PENDAHULUAN Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan kepada masyarakat dan pemakai laporan keuangan. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai hasil akhir proses audit (Febrianty, 2012). Meskipun demikian, para investor tidak puas dengan mengetahui kewajaran laporan keuangan saja. Para investor juga ingin mengetahui kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan operasinya (going concern). Meskipun memprediksi kebangkrutan bukanlah tujuan utama audit, profesi auditor seringkali dikritik karena tidak memberikan peringatan dini kemungkinan kebangkrutan klien di masa yang akan datang dalam bentuk laporan audit dengan pengecualian asumsi going concern (Raghunandan dan Rama, 1995). Dari sudut pandang pengguna laporan keuangan, kebangkrutan tanpa diterbitkannya laporan audit dengan pengecualian asumsi going concern, sering dianggap sebagai kegagalan audit (McKeown et al., 1991). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 341 menyebutkan bahwa pertimbangan auditor atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tergantung dari kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
1
dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan (Wijanarko, 2008). Pendekatan audit baru yang dikembangkan oleh KPMG yang disebutkan dalam Rao (1999) sebagai Business Measurement Process (BMP) atau Business Risk Audit (BRA). Pendekatan BRA dikembangkan dari pendekatan systems-based audit (SBA) yang berfokus pada area dengan risiko bisnis tertinggi, dan lebih banyak menggunakan sudut pandang tujuan bisnis daripada menggunakan sudut pandang pengendalian (Griffiths, 2005). BRA mengubah fokus auditor dari “lensa akuntansi” atau pendekatan berbasis transaksi menjadi pendekatan “perspektif sistem strategik” (Rao, 1999). Pendekatan BRA dinilai dapat meningkatkan akurasi laporan audit. Karena dalam penerapan BRA, auditor dituntut untuk mengidentifikasi risiko-risiko bisnis apa saja yang dihadapi klien dan bagaimana klien mengatasi risiko tersebut. Pemahaman yang lebih baik mengenai risiko bisnis klien, membantu auditor untuk menemukan kecurangan dan kelalaian. Hal inilah yang menjadi perbedaan utama antara pendekatan audit tradisional dengan pendekatan BRA. Sedangkan pada audit konvensional, auditor lebih menekankan pada pengujian pengendalian internal untuk menilai risiko salah saji. Semakin baik pengendalian internal, maka semakin sedikit pengujian substantif yang dilakukan (Pusdiklatwas BPKP, 2007). Bruynseels et al. (2006) pernah meneliti bagaimana pengaruh penerapan BRA dan penggunaan auditor spesialis dalam meningkatkan akurasi laporan audit. Akurasi audit ditunjukkan dengan pemberian opini going concern untuk perusahaan yang
2
akan bangkrut dalam waktu 1 tahun. Beberapa hipotesis yang diajukan Bruynseels antara lain: (1) apakah kecenderungan menerbitkan opini going concern untuk perusahaan yang akan bangkrut dalam waktu 1 tahun, pada auditor spesialis lebih tinggi dibandingkan auditor non spesialis, (2) apakah kecenderungan menerbitkan opini going concern untuk perusahaan yang akan bangkrut dalam waktu 1 tahun, pada auditor yang menerapkan BRA lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA, (3) auditor spesialis tidak tertipu oleh rencana strategik perusahaan, sehingga kecenderungan menerbitkan opini going concern lebih tinggi dibandingkan auditor non spesialis, dan (4) auditor yang menerapkan BRA tidak tertipu oleh rencana strategik perusahaan, sehingga kecenderungan menerbitkan opini going concern lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA. Karena belum banyak penelitian mengenai BRA di Indonesia, maka penulis berpendapat penelitian mengenai penerapan pendekatan BRA juga perlu untuk dilakukan di Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk membuktikan apakah dengan menerapkan BRA, kecenderungan auditor menerbitkan opini going concern menjadi lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA. Ke depannya, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Bagi penulis
3
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai bagaimana implikasi penerapan pendekatan BRA terhadap kecenderungan penerbitan opini going concern oleh auditor. 2. Bagi auditor Dapat memberikan rekomendasi pendekatan audit baru yang lebih baik dalam menilai kemampuan going concern suatu entitas bisnis. 3. Bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian selanjutnya dan referensi tambahan dalam penelitian bidang lainnya.
4
TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Opini Going Concern Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha (Aiisiah, 2012). Dalam asumsi going concern, suatu entitas diharapkan dapat berdiri dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mencapai tujuan organisasinya. SA seksi 341 (PSA No.30) (IAPI, 2012) menyatakan bahwa auditor harus mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang mendalam tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan dengan cara sebagai berikut: 1) Auditor mempertimbangkan apakah hasil dari prosedur yang dilakukan pada saat merencanakan audit, mengumpulkan bukti, dan menyelesaikan audit mengidentifikasi kondisi serta peristiwa yang apabila dipertimbangkan secara menyeluruh, menunjukkan adanya alasan keraguan yang mendalam mengenai kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha selama periode yang wajar. Mungkin diperlukan informasi tambahan tentang kondisi dan peristiwa semacam itu, berikut bukti-bukti yang sesuai untuk mendukung informasi yang dapat membantu mengurangi keraguan auditor. 2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. 5
b) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. 3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia memiliki kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat. 4) Jika manajemen memiliki rencana tersebut langkah selanjutnya yang harus dilakukan auditor adalah menyimpulkan efektifitas rencana tersebut. a) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. b) Jika
auditor
berkesimpulan
rencana
tersebut
efektif
dan
klien
mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. c) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar. Dalam pelaksanaan prosedur audit mengenai going concern, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
6
kelangsungan hidupnya yang pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (IAPI, 2012). Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penerbitan opini going concern antara lain: Wijanarko, (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit atas kelangsungan usaha, menunjukkan bahwa: (1) Keahlian audit tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going concern. (2) Sedangkan independensi berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini going concern. Ulya, (2012) dalam penelitiannya mengenai pengaruh faktor keuangan dan non keuangan terhadap opini going concern menyimpulkan bahwa debt default dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Sebaliknya variabel kesulitan keuangan, reputasi auditor dan auditor client tenure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Widyantari, (2011) meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi opini audit going concern. Dalam penelitiannya, Widyantari menyimpulkan bahwa: (1) likuididtas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure tidak berpengaruh terhadap opini going concern. (2) Leverage dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif.
(3) Sedangkan profitabilitas, arus kas, dan
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini going concern.
Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan kondisi yang dapat mengganggu kemampuan organisasi untuk melaksanakan proses bisnis secara efektif. Auditor harus mengidentifikasi
7
risiko bisnis, mengevaluasi bagaimana risiko tersebut dapat meningkatkan kecenderungan salah
saji
dalam laporan
keuangan, dan menggunakan
pengetahuan ini dalam melakukan perencanaan prosedur analitis (Eilifsen et al., 2001).
Pendekatan Business Risk Audit Menurut Abdullah dan Al-Araj (2011), terdapat lima pendekatan audit yang umum digunakan auditor di Yordania: Pendekatan yang pertama adalah Balance Sheet Approach dimana auditor memfokuskan perhatian mereka pada item-item di neraca dan memverifikasi semua aset dan kewajiban yang terdapat di neraca, dan kurang memperhatikan item-item yang ada di laporan laba rugi. Pendekatan yang kedua yaitu Substantive Procedures Approach dimana auditor mendesain dan melakukan pengujian substantif untuk tiap-tiap transaksi yang material dan saldo akun. Pendekatan ketiga yaitu System Based Approach yang berpusat pada penilaian efektivitas dan efisiensi pengendalian yang digunakan perusahaan, pengujian kompilasi dan kesalahan sistem selama pemrosesan transaksi. Pendekatan keempat yaitu Traditional Audit Risk Based dimana auditor diharuskan untuk menilai risiko salah saji yang material, meskipun tidak dapat mengecek seluruh transaksi, tetapi menilai apakah informasi yang diperoleh relevan untuk mengidentifikasi risiko salah saji yang material atau tidak. 8
Pendekatan yang terakhir dan terbaru adalah Business Risk Audit Approach yang bergantung pada risiko bisnis yang dihadapi sebagai sumber salah saji yang material. Dengan pendekatan ini, auditor diharuskan memperoleh pengetahuan mengenai bisnis klien untuk melihat apakah salah saji tersebut dapat memberikan efek yang signifikan dalam laporan keuangan. Menurut Romney (2012), langkah-langkah penerapan Business Risk Audit yaitu sebagai berikut:
Menentukan ancaman (kecurangan dan kelalaian) yang dihadapi perusahaan. Kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja dan dampaknya terhadap sistem.
Identifikasi prosedur pengendalian yang mencegah, mendeteksi, atau memperbaiki ancaman. Prosedur ini adalah pengendalian yang dilakukan manajemen untuk meminimalkan ancaman, yang harus ditelaah dan diuji oleh auditor.
Evaluasi prosedur pengendalian. a. Telaah sistem. Yaitu prosedur pengendalian di tempat. b. Pengujian pengendalian. Yaitu pengendalian yang berjalan.
Evaluasi kelemahan pengendalian untuk menentukan efeknya terhadap lingkungan, waktu, atau kelanjutan proses audit.
Untuk lebih memperjelas perbandingan antara audit konvensional dengan audit berpeduli risiko dapat digambarkan dalam penjabaran melalui tabel di bawah ini: (Pusdiklatwas BPKP, 2007)
9
Tabel 2.1 Perbandingan Audit Konvensional dan Audit Berpeduli Risiko Audit Konvensional Audit Berpeduli Risiko Perhatian auditor dititikberatkan pada Perhatian
auditor
lebih
jauh
lagi
risiko manajemen dalam kaitannya dititikberatkan pada penaksiran atas dengan
pencapaian
tujuan
audit. risiko
(risk
assessment).
Auditor
Auditor akan melakukan analisis atas melakukan penaksiran risiko bukan risiko manajemen yang mempengaruhi hanya semata-mata untuk audit namun tujuan auditnya. Semakin memadai lebih difokuskan pada risiko atas pengendalian intern maka pengujian kelangsungan dan pembuktian audit (besarnya sampel aktivitas
dan
dalam
perkembangan
rangka
pencapaian
pengujian) yang harus dilakukan akan tujuan manajemen. berkurang. Auditor berfokus pada kejadian dan Auditor mencoba membuat skenario kondisi masa lalu yang berdampak risiko di masa kini dan di masa depan pada tujuan audit yang telah ditetapkan yang akan berdampak pada pencapaian dengan tujuan untuk menilai tingkat tujuan kewajarannya.
organisasi.
Sehingga
dalam
memberikan rekomendasi audit, lebih dititikberatkan pada pengelolaan risiko (risk management) selain pengelolaan pengendalian (management control).
Laporan audit merupakan informasi Dalam laporan audit, auditor lebih yang disampaikan kepada pihak-pihak menitikberatkan pada pengungkapan yang berkepentingan dan pengguna proses
10
yang
memiliki
risiko
laporan sesuai tujuan audit yang dibandingkan pengungkapan berfungsi sudah ditetapkan, terutama mengenai atau tidaknya suatu pengendalian. berfungsi atau tidaknya pengendalian. Pendekatan proses auditnya berbasis Pendekatan proses auditnya berbasis sistem (system based audit).
risiko (risk based audit).
Audit berbasis sistem dilaksanakan atas Audit berbasis risiko dilaksanakan atas dasar keberadaan suatu sistem yang dasar risiko-risiko dan melaporkan sesungguhnya ada dan pengendalian kepada
pihak
yang dijalankan terkait dengan sistem risiko-risiko
manajemen
tersebut
apakah
telah
dapat
tersebut. Oleh karena itu dengan sistem dikelola dengan baik atau sebaliknya. yang ada, dianggap akan mampu Dalam hal ini proses BRA dilaksanakan mengatasi
semua
risiko.
Biasanya untuk
mengelompokkan
sejumlah
pengujian dilakukan dengan ”kuesioner risiko, dan proses menggambarkan internal
kontrol”,
yaitu
dokumen ”sesuatu yang logis” dan bukan kondisi
standar yang digunakan dalam setiap aktual. Jika terdapat suatu risiko tetapi penugasan audit.
tidak termasuk di dalam proses yang dipetakan
maka
harus
dipecahkan
melalui proses yang baru.
Hubungan Penerapan Pendekatan BRA dengan Opini Going Concern Dalam perencanaan audit, penting sekali dilakukannya evaluasi terhadap risiko bisnis yang dihadapi klien. Bruynseels et. al., (2006) mencoba meneliti apakah pengetahuan yang mendalam mengenai bisnis klien dan penggunaan BRA dapat
11
meningkatkan akurasi laporan audit. Dengan menerapkan pendekatan BRA, auditor dapat memperoleh analisis yang mendalam mengenai bisnis klien. Sehingga, dapat meningkatkan kemampuan auditor untuk mengidentifikasi masalah going concern suatu entitas dan dapat mengurangi kegagalan pelaporan audit. Dalam penelitiannya, Bruynseels et. al. menggunakan auditor spesialis dalam proses audit untuk mewakili variabel pengetahuan yang mendalam mengenai bisnis klien, dan menggunakan kecenderungan auditor menerbitkan laporan audit dengan pengecualian going concern untuk perusahaan yang akan bangkrut dalam waktu kurang dari 1 tahun untuk mewakili variabel akurasi opini audit. Bruynseels et. al., menduga bahwa auditor yang menerapkan BRA akan cenderung menerbitkan opini going concern dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Kecenderungan menerbitkan opini going concern pada auditor menerapkan pendekatan BRA lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA.
12
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Subjek dalam penelitian ini yaitu auditor independen yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP). Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Metode ini termasuk dalam kategori nonprobability sampling. Dengan metode ini, sampel diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. (Siagian dan Sugiarto, 2000)
Variabel Penelitian Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini dan penjelasannya adalah sebagai berikut: 1.
Pendekatan BRA. Pendekatan BRA didefinisikan sebagai: audit yang difokuskan dan diprioritaskan pada risiko bisnis dan prosesnya serta pengendalian terhadap risiko yang dapat terjadi (Dunil Z, dalam Febrina, 2011).
2.
Kecenderungan menerbitkan opini going concern Opini going concern diberikan apabila terdapat keraguan yang mendalam tentang kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
13
hidupnya dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan (PSA No. 30). Kecenderungan menerbitkan opini going concern dalam penelitian ini diukur melalui 2 pertanyaan, yaitu: Pertanyaan pertama mengenai pendapat auditor terkait tingkat risiko bisnis yang dihadapi bank. Pengukuran tingkat risiko bisnis menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban yaitu: (1) Tidak ada, (2) Rendah, (3) Tidak tahu, (4) Tinggi, dan (5) Sangat Tinggi. Pertanyaan kedua mengenai bagaimana keinginan responden untuk menerbitkan opini going concern terhadap bank tersebut. Pengukuran keinginan responden menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban yaitu: (1) Sangat lemah, (2) Lemah, (3) Ragu-ragu, (4) Kuat, dan (5) Sangat kuat.
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang dilakukan dengan metode survei. Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli yang menggunakan pertanyaan lisan atau tertulis. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang didesain dalam bentuk kasus dan pertanyaan.
14
Kuesioner dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam kuesioner. Kuesioner tipe pertama menggambarkan perencanaan audit yang tidak menerapkan pendekatan BRA. Pada kuesioner ini, digambarkan bahwa tim audit yang tidak menerapkan BRA, hanya akan menemukan risiko pengendalian internal saja. Sedangkan pada kuesioner tipe kedua menggambarkan perencanaan audit yang menerapkan pendekatan BRA. Dalam kuesioner tipe kedua ini, tim audit menemukan risiko-risiko bisnis yang dihadapi bank, antara lain risiko di bidang ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya. Kasus untuk menggambarkan penerapan pendekatan BRA dalam penelitian ini mengacu pada studi kasus yang dilakukan Eilifsen et al, (2001) pada sebuah bank di tahun 1997. Dimana setelah menerapkan BRA, Eilifsen menyimpulkan terdapat perbedaan-perbedaan identifikasi dan tingkat risiko-risiko bisnis yang diperoleh auditor. Responden akan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama akan mendapat kuesioner tipe pertama yang tidak menerapkan BRA, dan kelompok kedua akan mendapat kuesioner tipe kedua yang menerapkan BRA.
Teknik dan Langkah-langkah Analisis Alat analisis statistik yang digunakan sebagai berikut: 1. Statistika deskriptif. Yang digunakan untuk menganalisis karakteristik sampel menurut umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jabatan, dan lama bekerja. 15
2. Uji hipotesis. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan alat uji yaitu uji Mann-Whitney atau sering disebut juga sebagai Wilcoxon Rank Sum Test. (Levine et.al, 2012). Uji Mann-Whitney (Conover, 1980) merupakan metode non parametrik yang digunakan untuk membandingkan 2 populasi yang saling independen. Metode non parametrik didasarkan pada rangking data sehingga tidak dipengaruhi oleh nilai ekstrim. Oleh karena itu, metode non parametrik dapat digunakan pada data:
Kualitatif (berskala nominal / ordinal), atau
Kuantitatif tetapi tidak berdistribusi normal.
Dalam uji Mann-Whitney, terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu:
Sampel diambil secara acak dari masing-masing populasi.
Skala pengukuran minimal berskala ordinal.
Statistik penguji yang digunakan dalam uji Mann-Whitney adalah nilai TL dan TU (Levine et.al, 2012). Tetapi, jika nilai n1 dan n2 cukup besar, maka dapat digunakan statistik penguji Z sebagai pendekatan. Rumusan hipotesis dan daerah kritik dalam uji Mann-Whitney yaitu:
Uji dua sisi, rumusan hipotesisnya yaitu: H0: µ1 = µ2 dan H1: µ1 ≠ µ2.
16
H0 ditolak apabila Zhitung ≤ - Zα/2 atau Zhitung ≥ Zα/2.
Uji 1 sisi kiri, rumusan hipotesisnya yaitu: H0: µ1 ≥ µ2 dan H1: µ1 < µ2. H0 ditolak jika Zhitung < - Zα.
Uji 1 sisi kanan, rumusan hipotesisnya yaitu: H0: µ1 ≤ µ2 dan H1: µ1 > µ2. H0 ditolak jika Zhitung > Z α.
Pengolahan uji Mann-Whitney dalam penelitian ini menggunakan SPSS 16.0
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tempat dan Waktu Penelitian Responden yang bersedia berpartisipasi adalah auditor independen yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Jawa Tengah, DIY, dan Kalimantan Barat. Jumlah kuesioner yang disebarkan berjumlah 168 kuesioner, yang disebarkan mulai tanggal 27 Januari – 21 Februari 2014. Dari 168 kuesioner tersebut, sebanyak 84 kuesioner telah diisi dan dikembalikan kepada peneliti. Dengan rincian 37 kuesioner tipe pertama (Tidak menerapkan pendekatan BRA) dan 47 kuesioner tipe kedua (Menerapkan pendekatan BRA). Pengiriman kuesioner dilakukan dengan diantar langsung oleh peneliti, dibagikan pada seminar dan melalui email.
Statistika Deskriptif Berikut adalah demografi responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini:
No
1
2
Tabel 4.1 Demografi Responden Keterangan Tidak menerapkan BRA Jumlah Persentase Berdasarkan Umur < 25 tahun 14 38% 26-35 tahun 8 22% 36-50 tahun 6 16% > 50 tahun 8 22% Tidak mengisi 1 3% Berdasarkan Jenis kelamin Pria 26 70% Wanita 10 27%
18
Menerapkan BRA Jumlah
Persentase
16 11 13 5 2
34% 23% 28% 11% 4%
31 15
66% 32%
Tidak mengisi 1 3% 3 Berdasarkan Pendidikan terakhir S3 0 0% S2 7 19% S1 25 68% D3 5 14% lainnya 0 0% Tidak mengisi 0 0% 4 Berdasarkan Jabatan Partner 5 14% Manajer 1 3% Senior auditor 11 30% Junior auditor 19 51% lainnya 1 3% Tidak mengisi 0 0% 5 Berdasarkan Lama bekerja < 1 tahun 6 16% 1-5 tahun 16 43% 6-10 tahun 6 16% > 10 tahun 8 22% Tidak mengisi 1 3% Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden
1
2%
2 6 33 3 1 2
4% 13% 70% 6% 2% 4%
7 2 13 21 2 2
15% 4% 28% 45% 4% 4%
10 21% 16 34% 7 15% 13 28% 1 2% yang berpartisipasi dalam
penelitian ini kebanyakan berusia kurang dari 25 tahun, berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir di tingkat S1, menduduki jabatan sebagai junior auditor, dan telah memiliki pengalaman bekerja selama 1-5 tahun.
Hasil Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis penelitian yaitu apakah kecenderungan menerbitkan opini going concern pada auditor yang menerapkan pendekatan BRA lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA, maka digunakanlah uji MannWhitney. Berikut ini adalah tabel hasil uji Mann-Whitney:
19
Tabel 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney
Mann-Whitney Test Ranks Penerapan_BRA Total_skor
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Tidak menerapkan
37
36.34
1344.50
Menerapkan
47
47.35
2225.50
Total
84
Test Statistics
a
Total_skor Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
641.500 1344.500 -2.199 .028
a. Grouping Variable: Penerapan_BRA
Dari hasil uji Mann-Whitney di atas, menunjukkan nilai Zhitung sebesar -2,199. Sedangkan nilai Ztabel dengan α = 5% untuk pengujian 1 sisi sebesar -1,645. Karena nilai Zhitung < Ztabel, maka H0 ditolak, atau H1 diterima. Dengan kata lain, terbukti bahwa kecenderungan menerbitkan opini going concern pada auditor yang menerapkan pendekatan BRA lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak menerapkan BRA. Hal ini disebabkan karena penerapan pendekatan BRA, akan memberikan auditor analisis yang mendalam mengenai bisnis klien dan meningkatkan kemampuan auditor untuk mengidentifikasi masalah going concern suatu entitas. Sehingga,
20
auditor akan lebih cenderung menerbitkan opini going concern untuk entitas tersebut. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Choy dan King, (2003). Dengan menggunakan eksperimen pada sejumlah pelajar, Choy dan King membuktikan bahwa pendekatan BRA lebih akurat dibandingkan pendekatan konvensional. Dengan memahami bisnis klien secara keseluruhan, akan mendorong subjek untuk membuat keputusan yang lebih akurat. Tetapi, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Bruynseels et al, (2006) yang menyatakan bahwa penerapan pendekatan BRA tidak meningkatkan kecenderungan auditor untuk menerbitkan opini going concern untuk perusahaan yang akan bangkrut dalam waktu kurang dari 1 tahun. Bruynseels et al menjelaskan jika auditor tidak memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai bisnis klien, meskipun auditor tersebut menerapkan pendekatan BRA, hasilnya tidak akan berbeda dengan jika auditor tersebut tidak menerapkan BRA.
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah kecenderungan menerbitkan opini going concern pada auditor yang menerapkan BRA lebih tinggi dibandingkan auditor yang tidak menerapkan pendekatan BRA. Setelah diuji menggunakan uji Mann-Whitney, diperoleh kesimpulan bahwa: Kecenderungan menerbitkan opini going concern pada auditor yang menerapkan pendekatan BRA lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang tidak menerapkan BRA. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh penerapan pendekatan BRA terhadap penerbitan opini going concern.
Implikasi dan Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan auditor eksternal untuk menerapkan pendekatan BRA dalam mengevaluasi kemampuan going concern suatu entitas. Karena pendekatan ini membantu auditor menilai risiko bisnis dan kemampuan going concern suatu perusahaan dengan lebih baik dibandingkan pendekatan audit konvensional. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dikembangkan dengan menguji pengaruh penerapan pendekatan BRA terhadap penerbitan opini going concern. Atau dikembangkan berdasarkan pengalaman dan tingkat jabatan auditor yang menerapkan BRA dengan pengaruhnya terhadap penerbitan opini going concern.
22
Daftar Pustaka Abdullah, Khalid Amin dan Reem Shaher Al- Araj. 2011. Traditional Audit versus Business Risk Audit: A Comparative Study- Case of Jordan. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences. Aiisiah, Nurul. 2012. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang: Tidak dipublikasikan. Bruynseels, Liesbeth, W. Robert Knechel, dan Marleen Wilekens. 2006. Do Industry Specialists and Business Risk Auditor Enhance Audit Reporting Accuracy?. Katholieke Universiteit Leuven. Unpublished. Conover, WJ. Practical Nonparametric Statistics. John Wiley & Sons, 2ed. 1980. Choy, Amy K. dan Ronald R. King. 2003. An Experimental Investigation of Audit Decision-Making: An Evaluation Using System-Mediated Mental Models. Washington University. Unpublished. Diklat Penjenjangan Auditor Pengendali Teknis: Audit Berpeduli Risiko. 2007. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan edisi keempat. Eilifsen, Aasmund, W. Robert Knechel, Philip Wallage. 2001. Application of The Business Risk Audit Model: A Field Study. Accounting Horizons Vol. 15 No. 3. Febrianty. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit atas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS) vol. 2 no. 2 Mei. Griffiths, Phil. 2005. Risk-Based Auditing illustrated edition. Gower Publishing Ltd. Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2012. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Levine, DM., Krehbiel, TC & Berenson, ML. 2012. Business Statistics, 6th edition. Pearson Prentice Hall.
23
McKeown, J.C., J.F. Mutchler, and W. Hopwood .1991. Towards an Explanation of Auditor Failure to Modify the Audit Opinions of Bankrupt Companies. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Rao, Hema. 1999. Book review: Auditing Organizations through a Strategic System Lens: The KPMG Business Measurement Process. The CPA Journal. Raghunandan, K. dan D. V. Rama. 1995. Audit Reports for Companies in Financial Distress: Before and After SAS No. 59. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Romney, Marshall B. dan Steinbart, Paul J. 2009. Accounting Information Systems, 11th edition. Prentice Hall. Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2000. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ulya, Alfaizatul. 2012. Opini Audit Going Concern: Analisis Berdasarkan Faktor Keuangan dan Non Keuangan. Accounting Analysis Journal. Widyantari, A. A. Ayu Putri. 2011. Opini Audit Going Concern dan FaktorFaktor yang Memengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Udayana. Bali: Tidak dipublikasikan. Wijanarko, Chandra. 2008. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit atas Kelangsungan Usaha. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta: Tidak dipublikasikan.
24
Lampiran 1 Kuesioner kasus 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BUSINESS RISK AUDIT TERHADAP PENERBITAN OPINI GOING CONCERN
Kepada Responden yang terhormat di tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan skripsi guna menyelesaikan tugas akhir program pendidikan S1 di Universitas Kristen Satya Wacana, saya: Nama : Vonny Handayani NIM : 232010067 Mengharap kesediaan Bapak/Ibu menjawab seluruh pertanyaan dalam kuesioner ini dengan lengkap dan sebenarnya. Seluruh jawaban yang diterima dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan akademis. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. IDENTITAS RESPONDEN (Diisi dengan lengkap) Nama
:
................................................... .............
Nama KAP
: .................................................................
Alamat KAP
: .................................................................
Umur
:
< 25 thn 26 – 35 thn 36 – 50 thn > 50 thn
Jenis kelamin
:
Pria
Wanita
Pendidikan terakhir
:
S3
D3
S2
Lainnya, ...........
Jabatan
:
S1 Partner
Junior Auditor
25
Manajer Senior Auditor Lama bekerja
:
Lainnya, ............
< 1 thn 1 – 5 thn 6 – 10 thn > 10 thn
Petunjuk Berikut ini akan disajikan sebuah kasus mengenai pelaksanaan audit pada sebuah bank. Bapak/Ibu dimohon memilih jawaban yang mewakili keinginan Bapak/Ibu dalam menerbitkan opini going concern untuk perusahaan berikut ini. Opini going concern diberikan apabila terdapat keraguan yang mendalam tentang kemampuan perusahaan berikut dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan (PSA No. 30). Kasus 1 Bank BULAN adalah bank milik negara yang terletak di negara MATAHARI. Bank BULAN didirikan pada tahun 1992. Ketika negara MATAHARI pecah menjadi negara MATA dan negara HARI pada 2012, bank BULAN mengalami restrukturisasi dengan basis operasi di negara MATA. Dalam melaksanakan audit, tim auditor fokus pada beberapa asersi laporan keuangan seperti: penilaian pinjaman, penilaian dan kelengkapan investasi, ketepatan waktu pengakuan pendapatan, kepatuhan dan pengungkapan, serta penilaian dan pengungkapan item-item di luar neraca. Pada tahap awal penilaian pengendalian internal, auditor menilai pengendalian internal bank tidak terlalu baik. Dengan 2 risiko manajemen piutang berikut yang dinilai cukup tinggi, yaitu: Penyimpangan kebijakan persetujuan / penolakan pemberian kredit oleh manajer senior yang dapat menurunkan kualitas portofolio pinjaman. Pemrosesan transaksi yang tidak handal sehingga menyebabkan kesalahan dalam pencatatan. Bukti audit yang dikumpulkan, kebanyakan berupa pengujian substantif terhadap saldo akun, pengungkapan, dan kepatuhan terhadap peraturan setelah berakhirnya tahun fiskal. Biasanya auditor menggunakan konfirmasi piutang, jaminan, deposit dan investasi, serta prosedur analitik untuk pengakuan pendapatan dan evaluasi piutang tak tertagih.
26
Pertanyaan: Setelah membaca kasus di atas, menurut Bapak/Ibu, seberapa tinggi tingkat risiko bisnis yang dihadapi bank BULAN? (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Tidak Ada
Rendah
Tidak Tahu
Tinggi
Sangat Tinggi
Setelah membaca kasus di atas, seberapa besar keinginan Bapak/Ibu untuk memberikan opini going concern terhadap bank BULAN? (1) Sangat Lemah
(2)
(3)
(4)
(5)
Lemah
Ragu-Ragu
Kuat
Sangat Kuat
Terima kasih
27
Lampiran 2 Kuesioner kasus 2 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN BUSINESS RISK AUDIT TERHADAP PENERBITAN OPINI GOING CONCERN
Kepada Responden yang terhormat di tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan skripsi guna menyelesaikan tugas akhir program pendidikan S1 di Universitas Kristen Satya Wacana, saya: Nama : Vonny Handayani NIM : 232010067 Mengharap kesediaan Bapak/Ibu menjawab seluruh pertanyaan dalam kuesioner ini dengan lengkap dan sebenarnya. Seluruh jawaban yang diterima dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan akademis. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. IDENTITAS RESPONDEN (Diisi dengan lengkap) Nama
:
............................................................
Nama KAP
:
............................................................
Alamat KAP
:
............................................................
Umur
:
< 25 thn 26 – 35 thn 36 – 50 thn > 50 thn
Jenis kelamin
:
Pria
Wanita
Pendidikan terakhir
:
S3
D3
S2
Lainnya, ...........
S1 Jabatan
:
Partner
Junior Auditor
28
Manajer
Lainnya, ............
Senior Auditor Lama bekerja
:
< 1 thn 1 – 5 thn 6 – 10 thn > 10 thn
Petunjuk Berikut ini akan disajikan sebuah kasus mengenai penerapan pendekatan Business Risk Audit pada sebuah penugasan audit. Bapak/Ibu dimohon memilih jawaban yang mewakili keinginan Bapak/Ibu dalam menerbitkan opini going concern untuk perusahaan berikut ini. Opini going concern diberikan apabila terdapat keraguan yang mendalam tentang kemampuan perusahaan berikut dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan (PSA No. 30). Kasus 2 Bank BULAN adalah bank milik negara yang terletak di negara MATAHARI. Bank BULAN didirikan pada tahun 1992. Ketika negara MATAHARI pecah menjadi negara MATA dan negara HARI pada 2012, bank BULAN mengalami restrukturisasi dengan basis operasi di negara MATA. Dalam tahap awal penilaian pengendalian internal, tim auditor menilai pengendalian internal bank BULAN tidak terlalu baik. Selain adanya risiko pengendalian internal, bank BULAN juga menghadapi risiko-risiko bisnis sebagai berikut: Risiko ekonomi seperti : Terjadinya inflasi, pengangguran, dan perubahan tingkat suku bunga yang berakibat pada kejatuhan di berbagai sektor perekonomian (termasuk sektor perbankan) dan kemampuan finansial nasabah bank BULAN. Akibat dari inflasi, pengangguran, dan perubahan tingkat suku bunga menyebabkan kemungkinan nasabah bank BULAN tidak dapat melunasi pinjamannya. Risiko jaminan akibat dari ketidakjelasan hukum di negara MATA terkait penyitaan jaminan.
29
Kemungkinan kehilangan nasabah karena kenaikan reserve pada bank sehingga dana yang dapat disalurkan oleh bank BULAN kepada nasabah (dalam bentuk pinjaman) berkurang. Risiko politik yang ditemukan tim audit, yaitu:
Perselisihan antara pemerintah negara MATA dan HARI terkait pembagian aset ketika kedua negara bank berpisah pada 2012. Pemerintah HARI tidak mau membayar hutangnya kepada bank. Ketidakjelasan dalam peraturan perpajakan di kedua negara yang menempatkan bank BULAN pada risiko terkena sanksi perpajakan. Perselisihan dengan pemerintah HARI menjauhkan kerjasama pengusaha di negara HARI dengan bank. Akibatnya nasabah bank BULAN berkurang. Implikasi politik dari peraturan final pemerintah MATA mengenai disposisi kepentingan pemerintah terhadap bank dan asetnya. Risiko sosial yang dihadapi bank BULAN terkait perubahan bentuk negara (dari negara komunis menjadi liberal): Karyawan tingkat menengah ke bawah terancam oleh perubahan manajemen baru yang diterapkan dalam rangka meningkatkan daya kompetitif bank BULAN. Beberapa nasabah potensial bank BULAN menjadi tidak percaya dengan bank setelah mendapat pengalaman bertransaksi dengan bank di negara barat. Ketidakpastian kemampuan bank BULAN dalam penyitaan jaminan. Tim audit juga menemukan risiko baru yang sebelumnya tidak diperhatikan terkait strategi dan tujuan bank. Karena strategi bank BULAN adalah melakukan ekspansi ke dalam pasar baru, maka auditor memeriksa proses pengembangan produk baru secara detil. Dalam hal serupa, tim audit juga menemukan bahwa kesuksesan jangka panjang bank BULAN bergantung pada kemampuan bank untuk mempertahankan dan rasionalisasi tenaga kerja mereka. Teknologi informasi bank BULAN secara umum kurang berkembang dibandingkan bank-bank di negara barat yang setara dan bagian yang paling lemah yaitu pada area pelayanan konsumen dan pelaporan manajemen. Meskipun demikian, pemrosesan transaksi secara manual cukup handal, karena karyawan tingkat bawah telah mendapat pendidikan dan pelatihan yang cukup memadai untuk menangani proses tersebut. Pertanyaan: Setelah membaca kasus di atas, menurut Bapak/Ibu, seberapa tinggi tingkat risiko bisnis yang dihadapi bank BULAN? 30
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Tidak Ada
Rendah
Tidak Tahu
Tinggi
Sangat Tinggi
Setelah membaca kasus di atas, seberapa besar keinginan Bapak/Ibu untuk memberikan opini going concern terhadap bank BULAN? (1) Sangat Lemah
(2)
(3)
(4)
(5)
Lemah
Ragu-Ragu
Kuat
Sangat Kuat
Terima kasih
31
Lampiran 3 Jawaban responden No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Penerapan BRA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2
P1 4 3 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 32
P2 3 2 4 5 3 2 2 4 3 3 2 2 2 2 3 4 4 3 2 2 2 4 3 3 3 2 4 2 1 2 4 2 4 1 2 1 2 2 4 3 3 3
Total skor 7 5 9 9 7 6 6 8 6 7 6 6 6 6 6 8 8 5 6 6 6 8 7 8 7 6 6 6 6 6 8 6 8 6 6 5 6 6 8 8 7 7
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 2 4 4
33
3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 2 3 1 1 4 1 4 2 2 2 4 5 4 1 1 2 5 1 2 2 4 4 5 4 2 3 4 4 4
7 7 8 6 8 8 8 7 6 6 6 7 8 6 8 6 6 8 6 8 6 6 6 8 10 8 6 6 6 10 6 6 7 8 8 10 8 6 7 6 8 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Diri • Nama lengkap : Vonny Handayani • Alamat : Jl. Moh Yamin no. 39 Ungaran, Jawa Tengah • Alamat email :
[email protected] • No. HP : 081 805 933 428 • Tempat lahir : Semarang • Tanggal lahir : 4 November, 1992 : Katholik • Agama Latar Belakang Pendidikkan • 2010 – 2014 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Program Studi Akuntansi • 2007 – 2010 SMA Sedes Sapientiae, Semarang • 2004 – 2007 SMP Maria Mediatrix, Semarang • 1998 – 2004 SD Mardi Rahayu I, Ungaran • 1996 – 1998 TK Santa Maria, Ungaran Seminar • Seminar nasional “Emerging Risks in Information Systems from The Audit Perspective”, 14 Juni 2013 • Kuliah umum “ Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)”, 1 April 2013 • Kuliah tamu “Dilema Kebijakan BBM”, 6 Februari 2012 • Seminar “Kesiapan Indonesia dalam era ACFTA”, 21 Januari 2012 • Seminar “ Satu Dasawarsa Reformasi Birokrasi”, 27 November 2012 • Seminar “Redenominasi Rupiah”, 19 Januari 2012 • Seminar nasional “Great Man Have Great Minds”, 30 Maret 2011 • National seminar “Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK ETAP”, 5 April 2011 • National seminar “ Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis SAK 2010”, 6 April 2011 Pengalaman Organisasi • Senat Mahasiswa Fakultas 2011 – 2012 sebagai Team Point Card • Technical Support dalam kegiatan “Leadership Outbond Training 2011 – 2012” • Panitia kegiatan “Leadership Outbond Training 2012 – 2013” • Panitia kegiatan “Cave Tubing Kalisuci”, 14 – 15 April 2012. • Asisten dosen untuk mata kuliah: Pengantar Statistika, Laboratorium Akuntansi Biaya, Aplikasi Komputer Akuntansi.
34
Pelatihan dan Kursus • Kursus General German level 1 di Kotabahasa Salatiga, Januari – Juli 2013. • Program Brevet A & B yang diadakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Program Studi Akuntansi, Mei 2013. • Kursus TOEFL Preparation di Rumah Belajar Margi Alit Salatiga, Juni Oktober 2013.
35