I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat
terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat pada tahun 1870. Beberapa negara Eropa telah mengkonsumsi telur dan dagingnya karena puyuh bersifat dwiguna. Puyuh biasa dikenal sebagai unggas penghasil telur, oleh karenanya berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan performa puyuh sebagai unggas petelur. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas telur puyuh yaitu melalui persilangan. Persilangan adalah salah satu cara untuk memperbanyak keragaman genetik, atau untuk menyatukan berbagai karakter yang diinginkan dari tetuanya sehingga akan diperoleh populasi baru untuk bahan seleksi dalam program penggabungan varietas unggul baru. Upaya ini dapat dilakukan dengan menyilangkan puyuh warna bulu coklat dan hitam. Warna bulu adalah sifat kualitatif yang diatur oleh satu atau beberapa pasang gen atau rangkaian alel ganda. Persilangan dilakukan untuk memperoleh anak puyuh yang berkualitas dan lebih baik dari tetuanya. Puyuh memiliki tiga macam warna bulu yaitu, bulu hitam, bulu coklat dan bulu putih. Perbedaan warna ini mempengaruhi produktifitas puyuh tersebut. Puyuh berwarna bulu hitam memiliki produktifitas 88,13% pada produksi bulan kelima, sedangkan warna bulu coklat 75,74% dan bulu warna putih 69,55%. Puyuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh warna bulu coklat dan
hitam, ini karena produktifitas telur dari puyuh tersebut baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Kurva pertumbuhan puyuh jantan dan betina sangat berbeda. Pertumbuhan puyuh dapat diamati dengan mengukur bobot badan, konsumsi pakan, dan konversi pakannya dimulai dari umur 1 hari (Day Old Quail) hingga 49 hari (dewasa tubuh). Mengacu pada hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti performa dan kurva pertumbuhan puyuh betina hasil persilangan puyuh warna bulu coklat dan hitam.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut dapat ditarik permasalahan
sebagai berikut : 1. Berapa konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan puyuh petelur betina persilangan warna bulu coklat dan hitam umur 0-7 minggu. 2. Bagaimana kurva pertumbuhan puyuh petelur betina persilangan warna bulu coklat dan hitam umur 0-7 minggu. 1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Mengetahui berapa konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan puyuh petelur betina persilangan warna bulu coklat dan hitam umur 0-7 minggu. 2. Mengetahui kurva pertumbuhan puyuh petelur betina persilangan warna bulu coklat dan hitam umur 0-7 minggu.
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi insan
akademis dan khalayak tentang performa pertumbuhan puyuh petelur betina silangan warna bulu coklat dan hitam. Penelitian ini juga diharapkan mampu mendukung penelitian selanjutnya tentang puyuh petelur silangan warna bulu coklat dan hitam. 1.5
Kerangka Pemikiran Anak puyuh yang baru menetas (DOQ) mempunyai berat 5-8 gram. Anak
puyuh tersebut memperlihatkan pertumbuhan cepat, laju pertumbuhan dari 8-9 gram pada umur sehari hingga menjadi 200-300 gram pada umur 40 hari. Konsumsi ransumnya kurang lebih 500 gram per ekor per 40 hari dengan FCR (Feed convertion ratio) sekitar 2,3. DOQ tumbuh begitu cepat, sehingga pada umur enam minggu puyuh tersebut mencapai 90-95% bobot tubuh dewasa tubuh (Randall, 1985). Sexing pada puyuh umumnya dilakukan pada umur 3 minggu, karena pada umur tersebut sangat mudah untuk membedakan puyuh jantan danpuyuh betina hanya dengan melihat warna bulu (down/feather colour). Warna puyuh betina lebih terang di bandingkan dengan puyuh jantan, adapun cara lain yang dapat dilakukan untuk identifikasi jenis kelamin pada puyuh yaitu dengan melihat ukuran tubuh. Ukuran tubuh puyuh betina lebih besar dari puyuh jantan, hal ini karena laju pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi dari sel yang mengalami proses pertambahan jumlah sel (hyperplacia) dan kemudian proses pembesaran ukuran sel (hypertrophy). Perubahan fisik dari ternak merupakan salah satu cara untuk melihat dan mengamati terjadinya pertumbuhan pada ternak.
Pertumbuhan puyuh jantan lebih cepat dibandingkan dengan burung puyuh betina dilihat dari bobot badannya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh hormon yang bekerja. Puyuh jantan memiliki hormon testosteron yang bekerja pada penambahan masa otot sedangkan puyuh betina memiliki hormon estrogen yang membuat deposit lemak lebih banyak pada jaringan adiposa. Cepat lambatnya proses pertumbuhan dipengaruhi oleh 2 faktor.
Faktor
tersebut yaitu faktor lingkungan (iklim, kesehatan, pakan, manajemen) dan faktor genetik. Laju pertumbuhan dapat diketahui dengan mengukur kenaikan bobot badan ternak dengan menimbang ternak pada setiap hari, minggu, bulan atau waktu waktu tertentu. Umur dewasa kelamin pada puyuh betina ditandai dengan pertama kali bertelur, sedangkan untuk jantan ditandai dengan mulainya berkokok dengan suara khas. Puyuh pertama kali bertelur berumur antara 35 - 72 hari dengan rataan umur 41 hari (Rachmat, 2007). Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi ternak dalam 1 hari atau selisih antara jumlah makanan yang diberikan dengan jumlah makanan sisa selama 24 jam. Konsumsi ransum merupakan indikator yang penting dari nilai suatu bahan pakan dan berhubungan dengan pemenuhan untuk hidup pokok maupun untuk produksi. Perkiraan terbaik untuk mengetahui mutu suatu ransum yaitu dengan melihat efisiensi penggunaan ransum. Konversi pakan (FCR) merupakan hubungan antara jumlah ransum yang dibutuhkan oleh ternak untuk menghasilkan satu satuan bobot
badan atau produksi telur. Semakin rendah angka konversi ransumnya maka kualitas ransum semakin baik (Listyowati, 2000). Pertumbuhan puyuh dapat diukur dengan menimbang berat badan. Kecepatan pertumbuhan puyuh jantan dan betina dari umur 1 hari sampai 5 minggu tidak berbeda. Pertumbuhan dari 5 – 6 minggu menunjukkan perbedaan yang nyata pada puyuh jantan dan betina. Rataan berat badan puyuh betina relatif lebih besar dari jantan dan dapat dilihat secara nyata pada umur 6 minggu (Woodard, dkk., 1973). Persilangan puyuh bulu coklat dan bulu hitam diperkirakan dapat menghasilkan final stock dengan performa dan kurva pertumbuhan puyuh betina persilangan yang lebih baik karena puyuh coklat dan hitam memiliki produktifitas yang baik. 1.6
Waktu dan Lokasi Percobaan Penelitian ini dilakukan mulai Maret sampai Mei 2016. Penelitian ini
dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Universitas Padjadjaran.