ISSN : 2087-53312
Sekolaah Tinggi Manajemen M Informatika Dan Kompu uter Denpasar V 1 Vol.
No. 1
Hal 1-53
Deenpasar Okto ober 2010
Jalan Tukad Balian 15 5 Niti Mandala Re enon, Denpasar * Telp. (0361) 24 49781 * Fax. 238 8150 *stmikdenp
[email protected] m
ISSN 2087-5312
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
PENANGGUNG JAWAB Ketua STMIK Denpasar Ketua Dewan Redaksi Gde Iwan Setiawan.SE.,M.Kom Anggota Dewan Redaksi/Penyunting I Ketut Gede Suhartana.S.Kom.,M.Kom I Wayan Dika.SE.,M.Pd I Putu Putra Astawa.S.Kom.,M.Kom Drs. I Nyoman Lana.,MM Ni Luh Gede Ambaradewi.STP Ida Ayu Febri Imawati.S.Kom Penyunting Ahli Drs. I Putu Bagus Wisnuwardhana.,M.Si (STIA Denpasar) Drs. Ida Bagus Upadana.MM (AKPAR Denpasar) I Wayan Candra Winetra,S.Kom.M.Kom (POLTEK Negeri Bali) ALAMAT REDAKSI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER DENPASAR (STMIK DENPASAR) Jl. Tukad Balian no.15 Niti Mandala Renon Denpasar Telp :((0361)249781. Fax : (061)238150 Email :
[email protected]
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Merupakann media informasi serta tempat untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) dibidang Manajemen dan Teknik Informatika Redaksi mengundang para profesional dari dunia usaha, pendidikan dan peneliti untuk menulis mengenai perkembangan ilmu dibidang Manajemen dan Teknik Informatika Jurnal ini diterbitkan 2(dua) kali dalam 1 tahun April dan Oktober
Volume 1, Nomor 1.
i
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
DAFTAR ISI Daftar Isi ..................................................................................................................................................... ii 1. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU (STUDI KASUS SMK TI) ............................................................................................................................................... 1 Oleh : Gde Iwan Setiawan 2. RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA TANAMAN PEPAYA .............................................................................................................................................. 6 Oleh : Dewa Gede Hendra Divayana 3. OPTIMASI PENENTUAN LOKASI IRIS MATA BERBASIS TRANSFORMASI RANDOMIZED HOUGH .............................................................................................................................................. 15 Oleh : I Putu Putra Asta 4. RANCANG BANGUN KAMUS TIGA BAHASA (INDONESIA-BALI–INGGRIS) MENGGUNAKAN J2ME PADA JAVA ENABLED MOBILE PHONE ........................................ 20 Oleh : I Wayan Candra Winetra 5.
IMPLEMENTASI ALGORITMA VIGENERE CIPHER UNTUK KEAMANAN DATA GAMBAR .. ........................................................................................................................................ 28 Oleh : I Ketut Gede Suhartana
6. SISTEM INFORMASI RESERVASI DAN JASA PENGIRIMAN BARANG BERBASIS WEB PADA PT. BALI PRIMA CARGO..................................................................................................... 32 Oleh : I Wayan Dika 7. MEMBANGUN SIG PERGURUAN TINGGI DIY DENGAN CMS JOOMLA DAN GOOGLE MAP ................................................................................................................................................... 37 Oleh : Edhy Sutanta 8. AUDIT ENERGI LISTRIK PADA RUMAH KOS SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK ................................................................................................ 42 Oleh : I Nyoman Sukarma & I Made Aryasa Wirawan 9. PERBEDAAN KUAT SINYAL PENERIMAAN SINYAL WIFI 2,4 GHZ PADA ANTENA HOMEBREW WAJANBOLIC BERBAHAN REFLEKTOR ALUMINIUM COR DAN BERBAHAN REFLEKTOR BESI ................................................................................................... 47 Oleh : Made Wiryana & Kadek Amerta Yasa
Volume 1, Nomor 1. ii
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU (STUDI KASUS SMK TI) Gde Iwan Setiawan STMIK DENPASAR, Jalan. Tukad Balian 15, Renon-Denpasar ABSTRAK: Sistem pendukung keputusan (Decision Support System) adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai masalah yang memerlukan penilaian atau judgement dari pengambilan keputusan dengan menggunakan data dan model. Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Siswa Baru di SMK TI merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk melakukan proses seleksi melalui tes online. Sistem pendukung keputusan (Decision Support System) Seleksi Penerimaan Siswa Baru diharapkan memperoleh hasil perangkingan yang lebih cepat dan tepat sesuai dengan kualifikasi seleksi yang dipersyaratkan, dapat meningkatkan kinerja para pegawai khususnya Panitia Penerimaan Siswa Baru. Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Seleksi Penerimaan Siswa Baru, (Decision Support System) Admission Selection Decision Support System for New Students (CASE STUDY SMK TI) ABSTRACT: Decision Support Systems (Decision Support System) is a computer-based information system that produces a variety of alternative decisions to assist management in handling various issues that require assessment of decision-making or judgment using data and models. Admission Selection Decision Support System for New Students at SMK IT is an application used to conduct the selection process through an online test. Decision Support Systems (Decision Support System), New Student Admission Selection is expected to obtain faster results and rankings that proper selection in accordance with the qualifications required, can improve the performance of its civil servants, particularly the New Student Admission Committee. Keywords: Decision Support System, Selection of New Student Recepti I. PENDAHULUAN Dunia pendidikan belakangan ini selalu mengalami perubahan yang terus-menerus. Hal ini dikarenakan pendidikan di Indonesia berusaha berbenah diri untuk mengantisipasi segala perkembangan yang timbul dalam dunia pendidikan. Setiap instansi pendidikan selalu berusaha untuk menyeleksi setiap anggota pelajar yang akan dibina di instansi yang bersangkutan. Hal ini dilakukan agar nama baik instansi tetap terjaga di mata masyarakat dan juga karena persaingan antar instansi. Setiap instansi pendidikan berlomba-lomba untuk merekrut anggota pelajar yang memiliki kualitas yang baik. Cara penyeleksian pun ada bermacam-macam. Misalnya, penyeleksian melalui Nilai Ujian Nasional (NUN), Tes Potensi Akademis (TPA), jalur prestasi dan lain-lain. Pengembangan sumber daya manusia yang merupakan faktor penting dalam pembangunan suatu negara, tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan teknologi informasi. Khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan lembaga pendidikan untuk mempersiapkan tenaga kerja terampil tingkat
Volume 1, Nomor 1.
menengah dan siap mandiri sangat terkait dengan teknologi ini. Penerimaan calon siswa baru dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu melalui jalur Tes Potensi Akademis (selanjutnya disingkat TPA) dan jalur Nilai Ujian Nasional (selanjutnya disingkat NUN). Jalur TPA akan menerima sebanyak 50% dari penerimaan siswa secara keseluruhan dan 50% diterima melalui jalur NUN. Pada penelitian ini, hanya difokuskan pada penerimaan siswa baru melalui jalur TPA. Karena perkembangan dunia pendidikan yang sangat pesat sehingga memicu adanya persaingan antara instansi pendidikan, banyak upaya telah dilakukan untuk pembenahan model seleksi. Salah satunya adalah dengan melakukan penyeleksian calon siswa baru dengan memanfaatkan teknologi yang saat ini sedang berkembang pesat. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada diharapkan dapat melakukan penyeleksian calon siswa baru secara murni tanpa ada manipulasi. Sehingga dapat menyaring calon siswa baru yang memiliki kualitas yang baik.
1
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. II. LANDASAN TEORI 2.1. Sistem pendukung keputusan (Decision Support System) Sistem pendukung keputusan (Decision Support System) adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai masalah yang memerlukan penilaian atau judgement dari pengambilan keputusan dengan menggunakan data dan model. Sistem pendukung keputusan memberikan dukungan langsung pada permasalahan dengan menyediakan alternatif pilihan dan menekankan pada efektivitas pengambilan keputusan dalam upaya untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik. Pada sistem ini yang memegang peranan terpenting adalah pengambil keputusan karena sistem hanya menyediakan alternatif keputusan, sedangkan keputusan akhir tetap ditentukan oleh pengambil keputusan. 2.2. Teknik Skoring Menurut Suryabrata (2000), untuk variabelvariabel yang bersifat kualitatif agar dapat diolah, maka datanya harus dalam bentuk skala interval, dimana salah satu cirinya adalah ada informasi jarak antara obyek yang satu ke obyek yang lainnya pada item yang dipersoalkan. Adapun teknik pemberian skor dengan menggunakan skala yang ditetapkan melalui pendekatan deviasi normal dengan memberi skor dari masingmasing jawaban pertanyaan. Penentuan skor dengan melihat pernyataan respon yang diberikan oleh responden yang mengandung alternatif jawaban pernyataan yang positif (diharapkan) sampai dengan taraf jawaban pernyataan negatif (tidak diharapkan). Jawaban pernyataan yang positif (diharapkan) diberi skor yang lebih tinggi dari pada jawaban pernyataan negatif (yang tidak diharapkan) . III.
METODE PENGEMBANGAN SISTEM Pendekatan yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan seleksi penerimaan siswa baru dengan obyek SMK TI ini adalah pendekatan prototyping. Tahapan-tahapan yang harus dilalui (Hartono, 2003) yaitu identifikasi kebutuhan pemakai yang mendasar (proses ini sama dengan proses analisis pengembangan System Development Life Cycle/SDLC), membangun prototype, menggunakan prototype, serta merevisi dan meningkatkan prototype. 3.1. Identifikasi Kebutuhan Informasi Identifikasi terhadap kebutuhan informasi bersamaan dilakukan dengan identifikasi terhadap masalah, peluang dan tujuan. Kedua hal tersebut
Volume 1, Nomor 1. 2
Oktober 2010
diperlukan untuk dapat memahami secara detail sistem yang sedang berjalan. Langkah awal untuk dapat memahami sistem yang ada saat ini adalah dengan mengumpulkan fakta/data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan pendapat orang yang diwawancarai tentang kondisi yang ada saat ini, tujuan-tujuan pribadi, dan organisasional, serta prosedur-prosedur informal yang ada. 3.2. Analisa Kebutuhan Sistem Tahap penentuan kebutuhan sistem adalah sebuah tahapan yang memerlukan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan bagaimana data-data berpindah, proses-proses atau transformasi dan juga output yang dihasilkan dalam sistem. Alat yang digunakan untuk membantu dalam menentukan kebutuhan sistem adalah Data Flow Diagram (DFD). DFD digunakan untuk menggambarkan input, proses dan output sistem dalam bentuk diagram terstruktur. 3.3. Membangun Prototype Perangkat lunak yang digunakan pada sistem ini didasarkan pada analisa-analisa kebutuhan sistem yang telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Tahapan ini dilakukan dengan mengambil dan menginput beberapa data untuk diujicobakan ke dalam sistem yang telah dibuat. Pengujian ini akan dilakukan berulang-ulang sampai sistem berhasil melakukan fungsi-fungsi yang ada. Interaksi dengan user dilakukan untuk mendapat masukan tentang kekurangankekurangan yang ada pada prototype yang telah dibuat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proses Adapun proses-proses yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut. Alat yang digunakan untuk membantu dalam menentukan kebutuhan sistem adalah Data Flow Diagram (DFD). DFD digunakan untuk menggambarkan input, proses dan output sistem dalam bentuk diagram terstruktur.
Gambar 1. Diagram Konteks
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
4.2.2. Jurusan Tabel 4.2 Field-Field Jurusan No 1 2 3 4 5
Nama Field jur_id nama_jur jur_singkat b_mat b_indo
Jenis varchar varchar varchar float float
Ukuran 6 100 10 -
6 7 8
b_eng jml_kls jml_siswa_kls
float int int
5 5
Keterangan id jurusan (primary key) nama jurusan singkatan nama jurusan bobot nilai matematika bobot nilai bahasa Indonesia bobot nilai bahasa inggris jumlah kelas per jurusan jumlah siswa per kelas
4.2.3. Opsi_Soal Tabel 4.3 Field-Field Opsi_Soal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Field Nosoal Userid Nama Materi Jumlahsoal Disajikan Opsi Metode Waktu
Jenis int varchar varchar varchar int int tinyint varchar tinyint
Ukuran 11 12 40 30 3 3 1 4 1
Keterangan no materi soal (primary key) nama user (foreign key nama panitia pemuat soal nama materi soal jumlah soal yang diinput jumlah soal yang disajikan jumlah pilihan jawaban soal Metode soal (acar atau urut) waktu pengerjaan soal
4.2.4. Soal Gambar 2. DFD Level 0 4.2
Perancangan Basis Data Database merupakan media penyimpanan data, yang akan diolah dalam sebuah sistem, ada beberapa tabel yang digunakan untuk sistem ini yang merupakan penjabaran dari Diagram Alir Data(DFD) 4.2.1. Users Tabel 4.1 Field-Field Users No 1 2 3 4
Nama Field Userid jur_id Password Level
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Jk asal_sekolah alamat_sekolah pil1 pil2 Kls Alamat Kelurahan Kecamatan Kota Kodepos Telepon Kotalahir Tgllahir
Jenis Ukuran Keterangan varchar 12 nama user (primary key) varchar 6 id jurusan (foreign key) varchar 20 password user enum (administrator, panitia, siswa) varchar 70 nama lengkap user varchar 10 jenis kelamin user varchar 50 asal sekolah siswa varchar 100 alamat sekolah siswa varchar 100 pilihan jurusan 1 varchar 100 pilihan jurusan 2 varchar 10 kelas yg diperoleh siswa text alamat rumah user varchar 30 kelurahan user varchar 30 kecamatan user varchar 25 kota user varchar 5 kode pos user varchar 15 telepon user varchar 15 kota lahir user date tanggal lahir user
Volume 1, Nomor 1.
Tabel 4.4 Field-Field Soal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Field soal_id Nosoal Pertanyaan Opsia Opsib Opsic Opsid Opsie Kunci
Jenis int int text varchar varchar varchar varchar varchar char
Ukuran 5 11 75 75 75 75 75 1
Keterangan id soal (primary key) no materi soal (foreign key) Pertanyaan pilihan jawaban a pilihan jawaban b pilihan jawaban c pilihan jawaban d pilihan jawaban e pilihan jawaban yang benar
4.2.5. Hasil Tabel 4.5 Field-Field Hasil No 1 2 3 4 5 6
Nama Field hasil_id Nosoal Userid Nama Materi Waktu
Jenis int int varchar varchar varchar varchar
Ukuran 5 11 12 40 30 20
7 8 9 10
Benar Salah Nilai Lama
int int int int
3 3 3 3
Keterangan id hasill (primary key) no materi soal (foreign key) nama user (foreign key) nama siswa nama materi soal waktu mulai mengerjakan soal jumlah jawaban yang benar jumlah jawaban yang salah nilai yang diperoleh lama pengerjaan soal
3
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
4.2.6. Siswa_Jurusan Tabel 4.6 Field-Field Siswa_Jurusan No Nama Field Jenis 1 siswa_jur_id Int 2 3 4
Userid jur_id nb_mat
5
nb_indo
6
nb_eng
7 8
Total Pil
Ukuran Keterangan 5 id siswa per jurusan (primary key) Varchar 12 nama user (foreign ke) Varchar 6 id jurusan (foreign key) Float hasil pembobotan nilai matematika hasil pembobotan nilai B Float indonesia hasil pembobotan nilai b Float inggris Float total nilai pembobotan Char 2 pilihan jurusan
4.3. Relasi Tabel Model relasi tabel dari database dalam sistem ini dapat digambarkan seperti berikut.
Gambar 10 Registrasi Siswa 4.3.2. Profil Siswa Setelah melakukan proses registrasi siswa dapat menambahkan atau memperbaharui data pribadi dengan mengisi pada form profil. Ini bisa dilakukan setalah siswa melakukan proses login.
Gambar 11 Profil Siswa
Gambar 8. Relasi Tabel
4.3.3. Tes Siswa Setelah melakukan login, siswa dapat langsung mengikuti tes sesuai dengan materi yang dipilih. Dalam proses ini setiap materi diberikan batas waktu untuk menjawab soal. Jika sampai batas waktu yang ditentukan siswa belum selesai menjawab soal maka siswa akan langsung dibawa ke halaman nilai.
4.3 ANTAR MUKA SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai prosesproses yang terjadi dalam sistem. Berikut merupakan gambaran dari proses-proses tersebut. 4.3.1 . Halaman Utama Halaman utama merupakan halaman yang akan dituju begitu user mengetikan alamat situs di address bar. Isi halaman utama yaitu Beranda yang menampilkan gambaran umum sistem Proses registrasi dapat dilakukan secara langsung oleh siswa dengan mengisi data pada form registrasi siswa. Setelah melakukan proses registrasi siswa akan mendapatkan username yang akan digunakan untuk login.
Volume 1, Nomor 1. 4
Gambar 12. Tes Siswa
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 4.3.4. Hasil Tes Siswa per Jurusan Halaman ini menampilkan nilai siswa beserta jurusan yang diperoleh. Setiap user dapat melihat halaman ini setelah melakukan proses login terlebih dahulu. Khusus untuk siswa, hasil tes pada halaman ini menggunakan batas waktu. Halaman ini menampilkan hasil pembobotan nilai siswa. Dari hasil pembobotan ini akan diketahui jurusan yang diperoleh siswa.
Oktober 2010 2. Supaya dapat mengikuti tuntutan kebutuhan dan perkembangan teknologi, maka penulis menyarankan agar sistem pendukung keputusan dalam penentuan jurusan siswa dikembangkan lebih lanjut, misalnya dalam penentuan kelas. Dimana pada sistem ini, penentuan kelas dilakukan berdasarkan rangking calon siswa baru. Dalam pengembangannya diharapkan bisa menentukan kelas secara random.
DAFTAR PUSTAKA Aziz, Farid M, Pemrograman PHP4, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001 Gambar 13 Hasil Pembobotan 4.4 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Siswa Baru ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa, sistem ini mempermudah dalam proses melakukan tes dan memberikan hasil yang akurat tanpa manipulasi. 2. Bagi panitia, sistem ini mempermudah proses seleksi karena panitia tidak perlu mencetak soal dan melakukan pemeriksaan secara manual. 4.5. Saran Sistem ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu pada bagian ini dapat disampaikan beberapa saran untuk menjadi pertimbangan dalam usaha peningkatan kualitas sistem ini. Saran-saran tersebut sebagai berikut: 1. Agar sistem dapat mengolah data dengan cepat dan mampu menyimpan data dalam jumlah yang besar, maka sebaiknya digunakan prossesor yang berkecepatan tinggi dan memori serta media penyimpanan data yang berkapasitas besar.
Volume 1, Nomor 1.
David Sugianto dkk, Langkah-langkah Membangun Website dengan PHP, Jakarta: Datakom Lintas Buana, 2003 Didik Dwi Prasetyo, Tip dan Trik Kolaborasi PHP dan MySQL untuk membuat Web Basis Data yang Interaktif, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003 Hakim, Lukmanul dan Musalini Uus, Cara Mudah Memadukan Web Desain dan Web Programming, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003 Kadir, Abdul, Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP, Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2001 Kurniawan Yahya, Aplikasi Web Database dengan PHP dan MySQL, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002
5
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA TANAMAN PEPAYA Dewa Gede Hendra Divayana STMIK DENPASAR, Jalan Tukad Balian 15, Renon-Denpasar
[email protected] ABSTRAK: Sistem pakar pada penelitian ini merupakan sistem pakar berbasis web yang menghadirkan solusi dalam mendeteksi dan memberikan informasi detail tentang penyakit pada tanaman pepaya. Sistem pakar ini menyediakan fasilitas konsultasi yang digunakan untuk memudahkan melakukan interaksi tanya-jawab antara sistem dengan pemakai. Sistem juga menyediakan fasilitas edit pengetahuan yang dapat digunakan oleh Knowledge Engineer dalam melakukan perubahan data pada basis pengetahuan. Metode penelusuran solusi yang digunakan pada sistem ini adalah adalah penelusuran runut maju (forward chainning) dan runut mundur (backward chaining). Aturan pada basis pengetahuan dimodelkan sebagai tabel keputusan dengan memanfaatkan database MySQL serta bahasa pemrograman PHP. Pemanfaatan database untuk menyimpan basis pengetahuan dari sistem pakar akan mempermudah dalam pembuatan fasilitas penambahan pengetahuan. Dengan adanya fasilitas penambahan pengetahuan, perubahan aturan pada basis pengetahuan dan pengembangan sistem melalui akuisisi pengetahuan yang baru dapat langsung dilakukan tanpa harus membongkar sistem yang sudah jadi. Hal ini akan memungkinkan sistem menjadi tetap up to date. Kata kunci : Sistem Pakar, Penyakit Tanaman Pepaya, Forward Chaining, Backward Chaining. Expert System Design For Detecting Diseases in Papaya Plants ABSTRACT: Expert system in this study is a web-based expert system that delivers solutions to detect and give detailed information about diseases in papaya plants. This expert system provides consultation facilities that are used to facilitate interaction between the system and the user. The system also provides facilities to edit the knowledge that can be used by the Knowledge Engineer to make a changes to the data on the knowledge base. searching solution methods that used in this system is the forward trace search (forward chainning) and backward tracing (backward chaining). Rules on the knowledge base is modeled as a decision table using the MySQL database and PHP programming language. The use of a database to store the knowledge base of the expert systems will facilitate the addition of knowledge. With this facility, the addition of knowledge, changing the rules of the knowledge base through acquisition and development of new knowledge can be directly carried out without having to dismantle the system. This will allow the system to be kept up to date. Keywords: Expert System, Disease of Papaya Plants, Forward Chaining, Backward Chaining. 1. PENDAHULUAN Sistem pakar pada penelitian ini merupakan sistem pakar berbasis web yang menghadirkan solusi dalam mendeteksi dan memberikan informasi detail tentang penyakit pada tanaman pepaya. Sistem pakar ini menyediakan fasilitas konsultasi yang digunakan untuk memudahkan melakukan interaksi tanya-jawab antara sistem dengan pemakai. Sistem juga menyediakan fasilitas edit pengetahuan yang dapat digunakan oleh Knowledge Engineer dalam melakukan perubahan data pada basis pengetahuan. Metode penelusuran solusi yang digunakan pada sistem ini adalah adalah penelusuran runut maju (forward chainning) dan runut mundur (backward chaining). Aturan pada basis pengetahuan dimodelkan sebagai tabel keputusan
Volume 1, Nomor 1. 6
dengan memanfaatkan database MySQL serta bahasa pemrograman PHP. Pemanfaatan database untuk menyimpan basis pengetahuan dari sistem pakar akan mempermudah dalam pembuatan fasilitas penambahan pengetahuan. Dengan adanya fasilitas penambahan pengetahuan, perubahan aturan pada basis pengetahuan dan pengembangan sistem melalui akuisisi pengetahuan yang baru dapat langsung dilakukan tanpa harus membongkar sistem yang sudah jadi. Hal ini akan memungkinkan sistem menjadi tetap up to date. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pakar Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli (Turban, 2005 : p23). 1. Bentuk Sistem Pakar Ada empat bentuk sistem pakar, yaitu : 1) Berdiri sendiri. Sistem pakar jenis ini merupakan software yang berdiri sendiri tidak tergabung dengan software yang lainnya. 2) Tergabung. Sistem pakar jenis ini merupakan bagian program yang terkandung di dalam suatu algoritma atau merupakan program dimana di dalamnya memanggil algoritma sub rutin lain. 3) Menghubungkan ke software lain. Bentuk ini biasanya merupakan sistem pakar yang menghubungkan ke suatu paket program tertentu, misalnya dengan DBMS. 4) Sistem mengabdi. Sistem pakar ini merupakan bagian dari komputer khusus yang dihubungkan dengan suatu fungsi tertentu. Misalnya : sistem pakar yang digunakan untuk membantu menganalisis data radar. 2. Ciri-ciri Sistem Pakar Sistem pakar yang baik harus memenuhi ciriciri sebagai berikut : 1) Memiliki fasilitas informasi yang handal. 2) Mudah dimodifikasi. 3) Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer. 3. Struktur Sistem Pakar Struktur sistem pakar terdiri dari dua bagian pokok, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan digunakan sebagai pembangun sistem pakar baik dari segi pembangun komponen maupun basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi digunakan oleh seseorang yang bukan ahli untuk berkonsultasi. 4. Komponen Sistem Pakar Sistem pakar memiliki beberapa komponen utama yang terdiri dari : 1) Basis Pengetahuan (Knowledge Base) Basis pengetahuan berisi pengetahuanpengetahuan dalam penyelesaian masalah. Ada dua bentuk pendekatan basis pengetahuan yang sangat umum digunakan, yaitu : a. Penalaran berbasis aturan (Rule-Based Reasoning)
Volume 1, Nomor 1.
b.
Pada penalaran berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan dengan menggunakan aturan berbentuk : IF THEN. Bentuk ini digunakan apabila kita memiliki sejumlah pengetahuan pakar pada suatu permasalahan tertentu, dan si pakar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan. Disamping itu, bentuk ini juga digunakan apabila dibutuhkan penjelasan tentang jejak (langkah-langkah) pencapaian solusi. Penalaran berbasis kasus (Case-Based Reasoning) Pada penalaran berbasis kasus, basis pengetahuan akan berisi solusi-solusi yang telah dicapai sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi untuk keadaan yang terjadi sekarang (fakta yang ada). Bentuk ini digunakan apabila user menginginkan untuk tahu lebih banyak lagi pada kasuskasus yang hampir sama (mirip). Selain itu, bentuk ini juga digunakan apabila kita telah memiliki sejumlah situasi atau kasus tertentu dalam basis pengetahuan.
2) Motor Inferensi (Inference Engine) Motor inferensi (inference engine) berisi metodologi yang digunakan untuk melakukan penalaran terhadap informasi-informasi dalam basis pengetahuan serta digunakan untuk memformulasikan konklusi (Turban, 2005 : p26). Motor inferensi merupakan bagian yang mengandung mekanisme fungsi berpikir dan pola-pola penalaran sistem yang digunakan oleh seorang pakar. Mekanisme akan menganalisa suatu masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban, kesimpulan atau keputusan yang terbaik. Karena itu Inference Engine merupakan bagian terpenting dari sistem pakar yang berperan dalam menentukan efektifitas dan efisiensi sistem. Ada dua cara yang dapat dikerjakan dalam melakukan inferensi, yaitu : a. Forward Chaining (Alur Maju) Forward Chaining adalah pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kiri (IF dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis. Pada sistem alur maju, fakta-fakta dalam sistem disimpan dalam memori kerja dan secara kontinyu diperbaharui. Keluaran dalam sistem merepresentasikan aksi-aksi yang harus diambil apabila terdapat suatu kondisi
7
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
b.
khusus pada item-item dalam memori kerja atau sering disebut kondisi aksi. Kondisi biasanya berupa penambahan atau penghapusan item dalam memori kerja. Berikut contoh inferensi dengan menggunakan metode alur maju, yaitu : JIKA demam tinggi dan bintik-bintik merah MAKA penderita terkena penyakit demam berdarah Backward Chaining (Alur Mundur) Backward Chaining adalah pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan (THEN dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih dahulu, dan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis pengetahuan.
3) Antarmuka Pemakai Antarmuka pemakai merupakan bagian penghubung antara program aplikasi sistem pakar dengan pemakai. Biasanya pada bagian ini akan terjadi dialog atau menu-menu pilihan yang nantinya harus dijawab oleh pemakai agar sistem pakar dapat mengambil keputusan berdasarkan jawaban dari pemakai tersebut.
Volume 1, Nomor 1. 8
untuk memberitahu dan memberi konsultasikonsultasi dengan bagian alasan menggunakan inferensi engine (mesin kesimpulan) untuk memberitahu hasil. Dalam beberapa waktu selama sesi interaktif dengan sistem pakar, para pengguna dapat bertanya kepada sistem bagaimana sampai sistem tersebut dapat memberi kesimpulan, dan explanation facility akan merespon dengan cepat, dan akan memberikan jawaban dengan baik. 3) Self Training Facility (fasilitas belajar adaptif). Para pakar belajar situasi, menyediakan pemberitahuan / informasi mengamati hasil dari hasil informasi dan menyimpan semua informasi ke dalam memori sistem. Pemberitahuan yang baru ini dikembangkan dan pengetahuan yang baru menentukan penambahan kepakaran para pakar. Pakar merubah kepakaran mereka di dalam self training facility. Self training facility merupakan tujuan lain untuk sistem pakar. Ketika sistem pakar memperoleh fakta baru maka selanjutnya menyimpulkan semua prosedur. Fakta-fakta baru ini semua dapat dibuat pada knowledge base dan kemudian akan dipresentasikan kepada pengguna. Self training facility menerima fakta-fakta pada sistem pakar dengan inference engine untuk menghasilkan dan membandingkan faktafakta yang berasal dari domain database, maka secara langsung dibuat basis data yang baru. Self training facility juga akan mencoba untuk mengetahui jika fakta spesifik untuk masalah secara umum dalam general sistem pakar. Untuk lebih jelasnya, maka dibawah ini digambarkan suatu arsitektur sistem pakar : Expert
User User Interface
Aturan-aturan Fakta-fakta
Jawaban
Masukkan, konsultasi, dll
KNOWLEDGE ACQUISITION FACILITY
Aturan Fakta
Domain Database
Aturan
InferenceEngine Knowledge Base
MasukkanFakta
Fakta
FaktaBaru PembaruanFakta
SELF TRAINING FACILITY
Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pakar
EXPLANATION FACILITY
5. Arsitektur Sistem Pakar Arsitektur sistem pakar terdiri dari tiga bagian pokok atau utama yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan suatu masalah agar dapat memenuhi kriteria sistem pakar tersebut. Adapun tiga bagian pokok atau utama sistem pakar itu adalah: 1) Knowledge Acquisition Facility (fasilitas pengembangan basis pengetahuan). Banyak sistem pakar mempunyai dedikasi modul untuk mengupdate proses. Modul atau set modul ini dinamakan dengan Knowledge Acquisition Facility (fasilitas pengembangan basis pengetahuan). Informasi pengetahuan terhadap sebagian besar sistem pakar akan diperbaharui dan akan bertambah banyak dalam sistem. Hal ini dilakukan untuk dapat membantu menyelesaikan masalah. 2) Explanation Facility (fasilitas penjelasan). Salah satu fungsi sebagian besar sistem pakar akan berisi pembenaran (pertanyaan). Fungsi pembenaran mengijinkan kepada para user bertanya kepada sistem pakar untuk membenarkan jawaban atau memberitahu bahwa sistem sudah terisi. Explanation facility menyimpan track
Oktober 2010
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. Ketiga arsitektur sistem pakar ini tergabung menjadi satu dalam suatu sistem sehingga terlihat kinerja dari sistem pakar ini sangat membantu dalam suatu tingkat penyelesaian terhadap masalah yang ada. 6. Keuntungan dan Kelemahan Sistem Pakar 1) Keuntungan Sistem Pakar Beberapa keuntungan penerapan sistem pakar adalah sebagai berikut : a.Waktu kerja menjadi lebih hemat. b. Pekerjaan menjadi lebih sederhana. c. Menjadikan seorang yang masih awam, bekerja layaknya seorang pakar. d. Arsip terpercaya dari sebuah keahlian tertentu, sehingga bagi pemakai sistem pakar akan seolah-olah berkonsultasi atau berkomunikasi langsung dengan sang pakar, walaupun pakar itu sudah meningal. e. Produktititas menjadi meningkat akibat meningkatnya kualitas hasil pekerjaan / produksi, meningkatnya hal itu dikarenakan meningkatnya efisiensi kerja. f. Memperluas jangkauan, dari keahlian seorang pakar. Dimana sistem pakar yang telah disahkan, akan sama saja artinya dengan seorang pakar yang tersedia dalam jumlah besar (dapat diperbanyak dengan kemampuan yang sama persis), dapat diperoleh dan dipakai dimana saja. g. Dapat menggabungkan kemampuan atau pengalaman seorang pakar dengan para pakar yang lain, sehingga diperoleh sebuah hasil layaknya kita berkonsultasi dengan banyak pakar. 2) Kelemahan Sistem Pakar Selain keuntungan-keuntungan tersebut di atas, sistem pakar seperti halnya sistem lain, juga memiliki kelemahan diantaranya adalah : a. Masalah dalam mendapatkan pengetahuan, dimana pengetahuan tidak selalu bisa didapatkan dengan mudah, karena kadangkala pakar dari masalah yang kita buat tidak ada, dan kalaupun ada kadang-kadang pendekatan yang dimiliki oleh pakar berbeda-beda. b. Untuk membuat suatu sistem pakar yang benar-benar berkualitas tinggi sangatlah sulit dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk pengembangan dan pemeliharaannya. c. Bisa jadi sistem tidak dapat membuat keputusan. d. Sistem pakar tidaklah 100 % menguntungkan. Oleh karena itu diuji ulang secara teliti sebelum digunakan.
Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
3. PEMBAHASAN 3.1. Metode Perancangan Sistem 1. Rancangan DFD 1) Konteks Diagram
2) DFD Level 0
3) DVD Level 1 Proses 1
9
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 4) DVD Level 1 Proses 2
Oktober 2010 6) DVD Level 1 Proses 4
2. Rancangan Entity Relationship Diagram
5) DVD Level 1 Proses 3
3. Rancangan Tabel 1) Tabel Gejala
2) Tabel Penyakit
3) Tabel Rules
Volume 1, Nomor 1. 10
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
4) Tabel Feedback 2. Tabel Keputusan Rule
5) Tabel Konsultasi
3.2 Rule-Based Knowledge 1. Knowledge Base
Volume 1, Nomor 1.
11
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
3.3 Tampilan Program 1. Form Menu Utama
2.
Volume 1, Nomor 1. 12
Form Registrasi Anggota
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 3.
4.
5.
Form Forward Chaining
Oktober 2010 6.
Form Login Admin
7.
Form Input Gejala
8.
Form Input Penyakit
Form Backward Chaining
Form Hasil Konsultasi
Volume 1, Nomor 1.
13
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 9.
Form Input Rule
Oktober 2010 3. Pendekatan pengembangan user interface dilengkapi dengan fasilitas pengenalan istilah dan dokumen penunjang berbasis multimedia sehingga memberikan kemudahan pemakaian bagi pemakai awam.
DAFTAR PUSTAKA Arhami , M.,2005, Konsep Dasar Sistem Pakar, ANDI Yogyakarta, Yogyakarta. Kadir, A. 2003. Pemrograman WEB Dinamis Menggunakan PHP. Yogyakarta : Andi
4. SIMPULAN 1. Pengembangan sistem pakar untuk pendeteksian penyakit papaya dilakukan dengan pembentukan tabel keputusan pada basis data MySQl sehingga memiliki kedinamisan dalam manajemen pengetahuan/kepakaran. 2. Pemilihan bahasa pemrograman web dengan PHP akan memberikan fleksibelitas dalam pengaksesan data.
Volume 1, Nomor 1. 14
Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta : Graha Ilmu. Turban, E; dan Jay E.A, 1995 Decision Support System and Intelligent System, six edition, Prentice Hall Internasional, Inc. New Jersey. www.swidodo.wordpress.com/tag/uncategorized/arti kel/membuat prototipe sistem pakar
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
OPTIMASI PENENTUAN LOKASI IRIS MATA BERBASIS TRANSFORMASI RANDOMIZED HOUGH I Putu Putra Astawa STMIK DENPASAR, Jalan Tukad Balian 15, Renon-Denpasar email:
[email protected] ABSTRAK: Pada sistem biometrik berbasis iris mata, salah satu tahap yang paling kritis dan mendasar adalah tahap segmentasi untuk menentukan lokasi batas luar dan dalam, dari pola iris mata. Lokasi yang akurat menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kehandalan sistem, dalam berbagai lingkungan yang mengandung noise. Meningkatkan akurasi iris mata dilakukan dengan cara melokalisasi posisi iris mata dengan memetakan citra mata dengan wavelet non-separable dan menentukan lokasi iris mata menggunakan metode transformasi randomized hough. Pada penelitian ini langkah – langkah yang dilakukan adalah pengambilan sampel citra mata, pemetaan tepi citra, mendeteksi batas luar dan dalam iris mata, kemudian menghapus noise dan terakhir mengukur kinerja algoritma dengan mengukur tingkat akurasi. Dalam proses uji coba mengukur tingkat akurasi segmentasi iris mata digunakan dataset CASIA-IrisV3 Hasil uji coba pada 40 citra mata menunjukkan bahwa segmentasi iris mata berbasis transformasi nonseparable wavelet dan transformasi randomized hough, mampu mencapai akurasi rata – rata 98.4 %. Kata kunci : Segmentation, iris, noise, transformasi non-separable wavelet, transformasi randomized hough. Optimazion of Iris Eyes Location Determining Based on Hough Randomized Transformation ABSTRACT: In the iris-based biometric system, one of the most critical and fundamental stage is the segmentation stage to determine the outer and inner of boundaries location of the iris pattern. In a variety of environments that contain noise, the accuration of location is one of the factor that improve the system reliability. Improving the accuracy of iris can be done by localize the position of the iris with a map of the eye with non-separable wavelet and determine the location of the iris using Hough randomized transformation method The step that used in this research is taking the samples of the eye image, mapping the edge of the image, detecting outer and inner boundary of the iris, then remove the noise and the last thing is measure the performance of the algorithm by measuring the level of accuracy. Datasets CASIA-IrisV3 is used in the process of testing the accuracy of eyes iris segmentation. The results of the trial on 40 eye images showing that the segmentation of iris based on non-separable wavelet transform and the randomized Hough transform, capable of achieving accuracy at average 98.4%. Keywords: Segmentation, iris, noise, non-separable wavelet transform, randomized Hough transform 1. Pendahuluan Sistem biometrik berkembang pesat di berbagai bidang aplikasi komersial seperti sistem keamanan. Hal ini mempengaruhi penelitian-penelitian yang mengarah pada peningkatan kemampuan metode yang dikembangkan, untuk menjamin tingkat akurasi dan kehandalan dalam berbagai kesulitan pada lingkungan yang mengandung noise (Jang. dkk, 2003). Salah satu tahap yang paling kritis dan mendasar dalam sistem pengenalan iris mata adalah lokalisasi atau batasan luar dan dalam dari pola iris mata di dalam citra input, sehubungan dengan berbagai varian yang mungkin terjadi saat pengambilan citra. Varian yang dimaksud seperti posisi iris mata, posisi mata dalam citra, noise
Volume 1, Nomor 1.
yang meliputi pemakaian kacamata, bulu mata, kelopak mata, pengaruh blurring dan variasi ukuran iris mata. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengatasi masalah diatas seperti (Xu. dkk, 2006) menentukan batas luar dan dalam dari iris mata berdasarkan estimasi. (Li dan Liu, 2008). Peningkatan akurasi segmentasi iris mata dengan mentukan pusat lingkaran dalam iris dan mengestimasi secara kasar radius lingkaran luar sepanjang dua segmen garis horizontal tetapi tidak akurat pada citra mengandung noise dan kualitas citra rendah karena pengaruh iluminasi. (Labati dan Scotti, 2009) berbasis intro-diferrential untuk melokalisasi batasan iris dengan melakukan proses pencarian pada region of interest tetapi tidak menghasilkan segmentasi
15
JURNAL MANAJAMEN M N DAN TEKNOLOGI INFO ORMASI Volume 1, 1 Nomor 1. yang akuraat. Paada penelitian n ini diusulkaan meningkatkkan akurasi seggmentasi iris mata yang meengandung noiise, dengan carra melokasisassi posisi iris maata menggunakkan metode berrbasis transform masi non-separrable wavelet dan d transformaasi randomized hough. Trransformasi noonseparable wavelet yang diusulkan memiliki kelebiilan dalam pem metaan citra irris dengan berrbagai varian dan d transformaasi randomizeed hough meerupakan metoode pengembanngan dari transformasi hough yaang menekankaan pada kecep patan komputaasi dalam prooses deteksi battasan iris. 2. Metode M Metode yang dikembangkan d dalam penelittian ini dibagi dalam tiga taahap. Tahap pertama pemetaaan tepi citra bertujuan un ntuk menghassilkan citra teepi. Proses pem metaan mulai dari input cittra, mencari tiitik pusat pupiil dan mengh hitung koefisieen modulus noonseparable wavelet. Tah hap kedua addalah melakukkan proses seggmentasi dengaan mendetekssi batas luar dan d dalam iriss mata berbassis transformassi hough, outtput berupa lokkasi iris mata. Tahap T terakhir adalah mengukkur kinerja allgoritma segm mentasi mengggunakan metoode ground truuth, dimana diihitung tingkat akurasi denggan cara membbadingkan citraa ground truthh yang di segm men secara mannual oleh userr dengan citra hasil segmenttasi sistem. 2.1 Iris maata Irris mata (selap put pelangi) merupakan m daerah berbentuk gelang pada mata yang dibbatasi oleh puupil dan sclera((bagian putih dari d mata). Strruktur permukaaan mata disajiikan pada Gam mbar 2.1. Tektuur visual dari iris terbentuk dari proses “cchaotic morphhogenetic” selaama proses perkkembangan em mbrio(Matnoni D., 2003). Irris mata berrfungsi untuk mengendalikkan cahaya yaang masuk melalui m pupil.U Ukuran rata -rrata diameter irris mata adalah h 12 mm dan ukuran u pupil bisa b bervariasi dari 10% sam mpai 80% diaameter iris mata m (Daugman.,J. 2002). Iris berbeda dan unik u setiap oraang, termasuk yang kembar identik (Mattnoni D., 20003). Salah satuu fitur iris yaang penting adalah a iris mata m terletak diibelakang konea mata sehinngga sangat suulit untuk dim modifikasi atau u dipalsukan karena beresiko merusak orrgan mata.
(a)
(b)
Gambar 2.1 Struktur peermukaan mataa. (a) citra mata d atas, (b) cittra mata dari saamping. dari
Volume 1, 1 Nomor 1. 16
Oktober 2010
nentukan Titiik Pusat Pupiil 2.2 Men Dalam meneentukan titik pusat p pupil metode m yang digunakan d addalah momentt (µ). Metodde ini dilakukkan dengan cara c menghittung luas pupil, kemudian dengan menggunakann rumus moment m ( ).sepeerti dibawah. ,
( 2.1 )
dimana x dan y adalaah koordinat titik, axy menyaatakan intensitaas titik dan (x’, y’) merupakaan titik pusat obbjek. 2.3 Meenghitung Modulus Koefisieen Non-Separable Waveleet Non-separable waveelet trannsform direkonnstruksi mengggunakan symettric matric terrpusat. Dengann symetric pusaat 4 x 4 dan matrik m ortogonal U(α,β) yang diidefinisikan seebagai berikut (Zhenyu He. dkk , 2009) dan d (Jie W. dkkk, 2008):
, (2.2) dimana α dan β beerupa atribut bilangan real.. Dari symetric matric terpuusat sebelumnnya, diperolehh class pada noon-separable yang y menghassilkan filter wavelet w sebagai berikut low-passs filter mo(z1, z2) didefinisikkan sebagai berrikut:
(2.3)
,
dimana D={ z :|z| ≤ 1} dan ∂D={ z :|z| =1}. Daan tiga ), j=1, 2, 3 dengan berdassarkan high-paass filter mj( low-passs filter diatas, mo( ) mennjadi.
(2.4)
j=1,2,3,
dimana Vo= (1,1,1,1)T, V3= (1,--1,-1,1)T,
V1= (1,-1,1,-1)T,
V2= (1,1,-1,-1)T,
U(αk,βk) adalah symm metric terpusat,, matrik orthoogonal yang diidefinisikan paada persamaann (2.4) dan D(( ) adalah matrik m pada poolinomial trigonnometri dibaw wah ini
(2.5) cara menghiitung moduluss dari transfoormasi wavelett. Diasumsikann I(x,y) adalaah sebuah citrra iris mata yaang diperoleh pada ukuran M x N piksel. Pada setiap sekala s j dengaan j > 0 dan = I(x,y), non-
JURNAL MANAJAMEN M N DAN TEKNOLOGI INFO ORMASI Volume 1, 1 Nomor 1. separable wavelet w transfo orm memisahkan citra ke Dan tiga high pass bannds dalam low w pas bands ,karena baands dari waavelet transfoorm , digunakan untuk menemukan tepi, maka pemisaalah s wavelet. Oleh karena itu wavelet addalah non-sub sample empat subb bands , padaa sekala j adaalah ukuran M x N piksel, yaang mana sama dengan gam mbar citra aslinyya. Karena m1 dan m2 adalah filter anntisymmetric dan filter anti-symmetriic cocok unntuk mendetekssi nilai lokall ekstrim sebbagai titik teepi, modulus dari transforrmasi non-sepparable waveelet dihitung deengan . .
(2.6)
Oktober 2010
,parameenter ini dijadiikan representaasi bentuk melingkar dari iriss mata.
T1=1 = dan T2=0
T1=10 dan T2=55
T1=15 dan T2=9
T1=221 dan T2=17
T1=35 dan T2=177
T1=35 dan T2=30
Gambbar 2.3 Citra haasil proses hystterisis thresholding padda citra mata kiiri
Gambaar 2.2 Pemisahaan Wavelet (K Komponen Highh Frequeency Dikuantissasi Dalam Cittra Biner) non-Separrable Wavelet. 2.4 Pemetaaan Tepi citra a mata D Dalam pementaaan tepi citra dilakukan d denggan beberapa tahap yaitu penentuan arah tepi dan d melakukann threshold terh hadap hasil daari arah tepi cittra. Proses peenentuan threeshold mengggunakan metoode hysterisis threshold. t Proses hysterisis digunakan unntuk menghilangkan streakin ng. Streakingg adalah prooses perusakan sekeliling tep pi yang diakibbatkan oleh nilai n output operator yang fluktuatif f beraada di atas dan d dibawah nilai hal n thresholld. Untuk menghindari m tersebut diigunakan dua jenis j threshold, high (T1) dan d low (T2) thhresholding. Nilai N piksel yanng lebih besar dari d T1 dan T2 dikategorikan n sebagai tepi,, sedangkan nilai n piksel kuraang dari T1 tidaak dikategorikaan sebagai tepi. H Hasil pemetaan n tepi citra sepperti Gambar 2.3 dan 2.4 terrhadap citra maata kiri dan citrra mata kanan. asan Dalam daan Luar Iris 2.5 Detekssi Lokasi Bata Mata. D Dalam mendeteeksi batasan luar dan dalam iris mata mennggunakan raandomized hoough transforrm. Transformasi hough digunakan d unntuk mendeteeksi bentuk yaang spesifik. Dalam D hal inni adalah benntuk melingkar iris mata. Taahapan yang dilakukan unntuk mendetekssi iris mata adaalah sebagai beerikut: memilihh n piksel secara random dari d sebuah ciitra, menentukkan kurva pareemeter secara fit, piksel yanng fit dimasukkkan ke akumulator dan ditaambahkan skoor, diseleksi nilai n maksimum m dari sekump pulan piksel pada akumulaator
Volume 1, 1 Nomor 1.
T1=1 = dan T2=0
T1=10 dan T2=5
T1=15 dan T2=9
T1=221 dan T2=17
T1=35 dan T2=17
= T1=35 dan T2=30
Gam mbar 2.4 Citra hasil uji coba proses p hysteressis thresholdinng pada citra mata kanan. nghapus Noisee 2.6 Men Dalam mengghapus bulu mata mengguunakan metode yang dikembangkan oleh (Libor Masek, 2003) D dengan menggunakann batasan (thrresholding). Dimana nilai di bawah threshoold dinotasikann sebagai buluu mata dan diattas threshold tiidak merepreseentasikan buluu mata. Langkaah yang dilakuukan adalah pertama p menenntukan thresholld, kemudian proses detekksi koordinat piksel yang menjadi m kandiidat bulu m mata, mengguunakan perintahh find dalam program p matlaab. Selanjutnyaa pada koordinnat piksel yanng terdeteksi ditambahkann nilai NaN( Not N – a Numbeer). NaN meruupakan suatu operasi o yang menghasilkan m numerik yanng tidak terdeefinisi. Pengunnaan not-a num mber berdasarrkan penelitiann yang untuk dilakukkan oleh (L Libor Masek,, 2003) menghilangkan bulu mata. m Hasil uji cobba algoritma yaang digunakan untuk menghaapus kelopak mata m pada duaa buah citra sampel s mata kaanan dan kiri. Output uji cobba ditunjukkann pada Gambarr 2.5.
17
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010 Tabel. 3.1 Uji Coba Deteksi titik pusat Pupil Mata.
(a)
(b)
No Sampel
Koordinat X
Koordinat Y
Luas Pupil (Piksel)
Titik pusat (Xc , Yc)
1 2 3 4 5 6
156 160 130 177 160 165
116 130 140 146 147 152
10241 8121 9704 8945 8910 10598
(156, 116) (160, 130) (130, 140) (177, 146) (156, 147) (165, 152)
Gambar. 2.5 Hasil uji coba menghapus kelopak mata sebagai noise. (a) citra mata kiri, (b) citra mata kanan. 3. Hasil Eksperimen Data uji coba yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data database CASIA-IrisV3 yang dapat di akses pada http://www.cbsr.ia.ac.cn/IrisDatabase.htm. Database ini disediakan oleh Chinese Academy of Sciences. Jumlah citra lebih dari 1500. Semua citra iris mata adalah graylevel dengan jenis file JPEG, dengan resolusi 320 x 280 piksel Dalam uji coba mendeteksi titik pusat pupil dilakukan dengan mengubah input kedalam citra biner kemudian, menggunakan operasi morphology untuk menghitung luas pupil, selanjutnya menggunakan metode moment untuk menentukkan koordinat titik pusat pupil. Hasil uji coba menentukan titik pusat pupil ditunjukkan pada Gambar 3.1. Tahap selanjutnya adalah memetakan tepi citra menggunakan transformasi nonseparable wavelet, selanjutnya hasil transformasi dilakukan proses “hysterisis thresholding “ menggunakan dua nilai threshold T1 dan T2 untuk menghasilkan tepi citra yang diinginkan. Hasil pementaan tepi citra iris mata ditujukkan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 citra hasil pemetaan tepi dengan objek iris mata kanan dan kiri Hasil citra segmentasi dengan mendeteksi batasan luar dan dalam dari iris mata, seperti pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Citra hasil Lokasi iris mata. Tabel 3.2. Hasil Pengujian Akurasi lokasi Iris Mata. Nomor sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Akurasi Hasil (%) 98.92 98.79 98.79 98.80 98.72 98.70 98.80 98.81 98.95 98.83
4. Analisa Hasil Tabel 4.1. Perbandingan hasil akurasi lokasi iris mata dengan metode yang ada. (a)
(b)
Gambar 3.1 Citra hasil penentuan titik pusat pupil. (a) mata kiri, (b) mata kanan
Volume 1, Nomor 1. 18
Penulis (Scotti, F.,2009) (Li dan Liu., 2008) (Ziet, L., 2006) (Ziauddin,S., ) Metode diusulkan
Sampel data CASIA UBIRIS UBIRIS CASIA CASIA
Akurasi hasil 97% 98.13% 87.5% 83% 98.4%
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
Pada penelitian ini, salah satu faktor yang paling mempengaruhi akurasi hasil segmentasi adalah koordinat titik pusat pupil yang dihasilkan dari proses perhitungan, menggunakan metode moment.
Jing
5. Diskusi Dalam proses segmentasi iris mata, pengembangan penelitian yang diharapkan adalah pengembangan metode yang mampu menentukan radius iris mata yang optimal. Juga diperlukan metode yang handal untuk mengatasi pengaruh noise seperti pemakaian kacamata, blurring dan pengambilan sampel citra dalam ukuran yang berbeda.
Kong.W.K., Zhang.D. (2001). Accurate iris segmentation based on novel reflection and eyelash detection model. Proceedings of 2001 International Symposium on Intelligent Multimedia, Video and Speech Processing, Hong Kong
6. Kesimpulan Tingkat akurasi segmentasi iris mata sangat dipengaruhi oleh ketepatan sistem dalam menentukan titik pusat pupil. Semakin tepat posisi titik pusat hasil segmentasi semakin akurat. Dari hasil uji coba hasil segmentasi akurasi untuk seluruh sampel menghasilkan rata – rata akurasi 98.4 % dengan rata – rata kesalahan 1.6 % Daftar Pustaka Chen.Y., Adjouadi. M., Han.C., Wang.J., Barreto.A., Rishe. N., dan Andrian.J, (2009), ‘A Highly Accurate And Computationally Efficient Approach For Unconstrained Iris Segmentation’, Image And Vision Computing, (Inpress). Daugman., J.( 2002),” How iris recognition works”. IEEE Transactions On Circuits And Systems For Video Technology, Vol. 14, No. 1. Darma Putra IKG,(2009), “Sistem Biometrika Konsep Dasar, Teknik Analisa Citra, dan Tahapan Membangun Aplikasi Sistem Biometrika”, Andi Offset. Gonzalez, R.C., Woods, R.E(2008), “Digital Image Processing”, Third Edition, Prentice Hall, New Jersey Inverso.S.,Gaborski.R.S. (2002),” Ellipse Detection Using Randomized Hough Transform”, Introduction to computer Vision 4005-757 Jie W., Xinge Y., Yuan Y., Yiu-ming C.,(2008), ” Palmprint Identification Based on Non-separable Wavelet Filter Banks”, 978-1-4244-2175-6, IEEE
.H., Xinge.Y., YuanY.T., LiangDu, Yuan Y.,(2009),” A novel iris segmentation using radial-suppression edge detection”, Signal Processing 2630–2643
Labati,
R.D., Scotti, F., (2009), “Noisy Iris Segmentation With Boundary Regularization And Reflections Removal”, Image And Vision Computing, (Inpress).
Li,P., Liu,X., Xiao.L., dan Song.Q, (2009), “Robust And Accurate Iris Segmentation In Very Noisy Iris Images”, Image And Vision Computing, (inpress). Li.P., Liu.X,(2008),’ An Incremental Method for Accurate Iris Segmentation’ School of Computer Science and Technology,China Libor Masek (2003) ,”Biometric Identification System Based on Iris Patterns”. The School of Computer Science and Software Engineering, The University of Western Australia. McLaughlin.R.A.,(1998),” Randomized Hough Transform: Improved ellipse detection with comparison”, Pattern Recognition Letters 19, 299–305 Matnoni D., Maio D., Jain A.K., Prabhakar S.,( 2003) ,”Handbook of fingerprint recognition”, Springer-verlag Wanpeng. C., Rensheng.C.,Dong.Y,(2008),’’ An illumination-independent edge detection and fuzzy enhancement algorithm based on wavelet transform for non-uniform weak illumination images,” Pattern Recognition Letters 29 , 192– 199 Xu,L.,Oja,E. (2009),’’Randomized transform”,Ecyclopedia of intelligence,IGI Global.
Hough artificial
Xu, G.Z., Zhang ,Z.F., Ma, Y.D. (2006) ,”Automatic Iris Segmentation Based On Local Areas”, in: 18th International Conference on Pattern Recognition, vol. 4, pp. 505–508.
Volume 1, Nomor 1.
19
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
RANCANG BANGUN KAMUS TIGA BAHASA (INDONESIA-BALI–INGGRIS) MENGGUNAKAN J2ME PADA JAVA ENABLED MOBILE PHONE I Wayan Candra Winetra Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali Bukit Jimbaran, P.O.Box 1064 Tuban Badung-Bali Email :
[email protected] ABSTRAK : Pesatnya perkembangan teknologi mobile communication atau mobile phone dengan fitur-fitur yang lengkap dan menarik tanpa harus membawa perangkat keras yang ribet untuk membantu kehidupan manusia dewasa ini seolah menjadi kebutuhan yang tidak bias dihindari Penterjemah bahasa (kamus) adalah salah satu fitur yang diharapkan tersedia dalam mobile phone oleh banyak pengguna mobile phone karena dirasa lebih cepat dalam mendapatkan kata-kata yang ingin dicari artinya dalam bahasa lain dan lebih praktis. Untuk mendukung kegiatan pariwisata di Bali, diperlukan juga sebuah kamus yang mendukung bahasa Bali mengingat bahasa Bali sebagai bahasa daerah yang banyak dipakai petunjuk pada kawasan wisata. Untuk mengakomodasi keperluan pariwisata tersebut, maka akan dirancang dan dibangun sebuah penterjemah (kamus) dalam bahasa Indonesia-Bali-Inggris menggunakan bahasa pemrograman Java J2ME (Java2 Micro Edition) sehingga mampu diinstal pada perangkat mobile yang mendukung Java. Kata kunci : mobile phone, kamus, java, j2me Design of Dictionary in Three Language (INDONESIA-BALI-ENGLISH) using J2ME on JAVA Enabled Mobile Phone ABSTRACT: The rapid development of mobile communication or mobile phone with complete features and interesting without having to carry a complicated hardware to help human life today seems to be a requirement that can not be avoided. Language translator (dictionary) is one of the features that is expected by many users to be available in mobile phones because it feels much faster in getting the words that want to be translated and more practical. To support tourism in Bali, also needed a dictionary that supports the language of Bali, considering that Bali language as a vernacular and also used to be signpost at the area of tourism. To accommodate the needs of tourism, it will be designed and constructed a translator(dictionary) in the Indonesian-Bali-English language using Java J2ME (Java2 Micro Edition) language that can be installed on a mobile device that supports Java. Keywords : mobile phone, dictionary, java, j2me 1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat, terutama teknologi mobile communication sepertinya tidak terelakkan lagi, baik dari segi perangkat keras maupun perangkat lunak. Begitu juga dengan kebutuhan manusia sehubungan dengan teknologi mobile communication. Dewasa ini banyak orang yang ingin memiliki sebuah mobile phone dengan fitur-fitur yang lengkap dan menarik tanpa harus membawa perangkat keras lainnya untuk mendapatkan fitur-fitur atau aplikasi-aplikasi yang diinginkan. Penterjemah adalah salah satu fitur yang diharapkan tersedia dalam mobile phone oleh banyak pengguna mobile phone karena dirasa lebih cepat dalam mendapatkan kata-kata yang ingin dicari artinya dalam
Volume 1, Nomor 1. 20
bahasa lain dan lebih praktis karena tidak perlu lagi membawa kamus dalam ukuran yang besar. Penterjemah yang umumnya diperlukan di Indonesia adalah kamus bahasa Indonesia – bahasa Inggris sementara untuk mendukung kegiatan pariwisata di Bali, diperlukan juga kamus yang mendukung bahasa Bali mengingat bahasa Bali sebagai bahasa daerah yang akhir-akhir ini banyak dipelajari oleh wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Untuk mengakomodasi keperluan pariwisata tersebut, maka sebaiknya dibangun sebuah kamus yang bisa memenuhi keinginan para pengguna mobile phone yang ingin mempelajari ketiga bahasa yaitu bahasa Bali, Indonesia dan Inggris. Dalam tulisan ini akan dirancang dan dibangun sebuah penterjemah menggunakan bahasa pemrograman
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. Java J2ME (Java2 Micro Edition) sehingga mampu diinstal di perangkat mobile yang mendukung Java, dimana perkembangan perangkat mobil dewasa ini hampir sebagian besar mengakomodasi Java dalam perangkatnya. 1.1. Permasalahan dan Batasan Masalah Permasalahan yang akan di bahas pada tulisan ini adalah “Bagaimana merancang dan mengaplikasikan sebuah penterjemah bahasa Indonesia – bahasa Bali – bahasa Inggris menggunakan J2ME dalam sebuah java enable mobile phone?”. 1.2. Batasan Masalah Batasan masalah dari aplikasi yang akan dibuat adalah Kamus akan diaplikasikan pada mobile phone yang mendukung J2ME dengan MIDP 1.0, dimana antar muka dan aplikasi akan dibuat dengan memanfaatkan bagian bahasa high level language dari J2ME dengan menggunakan fungsi avi standar. 2. LANDASAN TEORI 2.1. Java Java menurut definisi dari Sun adalah nama untuk sekumpulan teknologi untuk membuat dan menjalankan perangkat lunak pada computer standalone ataupun pada lingkungan jaringan. Java 2 adalah generasi kedua dari Java platform (generasi pada awalnya adalah Java Development Kit). Java berdiri di atas sebuah mesin interpreter yang diberi nama Java Virtual Machine (JVM). JVM inilah yang akan membaca bytecode dalam file .class dari suatu program sebagai representasi langsung program yang berisi mesin. Oleh karena itu, bahasa Java disebut sebagai bahasa pemrograman yang portable karena dapat dijalankan pada berbagai sistem operasi, asalkan pada sistem operasi tersebut terdapat JVM. (M. Shalahuddin dan Rosa A.S., 2006) 2.2. Kamus Kamus merupakan kitab yang berisi keterangan arti kata-kata.(W.J.S. Purwadarminta, 1976). Secara etimologi, kata kamus berasal dari kata dalam bahasa Arab, yaitu qamus (bentuk jamaknya qawamus ). Bahasa Arab menyerap kata kamus dari kata dalam bahasa Yunani kuno, okeanos yang berarti lautan. Tentu menjadi pertanyaan, bagaimana kata kamus yang berurusan dengan kosakata berasal dari bahasa Yunani kuno okeanos yang berarti lautan ? Kalau kita mencoba untuk memahami sejarah kata itu, jelaslah bahwa kata kamus memiliki makna dasar wadah pengetahuan , khususnya pengetahuan bahasa yang tidak terhingga dalam dan luasnya, seluas dan sedalam lautan (Chaer, 2007:179).
Oktober 2010
Masih menurut Chaer (2007:179), padanan kata kamus dalam bahasa Inggris adalah dictionary , mulai digunakan pada karya tulis pada tahun 1526 dan berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu dictionarum. Kata ini diturunkan dari kata dictio yang berarti kata atau berkata. Padanannya dalam bahasa Belanda adalah woordenboek yang dibedakan dari woordenschat yang dalam bahasa Indonesia perbendaharaan atau dipadankan dengan
kosakata. Selain pengertian kamus yang telah disebutkan di atas, Chaer (2007:179) juga menyebutkan pengertian kamus yang dikemukakan oleh beberapa para ahli. 1. Kridalaksana menyebutkan bahwa kamus adalah buku referensi yang memuat daftar kata atau gabungan kata dengan keterangan mengenai pelbagai segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa, biasanya disusun menurut abjad. 2. Dalam American Every Dictionary disebutkan bahwa kamus adalah sebuah buku berisi kata-kata dari sebuah bahasa, biasanya disusun secara alfabetis, disertai keterangan akan artinya ucapannya, ejaannya, dsb. 3. Labrousse (1977) menyebutkan bahwa kamus adalah buku berisi kumpulan kata-kata sebuah bahasa yang disususn secara alfabetis diikuti dengan definisi atau terjemahannya dalam bahasa lain. Berdasarkan pengertian kamus yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. kamus termasuk buku referensi yang berisi kata-kata atau gabungan kata dari suatu bahasa; 2. kata-kata tersebut disusun secara alfabetis; 3. kata-kata tersebut diberi keterangan tentang makna dan penggunaannya; 4. kata itu selain diberi keterangan maknanya, juga diberi keterangan tentang ucapannya, ejaannya, dan berbagai hal lain; 5. keterangan tentang makna itu diberikan juga dalam bahasa lain. 2.3. J2ME J2ME (Java 2 Micro Edition) merupakan subset dari J2SE yang ditujukan untuk implementasi pada peralatan embeded system dan handheld yang tidak mampu mendukung secara penuh implementasi menggunakan J2SE. J2ME adalah teknologi Java yang diperuntukkan perangkat-perangakat kecil consumer device , terutama wireless. Bebrapa perangkat wireless antara lain PC, PDA, communicator, embedded device, smart card dan ponsel. Teknologi Java mungkin merupakan satu-satunya cara memprogram beberapa
Volume 1, Nomor 1. 21
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. perangkat, berbagi logic antara perangkat dan server, pengantaran aplikasi secara dinamis, program yang kompak, lingkungan pengembangan yang aman dan cepat. J2ME memungkinkan perangkat lunak dapat didownload perangkat sekaligus memungkinkan layanan yang dapat disesuaikan di beragam perangkat. J2ME menyediakan platform standar untuk pengembangan perangkat wireless. J2ME terdiri atas perangkatperangkat komponen sebagai berikut: a. Java Virtual Machine (JVM), komponen untuk menjalankan program-program Java pada emulator atau handheld device. b. Java Application Programming Interface (API), merupakan kumpulan library untuk menjalankan dan mengembangkan program Java pada Handheld Devices. c. Tools lain untuk mengembangkan Java, semacam emulator Java Phone, Emulator Nokia, Emulator Siemens dan Emulator Motorola. 2.4. Java Enable Mobile Phone Java Enable Mobile Phone merupakan device (mobile phone) yang mampu menjalankan aplikasi MIDP. 3. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Studi Literatur Penelitian dengan cara membaca buku atau literature yang ada yang berkaitan dengan masalah program yang akan dirancang.
Oktober 2010 Tahap pencarian kesalahan-kesalahn program dan memperbaikinya sehingga program yang disusun menjadi baik dan benar e. Tahap Dokumentasi Berisi petunjuk mengenai penggunaan program agar mudah dijalankan oleh pihak yang berkepentingan f. Implementasi Implementasi sendiri merupakan proses pemasangan dan pengujicobaan rancangan program dalam java enable mobile phone.
4. ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Data Teknis Obyek 4.1.1. Event / Prosedur Di dalam Aplikasi Penterjemah Bahasa Bali – Indonesia ini terdapat event/prosedur yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Event/Prosedur tambah data dimana user dapat menambahkan perbendaharaan kata yang baru ke dalam record. b. Event/Prosedur cari data, prosedur ini diharapkan bisa mencari kata yang terdapat di dalam record. Serta dapat menampilkan kata dari kata-kata yang dicari user tersebut. c. Event/Prosedur lihat kata, adalah prosedur yang nantinya akan bisa menampilkan record dari aplikasi kamus ini. d. Event/Prosedur hapus data adalah prosedur menghapus data dari record secara permanen. 4.1.2
3.2. Pengembangan Aplikasi Penulis membuat aplikasi Java melalui beberapa tahapan yaitu: a. Tahap Analisis Masalah Dalam tahap ini penulis mengidentifikasikan masalah secara jelas dan menentukan cara pemecahannya b. Tahap design Tahap design merupakan tahapan dimana penulis membuat rencana mekanisme program yang meliputi : bentuk input dan output yang merupakan gambaran tentang data yang diproses dan informasi yang dihasilkan. Agar program yang disusun terarah dan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan c. Tahap Coding Tahap ini merupakan tahap penyusunan program dengan menggunakan bahasa yang sesuai yaitu dengan menggunakan bahasa pemrograman java. d. Tahap Debugging
Volume 1, Nomor 1. 22
Kebutuhan Perangkat Lunak Kebutuhan perangkat lunak di bagi menjadi dua yaitu kebutuhan antar muka eksternal dan kebutuhan fungsional. a. Kebutuhan Antar Muka Eksternal (External Interface) Untuk dapat menjalankan aplikasi Penterjemah Bahasa Bali – Indonesia – Inggris ini diperlukan beberapa interface, adapun interface tersebut adalah sebagai berikut: 1) User Interface) Interface yang dimaksud adalah Java yang sudah terintegrasi di dalam handpho 2) Record Store Merupakan media yang berfungsi untuk menyimpan data dari aplikasi Penterjemah Bahasa Bali – Indonesia – Inggris ini. b. Kebutuhan Fungsional Kebutuhan fungsional dari aplikasi Penterjemah Bahasa Bali – Indonesia – Inggris ini adalah sebagai berikut :
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. NO 1 2 3 4 5
Tabel 1. Kebutuhan Fungsional KODE DESKRIPSI APP-1.0 Menampilkan menu utama APP-2.0 Mencari kata APP-2.1 Manampilkan kata APP-3.0 Menambah rocord APP-3.1 Menampilkan form tambah record APP-4.0 Menterjemahkan APP-5.0 Menghapus record
4.2. Analisa dan Perancangan 4.2.1. Analisis a. Analisis Use cases Dari kebutuhan fungsional yang dijelaskan yang diatas maka dapat dianalisis use case diagram dari aplikasi Penterjemah Bahasa Bali – Indonesia – Inggris adalah sebagai berikut : uc Use Case Model
cari kata kamus
Oktober 2010 Tabel 2. Skenario Use Case Pencarian Use Case Description Nomor Use 1.0 Case Nama Use Pencarian. Case Deskripsi Proses pencarian kata. Aktor Pengguna. Kondisi Awal Menampilkan form utama. Kondisi Akhir Menampilkan record. Main Scenario No. Aksi Aktor No. Hasil Memilih menu M1 M2 Memasukkan kata pencarian M3 Melakukan M4 Menampilkan hasil Alternative Scenario A1 Menekan tombol A2 Kembali ke menu b k i A3 Kata tidak A4 Muncul Informasi di k Exception E1
Terjadi kesalahan E2 dalam aplikasi
Smua skenario ditutup
tambah pustaka kamus
Tabel 3. Skenario Tambah Record Use Case Description hapus pustaka kamus
lihat pustaka kamus
user bantuan kamus
Nomor Use Case Nama Use Case Deskripsi Aktor Kondisi Awal Kondisi Akhir Main Scenario
Gambar 1. Use Case Diagram b. Skenario Use case Tabel skenario dari use case diatas adalah sebagai berikut :
Volume 1, Nomor 1.
Tambah record. Proses penambahan record. Pengguna. Memunculkan menu utama. Record berhasil disimpan.
No. Aksi Aktor Memilih menu tambah record M3 Memasukkan record Record tidak M5 dapat disimpan Alternative Scenario A1 Menekan tombol d Exception M1
tentang kamus
2.0
E1
No. Hasil M2
Menampilkan form tambah record
M4 Record disimpan M6 Muncul informasi A2 Kembali ke menu t b h d
Terjadi kesalahan E2 Semua skenario ditutup dalam aplikasi
23
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. Tabel 4. Skenario Hapus Use Case Description Nomor Use Case 4.0 Nama Use Case Hapus. Deskripsi
Proses hapus record dari record store.
Aktor
Pengguna.
Kondisi Awal
Record hasil pencarian ditampilkan
Kondisi Akhir Record terhapus dari record store. Main Scenario No. Aksi Aktor No. Hasil M1 Memilih command hapus M2 Record di hapus dari Alternative Scenario Kembali ke hasil A1 Menekan tombol cancel. A2 pencarian. Record tidak dapat A3 A4 Muncul informasi dihapus Exception Terjadi kesalahan dalam Semua skenario E1 E2 aplikasi ditutup
c. Activity Diagram Berikut merupakan penjelasan dari Activity Diagram dari aplikasi Penterjemah Bahasa Bali – Indonesia - Inggris :
Oktober 2010
4.2.2. Perancangan a. Identifikasi Kelas Dari hasil analisis diatas maka dapat diidentifikasi kelas-kelas yang ada yaitu dapat dilihat pada tabel berikut. NO 1.0 1.1 2.0 2.1 3.0 3.1 4.0
Tabel 5. Identifikasi Kelas PROSES CLASS Pencarian record Kamus Menampilkan record Kamus Penambahan record Kamus Menyimpan record Kamus Melihat record Kamus Menghapus record Kamus Melihat bantuan/tentang Kamus k
b. Sequence Diagram Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display , dan sebagainya). Gambaran sequence diagram dari Aplikasi Penterjemah Bahasa Bali – Indonesia – Inggris adalah sebagai berikut :
act Activity
start
memilih menu
cari pustaka kamus
tambah pustaka kamus
hapus pustaka kamus
lihat pustaka kamus
bantuan/tentang kamus
kata tidak ditemukan / cari lagi hasil pencarian
kata telah ditemukan
end
Gambar 2. Aktivity Diagram
Volume 1, Nomor 1. 24
Gambar 3. Sequence penambahan kata
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
c. Class Diagram Diagram kelas menunjukkan interaksi antar kelas dalam sistem. class Class Model
Kamus3Bahasa + + +
Bahasa Bal i Bahasa Indonesi a Bahasa Inggri s
+ + + + + +
cari kata kam us() tam bah pustaka kam us() hapus pustaka kam us() l i hat pustaka kam us() bantuan kam us() tenteng kam us()
Gambar 6. Class diagram d. Rancangan Data Base Aplikasi Penterjemah Bahasa Bali Indonesia ini tidak menggunakan database sebagai media penyimpanan data. Melainkan Record Management System (RMS). Struktur recordnya adalah sebagai berikut : - Nama Record Store : dataKamus - Fungsi : Untuk menyimpan data kata baik dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Bali.
Gambar 4. Sequence diagram pencarian
Tabel 6. Rancangan record store dataKamus dbIndonesia dbInggris dbBali
5. IMPLEMENTASI 5.1. Menu Utama Menu utama system terdiri dari choice group yang isinya “Cari Pustaka Kamus, Tambah Pustaka Kamus, Hapus Pustaka Kamus, Lihat Pustaka Kamus, Bantuan Kamus dan Tentang Kamus”. Sedangkan command action yang terdapat dalam menu ini berupa “Keluar dan Menu”. Ketika pengguna memilih menu Cari Pustaka Kamus, maka aplikasi akan menampilkan form pencarian kata. Apabila pengguna memilih tambah kata makan aplikasi akan menampilkan form tambah kata, menu Lihat Pustaka Kamus untuk melihat semua record yang sudah ditambahkan pada aplikasi kamus ini, ketika pengguna memilih menu Hapus Pustaka Kamus maka form Hapus Pustaka Kamus yang akan muncul. Dan jika pengguna menemukan kesulitan dalam penggunaan aplikasi kamus ini dan juga ingin mengetahui tentang pembuatan kamus ini maka menu Bantuan Kamus dan menu Tentang Kamus bisa digunakan. Menu utama dari aplikasi ini dapat dilihat seperti gambar 7 berikut. Gambar 5. Sequence diagram penghapusan
Volume 1, Nomor 1.
25
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
Gambar 7 Menu utama dari aplikasi
Æ Gambar 9. Form cari kata
5.2. Tambah Kata Menu tambah kata jika dipilih pengguna akan memunculkan form penambahan kata. Dalam form ini pengguna dapat menambahkan record kedalam record store. Dalam form ini terdapat dua text box yang fungsinya untuk menambahkan bahasa bali dan bahasa indonesia kedalam record store. Disamping text box juga terdapat dua command action. Berupa “simpan dan kembali”. Fungsi dari simpan adalah menyimpan data kedalam record store sedangkan fungsi dari kembali adalah menutup form tambah kata dan mengembalikan form ke menu utama. Gambar form tambah kata dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 10. Hasil pencarian kata 5.4. Lihat pustaka kamus Form ini berisikan semua record yang terdapat di dalam aplikasi kamus ini. Seluruh record akan ditampilkan. Form lihat pustaka kamus yang berisikan seluruh record seperti pada gambar 11.
Æ Gambar 8. Form tambah data 5.3. Cari Kata Form pencarian akan muncul jika pengguna memilih menu cari kata. Dalam form ini terdapat text box yang nantinya akan berfungsi untuk memilih kata apa yang ingin dicari pengguna. Pengguna bisa mencarai dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Bali. Dalam form ini juga terdapat command action berupa command cari dan kembali. Fungsi dari masingmasing command yaitu, command cari berfungsi jika pengguna ingin mencari kata yang dimasukkan dalam text box di dalam record store. Sedangkan kembali fungsinya membawa pengguna ke menu utama lagi. Gambar form pencarian dapat dilihat pada gambar 9 dan hasil pencarian ditampilkan seperti gambar 10.
Volume 1, Nomor 1. 26
Gambar 11. Form lihat pustaka kamus 5.5. Hapus pustaka kamus Pada menu ini kita bisa menghapus record yang kita anggap kurang efektif lagi agar tidak menghabiskan memori sehingga kita bisa menambahkan record baru yang kita anggap lebih diperlukan. Berikut gambar 12 menunjukkan cara penghapusan record pada aplikasi kamus ini dan menunjukkan hasil dari penghapusan record.
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
DAFTAR PUSTAKA Anuff,Ed. 1997. Java Source Book Penuntun Pemrograman Java. Yogyakarta: Andi Offset. Darytamo, Budii dkk. 2007. Ppemrograman Berorientasi objek dengan Java 2 Platform Micro edition (J2ME). Bandung: Java Competency Center ITB. Æ Gambar 12. Form hapus pustaka kamus Dan hasil hapus pustaka kamus 6. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpukan : 1. Pengembangan Aplikasi ini dilakukan dengan a. Metodologi berorientasi objek b. Menggunakan tools Wireles Tolkit 2.2. c. Menggunakan bahasa pemrograman Java 2. Dari Aplikasi yang dihasilkan dapat melakukan: a. Menambah daftar kata kedalam record store b. Mampu mencari kata dalam record store c. Mampu menterjemahkan kata dari bahasa Bali ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Bali dan sebaliknya dari bahasa Indonesia kedalam bahasa Bali dan bahasa Inggris. d. Mampu menghapus record dari record store. 3. Karena keterbatasan memory dari masing-masing handphone berbeda maka kecepatan akses dari aplikasi akan berbeda.
Volume 1, Nomor 1.
Hadi Sutopo, Ariesto. 2002. Analisis dan Desain Berorientasi Objek. Yogyakarta: J & J Learning. Susanti, Lina. 2007. Kamus Lengkap 75.000.000 Inggris – Indonesia – Indonesia – Inggris. Tangerang: Scientific Press. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta:Balai Pustaka. Raharjo, Budi dkk. 2007. Tuntunan Pemrograman Java untuk Handphone. Bandung: Informatika. Reshi, Sri Anandakusuma. 1986. Kamus Bahasa Bali. Denpasar: CV. Kayumas agung. Supardi, Yuniar. 2009. Belajar Semua Edisi Java2 Untuk Segala Tingkat. Jakarta: Elex Media Komputindo. Tim Prima Pena. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Gitamedia Press
27
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
IMPLEMENTASI ALGORITMA VIGENERE CIPHER UNTUK KEAMANAN DATA GAMBAR I Ketut Gede Suhartana STMIK DENPASAR, Jalan Tukad Balian 15, Renon-Denpasar E-MAIL :
[email protected] ABSTRAK: Vigenere cipher adalah salah satu algoritma kriptografi yang digunakan untuk pengkodean teks. Dalam studi ini, penggunaan teks cipher Vigenere akan diperluas dari gambar bitmap 24-bit. Percobaan yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari penggunaan variasi panjang kunci. Hasil penelitian menunjukkan enkripsi dengan Vigenere cipher akan menghasilkan gambar kunci Chiper yang aman untuk waktu yang panjang. Semakin panjang kuncinya maka semakin kuat hasil ciphernya. Kata kunci: Encription, Vigenere Cipher, Gambar Vigenere Cipher Algorithm Implementation for Image Data Security ABSTRAC: Vigenere cipher was one cryptographic algorithms used for text encoding. In this study the use of vigenere cipher text to be expanded from 24-bit bitmap image. Experiments carried out by comparing the results obtained from the use of variations of key length. Results showed vigenere encryption with cipher will produce chiper key image that is safe for long. The longer the key the harder the cipher contrary. Key word : Encription, Vigenere Cipher, Image. 1. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan telah mendorong kemajuan di segala bidang kehidupan manusia. Salah satunya adalah bidang komputasi. Komputasi dalam kehidupan sehari-hari sering menggunakan komputer sebagai alat bantunya. Tetapi belakangan komputer telah berkembang dan dimanfaatkan dengan pesatnya hingga menyentuh setiap bidang kehidupan. Alat-alat konvensional yang dahulu pernah berjaya sebagai alat bantu manusia dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu telah tergantikan dengan hadirnya sebuah mesin yang dinamakan komputer. Mesin ketik digantikan oleh komputer dengan perangkat lunak word prosesornya dan alat cetaknya. Dunia hiburan juga dirambah oleh computer. Komputer merupakan sebuah mesin yang serba guna dan mutakhir. Kemampuannya sebagai alat bantu manusia dalam bidang kehidupan telah dimanfaatkan oleh sebagian oknum untuk kepentingan-kepentingan jahatnya. Salah satunya digunakan untuk mencuri. Pencurian dapat dilakukan dengan menyadap informasi yang ada dengan mengganti informasi tersebut. Hal ini tentunya akan terasa kerugiannya bila informasi tersebut bersifat rahasia.
Volume 1, Nomor 1. 28
2. LANDASAN TEORI 2.1. IMAGE Image sering digunakan dalam menyajikan informasi. Image dapat direpresentasikan ke dalam sebuah bidang datar yang mempunyai dua buah ukuran (lebar dan tinggi). Dalam dunia komputasi image terdiri dari pixel-pixel dimana nilai pixel menunjukkan warna image. Dalam merepresentasikan image true color 24bit, image berwarna tersaji dengan kombinasi tiga warna primer yaitu: warna merah, warna hijau dan warna biru. Berdasarkan jumlah warna image dapat dibedakan dalam delapan image yang tersaji dalam table 1. NAMA WARNA
Hitam dan Putih Windows Display Grey Scale 256 Color High Color True Color True Color True Color
JUMLAH BIT JUMLAH WARNA 1 2 4
16
8
256
8 16
256 65.535
24
16.777.216
32
4.294.967.296
36
68.719.476.736
2.2. KEAMANAN DATA Banyak cara yang dilakukan oleh user agar data yang dikirim aman antara lain dengan menciptakan format data yang baru dengan melakukan pengkodean dengan cara yang baru terhadap data yang akan dikirim.
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. Cara tersebut mempunyai kelemahan karena menciptakan format baru berarti menggunakan algoritma yang baru akan menyulitkan dalam implementasi karena bersifat statis. Algoritma vigenere cipher dalam Kriptografi dapat mengatasi masalah keamanan data, dimana algoritma ini mempunyai kunci yang dapat diubah-ubah sehingga dengan mengubah kunci maka akan mendapatkan ciphertext yang berbeda. 2.3. IMAGE BERWARNA (24 BIT) Warna image dalam dunia komputasi dapat direpresentasikan ke dalam tiga buah warna yaitu warna merah, hijau dan biru. Warna–warna tersebut secara umum dapat membentuk warna lain dengan memberikan nilai yang berbeda pada ketiga warna tersebut. Warna-warna itu dinamakan warna-warna primer. Image bitmap true color (24 bit) mempunyai karakteristik tersebut di atas. Image ini menggunakan kombinasi nilai pixel yang menunjukkan warna imagenya. Dapat dikatakan Image bitmap true color (24 bit) tidak maka proses dekripsi tidak akan mendapatkan image yang sama dengan aslinya. Kunci-kunci tersebut disebut dengan Vigerere tableau. Dalam implementasinya tabel tersebut dikembangkan dimana dengan nilai plain dari 0 sampai dengan 255. Tabel 1 dibawah adalah tabel vigenere yang telah dikembangkan :
Oktober 2010
tersusun dari kombinasi ketiga image primernya. Untuk setiap image primer mempunyai beberapa nilai pixel dari 0 sampai dengan 255 (1 byte) yang menyatakan warnanya. Dengan demikian jumlah variasi warna image tersebut adalah 16.777.216 buah. Gambar di bawah menunjukkan sebuah warna dapat dihasilkan dari kombinasi tiga warna primer: R
Data(0..255) / 1 byte
G
Data(0..255) / 1 byte
B
Data (0..255) /1 byte
RGB (0..255,0..255,0..255) / 3 byte
Gambar 2. Kombinasi tiga warna primer. 2.4. ENKRIPSI DENGAN VIGENERE CIPHER YANG DIPERLUAS Enkripsi dan Dekripsi dengan algoritma Vigenere cipher menggunakan kunci yang sama. Jika Keterangan :
Eki (a )
: Cipher image primer
a
: Index Plain image primer.
ki
:
Penambahan posisi data dalam urutan
nilai kunci. Sedangkan rumus yang digunakan untuk mendapatkan kembali plain image yang telah terenkripsi (dekripsi) adalah:
Eki (a) = (a − ki ) mod256
Keterangan rumus:
Eki (a )
Keterangan Tabel 1: - Angka pada baris pertama dengan arsiran adalah index nilai pixel image yang dikodekan (plain image primer). - Angka pada kolom pertama dengan arsiran adalah kode kunci ( key). - Angka tanpa arsiran adalah hasil (cipher image primer) Rumus enkripsi yang digunakan untuk menghitung nilai cipher image adalah sebagai berikut : Eki (a ) = (a + ki ) mod 256
Volume 1, Nomor 1.
: Plain image primer
a
: Index Cipher image primer.
ki
: Pengurangan posisi data dalam urutan
nilai kunci Sebelum melakukan enkripsi, maka image dipisahkan dulu ke dalam tiga image warna primer yaitu warna merah, hijau dan biru. Ketiga Image tersebut dienkripsikan dengan menggunakan kunci yang sama. Adapun gambar proses enkripsinya adalah sebagai berikut : R G B
R
ENKRIPSI DENGAN KUNCI BERSAMA
G B
BitMap
BitMap
Plainimage
Cipherimage
Sedangkan gambar proses dekripsinya adalah sebagai berikut :
29
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. R G B
Oktober 2010
R
DEKRIPSI DENGAN KUNCI BERSAMA
BitMap
CipherImage
G B
BitMap
PlainImage
3. IMPLEMENTASI PROGRAM Untuk implementasi dibuat sebuah program yang digunakan untuk menguji hasil enkripsi vigenere cipher dengan plainnya adalah image 24 bit menggunakan kunci yang sama untuk setiap enkripsi image primer. Kunci yang digunakan adalah sembarang kunci yang didapat dengan men-generate nilai kunci dari 0 sampai dengan 255. Untuk setiap nilai kunci k1 sampai dengan kn ditentukan tidak sama. Adapun image yang digunakan adalah image true color (24 bit).\
Gambar 5. Enkripsi Image dengan algoritma Vigenere Cipher dengan kunci 223, 135
4. PENGUJIAN Untuk mengetahui cipherimage yang dihasilkan maka dilakukan percobaan dengan sebuah program. Program ini adalah untuk mengimplementasikan algoritma vigenere cipher dengan objek image dengan variasi panjang kunci dan kunci yang random. Pada bagian kiri program adalah plainimage sedangkan bagian kanan adalah Cipherimage. Beberapa hasil percobaan di bawah menunjukkan perbedaan kedianya.
Gambar 6. Enkripsi Image dengan algoritma Vigenere Cipher dengan kunci 223, 135, 202.
Gambar 4. Enkripsi Image dengan algoritma Vigenere Cipher dengan kunci 223.
Volume 1, Nomor 1. 30
Gambar 7. Enkripsi Image dengan algoritma Vigenere Cipher dengan kunci 223, 135, 202,135, 225, 83, 130, 159, 28, 59.
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
DAFTAR PUSTAKA 8,
24 & 32-Bit Graphics, http://spin.mohawkc.on.ca/graphicarts/ga100_gd 112/ module7/module7.pdf
A. Menemez, P. van Oorschot, S. Vanstone, Handbook of Applied Cryptograph, Chapter 1, CRC Press, 1996, www.cacr.math.uwaterloo.ca/hac Bit per pixel – Image Processing with LEADTOOLS, http://www.leadtools.com/ adtk/LeadPortal.asp?SrcOrigin=ICWeb&Dest=/S DK/Document/ Document-Products-n.htm Gambar 7. Enkripsi Image dengan algoritma Vigenere Cipher dengan kunci 223, 135, 202,135, 225, 83, 130, 159, 28, 59, 192, 186, 146, 118, 5, 15, 161, 60, 41, 177 5. KESIMPULAN Dari beberapa contoh pengujian enkripsi image dengan menggunakan algoritma vigenere cipher akan semakin baik jika kunci semakin panjang. Sedangkan untuk untuk kunci yang pendek hasil cipherimage yang dihasilkan masih dapat dimengerti oleh user yang berarti cipherimage tidak aman
Bits
Depth, Color Depth, http://archive.devx.com/projectcool/developer/ gzone/basics/04-tech/indexed.html.
Sylvain Martinez, Cryptography Algorithm and Application, http://wheelie.tees.ac.uk/users/ss.martinez/project/final.html The Vigenere Cipher -- A Polyalphabetic Cipher, http://www.ciphersbyritter.com/ ARTS/DYNTRAGN.HTM. Vigenere Cipher, http://www.trincoll.edu/depts/cpsc/cryptography/ vigenere.html
Volume 1, Nomor 1.
31
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
SISTEM INFORMASI RESERVASI DAN JASA PENGIRIMAN BARANG BERBASIS WEB PADA PT. BALI PRIMA CARGO I Wayan Dika STMIK DENPASAR, Jalan Tukad Balian 15, Renon-Denpasar ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bali Prima Cargo yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang export-import. Agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik, maka perusahaan tersebut harus didukung oleh perangkat usaha yang terpadu, termasuk juga mengenai prosedur pemasaran yang menarik minat konsumen untuk membeli dan memakai produk yang ditawarkan. PT. Bali Prima Cargo memerlukan usaha dan strategi yang tepat untuk mendukung keberhasilan perusahaan. Karena begitu banyak informasi yang harus disampaikan kepada konsumen dipilihlah cara penyampaian informasi mengenai barang yang ditawarkan dan jasa pengiriman dokumen ke seluruh dunia dengan menggunakan web. Dengan sistem yang berbasis web dapat memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memperoleh informasi mengenai barang dan jasa yang ditawarkan serta juga dapat mempermudah kerja karyawan dalam memberikan informasi mengenai barang dan jasa yang dimiliki oleh perusahaan. Kata Kunci, Sistem reservasi dan pengiriman barang, web. Reservation Information Systems and Web-Based Service Delivery Of Goods In PRIMA BALI CARGO ABSTRACT: This research is performed at. Prima Cargo Bali is one company which engaged in export-import. In order for the operational activities of the company can run well, then the company should besupported by an integrated business tool, as well as on marketing procedures to attract consumers to buy and use products that are offered. PT. Bali Prima Cargo requires effort and appropriate strategies to support the company's success. Because so much information that should be conveyed to consumers chosen way of disseminating information regarding the goods supplied and document delivery services to the entire world using the web. With web-based system can make it easier for consumers to obtain information about goods and services offered, and can also facilitate employee in providing information about goods and services that are owned by the company. Keywords. Reservation systems, and delivery of goods, web 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini hampir semua kegiatan bisnis yang berkaitan dengan penawaran produk ataupun jasa dapat dilakukan melalui media internet. Kegiatan bisnis secara online akan terus berkembang karena kegiatan binis semacam ini mempunyai keunggulan yang tidak dapat diketemukan dalam dunia perdagangan konvensional, yaitu konsumen atau calon pembeli produk atau jasa yang ditawarkan melalu internet dapat menjangkau keseluruhan penjuru dunia tanpa dibatasi oleh batasbatas geografis suatu negara. Agar suatu perusahaan dapat beroperasional dengan baik, maka perusahaan tersebut harus didukung oleh perangkat usaha yang terpadu, termasuk juga mengenai prosedur pemasaran yang bisa menarik minat konsumen untuk membeli dan memakai produk yang ditawarkan.
Volume 1, Nomor 1. 32
PT. Bali Prima Cargo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang export-import, karena begitu banyak informasi yang harus disampaikan kepada konsumen (customer) dipilihlah cara penyampaian informasi mengenai barang-barang yang ditawarkan dan jasa pengiriman dokumen ke seluruh dunia dengan menggunakan Web. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan adalah bagaimana merancang sistem informasi reservasi dan jasa pengiriman barang yang berbasis Web. 1.3 Batasan Masalah Mengingat sangat banyaknya permasalahan yang ada, maka batasan masalah yang hanya di batasi pada :
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 1.
2.
Oktober 2010
Penawaran jenis-jenis produk dan jasa pengiriman barang, sedangkan untuk transaksi pembayaran dilakukan secara cash atau pembayaran melalui rekening bank. Dibatasi hanya untuk administrator system atau yang mengatur jalannya sistem informasi pada Web site, dan up date sistem.
2. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Web Site Web site adalah sekumpulan halaman yang saling berhubungan yang dapat diakses publik melalui World Wide Web. Suatu web sites biasanya mengandung teks dan gambar. Web sites memiliki keuntungan dalam hal ketersediaan interaksi antara user dan situs itu sendiri. 2.1 Pengertian Web Dinamis Web dinamis adalah web yang dibentuk tidak hanya dengan HTML saja, tetapi ditambah dengan middleware dan database sehingga perubahan informasi dalam halaman web dapat ditangani melalui perubahan data, bukan melalui perubahan program.
Gambar 3.1 Halaman Home 3.2 Halaman Profile dan Payment Info Halaman frofile berisi informasi mengenai profile perusahaan dan alamat pembayaran pesanan. Berikut ini halaman profile pada gambar dibawah ini.
2.2 Pengertian Reservasi Pemasaran adalah seluruh kegiatan organisasi perusahaan yang diarahkan sedemikian rupa untuk dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen atau pelanggan. Website sebagai alat pemasaran adalah sebuah situs yang dibuat dengan tujuan untuk mempromosikan dan memasarkan produk atau jasa layanan suatu perusahaan. 2.3 Pengertian Jasa Pengiriman Pengertian jasa Freight Forwarding sebagaimana dimaksud pada angka 4 huruf f Lampiran II Peraturan ini adalah usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman barang melalui transportasi darat, laut dan udara (Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 10 Tahun 1988 tentang Jasa Pengurusan Transportasi). 3 . PEMBAHASAN 3.1 Halaman Home Halaman home berisi informasi secara umum mengenai produk dan jasa pengiriman barang. Berikut ini halaman home pada gambar dibawah ini. Gambar 3.2 Halaman Profile dan Payment Info 3.3 Halaman Produk Halaman produk berisi informasi mengenai kategori dan detail produk yang dapat dipesan. Berikut ini halaman produk pada gambar dibawah ini.
Volume 1, Nomor 1.
33
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
Gambar 3.4 Halaman Shopping Chart dan Register 3.5 Halaman Login Pelanggan dan Profile Pelanggan Halaman ini berisi informasi mengenai profile pelanggan dan login pelanggan. Berikut ini halaman Login Pelanggan dan profile pelanggan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.3 Halaman Produk 3.4 Halaman Shopping Chart dan Register Halaman ini berisi informasi mengenai pesanan produk dan data register. Berikut ini halaman Shopping Chart dan Register pada gambar 2.4 dibawah ini.
Gambar 3.5 Halaman Login Pelanggan dan Profile Pelanggan
Volume 1, Nomor 1. 34
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 3.6
Oktober 2010
Halaman Check Out dan Order Pelanggan Halaman ini berisi informasi mengenai produk dan order pelanggan. Berikut ini halaman check out dan order pelanggan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.7 Halaman Shipping 3.8 Halaman Laporan Pelanggan Halaman ini berisi informasi mengenai data pelanggan yang memesan produk Berikut ini halaman laporan pelanggan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.6 Halaman Check Out dan Order Pelanggan 3.7
Halaman Shipping Halaman shipping berisi informasi mengenai shipping simulation dan shipping price. Berikut ini halaman shipping pada gambar dibawah ini.
Volume 1, Nomor 1.
Gambar 3.8 Halaman Laporan Pelanggan 3.9
Halaman Laporan Pemesanan Halaman ini berisi informasi mengenai data pemesanan secara detail. Berikut ini halaman laporan pelanggan pada gambar dibawah ini.
35
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
DAFTAR PUSTAKA Asep H.S., Step by Step: Web Design Theory and Practices, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2007. Asfira S., E-Commerce, http://onno.vlsm.org, 2007. Abdul K., Konsep dan Tuntunan Praktis Basis Data, CV Andi Offset, Yogyakarta,1999. Betha dan Husni I.P., Pemrograman Web dengan HTML, CV.Informatika, Bandung, 2001. Gambar 3.9 Halaman Laporan Pemesanan 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Menggunakan database dan bahasa pemrograman dapat memperoleh sebuah Website yang sifatnya dinamis. Sehingga mempermudah didalam melakukan perubahan pada sebuah halaman Web. Sistem informasi yang berbasis Web dapat mempercepat didalam menyampaikan informasi kepada siapa saja, dan dimana saja. 2. Sistem informasi yang berbasis Web mempermudah komunikasi antara karyawan dan konsumen dalam menyampaikan dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan sistem informasi reservasi produk dan jasa perusahaan. 4.2 Saran Dari uraian di atas maka, dapat disarankan agar program aplikasi ini dapat digunakan secara benar untuk membantu dan mempermudah didalam manajemen sistem informasi PT. Bali Prima Cargo. Dan untuk meningkatkan kinerja yang ada, perlu dilakukan pelatihan bagi seluruh karyawan PT. Bali Prima Cargo agar lebih meningkatkan kualitas kerja dan lebih siap menghadapi perkembangan internet khususnya tentang Web site.
Volume 1, Nomor 1. 36
Dian A., Pengenalan Pemrograman E-commerce dengan PHP dan MySQL, Kuliah Umum Ilmu Komputer.Com, http://ilmukomputer.com, 2003. Harianto K., Konsep dan Perancangan Database, CV Andi Offset, Yogyakarta, 1999. Izbiq M., Analisis Keamanan Web Server, Departemen Teknik Elektro Institut Jogiyanto H., Pengenalan Komputer, CV Andi Offset, Yogyakarta, 1999. Jogiyanto H., Sistem Teknologi Informasi, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2003. Jaka S., Pengaruh Atribut Toko Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Swalayan Sami Ponco W.S., Analisa dan Perancangan Sistem. Jakarta, 1999. Triton P.B. Mengenal E-commerce dan Bisnis di Dunia Cyber, Argo Publisher, Yogyakarta, 2006. Taryana S. dan Jonathan S., E-Commerce Menggunakan PHP dan MySQL, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007. Tutun J., Perencanaan Web, Telematical Engineering Department Institut Teknologi,.
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
MEMBANGUN SIG PERGURUAN TINGGI DIY DENGAN CMS JOOMLA DAN GOOGLE MAP Edhy Sutanta Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Yogyakarta Email:
[email protected] Abstrak: Informasi tentang Pendidikan Tinggi (PT) di Indonesia selama ini telah banyak disediakan melalui web, baik yang disediakan oleh pemilik Perguruan Tinggi, maupun lembaga lainnya. Umumnya informasi yang disediakan tersebut bersifat naratif, sekalipun dilengkapi gambar, animasi, dan video. Penelitian ini mengembangkan aplikasi web tentang Sistem Informasi Geografi Perguruan Tinggi di wilayah DIY (SIG-PT-DIY) menggunakan Content Management System (CMS) Joomla dan aplikasi google map yang bersifat open source. Analisis kebutuhan aplikasi dilakukan untuk mengembangkan model logikal sistem yang kemudian digambarkan dalam bentuk Data Flow Diagram (DFD). DFD yang diperoleh digunakan sebagai dasar perancangan struktur link dan tampilan-tampilan halaman web. Hasilnya, selanjutnya diuji untuk memastikan tidak ada broken link, kompatibel dengan berbagai web browser yang umum digunakan, kecepatan akses, dan fungsi setiap modul secara online. Aplikasi web SIG-PT-DIY yang dikembangkan dapat diakses oleh user pengunjung dan user administrator. Kelebihan aplikasi adalah sifat interaktif pada peta yang dapat digunakan untuk melacak keberadaan sebuah PT dengan memanfaatkan google map, dilengkapi gambar, foto, dan video sehingga pengunjung seolah-olah berada di lingkungan PT yang sedang diakses, serta dikemas dalam dua pilihan bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. User administrator dapat melakukan pengelolaan data obyek pada peta, peta lokasi PT, detail data PT, dan konfigurasi sistem secara mudah. Kata-kata kunci: Sistem Informasi Geografi Perguruan Tinggi, open source, CMS Joomla, Google Map. Abstract: Information of Higher Education (HE) in Indonesia so far has been provided through the web, whether provided by the owners of universities, and other institutions. Generally, the information provided in narrative way, although included images, animations, and videos. This research developed a web application of Geographic Information System for Higher Education in Daerah Istimewa Yogyakarta province (GIS-HE-DIY) use “Joomla” Content Management System (CMS) and “Google Map” applications that are open source. Application requirement was analysis to develop a logical model of the system that described by Data Flow Diagram (DFD). DFD obtained is used to design the link structure and interfaces of web page. The result then tested to ensure no broken links, compatible with many common web browsers, the access speed, and function of each module. GIS-HE-DIY can be accessed by the user and the administrator. The advantage of applications is interactive way on the map that can be used to presence of a HE information by using “Google Map” application, includes images, photos, and videos so that users seemed to be in HE environment which is being accessed. GIS-HE-DIY is packaged in Indonesian and English languages. And, administrator can manage data objects on the map, location of HE, HE data detailed, and provided easily system configuration. Keywords: Higher Education Geographic Information System, open source, CMS Joomla, Google Map. 1. Pendahuluan Informasi tentang Pendidikan Tinggi (PT) di Indonesia selama ini telah banyak tersedia dalam bentuk aplikasi web, baik yang disediakan oleh masing-masing pengelola PT (seperti http://www.maranatha.edu/ dikelola oleh Universitas Kristen Maranatha Bandung, http://www.akprind.ac.id/ dikelola oleh IST AKPRIND Yogyakarta http://www.ugm.ac.id/ dikelola oleh UGM
Volume 1, Nomor 1.
Yogyakarta, dll), yang disediakan oleh institusi yang bertugas membina dan mengontrol PT (seperti http://dikti.org/ dikelola oleh Dirjen DIKTI, Depdiknas, http://kopertis5.org/ dikelola oleh Kopertis Wilayah V Yogyakarta, dan http://evaluasi.or.id/ dikelola oleh Dirjen DIKTI, Depdiknas, dll), dan ada juga yang disediakan oleh lembaga swasta yang peduli terhadap keberadaan dan perkembangan PT di Indonesia (seperti
37
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. http://perguruantinggi.org/, http://www.pts.co.id/, dan http://id.wikipedia.org/, dll). Namun umumnya informasi PT yang disediakan dalam web tersebut masih bersifat naratif, sekalipun sebagian telah dilengkapi dengan gambar, animasi, dan video. Dan, hingga saat ini belum tersedia aplikasi web yang menyediakan informasi PT berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis/SIG Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) muncul pertama kali tahun 1960 dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan geografis, dan sejak tahun 1990-an aplikasi SIG telah berkembang hingga merambah ke berbagai bidang kehidupan manusia. Sejalan perkembangan penerapan SIG, definisi istilah SIG juga berkembang karena merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif masih baru. Dalam artikelnya di situs IlmuKomputer.Com Rahmad Husein (2006), menyarikan beberapa definisi SIG. GIS is a computer system for collecting, checking, integrating and analyzing information related to the surface of the earth (Rhind, 1988). Definisi SIG yang dianggap lebih memadai adalah GIS deals with spacetime data and often but not necessarily, employs computer hardware and software (Marble & Peuquet, 1983) and (Parker, 1988; Ozemoy et al., 1981; Burrough, 1986). Purwadhi (1994) mendefinisikan SIG sebagai suatu sistem yang mengorganisir hardware, software, dan data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan. Selanjutnya Purwadhi (1994) juga menjelaskan bahwa SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer dengan tiga karakteristik dasar, yaitu: mempunyai fenomena aktual (variabel data nonlokasi) yang berhubungan dengan topik permasalahan di lokasi bersangkutan, merupakan suatu kejadian di suatu lokasi dan mempunyai dimensi waktu (Husein, 2006). Istilah SIG juga didefinisikan sebagai sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Dalam arti yang lebih sempit, SIG adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikan SIG dan data sebagai bagian dari sistem ini. Teknologi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa
Volume 1, Nomor 1. 38
Oktober 2010
membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, SIG juga dapat digunakan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi (http://id.wikipedia.org/, 01 September 2009). Dalam referensi yang lain, SIG juga dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memangggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya (http://www.sig.depdiknas.go.id/, 01 September 2009). Tugas utama SIG adalah menggunakan peta dan operasi matematik dalam menyajikan informasi keruangan yang dibutuhkan pengguna jasa SIG (Murni, 2004). SIG Pendidikan Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia dalam melakukan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara selalu muncul permasalahan pendidikan, dan permasalahan tersebut harus dilihat secara komprehensif, oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan pendidikan yang komprehensif dan bersifat multidimensi. Pendidikan dapat dipandang dari dua sudut pandang, yaitu fungsi pembinaan pendidikan dan pendidikan sebagai fungsi pelayanan bagi masyarakat. Fungsi pembinaan pendidikan terkait dengan administrasi pengelolaan pendidikan yang terpaku dalam batas-batas administrasi pemerintahan, karena berhubungan langsung dengan pembinaan setiap lembaga pendidikan dan atribut (mahasiswa, saranaprasarana, dosen, kurikulum, dll) sebagai lembaga pendidikan. Pendidikan sebagai fungsi pelayanan bagi masyarakat yang sangat terkait dengan sifat dan kondisi masyarakat itu sendiri, seharusnya dilihat secara spasial (keruangan) yang luas tidak terpaku pada batas administrasi pemerintahan, karena dimungkinkan bahwa permasalahan pendidikan yang muncul di suatu daerah disebabkan oleh kondisi daerah lain. Pusat Statistik Pendidikan (PSP) Balitbang Depdiknas RI telah mengembangkan SIG pendidikan dengan salah satu tujuannya menghasilkan suatu strategi spasial pendidikan dengan konsep SDSS (Spatial Decision Support System). PSP sebagai lembaga pengelola data pendidikan di Indonesia bertugas dan berfungsi untuk mengumpulkan data pendidikan tahunan secara rutin sangat tepat untuk bisa menghasilkan strategi nasional dalam sosialisasi, implementasi, dan monitoring dan evaluasi progress atas kebijakan departemen dari perspektif geografis
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. (http://www.sig.depdiknas.go.id/, diakses: 01 September 2009). Software SIG Umumnya penggiat SIG menggunakan software ArcView atau ArcGIS produksi ESRI yang berbasis MsWindows. Kedua software ini memiliki fitur yang lengkap untuk mengelola data spasial maupun data atributnya sampai dengan tahapan analisa berbasiskan keruangan dan pemodelan permukaan bumi secara digital. Sayangnya kedua produk ESRI ini relatif mahal. Contoh software SIG lainnya adalah MapInfo produksi MapInfo Corporation, Geomedia produksi Intergraph, AutocadMap produksi Autodesk, ketiga software ini berbasis MsWindows (Manik, 2009). Dalam perkembangannya, seiring berkembangnya software open source, saat ini telah tersedia software SIG yang dapat diperoleh secara legal dan open source, termasuk yang dikembangkan untuk lingkungan sistem operasi Linux dan MsWindows, antara lain Grass, Quantum, QGIS, dan MapWindow (Suyono, 2006). CMS Joomla Joomla merupakan web berbasis Content Management System (CMS) yang bersifat free dan open source, menawarkan CMS yang full power dan full support. Dengan dukungan mesin PHP dan database MySQL, saat ini Joomla telah beredar luas dan banyak digunakan oleh web designer. Dengan lisensi GPL, maka Joomla bebas digunakan, baik oleh pemula (newbie) Joomla maupun pengguna yang sudah pakar. Dengan filosofi 4E, yaitu easy installation, easy managing, easy writing, dan easy updating CMS Joomla telah mendapat dukungan dari ribuan web designer karena mampu menghadirkan web menjadi begitu indah dan luar biasa. Dukungan web designer tersebut diantaranya tampak pada aplikasi tambahan (extensions and plugins), standards compliant, SEO friendly, dan dukungan komunitas (Wirawan, 2007). Google Map Google map adalah aplikasi berbasis web yang lebih sederhana dibandingkan aplikasi google earth. Hal ini dikarenakan fiturnya berbasis web dan lebih mudah pemanfaatannya sebagai penunjuk arah, user juga dapat menambahkan obyek dan data lainnya yang dibutuhkan web designer. Google map juga menyediakan alternatif tampilan peta berupa terain atau kontur permukaan bumi, citra satelit, dan penunjuk jalan. 2. Metoda Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan pengembangan sistem terstruktur, yaitu melalui enam tahapan yang lazim digunakan dalam pengembangan sistem informasi, meliputi perencanaan, analisis, desain,
Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
implementasi, dan pengujian, serta pemeliharaan. Untuk menjaga validitas data, sumber data tentang PT diperoleh dari situs resmi yang dikelola oleh Dirjen DIKTI, yaitu http://evaluasi.or.id yang diakses pada periode tanggal 20 Juli-15 Agustus 2009. 3. Pembahasan Model Logikal SIG-PT-DIY Berdasarkan hasil analisis kebutuhan aplikasi SIG-PT-DIY, dapat dikembangkan model logikal sistem dalam bentuk Data Flow Diagram (DFD) level konteks (Gambar 1), secara lebih terinci dalam DFD level 1 (Gambar 2), dan DFD level 2 (Gambar 3 dan Gambar 4). Admin 0 Data PT
SIG-PT-DIY
Kriteria informasi Informasi PTDIY
User
Gambar 1: DFD level konteks SIG-PT-DIY Data PT
1 Proses Admin
Admi n
2 Proses User
Record data PT
Datab ase
Kriteria informasi Informasi PTDIY
User
Gambar 2: DFD level 1 SIG-PT-DIY Data PT
1.1 Konfigurasi Buku Tamu
Data PT Admi n
1.2 Konfigurasi data PT
Data PT
Record data buku tamu
1.3 Konfigurasi Galery
Record data PT
Data base
Record data Galery
Gambar 3: DFD level 2 Proses Admin SIG-PT-DIY
39
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. Informasi
Record data
2.2
Informasi
Record data
2.3
Informasi PT
Record data
2.4
Informasi
Record data Prestasi &
2.5
Informasi Prestasi
Record data Galery
2.6
Informasi
Record data
2.7
Informasi
2.8
Informasi Buku Tamu
2.9
Informasi
2.10
Informasi
2.11
Informasi Kalender
2.12
Informasi
2.13
Informasi Hit Counter
2.14
Informasi Pengemban
Record data
Informasi
Record data Polling Record data
informasi yang tersedia secara leluasa, namun tidak bisa merubah informasi yang ada. Halaman user memiliki 14 pilihan menu, yaitu: 1). Halaman Utama, merupakan tampilan default yang ditampilkan ketika user pertama kali mengakses SIG-PT-DIY (Gambar 4). Menu ini menampilkan artikel, forum diskusi, dan polling. Menu ini dilengkapi dengan slide show tentang PT yang direlasikan dengan masing-masing alamat web PT.
User
2.1
Oktober 2010
Gambar 4: Tampilan Halaman Utama 2). Buku Tamu, merupakan fasilitas yang disediakan untuk user yang ingin memberikan komentar terkait dengan SIG-PT-DIY. 3). Peta Yogyakarta, merupakan halaman yang menampilkan peta wilayah DIY secara keseluruhan. Obyek yang ditampilkan pada peta adalah PT yang ada di DIY (Gambar 5).
Gambar 4: DFD level 2 Proses User SIG-PT-DIY Dengan mengacu pada DFD yang telah dibuat, dapat didesain struktur link dan tampilan halaman web untuk setiap menu. Aplikasi web SIG-PT-DIY selanjutnya diuji untuk mengetahui kemungkinan adanya broken link, kompatibilitas dengan web browser, kecepatan akses, serta fungsionalitas setiap modul dalam kondisi yang sesungguhnya sebagai sebuah web yang dapat diakses secara online. Hasil pengembangan aplikasi web SIG-PT-DIY adalah sebagai berikut:
a. Halaman User
Halaman user bersifat public yang dapat diakses oleh user melalui internet. User dapat mengakses semua
Volume 1, Nomor 1. 40
Gambar 5: Tampilan halaman Peta Yogyakarta 4). Links, merupakan halaman yang menampilkan link ke web lembaga/instansi yang relevan. Links dibagi dalam 6 (enam) kategori, yaitu pemerintah, pendidikan, personal web, situs informasi, web sekolah, serta Lain-lain.
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 5). Informasi, merupakan halaman yang menampilkan prestasi PT. 6). Petunjuk Penggunaan, berisi petunjuk penggunaan web. 7). Profile, berfungsi untuk menampilkan informasi detail PT, halaman ini dilengkapi dengan link ke situs www.evaluasi.or.id sesuai program studi pada PT dan link ke peta yang berfungsi menampilkan peta obyek PT. 8). Galery, berfungsi untuk menampilkan foto dan video prestasi dan informasi geografi suatu PT. 9). Forum Diskusi, merupakan fasilitas komunikasi antar bagi pengunjung web. 10). Menu Jam Analog, menampilkan informasi waktu dengan format Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB). 11). Menu Kalender, menampilkan informasi tanggal Masehi. 12). Menu Polling, berfungsi untuk menampilkan presentase komentar pengunjung berdasarkan tema. 13). Menu Hit Counter, berfungsi untuk menampilkan data pengunjung hari ini, kemarin, minggu ini, dan bulan ini. 14). Menu Tentang Kami, menginformasikan pengelola.
b. Halaman Admin
Halaman admin hanya dapat diakses oleh pengelola SIG-PT-DIY setelah berhasil melewati halaman login dengan memasukan nama user, password dan pilihan bahasa yang digunakan. Halaman admin memiliki 3 menu untuk melakukan konfigurasi web, yaitu: 1). Konfigurasi Buku Tamu, digunakan untuk konfigurasi buku tamu. 2). Konfigurasi Profile, digunakan untuk manipulasi data PT. Halaman ini dikelompokkan berdasarkan kategori PT, yaitu: Institut, Universitas, Akademi, dan Sekolah Tinggi. 3). Konfigurasi Galery, digunakan untuk manipulasi gambar dan video yang terkait dengan masingmasing PT. Aplikasi web SIG-PT-DIY yang dikembangkan dalam penelitian ini telah mampu memenuhi fungsi sebagaimana yang diharapkan pengembang; kompatibel dengan web browser Internet Explorer, Netscape Navigator, dan Mozilla Firefox yang banyak dipakai oleh user; dapat diakses secara cepat; serta tidak mengandung broken link. Informasi PT dapat diakses oleh user secara leluasa, meliputi: 1. Informasi profil PT (identitas, identitas Yayasan pengelola PTS, PTN, sejarah, susunan pengurus mulai dari pengurus yayasan (PTS), pengurus
Volume 1, Nomor 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Oktober 2010 institusi, serta informasi Fakultas, Jurusan, dan akreditasi). Informasi sarana prasarana yang dimiliki oleh PT. Informasi prestasi PT. Tampilan peta DIY dan setiap PT, memuat informasi jalan, pencitraan satelit, dan bentuk permukan bumi. Peta juga memuat informasi PT. Informasi hasil polling berdasarkan tema tertentu, data pengunjung, waktu, dan kalender. Fasilitas buku tamu untuk sarana berkomunikasi antar pengunjung secara real time. Petunjuk Penggunaan Web untuk mempelajari penggunaan fitur dalam aplikasi web SIG-PT-DIY. Fasilitas untuk konfigurasi pilihan bahasa, yaitu Indonesia atau Inggris, baik dari sisi user maupun admin. Kemudahan bagi admin untuk melakukan konfigurasi sistem aplikasi, obyek data PT pada peta, maupun detail data PT.
4. Kesimpulan Penelitian ini berhasil mengimplementasikan CMS Joomla dan google map syang bersifat open source sehingga terbentuk web SIG-PT-DIY yang interaktif dan komunikatif. Dengan kedua software ini SIG-PT-DIY dapat dibangun secara relatif mudah dengan hasil yang memadai. DAFTAR PUSTAKA Husein, R. (2006), Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (Geografphics Information System), http://www.Ilmu Komputer.Com, diakses: 01 September 2009. Manik, L. (2009), Seputar Sistem Informasi Geografis, Educational Geographic, http://www.sig.depdiknas.go.id/, diakses: 01 September 2009. Murni, A. (2004), GIS: Hardware & Software, Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Suyono, S. (2006), Geokomputasi dan SIG, Yogyakarta: IST AKPRIND Yogyakarta. Wahyudi, D.A. (2009), Implementasi Content Management System (CMS) Sebagai Sistem Informasi Geografi Pendidikan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian, Yogyakarta: IST AKPRIND Yogyakarta. Wirawan, A. (2007), Membangun Web Store dengan Joomla, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. …….., http://evaluasi.or.id, diakses: 20 Juli-15 Agustus 2009. …….., http://id.wikipedia.org, diakses: 01 September 2009. …….., http://www.sig.depdiknas.go.id, diakses: 01 September 2009.
41
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
Audit Energi Listrik pada Rumah Kos sebagai Upaya Penghematan Penggunaan Energi Listrik I Nyoman Sukarma & I Made Aryasa Wirawan Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali Bukit Jimbaran, P.O.Box 1064 Tuban Badung-Bali ABSTRAK Dengan semakin banyaknya penyewaan rumah sebagai kamar kos maka semakin besar kebutuhan energi listrik. Penggunaan energi listrik pada rumah kos dipengaruhi oleh pola pemakaian peralatan dan jenis peralatan listrik sehingga diperlukan pengaturan yang jelas. Untuk mengetahui penggunaan energi listrik maka dilakukan audit energi listrik pada rumah kos dengan mencatat jenis-jenis peralatan listrik yang digunakan dan pemakian energi listrik yang tercatat pada kWh meter. Dari hasil audit menunjukkan televisi, setrika dan kipas angin merupakan peralatan yang paling banyak digunakan sedangkan pemakaian energi listrik paling besar pada kamar yang menggunakan peralatan dengan daya terpasang yang besar. Kata Kunci : energi listrik, audit, hemat listrik, tumah kos
Electrical Energy Audit at the boarding house as an efforts to the Saving of Electric Energy Usage ABSTRACT With the increasing number of the rental houses as a bording house its cause the needed for the electric energy is increasing. The use of electrical energy in the boarding house is influenced by the pattern of equipment usage and types of the electrical equipment, so a clear arrangements is necessary. To know the use of electrical energy, electrical energy audit is carried out to the boarding house by noting the types of electrical equipment and the electrical energy usage recorded on the kWh meter. From the audit, the results showing that the television, irons and fans are the most widely used equipment, while the large consumption of electrical energy found in the room that use equipment with a large installed power. Keywords: electrical energy, audit, saving electricity, boarding houses 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan sarana tempat tinggal dan beristirahat bagi panduduk, selain juga berfungsi sebagai peindung bagi keluarga dan lingkungan luar. Sebagian besar tipe rumah yang dimilki penduduk adalah tipe rumah kecil dengan jumlah kamar 2-3 kamr tidur. Belakangan ini terutama di kota Denpasar banyak bermunculan rumah yang disewakan berupa kamarkamar kos dengan ukuran yang bervariasi dan saranaprasarana sesuai dengan harga kamar. Tentunya semakin banyak jumlah kamar semakin besar energi listrik yang dibutuhkan untuk suplai ke beban seperti penerangan dan peralatan elektronik. Penggunaan energi yang bijaksana dan hemat akan mengurangi biaya operasional dalam kehidupan sehari-hari.penghuni rumah kos. Langkah untuk menuju penghematan pemakaian energi adalah dengan melakukan audit energi sehingga dapat ditekan biaya konsumsi energi listrik dalam satu tahun. Audit energi adalah analisa konsumsi energi dalam sebuah sistem yang menggunakan energi seperti gedung perkantoran, ruang pertemuan, rumah tangga dan lain-lainnya.
Volume 1, Nomor 1. 42
1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang terjadi terkait dengan penggunaan energi listrik di rumah kos mencakup : a. Jenis-jenis peralatan yang digunakan di rumah kos terkait dengan penggunaan energi listrikr? b. Berapa besar Intensitas Konsumsi Energi (IKE) kamar kos dalam satu tahun? TUJUAN a. Untuk meningkatkan performa dari program pengaturan pengeluaran biaya energi. Audit energi memberikan pencatatan lengkap tentang bagaimana fasilitas menggunakan energi, apakah fasilitas membayar untuk energi dan rekomendasi program dalam operasional atau konsumsi energi peralatan. b. Dengan diketahui tingkat pemakaian energi maka akan diketahui kategori pemakaian energi listrik pada rumah kos sesuai dengan standar nasional intensitas konsumsi energi (IKE) di Indonsia dengan membandingkan pemakaian energi tiaptiap kamar kos dengan standar IKE.
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metodologi Audit Audit energi merupakan salah satu langkah utama untuk mengidentifikasi potensi penghematan energi. Penghematan energi sangat penting dalam estimasi biaya pemakaian energi listrik setiap bulan selama satu tahun. Penghematan biaya energi sangat diperlukan pada rumah tangga atau rumah kos yang mengkonsumsi energi listrik untuk keperluan rumah tangga seperti memasak, hiburan dan penerangan. Program operasional tanpa biaya atau biaya rendah dapat mengurangi pengeluaran biaya 10 – 20 %. Proses audit energi listrik dilakukan secara bertahap dalam usaha untuk mengetahui tingkat pemakaian energi listrik secara umum dan akan ditindaklanjuti dengan audit secara menyeluruh yang meliputi seluruh komponen yang terkait dengan energi listrik. Observasi juga penting untuk dilaksanakan. Langkah ini membantu mengidentifikasi hal-hal yang mendorong pemborosan energi. Oservasi dapat dilakukan dengan meninjau fasilitas dan mengisi daftar masalah. Pengumpulan data yang telah dilakukan akan memberikan gambaran penggunaan energi di rumah kos. Untuk mendapatkan data penggunaan energi listrikn yang lebih akurat harus dilakukan pengukuran menggunakan alat ukur yang dipasang pada peralatanperalatan listrik. 2.2 Tahapan Audit Energi Adapun tahapan audit yaitu : 1. Pengumpulan dan penyusunan data A, Bangunan gedung Data tersebut meliputi : - lokasi bangunan - luas bangunan - jumlah kamar - besarnya penyambungan listrik PLN
daya
B. Penghuni - Jumlah penghuni tiap kamar - Profesi/pekerjaan penyewa kamar kos C. Peralatan - Jenis peralatan yang digunakan tiap-tiap kamar kos - Besarnya konsumsi daya masingmasing peralatan 2. Pengukuran Konsumsi Energi - Audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal memberikan gambaran nilai
Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010 konsumsi enegi listrik lebih dari nilai target yang ditentukan. - Audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada kamar kos, sehingga dapat diketahui peralatan pengguna energi apa saja yaang pemakai energinya cukup besar. 3. Pengukuran Energi Seluruh analisa energi bertumpu pada hasil pengukuran. Hasil pengukuran harus dapat diandalkan dan mempunyai kesalahan (error) yang masih dapat diterima. Untuk itu penting menjamin bahwa alat ukur yang digunakan telah dikalibrasi oleh instansi berwewenang dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Alat ukur yang digunakan dapat berupa alat ukur yang dipasang tetap(permanen) pada instalasi atau alat ukur yan dipasang tidak tetap. 4. Identifikasi peluang hemat energi Hasil pengumpulan data energi peralatan dalam kamar selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyusunan profil penggunaan energi peralatan tersebut.. 5. Analisa peluang hemat energi Apabila peluang hemat energi telah diindentifikasi, selanjutnya ditindaklajuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan. 6. Rekomendasi Rekomendasi yang dibuat mencakup : - Pengelolaan energi termasuk program manajemen yang perlu diperbaiki, implentasi audit energi yang lebih baik dan cara meningkatkan kesadaran penghematan energi. - Pemanfaatan energi , termasuk langkahlangkah : peningkatan efisiensi penggunaan energi tanpa biaya, misalnya mengubah prosedur ; perbaikan dengan investasi kecil ; perbaikan dengan investasi besar.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data a. Bangunan gedung - Lokasi bangunan : Jalan Pulau Serangan no 17 E Denpasar Luas bangunan : 252 m2 - Jumlah kamar : 12 ( per kamar luasnya 21 m2 ) - Besarnya penyambungan daya listrik PLN : 4400 VA ( kWh prabayar)
43
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. b. Penghuni Data penghuni tiap kamar kos dilakukan melalui pengecekan langsung ke masing-masing kamar kos dan dari hasil biodata yang diisi oleh penghuni kamar kos didapatkan gambaran umum tentang penghuni yang meliputi jumlah penghuni tiap kamar dan profesi. (Tabel 1)
Oktober 2010
Keterangan: TV AC KA LP HP DP RC ST TP MJ
Tabel 1. Data Penghuni Rumah Kos Jalan P. Serangan no 17 E Denpasar Jumah 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2
Profesi Pegawai swasta Pegawai swasta Pegawai swasta masiswa kedokteran (SP) Pegawai swasta Pegawai swasta Pegawai swasta Pegawai swasta Pegawai swasta mahasiswa kedokteran Wiraswasta mahasiswa kedokteran
16 14 12 Jum lah
Km No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JML
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 8
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 12
Volume 1, Nomor 1. 44
0 1 0 1 1 2 1 1 0 2 0 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 5 15
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5
6
0 TV
AC
KL
KA
LP
HP
DS
RC
ST
TP
MJ MC
Jenis Peralatan
TP MJ MC 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 5
8
2
Tabel 2. Jenis Peralatan Yang Digunakan pada Jenis Peralatan TV AC KL KA LP HP DS RC ST
10
4
c. Peralatan Data peralatan listrik yang digunakan masing-masing penghuni kamar kos dilakukan dengan mendata jenis peralatan yang dimiliki penguni dan jumlah peralatan tersebut.(tabel 2) Besarnya konsumi daya masing masing peralatan perlu dilakukan pencatatan yang lebih mendetail yang meliputi merk, kapasitas, dan konsumi daya peratalan pada waktu dioperasikan. Sebagai gambaran umum maka dapat di asumsikan kebutuhan daya masing-masing peralatan sebagai berikut : - TV ( 60 -100 w), AC ( 300-400w), Kulkas ( 70 125 w), Kipas Angin ( 20-35 w), Lap Top ( 20 -30 w), HP (5 -10 w), Dispencer (200-300 w), Rice Cooker (200 -300 w), Setrika ( 250 – 300 w), Tape (50 – 75 w), Magiq Jarr (30 – 40 w) dan Mesin Cuci (125-140 w). Km. No
: TELEVISI : AIR CONDITIONER : KIPAS ANGIN : LAP TOP : HAND PHONE : DISPENCER : RICE COOKER : SETRIKA : TAPE + SPEAKER ; MAGIQ JARR
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Gambar 1. Jumlah Peralatan yang Digunakan pada Rumah Kos B. Pengukuran Konsumsi Energi Dari hasil pengamatan dimasing-masing kamar kos selama penghuni melakukan aktivitas sehari-hari dan melakukan pencatatan pada kWh meter untuk mengetahui penggunaan energi listrik setiap bulan didapatkan data sebagai berikut : Tabel 3. Data Pemakaian Energi Listrik Per Bulan (Mei 2009 s/d Oktober 2009) Km. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Mei 55 18 103 71 158 80 38 16 51 49 25 90
RataTotal Pemakaian rata Juni Juli Agustus Septe Okt 58 60 73 71 50 61 24 19 25 13 12 19 99 58 82 75 91 85 78 67 22 40 49 55 147 134 152 96 185 145 104 89 83 67 84 85 41 36 41 24 86 44 15 69 94 79 71 57 46 44 49 42 53 48 35 34 1 30 13 27 51 78 68 56 69 58 82 78 67 42 61 70
Dari hasil pengukuran pemakaian energi pada tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan yang cukup tajam pada kamar no 5 dibandingkan dengan kamar yang lainnya. Berdasarkan data peralatan yang
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. digunakan oleh kamar no 5 tidak begitu jauh bedanya dalam jumlah dan jenis peralatan yang digunakan dibandingkan dengan kamar yang lainnya. Dari hasil pengecekan ke lapangan didapatkan kenyataan bahwa kamar no 5 frekuensi penggunaan AC, TV. Kulkas dan TV lebih banyak dibandingkan dengan penghuni kamar yang lainnya. Konsumsi energi listrik peralatan akan berpengaruh terhadap biaya energi yang hasrus dikeluarkan seperti ditunjukkan pada tabel 4. Tabel4. Data Pembayaran Energi Listrik Per Bulan (Mei 2009 s/d Oktober 2009) Km. No
1 2 3 4
TotalPembayaran
Ratarata
Mei
Juni
56,100
59,160
18,360
24,480
19,380
25,500 13,260
12,24018,870
105,060 100,980
59,160
83,640 76,500
92,82086,360
68,340
22,440 40,800
79,560
Agustus Septem Oktober ber 61,200 74,460 72,420 51,00062,390
6
81,600 106,080
90,780
84,660 68,340
49,98055,590 148,24 0 85,68086,190
7
38,760
41,820
36,720
41,820 24,480
87,72045,220
8
16,320
15,300
70,380
5,880 80,580
72,42058,480
9
52,020
46,920
44,880
48,960 42,840
54,06048,280
10
49,980
35,700
34,680
1,020 30,600
13,26027,540
11
25,500
52,020
79,560
69,360 57,120
70,38058,990
12
91,800
83,640
79,560
68,340 42,840
62,22071,400
5
72,420
Juli
161,160 149,940 136,680 155,040 97,920 188,700
Oktober 2010
Total konsumsi listrik --------------------------- ( kWh/m2) Luas Area Adapun standar intensitas konsumsi energi Indonesia (IKE) adalah Tabel 5. Standar Intensitas Konsumsi Energi Indonesia (IKE) I
=
Ruangan dengan AC ( kWh/m2/bulan) -------------------------------------------------------------Sangat efisien 4,17 – 7,92 Efisien 7,92 – 12,08 Cukup efisien 12,08 – 14,58 Cenderung Efisien 12,08 – 14,58 Cenderung tidak efisisen 14,58 – 19,17 Tidak efisien 19,17 – 23,75 Sangat tidak efisien 23,75 – 37,50 -------------------------------------------------------------Berdasarkan perhitungan intensitas konsumsi energi tiap-tiap kamar kos maka didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 6) Tabel 6. Hasil Perhitungan IKE tiap-tiap kamar kos per bulan
C. Identifikasi peluang hemat energi Hasil pengumpulan data energi peralatan dalam tiap tiap kamar memperlihatkan tingkat pemakaian energi listrik cukup boros. Hal ini terkait dengan profesi penghuni kamar kos dan tingkat penghasilan. Semakin besar penghasilan dan finansial yang didapatkan berkolerasi dengan meningkatnya jumlah peralatan yang dimiliki
Volume 1, Nomor 1.
Intensitas Konsumsi Energi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
8,71 2,71 12,14 7,86 20,71 12,14 6,29 8,14 6,86 3,86 8,29 10,00
Grafik Hasil Perhitungan IKE 25 20 Nilai IKE
D. Analisa peluang hemat energi Berdasarkan identifikasi penggunaan energi penghuni kamar kos, maka peluang untuk menurunkan konsumsi energi peralatan adalah dengan mengoptimalkan kerja peralatan sesuai dengan skala prioritas. Dibuatkan jadual yang terstruktur lengkap dengan estimasi energi listrik yang dikonsumsi masing masing peralatan. Dan yang terpenting adalah kemauan dan komitmen dari penghuni untuk menggunakan peralatan yang hemat energi. Untuk mengetahui tingkat pemakaian energi listrik kamar kos maka dilakukan analisa dengan menghitung konsumsi Intensitas energi. Adapun rumus perhitungan IKE seperti berikut :
Kamar No.
15 Series1
10 5 0 1
3
5
7
9
11
Kamar
Gambar 2. Intensitas Konsumsi Energi Listrik di Rumah Kos
45
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. E. Rekomendasi Rekomendasi yang dibuat mencakup : - Pengelolaan energi termasuk program manajemen energi yang perlu diperbaiki, pencatatan pemakaian energi secara rutin dan meningkatkan kesadaran penghematan energi setiap penghuni kamar kos. - Melakukan langkah-langkah peningkatan efisiensi penggunaan energi tanpa biaya, misalnya mengubah prosedur penggunaan peralatan, perbaikan dan perawatan peralatan secara berkala dan menjadwalkan pemakaian peralatan dalam satu hari. - Pemasangan alat penghemat listrik di seluruh instalasi. Diperlukan kejelian dan keahlian untuk menentukan memilih jenis beban dan alat yang sesuai untuk penghematan. Beban lampu pijar, lampu neon, unit AC, motor semuanya mempunyai alat penghemat yang spesifik/unik berdasarkan kinerja beban, skedul pemakaian beban. 4. KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai audit energi di rumah kos jalan Pulau Serangan no 17 E maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Berdasarkan perhitungan IKE secara umum pemakaian energi sudah efisien hanya ada 1 kamar kos yang cenderung tidak efisien. 2. Pemakaian energi yang tidak efisien dipengaruhi oleh perilaku penghuni yang tidak mengatur pemakaian energi pada setiap peralatan.
Volume 1, Nomor 1. 46
Oktober 2010 3.
4.
Faktor pendidikan dan penghasilan berpengaruh terhadap pemakaian energi dimana semakin tinggi pendidikan dan penghasilan maka jumlah dan jenis peralatan yang digunakan semakin banyak. Efisiensi energi sangat dipengaruhi oleh kemampuan penghuni untuk mengatur pemakaian peralatan sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA [1] SNI 03-6196-2000, Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung, Jakarta :Badan Standar Nasional Indonesia [2] SNI 03-6197-2000, Konservasi energi pada sistem pencahayaan, Jakarta : Badan Standar Nasional Indonesia. [3] SNI 03-6390-2000, Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung, Jakarta : Badan Standar Nasional Indonesia [4] Lechner. Norbert, 2007, Heating, Cooling, Lighting, Metode Desain untuk Arsitekntur, Edisi kedua, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. [5] Nouri, J, 2006, Energy Management System Audit and Implementation in Educational Buildings, American Journal of Applied Sciences 3 (3) : 1767-1774 [6] Rianto, Agus, 2007, Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika Primiere Semarang, Semarang : Universitas Negeri Semarang. [7] Sujatmika, Wahyu, 2008, Penyempurnaan Standar Audit Energi pada Bangunan Gedung, Proseding PPIS Bandung. 29 Juli 2008.
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010
PERBEDAAN KUAT SINYAL PENERIMAAN SINYAL WIFI 2,4 GHZ PADA ANTENA HOMEBREW WAJANBOLIC BERBAHAN REFLEKTOR ALUMINIUM COR DAN BERBAHAN REFLEKTOR BESI Made Wiryana & Kadek Amerta Yasa Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali Bukit Jimbaran, P.O. Box 1064 Tuban Badung – Bali Phone: +62-361-701981, Fax: +62-361-701128 ABSTRAK : Penelitian tentang perbedaan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz. pada antena homebrew wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor dengan reflektor berbahan besi. memiliki tujuan untuk (1) Mengetahui perbedaan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz pada antena homebrew wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor dengan reflektor berbahan besi (2) Mengetahui bahan reflector antenna homebrew wajanbolik yang memberikan rata – rata kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz yang lebih baik. Hipotesis yang diuji melibatkan 2 (dua) variabel bebas yaitu : Antena homebrew wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor (A) dan Antena homebrew wajanbolik dengan reflektor berbahan besi (B). Teknik analisis data menggunakan uji T berpasangan dan analisis statistik deskriptif yang didahului oleh uji persyaratan analisis, sedangkan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan variable terikat diukur dengan software network stumbler. Dari hasil uji hipotesis didapatkan simpulan (1) Terdapat perbedaan yang signifikan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz pada antena wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor dengan antena wajanbolik dengan reflektor berbahan besi (2) Antena jenis wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor memiliki rata – rata kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz yang lebih baik daripada antena jenis wajanbolik dengan reflektor berbahan besi. Kata Kunci : Antena Homebrew Wajanbolik, Reflector Berbahan Aluminium Cor, Reflektor Berbahan Besi, Kuat Signal Penerima, Signa Wifi 2,4 GHZ Differences of received signal strength to signal Wifi 2,4 GHZ on homebrew antenna reflectors made of cast aluminum and iron ABSTRAC: Research about differences of received signal strength to signal wifi 2,4 GHZ on homebrew antenna reflectors made of cast aluminum and iron has purpose of (1) To know the differences of received signal strength to signal wifi 2,4 GHZ on homebrew antenna reflectors made of cast aluminum and iron ( 2) To know which type of antenna reflectors giving the best signal strength. Hypothesis tested entangles two independent variable that is : homebrew antenna reflectors made of cast aluminum (A) and homebrew antenna reflectors made of iron (B). Data analytical technique applies paired sample T test analysis and descriptive statistical analysis preceded by analysis clauses test, data collecting technique to get dependent variable measured with network stumbler software. From hypothesis test got result (1) There was signifikan differences of received signal strength to signal wifi 2,4 GHZ on homebrew antenna reflectors made of cast aluminum and iron ( 2) Wajanbolik homebrew antenna reflector made of cast alluminium gives the average of signal strength is better than an antenna with a reflector made of iron Keyword : Wajanbolik homebrew antenna, reflector made of cast alluminium, reflector made of iron, signal strength receiving, Wifi Signal 2,4 GHz. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan frekuensi 2,4 GHz sangat marak akhir-akhir ini dengan banyaknya bermunculan hotspot-hotspot penyedia akses wifi baik secara gratis maupun membayar. Hotspot – hotspot ini bermunculan mulai dari lembaga-lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, warung internet (warnet) maupun café-café internet yang menyediakan akses internet. Kendala yang dihadapi masyarakat dalam mengakses wifi adalah jangkauan akses hanya ada radius beberapa meter saja dari titik hotspot.
Inisiatif masyarakat terutama dalam komunitas yang memiliki sumber daya untuk memecahkan masalah akses wifi mulai muncul dengan berhasil dibuat antena-antena homebrew yang harganya relatif murah bahkan dapat dibuat sendiri oleh masyarakat. Kesulitan kembali muncul dalam pemakaian antena homebrew, terutama dalam hal pemilihan jenis serta mounting antena yang sesuai dengan kondisi lingkungan pemakai. Keterbatasan peralatan mounting serta jarak sering menjadi hambatan dalam pemakaian antena homebrew. Keterbatasan itu dapat dirinci sebagai berikut: (1) tidak tersedianya tower atau tempat
Volume 1, Nomor 1. 47
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. untuk mounting antena, (2) pemilihan antena tidak memperhatikan jarak dan jenis antena, (3) kondisi geografis tidak diperhatikan dalam pemilihan antena. Keterbatasan ini sering membuat kegagalan dalam pembuatan dan proses akses sinyal wifi. Dalam hal pemilihan jenis antena, harus diperhatikan jarak antara sumber sinyal dan penerima, kondisi mounting harus pula memperhatikan toleransi penyimpangan direction beam antenna [3]. Dalam penelitian antenna homebrew didapatkan bahwa kuat sinyal penerimaan antena wajanbolik paling bagus dibandingkan antena kaleng dan antenna helical, tetapi belum ada penelitian mengenai perbedaan kuat sinyal penerimaan dari antenna wajanbolik berbahan reflector dari aluminium cor an berbahan reflector dari besi. 1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Apakah ada perbedaan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz pada antenna homebrew wajanbolik dengan bahan reflector aluminium cor dan bahan reflector besi 2. Bahan reflector yang manakah memberikan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz yang yang lebih baik pada antenna homebrew wajanbolik 1.3
Tujuan Mendapatkan perbedaan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz pada antenna homebrew wajanbolik dengan bahan reflector aluminium cor dan bahan reflector besi 2. Mengetahui bahan reflector yang memberikan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz yang lebih baik pada antenna homebrew wajanbolik 1.
2.
TINJAUAN PUSTAKA Dalam pembuatan antena diperlukan pemilihan bahan berdasarkan parameter tertentu. Parameter bahan tersebut meliputi konduktivitas, permeabilitas, dan permitivitas. Konduktivitas adalah parameter bahan yang sangat berpengaruh dalam pembuatan antenna sehingga diperlukan konduktivitas yang maksimal untuk mengoptimalkan efisiensi antenna. Untuk menghasilkan direktivitas yang optimum, dibutuhkan ukuran dari dimensi antena yang tepat, mulai dari dimensi saluran pandu gelombang pencatunya, dimensi panjang antena dari pencatu ke bidang aperture sampai dengan dimensi pelebaran ke arah bidang medan magnet [5]. Dalam Antena, Penyebaran gelombang elektromagnet ke udara dipengaruhi oleh :
Volume 1, Nomor 1. 48
Oktober 2010
1. Defraksi (Defraction) Yaitu sedikit membeloknya arah gelombang. Hal ini terjadi ketika gelombang mengenai atau melalui ujung suatu benda (rintangan). Defraksi termasuk pengaruh yang penting terhadap gelombang yang berfrekuensi rendah. 2. Pantulan (Reflection) Pantulan terjadi bila gelombang membentur suatu benda dan gelombang tersebut memantul. Pantulan dari gelombang tersebut dapat saja memiliki intensitas kuat dan dapat pula lemah, tergantung dari bagaimana keadaan refleksi terjadi. 3. Refraksi (Refraction) Yaitu membeloknya gelombang ketika gelombang berjalan dari suatu bahan perantara ke bahan perantara lain. Refraksi sering kali menghasilkan pembelokkan gelombang radio turun ke bawah, sehingga gelombanggelombang berjalan mengikuti lengkungan bumi. 4. Penyerapan (Absorpsi) Penyerapan gelombang terjadi jika bahan perantara menyerap energi gelombang. Bahan ini menyerap jika mempunyai tahanan jenis listrik tertentu. Mengingat faktor pantulan/ reflection berpengaruh terhadap jalannya gelombang elektromagnetik, pembuatan reflector antena homebrew dari jenis wajanbolic memerlukan ketelitian dalam desain, terutama perhitungan diameter, kedalaman dan titik focus feeder. Dari rumusan formula penentuan titik focus dari antenna wajanbolic, bahan reflector tidak menjadi variabel penentu. tetapi reflektor dan penyimpangan sudut directivity sangat menentukan sekali keberhasilan akses sinyal wifi terutama jika ditinjau dari segi kuat sinyal penerimaan [1]. Ketika antena dicatu oleh suatu daya masukan di terminal input, maka daya tersebut tidak akan seluruhnya dipancarkan oleh antena ke udara., tetapi ada faktor rugi-rugi antenna yang disebabkan oleh material, semakin tinggi nilai konduktivitas material dinding suatu antena, maka semakin tinggi nilai efisien suatu antena. Sebagai ilustrasi, jika antena tersebut terbuat dari bahan dielektrik sempurna maka nilai efisiensi e » 0%. Artinya antenna tersebut sama sekali tidak dapat meradiasikan gelombang radio sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, jika dinding antenna terbuat dari bahan super konduktor maka nilai efisiensi e » 100%. Artinya antenna tersebut akan meradiasikan gelombang radio dengan sempurna, tanpa rugi-rugi ohmik [5].
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. Konstruksi dan bahan reflektor mempengaruhi efisiensi, otomatis juga berpengaruh terhadap Gain dan Noise (G/T, Gain to noise Temperature ratio). Lengkungan reflektor harus benar-benar parabolik, sehingga pantulan signal yang datang hampir seluruhnya kearah focus. Sedang bahan reflektornya harus dapat memantulkan radiasi gelombang elektromagnetis mendekati sempurna, dengan konduktansi tinggi seperti antara lain perak, tembaga atau aluminium. Antena yang berdasarkan reflektor parabola adalah jenis tipe antena pengarah jika diperlukan penguatan tinggi. Keuntungan utama adalah bahwa mereka dapat dibuat untuk mempunyai gain dan directivity sebesar yang diperlukan. Kekurangan utama adalah bahwa besarnya piringan sehingga sulit di pasang dan lebih rentan terhadap angin. Piringan berukuran sampai satu meter biasanya terbuat dari bahan padat. Aluminium sering dipakai karena ringan, daya tahan dan sifat listriknya yang baik. Kerentanan terhadap angina bertambah secara drastis sesuai dengan ukuran piringan dan akan menjadi masalah berat. Piringan yang mempunyai permukaan yang memantulkan dapat menggunakan jaring juga sering digunakan. Memang yang ini mempunyai frontto-back ratio lebih buruk, tetapi lebih aman untuk digunakan dan lebih mudah untuk dibuat. Tembaga, aluminium, kuningan, baja berlapis seng dan besi adalah bahan jaring baik. [3] Dalam penelitian tentang antena homebrew, didapatkan terjadinya perbedaan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz. dari jenis antena kaleng, wajanbolik dan helikal, Jenis antena wajanbolik memberikan kuat sinyal penerimaan yang paling baik dibandingkan dengan antena kaleng dan helikal [12]. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Pengajuan Hipotesis Berdasarkan rumusan permasalahan dapat diajukan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut.
H 0 : α1 = α 2 = .... = α r = 0
1.
Tidak ada perbedaan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz pada antena homebrew wajanbolik dengan bahan reflector aluminium cor dan bahan reflector besi
H A : α1 ≠ α 2 ≠ .... ≠ α r ≠ 0 αj ≠0
2.
) (paling sedikit satu diantara Ada perbedaan kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz pada antena homebrew wajanbolik dengan bahan reflector aluminium cor dan bahan reflector besi Kuat sinyal penerimaan sinyal wifi 2,4 GHz pada antena homebrew wajanbolik dengan
Oktober 2010 bahan reflector aluminium cor lebih baik daripada bahan reflector besi
3.2 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang dipakai untuk menguji hipotesis 1 adalah menggunakan uji T berpasangan dimana terdapat 2 (dua) variabel bebas yaitu : Bahan Reflektor Aluminium Cor (A) dan Bahan Reflektor Besi (B) serta 1 (satu) variable terikat yaitu: Kuat Sinyal Penerimaan (Y) dengan diagram sebagai berikut. Bahan Reflektor Aluminium Cor (A) Bahan Reflektor Besi (B)
Kuat Sinyal
Gambar 1 Diagram Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dapat disajikan dalam tabel pengumpulan data sebagai berikut. Tabel 1 Tabel Rancangan Penelitian Bahan Reflektor Aluminium Cor (A)
Bahan Reflektor Besi (B)
Kuat Sinyal (Ya) “ “ “
Kuat Sinyal (Yb) “ “ “
Sedangkan untuk menguji hipotesis 2, digunakan teknik analisis statistik deskriptif untuk melihat rata-rata pengukuran masing-masing antena Untuk mengontrol variabel yang tidak dibutuhkan yang mungkin berpengaruh terhadap hasil penelitian diberikan beberapa batasan sebagai berikut. Pengukuran hanya pada satu penyedia sinyal wifi, Jarak pengukuran dengan sumber sinyal wifi tetap Prototype antena homebrew yang dibuat hanya 1 untuk masing – masing bahan reflector Variasi data dilakukan dengan pengukuran yang berulang untuk melihat keajegan data pada masing-masing antena. 2.3 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dilaksanakan melalui beberapa langkah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, antara lain : 1. Pembuatan prototip antena homebrew sesuai dengan variable penelitian, dengan memperhatikan teknik pembuatan dan penggunaan formula pembuatan antena yang akurat. 2. Pembuatan Pigtail yang akan mentrasmisikan sinyal yang ditangkap antena ke Access Point (AP) dengan memperhatikan panjang kabel dan kualitas konektor dan penggunaan kabel model RG8.
Volume 1, Nomor 1. 49
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 3.
4. 5. 6. 7. 8.
Pembuatan dudukan antena dan AP outdoor dengan memberi mekanisme agar sudut directivity dapat dirubah secara fleksibel dan akurat. Penarikan kabel UTP dan kabel power dari AP ke komputer Instalasi Software pengukur sinyal Pengumpulan data melalui proses pengukuran Analisis data pengukuran dengan menggunakan software SPSS sesuai dengan hipotesis yang diuji. Penyajian hasil penelitian
2.4 Teknis Analisis Data Teknis analisis data yang diterapkan dalam melakukan uji hipotesis adalah dengan menggunakan Analisis Uji Beda (One Way Anova analysis), yang didahului oleh uji persyaratan analisis atau uji asumsi dengan melihat normalitas dan homogenitas data. Tes normalitas Kosmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk dipakai untuk menentukan data pengukuran berasal dari hasil pengukuran berdistribusi normal, sedangkan Tes homogenitas (Levene’s test) digunakan untuk melihat apakah hasil pengukuran berasal dari data yang homogen. Jika uji asumsi ini telah dilalui barulah dapat dilakukan analisis berikutnya. Pengujian hasil dari data pengukuran, dipergunakan software pembantu berupa software SPSS dengan taraf signifikansi sebesar 95%. 2.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan variable terikat berupa kuat sinyal penerimaan diukur dengan software network stumbler dengan asumsi bahwa software ini telah dikalibrasi oleh perancang berdasarkan data dari peralatan wireless. Variasi data variabel terikat didapatkan dengan pengukuran berulang persatuan waktu. Variabel bebas berupa bahan reflector antenna homebrew wajanbolik. Variabel terikat berupa kuat sinyal penerimaan dari masing masing antena 2.6 Lokasi dan Sampel Penelitian Pengumpulan data lapangan akan dilakukan di Kota Singaraja dengan memanfaatkan layanan sinyal wifi Spacelink Broadband Hotspot Lovina dimana antena trasmitter yang dipakai berlokasi di Jalan Dewi Sartika Utara No. 32A Singaraja dan berjarak 700 meter dari titik pengukuran. Sedangkan sample penelitian dibuat 1 (satu) buah sample untuk masingmasing bahan reflector antena dengan sampling data
Volume 1, Nomor 1. 50
Oktober 2010
berupa pengukuran berulang sebanyak pengukuran untuk tiap-tiap variasi antenna
10
kali
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian disajikan sesai dengan urutan prosedur penelitian yang ditempuh, dimulai dari pembuatan prototipe sampel antenna sampai dengan instalsi, pengukuran, penyajian data dan analisis data hasil pengukuran 3.1.1 Pembuatan Sampel Antena Pelaksanan penelitian diawali dengan pembuatan sampel antena beserta perlengkapannya. Pembuatan sampel ini dilakukan untuk memastikan rancangan antena sesuai dengan perhitungan. Langkah kedua adalah pembuatan pigtail penghubung antara antena dengan Access Point (AP), yang dibuat dari konektor N, konektor TNC dan kabel RG58.
Gambar 2 Pigtail Langkah ketiga yaitu pembuatan sampel antena homebrew wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor dan berbahan besi. Bentuk antena wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium dan reflektor berbahan besi.dapat dilihat pada gambar 3. dan gambar 4.
Gambar 3 Antena dengan reflektor berbahan Aluminium Cor
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1.
Oktober 2010 dengan reflektor berbahan aluminium cor dan reflektor berbahan besi. 3. Pengujian Analisis Statistik Deskriptif untuk menguji hipotesis 2 yaitu melihat rata-rata kuat sinyal dari masing – masing antena dan menentukan jenis antena yang terbaik.
Gambar 4 Antena dengan reflektor berbahan besi 3.1.2 Hasil Pengukuran Kuat Sinyal Pengukuran kuat sinyal yang diambil dengan Network Stumbler, dilakukan pada masing-masing antena dengan mengatur variasi sudut directivity atau direction beam, dari masing masing sudut dan jenis antena diambil data secara berulang sebanyak 10 kali pengukuran dari masing-masing simpangan sudut directivity dan dari masing-masing antena. Hasil pengukuran setelah diolah dengan statistik deskriptif dapat ditampilkan sebagai berikut. Tabel 2. Statistik Deskriptif Pengukuran Kuat Sinyal Descriptive Statistics Dependent Variable:Kuat Sinyal (dBm) Jenis Antena Sudut (1.Bahan Besi 2. Directivity (0, Bahan Aluminium) 5, 10, 15 deg) 1
2
Total
0 5 10 15 Total 0 5 10 15 Total 0 5 10 15 Total
Mean
Std. Deviation
N
-62.60 -63.40 -65.60 -68.00 -64.90 -58.80 -60.20 -63.60 -65.80 -62.10 -60.70 -61.80 -64.60 -66.90 -63.50
1.350 1.647 .843 1.333 2.479 1.932 1.476 1.578 1.476 3.201 2.536 2.238 1.603 1.774 3.174
10 10 10 10 40 10 10 10 10 40 20 20 20 20 80
3.1.3 Pengolahan Data Sesuai dengan prosedur dan rancangan penelitian, penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 1 dengan teknik analisis berupa analisa uji T berpasangan dua arah dan taraf signifikansinya 95%. Langkah analisis yang dipakai adalah: 1. Pengujian persyaratan analisis atau uji asumsi berupa uji normalitas dan uji homogenitas 2. Pengujian Uji T berpasangan untuk menguji hipotesis 1 dengan tujuan mendapat perbedaaan Kuat Sinyal penerimaan dari antena wajanbolik
Uji Persyaratan Analisis Sebelum memulai uji statistik pada data hasil pengukuran, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran dapat dianalisis lebih lanjut sesuai dengan teknik analisis yang digunakan. Teknik analisis yang dipakai, meliputi Uji Normalitas untuk mengetahui normalitas dari data pengukuran, uji normalitas dibutuhkan agar data yang dianalisis dipercaya memang dari data yang normal. Sedangkan Uji Homogenitas untuk mengetahui apakah data pengukuran berasal dari populasi data yang homogen, sehingga hasil uji statistik yang dihasilkan nanti memang berasal dari sampel yang berbeda, bukan dari variasi data dalam satu sampel. Tabel 3. Hasil Tes Normalitas Jenis Antena (1.Bahan KolmogorovBesi 2. Bahan Smirnova Shapiro-Wilk Aluminium) Statis Statis tic df Sig. tic df Sig. Kuat Sinyal
1
.167
40 .007
.942
40 .040
(dBm)
2
.144
40 .036
.950
40 .075
a. Lilliefors Significance Correction Dari Hasil Uji Normalitas, terlihat nilai signifikansi 95% memiliki nilai >0.05 (Sig. 0.04 dan 0.075) pada salah satu uji (sudah memenuhi) dengan Kolmogorov-Smirnov(a) maupun Shapiro-Wilk,.hanya pada kuat sinyal antena dengan reflektor berbahan besi, datanya tidak signifikan normal Tabel 4. Hasil Tes Homogenitas Levene Statistic Kuat Sinyal (dBm)
df1 df2
Sig.
Based on Mean
2.614
1
78 .110
Based on Median
2.325
1
78 .131
Based on Median and with adjusted df
2.325
1
77.588 .131
Based on trimmed mean
2.644
1
78 .108
Volume 1, Nomor 1. 51
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. Hasil Lavene’s test untuk uji homogenitas menunjukkan sinifikansi sebesar 0,110 > 0,05 Sehingga data hasil pengukuran merupakan data yang homogen -
Uji Hipotesis 1 dengan Uji T Berpasangan Setelah uji asumsi telah memenuhi persyaratan, pengujian dilanjutkan dengan melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisa uji T berpasangan dengan taraf signifikansi 95%. Hasil dari pengujian hipotesis dengan SPSS dapat ditampilkan pada Tabel 5 berikut.
Oktober 2010
dengan simpangan baku 2.479 dBm. Antena wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor memiliki rata-rata kuat sinyal pada semua simpangan sudut directivity sebesar -62.10 dBm dengan simpangan baku 3,201dBm
3.2 Pembahasan Dari Hasil Pengolahan Data, dapat dianalisis untuk uji normalitas dengan melihat hasil tes Kolmogorov-Smirnov(a) maupun Shapiro-Wilk (dapat dipakai salah satunya) nilai signifikansi untuk masingmasing jenis antena menurut sudut directivity memiliki nilai > 0,05. Sehingga data yang didapat dari hasil Tabel 5. Hasil Uji sample T Berpasangan pengukuran memiliki distribusi normal. Std. Hasil pengujian Lavene’s tes untuk melihat Deviatio Std. Error homogenitas data, nilai Signifikansinya 0,110 > 0,05 Mean N n Mean maka data hasil pengukuran berasal dari data yang Pair Kuat -64.90 40 2.479 .392 homogen, sehingga jika terjadi perbedaan dalam 1 Sinyal varians, bukan berasal dari antar data dalam satu Reflektor variabel. Dengan hasil uji normalitas dan uji Besi (dBm) homogenitas ini, maka uji hipotesis dapat dilakukan. Hasil pengujian hipotesis uji T berpasangan Kuat 40 3.20096 .50612 dengan SPSS dapat dilihat pada tabel 5. Terlihat hasil Sinyal 62.100 tes uji perbedaan memperlihatkan taraf signifikansi Reflektor 0 (Sig. .000), hasil ini jauh di bawah 0,05, sehingga dapat Aluminium ditarik kesimpulan pada kedua variabel, H0 ditolak, (dBm) berarti ada perbedaan kuat sinyal penerimaan dari dua jenis antenna wajanbolik dengan reflector berbahan Paired Differences aluminium (A) dengan antenna wajanbolik dengan 95% reflector berbahan besi (B). Confidence Sig. Pada pengujian rata-rata kuat sinyal dua jenis Interval of the Std. Std. (2antena dengan statistik deskriptif pada table 2 Difference Deviat Error taile didapatkan antena jenis wajanbolik dengan reflector Mean ion Mean Lower Upper t df d) berbahan aluminium memiliki rata-rata kuat sinyal Pair 1 Kuat Sinyal -2.80000 1.85638 .29352 -3.39370 -2.20630 -9.539 39 .000 Reflektor penerimaan lebih baik daripada antenna jenis Besi (dBm) Kuat wajanbolik dengan reflector berbahan besi. Hasil Sinyal pengujian hipotesis dapat dijabarkan sebagai berikut: Reflektor Aluminium 1. Signifikansi = 0,00 < 0,05 berarti H0 ditolak dan HA (dBm) diterima atau α A1 ≠ α A 2 ≠ 0 , ini menunjukkan Pusat perhatian hasil pengujian hipotesis terletak bahwa terdapat perbedaaan Kuat Sinyal penerimaan pada tabel Paired – samples test, nilai signifikansi antena wajanbolik dengan reflektor berbahan untuk uji perbedaan antara kuat sinyal dari antenna aluminium (A) dengan antena wajanbolik dengan dengan reflector berbahan aluminium (A) dan reflector reflektor berbahan besi (B). berbahan besi (B) adalah sangat kecil 0,000 < 0,05. 2. Pada Uji perbedaan rata-rata kuat sinyal - Uji Hipotesis 2 dengan Analisis Statistik penerimaan pada dua jenis antena didapat antena wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor Deskriptif Hipotesis ke 2, diuji dengan menggunakan memiliki rata-rata kuat sinyal penerimaan lebih baik (Statistik Deskriptif . Dari hasil analisis dengan SPSS 62.10 dBm dengan simpangan baku 3,201 dBm ) pada tabel 2 dapat dilihat nilai Rata-rata, simpangan daripada antena wajanbolik dengan reflektor berbahan dan kesalahan baku dari kuat sinyal yang dihasilkan besi (-64,90 dBm dengan simpangan baku 2.479 dBm ) oleh dua jenis antena dengan reflektor berbeda.. Pada antena wajanbolik dengan reflektor 4. SIMPULAN DAN SARAN berbahan besi memiliki rata-rata kuat sinyal pada 4.1 Simpulan Dari hasil dan pembahasan penelitian dapat semua simpangan sudut directivity sebesar -64,90 dBm disimpulkan:
Volume 1, Nomor 1. 52
JURNAL MANAJAMEN DAN TEKNOLOGI INFORMASI Volume 1, Nomor 1. 1.
2.
Terdapat perbedaan yang signifikan Kuat Sinyal Penerimaan Sinyal wifi 2,4 GHz pada antena wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor dengan antena wajanbolik dengan reflektor berbahan besi. Antena Jenis Wajanbolik dengan reflektor berbahan aluminium cor memiliki rata – rata kuat sinyal penerimaan Sinyal wifi 2,4 GHz yang lebih baik daripada Antena Jenis Wajanbolik dengan reflektor berbahan besi.
4.2 Saran 1. Dalam penggunanaan antena wajanbolik dengan radius >700 meter (dalam penelitian ini hanya memiliki radius pengukuran 700 m) sebaiknya dapat memilih bahan aluminium cor sebagai reflektornya. 2. Untuk pemakai antena homebrew dengan memiliki keterbatasan pada mounting antena, dan kondisi lingkungan yang berangin, perlu mempertimbangkan ukuran diameter reflektor agar sesuai dengan jarak dan kekuatan mounting.. 3. Penggunaan dalam wireless LAN di lingkungan kantor/kampus dapat dilakukan dengan menambah akses point sehingga mengurangi pemakaian kabel UTP yang sering mengalami kerusakan dan mengganggu estetika. DAFTAR PUSTAKA [1] Aspinwall Jim.2003. ”Installing, Troubleshooting and Repairing Wireless Network”.USA.McGraw-Hill. [2] Assatari. 2006. “WiFi Signal Strength”.Available Accessed from http://lists.shmoo.com/. Frebuary 2008. [3] Hacker Friendly.2007.Second Edition.”Wireless Networking in the Developing Countries”. Available from http://wndw.net/. Accessed [13] Frebuary 2008.
[4]
Oktober 2010 Ohrtman Frank, Roeder Konrad.2003”Wi-Fi Handbook-Building 802.11b Wireless Networks”USA. McGraw-Hill.
[5] Oktin Rachmawati1 Frissa, Budi Aswoyo. 2009. “Perbandingan Efisiensi Antena Horn Sektoral Bidang-H Dengan Berbagai Bahan Untuk Aplikasi WLAN 2,4 GHz”. Surabaya. PENS ITS Surabaya [6] Purbo Ono W.”Perhitungan antena Helical 2.4 GHz. Available from http://www.wikihost.org/. Accessed Frebuary 2008. [7] Takehiko Tsukiji.”Normal Mode Helical Antenna for Wireless LAN”. Fukuoka:Department of Electronics and Computer Science Fukuoka University [8]
Slamet Silvia Sutrisno, Nur Sofian. 2004. Modifikasi/Upgrading Sistem Akusisi Data Satelit Geostasioner, Jakarta. Tekno Lapan Struzak R. Prof. 2005.”Basic Antenna Theory”.Trieste.The Abdul Salam International Centre for Theoretical Physics ICTP.
[9]
Stutzman Warren L. “Estimating Directivity and Gain of Antennas”, Virginia. Virginia Polytechnic Institute and State University
[10] Supranto.J.2004.”Analisis Multivariat”. Jakarta. Rineka Cipta [11] Wade Paul. 2002. “Helicals Feed Antenna”, [12] Wiryana Made, Ketut Darminta.2008. “ Pengaruh Jenis Antena Homebrew dan Penyimpangan Sudut Directivity terhadap Kuat Sinyal Penerimaan Sinal Wifi 2,4 GHz. Badung, Jurnal Logic Edisi Maret 2009.
Volume 1, Nomor 1. 53