral Remaja Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, faktor yang menghambat single parent dalam pendidikan moral adalah sebagai berikut: 1) YYI (34 Tahun) ibu dari inisial KAV Kendala yang sering menghambat pendidikan moral dalam keluarga YYI adalah karena kesibukan dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh YYI sejak ditinggal oleh suaminya sehingga harus menjadi seorang ibu dan figur sebagai ayah untuk KAV sekaligus tulang punggung untuk keluarganya. Seperti ungkapan YYI saat ditanya tentang kesulitan yang sering dihadapi dalam mendidik anak berikut ini: “Karena kesibukan dan keterbatasan waktu saya sebagai tulang punggung dalam keluarga sehingga saya akui kadang saya kurang intens dalam memberikan pendidikan moral kepada anak saya, meskipun saya sudah berusaha untuk tetap memberikan pendidikan yang terbaik untuk keluarga saya. Setiap hari selalu saya biasakan untuk memberikan keteladanan yang baik untuk anak saya. Seperti kebiasaan bangun pagi kemudian sholat dan beraktivitas. Anak saya cenderung kurang terbuka kepada saya, KAV lebih dapat terbuka dengan tantenya sehingga setiap ada masalah dia menceritakan masalahnya dengan tantenya. Dengan demikian saya ciptakan kesinambungan antar keluarga, saya meminta tolong kepada tantenya juga untuk selalu membimbing dan mengarahkan anak saya agar anak saya menjadi lebih baik” (YYI, 05-02-2014). 2) NGT (55 tahun) ibu dari inisial DYA Faktor yang menghambat pendidikan moral dalam keluarga NGT adalah karena rendahnya pendidikan saya. Berikut
61
ungkapan NGT saat menjawab pertanyaan faktor penghambat dari pendidikan moral dalam keluarganya: “Karena pendidikan yang saya miliki itu rendah hanya lulus SD, sehingga saya kurang dapat maksimal memberikan pendidikan dan pengetahuan moral kepada anak saya. meskipun saya sudah berusaha untuk tetap memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak saya dengan cara memberikan nasihat atau berperilaku sesuai adab yang santun tapi usaha saya untuk mendidik moral anak saya sia-sia karena anak saya susah untuk mengikuti saya. Anak saya masih mengikuti kemauannya sendiri. Meskipun seperti itu saya tetap selalu membimbing dan mengarahkan anak saya agar mengerti bahwa saya melakukan semua itu untuk kebaikan hidup anak saya agar anak saya tidak termasuk remaja yang tidak bermoral. Saya memahami kekurangan saya sebagai ibu sekaligus bapak untuk anak saya” (NGT, 05-02-2014). 3) SR (35 Tahun) ibu dari inisial AA Penghambat pendidikan moral dalam keluarga SR yang paling dominan adalah ekonomi dan hubungan suami yang kurang harmonis. Berikut ungkapan SR: “Nak menawi penghambat nggen pendidikan moral niku njeh ekonomi niku to bunda, nopo maleh sejak bapake ninggalke kulo lan anak-anak. lha pripun maleh kerjaan kulo cuman ten griyo dados ibu rumah tangga kalian jualan sayur-sayuran ten ngajeng niku. Jane anak kulo pengene pados ilmu agama ten pondok pesantren tapi nggeh niku kendalane mboten wonten biayane. Kulo tasik ngragati adine engkang sami-sami sekolah lan butuhke biaya. Saget nyukupi kebutuhan sehari-hari kagem anak-anak niku pun Alhamdulillah sanget. Engkang paling penting sakniki anak-anak kulo ajari bersyukur dumateng Gusti Alloh SWT lan saget semangat sekolah kersane saget pinter lan sukses senajan mboten wonten bapake” (SR, 06-02-2014).
62
4) SN (51 tahun) ibu dari inisial NO SN mengaku faktor penghambat pendidikan moral dalam keluarganya adalah karena hubungan yang kurang harmonis dengan suami dan rendahnya pengetahuan agama, seperti ungkapan SN berikut: “Suami saya itu kurang bertanggung jawab karena setelah menikah dan memiliki dua anak suami saya jarang pulang ke rumah dan ternyata suami saya selingkuh dan menikah lagi. Disinilah penyebab anak saya menjadi anak yang pendiam dan seperti kurang kasih sayang dari ayahnya. Saya bekerja dan menghidupi keluarga kecil saya sendiri tanpa bantuan dari suami. Dan inilah yang menjadikan kesulitan saya dalam mendidik moral anak saya. Saya menjadi seorang ibu dan figur bapak dari anak saya. Selain saya harus mencukupi kebutuhan sehari-hari atau tulang punggung keluarga saya juga mencari uang untuk biaya pendidikan anak saya, saya juga sangat kurang memahami pengetahuan tentang agama sehingga pendidikan moral anak saya kurang maksimal. Meski demikian, saya selalu memberikan yang terbaik untuk anak saya” (SN, 06-02-2014). 5) TY (29 Tahun) ayah dari inisial YRU Bapak dari dua anak ini mengaku mengaku yang menjadi penghambat dalam memberikan pendidikan moral kepada keluarganya adalah karena faktor internal yang berasal dari YRU yang suka mengabaikan perkataan dari orang tua. Seperti ungkapan TY berikut: “Anak saya itu kalau saya didik kadang malah ada yang pura-pura tidak mendengar terus ada juga yang mendengarkan tapi tidak mau melaksanakan, suatu saat saya tanya kepada anak saya kenapa tidak mau menuruti perintah saya, anak saya malah diam saja. Setelah beberapa waktu kemudian anak saya baru menjawab dan 63
melaksanakan perintah saya. Kadang saya bertanya-tanya kenapa anak saya seperti itu, mungkin karena pemikiran anak saya masih belum bisa dewasa dan kurangnya kasih sayang dari ibunya. Meski demikian saya ingin berusaha untuk tetap menampilkan sikap yang baik di hadapan anakanak dengan tujuan anak saya akan bisa terbiasa meniru apa yang saya lakukan baik ucapan, tingkah laku atau tata cara berpakaian yang sopan” (TY, 06-02-2014). 6) RS (30 Tahun) ibu dari inisial FAR Ibu kepala keluarga yang bernama RS mengaku jika faktor utama yang menjadi penyebab penghambat pendidikan moral dalam keluarganya adalah karena anaknya cenderung pendiam. Berikut yang diungkapkan ibu RS saat ditanya tentang faktor penghambat pendidikan moral dalam keluarganya: “Saya ditinggal suami saya sejak anak saya masih bayi, jadi sampai anak saya berumur 14 tahun ini saya menjadi single parent, disitulah pendidikan moral dalam keluarga saya rasa kurang baik atau sedikit terhambat selain saya harus memberikan pendidikan moral kepada anak saya namun saya juga harus membanting tulang sendiri untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan pendidikan anak saya yang membutuhkan biaya pendidikan cukup banyak, jadi saya rasa faktor yang paling menonjol adalah karena anak saya kurang kasih sayang dari seorang ayah sehingga dia cenderung menjadi anak yang pendiam” (RS, 06-02-2014). Berdasarkan hasil wawancara, enam responden mengaku jika yang menjadi penghambat pendidikan moral dalam keluarga single parent adalah karena rendahnya pengetahuan agama yang dimiliki, karena faktor ekonomi sehingga responden tidak dapat mengawasi tingkah laku anaknya.
64
3. Antisipasi Single Parent dalam Membatasi Pergaulan Remaja Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, antisipasi single parent dalam membatasi pergaulan anak adalah sebagai berikut: 1) YYI (34 Tahun) ibu dari inisial KAV YYI memberikan pendidikan agama terhadap anaknya, pendidikan agama diberikan kepada anaknya dalam rangka untuk mengantisipasi pergaulan anak agar anak tidak terjerumus pada pergaulan bebas, sedang pendidikan khusus untuk KAV adalah dengan memberikan pendidikan agama secara lebih ketat baik dalam keluarga dan mengawasi KAV dalam bergaul. Seperti ungkapan YYI berikut: “Antisipasi yang saya lakukan agar anak saya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas adalah dengan membiasakan mengaji setiap hari dan menitipkan pada lembaga sekolah. Saya selalu mengawasi dan membimbing anak saya dalam bergaul dengan teman-temannya. Dan saya selalu menanamkan kejujuran kepada anak saya walaupun pahit rasanya. Saya memberikan kebebasan atau kelonggaran kepada anak saya untuk hal kebaikan. Kemudian saya selalu mengantar dan menjemputnya ketika anak saya sedang ada kegiatan di luar walaupun saya dalam keadaan sibuk saya berprinsip bahwa anak tetap nomer satu yang harus saya utamakan dengan meluangkan waktu untuk mengantar dan menjemput anak saya sehingga saya bisa mengawasinya” (YYI, 05-02-2014). 2) NGT (55 tahun) ibu dari inisial DYA Mengawasi tingkah laku anak, memberikan pendidikan moral ketika di dalam rumah maupun di luar merupakan
65
antisipasi NGT dalam pergaulan anak agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang menyimpang dari agama. Berikut yang di ungkapkan oleh NGT: “Untuk masalah antisipasi agar anak tidak terjerumus pada pergaulan bebas saya selalu memberikan nasihat yang baik kepada anak saya. Saya juga selalu mengingatkan untuk anak saya agar selalu meminta ijin apabila ada keperluan atau kegiatan-kegiatan diluar rumah. Apabila anak saya melakukan kesalahan saya selalu menegur dan menasehatinya. Disamping itu saya juga memberikan pendidikan moral dengan membiasakan untuk berkata kejujuran kepada anak saya” (NGT, 05-02-2014). 3) SR (35 Tahun) ibu dari inisial AA Ibu dua anak ini dalam mengantisipasi pergaulan anak agar anak tidak terjerumus pada pergaulan bebas atau yang menyimpang dengan cara membatasi pergaulan anak, senantiasa memberi nasihat kepada anak jika anak melakukan kesalahan, dan memberikan hukuman yang bersifat mendidik. cara itu dianggap sangat manjur karena dimulai dari pembatasan dalam pergaulan itulah seorang anak akan dapat memilih teman yang benar. Seperti yang di katakan oleh SR berikut ini: “Jenenge bocah niku kadang njeh sering ngelakoni sikap ingkang nyimpang, tapi menawi kulo ngonangi ngoten njeh kulo langsung negur utawi maringi hukuman engkang bersifat mendidik lan maringi nasihat kagem anak kulo supados anak kulo mboten ngelakoni sikap engkang salah, sak lentune niku kulo nggeh mbatesi pergaulane anak kulo, nopo meleh pergaulane bocah sak niki niku yak ugal-ugalan orang nggenah mbak dados ipun sak sagete kulo, kulo njeh ngawasi pergaulane anak kulo” (SR, 06-02-2014).
66
4) SNT (51 tahun) ibu dari inisial NO Antisipasi SNT terhadap pergaulan anaknya agar tidak terjerumus pada pergaulan yang salah yaitu dengan memilihkan teman pergaulan yang baik agar anaknya tidak terpengaruh sikap jelek temanya. “Dalam pendidikan moral anak saya, saya berperan aktif karena saya ingin anak saya menjadi anak yang baik, dalam pemilihan teman bergaul saya juga yang menentukan karena saya tidak mau anak saya tersakiti kata-kata temannya karena anak saya cenderung anak yang pendiam dan mudah sakit hati apalagi tidak mempunyai seorang ayah dan saya takut dia meniru sikap jelek temannya” (SNT, 06-02-2014). 5) TY (29 Tahun) ayah dari inisial YRU TY meminta bantuan kepada saudara terdekat untuk berperan dalam menanamkan pendidikan dalam keluarganya, jika YRU sedang bekerja atau jika sedang tidak ada waktu untuk mendidik anaknya. Berikut yang di ungkapkan oleh TY saat di tanya tentang antisipasi orang tua dalam pergaulan anak agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas: “Saat saya sedang bekerja atau ada kegiatan yang sekiranya itu penting maka saya sering minta bantuan kepada saudara saya yang dekat untuk mengawasi pergaulan anak saya selain itu saya juga minta bantuanya untuk memberikan penanaman pendidikan moral kepada anak-anak saya, dengan harapan meskipun saya sedang tidak ada di samping anak-anak saya, tetapi anak saya masih dalam pengawasan dan mendapat pendidikan dari saudara saya” (TYR, 06-02-2014).
67
6) RS (30 Tahun) ibu dari inisial FAR Ibu FAR mengaku dalam mengantisipasi pergaulan anak agar tidak terjerumus pada pergaulan bebas dengan cara memberikan pendidikan moral saat di rumah maupun dilingkungan luar, selain itu RS juga memberikan pengawasan yang ketat terhadap pendidikan dan pergaulan anak. Seperti ungkapan RS berikut: “Baik saat anak saya dirumah maupun ketika sedang di lingkungan luar saya selalu memberikan pendidikan moral kepada anak saya dengan cara menampilkan sikap positif kemudian untuk hal pergaulan agar anak tidak menyimpang saya selalu mengontrol pergaulan anak dengan cara saya mengecek handphone ketika malam hari. Dengan demikian jika anak saya melakukan penyimpangan saya langsung tau, kemudian anak saya, saya nasehati dengan baik agar tidak mengulanginya lagi. Saya memberikan kepercayaan kepada anak saya, ketika sekolah anak saya membawa motor karena sekolahnya agak dijalan yang susah dari angkotan umum dan Alhamdulillah anak saya dapat dipercaya. Ketika berangkat dan pulang sekolah selalu tepat waktu. Ketika ada kegiatan-kegiatan diluar sekolah selalu meminta ijin terlebih dahulu” (RS, 06-022014). Dari enam responden dalam mengantisipasi pergaulan anaknya dengan cara orang tua selalu mengawasi tingkah laku anak, memberikan
pendidikan
agama
didalam
rumah
maupun
dilingkungan luar, menentukan teman permainan, menitipkan ke lembaga islam.
68
BAB IV PEMBAHASAN A. Metode Pendidikan Moral Dalam Keluarga Single Parent Metode atau cara yang digunakan oleh responden dalam mendidik moral dalam keluarga single parent adalah : a. Metode teladan Para responden lebih sering menggunakan metode teladan karena metode ini dianggap paling bisa membawa keluarga mereka untuk memahami pendidikan moral. Anak-anak mempunyai sifat imitatif maka dari itu orang tua menggunakan metode ini agar anak meniru gerak atau sikap positif yang responden tunjukkan. Hal ini peneliti temukan pada wawancara berikut ini, “Cara saya dalam mendidik moral kepada anak saya adalah dengan menampilkan sikap yang baik kepada anak saya dan apabila anak saya melakukan kesalahan maka saya langsung menegurnya dan memberikan nasihat dengan tujuan agar anak saya tidak mengulangi kesalahan lagi terutama untuk anak saya yang pertama KAV karena dia sekarang dalam masa usia transisi sebagai remaja awal yang egonya masih sangat tinggi. Saya mendidik moral anak saya tidak over protectif, istilah jawanya adalah “tak culke ndase tak gondeli buntute” dalam artian anak saya tetap saya kasih kebebasan atau kelonggaran dalam bergaul tetapi saya masih selalu mengawasi dan membimbingnya. Sebagai ibu sekaligus ayah untuk KAV saya harus bisa menjadi yang terbaik. Saya tidak ingin anak saya terjerumus atau terpengaruh dengan pergaulan yang dapat merusak moralnya, oleh sebab itu saya selalu memantau anak saya. Saya senang dengan KAV karena kejujurannya. Saya selalu menanamkan bahwa kejujuran adalah kunci manusia bisa hidup dengan tenang” (YYI, 05-02-2014). Menurut Clark dalam bukunya Zakiyah Daradjat (1976:71) tentang perspektif psikologis, orang tua adalah model pertama yang menjadi pusat imitasi anak karena pada dasarnya salah satu ciri penerimaan ajaran
69
dari orang tua pada masa anak-anak adalah melalui proses imitasi. Hal ini dikarenakan orang tua adalah orang yang paling dekat dengan kehidupan anak. Anak merespon apa saja yang dilakukan oleh orang tuanya, oleh karenanya kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang tidak langsung. Orang tua yang menghendaki anaknya mengaji, sholat berperilaku jujur, maka mereka harus memberikan teladan untuk anak mereka seperti yang orang tua kehendaki, begitu pula sebaliknya orang tua yang tidak menginginkan berbohong atau berperilaku tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orang tua mengajarkan kepada anak, sholat, membaca al-qur‟an, berperilaku jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab dan taat beragama, tetapi orang tua sendiri menampilkan perilaku yang sebaliknya, maka anak akan mengalami konflik pada dirinya, dan akan menggunakan ketidak konsistenan orang tua sebagai alasan tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orang tuanya bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orang tuanya (yusuf, 2006:133). b. Metode Hiwar (percakapan) Selain menggunakan metode teladan, responden juga sering menggunakan metode percakapan (hiwar), karena responden menyadari sharing kepada anak jadi selain responden meminta anak untuk bercerita kegiatan sehari-hari baik mengenai ngajinya sudah sampai mana atau juz berapa, kadang orang tua juga menanyakan sikap-sikap yang baik ketika
70
bersama teman-teman sekolah maupun bermain. Hal ini peneliti temukan pada wawancara berikut ini: “Saya berbincang-bincang mengenai lingkungan sekolah dan bergaul sehingga kalau ada hal yang janggal atau perbuatan yang menyimpang maka langsung saya beri pengertian dan saya nasihati. Saya selalu memberikan teladan yang baik kepada anak saya sehingga anak saya dapat mencontohnya. Selain itu saya selalu mengecek handphone anak saya apabila anak saya sedang asyik dengan smsan, maka saya langsung meminta handphonenya dan saya mengeceknya. Apabila anak saya menulis sms atau isi dalam handphone anak saya yang kurang baik atau tidak sopan kepada siapapun saya langsung menegurnya agar anak saya tidak mengulanginya lagi. Saya tanamkan kepada anak saya tentang adab sopan santun kepada orangtua. Saya juga memberikan ancaman atau hukuman yang bersifat memberikan pelajaran atau mendidik sehingga anak saya dapat berubah untuk menjadi lebih baik lagi. (TY, 06-02-2014). Metode ini salah satu cara untuk pendekatan emosional pada anak karena dengan anak terbiasa sharing dengan orang tua maka tidak akan ada yang ditutup-tutupi dalam setiap kejadian yang dihadapi oleh anak. Sehingga orang tua akan lebih mudah untuk memberikan pesan religious dan akhlak dalam setiap perbincangan mereka. Atau ketika ada hal yang dirasa janggal tentu anak akan langsung bertanya pada orang yang dirasa dekat dengan mereka yaitu orang tua. c. Metode pembiasaan diri dan pengalaman Responden juga membiasakan anak sejak kecil untuk mengerjakan tugas-tugasnya, seperti: ngaji, sholat dan sebagian responden juga memberikan pekerjaan rumah yang dikerjakan bersama (team work). Metode itu peneliti temukan pada pernyataan responden berikut ini : “Pendidikan moral dalam keluarga saya adalah yang paling saya utamakan karena melihat anak sekarang ini banyak yang krisis
71
moral maupun akhlaq. Saya memberikan pendidikan moral kepada anak saya dengan cara pembiasaan, perkataan dan teladan yang baik. Saya selalu membiasakan anak saya dengan cara mengajaknya untuk berkomunikasi ketika ada masalah. Sebagai ibu sekaligus ayah untuk anak saya, saya berusaha menjadi figur yang dapat dicontoh oleh anak saya. Apabila anak saya berbicara dengan orang tua secara tidak sopan saya langsung menegurnya dan saya menyuruh untuk mengulanginya. Setiap malam saya selalu mengecek isi handphone anak saya agar saya tahu pergaulan dan sejauh mana perkembangan anak saya. Saya memberikan kepercayaan kepada anak saya merasa dihargai dan mempunyai jiwa untuk tanggung jawab. Saya mengajarkan kepada anak saya agar berbuat baik kepada siapapun” (RS, 06-02-2014). Cara mendidik melalui pembiasaan merupakan metode yang biasa digunakan oleh responden untuk menanamkan akhlak pada anak mereka dan rohani serta pembinaan sosial seseoranng tidak cukup nyata dan pembiasaan diri sejak usia dini. Untuk biasa hidup teratur, disiplin, tolong menolong sesama manusia dalam kehidupan sosial memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari. Al-ghazali berpendapat dalam bukunya Yusuf (2006:10) bahwa anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang seimbang dan sehat. Kedua orang tuanya yang harus memberikan agama dan akhlak sehingga anak akan terisi dengan sifat-sifat baik. Sifat-sifat yang ada pada lingkungan sekitar sangat mempengaruhi sifat pada anak baik itu sifat positif maupun negatif. Corak hidup pada anak dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya. d. Metode nasihat Dalam beberapa moment ketika bersama, saat anak melakukan hal yang menyimpang seperti: bermain sampai sore. Responden
72
memberikan nasihat pada anak untuk tidak mengulangginya lagi. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut ini: “Saya bisanya hanya memberi nasihat yang baik kepada anak saya agar anak saya dapat menjadi anak yang sholihah. Saya selalu menasehati apabila DYA melakukan kesalahan-kesalahan agar tidak mengulanginya lagi. Yang utama saya sampaikan adalah tentang kejujuruan kepada anak saya karena kejujurun bagi saya adalah prinsip hidup kemudian cara bergaul anak karena saya tidak ingin anak saya pada masa remajanya ini terpengaruh oleh pergaulan yang negatif apalagi pergaulan zaman sekarang ini mudah sekali mempengaruhi moral anak khususnya bagi anak remaja saya” (NGT, 05-02-2014). Metode ini sebagai penyempurna dari metode teladan maupun pembiasaan karena anak akan lebih bisa mengerti ketika dalam setiap ajaran yang ditangkap mendapatkan penjelasan dan teguran, sehingga anak menjadi paham mana yang salah dan mana yang benar. e. Metode Hukuman Apabila dalam menggunakan metode nasihat sudah tidak mampu lagi, ada juga responden yang memberikan hukuman kepada anak. Tujuan pemberian hukuman ini diharapkan anak tidak pernah menggulangi
perbuatan
yang
menyimpang.
Seperti
yang
telah
diungkapkan oleh responden berikut ini: “Menawi coro kulo ndidik moral, biasanipun kulo maringake sifat teladan engkang sae kados ngaos, sholat kalian guneman engkang sae menawi ngepasi kumpul sareng-sareng, supados anak kulo saget mendet sifat engkang sae saking kulo, kulo biasaake AA niku selalu ijin nek wonten kegiatan-kegiatan. Misale AA kok dereng wangsul saking sekolah, kulo langsung tanglet rencang-rencange. Kulo didik AA kalian tanggung jawab supados AA niku saget terbiasa tanggung jawab, selain niku kulo mboten segan-segan maringi hukuman menawi anak kulo berbuat salah lan mboten jujur. kulo maringi hukuman engkang bersifat mendidik kersane anak kulo mboten ngulangi kesalahane tersebut” (SR, 06-02-2014). 73
Metode ini sebagai pengiring metode nasihat dalam mendidik agama dan akhlak anak, karena pendidikan agama dan akhlak anak sangat dipengaruhi dengan kondisi keluarga yang dihadapi sehari-hari. Dalam beberapa kasus keluarga seorang ayah atau ibu berusaha menyembunyikan sifat-sifat buruk yang dimiliki agar anak mempunyai akhlak yang baik, padahal anak selalu belajar dengan kondisi sekitar/lingkungan sehingga karakter anak mengikuti lingkungan yang dihadapi. Implememtasi disiplin secara tegas terjadi dalam lingkungan keluarga sehingga ketika anak melakukan sebuah kesalahan berulang maka metode hukuman menjadi pilihan yang tepat agar anak tidak melakukan kesalahan yang berulang kembali. B. Faktor Penghambat Pendidikan Moral Dalam Keluarga Single Parent Sebagian besar faktor yang menghambat pendidikan moral dalam keluarga single parent adalah Kendala Internal dan Kendala Eksternal. Kendala internal ini bersumber dari dalam diri pribadi anak. Kendala-kendala itu dapat berupa anak malas untuk belajar, keinginan bermain yang berlebihan, sikap tidak mau dididik atau sikap melawan. Kendala eksternal bersumber dari luar diri anak. Kendala-kendala itu dapat berupa perilaku orang tua yang terlalu keras, terlalu otoriter, terlalu memanjakan, terlalu khawatir, terlalu lemah dalam hal agama, terlalu egois, terlalu pesimis, terlalu banyak aturan dan permintaan, hubungan yang kurang harmonis dengan anak, lemahnya ekonomi dalam keluarga.
74
Sehingga ada anak yang menjadi korban krisis moral akibat salah cara dalam mendidik anaknya. Seperti yang telah peneliti temukan dalam hasil wawancara dengan responden: a. Penghambat pendidikan moral dalam keluarga yang disebabkan karena kendala eksternal yaitu faktor terlalu lemah dalam hal agama yang rendah, seperti yang di ungkapkan NGT sebagai berikut: “Karena pendidikan yang saya miliki itu rendah hanya lulus SD, sehingga saya kurang dapat maksimal memberikan pendidikan dan pengetahuan moral kepada anak saya. meskipun saya sudah berusaha untuk tetap memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak saya dengan cara memberikan nasihat atau berperilaku sesuai adab yang santun tapi usaha saya untuk mendidik moral anak saya sia-sia karena anak saya susah untuk mengikuti saya. Anak saya masih mengikuti kemauannya sendiri. Meskipun seperti itu saya tetap selalu membimbing dan mengarahkan anak saya agar mengerti bahwa saya melakukan semua itu untuk kebaikan hidup anak saya agar anak saya tidak termasuk remaja yang tidak bermoral. Saya memahami kekurangan saya sebagai ibu sekaligus bapak untuk anak saya” (NGT, 05-02-2014). b. Penghambat pendidikan moral dalam keluarga karena faktor ekonomi, hasil wawancara dengan responden yang berinisial SR: “Nak menawi penghambat nggen pendidikan moral niku njeh ekonomi niku to bunda, nopo maleh sejak bapake ninggalke kulo lan anak-anak. lha pripun maleh kerjaan kulo cuman ten griyo dados ibu rumah tangga kalian jualan sayur-sayuran ten ngajeng niku. Jane anak kulo pengene pados ilmu agama ten pondok pesantren tapi nggeh niku kendalane mboten wonten biayane. Kulo tasik ngragati adine engkang sami-sami sekolah lan butuhke biaya. Saget nyukupi kebutuhan sehari-hari kagem anakanak niku pun Alhamdulillah sanget. Engkang paling penting sakniki anak-anak kulo ajari bersyukur dumateng Gusti Alloh SWT lan saget semangat sekolah kersane saget pinter lan sukses senajan mboten wonten bapake” (SR, 06-02-2014).
75
Dari hasil wawancara di atas terlihat sangat jelas bahwa faktor penghambat pendidikan moral dalam keluarga single parent adalah karena lemahnya ekonomi dan rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh orang tua terutama untuk pendidikan agama, sehingga bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya untuk dapat mengoreksi dan memberikan jalan keluar untuk keluarga yang memiliki problem seperti di atas. C. Antisipasi Single Parent Dalam Pergaulan Remaja Agar Tidak Terjerumus Pada Pergaulan Bebas Orang tua banyak melakukan hal yang baik terhadap anaknya terutama untuk masalah pendidikan agama dan pendidikan moral agar anak tidak melakukan penyimpangan, seperti orang tua sering mengawasi gerak-gerik tingkah laku anak, memberikan pendidikan keagamaan, menegur dan memberikan nasihat kepada anak jika anak melakukan kesalahan serta memberikan hukuman yang bersifat mendidik anak. Seperti yang di ungkapkan oleh salah satu responden yang berinisial YYI berikut ini: “Antisipasi yang saya lakukan agar anak saya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas adalah dengan membiasakan mengaji setiap hari dan menitipkan pada lembaga sekolah. Saya selalu mengawasi dan membimbing anak saya dalam bergaul dengan teman-temannya. Dan saya selalu menanamkan kejujuran kepada anak saya walaupun pahit rasanya. Saya memberikan kebebasan atau kelonggaran kepada anak saya untuk hal kebaikan. Kemudian saya selalu mengantar dan menjemputnya ketika anak saya sedang ada kegiatan di luar walaupun saya dalam keadaan sibuk saya berprinsip bahwa anak tetap nomer satu yang harus saya utamakan dengan meluangkan waktu untuk mengantar dan menjemput anak saya sehingga saya bisa mengawasinya” (YYI, 05-02-2014).
76
Baik ketika di dalam rumah maupun dilingkungan luar rumah orang tua juga memberikan pendidikan moral dengan cara yang berbeda-beda seperti responden senantiasa menampilkan sikap teladan kepada anaknya agar anak dapat meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Beberapa solusi yang diambil oleh para responden karena permasalahan di atas: a. Orang tua tidak lagi memberikan kebebasan terhadap anak, sehingga dalam bertingkah laku sehari-hari tidak menyimpang terhadap norma b. Anak lebih didorong untuk lebih memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan cara orang tua menitipkan anaknya ke majlis ta‟lim untuk belajar mengaji dan sholat. c. Orang tua lebih selektif dalam menuruti keinginan anak, sehingga anak dapat lebih memahami mana yang menjadi kebutuhan primer. d. Orang tua banyak mendampingi anak, memberi nasihat, teguran, bahkan hukuman yang bersifat mendidik apabila anak sedang melakukan penyimpangan. e. Melibatkan anak kedalam keluarga, sehingga peran anak ada dan anak tidak merasa diremehkan. (Suhartini, 2004) Selain dari ketiga pokok permasalahan di atas dalam penelitian ini peneliti juga menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan keluarga single parent yaitu penyebab menjadi keluarga single parent dan pendidikan moral remaja dalam keluarga single parent.
77
D. Sebab-sebab Menjadi Keluarga Single Parent Dari 6 responden penyebab mereka menjadi keluarga single parent adalah karena faktor kematian dan perceraian. Secara rinci faktor-faktor itu adalah: 1.
Perceraian
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tidak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya. Bercerai antara dua pasangan dan tidak berhasil setelah segala sarana perbaikan dan upaya mempertemukan kembali di antara kedua belah pihak, maka perceraian dalam keadaan seperti ini merupakan obat yang sangat pahit yang tidak ada obat yang lainnya. Talak disyari‟atkan oleh Islam, itulah yang sesuai dengan akal, hikmah dan kemaslahatan. Sebab perceraian di antaranya adalah ketidakharmonisan dalam rumah tangga, krisis moral dan akhlaq, perzinahan, pernikahan tanpa cinta, suami berakhlaq buruk dan mendzalimi istrinya, istri tidak taat lagi kepada suaminya dalam hal-hal yang baik, kondisi fisik istri yang sangat buruk, suami yang tidak penyabar, kondisi rumah tangga yang jauh dari suasana religius serta taat kepada Allah, adanya masalah-masalah dalam perkawinan.
(http://yellowsakura.wordpress.com/2012/11/12/11-sebab-perceraian/)
7)
78
2. Meninggal dunia Kematian salah satu orang tua secara tiba-tiba membuat anggota keluarga terguncang hebat. Musibah itu sering menimbulkan kesedihan dan rasa berdosa. Perasaan duka adalah hal yang wajar, orang tuanya lah yang meyakinkan anak dengan sikap empati sambil mengarahkan pikiran anak agar dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan. Untuk kasus meninggalnya salah satu orang tua, maka orang tua yang masih ada jangan terlalu cepat dalam memutuskan untuk mencari pasangan hidup, karena anak membutuhkan simpati yang tulus dari orang tua. E. Pendidikan Moral Remaja Dalam Keluarga Single Parent Pendidikan moral sangat tergantung pada peran orang tua dalam mendidik anaknya karena pada dasarnya anak tidak tahu mana yang baik dan buruk kecuali orang tua yang membentuk mereka menjadi anak yang bermoral. Peranan kedua orang tua dalam pendidikan sangatlah besar pengaruhnya, jika orang tua memberi teladan dalam kebaikan dan memperhatikan pendidikan anak maka anak akan berusaha mengiringi langkah anak dengan akhlaqul karimah. Pendidikan keluarga termasuk pendidikan informal yaitu proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis sejak seseorang lahir sampai mati. Keluarga atau masyarakat terkecil merupakan tempat pertama dan utama pendidikan yang dilakukan orang tua
79
terhadap anaknya. Karena sebelum anak menerima bimbingan dari sekolah, ia lebih dahulu memperoleh bimbingan dari keluarganya terutama orang tuanya. Pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi pembentuk watak kepribadian anak. dalam kehidupan kesehariannya, anak banyak berkumpul dengan keluarga dan segala tingkah laku orang tua akan ditirunya. Bila obyek peniruannya jelek, orang tua tidak memberikan kasih sayang yang memadai, tidak memberikan teladan yang baik, dan jauh dari nuansa agama maka jangan berharap kedua orang tua akan menuai buah hasil yang baik. Namun apabila orang tua memberikan teladan yang baik, saling menghormati, menyayangi, jalinan yang baik sesama anggota keluarganya, tidak bersifat masa bodoh, maka semua itu akan tercetak (terlukis) pada diri anak dan ia akan senantiasa mencontoh segala perbuatan yang terekam mulai pagi hari sore hari. Maka apabila para orang tua tunggal (single parent) menginginkan anak mereka mempunyai moralitas yang baik, didiklah anak dengan maksimal dan selalu memberikan kondisi yang mencerminkan kehidupan yang bermoral.
80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian bahwa pendidikan moral dalam keluarga single parent sebagai berikut: 1. Metode Pendidikan Moral Metode atau cara yang digunakan oleh responden dalam mendidik moral dalam keluarga mereka adalah menggunakan metode teladan, metode pembiasaan yang baik, metode nasihat, metode khiwar dan metode hukuman. 2. Faktor Penghambat Pendidikan Moral Remaja Dalam Keluarga Single Parent Sebagian besar faktor yang menghambat pendidikan moral dalam keluarga single parent adalah karena faktor pendidikan dan agama yang rendah, faktor ekonomi, faktor kesibukan, faktor kurangnya harmonis hubungan keluarga sehingga ada anak yang menjadi korban krisis moral akibat salah cara dalam mendidik anaknya. 3. Antisipasi Single Parent Dalam Pergaulan Remaja Agar Tidak Terjerumus Pada Pergaulan Bebas Antisipasi yang dilakukan oleh orang tua dalam pendidikan moral agar anak tidak terjerumus pada pergaulan bebas adalah dengan memberikan pembinaan keberagamaan setiap hari untuk mengaji
81
ditempat-tempat terdekat.
Selain itu orang tua juga tidak memberikan
kebebasan kepada anak terutama dalam hal pergaulan, teman bermain yang menilai juga orang tua apakah anak diperbolehkan untuk bermain dengan anak tersebut atau tidak setiap kali anak melakukan perbuatan menyimpang orang tua langsung menegur dan memberikan penjelasan kepada anak bahwa perbuatan yang dilakukan tidak baik. B. Saran Diharapkan studi tentang pendidikan moral dalam keluarga single parent di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap pada pendidikan moral. Untuk itu pengharapan peneliti sebagai berikut : Metode pendidikan moral dalam keluarga single parent a. Orang tua: dalam memberikan strategi atau metode pendidikan akhlak dalam keluarga hendaknya diimbangi dengan pelaksanaan dari orang tua, orang tua tidak hanya menyuruh akan tetapi juga harus senantiasa menampilkan keteladanan kepada anak. b.
Responden: harus senantiasa mencoba untuk membimbing dan mengarahkan anaknya, karena tujuan
orang tua memberikan
pendidikan moral dengan berbagai cara kepada keluarganya dengan alasan agar anak dapat menjadi lebih baik. c. Masyarakat: dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat sekitar hendaknya ikut membantu dalam memberikan pendidikan moral agar
82
terbentuk generasi yang bermoral maupun berakhlaq mulia dalam segala hal. Pelaksanaan pendidikan moral dalam keluarga sangat penting jadi diharapkan walaupun orang tua sibuk tetap memiliki waktu yang khusus untuk pendekatan diri secara emosional pada anak. Saran kepada peneliti lain yang hendak meneliti obyek yang sama yaitu, pendidikan moral dalam keluarga single parent supaya mengambil tema yang lain agar lebih inovatif sekaligus menambah khasanah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat. C. Penutup Alhamdulillahi rabbil „alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq, hidayah, serta inayahNya Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan rasa syukur. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi belum mencapai tahap kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, semoga dengan kritik dan saran yang pembaca berikan dapat membangun skripsi ini untuk mendekati tahap kesempurnaan. Penulis mengucapkan terima kasih atas sumbangsih dalam penyelesaian skripsi ini dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Jazaakumullahu Khairan Katsiir, Aamiin.
83
84
85