TINJAUAN PUSTAKA
Pencitraan Diagnostik Fistula Trakeoesofagus Rizal Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RS Umum Daerah dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia
ABSTRAK Fistula trakeoesofagus adalah saluran abnormal yang menghubungkan trakea dan esofagus, dapat terbentuk karena bawaan atau diperoleh. Fistula trakeoesofagus sering menyebabkan komplikasi paru yang parah dan fatal. Langkah diagnostik pertama pada fistula trakeoesofagus adalah foto polos toraks frontal dan lateral. Bronkoskopi dapat menunjukkan anomali percabangan trakeobronkial dan melokalisir lubang distal fistula sebelum operasi korektif, namun memiliki keterbatasan pada neonatus. Esofagografi dengan kontras barium konvensional dianggap tes paling sensitif. CT 3 dimensi dan MRI menjadi alat pemeriksaan klinis yang populer karena kemajuan teknologi. Pencitraan permukaan tiga dimensi dan bronkoskopi maya adalah teknik non-invasif yang menyediakan tampilan 3 dimensi realistis cabang trakeobronkial, tetapi masih terbatas pada pasien anak-anak. Visualisasi fistula trakeoesofagus diharapkan dapat dibuat melalui pencitraan diagnostik dan memberikan informasi penting untuk perencanaan operasi. Kata kunci: fistula trakeoesofagus, pencitraan diagnostik, esofagografi
ABSTRACT Tracheoesophageal fistula is an abnormal connection between trachea and esophagus, which can be hereditary or acquired. This condition may caused fatal pulmonary complications. Diagnostic procedures consist of plain AP and lateral chest X ray. Bronchoscopy may reveal tracheobronchial trunk anomaly and localize the fistula prior to corrective procedure, but may be difficult in neonates. Esophagography with barium contrast is considered to be most sensitive test. Three dimensional CT and MRI may become popular. Three-dimensional imaging and virtual bronchoscopy is a non-invasive technique that may provide important information for corrective procedures. Rizal. Diagnostic Imaging for Tracheoesophageal Fistula. Key words: tracheoesophageal fistula, diagnostic imaging, esophagography
PENDAHULUAN Fistula trakeoesofagus adalah saluran abnormal yang menghubungkan trakea dan esofagus, dapat terbentuk karena bawaan atau diperoleh (Gambar 1). Fistula trakeoesofagus sering menyebabkan komplikasi paru yang parah dan fatal. Pasien biasanya datang karena tidak mampu menelan makanan dan air liur serta adanya gangguan pernapasan akibat aspirasi. Sejarah pertama kali mencatat kasus fistula trakeoesofagus pada tahun 1697, saat Thomas Gibson melaporkan kasus bayi dengan atresia esofagus dan trakeoesofagus. Cameron Height sukses melakukan reparasi fistula trakeoesofagus di tahun 1941. Kemajuan teknik bedah dalam beberapa dekade terakhir berimbas pada tingkat kelangsungan hidup hampir 100% untuk bayi dengan anomali kongenital ini.1 Melalui pencitraan diagnostik, anatomi fistula trakeoesofagus seyogyanya dapat divisualisasi untuk memberi informasi bagi Alamat korespondensi
894
rencana operasi, karena pendekatan bedah tergantung pada evaluasi yang tepat.2
Gambar 1 Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus
EPIDEMIOLOGI Fistula trakeoesofagus merupakan malformasi yang paling sering mengancam jiwa dengan insidens satu dari 3.000-4.500 kelahiran hidup.3 Etiologi sebagian besar kasus tidak diketahui, sebagian bersamaan dengan anomali lain yang terkait, tersering malformasi kardiak; keadaan ini dapat bagian dari sindrom VACTERL (Vertebral defects, Anal atresia, Cardiac defects, tracheoesophageal fistula, renal malformations, and limb defects). Fistula trakeoesofagus dapat terjadi tanpa malformasi penyerta (nonsyndromic oesophageal atresia). Kelahiran bayi dengan fistula trakeoesofagus tanpa riwayat yang sama sebelumnya berkaitan dengan risiko rekurensi rendah, sebesar 1%.4. Kromosom trisomi 18 dan 21 merupakan faktor risiko yang signifikan. VARIAN ANATOMI Salah satu klasifikasi anatomi yang diusulkan oleh Gross berasal dari pengamatan terhadap 2200 kasus (gambar 2).5 Terdapat klasifikasi
email:
[email protected]
CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013
TINJAUAN PUSTAKA melalui janin. Dapat ditemukan gambaran tidak ada cairan dalam gaster (10-40%); gaster ukuran kecil dan lebih rendah dari perkiraan berat badan janin (40%) atau didapatkan sekresi yang dapat menvisualisasikan gaster janin (gambar 3). Meskipun pada umumnya polihidramnion terlihat dengan kondisi ini, fistula trakeoesofagus hanya mewakili 3% penyebab polihidramnion.13 Diagnosis atresia esofagus dapat diduga dari visualisasi bagian proksimal kantong esofagus yang melebar saat silih ganti antara fase pengosongan dan pengisian (gambar 4). 12 Gambar 2 Klasifikasi anomali anatomis esofagus dan trakea5
lain yang sangat rinci dengan memasukkan varian anatomi lain yang jarang seperti atresia membran, fistula oesophago-bronchial, dan duplikasi esofagus. Lima jenis fistula trakeoesofagus berdasarkan karakteristik anatomi esofagus dan trakea: Tipe I, merupakan atresia esofagus tanpa fistula; tipe II, tidak ada atresia dan komunikasi antara trakea dan esofagus (fistula jenis-H); tipe IIIA, memiliki atresia esofagus dan ada komunikasi antara bagian atas esofagus dengan trakea; tipe IIIB (Tipe C dalam sistem klasifikasi Bruto), atresia esofagus dengan kantong buntu bagian atas dan segmen bawah berkomunikasi dengan trakea—bentuk ini yang paling umum; tipe IIIC, memiliki atresia dengan segmen atas dan bawah berkomunikasi dengan trakea.6 ETIOLOGI Fistula trakeoesofagus pada anak-anak hampir selalu bawaan,7 kadang-kadang ditemukan pada dewasa8; umumnya disebabkan neoplasia ganas, terutama esofagus. Infeksi dan trauma adalah penyebab nonmaligna paling sering. Etiologi fistula trakeoesofagus disajikan pada tabel 1.
Diagnosis antenatal akan mencegah pemberian makan atau minum yang tidak hati-hati dan pneumonitis akibat aspirasi paru.14,15
DIAGNOSIS Diagnosis Prenatal Diagnosis prenatal sering sulit karena sebagian wanita hanya menjalani satu kali skrining USG kandungan, biasanya pada usia kehamilan 18 minggu. Kehamilan kembar dan adanya riwayat keluarga bisa sebagai “tanda peringatan”, terlebih jika ada anomali yang terkait, kemungkinan kejadian kasus fistula trakeoesofagus ini mencapai 50%.10,11
Diagnosis Postnatal Hampir 91% bayi dengan fistula trakeoesofagus tidak dapat didiagnosis saat antenatal16 Fistula trakeoesofagus harus dicurigai jika bayi baru lahir mengalami kesulitan menelan air liur, episode batuk dan tersedak berulang, atau sianosis sementara segera setelah lahir. Atau, bayi tiba-tiba mengalami gangguan pernapasan sehabis menyusui. Gagalnya insersi selang nasogastrik ukuran 10 F sejauh 10 cm dari bibir menunjukkan adanya resistensi di esofagus bagian atas (gambar 5).17 Penggunaan selang tipis yang dapat terpelintir sebaiknya dihindari, selain itu perlu diwaspadai risiko perforasi esofagus, khususnya pada neonatus prematur.18
Polihidramnion dan kesulitan memvisualisasi gaster janin secara konsisten selama pemeriksaan prenatal dapat memberikan kesan atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus.12 Fistula trakeoesofagus dan anomali terkait biasanya tidak jelas hingga setidaknya sampai umur kehamilan 24 minggu; kelainan yang ditemukan, termasuk polihidramnion (33-66%), berhubungan dengan obstruksi aliran cairan amnion
A
B
Tabel 1 Etiologi Fistula Trakeoesofagus9 • •
•
•
Kongenital Neoplasma Karsinoma esofagus atau trakea Limfoma Trauma Tertutup pada dada Tembus Pascaendoskopi atau pascaoperasi Intubasi endotrakeal Esofagitis korosif Korpus alienum esofagus Pascaradiasi Infeksi Histoplasmosis Aktinomikosis Tuberkulosis
CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013
Gambar 3 Gambaran USG abdomen pada perempuan 26
Gambar 4 Penampang koronal leher fetus
tahun gravida dengan usia gestasi 30 minggu
menunjukkan bagian proksimal kantong esofagus yang melebar saat fase penuh
a.
Penampang transversal abdomen fetus menunjukkan
gaster terisi penuh cairan. b.
Penampang koronal menunjukkan bayangan kabur
esofagus saat fase kosong.
895
TINJAUAN PUSTAKA tanpa fistula esofagus atau atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus proksimal. Gambaran gas dalam usus dapat terlihat pada 90% kasus (atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus distal 82%, atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus distal dan proksimal 2%, dan atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus distal tanpa atresia esofagus 6%). Aspirasi pneumonia tidak jarang terjadi di lobus paru atas, terkait langsung baik karena fistula trakeoesofagus ataupun karena peristaltik abnormal segmen esofagus yang lebih rendah dengan refluks gastroesofageal.19
Gambar 5 Kegagalan insersi pipa nasogastric pada fistula trakeoesofagus
JENIS PENCITRAAN DIAGNOSTIK Foto polos Foto polos toraks dan abdomen bisa menunjukkan selang nasogastrik yang melingkar di kantong atas esofagus (gambar 6). Jika atresia esofagus berkaitan dengan fistula trakeoesofagus, akan tampak usus dan gaster yang terisi udara di bagian bawah diafragma. Kadang, selang nasogastrik dapat menggulung di dalam esofagus proksimal. Pada atresia esofagus tersendiri, gambaran foto usus dapat tanpa gas.21
Gambar 6 Lekukan selang nasogastrik di esofagus bagian atas dan gelembung udara gaster mengonfirmasi fistula trakeoesofagus
Pada foto polos, penandanya ialah pipa nasogastrik yang melingkar dalam kantong retrotrakeal yang berisi udara. Kantong tersebut dapat menyebabkan kompresi dan deviasi trakea. Gambaran abdomen tanpa gas menunjukkan atresia esofagus
896
meglumine diatrizoate, tidak boleh digunakan untuk mendiagnosis fistula karena jika teraspirasi ke dalam paru, akan menyebabkan pneumonitis kimia, kadang disertai dengan edema paru berat.22 Menelan barium dimungkinkan jika pasien mampu duduk atau berdiri. Kontras akan menunjukkan lesi pada 70% kasus.23 Situs, lebar, panjang dan arah fistula trakeoesofagus dapat diidentifikasi (Gambar 7).
Foto polos toraks frontal dan lateral dapat memperkirakan panjang kantong dengan menunjukkan kateter atau pipa nasogastrik yang dimasukkan ke dalam esofagus. Kelemahan utama modalitas radiografi ini adalah tidak mampu menunjukkan distal esofagus pada kebanyakan kasus. Beberapa peneliti merekomendasi gabungan dengan pemeriksaan endoskopi untuk memeriksa distal esofagus,20 namun teknik ini bersifat invasif dengan resolusi rendah terutama pada bronchoskopi kaku.21 Foto Kontras Foto dengan kontras dapat dilakukan dengan melewatkan kateter nomor 8 F melalui hidung ke level atresia yang ditunjukkan dengan opasitas kontras untuk mengkonfirmasi atresia esofagus dan fistula tracheoesfogeal proksimal, dan dapat membantu menentukan sisi lengkung aorta terkena. Hanya diperlukan 1 sampai 2 mL larutan barium. Pemeriksaan dilakukan pada posisi lateral dekubitus dengan kepala sedikit lebih tinggi. Posisi ini memungkinkan untuk melihat dasar kantong dan lokasi ventral fistula. Dugaan fistula trakeoesofagus tanpa atresia esofagus pada bayi sebaiknya diperiksa dengan level kepala sedikit rendah. Posisi prone dengan kepala lebih rendah dibutuhkan untuk melihat jalannya saluran tersebut pada varian fistula jenis H. Komplikasi dapat terjadi selama pemeriksaan dan setelah koreksi bedah. Bahan kontras kadang teraspirasi ke dalam paru. Barium bersifat inert tetapi dapat menghasilkan gambaran opasitas berkepanjangan dalam parenkim paru. Jika barium teraspirasi bersama isi lambung dapat mengakibatkan pneumonia aspirasi. Media kontras hipertonik yang larut dalam air, seperti
Gambar 7 Kontras barium menunjukkan esofagus yang melebar dan fistula trakeoesofagus dengan gambaran kontras yang dihasilkan dari trakea dan cabang bronkial
Endoskopi Endoskopi adalah metode diagnostik terbaik, baik untuk pasien sadar maupun tersedasi. Esophagoskopi dapat mendiagnosis fistula (gambar 8) dan tumor, sekaligus untuk biopsi. Fistula trakeoesofagus berukuran kecil mungkin dapat tertutup dalam lipatan esofagus, penggunaan metilen biru dapat membantu menunjukkan lokasi tepat fistula. Pada bronchoskopi, juga dapat dilakukan broncho-alveolar lavage dan penggunaan antibiotik sebagai terapi target, terbukti menunjukkan hasil lebih baik.24 Computed Tomography (CT) Scan Banyak metode diagnostik invasif telah digunakan dan secara tradisional bronchoskopi merupakan referensi standar.
CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013
TINJAUAN PUSTAKA Namun, beberapa modalitas diagnostik tidak sepenuhnya dapat diandalkan.25 Kateterisasi pada fistula trakeoesofagus tipe H memiliki kelemahan karena invasif namun tingkat komplikasinya rendah.26 CT scan beresolusi tinggi merupakan modalitas non-invasif alternatif dalam situasi klinis. Berbeda dari bronchoskopi konvensional atau kateterisasi, CT scan tidak memerlukan anestesi umum.27
Gambar
8
Gambaran
bronchoskopi
pada
trakeoesofagus besar (F = fistula)
fistula
Peningkatan resolusi spasial dan temporal scanner generasi baru meningkatkan kualitas hasil, sehingga memudahkan penilaian lesi kecil seperti fistula trakeoesofagus.28 Aspek teknik tertentu memungkinkan visualisasi fistula tersebut, seperti pemaparan udara ke
Gambar 9 CT toraks dengan 64 irisan A dan B: Bagian aksial dan koronal toraks menunjukkan fistula (panah), perhatikan distensi esofagus karena berhubungan dengan insuflasi udara sehingga memperjelas fistula
trakea atau ke esofagus selama pemeriksaan. Manuver tersebut bertujuan mengoptimalkan visualisasi fistula yang dapat tertutup seluruhnya atau sebagian oleh flap mukosa (gambar 9). Pemeriksaan CT dengan 64 irisan pada bayi dengan dugaan fistula trakeoesofagus tipe H mencakup 2 tujuan, selain konfirmasi diagnosis, juga untuk akurasi lokalisasi topografi lesi fistula yang penting karena mempengaruhi pendekatan bedah. Operasi dapat dengan insisi kecil di sisi kanan toraks yang dipandu dengan hasil CT.29 CT heliks dapat merekonstruksi 3 dimensi cabang tracheobronchial (gambar 10), tetapi laporan pada neonatus dan anak-anak masih terbatas.30 Ukuran kecil jalan napas memberikan gambaran resolusi yang lemah, tetapi dapat dikompensasi dengan memilih bidang pandang yang kecil.28 Saat rekonstruksi bronchoskopi maya, gerakan jantung dan saluran pernafasan menghasilkan artefak di dinding saluran nafas.30 Artefak ini tidak menjadi perhatian khusus karena tidak mengganggu visualisasi lubang fistula. Perbaikan kualitas gambar potongan koronal dan sagital dapat membantu mengidentifikasi artefak tersebut.
C: Bronchoskopi maya menunjukkan fistula di dinding posterolateral kanan trakea (panah)
Tempat masuk fistula letak rendah ke cabang tracheobronchial sangat bervariasi, situs yang paling umum adalah 0,5-1 cm di atas carina.31 Meskipun jumlah pasiennya terbatas, CT mungkin memiliki peran diagnostik pelengkap pada atresia esofagus dan fistula trakeoesofagus bawaan. Gambaran permukaan CT scan 3 dimensi dapat memperjelas fitur anomali anatomi yang kompleks bagi dokter bedah, memungkinkan orientasi yang lebih baik sebelum operasi.28
Gambar 10 Neonatus perempuan preterm usia 4 hari dengan kesulitan menelan A Gambaran permukaan anteroinferior 3 dimensi menunjukkan bagian proksimal atresia esofagus (panah hitam) dan segmen distal timbul dari karina (panah putih) B Gambaran eksternal posterior trakea yang menunjukkan lesi fistula esofagus distal pada dinding posterior carina C Gambar bronchoscopic maya dari carina yang menunjukkan lubang fistula (panah tebal) dari orificium posterior bronkus principalis (panah tipis)
CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013
Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI saat prenatal memungkinkan visualisasi seluruh lesi dan hubungan anatominya (gambar 11) . MRI fetus terbukti akurat menetapkan atau mengesampingkan diagnosis prenatal atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeoesofagus pada bayi berisiko tinggi berdasarkan temuan ultrasonografi. Namun MRI fetus tidak akurat pada kasus polyhydramnion. Penilaian MRI antenatal masih terbatas dengan tingkat positif palsu hingga 64%.32
897
TINJAUAN PUSTAKA dengan hasil yang tidak lebih informatif dari foto polos; jika ragu-ragu dapat dilakukan esophagografi menggunakan kontras water soluble (gastrografin, lipiodol) yang volumeya disesuaikan dengan esofagus proksimal dan harus tersedia alat hisap yang adekuat.34
Gambar 11 Citra T2 MRI axial dan sagittal tertimbang menunjukkan fistula antara trakea dan esofagus (panah) Tabel 2 Data Pasien Fistula Trakeoesofagus Di RSUD dr. Soetomo Surabaya tahun 2008 - 2013
KASUS Di RS Umum Daerah dr. Soetomo Surabaya, antara Maret tahun 2008 hingga Februari 2013, dijumpai 61 kasus fistula trakeoesofagus dengan karakteristik usia antara 0 hari hingga 42 tahun, laki-laki 33 pasien, dan perempuan 28 pasien (tabel 2).33 Prosedur diagnostik di divisi Bedah Anak pada kecurigaan atresia esofagus dengan atau tanpa fistula trakeoesofagus adalah pemasangan pipa nasogastrik radioopak ukuran 8F (untuk bayi peterm) atau 10F (aterm) melalui hidung menuju lambung. Pada penderita atresia esofagus pipa
tersebut akan berhenti setelah masuk 1012 cm, sedangkan panjang cardia lambung pada bayi normal sekitar 17 cm dari ujung mulut. Kemudian dilakukan pemeriksaan foto polos tampak leher, toraks, dan abdomen untuk mengonfirmasi posisi pipa nasogastrik. Pada penderita atresia esofagus, udara dalam lambung menunjukkan adanya fistula di distal dan adanya udara dalam usus menyingkirkan diagnosis atresia duodenum. Foto toraks juga memberikan informasi bayangan jantung, lokasi arcus aorta, anomali vertebrae atau tulang iga serta adanya infiltrat paru. Foto dengan kontras kurang dianjurkan karena bahaya aspirasi dan
SIMPULAN Langkah diagnostik pertama pada pasien dengan gejala fistula trakeoesofagus adalah foto polos toraks frontal dan lateral. Studi radiografi dengan kontras dapat digunakan untuk mencari fistula bagian proksimal, tetapi dengan risiko aspirasi paru.28 Beberapa peneliti merekomendasikan bronchoskopi untuk menunjukkan anomali percabangan trakeobronkial dan melokalisir lubang distal fistula sebelum operasi korektif.35 Namun, prosedur bronchoskopi pada neonatus memiliki keterbatasan; bronchoskopi fleksibel berhubungan dengan masalah ventilasi karena batasan waktu 30-45 detik, sedangkan bronchoskopi kaku memerlukan anestesi umum. Baik bronchoskopi fleksibel maupun kaku dapat menyebabkan beberapa komplikasi termasuk hipoksia, laringospasme, pneumotoraks, edema dan perdarahan saluran napas.21,36 Esofagografi dengan kontras barium konvensional dianggap tes paling sensitif untuk mendiagnosis fistula trakeo- atau bronkoesofageal. CT 3 dimensi dan MRI dapat menampilkan berbagai organ dan struktur, baru-baru ini menjadi alat pemeriksaan klinis yang populer dengan perbaikan kualitas gambar karena kemajuan pesat teknologi komputer.37 Di sisi lain, pencitraan permukaan tiga dimensi dan bronkoskopi maya yang dikembangkan baru-baru ini adalah teknik non-invasif yang menyediakan tampilan 3 dimensi realistis cabang trakeobronkial.30 Pencitraan 3 dimensi untuk sistem trakeobronkial telah berkembang baik pada orang dewasa, tetapi masih terbatas pada pasien anakanak. Visualisasi fistula tracheoesphagus diharapkan dengan mudah dapat dibuat melalui perkembangan pencitraan diagnostik dan memberikan informasi penting untuk perencanaan operasi.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Medscape Reference. Tracheoesophageal Fistula. [cited 2012]. Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/186735-overview.
2.
Nagata K, Kamio Y, Ichikawa T, et al. Congenital tracheoesophageal fistula successfully diagnosed by CT esophagography. World J Gastroenterol 2006 March 7; 12(9):1476-8.
3.
Guiney EJ. Oesophageal atresia and tracheo-oesophageal fistula. In: Puri P, ed. Newborn surgery, 1st ed. Oxford, United Kingdom: Butterworth-Heinemann, 1996: 227–37.
4.
Harper PS. Practical genetic counselling, 6th ed. London: Arnold, 2004.
898
CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013
TINJAUAN PUSTAKA 5.
Gross RE. Surgery of infancy and childhood. Philadelphia, PA: WB Saunders, 1953.
6.
Kumra VP: Anaesthetic considerations for specialized surgeries peculiar to paediatric age group. Indian J Anaesth; 2004, 48(5):376-86.
7.
Landing BH, Dixon LG: Congenital malformations and genetic disorders of the respiratory tract (larynx, trachea, bronchi, and lungs). Am Rev Respir Dis 1979; 120:151-85.
8.
Zacharias J, Genc O, Goldstraw P: Congenital tracheoesophageal fistulas presenting in adults: presentation of two cases and a synopsis of the literature. J Thorac Cardiovasc Surg 2004; 128:316-8.
9.
Expert consult. Tracheoesophageal Fistula from Imaging of Diseases of the Chest. [cited 2012]. Available from URL: http://www.expertconsultbook.com/expertconsult/ob/book.do.
10. Houben CH, Curry JI. Current status of prenatal diagnosis, operative management and outcome of esophageal atresia/tracheo-esophageal fistula. Prenat Diagn 2008;28:667–75. 11. Goyal A, Jones MO, Couriel JM, Losty PD. Oesophageal atresia and tracheooesophageal fistula. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2006;91:F381–4. 12. Vijayaraghavan SB. Antenatal Diagnosis of Esophageal Atresia with Tracheoesophageal Fistula. J Ultrasound Med 15: 417-419,1996. 13. Dahnert W Radiology review manual. 2nd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1993: 507-8,540-1. 14. Al-Rawi O, Booker PD: Oesophageal Atresia and Tracheo-Oesophageal Fistula. Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain 2007; 7:1. 15. Romero R, Pilu G, Jeanty P, et al: Prenatal Diagnosis of Congenital Anomalies. Norwalk, CT, Appleton & Lange, 1988 p 234. 16. Holland AJA, Fitzgerald DA. Oesophageal atresia and tracheo-oesophageal fistula: current management strategies and complications. Paediatric Respiratory Reviews 11 (2010) 100–7. 17. Houben CH, Curry JI. Current status of prenatal diagnosis, operative management and outcome of esophageal atresia/tracheo-esophageal fistula. Prenat Diagn 2008;28:667–75. 18. Gopal M, Woodward M. Potential hazards of contrast study diagnosis of esophageal atresia. J Pediatr Surg 2007;42:E9–10. 19. Dahnert W: Radiology review manual. 2nd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1993: 507-8,540-1. 20. Caffarena PE, Mattioli G, Bisio G, Martucciello G, Ivani G, Jasonni V. Long-gap esophageal atresia: a combined endoscopic and radiologic evaluation. Eur J Pediatr Surg 1994;4:67–9. 21. Nagaraj HS. Bronchoscopy in newborns. In: Puri P, ed. Newborn surgery, 1st ed. Oxford, United Kingdom: Butterworth-Heinemann, 1996:221–3. 22. McLennan MK, Margolis M: Radiology rounds. Canadian Family Physician 1995; 41575-84. 23. Couraud L, Ballester ML, Delaisement C. Acquired tracheoesophageal fistula and its management. Semin Thorac Cardiovasc Surg 1998; 8: 392–9. 24. Couraud L, Ballester ML, Delaisement C. Acquired tracheoesophageal fistula and its management. Semin Thorac Cardiovasc Surg 1998; 8: 392–9. 25. Ng J, Antao B, Bartram J, Raghavan A, Shawis R. Diagnostic difficulties in the management of H-type tracheoesophageal fistula. Acta Radiol. 2006;47:801-5. 26. Blanco-Rodriguez G, Penchyna-Grub J, Trujillo-Ponce A, Nava-Ocampo AA. Preoperative catheterization of H-type tracheoesophageal fistula to facilitate its localization and surgical correction. Eur J Pediatr Surg. 2006;16:14-7. 27. Ou P, Seror E, Layouss W. Definitive diagnosis and surgical planning of H-type tracheoesophageal fistula in a critically ill neonate: First experience using air distension of the esophagus during high-resolution computed tomography acquisition. J Thorac Cardiovasc Surg 2007;133:1116-7. 28. Fitoz S, Atasoy C, Yagmurlu A, Akyar S, Erden A, Dindar H. Threedimensional CT of congenital esophageal atresia and distal tracheoesophageal fistula in neonates: preliminary results. AJR Am J Roentgenol. 2000;175:1403-7. 29. Crabbe DC. Isolated tracheo-oesophageal fistula. Paediatr Respir Rev. 2003;4:74-8. 30. Konen E, Katz M, Rozenman J, Ben-Shlush A, Itzchak Y, Szeinberg A. Virtual bronchoscopy in children: early clinical experience. AJR 1998;171:1699–702. 31. Cudmore RE. Oesophageal atresia and tracheooesophageal fistula. In: Lister J, Irving IM, eds. Neonatal surgery, 3rd ed. London: Butterworths, 1990:231–59. 32. Levine D. Magnetic resonance imaging in prenatal diagnosis. Curr Opin Pediatr 2001;13:572–8. 33. Laporan Mingguan jaga II: Data Diagnosa Pasien Fistula Trakeoesofagus Bagian - SMF Ilmu Bedah (umum) FKU Unair [computer program]. Surabaya: Terkomputerisasi di bagian Rekam Medis. 34. Poerwadi. Pedoman Diagnosis dan Terapi: Atresia Esophagus dan Fistula Tracheoesophageal. 2nd ed. Surabaya: Airlangga University Press; 2010. p.3-6. 35. Usui N, Kamata S, Ishikawa S, et al. Anomalies of the tracheobronchial tree in patients with esophageal atresia. J Pediatr Surg 1996;31:258–62. 36. Slonim AD, Ognibene FP. Amnestic agents in pediatric bronchoscopy. Chest 1999;116:1802–8. 37. Kim JH, Park KH, Sung SW, Rho JR. Congenital bronchoesophageal fistulas in adult patients. Ann Thorac Surg 1995; 60: 151-5.
CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013
899