PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX MERESPON MAKNA DALAM PERCAKAPAN TRANSAKSIONAL TENTANG UNGKAPAN KEPASTIAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI Roslince Hutagaol Guru SMP Negeri 5 Tebing Tinggi Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas ini yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar mata pelajaran bahasa Inggris pada siswa kelas IX dengan menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 5 yang berjumlah 31 siswa. Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, observasi, refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IX SMP Negeri 5 tahun pelajaran 2011/2012, terbukti pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa 66,66% dan meningkat pada siklus 2 yaitu 93,33 %. Kata kunci : Metode Think-Pair-Share, Bahasa Inggris, Prestasi belajar
PENDAHULUAN Pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang seharusnya tidak lagi merupakan pelajaran yang asing buat siswa SMP karena mata pelajaran ini sudah dipelajari sejak tingkat SD. Dalam era globalisasi sekarang ini dengan tersedianya media Informasi dan Teknologi dan dapat dijangkau dengan mudah maka pembelajaran Bahasa Inggris tidak lagi tergantung kepada guru dikelas melainkan lingkungan sekitar, media massa, media online (internet) dapat menjadi sarana pembelajaran yang sangat mendukung keberhasilan siswa menguasai Bahasa Inggris. Namun keberhasilan menguasai Bahasa Inggris itu tidak datang dengan sendirinya melainkan siswa harus diberi motivasi untuk memiliki minat
mengeksplorasi sarana pembelajaran bahasa Inggris diluar kelas. Berdasarkan pengamatan penulis selama menjadi Guru di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi diketahui bahwa pembelajaran Bahasa Inggris yang diterapkan Guru lebih sering menggunakan model ceramah dan tanya jawab, serta tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat, akibatnya siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan minat siswa tehadap Bahasa Inggris juga menjadi rendah. Aktivitas yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran terbatas pada mendengarkan penjelasan Guru, mencatat, mengerjakan LKS sebagai media pembelajaran terbatas pada pembelajaran yang digunakan. Siswa juga belum dibiasakan untuk memecahkan masalah sendiri. Siswa lebih cenderung menerima apa yang sudah ada. 90
Fakta itu dapat dilihat diantaranya adalah kurangnya minat siswa Negeri 5 Tebing tinggi terhadap pembelajaran Bahasa Inggris salah satunya dilatar belakangi oleh faktor kurang kreatifnya Guru, juga tidak tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Dari data evaluasi hasil ulangan semester dan ujian harian semester I pada mata pelajaran Bahasa Inggris, standar kriteria ketuntasan minimal adalah nilai 75 untuk kelas IX, namun siswa kelas IX hasil persentase ketuntasan belajarnya hanya 11 orang atau 31,4, % yang tuntas. Hal ini berdampak pada kontinuitas kualitas belajar dan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi, pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Respon adalah gambaran ingatan dan pengamatan yang mana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Siswa diharapkan mampu merespon makna yang terdapat dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) sederhana dengan megungkapkannya secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang melibatkan tindak tutur: meminta, memberi, menolak jasa, meminta, memberi, menolak barang, mengakui, mengingkari fakta, dan meminta dan memberi pendapat. Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada
tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan symbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells, 2001) Dalam rangka peningkatan prestasi belajar Bahasa Inggris dengan pendekatan pembelajaran efektif, efisien dan terpadu disesuaikan dengan proses dan kemampuan siswa diantaranya dengan mengadopsi metode pembelajaran Think pair Share. Peneliti memilih metode pembelajaran ini karena dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar. Penerapan metode pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi dalam suasana yang menyenangkan ketika membawakan topik yang dibahas. Guru bertindak sebagai fasilitator, motivator dan moderator dengan tetap memberi arahan dan referensi yang relevan dengan materi yang diajarkan dalam Bahasa Inggris. Menurut Slavin (1995) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan
91
latar belakang kemampuan (tingkat) yang berbeda. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang didasarkan pada pemahaman konstruktivisme, yaitu siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami materi pelajaran yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan bersama temannya. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan. Ibrahim (2001) menyatakan bahwa guru yang belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif sebelumnya dan menggunakan model ini dengan siswa yang belum berpengalaman dengan model pembelajaran kooperatif ini, mungkin pada awalnya model ini kelihatannya tidak berjalan. Think-Pair-Share termasuk metode struktural dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-kawan. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan metode lainnya, metode structural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Berbagai struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan dengan maksud menjadi alternatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi
yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru (Nurhadi, 2004). Strategi Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu-tunggu. Pendekatan khusus yang diuraikan disini mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Think-PairShare menurut Ibrahim (2001) ada tiga tahap : Tahap 1: Thinking (berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap 2: Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama Interaksi pada tahap ini diharapkan dapar berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Tahap 3: Sharing (berbagi) Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar
92
seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Dengan menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share siswa diharapkan dapat bekerja sama, saling membantu mengembangkan potensi diri secara optimal bagi kelompoknya dan belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, serta melibatkan siswa aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap keterampilan dalam suasana belajar yang menyenangkan pengetahuan, sikap keterampilan dan suasana belajar yang menyenangkan mereka, sehingga apa yang dipelajari lebih bermakna dan dipahami bagi diri setiap siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar mata pelajaran bahasa Inggris pada siswa kelas IX SMP Negeri 5 Tebing Tinggi tahun pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share. Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ apakah dengan menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris siswa kelas IX SMP Negeri 5 Tebing Tinggi Tahun Pembelajaran 2011/2012 ?”
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran dikelas, penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2011/2012 pada bulan Agustus – Desember 2011. Objek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 5 Tebing Tinggi yang berjumlah 31 siswa dalam satu kelas. Namun yang menjadi sampel diambil dari dua kelas sehingga jumlah sampel keseluruhan 45 siswa (yang menjadi sampel penelitian) Penerapan dalam penelitian ini diterapkan dalam standar kompetensi “Merespon makna yang terdapat dalam Percakapan Transaksional tentang Ungkapan Kepastian”. Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian terdiri atas 2 siklus yang disebut dengan siklus 1 dan siklus 2. Instrumen penilaian dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa setiap siklusnya berupa pengamatan aktivitas guru dan siswa serta ulangan/ tes. Penelitian ini dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan dengan
93
model Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6 ). Kegiatan pada setiap tahapan siklus adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa aktivitas yaitu Sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. b. Pelaksanaan 1. Siklus I Guru melakukan pembelajaran didalam kelas dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat. Penerapan metode Think Pair Share dilakukan dengan menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan materi ajar “Merespon makna yang terdapat dalam Percakapan Transaksional tentang Ungkapan Kepastian”. Suasana pembelajaran masing-masing kelompok dikelas dikondisikan agar tidak terlalu formal, maksudnya siswa bebas mengemukakan pendapatnya tentang materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung Guru sebagai peneliti dibantu oleh observer lainnya untuk melakukan pengamatan, pendokumentasian, selain itu peneliti bertindak sebagai fasilitator, motivator dan sekaligus sebagai observator.
2. Siklus II Pada siklus kedua ini penerapan metode think pair share dilakukan dengan menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan materi yang diajarkan guru sesuai dengan materi ajar “Merespon makna yang terdapat dalam Percakapan Transaksional tentang Ungkapan Kepastian”. Suasana pembelajaran masingmasing kelompok dikelas dan di lingkungan sekolah dikondisikan agar tidak terlalu formal, maksudnya siswa bebas mengemukakan pendapatnya tentang materi ajar sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Siswa juga dapat berinteraksi kepada Guru secara langsung, bebas, sesuai kondisi nyata dan menyenangkan. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung guru sebagai peneliti dibantu oleh para observer lainnya untuk melakukan pengamatan, pendokumentasian, selain itu peneliti bertindak sebagai fasilitator, motivator dan sekaligus sebagai observator. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung guru sebagai peneliti/fasilitator dibantu oleh para observer lainnya untuk melakukan pengamatan, pendokumentasian. c.
Observasi Guru/peneliti sekaligus sebagai observator dibantu oleh dua orang guru lainnya melakukan observasi/pengamatan terhadap semua kejadian pada PBM untuk dijadikan acuan dalam membuat
94
catatan (Vignette) dan pengisian lembar observasi yang telah dibuat selama proses pembelajaran “Merespon makna yang terdapat dalam Percakapan Transaksional tentang Ungkapan Kepastian”. dikelas maupun dilingkungan sekitar sekolah. d. Refleksi Pelaksanaan refleksi merupakan hasil observasi/pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi di
Keterangan
Peningkatan Hasil Belajar Pra Sikus Siklus siklus I II
Hasil belajar 44,44 66,66 93,33 tuntas Jumlah 20 30 42 Siswa Persen Ketuntasan 63,88 38,98 89,43 (%) kelas dan lingkungan sekolah yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran Think pair share. Data yang diperoleh pada lembar observasi, dianalisis. Kemudian dilakukan refleksi. Data kuantitatif yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan pelaksanaan tindakan, selanjutnya dianalisis dengan teknik hasil observasi aktifitas siswa selama PBM secara deskriptif menggunakan persentase dan sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu > 85 %.
HASIL PEMBAHASAN Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa pengamatan yang dilakukan oleh mitra kolaborasi dan peneliti pada aktivitas guru dan siswa melalui penerapan metode pembelajaran think pair share pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IX SMP Negeri 5 Tebing Tinggi dapat dilihat pada Tabel 1 yaitu sebagai berikut : Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan pengamatan peneliti dari tindakan pra siklus, siklus I, dan siklus II pada Tabel 1 terjadi peningkatan hasil belajar pada jumlah siswa dan persen ketuntasan belajar. Hal ini dapat dilihat dengan peningkatan jumlah siswa dari 20 siswa yang tuntas belajar pada pra siklus menjadi 30 siswa yang tuntas belajar pada siklus 1 dan semakin mengalami peningkatan pada siklus 2 menjadi 42 siswa melalui metode pembelajaran think pair share pada siswa kelas IX SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa metode think pair share meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Pra Siklus Pada pra siklus, sebelum diterapkannya metode pembelajaran think pair share materi pelajaran bahasa Inggris diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah
95
44,44 dan ketuntasan belajar mencapai 63,88 % atau ada 20 siswa dari 45 siswa sudah tuntas belajar. Pada kondisi awal sebelum dilakukannya metode pembelajaran think pair share siswa masih banyak yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran. Siswa siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan minat siswa tehadap Bahasa Inggris juga menjadi rendah. Aktivitas yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran terbatas pada mendengarkan penjelasan guru, mencatat, mengerjakan LKS sebagai media pembelajaran terbatas pada pembelajaran yang digunakan. Siswa juga belum dibiasakan untuk memecahkan masalah sendiri. Siswa lebih cenderung menerima apa yang sudah ada. Selain itu siswa takut untuk mengungkapkan suatu makna dalam bahasa Inggris. Siswa merasa bahwa pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang susah dan tak jarang dijadikan beban oleh siswa karena siswa tidak terbiasa untuk menggunakan bahasa Inggris padahal bahasa Inggris menjadi bahasa yang sangat penting pada masa era globalisasi saat ini. Selanjutnya peneliti melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh ini dengan melakukan tindakan siklus I dan siklus II melalui penerapan metode pembelajaran think pair share. Siklus Pertama Pada siklus I, dengan menerapkan metode pembelajaran think pair share materi pelajaran diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 66,66 % dan ketuntasan belajar mencapai 38,98 % atau ada 30 siswa dari 45 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 66,66 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Siswa masih kesulitan dalam kegiatan pembelajaran karena belum terbiasa dengan metode think pair share . Siswa masih takut untuk mengungkapakan respon dari materi yang dipelajari. Namun terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus sebelumnya. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa hasil siklus pertama dari aspek partisipasi siswa dalam proses pembelajaran masih ada yang belum tercapai secara optimal, terutama dalam hal ketuntasan belajar, siswa yang masih belum belajar tuntas masih ada 15 siswa (33,33%). Berdasarkan ini peneliti melakukan kegiatan siklus ke-2. Siklus Kedua Pada siklus kedua ini penerapan metode pembelajaran think Pair Share diharapkan dapat mengefektifkan proses pembelajaran “Merespon makna yang terdapat dalam Percakapan Transaksional
96
tentang Ungkapan Kepastian” karena dengan metode ini siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran. Meningkatnya kualitas proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa inggris. Data yang diperoleh melalui hasil observasi pada siklus kedua ini terlihat banyak mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus pertama. Semua aspek mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus kedua ini hanya 5 orang siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan mampu membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya. Pada siklus kedua, kemampuan dan kemauan siswa untuk mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa sudah dilakukan siswa sejumlah 38 orang (84,44%). Padahal pada siklus pertama hanya dilakukan siswa sejumlah 18 siswa (40%) saja. Keadaan ini membuktikan dengan metode pembelajaran Think Pair Share semakin meningkat jumlah siswa yang berani untuk mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa. Faktor penyebab hal ini diantaranya karena metode pembelajaran ini membuat siswa nyaman dalam belajar dan terlibat dalam suatu proses pembelajaran. demikian juga halnya dengan keaktifan siswa dalam berdiskusi untuk memecahkan
masalah dalam proses pembelajaran pada siklus kedua ini meningkat secara signifikan yaitu mencapai 42 orang siswa (93,33%). Demikian juga halnya dengan aspek mengerjakan tugas yang diberikan guru dan kemampuan siswa membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya juga meningkat secara signifikan yaitu pada siklus pertama hanya 36 orang menjadi 40 orang (88,88%) pada siklus ke dua. Siswa sudah dapat bekerja sama dengan teman sekelompoknya meskipun masih ada siswa yang pasif namun hal ini masih dianggap baik oleh peneliti. Siswa dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Ada keberanian siswa untuk dapat mengungkapkan respon dan tugas yang diberikan oleh guru. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Think Pair Share dalam upaya meningkatkan hasil belajar tentang “Merespon makna yang terdapat dalam Percakapan Transaksional tentang Ungkapan Kepastian” pada mata pelajaran bahasa Inggris bagi siswa kelas IX di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi, tahun pembelajaran 2011/2012 dikatakan berhasil. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari aspek partisipasi siswa dalam pembelajaran pada siklus ke dua semua aspek mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
97
Semua siswa sudah terlibat dan aktif berdiskusi untuk memecahkan masalah sudah mencapai 42 siswa (93,33%). Begitu juga kemampuan siswa untuk mengajukan pendapat, bertanya atau berkomentar kepada guru dan siswa dari 18 orang mebingkat menjadi 38 orang (84,44%). kemampuan dan kemauan siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan mampu membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya juga meningkat menjadi 88,88 % atau 40 siswa. Siswa yang dapat belajar tuntas sudah mencapai 42 orang (93,33%). Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa hasil siklus kedua dari aspek partisipasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah tercapai secara optimal, sebab rata-rata persentase yang dicapai sudah 89,43 %. Pada siklus kedua, persentase ketuntasan belajar siswa juga meningkat yaitu dari 45 siswa pada siklus pertama hanya 30 siswa yang termasuk dalam kategori sudah tuntas belajar menjadi 42 siswa (93,33%) yang termasuk dalam kategori tuntas belajar. Sehingga pada siklus kedua ini persentase kelulusan siswa sudah mencapai 93,33% artinya metode pembelajaran Think Pair Share sudah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa “Merespon makna yang terdapat dalam Percakapan Transaksional tentang Ungkapan Kepastian” pada mata pelajaran Bahasa Inggris bagi siswa kelas IX di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi tahun pembelajaran 2011/2012.
Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan dapat dikemukakan saran-saran yang bermanfaat pagi peneliti selanjutnya, guru dan sekolah sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran bahasa Inggris hendaknya dapat dilakukan secara bervariasi, tidak monoton dan berorientasi kepada kebutuhan siswa sehingga hasil pembelajaran dapat mendapatkan hasil yang maksimal 2. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran hendaknya dapat lebih ditingkatkan sehingga siswa dapat lebih memiliki kemampuan dan mengemukakan pendapat dan berdiskusi, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lebih menyenangkan 3. Bagi guru yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas hendaknya lebih memperhatikan aspek validalitas instrumen penelitian agar hasil penelitiannya dapat lebih akurat dan berkualitas. 4. Pihak sekolah hendaknya selalu mendukung dan memfasilitasi paa guru yang akan melakukan PTK karena hasilnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah tersebut. DAFTAR RUJUKAN Abdullah, AE.1989. Pokok – pokok Layanan Bimbingan Belajar. Ujung pandang. Fakultas Ilmu
98
Pendidikan pandang.
IKIP
Ujung
Abdurrahman, H.1990. Pengelolaan pengajaran. Bandung Tarsito. Arikunto,S.2001.Prosedur Penelitian dan Penilaian Hasil Belajar.Jakarta :Bina Aksara. _______, 1993.Dasar-dasar Evaluasi dan Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara. Ahmadi,Abu. 1998. Metodik. Cet.II; CV.Toha Putra.
Didaktik Semarang:
Bahri, D.S. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha nasional. Boediono, 1998. Pembinaan Profesi Guru dan Psikologi Pembinaan personalia, Jakarta ; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Edward., J.D. 1995. Statistik Bahasa Inggris Modern. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Loekmono. 1994. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Mathis dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
99