Pelindung Ketua Jurusan Arsitektur FT Universitas Syiah Kuala
Penanggung Jawab
Raut adalah wacana bagi mahasiswa, staf pengajar dan segenap masyarakat arsitektur untuk bertukar pandangan tentang Arsitektur dan Lingkungan, perkotaan dan Permukiman dan hal lain yang berkaitan dengannya.
Husnus Sawab, ST. MT
Dewan Editor Prof. Johan Silas Ir. Mirza Irwansyah MBA. MLA.Ph.D Ir. Izziah,M.Sc. Ph.D Ir. Purwanita Setijanti, M.Sc. Ph.D Ir. Dyah Erti Idawati, Ph.D Dr. Safwan ST.M.Eng Ir. Elysa Wulandari, MT
Redaksi Pelaksana Zulfiqar Taqiuddin, S.Sn Erna Mutia, ST. MT Teuku Ivan, ST. MT
Alamat Redaksi Lab. Desain dan Model Struktur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala JL. Tgk Syeh Abdurrauf No. 7 Darussalam- Banda Aceh E-mail:
[email protected] Desain Kreatif: Masdar- Zulfikar
Raut Jurnal Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Copyright to Raut all individual authors Terbit tiga kali setahun
ISSN 2085-0905
Raut akan mempertimbangkan untuk memuat naskah, yang merupakan tulisan yang terorganisasi dengan baik, jelas terbaca, menarik, koheren, mempunyai nilai argumentasi intelektual dan memiliki hasil yang akurat, yang akan diterbitkan pada bulan Maret, Juli, dan November tiap tahun. Naskah diserahkan dalam bentuk hasil cetakan (print out) dan CD(file), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Naskah harus asli yang berupa hasil penelitian atau studi literatur yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya; b. Naskah asli ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan dilengkapi abstrak dalam bahasa Indonesia atau Inggris termasuk kata kunci dengan jumlah halaman berkisar antara 5 s/d 10 halaman pada kertas A4; c. Mencantumkan sumber dari semua gambar, tabel, skema atau pemikiran yang bukan merupakan hasil karya penulis; d. Kutipan pada naskah baik dalam tulisan, tabel atau gambar ditulis:....(Santosa, 2003); Daftar pustaka ditulis dan diurutkan berdasarkan abjad dari nama pengarang, contoh: Santosa, Mas (2003), Totalitas Arsitektur Tropis, Tradisi, Modernitas dan teknologi, Pidato Pengukuhan untuk Jabatan Guru Besar dalam Sains Arsitektur, FTSP ITS Surabaya; Kata-kata atau istilah asing ditulis dengan
huruf miring. e. Dewan Editor, Redaksi Pelaksana dan semua pihak yang terlibat pada Jurnal Raut dengan ini menyatakan bahwa tidak bertanggung jawab terhadap aksi plagiat yang dilakukan oleh penulis. Kalaupun hal ini terjadi, segala akibat dan resiko akan dibebankan kepada penulis. Dalam mereview naskah, dewan editor hanya melihat kesesuain format dan tingkat keilmiahan karya ilmiah.
Edisi II, Vol.1, Periode Mei - Agustus 2015
Jurnal Arsitektur DafTaR ISi
Redaksi Dari Redaksi Daftar Isi GLOKALITAS Kota Global dengan Identitas Lokal di Indonesia…………………............................ Muhammad Haiqal - Jurusan Arsitektur FT Unsyiah
1 - 12
TIPOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL PADA MASYARAKAT ISLAM DI INDONESIA……………................................... Burhan Nasution - Jurusan Arsitektur FT Unsyiah
13 - 25
MATERIAL BAMBU PADA KONSTRUKSI RUMAH ACEH DAN PERUMAHAN HAITI (Sebuah Konsep Lokalitas pada Perumahan)………………………………………….. 26 - 35 Saiful Anwar - Pascasarjana Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN SUATU RUMAH (Studi Kasus Perumahan Budha Tzu chi, Desa Panteriek, Banda Aceh)………...……. 36 - 50 Dyah Erti Idawati - Jurusan Arsitektur FT Unsyiah PERENCANAAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN TEMA ARSITEKTUR PERILAKU............................................................. Siti Zulfa Yuzni - Jurusan Arsitektur FT Unsyiah
51 - 62
IDENTIFIKASI POLA PERMUKIMAN TERHADAP TATANAN RUANG LUAR DI KAWASAN PURWODADI GUNUNG KIDUL…………........... 63 - 79 Nova Purnama Lisa - Program Studi Arsitektur Universitas Malikussaleh
Indeks Tata Cara Penulisan
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI…
PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN SUATU RUMAH (Studi Kasus Perumahan Budha Tzu chi, Desa Panteriek, Banda Aceh) Dyah Erti Idawati Email:
[email protected] Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
ABSTARK Makalah ini bertujuan untuk mengetahui aspek yang berperan pada perubahan tingkat kenyamanan suatu rumah. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping sandang dan pangan. Dalam UU No. 4 Tahun 1992, ‘Rumah’ diartikan sebagai bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Nilai rumah juga menyangkut nilai manusiawi dan nilai sosial dari proses ’merumahkan diri’. Nilai rumah bukan hanya diukur apakah secara fisik rumah tersebut di bawah standart atau sudah memenuhi standart. Dalam konteks yang berbeda, rumah dalah harapan dari penghuni terhadap masa depannya dari pengalaman masa lalunya yang diwadahi dalam proses sebuah rumah. Menurut Turner, ada dua faktor yang berperan dalam mengukur nilai rumah yaitu faktor moneter, termasuk didalamnya pendapatan rumah tangga, serta faktor non moneter, meliputi: pencapaian, keamanan berdiam dan standart fisik. Dari hasil penelitian, faktor pendapatan rumah tangga sangat berperan dalam tingkat kenyamanan rumah. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan adalah metode kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan wawancara secara mendalam. Studi kasus yang didunakan adalah perumahan Budha Tzu chi, Panteriek, Aceh Besar. Kata kunci: pendapatan, kenyamanan, rumah, Budha Tzu Chi.
PENDAHULUAN Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping sandang dan pangan. Dalam UU No. 4 Tahun 1992, ‘Rumah’ diartikan sebagai bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Nilai rumah juga menyangkut nilai manusiawi dan nilai sosial dari proses ’merumahkan diri’. Nilai rumah bukan hanya diukur apakah secara fisik rumah tersebut di bawah standart atau sudah memenuhi standart, namun diukur juga dari sisi non fisiknya. Global Strategy for Shelter to The Year 2000 disebutkan bahwa rumah
layak
harus
memenuhi
kelayakan
privasi,
ruang,
keamanan,
penerangan/ventilasi, PSD (Prasarana dan Sarana Dasar), dekat dengan berbagai sarana dasar dan aksesibilitas yang baik. Penelitian ini berpayung pada teori utama tentang rumah dan proses merumahkan diri dari John Turner. Turner (1972) mengatakan bahwa “Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
51
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI …
mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu”. Berdasarkan kutipan buku di atas, mobilitas ekonomi memiliki andil yang penting dalam perkembangan rumah disuatu perumahan. Hal ini menjadi penting karena faktor ekonomi turut memberikan peran dalam menciptakan kenyamanan untuk penghuni terhadap rumah yang ditempatinya. Selain itu, diduga indikator sosial ekonomi yaitu jenis pekerjaan kepala keluarga yang terkait dengan pendapatan, jumlah anggota keluarga dan latarbelakang pendidikan akan mempengaruhi kondisi fisik bangunan rumah, dan hal ini tentunya memberikan dampak terhadap kenyamanan rumah tersebut. Pendapatan atau ekonomi dari penghuni bukan hanya faktor tunggal yang berperan dalam memenuhi kenyamanan tinggal di rumah. Namun ada faktor non fisik, yaitu bagaimana rumah menjadi sarana pembinaan yang memberikan kesan nyaman bagi penghuninya. Selain kedua faktor tersebut, disamping sebagai sarana pembinaan, rumah juga adalah berfungsi sebagai tolak ukur eksistensi seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa tingkat pendapatan merupakan faktor utama dari proses merumahkan diri dan mampu meningkatkan kualitas penghuninya, ditinjau dari konsep perumahan Turner, yaitu bahwa rumah adalah sebagai proses.
Kaitan Nilai Rumah dengan Faktor Ekonomi Fungsi rumah menurut Rapopot (1969) adalah “membangun sebuah rumah adalah fenomena budaya, bentuk dan organisasi ruangnya sangat dipengaruhi oleh pola hidup dan perilaku penghuninya”. Manusia akan membuat pilihan-pilihan terhadap kondisi yang ada dengan melibatkan makna yang dipersepsikan sesuai dengan emosi dan perasaannya. Selanjutnya akan ada tindakan dan perilaku yang merupakan respon manusia terhadap lingkungan yang melibatkan aspek kognisi/peta mental/nalar, makna, afeksi/emosi/moods, dan evaluasi. Mekanisme tindakan adalah bentuk interaksi nyata manusia terhadap rumah danlingkungannya setelah manusia membentuk peta mentalnya, pemaknaan, emosi dan menentukan pilihan-pilihannya. Jadi bisa disimpulkan bahwa walaupun berada dalam rumah dan lingkungan yang standartnya sama, tiap personal akan memberikan nilai, makna, persepsi, serta tindakan yang berbeda-beda. 52
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI…
Dalam suatu permukiman, rumah merupakan bagian yang tidak dapat dilihat sebagai hasil fisik yang rampung semata, melainkan merupakan proses yang berkembang dan berkaitan dengan mobilitas sosial–ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu (Turner, 1972: 204). Paradigma Turner tersebut adalah prinsip dari “Housing as as verb”. Turner (1972) juga berpendapat bahwa masyarakat harus lebih banyak mengatur proses pengadaan rumah, sehingga dapat menghasilkan lingkungan yang lebih baik dalam arti luas. Ada 3 dasar teori Turner (1972) yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu: (1) Bila penghuni menguasai proses pengambilan keputusan utama dan memiliki keleluasaan untuk memberikan masukan dalam perancangan, pembangunan dan pengelolaannya,
maka
proses
maupun
lingkungan
yang
dihasilkan
akan
meningkatkan kesejahteraan individu atau masyarakat lainnya. (2) Bila sebaliknya, maka lingkungan permukiman akan menjadi penghambat untuk pemenuhan diri dan beban ekonomi keluarga. (3) Bukan wujud suatu rumah yang terpenting, melainkan dampak terhadap kehidupan penghuninya. Dengan kata lain, kepuasan penghuni tidak selalu sejajar dengan pemakaian standart. Kekurangan dan ketidaksempurnaan rumah jauh lebih dapat diterima bila hal tersebut merupakan akibat tanggung jawab diri sendiri dari pada tanggung jawab pihak lain. Point ke-2 dari klaim Turner adalah rumah memiliki dua pengertian, yaitu sebagai kata benda dan sebagai kata kerja. Sebagai kata benda (as a noun) rumah dapat diartikan sebagai produk atau komoditi, sedangkan sebagai sebuah kata kerja (as a verb) rumah adalah sebuah proses atau aktifitas merumahkan diri. Maksudnya adalah nilai sebuah rumah tidak hanya dilihat secara fisik saja, tetapi rumah juga merupakan penunjang kehidupan sehingga penghuninya dapat memiliki motivasi dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Nilai nyata dari sebuah rumah adalah hubungan antara actors/pelaku, activities/system aktivitas dan achievements/pencapaian/hasil (Turner, 1976). Elemen-elemen dalam kegiatan perumahan tersebut saling berkaitan, dimana ada interaksi antara orang (actors) dan produknya (achievement) melalui perantara aktivitas (activities) yang dilakukan (Faqih, 1985). Adapun menurut Hartatik (2010), dalam proses merumahkan diri, nilai suatu rumah dapat dibedakan atas ‘nilai pasar’, ‘nilai manusiawi’ dan ‘nilai sosial’ dari unit rumah. Proses merumahkan diri akan Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
53
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI …
berlangsung terus menerus yang meliputi kondisi awalnya (previous context), diikuti proses yang berlangsung yang akhirnya menghasilkan kondisi yang sudah berubah (modified context). Lebih lanjut Hartatik dkk. (2010) menyebutkan bahwa Bartalanffy (1948) mengartikan hubungan langsung tersebut dalam sistem utama sebagai feed-back dan feed-forward. Dalam konteks perumahan adalah harapan dari penghuni terhadap masa depannya dari pengalaman masa lalunya yang diwadahi dalam proses sebuah rumah.
Gambar 1. Sistem dalam proses ‘merumahkan diri’ Sumber: Turner (1976)
Proses merumahkan diri memiliki potensi masalah apabila proses pengadaan hingga produknya tidak sesuai dengan harapan penghuni. Salah satu akibat dari tidak sesuainya rumah dengan harapan penghuninya adalah tidak berfungsinya perumahan tersebut secara optimal dalam menunjang kehidupan, sehingga akan menimbulkan pemborosan dan ketidakefektifan dalam penggunaannya. Menurut Turner (1976) ada 2 faktor untuk mengukur nilai rumah dan indikasi adanya masalah perumahan, yaitu: 1. Faktor moneter, meliputi: pendapatan rumah tangga (dalam hubungannya dengan kemampuan bayar sewa rumah, angsuran, dan biaya operasional lainnya), biaya pelayanan yang diberikan oleh supplier (tanah, bangunan, dan pelayanan lain), dan modal yang dimiliki penghuni. 2. Faktor non moneter, meliputi: pencapaian (geografis dan sosial), keamanan berdiam (kelanjutan dan pengoperan), dan standart fisik (bangunan dan lingkungannya).
Kegiatan dalam pengadaan rumah sebaiknya memberikan kebebasan kepada calon penghuni untuk memilih rumah yang terbaik sesuai keinginan (Turner, 1972, 54
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI…
hal. 174). Oleh karena itu otoritas pengadaan rumah/perumahan seharusnya memberikan alternatif kepada penghuni dalam hal-hal pokok seperti: penentuan lokasi, bentuk hak kepemilikan yang sah, penggunaan struktur, dan jalan/akses menuju bangunan bagi kegiatan mereka. Jadi, masih menurut Turner, sebuah ‘gubuk’ mungkin lebih tepat sebagai hunian asalkan bisa mendukung kondisi nyata dan sebagai sarana untuk merealisasikan harapan masyarakat berpenghasilan rendah. Konsep perumahan untuk masyarakat ini adalah perlu mendukung hunian yang mudah untuk mengakses pusat kehidupan (walaupun sifatnya hunian sementara), sehingga punya income yang lebih besar, bisa menabung, yang akhirnya mampu mengakses hunian yang permanen. Selanjutnya perlu dukungan keamanan terhadap resiko kecelakaan, depresi ekonomi dan kondisi politik (Turner, 1976).
Metode Penelitian Metoda adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan yang disengaja oleh seorang (peneliti) untuk menjawab permasalahan yang ditemukannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode induktifkualitatif dalam rangka eksplorasi kepada masyarakat penghuni perumahan Budha Tzu Chi mengenai respons mereka terhadap kualitas hunian untuk mendapatkan kepuasan tinggal. Selain itu menggali informasi dan menganalisis mengenai harapan penghuni atas kepuasan tinggal serta kriteria penentu kepuasan tinggal tersebut. . Adapun pendekatan penelitian digunakan pendekatan studi kasus, yaitu penelitian dilaksanakan di Perumahan Buddha Tzu chi desa Panteriek. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara purposive untuk menentukan key person. Dengan pengambilan sampel secara purposive, maka hal-hal yang dicari tampil menonjol dan lebih mudah dicari maknanya (Muhadjir, 2000). Jadi sampling disini untuk menjaring informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber informasi dan tidak menggunakan sampel acak melainkan menggunakan sampel bertujuan atau purposive sampling. Sampel bukan berdasarkan representasi populasi tetapi lebih mengutamakan representasi informasi, misalnya kepala keluarga atau ibu rumah Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
55
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI …
tangga yang lebih bisa memberikan informasi terkait tujuan penelitian. Jumlah responden dalam penelitian purposive sampling tidak berdasarkan prosentase, melainkan pertimbangan informasi yang diperlukan. Penarikan responden disini dimaksudkan untuk memperluas informasi, sehingga bila tidak ada lagi informasi baru yang dapat dijaring maka penarikan sampel sudah bisa diakhiri (informasi jenuh).
Studi Kasus Perumahan Budha Tzu Chi, Panteriek. Penelitian ini dibatasi pada satu wilayah yaitu Perumahan Buddha Tzu Chi Panteriek. Enam responden diwawancara secara mendalam untuk mengetahui proses dari responden dalam kaitan dengan payung teori Turner, yaitu rumah bukan merupakan suatu produk (jadi) melainkan merupakan suatu proses. Dalam proses merumahkan diri akan timbul masalah jika mulai dari proses pengadaan hingga produknya tidak sesuai dengan harapan penghuni. Hal ini akan menimbulkan tidak berfungsinya perumahan tersebut secara optimal dalam menunjang kehidupan, sehingga
akan
menimbulkan
pemborosan
dan
ketidakefektifan
dalam
penggunaannya. Kompleks perumahan Budha Tzu Chi di Desa Panteriek, Banda Aceh merupakan perumahan yang bersifat formal. Hal yang melatar belakangi pembangunan kompleks ini adalah musibah gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Untuk membangun kembali infrastruktur dan rehabilitasi jangka panjang pembangunan Kota Banda Aceh, yayasan Buddha Tzu Chi, salah satu organisasi yang membantu menyediakan bantuan dalam bidang perumahan, melaksanakan pembangunan perumahan Buddha Tzu Chi di tahun 2005. Program ini merupakan bentuk solidaritas terhadap sesama manusia. Awalnya kompleks ini adalah rawa-rawa yang berisi enceng gondok. Kondisi awal perumahan Buddha Tzu Chi adalah tipikal/seragam dan satu lantai. Namun kini sudah banyak pemilik yang merenovasi baik dari tampilan bangunan, luasan bangunan maupun lantai bangunan. Banyak dijumpai bangunan yang telah menjadi 2 lantai. Penduduk Buddha Tzu Chi berasal dari berbagai kalangan, mulai dari tukang becak, TNI, Polri, Pegawai Negeri Sipil dan pedagang. Mereka adalah korban tsunami dari berbagai gampong seperti Lampriet, Ulee Lheue dan Lampulo. Sejak 56
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI…
tahun 2007, pembangunan perumahan hingga saat ini telah mencapau sekitar 716 rumah tinggal yang dihuni sekitar 2100 jiwa. Responden 1
Responden 2
Responden 3
Gambar 2. Perbandingan 3 responden yang diwawancara mengenai proses merumahkan diri serta bagaimana penghuni menilai rumah mereka pada perumahan Budha Tzu Chi
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
57
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI …
Perumahan Budha Tzu Chi terdiri dari 2 (dua) sektor, yaitu sektor ‘Cinta Kasih Barat’ dan sektor ‘Cinta Kasih Timur’. Setiap sektor dikelola oleh kepala dusun yang bertugas menyelenggarakan pemerintahan bagi warga yang tinggal di lokasi wilayah perumahan setempat. Setiap sektor terdiri dari 12 lorong dengan jumlah rumah berbeda. Setiap lorong memiliki kepala lorong yaitu warga yang bertanggung jawab menjaga ketertiban dan kenyamanan suatu lorong. Rumah bantuan Buddha Tzu Chi hanya memiliki satu type rumah yang tipikal/seragam dalam bentuk luasan bangunan (36 m2) maupun luasan tanahnya (120 m2). Masing-masing rumah terdiri atas: Ruang tamu (3m x 5m), Kamar Tidur 1 (3m x 2,5m), Kamar Tidur 2 (3m x 2,5m), Dapur (2m x 4,5m), dan Kamar Mandi (2m x 1,5m). Responden pertama adalah bapak Suwardi yang berprofesi sebagai seorang nelayan dengan penghasilan yang tidak tentu kira-kira 1,5 juta rupiah perbulannya. memiliki istri seorang ibu rumah tangga dengan jumlah anak 3 orang. Berdasarkan wawancara bersama istri pak Suwardi, Rumah tersebut didapatkan karena mereka adalah salah satu korban dari bencana gempa dan tsunami Aceh pada 26 desember 2004 lalu. Rumah yang diberikan memiliki luasan tanah 120m2 dengan tipe 36, yang didalamnya terdapat dua buah kamar tidur yang masing-masing berukuran 3mx2,5 m, sebuah kamar mandi ukuran 2mx1,5m dan ruang tamu serta dapur yang digabungkan yaitu berukuran 3,5 m x 6 m. Sementara untuk penggunaan listrik dan air menggunakan PLN dan PDAM. Keluarga ini telah melakukan sedikit perubahan pada rumahnya yaitu penambahan ruang dapur yang sebelumnya terlalu sempit menjadi sedikit lebih luas. mengenai tingkat kenyamanan, mereka merasa sangat nyaman karena lokasi perumahan cukup dekat dengan pusat kota, sehingga tidak memakan waktu yang lama untuk mengunjungi lokasi perbelanjaan, pusat pemerintahan dan sekolah. Selain itu juga karena rumah yang disediakan luasannya sudah cukup. Mengenai hubungan pendapatan ekonomi bapak sebagai kepala keluarga dengan tingkat kenyamanan rumah, ibu Zubaidah selaku istri mengatakan: “….. sesuatu yang telah ada ketika disyukuri akan terasa nikmat, begitu pula dengan dengan kondisi rumah sekarang yang kami huni, walaupun sederhana tapi sudah cukup menjadi tempat kami berkumpul dan berbagi kasih sayang. Penghasilan bapak memang tidak terlalu besar, tapi ada 2 anak kami yang 58
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI…
sudah selesai kuliah dan membantu ayahnya untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. kami sudah merasa nyaman dan sangat bersyukur dan merasa tidak ada kekurangan”. Dari hasil wawancara, keluarga pak Suwardi merasa cukup nyaman tinggal di kompleks Buddha Tzu Chi. Pertama adalah karena jarak kompleks perumahan cukup dekat dengan pusat kota Banda Aceh, sehingga tidak terlalu jauh untuk berbelanja ataupun bersekolah. Interaksi sosial juga terjalin dengan baik antar tetangga sesame penghuni perumahan. Kenyamanan juga didapat dari luasan ruang yang mereka anggap cukup untuk keluarga mereka yang berjumlah 5 orang. Studi kasus kedua adalah bapak Abdul Haris, seorang wiraswasta dengan penghasilan rata-rata 4 juta rupiah perbulannya. Beliau memiliki istri sebagai ibu rumah tangga dengan
3 orang anak. Bapak Abdul haris bukan penduduk asli
perumahan Buddha Tzu chi sejak pertama kali diresmikan, namun beliau adalah penghuni yang membeli kapling tanah beserta rumah dan sudah menempatinya selama 6 bulan. Kondisi bangunan rumah sudah di bangun ulang, diperluas, dan di lakukan peninggian kontur sehingga terlihat sudah berubah 100%. Ini merupakan keinginan sang pemilik dengan alasan kebutuhan akan ruang dan ingin punya rumah dengan kondisi yang lebih menarik. Alasan utama responden pindah ke perumahan ini adalah ingin mempunyai rumah pribadi dengan suasana dan fasilitas yang mendukung. Untuk tingkat kenyamanan,
beliau mengatakan :
“Saya sudah cukup nyaman karena lokasi perumahan yang strategis, mudah diakses dan dekat dengan pusat Kota Banda Aceh sehingga sangat menghemat waktu untuk mengakses tempat kerja, pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan dan sarana lainnya. perumahan ini juga dilengkapi dengan sistem listrik meteran, pengelolaan air yang berasal dari PDAM dan fasilitas pendukung seperti Musalla, sekolah formal, sekolah nonformal, sarana olahraga, dan kedai kelontong. Otomatis fasilitas diperumahan ini sangat memudahkan dan menguntungkan bagi penghuni rumah di kawasan ini.Seperti; anak-anak dapat pergi ke sekolah dengan mudah tanpa harus menggunakan kenderaan karena letak sekolah sangat dekat hanya berkisar 50 meter”. Begitu pula dengan sang istri yang mengaku sangat mudah untuk berbelanja karena tinggal menunggu pedagang yang setiap pagi akan berkeliling kompleks, Dan hanya butuh berjalan sedikit untuk melengkapi bumbu masak hitung-hitung olahraga. Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
59
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI …
Kelebihan lain, walaupun perumahan budha tzu chi dekat dengan perkotaan, kawasan ini bebas polusi dan kebisingan karena lokasi perumahan ini sudah direncanakan pada lahan kosong dan agak sedikit jauh dari jalan utama kotasimpang surabaya, dengan tujuan membangun kawasan hunian baru yang nyaman dan terencana bagi korban gempa dan Tsunami Aceh 2004. Untuk kekurangannya, pak Abdul Haris mengatakan pada intinya setiap buatan manusia pasti ada kekurangannya, seperti itu pula dengan perumahan budha Tzu chi pasti ada kekuranggannya. Dimana perawatan fasilitas sarana dan prasarana masih kurang jelas, walaupun seperti pengutipan sampah sudah ada jadwal pembayaran perbulan.Tetapi walaubagaimanapun beliau sangat senang bisa bertempat tinggal di kawasan ini dan menjadikan kekurangan tersebut menjadi sebuah energi untuk mengundang warga perumahan agar lebih peduli dengan lingkungan dan merawat sarana yang telah disediakan secara gratis. Interaksi sosial antar warga perumahan terjalin sangat erat, layaknya Bhineka Tunggal Ika “Berbeda-beda tapi tetap satu”.Begitulah kondisi yang ada di perumahan budha tzu chi, perbedaan agama tidak menjadikan sebuah masalah untuk menjalin tali persaudaraan. Bagi yang beragama Islam, pengajian terlaksana setiap minggunya dari rumah-kerumah.Sedangkan kaum thiong hoa sangat di hargai dengan begitu merekapun bisa dengan nyaman melaksanakan ibadah sesuai agamanya. Bagi pak Abdul, momen paling berkesan adalah di hari kemerdekaan, semua warga turut berpartisipasi dalam memeriahkan seluruh kegiatan, layaknya saudara yang berkumpul dalam satu rumah. Hal-hal seperti inilah yang membuat beliau merasa nyaman tinggal di perumahan ini. Responden ketiga yaitu ibu Elfidah (47), tinggal di perumahan bersama 2 orang anaknya sejak tahun 2006. Beliau adalah salah satu guru yang menjadi korban tsunami. Ibu Elfidah saat ini adalah guru yang mengajar di SDN 10 yang berada di kompleks Budha Tzu Chi. Sebagai tambahan pemasukan, beliau juga mengajar privat di rumahnya. Oleh karenanya ibu Elfidah merasa perlu memperluas bagian depan rumahnya sebesar 4 meter yang diperuntukkan sebagai tempat untuk kegiatan aktifitas mengajar privat. Adapun kegiatan sosial yang diikuti ibu Elfidah adalah kegiatan wirid setiap malam jum’at, gotong-royong minimal 4 bulan sekali, pertemuan rutin per lorong 60
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI…
setiap bulannya serta pengajian untuk kelompok sektor Timur. Menurut beliau, interaksi sosial di kompleks ini sangat erat, rukun, akur, tenggang rasa antar umat beragama (muslim-non muslim), serta antar etnis. Dalam hal kenyamanan tinggal di kompleks perumahan Budha Tzu Chi, secara umum penghuni merasa cukup nyaman. Sarana dan prasarana sangat memuaskan kondisinya. Jalan lingkungan, jaringan telekomunikasi, drainase, jaringan listrik bahkan jalur evakuasi sudah tersedia. Prasarana pendidikan juga lengkap, yaitu tersedia TK, SD, SMP. Disamping itu juga tersedia sarana ibadah, olahraga, kesehatan dan keamanan. Kebersihan kompleks juga terjaga, ada petugas kebersihan setiap hari yang mengangkut sampah warga dan iuran kebersihan bulanan juga terjangkau yaitu Rp.7.500 per bulan. Adapun iuran lain adalah iuran air bersih yang jumlahnya Rp.40.000 per bulan.
PEMBAHASAN Perumahan Budha Tzu Chi adalah perumahan yang disediakan oleh pihak ketiga tanpa mengikutkan masyarakat sebagai pengguna, dalam rangka bantuan untuk korban tsunami. Ukuran, disain maupun kualitas bangunan yang menjadi acuan adalah standar yang dikeluarkan pemerintah sama seperti standar ‘perumahan sederhana’, yaitu type 36 dengan 2 kamar tidur. Berkaitan dengan pernyataan Turner bahwa rumah merupakan proses yang berkembang dan berkaitan dengan mobilitas sosial–ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu (Turner, 1972: 204), hal tersebut terbukti dari uraian studi kasus di atas. Meskipun perumahan Budha Tzu Chi memiliki historis yang berbeda, yaitu masyarakat tinggal disana karena tidak memiliki alternatif lain akibat bencana tsunami. Dari seluruh responden yang diwawancara, seluruhnya melakukan perbaikan, penyesuaian kondisi rumah terhadap kebutuhan mereka. Meskipun secara retorik, seluruhnya menyatakan kepuasan tinggal di Budha Tzu Chi. Bahkan penghuni yang mendapatkan rumah di kompleks tersebut dengan membeli dari penghuni asli, lebih banyak melakukan perubahanperubahan terhadap rumahnya dalam hal luasan maupun tampilan bangunan (studi kasus 2). Berkaitan dengan hukum kedua Turner seperti diuraikan di atas bahwa bila proses penyediaan rumah tanpa mengikut sertakan penghuni, maka lingkungan Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
61
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI …
permukiman akan menjadi penghambat untuk pemenuhan diri dan beban ekonomi keluarga tidak terbukti pada situasi di perumahan Budha Tzu Chi. Studi kasus ketiga, seorang guru korban tsunami yang juga ‘single-parent’, secara fisik mengembangkan rumahnya sesuai dengan kebutuhannya bahkan digunakan untuk menambah pendapatan keluarga tersebut. Ibu Elfidah mengembangkan bagian depan rumahnya yang digunakan untuk kursus privat pelajaran sekolah dari murid-murid yang adalah penghuni perumahan Budha Tzu Chi. Studi kasus ketiga mengkonfirmasi apa yang dikemukakan Faqih (1985) dalam membahas nilai rumah sesuai dengan prinsip Turner (1976), yaitu bahwa nilai nyata dari sebuah rumah adalah hubungan antara actors/pelaku, activities/system aktivitas dan achievements/pencapaian/hasil. Faqih (1985) lebih lanjut menegaskan bahwa elemen-elemen dalam kegiatan perumahan tersebut saling berkaitan, dimana ada interaksi antara orang (actors) dan produknya (achievement) melalui perantara aktivitas (activities) yang dilakukan (Faqih, 1985). Lebih lanjut Turner (1972) mengindikasikan bahwa dua faktor untuk mengukur nilai rumah adalah faktor moneter dan non moneter. Dalam faktor moneter pendapatan adalah salah satu komponennya. Hubungan antara pendapatan dengan tingkat penyesuaian/perubahan untuk mendapatkankan kenyamanan tinggal, dapat dilihat dari ketiga studi kasus di atas. Tingkat ekonomi terendah adalah responden 1, hanya merubah sebagian kecil denahnya, yaitu menambahkan dapur. Kemudian responden 3 memiliki jumlah pendapatan kedua (sekitar 3jt) memperluas bagian dapur dan ruang keluarga, sedangkan teras di perluas dan diberi atap untuk kegiatan les privat. Adapun responden 2 yang memiliki pendapatan tertinggi, melakukan perubahan dan perluasan sampai dengan batas tanah di bagian belakang. Dapat dilihat bahwa tingkat perubahan yang dilakukan juga sejalan dengan kondisi sosial ekonomi (lihat gambar 3 di bawah).
62
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI…
Responden 1 Pendapatan 1,5jt
Responden 3 Pendapatan 3,5 jt
Responden 2 Pendapatan 4jt
Gambar 3. Perbandingan 3 responden berdasarkan jumlah pendapatan dan perubahan rumah tinggalnya
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
63
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI …
KESIMPULAN Dari pembahasaan di atas dugaan bahwa ‘pendapatan penghuni’ sangat mempengaruhi terhadap kenyamaanan suatu rumah terlihat pada contoh rumahrumah di Indonesia, terutama di perumahan Bunda Tzu Chi. Apabila penghasilan pemilik rumah tinggi, maka akan berpengaruh secara langsung terhadap kenyamanan keluarga tersebut. Keinginan universal setiap manusia adalah menginginkan rumah yang lebih luas, lebih mewah dan lebih lapang. Kembali ke teori Turner bahwa rumah adalah suatu proses sejalan dengan kondisi sosial ekonomi penghuninya, maka jarang sekali kita menemukan seseorang dengan gaji yang sangat besar, dan memiliki kedudukan di sosial masyarakat, akan tinggal di gubuk atau rumah kecil, pasti orang tersebut tidak akan merasa betah dan tidak akan merasa aman dan selalu m e r a s a w a s wa s .
.
Akhirnya, dari studi kasus yang dikupas pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa faktor pendapatan ekonomi adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan rumah. Kenyamanan penghuni rumah dengan pendapatan ekonomi tinggi akan sangat mudah untuk dicapai, karena biaya pengembangan rumah yang dibutuhkan dalam proses pengembangannya. Sedangkan kenyamanan bagi penghuni rumah dengan pengahasilan ekonomi rendah, sangat sulit untuk dicapai. Selanjutnya dari proses perkembangan rumah tersebut,
akan diperoleh
kenyamanan sesuai dengan keinginan setiap penghuni rumah. Kenyamanan tersebut nantinya akan mempengaruhi kesejahteraan penghuninya baik dari segi fisik maupun dari segi psikis. Pada akhirnya fungsi rumah adalah sebagai sarana pembinaan keluarga, yang harus mempunyai kesempatan pengembangan, mempunyai nilai keamanan dan memiliki ciri khas.
64
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
Dyah Erti Idawati : PENGARUH PENDAPATAN PENGHUNI…
DAFTAR PUSTAKA Faqih, Muhammad, (1985), Pembangunan Rumah Bertingkat oleh Masyarakat Berpenghasilan di Kampung Kota, Tesis Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung. Hartatik, Setijanti P dan Nastiti S, (2010), Peningkatan Kualitas hidup Penghuni di Rusunawa Urip Sumoharjo pasca-Redevelopment, Proceeding Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota, ITS Surabaya. Moleong, Lexy, J., (1997). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Muhadjir, Noeng, (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin, Yogyakarta Pamungkas, (2010), Kriteria Kepuasan Tinggal Berdasarkan Respon Penghuni Rusunawa Cokrodirjan Kota Yogyakarta, Tesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Rapoport, Amos, (1969), House Form and Culture, Prentice-Hall, Inc. Anglewood – New York. Library of Congress Catalog Card No: 69-14550. Ristyawati, (2009), Respons Masyarakat Setempat terhadap Keberadaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Komunal di Kota Yogyakarta, MPKD, UGM Roske, Deyo, (1983), Housing in Transition, SPCK Publishing Sarwono, Sarlito Wirawan, (1978), Aspek-aspek Psikologi Sosial pada Perumahan Flat, -------------Silas, Johan, (1993), Housing Beyond Home, ITS. Silas, Johan, (2009), Jaminan Rumah Layak Abad 21, dipresentasikan pada Konggres Perumahan Mei 2009, disiarkan oleh RCTI pada 20 Mei 2009. Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Penerbit Alfabeta, Bandung. Turner, John; Fichter, Robert, (1972), Freedom to Build, Collier Macmillan, New York. Turner, John, (1976), Housing by People, Marion Boyars Publisher Ltd, London.
Edisi II, Vol. 1, Periode Mei - Agustus 2015
65