PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI FAUZIAH NASUTION Guru SMP Negeri 5 kota Tebing Tinggi Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKN melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing kelas VII.1 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Mc.Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII.1 SMP Negeri 5 yang berjumlah 38 siswa, terdiri dari 18 siswa laki–laki dan 20 siswa perempuan. Metode pengumpulan data pada penelitian ini melalui observasi dan tes hasil belajar. Instrument penelitian yang digunakan berupa lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes meningkat dari 70,67 menjadi 75,20. Siswa yang memiliki nilai ≥ 85 sebanyak 5 siswa, berarti dari 4 siswa meningkat menjadi 5 orang siswa dari 30 (13,33% menjadi16,667%), siswa yang memiliki 70- 80 sebanyak 21 orang yang berarti meningkat dari 16 siswa menjadi 21 siswa dari 30 siswa(meningkat dari 53,33% menjadi 70%), dan yang masih di bawah nilai 70 sebanyak 4 siswa dari 30 siswa (13,33%). Kata kunci : PKN, Hasil belajar, dan Snowball Throwing PENDAHULUAN
Latar Belakang Dalam siklus kehidupan manusia, pendidikan merupakan kebutuhan utama dan hak azasi. Manusia tidak dapat mengembangkan hidupnya tanpa memperoleh pendidikan minimum dan berkualitas. Proses pendidikan memang dapat berlangsung secara alamiah, seperti yang terjadi pada masyarakat primitif. Namun masyarakat dalam situasi ini tetap tidak akan berkembang meningkatkan mutu kehidupannya Proses Transformasi Sosial dan kultural harus berlangsung agar terjadi peningkatan mutu hidupnya. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan untuk
membentuk siswa menjadi warganegara yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan intelektual ataupun partisipatif dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memiliki watak atau karakter yang mapan sehingga menjadi sikap dan dianggap kebiasaan sehari-hari yang mencerminkan warganegara yang baik.Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa masih sangat rendah dibanding dengan mata pelajaran lain.Hal ini disebabkan kurangnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar yang diberikan guru karena guru masih menggunakan teknik pembelajaran yang monoton.
90
Hasil yang dicapai siswa masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yakni 70. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1.Bagaimanakah penerapan proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing di kelas pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ? 2.Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dari penggunaan model pembelajaran koopeartif tipe snowball throwing terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) siswa kelas VII.1 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2010/2011 ? KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Beberapa ahli memberikan gambaran tentang pengertian belajar. Reber (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan belajar secara lebih rinci, dimana belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Abin Syamsudin (Conny R. Semiawan, 1999: 245) mendefinisikan bahwa belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku dan pribadi. Dan pendapat tersebut diperkuat oleh Garry & Kingsley (Sunaryo Kartadinata, 1998: 57) yang mendefinisikan belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa, belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku anak didik. Jadi lebih menekankan kepada terjadinya perubahan. Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik aspek pengetahuan, aspek afektif maupun aspek psikomotorik. Pendapat ini sesuai dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Winkel, yaitu: "Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap” (Winkel,1996:36). Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
91
secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Ciri-ciri Belajar Ciri-ciri belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 15-16) antara lain: a. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar yang dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Berarti
tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat menetap. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Berarti perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan tingkah laku ini benar-benar disadari. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Muhibbinsyah (Sugihartono, 2007: 77) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam, yaitu: 1) faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rokhani siswa, 2) faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3) faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Adanya proses aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh manusia dengan memberdayakan pancaindranya untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, kemampuan, keterampilan dan sifat-sifat yang ada dalam dirinya ke arah yang lebih
92
baik sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Sudjana mengatakan: “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya” (sudjana, 2004:22). Winkel berpendapat, “Hasil belajar adalah perubahan-perubaha dalam pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dan nilai sikap yang bersifat konstan/menetap” (Winkel,1996:13). Dari beberapa pendapat di atas jelaslah bahwa seseorang yanng telah belajar mengalami perubahan baik dalam tingkah laku, keterampilan, maupun sikapnya. Perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah proses belajar menurut Benjamin Bloom seperti yang dikutip Sudjana, dapat diamati melalui tiga ranah yaitu : (1) Ranah Kognitif: berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; (2) Ranah Afektif: berkenaan dengan hasil belajar sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi;(3) Ranah Psikomotorik: berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantar ketiganya, ranah kognitiflah yang paling banyak dipakai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai
isi bahan pengajaran (Sudjana,2004:23). Berdasarkan uraian dan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yanng dimaksud hasil belajar adalah polapola perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik setelah menempuh kegiatan belajarbtertentu yang tingkat kualitas perubahannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan lingkungan sosial yang mempengaruhinya. Pengertian Berfikir Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku. Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi. Berfikir Kritis Berfikir kritis dalam penelitian ini adalah proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterprestasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman (pery & Potter, 2005). Indikator yang digunakan dalam berfikir kritis adalah memecahkan masalah dan mengemukakan pendapat yang dimiliki. Pemecahan
93
masalah diberikan kepada siswa karena dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif, memiliki pengetahuan dan keterampilan berhitung. Tujuan dan manfaat pemecahan masalah adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan rasional, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis dan analitis, mengembangkan sikap toleransi terhadap pendapat orang lain serta sikap hati – hati dalam mengemukakan pendapat (Usman dan Setiawati: 1993, 131). HAKEKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yanng demokratis dan bertanggungjawab. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara Indonesia yanng memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara yang baik, cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai yanng diamanatkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran di sekolah yang perlu menyesuaikan
diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Hal ini merupakan fungsi PKn sebagai pembangun karakter bangsa ( nasional character building ) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, yang perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini. Dengan demikian fungsi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak hanya sekadar memberi pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap - sikap tertentu mengenai hal -hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari – hari. Tujuan Pembelajaran PKn Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, menanggapi isu kewarganegaraan dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
94
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain. Berinteraksi dengan bangsbangs lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan informasi dan komunikasi. Dapat mempermudah siswa dalam memahami model pembelajaran terutama pada mata pelajaran PKn. Supaya siswa mampu dalam mengerjakan pertanyaanpertanyaan yang menyangkut dengan pembelajaran PKn.
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING.
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut Saminanto, model pembelajaran Snowball Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Sedangkan menurut Kisworo model pembelajaran snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian
masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masingmasing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Model pembelajaran Snowball Throwing juga merupakan pembelajaran aktif yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Selanjutnya, membuat pertanyaan menggunakan kertas yang diremas – remas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar – lemparkan kepada siswa lain dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kemudian siswa yang mendapat bola kertas langsung dibuka dan menjawab pertanyaan yang berada didalamnya. Langkah-langkah pelaksanaan Snowball Throwing Menurut Suprijono dan Saminanto, langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran snowball throwing adalah: Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dan KD yang ingin dicapai. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi 95
yang disampaikan oleh guru kepada temannya. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Evaluasi. Penutup.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas. Tindakan yang diberikan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing . Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.1 SMP Negeri 5 jl.Letda SujonoKel.Teluk Karang Kec.Bajenis Kota Tebing Tinggi.
Jumlah Siswa 38 orang, 18 siswa laki-laki dan 20 orang perempuan. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah model siklus yang melalui empat tahap yaitu : Perencanaan (Planning), tindakan (Action), observasi (Observation), dan refleksi (Reflection). Perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian selama satu bulan, yang mana penelitian tersebut dimulai di bulan September tahun 2010, minggu kedua dan minggu ke empat dengan tindakan yang dilakukan sebanyak dua siklus. Apabila siklus pertama telah mencapai sasaran dan tujuan, maka penelitian tindakan dianggap telah menyelesaikan masalah yang dihadapi. Namun jika belum mencapai sasaran yang diharapkan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara dalam mendapatkan data yang diinginkan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan melakukan pengamatan kegiatan siswa dan guru serta dengan memberikan pembelajaran dengan menggunakan model snowball throwing. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa pada Siklus I
Hasil Peneliti yang membahas tentang Sistem Pemerintahan Republik Indonesia
96
terlihat masih rendah yaitu 69,33. Hal ini menggambarkan bahwa pemahaman siswa terhadap fungsi dan tugas dari lembaga-lembaga negara yang ada di Indonesia masih kurang, karena tindakan yang dilakukan guru masih belum dapat meningkatkan hasil belajar, dengan kata lain model yang digunakan guru pada Siklus I masih kurang diminati oleh siswa sehingga siswa kurang mampu menerapkannya dalam proses pembelajaran Pada Siklus II terjadi peningkatan dari hasil pembelajaran siswa dengan nilai rata-rata 69,33 menjadi 75,20. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini informasi yang disampaikan oleh guru sangat singkat dan padat dengan melibatkan siswa untuk turut aktif di dalam melakukan proses pembelajaran yang di bentuk berkelompok, guru melakukan bimbingan langsung kepada setiap kelompok siswa PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian diatas, peneliti dapat mengemukakan beberapa kesimpulan yaitu: 1. Dengan menerapkan model Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa 2. Penggunaan media pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran secara kelompok-kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat
dilihat dari hasil ulangan siswa persiklus 3. Dengan penerapan model Snowball Throwing secara kelompok dengan melemparkan kertas yang berbentuk bola yang berisikan pertanyaan dapat memacu siswa untuk berpikir kritis dalm mengembangkan pengetahuan siswa Saran 1. Dalam pelaksanaan pembelajaran PKN sebaiknya guru melakukan model pembelajaran yang dipahami oleh siswa 2. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran, sebaiknya guru menggunakan alat praga yang dapat menghubungkan siswa tentang konsep PKn yang nyata 3. Kepada rekan guru khususnya pada mata pelajaran PKn agar dapat menggunakan alat peraga untuk menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan agar hasil belajar siswa dapat meningkat. RUJUKAN
Arikunto. 2002. Dasar-dasar evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
97
. 2006. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta : Bumi Aksara .
2004. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Tingkat SD/MI Jakarta. Nana Sudjana. 1995. Penilaian hasil dan Proses Belajar
Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Slameto, 2003.Belajar dan factorfaktor yang mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta Sudjana. 1992. Metode Statistika. Jakarta : Usaha Nasional Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20. 2003. Jakarta : Tamita Utama
98