Bersains, Vol. 1, No. 2 (Feb 2015)
Catatan Kecil tentang Burung Nirwan Ahmad Arsuka Jepang yang paling menonjol di dunia saat ini,
The essence of Mathematics resides in its freedom.
Haruki Murakami.
— George Cantor
Di paruh pertama novel IQ84 yang
Hubungan agaknya
peluncurannya disambut gegap gempita di Eropa dan Amerika itu, Murakami menulis
antara matematika dan puisi
memang
lebih
erat
begini tentang matematika dan sastra:
dibanding
Where mathematics was a magnificent
hubungan antara manusia dengan benak di
imaginary building, the world of story as
tengkoraknya. Namun, para penyair ternama
represented by Dickens was like a deep,
yang sudah wafat seperti John Keats ketika menulis Lamia,
magical forest for Tengo. When mathematics
atau Edgar Allan Poe saat
stretched
menggarap Sonnet — To Science sebelum
maps, no numbered doorways.... Tengo began
hubungan erat itu. Begitu juga mereka yang
deliberately to put some distance between
masih hidup dan mengira matematika dan puisi
himself and the world of mathematics, and
sebagai dua hal yang tumbuh di kutub yang
instead the forest of story began to exert a
bertentangan, dan karena itu saling meniadakan.
stronger pull on his heart... Someday he might
Pandangan yang sedikit lebih baik, meski tetap mengatakan
the
into the earth. In the forest there were no
astronomer, tampaknya belum mampu melihat
akan
toward
in silence, its dark, sturdy roots stretching deep
ketika mengarang When I heard the learn’d
juga,
upward
heavens, the forest spread out beneath his gaze
merampungkan Eureka, atau Walt Withman
dangkal
infinitely
be able to decipher the spell. That possibility
bahwa
would gently warm his heart from within.
matematika dan puisi, atau sastra, memang tak bermusuhan, tapi dua hal itu betapa pun tak
Di paragraf sebelumnya di bagian yang
setara, dan sastra sungguh lebih unggul, lebih
sama, Tengo, si tokoh utama pria, memang
menakjubkan, dari matematika. Pandangan
sudah menegaskan:
kedua ini terasa juga dalam karya tebal novelis 11
Math is like water. It has a lot of
tenang, dan tak lagi menyisakan sejumlah soal
difficult theories, of course, but its basic logic is
gelap yang tak terpecahkan.
very simple. Just as water flows from high to
Tapi
low over the shortest possible distance, figures
bermain
dengan
matematika,
dalam pengalaman, bukanlah sekedar seperti
can only flow in one direction. You just have to
bermain di air tenang, yang menentramkan dan
keep your eye on them for the route to reveal
membilas rasa bosan. Efek bermain dengan
itself. That’s all it takes. You don’t have to do
bilangan dan simbol matematis jauh lebih
a thing. Just concentrate your attention and
memabukkan
keep your eyes open, and the figures make
dari
itu.
Bermain
dalam
matematika lebih mirip dengan menari hingga
everything clear to you. In this whole, wide
kesurupan, dalam dunia yang transparan, atau
world, the only thing that treats me so kindly is
lebih tepat lagi, dalam semesta di mana matra
math.
ruang dan waktu menguap. Sebuah soal Mereka
yang
cukup
kenal
dunia
matematika yang diketahui dan dirumuskan
matematika, mungkin akan sedikit mengerutkan
jelas, akan membuat kita juga mengetahui
dahi membaca pengakuan Tengo itu. Kendati
penyelesaiannya bahkan sebelum penyelesaian
pernyataan Tengo tentang matematika yang
itu
mirip air itu ada benarnya, namun matematika
penyelesaian itu hanya satu, tidak bisa yang lain.
jauh lebih membuai, lebih beraneka sekaligus
Sebaliknya, jika kita tahu sebuah penyelesaian,
menggoncang dari yang dipahami Tengo.
kita bisa menerka secara tepat, asal-usulnya,
dimunculkan
dalam
waktu.
Dan
Jika ikhwal yang dibicarakan adalah
bahkan ketika asal-usulnya sudah dihilangkan
khazanah berhitung klasik, kita memang bisa
dalam waktu. Matematika yang mengatasi ruang
setuju dengan kalimat lugu Tengo di atas. Atau
dan waktu itu, membebaskan diri juga dari
kalimat yang ini: What do I like about math?
latarbelakang kecerdasan yang menggarapnya.
When I've got figures in front of me, it relaxes me.
Universalitas
matematika
yang
bisa
Kind of like, everything fits where it belongs. Di
membuat kita bisa secara kognitif bolak balik
wilayah yang menampung khazanah matematika
dalam arus waktu, bebas melitas ke mana pun
yang tumbuh sejak dari zaman Mesir dan
dalam ruang, dan merasa cukup pegangan
Mesopotamia Kuno hingga Arab abad ke 14 itu,
untuk
matematika memang mungkin agak mirip telaga
kecerdasan yang kurang lebih setara, tentu saja
bening di senja hari ketika musim tanam sudah
punya pengaruh hebat. Kita menjadi pusat yang
usai dan bilah-bilah daun padi dan gandum
memainkan dan mengendalikan segala per-
mulai tumbuh menjurai. Persamaan matematika
samaan sesuka hati kita, dan itu memberi sensasi
mungkin mirip air dalam bejana berhubungan
yang luar biasa. Di puncak ekstase matematis
di kelas atau jaringan pancuran kecil di kuil di
yang bisa berlangsung berbulan-bulan itu, Bumi
mana gerakan benda yang sejuk tembus
memang bisa terasa menyusut, gravitasi menipis,
pandang itu bisa dengan mudah diikuti dengan
dan kita melangkah dengan kaki yang enteng 12
bercakap
dengan
berbagai
bentuk
seperti di permukaan Bulan. Dengan senyum
pulang membawa pengalaman dan pandangan
tipis di bibir dan pendar cerah di mata, kita
dunia yang lahir 100 tahun lebih awal. Dan itu
melangkah ringan di sebuah semesta di mana
bisa berarti mereka sekaligus menyisipkan ke
ruang menyublim dan segenap masa silam dan
dunia sebuah bencana yang datang 100 tahun
masa depannya seakan berada dalam geng-
lebih awal.
gaman. Tak aneh bila matematikawan sekaligus
Itulah yang mulai terjadi di sekitar
ilmuwan terbesar Yunani Klasik, Archimedes
rekahnya fajar abad ke-19, ketika sejumlah
Syracuse, sampai bisa berkata: beri aku tempat
matematikawan
bertumpu, dan akan aku pindahkan dunia ini.
mulai
membangun
ulang
matematika di atas dasar yang jauh lebih kokoh
Di sini matematika memang mirip puisi
dari sekedar akal sehat – di atas landasan logika
yang membubung seperti burung halilintar:
yang benar-benar ketat dan tangguh. Tanpa
mereka terbang meledakkan cahaya sembari
sejilid manifesto yang menggetarkan, mereka
meremehkan batas-batas. Jika puisi meretas ─
melancarkan
dan dengan itu memperluas ─ cakrawala bahasa,
matematika dari kalkulasi untuk melayani
matematika mengatasi matra ruang dan waktu,
langsung
dan dengan itu merangkum semesta raya.
terutama kebutuhan perang dan konstruksi, dan
Semesta fisik selalu mengandaikan ruang dan
bekerja membangun matematika yang meng-
waktu, sementara semesta matematis tidak
hanyutkan diri dalam kebebasan penciptaan
selalu. Ada tak terhingga Bilangan Prima yang
struktur-struktur baru, bahasa baru, pandangan
begitu besar yang jumlahnya melampaui seluruh
semesta baru. Matematika yang tak peduli pada
partikel di alam semesta fisik, dan untuk
dunia dan tak berharap punya rujukan di
menuliskan angka desimalnya diperlukan waktu
kenyataan fisik itu hanya tertarik untuk
yang jauh lebih panjang dari usia alam semesta.
menjawab tantangan dan kebutuhan formal
Dalam permainan yang meremehkan batas-batas
yang muncul dari diri matematika itu sendiri.
itu, para genius matematika memang bisa
gerakan
kebutuhan
yang sains
membebaskan dan
teknologi,
Sebelum masuknya abad ke 19, para
tampak gila. Jika mereka yang cerdas dan
matematikawan boleh dikata mengandalkan
berbakat, meminjam Arthur Schopenhauer,
akal sehat dan intuisi mereka yang terlatih, dan
hanya sanggup mengejar buruan yang orang lain
memvisualkan
tak sanggup tangkap, para genius akan mengejar
pemikiran
mereka
dalam
perangkat mekanik dan geometri yang realistis.
buruan yang orang lain sama sekali belum
Geometri yang selama ribuan tahun ber-
pernah lihat. Dan sering kali, para genius ini
kembang hanya di bidang datar, mulai di-
memburu sasaran yang bahkan mereka sendiri
terapkan di bidang lengkung, dengan dimensi
belum pernah lihat sebelumnya, yang me-
yang lebih banyak dari sekedar 4 dimensi yang
rongrong mereka untuk tersesat semakin jauh ke
kita kenal. Aljabar juga melambung tumbuh.
masa depan. Dan ketika mereka mendarat
Aljabar klasik menjadi hanya satu kelompok di
kembali ke kehidupan jamannya, mereka seperti
antara berbagai aljabar tingkat tinggi, di mana 13
satu
paragraf
komposisi
simbol
aljabar
of Love and Math, sang matematikawan
tradisional diganti dengan satu karakter yang
berupaya menyembunyikan rumus rahasianya
kemudian dimainkan mengikuti hukum aljabar
dari mata dunia yang ingin memanfaatkannya
yang ganjil dan non komutatif, di mana a X b
dengan menorehkan rumus itu dalam wujud
tidak dengan sendirinya sama dengan b X a.
tattoo di tubuh kekasihnya.)
Matematika yang suntuk memburu
Tak semua matematikawan di paruh
kemungkinan-kemungkinan yang menantang
kedua abad 19 dan paruh pertama abad 20,
itu memang menjadi kian abstrak dan menjauh
dapat
dari pengalaman sehari-hari, serta tak jelas
penjelajahan matematika itu. Ada yang bahkan
gunanya apa. Bukannya cemas dengan gejala ini,
beranggapan bahwa gerakan itu berbahaya, dan
sejumlah
Godfrey
korban terbesarnya adalah khazanah matematika
Harold Hardy misalnya, malah memujanya
itu sendiri yang sudah dibangun manusia selama
sebagai sebuah keutamaan. Mereka ini ber-
4000 tahun. Segala hal yang tadinya sudah
pendapat bahwa semulia-mulianya matematika
tampak duduk anteng di tempatnya masing-
adalah yang paling tidak bermanfaat langsung
masing, mendadak terbongkar berhamburan.
buat umat manusia. Makin tak berguna sebuah
Langit kepatsian
matematika,
berabad-abad
matematikawan,
makin
luhur
seperti
pula
nilainya.
segera
menerima
pengetatan
(certainties)
membimbing
dan
yang selama para
pemikir
Matematika yang berguna adalah matematika
cemerlang,
yang ternoda. Matematika yang cantik dan tak
Samudera ketidakpastian (uncertainties) yang
berguna tentu saja jauh lebih bernilai dari
selama itu telah dijinakkan, dibendung dan
matematika yang sudah berguna buruk rupa
didesak
pula.
dan
matematis, justeru tampak terbang naik dan
keindahan formal dihormati, maka betapapun
menyapu seluruh cakrawala. Semakin jauh dan
tingginya matematika terbang melampui batas-
semakin bebas para penjelajah matematika itu
batas, hanya soal waktu saja burung halilintar
bertualang, semakin terasa bahwa tembok ruang
itu akan beralih rupa menjadi bangau yang
dan waktu yang tadinya sudah tembus pandang,
merendah menyambut gravitasi dan akhirnya
kini kembali jadi tembok yang kian lama kian
hinggap di bentangan sawah kebergunaan. Di
kelam, dan matematika pun seperti terkepung
sisi lain, ketaksukaan pada kebergunaan praktis
oleh kegelapan. Yang tampak terlihat jelas
itu bisa membuat matematikawan makin
hanyalah taburan berbagai problem matematika
bersemangat untuk menghasilkan matematika
yang menolak untuk dipecahkan dan terus
yang sedapat mungkin tak berguna, tak peduli
merongrong
jika matematika liar seperti itu belum dapat
matikawan.
Tapi,
selama
keketatan
logis
ditakar nilai ilmiahnya; bahkan untuk di anggap
telah
mundur
rontok
dari
dari
benua
ketenteraman
tempatnya.
kebenaran
para
mate-
Dalam situasi penjelajahan di tepi
salah pun tidak, not even wrong. (Di film pendek
cakrawala di mana sebagian matematikawan pun
besutan Edward Frenkel dan Reine Graves, Rites
hanya bisa meraba dalam gelap inilah muncul 14
sejumlah orang yang bisa melihat sekian hal
Matematika, memang tak sebersahaja
yang sebagian besar ummat manusia tak
yang dituliskan Murakami, atau dihayati Tengo.
sanggup cerap ― orang-orang yang kerjanya
Tentang matematika, Tengo hanya sepertiga
dianggap
pengundang
benar. Bilangan Prima yang tampak jinak dan
bencana. Di garis terdepan matematika, suasana
bersahaja itu, yakni bilangan asli yang lebih
memang tidaklah sedamai telaga yang dipayungi
besar dari angka 1 yang faktor pembaginya
senja yang turun, dan segala hal duduk nyaman
adalah 1 dan bilangan itu sendiri, sampai hari
di tempatnya masing-masing, seperti dihayati
ini belum seluruhnya diketahui seluruh watak
Tengo. Di garis terdepan, sebagaimana di
dan anggotanya, dan tetap menyimpan sejumlah
medan
rahasia
sebagai
perang,
kekhusukan
badai
berkecamuk,
meski
yang
oleh
matematikawan
seperti
mungkin tanpa pertumpahan darah. Di ranah
Marcus du Sautoy disebut sebagai “Misteri
yang gerbangnya disibak oleh George Cantor,
Terbesar Matematika.” Tapi memang, Tengo
David Hilbert, Bernhard Riemann, Kurt Gödel,
disebut sebagai guru matematika untuk siswa
Alan Turing, dan sejumlah matematikawan
sekolah menengah saja. Dan citra matematika
raksasa di berbagai penjuru dunia itu, berkobar
itu sendiri dipinjam oleh Murakami menjadi
topan yang telah memakan sejumlah korban.
perangkat literer untuk menciptakan realitas bayangan: sebuah gelanggang bagi mengalirnya
George Cantor, si penggagas teori
cerita yang dianggap bisa menampung dua
himpunan adalah salah satu korban itu sendiri. Upayanya
menggarap
dan
bulan di langit Tokyo. Ringkasnya, Murakami
menundukkan
memanfaatkan semangat matematika, yang
ketakterhinggaan yang kemudian melahirkan bilangan
transfinite
(lewat
hingga)
selalu bergerak untuk membuat mungkin hal-
itu
hal yang mustahil, to make possible the impossible.
membangkitkan kemarahan dan permusuhan dari sejumlah matematikawan. Henri Poincare,
Puisi tentu saja juga sanggup menerangi
matematikawan Perancis terbesar di era itu yang
dan menghadirkan yang mustahil, dan itu ia
dijuluki sebagai Sang Universalis Terakhir
lakukan antara lain dengan melepas bebaskan
karena penguasaannya atas semua cabang
penggunaan bahasa agar bahasa bisa menyadari
matematika yang dikenal jaman itu, sempat
sekaligus melampaui batas-batasnya. Mate-
menyebut
wabah
matika menerangi dan menghadirkan yang
mengerikan yang merusak disiplin matematika.
mustahil dengan cara yang sekilas tampak
Sementara Leopold Kronecker, matematikawan
sebaliknya: mengetatkan penggunaan bahasa
Jerman yang mengabdikan hidupnya untuk
dan membuatnya murni representasi operasi
aljabar dan teori bilangan, selama beberapa
logis, dan bukan representasi dunia fisik.
waktu menyebut Cantor yang pernah menjadi
Meskipun perlakuan mereka pada bahasa
muridnya itu sebagai dukun palsu yang merusak
tampak berbeda bahkan bertolak belakang,
kaum muda.
namun matematika dan puisi modern sama-
upaya
Cantor
sebagai
sama tumbuh dengan menegakkan otonomi 15
“teks”.
Penghormatan
itu
Relativitas yang mengubah fisika partikel,
membuat upaya menakar nilai sebuah struktur
astronomi dan kosmologi di Abad ke-20. Teori
matematika dengan memeriksa korespondensi-
yang dibuat oleh Albert Einstein itu berutang
nya dengan kenyataan, menjadi upaya yang
sangat banyak pada geometri bidang lengkung
salah
yang dibangun oleh Carl Friedrich Gauss dan
tempat.
terhadap
Meskipun
upaya
teks
ini
bisa
dimaklumi untuk kepentingan sains, namun
Bernhard
jelas tak relevan bagi kebutuhan matematika.
ngembangannya sama sekali tak menjanjikan
Betapapun, matematika modern memang tak
manfaat praktis. Geometri ini hanya menjelajahi
bermaksud membangun korespondensi dengan
secara logis dan koheren sebuah kemungkinan
kenyataan: matematika cuma bergulat untuk
yang sangat menantang tapi yang selama ribuan
menjawab kebutuhan naratifnya sendiri.
tahun tak terpikirkan karena sama sekali tidak
Riemann,
yang
di
awal
pe-
dibutuhkan.
Seratus tahun lebih telah berlalu sejak dimulainya penjelajahan besar dan pengetatan
Di sisi kontemplatif, dua pengembangan
matematika yang dikenal sebagai formalisasi
matematika yang paling istimewa adalah teori
matematika itu. Hasilnya yang terlihat selama
himpunan dan logika simbolik. Jika teori
sekian dekade terakhir adalah matematika
himpunan menghasilkan antara lain aritmetika
modern yang, seperti ditulis oleh David
jenis baru untuk menggarap ketakterhinggaan,
Bergamini, berkembang ke dua arah. Arah yang
logika simbolik adalah upaya untuk menyuling
pertama adalah bersifat ke luar, dihiasi dengan
segenap bentuk penalaran manusia menjadi
beraneka
–
notasi matematis. Keduanya dipertautkan oleh
untuk menjelaskan dan me-
teori grup yang memainkan peran pemersatu
mecahkan masalah. Arah yang lain bersifat ke
yang menyingkap banyak kemiripan yang tak
dalam berupa perenungan dan pencarian sukma
terduga di antara berbagai ranah matematika.
– hakekat dan tujuan dari abstraksi matematis
Dirintis oleh Evariste Galois dan dikembangkan
yang paling puncak.
oleh sejumlah matematikawan seperti Robert
keberhasilan
kemampuan
dan
penaklukan
Langlands dan Edward Frenkel, teori ini
Di antara kegemilangan penaklukannya,
memperlihatkan kemungkinan untuk tumbuh
matematika modern dapat menyebut dua ranah
menjadi teori besar pemersatu seluruh cabang
yang paling hebat yakni teori permainan (game
matematika, bahkan pemersatu matematika dan
theory) dan topologi. Jika teori permainan
fisika.
menggarap analisa strategi, baik itu strategi perang
maupun
strategi
bisnis,
topologi
Keterpaduan agung matematika dan
menggarap sifat dan gejala berbagai bentuk
fisika ini disimpulkan juga oleh Max Tegmark.
geometris yang tak berubah ketika bentuk-
Matematikawan dan kosmologis ini bahkan
bentuk itu dipiuh, direntang atau dibalik dari
sudah menegaskan dalam Mathematical Universe
luar ke dalam. Dari semua kebergunaan praktis
Hypothesis (MUH) bahwa semesta raya seisinya
matematika, yang paling hebat tentu saja adalah
ini pada dasarnya adalah struktur matematika, 16
dan bahwa apa pun yang bisa dikonstruksikan
para
secara matematis pasti bisa dikonstruksikan
kelopak mata kirinya untuk memberi isyarat
secara fisik. Hipotesis semesta matematis itu
“salah” dan “benar” terhadap setiap konjektur
tentu saja membentangkan sejumlah tantangan
yang diajukan. Ada pun semesta raya kita
yang mungkin tidak ringan namun menarik
membiarkan kisahnya tersusun lewat jawaban
untuk
ter-
tidak langsung berupa fakta-fakta emipris yang
kekuatannya.
isinya adalah isyarat tanggapan yang berarti
mengerjakan
hadapnya
dan
kritik
naratologi
membuktikan
transcriber-nya
Kritik semacam ini tentu saja mengandaikan,
“mungkin”
sekaligus
konjektur manusia.
menegaskan,
bahwa
khazanah
matematika pada dasarnya adalah lumbung kata
belum
pernah
ada
murah hati menggelar kisahnya. Jagatraya yang mahamegah ini, bahkan mungkin lebih buruk
yang langsung bisa digunakan oleh dunia. matematis,
perangainya dari seorang yang dihantam stroke
dengan
dan menderita locked-in syndrome. Dalam kasus
segala keketatan logisnya, memang adalah
Jean-Do, sekalipun ia menderita kelumpuhan
sejenis kalimat yang dapat berkembang menjadi
total dari ujung kepala hingga ujung kaki, ia
sepenggal ceritera, dengan segala jalinan plot
masih punya semangat untuk berkomunikasi,
dan subplotnya, dengan berbagai tikungan
bahkan semangat untuk diketahui. Meski tak
tajam dan kemungkinan penyelesaiannya. Kalimat
dan
ceritera
inilah
semua
bukanlah sumber cerita yang bersemangat dan
dalam
kenyataan, sekaligus konstruksi paling praktis Pembuktian-pembuktian
terhadap
kedipan
raya adalah bahwa yang terakhir ini memang
menghasilkan konstruksi logis yang paling yang
“salah”
lewat
Perbedaan antara Jean-Do dan semesta
dan tata bahasa sekaligus. Khazanah ini tumbuh abstrak
dan
hanya
pernah berdusta, tapi semesta raya yang maha yang
luas ini tak punya gairah untuk berbicara secara
digunakan oleh para ilmuwan alam untuk
khusus dan penuh semangat pada manusia. Jika
berdialog dengan kenyataan alam. Khazanah
Jean Do sangat peduli dan karena itu berusaha
Ilmu-ilmu alam kita, khususnya fisika, pada
cukup kerasa agar para transcriber-nya bisa
dasarnya adalah buku besar autobiografi dari
memahami apa yang ingin ia sampaikan, jagat
jagat raya seisinya. Ia adalah riwayat hidup
raya sama sekali tidak peduli dan tentu saja tak
semesta kenyataan fisik yang disusun sedekat
berusaha
mungkin dengan fakta yang dihamparkan oleh
Manusialah yang harus sangat gigih bekerja
kenyataan itu sendiri. Para ilmuwan meyalin
memahami
ceritera semesta itu dalam sebuah proses yang
semesta, mencari tahu serpihan dan menyusun
agak mirip dengan apa yang terlihat di film “The
cerita semesta. (Di antara ilmuwan yang sangat
Diving Bell and The Butterfly” (2007) yang
bersemangat menduga hakekat semesta yang
diangkat dari memoir Jean-Dominique Bauby.
ketakpeduliannya lebih jauh lebih pekat dari
Di film itu, Jean-Do yang terkena lock-in
penderita locked-in syndrome itu adalah Stephen
syndrome, menyampaikan langsung kisahnya ke 17
meringankan fakta-fakta
kesulitan yang
manusia.
dihamparkan
Hawking yang juga lumpuh menderita digilias
memahami watak naratif jagat raya itu. Cerita
oleh amyotropic lateral sclerosis.)
raksasa alam semesta itu sendiri sudah merangsang dan mencengangkan, dan terus-
Dalam upayanya mengorek informasi
menerus menghapus kehadiran sosok pengarang
dan menyalin cerita semesta, para ilmuwan
mahahebat yang sanggup merencanakan segala
membangun dugaan yang makin bermutu
hal sampai ke rincian yang paling halus. Kisah
dalam bentuk konstruksi matematika yang kian
besar ini tampaknya mungkin tumbuh dari
jauh melampaui intuisi manusia, dan instrumen
ketiadaan, lalu membentuk diri melalui waktu
penguji yang makin lama makin peka jauh
yang terbentang begitu lama, lewat peristiwa
melampaui kepekaan indra manusia. Para
acak dan penggandaan yang jumlahnya nyaris
ilmuwan yang aktif mengejar cerita semesta itu memang
sangat
terbantu
menyusun
tak terhingga. Lewat peristiwa benama peluang,
dan
replikasi, dan seleksi ini, jadilah cerita yang
mengajukan dugaan dengan meminjam kalimat
bukan
dan cerita yang bermekaran dalam musyawarah
main
kaya
yang
memungkinkan
munculnya sesosok karakter yang sadar diri.
burung halilintar. Dan seperti pecinta yang gila, para ilmuwan itu terus berupaya membangun
Jagat
raya
seisinya
ini
termasuk
instrument penguji yang makin hebat. Pemecah
kehidupan yang berkembang di dalamnya
atom yang luasnya melintasi tiga negara itu
memang
sudah lama dianggap tak memadai untuk
mahabesar. Sebagai sebuah mukjizat, ia bukan
kebutuhan pengujian teori mutakhir. Melihat
main sensitif dan rapuh, dan karena itu menjadi
kecenderungan, tak mustahil bahwa manusia
luar biasa berharga. Jika saja cerita mahasemesta
mungkin akan membangun perangkat yang
ini dimulai dari awal lagi, sangat besar ke-
besarnya seperti Tatasurya, bahkan mungkin
mungkinan bahwa si karakter yang bernama
sebesar Bimasakti. Obyek-obyek ini mungkin
makhluk berakal itu tak akan muncul. Puncak
sangat besar buat manusia bumi saat ini, tapi
seluruh
sungguh tak ada artinya dibanding kebesaran
menakjubkan yang ditemukan dari seluruh
jagat raya ini.
pembacaan dan penulisan kisah jagat raya,
Yang
menarik
adalah
bahwa
sebuah
mukjizat
kekayaan
itu,
hal
dan
keajaiban
yang
paling
adalah bahwa karakter yang terbentuk dalam
dari
kisah itu bukan saja bisa memahami cerita yang
kesibukan lintas benua mentranskrip isyarat dan
melahirkannya. Si karakter bahkan pelan-pelan
menyusun pecahan cerita dari semesta itu,
bisa melihat betapa cerita itu, termasuk si
manusia melihat dirinya berubah dari sekedar
karakter
transcriber akhirnya perlahan-lahan berkerja
sendiri,
menyimpan
sejumlah
kelemahan, sejumlah cacat, yang mungkin bisa,
sebagai penulis-mitra (co-author). Mula-mula
bahkan menantang untuk, diperbaiki.
mereka memang takjub melihat kedahsyatan dan misteri jagat raya seisinya, tapi dengan
Dulu Albert Einstein pernah berkata
semakin banyaknya pecahan cerita yang bisa
bahwa yang paling tak terpahamkan tentang
mereka
alam semesta ini adalah bahwa semesta ternyata
padukan,
mereka
kemudian
kian 18
bisa dipahami. Kini kita bisa bilang bahwa
yang tak terbendung yang tak menghiraukan
manusia bisa memahami alam semesta karena
segala resiko dan bencana untuk menyunting
keduanya sebenarnya satu; keduanya digerakkan
dan meneruskan naskah besar yang memang
oleh semangat yang juga menghidupkan puisi
masih jauh dari selesai itu.
yakni dorongan menggapai yang tak terbatas
Kerja penyuntingan itu tentu dimulai
dengan bahan-bahan yang terbatas, dan dengan
dengan
menghormati larangan yang telah melahir-
dengan
bagian dari dirinya. Ini juga yang menjelaskan unreasonable
effectiveness
menulis
ulang
kebutuhan
naratif
yang
berskala
semesta. Immortalitas yang dikejar dan gagal
gejala yang disebut oleh Eugene P. Wagner the
dan
konstitusi biologis si karakter sendiri agar sesuai
kannya dan meremehkan larangan yang bukan
sebagai
menyunting
diraih oleh Gilgamesh ribuan tahun yang lalu
of
itu, namun yang kini mungkin dicapai lewat
Mathematics in Natural Sciences. Dorongan
penyuntingan konstitusi biologis itu, adalah
menggapai yang tak terbatas dengan bahan-
salah satu tanggapan wajar atas kebutuhan
bahan yang terbatas itu, menampakkan dirinya
naratif berskala semesta. Immortalitas itu sendiri
dalam berbagai bentuk, dan mereka bisa saling
adalah unsur yang sangat penting dalam
menerangi satu sama lain.
permainan
semesta
yang
luar
biasa
me-
Pemahaman tentang watak puitis (poesis)
nakjubkan, yang gelanggangnya terbangun di
dari matematika dan semesta raya itulah yang
atas dasar bahwa semesta matematika yang
ikut
dari
penuh kemungkinan itu, memang jauh lebih
fascinatum et tremendum ke existential pleasure of
luas, lebih kaya dan lebih liar dari semesta fisik;
engineering. Di ujung kenikmatan yang tak
bahwa semesta raya fisik kita yang tampak
terkira itu, ia kembali terpukau mendapatkan
begitu megah dan angkuh namun sebenarnya
berkah
membuat
yang
si
yang
terhingga itu, sungguh dirundung oleh hasrat
terima,
yakni
yang berkobar dahsyat untuk meniru semesta
kesempatan untuk meneruskan naratif besar
matematika yang sungguh tak terhingga namun
semesta raya seisinya, agar berkembang lebih
bisa digapai oleh imajinasi makhluk cerdas yang
baik, lebih sempurna, dari yang sebelumnya.
terus menerus berkembang.
tak
ternilai
bergerak
besarnya
sebenarnya
tak
karakter
pantas
ia
Karena itu, memang agaknya tak terhindarkan
Pendek kata, sebagaimana kehidupan
bahwa manusia akan menghadapi semesta raya
berupaya meniru seni, alam semesta juga
sama seperti Tengo melihat rimba raya ceritra
berupaya meniru matematika, dan interplay
pada umumnya, dan naskah Air Chrysalis pada khususnya,
yang
baginya
tampak
antara matematika dan semesta fisik itu adalah
begitu
undangan bagi kecerdasan untuk memainkan
menjanjikan tapi ditulis dengan lumayan buruk.
perannya yang bukan main berharga: berkah
Membaca dan memahami naskah besar jagat
terbesar di alam semesta.
raya ini, manusia juga akan merasakan sensasi baru yang membesarkan hati sekaligus dorongan 19
Pustaka: 1. David Bergamini, et al., Mathematics, Life Science Library, Canada: Time Inc, 1972. 2. Edward Frenkel, Love and Math: The Heart of Hidden Reality, New York: Basic Books, 2013. 3. Haruki Murakami, 1Q84, New York: Vintage International, 2011. 4. Marcus du Sautoy, The Story of Math, UK: BBC 4, 2008. 5. Max Tegmark, Our Mathematical Universe: My Quest for the Ultimate Nature of Reality, New York: Alfred A. Knof, 2014. ========== Nirwan Ahmad Arsuka adalah lulusan Teknik Nuklir, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, tahun 1995. Ia menyukai pengetahuan ilmiah, kebudayaan, dan peradaban. Semasa kuliah di Yogyakarta, ia bersama teman-temannya mendirikan kelompok studi MKP2H (Masyarakat Kajian Pengetahuan, Peradaban dan Hari Depan) dan kelompok aksi GEMPURDERU (Gerakan Masyarakat Purna Orde Baru). Sejak 2010, ia menjabat sebagai Direktur di Freedom Institute, Jakarta.
20