Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016 Warsuli*) Mona saparwati,S.Kp.,M.Kep**) purbowati,S.Gz.,M.Gizi**)BS PROGRAM STUDI D-VI KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO Email :
[email protected] *) mahasiswa D-IV Kebidanan **) Dosen pembimbing ABSTRAK Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan > 10 kali, terjadi terus menerus dan dapat menyebabkan dehidrasi. Mual dah muntah ini terjadi pada 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Rasa mual biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan ke-4 (empat), namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalami mual muntah hingga 9 bulan secara terus menerus. Desain penelitian ini menggunakan korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang bulan januari sampai desember 2015 sebanyak 916 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik total sampling. Alat yang digunakan untuk pengambilan data yaitu data sekunder tentang gravida dan hiperemesis. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji korelasi Chi Square dengan nilai 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil adalah multigravida sebanyak 726 responden (79,3%), primigravida sebanyak 158 responden (17,2%) dan grandemultigravida 32 responden (3,5%). Sebagian besar responden tidak mengalami hiperemesis sebanyak 820 responden (89,5%) dan yang mengalami hiperemesis sebanyak 96 responden (10,5%). Kesimpulannya, ada hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang denang nilai p < 0,005. Responden primigravida diharapkan mengetahui tentang hiperemesis dan cara menangani hiperemesis pada ibu hamil. Kata kunci : Primigravida, Hiperemesis Gravidarum Kepustakaan : 17 pustaka (2002 – 2012)
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016
PENDAHULUAN Latar Belakang Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari – hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Manuaba, 2008) Hiperemesis gravidarum bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi sehingga cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Mual dan muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim. Pada tingkat yang lebih berat hiperemesis dapat mengancam jiwa ibu dan janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Winkjosastro, 2005). Pada ibu hamil, terutama pada trimester I sering timbul gejala mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) merupakan gejala yang wajar. Biasanya terjadi pada pagi hari (Morning sickness), tetapi dapat pula timbul pada saat siang dan malam. Perasaan mual terjadi karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Gejala - gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah ini terjadi 60% – 80% primigravida dan 40% 60% multigravida. Satu dari seribu wanita hamil gejala-gejala ini menjadi lebih berat yang di sebut Hipermesis Gravidarum (Prawirohardjo, 2007).
Menurut Mitayani (2009) menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hiperemesis gravidarum meliputi faktor predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda, faktor organik seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi, perubahan metabolik akibat kehamilan dan resistensi ibu yang menurun, faktor psikologis, meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas, pekerjaan, stress, peningkatan hormon progesteron, estrogen dan HCG, alergi, infeksi dan diabetes melitus. Mual muntah biasanya terjadi pada pagi hari. Rasa mual biasanya mulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan ke empat, namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya sampai 9 bulan (Kusmiyati, 2010). Satu dari seribu wanita yang mengandung tersebut mengalami gejala lebih berat dari biasanya yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. Komplikasikomplikasi sebagai akibat langsung dari kehamilan yaitu hiperemesis gravidarum, pre eklampsia dan eklampsia, kelainan dalam lamanya kehamilan, kehamilan ektopik, penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin, perdarahan antepartum, dan kehamilan kembar (Winkjosastro, 2005). Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur. Hiperemesis gravidarum paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I namun biasa berlanjut sampai trimester ke II
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016
dengan penanganan yang baik hiperemesis dapat teratasi dengan sangat memuaskan. Akan tetapi, muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim. Pada tingkat yang lebih berat hiperemesis dapat mengancam jiwa ibu dan janin (Winkjosastro, 2005). Penanganan yang dapat dilakukan pada kondisi tersebut salah satunya dengan cara memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan rasa takut dan menghilangkan faktor psikis (Mochtar, 2008). Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir (Gross dalam Runiari, 2010). Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya, hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika mual dan muntah menghebat, maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara ketergantungan dan kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan akibat berhenti bekerja mengakibatkan timbulnya ketergantungan terhadap pasangan (Simpson, et. Al., 2001). Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Media yang
berkembang menjelaskan bahwa Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun 2015 didapatkan jumlah ibu hamil 916 ibu hamil. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu kehamilan merupakan keadaan fisiologis dan psikoemosional yang optimal, sehingga jika wanita mengalami mual dan muntah yang menghebat dianggap sebagai kegagalan perkembangan wanita (Runiari, 2010) Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Deskriptif analitik merupakan suatu metode penelitian yang mencari hubungan antar variabel (Saryono, 2011). Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional (Seksional Silang). Cross Sectional yaitu desain penelitian untuk mengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan sekali dan dalam waktu yang sama (Saryono, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah kejadian primigravida dan variabel dependennya adalah hiperemesis gravidarum Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 13 dan 15 februari 2016 di wilayah puskesmas
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016
pringapus kecamatan kabupaten semarang
pringapus
Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di wilayah puskesmas pringapus kecamatan pringapus kabupaten semarang yang tercatat di puskesmas pringapus selama periode Januari sampai Desember 2015 yaitu sebanyak 916 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah semua Ibu hamil yang terdapat di wilayah puskesmas pringapus kecamatan pringapus kabupaten semarang.
HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1.
Gravida
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gravida pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah
Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Gravida
Frekuensi Persentase (%) Primigravida 158 17,2 Multigravida 726 79,3 Grande 32 3,5 Multigravida Jumlah 916 100,0 Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dari 916 responden ibu hamil trimester I di wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, sebagian besar merupakan ibu hamil multigravida sejumlah 726 orang (79,3%). Ibu hamil primigravida sejumlah 158 orang (17,2%) dan grande multigravida sejumlah 32 orang (3,5%). 2.
Kejadian Hiperemesis Gravidarum
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Hiperemesis Frekuensi Persentase Gravidarum (%) Hiperemesis 96 10,5 Gravidarum Tidak 820 89,5 Hiperemesis Gravidarum Jumlah 916 100,0
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 916 responden ibu hamil trimester I di wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, sebagian besar tidak mengalami kejadian hiperemesis gravidarum, yaitu sejumlah 820 orang (89,5%), sedangkan yang mengalami kejadian hiperemesis gravidarum sejumlah 96 orang (10,5%).
B. Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Untuk mengetahui hubungan ini digunakan uji Chi Square dimana hasilnya disajikan berikut ini.
Tabel 4.3 Hubungan antara Primigravida dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Kejadian Hiperemesis Gravidarum Tidak Hiperemesis Hiperemesis Total Gravida Gravidarum Gravidarum f % f % f % Primigravida 49 31,0 109 69,0 158 100 Multigravida 45 6,2 681 93,8 726 100 Grande Multigravida 2 6,3 30 93,8 32 100 Total 96 10,5 820 89,7 916 100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa ibu hamil primigravida yang mengalami hiperemesis gravidarum sejumlah 49 orang (31,0%), ibu multigravida yang mengalami hiperemesis gravidarum sejumlah 45 orang (6,2%), sedangkan ibu hamil grande multigravida yang mengalami hiperemesis gravidarum sejumlah 2 orang (6,3%). Ini menunjukkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada ibu primigravida dibandingkan ibu multigravida atau ibu grande multigravida.
2
pvalue
85,796 0,000
Berdasarkan uji Chi Square diperoleh nilai 2 hitung = 85,796 dengan p-value 0,000. Oleh karena p-value 0,000 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan secara bermakna antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
PEMBAHASAN
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016
Primigravida di Wilayah Priangapus Kecamatan Kabupaten Semarang
Puskesmas Pringapus
Hasil penelitian didapatkan responden primigravida sebanyak 158 responden (17,2%). Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil (Ramali, 2003). Sekitar 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida mengalami mual dan muntah, namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan. Walaupun kebanyakan kasus ringan dan dengan seiring waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap, kondisi ini sering terjadi pada wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya (Mansjoer, 2000). Hasil penelitian didapatkan masih ada responden yang grandemultigravida 32 responden (3,5%). Ibu grandemultigravida mempunyai banyak pengalaman dalam kehamilan sehingga jarang mengalami hiperemesis. Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Mariantari tahun 2012 dengan judul hubungan dukungan suami, usia ibu, dan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum dimana hasilnya sebagian besar responden merupakan primigravida yaitu sebanyak 22 orang. Primigravida memiliki keaadaan psikologis yang lebih rentan dibandingkan mutigravida dan grandemultigravida (Mansoer, 2000). Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien,namun dapat menyebabkan efek samping janin seperti abortus. Gravida adalah jumlah kehamilan (lengkap atau tidak lengkap) yang dialami oleh seorang perempuan, gravida diikuti oleh angka romawi atau diawali dengan bahasa latin (Primi, multi) yang menunjukkan jumlah kehamilan. Multigravida adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil (Ramali, 2003).
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu hamil adalah multigravida sebanyak 726 responden (79,3%). Sebagian besar ibu adalah multigravida disebabkan kebanyakan sebuah keluarga ingin mempunyai anak lebih dari satu. Hasil penelitian juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Elfanny Sumai dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa responden terbanyak pada kelompok paritas yang mengalami Hiperemesis gravidarum yaitu primipara (57%) dan paling sedikit grandemultipara (14%). Kejadian hiperemesis gravidarum di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Hasil penelitian juga didapatkan responden hiperemesis sebanyak 96 responden (10,5%). Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Kejadian hiperemesis gravidarum lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat stres dan usia ibu saat mengalami kehamilan pertama, Pada ibu primigravida faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Nining, 2009).
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016
Ibu primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan khorionik gonadotropin. Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung (Wiknjosastro, 2002). Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielnefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah (Wiknjosastro, 2005). Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkambangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Wiknjosastro, 2005). Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil (Manuaba, 2008). Keluhan muntah kadangkadang begitu hebat di mana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan seharihari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya (Saifuddin, 2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami hiperemesis sebanyak 820 responden (89,5%). Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Yunia Mariantari dengan judul hubungan dukungan suami, usia ibu, dan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum didapatkan hasil bahwa mayoritas responden yang mengalami
emesis gravidarum saja dan tidak sampai hiperemesis yaitu sebanyak 27 orang. Emesis gravidarum selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan sistem endokrin yang terjadi saat kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar. Human Chorionic Gonadothropin (HCG) yang terjadi pada trimester pertama. Menurut Mandriwati (2008), perubahan ini juga terjadi akibat adanya peningkatan hormon progesteron dan esterogen yakni hormon kewanitaan yang ada di dalam tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan. Peningkatan kadar hormon kehamilan ini dapat mengiritasi lambung sehingga dapat menyebabkan mual. Terdapat beberapa kontroversi mengenai tipe pengobatan yang harus diberikan pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum. Terapi cairan dan elektrolit parenteral pengganti, pemberian vitamin B6, antiemetik dan tirah baring secara rutin digunakan. Hasil penelitian didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Elfanny Sumai dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara dimana didapatkan hasil responden yang mengalami kejadian hyperemesis gravidarum yang terbanyak berjumlah 68 responden (71%) dan tidak mengalami kejadian hiperemesis gravidarum 27 responden (29%). Hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu. Hal ini dapat dilihat pada responden primigravida sebagian besar mengalami
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016
hiperemesis sebanyak 49 responden (31,0%), responden multigravida yang mengalami hiperemesis sebanyak 45 responden (6,2 %) dan responden grandemultigravida mengalami hiperemesis sebanyak 2 responden (6,3%). Faktor predisposisi dan faktor lain yang menyebabkan hiperemsis adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini. Faktor –faktor predisposisi lain meliputi usia kurang dari 20 tahun, obesitas, gestasi multi janin dan penyakit trofoblastik (Wiknjosastro, 2005). Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien, namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir (Gross dalam Runiari, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Paawi (2005) didapatkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang signifikan terhadap memanjangnya hari rawat bagi bayi yang dilahirkan. Ada peningkatan angka kematian Intrauterin Growth Retardation (IUGR) pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat badan lebih dari 5%. Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya, hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika mual dan muntah menghebat, maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara ketergantungan dan kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan akibat berhenti bekerja mengakibatkan timbulnya ketergantungan terhadap pasangan (Simpson, et. Al., 2001).
Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Media yang berkembang menjelaskan bahwa kehamilan merupakan keadaan fisiologis dan psikoemosional yang optimal, sehingga jika wanita mengalami mual dan muntah yang menghebat dianggap sebagai kegagalan perkembangan wanita (Runiari, 2010). Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Yunia Mariantari dengan judul hubungan dukungan suami, usia ibu, dan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum didapatkan hasil ada hubungan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum dengan p value 0,028. Hasil analisis lanjut menyatakan bahwa ibu multigravida mempunyai peluang 6,33 kali untuk tidak mengalami emesis gravidarum dibandingkan ibu primigravida (OR = 6,33). Mual muntah pada primigravida dipengaruhi oleh kadar hormon kehamilan. Ketika seorang wanita hamil anak pertama, maka kadar hormonal akan mengalami peningkatan lebih dibandingkan pada wanita multigravida. Pada wanita multigravida sudah mampu beradaptasi dengan hormon kehamilan tersebut karena sudah mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan. Sehingga mual muntah yang dialami primigravida biasanya lebih tinggi dibandingkan multigravida (2012) Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Elfanny Sumai dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara dimana hasil analisis uji statistik Chi-square diperoleh nilai p = 0,049 < α = 0,05 dan X2 hitung>X2 tabel artinya ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum (2010).
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016
PENUTUP Kesimpulan 1. Sebagian besar ibu hamil adalah multigravida sebanyak 728 responden (79,3%), primigravida sebanyak 158 responden (17,2%) dan grandemultigravida 32 responden (3,5%). 2. Sebagian besar responden tidak mengalami hiperemesis sebanyak 820 responden (89,5%) dan hiperemesis sebanyak 96 responden (10,5%). 3. Ada hubungan antara primigravida dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Priangapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dengan nilai p 0,001 < =0,05
Saran 1. Bagi Responden Responden yang primigravida diharapkan mengetahui tentang hiperemesis dan cara menangani hiperemesis pada ibu hamil. 2. Bagi Puskesmas Puskesmas diharapkan mengaktifkan kelas ibu hamil dalam membantu ibu mempersiapkan kehamilan yang sehat dan tidak mengalami hiperemesis gravidarum. 3. Bagi Bidan Bidan diharapkan memberikan konseling kepada ibu hamil secara rutin dan mengobservasi ibu hamil diwilayahnya agar emesis tidak sampai menjadi hiperemesis gravidarum. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor lain yang berhubungan
dengan kejadian hiperemesis seperti umur dan ekonomi
DAFTAR PUSTAKA Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bobak, L. (2005). Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC Hidayat. (2009). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Kemenkes. (2013). Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Mochtar. R. (2008). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jakarta : EGC Mansjoer, dkk., (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica. Aesculpalus, FKUI, Jakarta. Nining. (2009). Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin. Yogyakarta : Fitra Maya Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Sugiyono. (2011). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alphabeta. Prawirohardjo. (2007). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Ramali, A. (2003). Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan Sastrawinata, S., (2004). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, ed.2. Jakarta: EGC
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016
Saifuddin, A.B. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 2005 Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 200
Hubungan Primigravida Terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2016