3 PENAKSIRAN SUMBERDAYA BAMBU Petunjuk untuk menentukan sumberdaya, agro ekosistem dan pembudidiayaan bambu. Bagian ini merupakan adopsi dari “Resource Management for Upland Areas in Southease Asia” - Bagian 6.3 Indicators of Sustainability (FAO/IIRR, 2003) dan “Participatory Methods in Community Based Coastal Resource Management - Volume 2. Tools & Methods.” (IIRR. 1998)
Perkenalan istilah “Resiliensi” Mengapa Perlu Penaksiran Bambu? Pelaksanaan Survey Bambu Indikator Survey Formulir Survey Bambu Pemetaan Sumberdaya Bambu
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Pada bagian ini, kita akan mempelajari kondisi tiga komponen yang saling berkaitan pada bambu: 1.
HUTAN - Tempat tumbuhnya bambu
2.
BAMBU - Rumpun bambu
3.
MASYARAKAT - Masyrakat yang berhubungan dengan budi-
3.0 PENAKSIRAN SUMBERDAYA BAMBU
B
daya, pengelolaan dan pemanfaatan bambu.
M A
B
U
H
M
UT
AN
YA R A K AS A
T
35
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
3.1 PERKENALAN ISTILAH RESILIENSI
Apa yang dimaksud dengan Ketahanan/Resiliensi? Resiliensi atau Ketahanan disini diambil dari Resilience dengan definisi yang luas dalam pengelolaan lingkungan hidup, Resiliensi disini dimaksudkan sebagai jumlah perubahan yang dapat ditolerir oleh suatu sistem (kapasitas sistem tersebut dalam menerima gangguan) sambil terus menjalankan fungsi, struktur dan pengaruhnya. Resiliensi merupakan kunci dari kelestarian. Istilah tersebut sengaja diperkenalkan disini dengan harapan agar dapat menjadi bagian dari dasar dari berpikir dan bertindak para praktisi dan rimbawan bambu. Untuk memahami lebih jauh tentang konsep Ketahanan ini dapat dilihat di situs www.resiliancealliance.org. Resiliensi dalam bagian ini merujuk pada tumbuhan bambu itu sendiri, hutan dan agro eksosistem tempat tumbuhnya serta masyarakat yang mempengaruhi bambu dan hutan tempat tumbuhnya. Sehingga, resiliensi disini memiliki dua sisi yakni secara ekologi dan sosial. Secara ekologi, kita dapat mengajukan pertanyaan seperti berikut ini. “Apakah hutan bambu beresiko jika tidak mendapatkan cukup air (atau kelebihan air, siar matahari, nutrisi dan faktor lingkungan lainnya?”. Kita kemudian dapat memerkirakan pada tingkatan mana hutan bambu berhenti fungisnya sebagai hutan bambu yang layak, jika faktor ekologi tertentu tersebut terganggu. Ketika kita memahami titik balik tersebut, mengetahui ambang batasnya, kita akan dapat merumuskan dan melaksanakan tindakan pengelolaan untuk menghindari hutan bambu melewati ambang batas ketahanan dan perubahannya menjadi sistem yang berbeda. Demikian pula, secara sosial, kita dapat menaksir jika suatu masyarakat cukup aktif dalam pemanfaatan dan perlindungan bambu dalam jangka panjang. Apakan pembudidaya bambu cukup mendapatkan penghasilan untuk tetam membudidayakan bambu? Apakan pemerintah tertarik untuk kepentingan ekonomi dan ekologinya? Apakah nilai-nilai tradisi dalam melindungi bambu dari pemanfaatan secara berlebihan masih dijalankan? Pertanyaan seperti harus dipikirkan oleh pengelola bambu dalam membangun ketahanan masyarkat dalam mengelola bambu secara tepat untuk kepentingan ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang.
36
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Selama penaksiran berlangsung, masyarakat dan hutan bambu akan di taksir dengan berpatokan pada konsep ketahanan tersebut.
M BA
F
M
a
BO
O
OR EST
sy ar a k
a
t
R E S I L I E N C E
Dengan melakukan penaksiran ini tahun demi tahun, kita akan mulai memahami faktor apa saja yang penting bagi kesehatan bambu dan dalam jangka panjang dan bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari bambu.
37
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
3.2 MENGAPA PENAKSIRAN SUMBERDAYA BAMBU DIPERLUKAN?
Mengapa penaksiran ini diperlukan? − Untuk mengidentifikasi sejak awal solusi dari persoalan yang disebabkan oleh kurangnya penglolaan atau pengelolaan yang tidak tepat. − Untuk mengumpulkan data dasar awal dalam mengevaluasi bambu. − Untuk menyediakan informasi dasar bagi pengambil keputusan dan perencana dalam merumuskan atau memperbaiki kebijakan dan program pengelolaan. Siapa saja yang dapat menggunakan informasi dari penaksiran ini? Pembudidaya bambu, Praktisi bambu dan para rimbawan, Peneliti, Pengambil keputusan dan perencana.
Penaksiran Kualitatif versus Kuantitatif Pendekatan kualitatif lebih bersifat jawaban umum misalnya pada persoalan erosi hutan bambu, jawaban kualitatif dapat berupa baik, cukup atau jelek. Sedangkan kuantitatif lebih berupa angka seperti 2.5 ton tanah hanyut pertahunnya dari hutan bambu. Indikator pada lembaran data halaman berikut hanya layak untuk melakukan uji kualitatif. Dalam beberapa kasus, diperlukan analisa kuantitatif. pada kolom “sumber informasi - untuk pengumpulan dan verifikasi”, tips dan sumber untuk melakukan penaksiran kuantitatif disediakan sebagai indikator yang membutuhkan pengukuran yang tepat. Dua Bagian Penaksiran Bambu: Survey & Pemetaan Metode penaksiran ini dibagi dalam dua bagian yakni survey sumberdaya bambu dan pemetaan sumberdaya bambu. Kedua bagian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk membantu dalam memperoleh hasil penaksiran yang menyeluruh. Survey sumberdaya dan pemetaan bambu merupakan dua bagian dari satu kegiatan penaksiran, disini pisah hanya untuk memudahkan penjelasan.
38
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Survey Sumberdaya Bambu
3.3 SURVEY SUMBERDAYA BAMBU
Definisi: Penaksiran sumberdaya bambu adalah metode langsung yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai aspek yang terdapat pada sumberdaya bambu seperti jumlah, jenis, lokasi, kepemilikan, kondisi dll. Penaksiran ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dari kelompok masyarakat dengan bantuan fasilitator, yang memahami proses partisipatif dan bambu. Tujuan keduanya adalah memperoleh data dasar untuk studi jangka panjang dari perubahan sumberdaya bambu yang ada.
DEFINISI
diadaptasi dari “Participatory Methods in Community Based Coastal Resource Management.”
KEGUNAAN
- Untuk memperolah informasi tentang jumlah, jenis, lokasi, kepemilikan, kondisi umum dan praktek pengelolaan terhadap bambu.
- Untuk mengumpulkan data indikasi tentang kecenderungan perobahan sumberdaya bambu dan eksploitasinya. - Untuk mendapatkan umpan balik dari masyarakat beraitan dengan sumberdaya bambu setempat.
39
APPENDICES
KEBUTUHAN
Sumberdaya Manusia Fasilitator dengan keterampilan dasar metode survey bambu dan hutan, penaksiran cepat partisipatif dan pemetaan. Anggota survey dari masyarakat yang dapat mengidentifikasi jenis bambu setempat dengan pengetahuan pemanfaatan dan kepemilikan tanah setempat.
Alat dan Bahan buku catatan daftar nama bambu lokal dan nama ilmiahnya. petunjuk lapangan bambu kertas pensil kalkulator kertas manila spidol atau krayon.
PERSYARATAN PEMILIHAN LOKASI • Pilih lokasi rumpun bambu dimana pemilik/pembudidayanya mendukung pengeloaan rumpun bambu. • Pastikan status kepemilikan dan pastikan sudah mendapat ijin untuk melakukan pengumpulan data dari lokasi tersebut. • Tandai lokasi pada peta. Gambar satelit dari Google Earth merupakan alat bantu yang memadai jika memungkinkan. Peta juga dapat diperolah dari kantor pemerintah terkait (Kehutanan atau Bapeda, dll) • Pembuatan peta sketsa merupakan syarat dari penaksiran sumberdaya bambu. Peta lebih rinci yang dibuat oleh masyarkat mungkin juga dibutuhkan. Hubungi lembaga lokal untuk bantuan teknis pemetaan dan fasilitasi. Untuk lebih lengkap tentang pemetaan ini liha bagian 3.6 pada Pemetaan Sumberdaya Bambu.
40
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Kondsisi bambu, hutan dan kemampuan pihak terkait setempat dalam mengelola bambu secara lestari tidak dapat ditentukan dalam satu survey. Namun, data dari survey awal sangat berharga karena akan menjadi dasar untuk perbadingan kondisi pada masa yang akan datang. Gunakan indikator pada halaman berikut ini serta formulir data yang disediakan untuk memulai survey dasar bambu dengan langkah sebagai berikut.
PENDEKATAN
1. Tentukan tujuan dari penaksiran dan pilih indikator yang tepat. 2. Uji indikator tersebut dan rubah jika diperlukan agar cocok dengan tujuan. 3. Atur tim untuk pergi ke hutan bambu dan mengumpulkan informasi. 4. Validasi data dengan cara membandingkannya dengan sumber lain. 5. Buat data dasar dan tandai indikator khusus yang ditemui. 6. Tandai keadaan umum dari indikator yang diukur dengan nilai rating sebagai berikut. 1 = tidak memiliki ketahanan 2 = mengarah pada ketahanan 3 = memiliki ketahanan. 7. Tafsirkan tingkat indikator melalui diskusi 8. Ulangi langkah 3-7 setiap tahun. 9. Lihat perubahan yang terjadi pada nilai rating dari tahun ke tahun. Jika angkanya menurun, berarti ketahanan hutan bambu semakin menurun. 10. Ajukan perubahan dalam kebijakan dan strategi progaram untuk meningkatkan ketahanan. Diadaptasi dari Pearmsak Makarabhirom. (FAO/IIRR, 2003)
Data dasar tentang rumpun bambu Data dasar tentang kondisi lingkungan hutan bambu/perkebunan bambu. Data dasar tentang status sosio ekonomi masyarkat setempat. Kecenderungan yang berhubungan dengan sumberdaya bambu dan maysarakat setempat setelah beberapa tahun penerapan dan analisa.
HASIL
41
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
3.4 INDICATOR
3.4.1 INDIKATOR PADA LEVEL HUTAN/AGROFORESTRY
Indikator Soil Kehilangan tanah
1) erosi parah (selokan) 2) erosi sedang 3) sedikit erosi
Produktifitas tanah
1) rendah 2) kurang dari rata-rata 3) tinggi
Persoalan tanah
1) tinggi 2) sedang 3) jarang
Water Sungai
1) melimpah setelah hujan 2) kering ketika musim kemarau 3) tetap sepanjang tahun
Kejadian banjir/kering
1) sering 2) sedang 3) jarang
Drainase
1) buruk, banyak genangan setelah hujan 2) sedang 3) baik
Hutan Persentase dan status kawasan konservasi.
42
Rating
1) kondisi buruk (perambahan, konversi) 2) kondisi sedang (kadang ada perambahan, konversi) 3) hutan utuh
Spesies pohon/tumbuhan di hutan alami
1) sedikit species 2) jumlah species sedang (pohon untuk keperluan komersil) 3) beragam species, rimbunan multi-level
Produk non-kayu dari hutan
1) tidak ada 2) sedikit 3) beragam
Satwa liar
1) sedikit (habitat rusak, perburuan) 2) sedang (perburuan) 3) beragam (reproduksi baik, banyak habitat, tidak ada perburuan)
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Sumber Informasi - Cara Pengumpulan dan Verifikasi Tanah - sedimen pada sungai - lapisan atas tanah menipis - data atau informasi dari catatan/laporan dari lembaga terkait (departemen kehutanan dll) - observasi lapangan - catatan/laporan tentang hasil tahunan dan produksi beberapa jenis tanaman dari kantor terkait. - catatan/laporan tentang tentang kawasan dan efek tanah yang bermasalah. Air - catatan/laporan tentang aliran sungai dari kantor irigasi. - catatan/laporan dari kantor irigasi, lembaga masyarakat dan informai dari wawancara.
Hutan - data statistik/catatan/laporan dari kantor kehutanan setempat atau LSM kehutanan. - observasi lapangan - data statistik/laporan kehutanan - wawancara NGO, rimbawan dan penduduk desa - observasi lapangan.
- catatan/laporan, peper penelitian dari universitas setempat, lembaga riset dan LSM - wawancara dengan penduduk. - survey pasar.
43
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
3.4.2 INDIKATOR PADA LEVEL HUTAN/AGROFORESTRY
Indikator Agro ekosistem Sumber air untuk pertanian.
Pengendalian rumput dan hama
1) air hujan 2) air hujan dan irigasi 3) irigasi yang baik, bendungan, sumur, kolam tangkapan air. 1) dengan bahan kimia 2) secara biologi/mekanis 3) ekologi, pengelolaan hama alternatif
Hewan/ternak
1) peternakan terpisah-pisah 2) beberapa terpisah, lainnya terintegrasi 3) peternakan terintegrasi
Sistem penanaman
1) mono kultur, orientasi pasar 2) mono kultur, penanaman berulang 3) rotasi dan diversifikasi tanaman.
Buruh
1) dari luar 2) keluarga, dari dalam dan dari luar 3) keluarga, dari dalam
Sumber modal
Cara panen
44
Rating
1) sumber dari luar 2) keluarga, koperasi 3) lembaga kredit/koperasi, perusahaan sendiri, keluarga
1) merusak, menyebabkan erosi, dengan pembakaran 2) sedikit erosi, sedikit pembakaran 3) konservasi, tanpa pembakaran sisa pertanian.
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Sumber Informasi - Cara Pengumpulan dan Verifikasi Agro-ekosistem - catatan/statistik/informasi tentang pertanian dari kantor pertanian, LSM, lembaga riset, dll. - wawancara dari narasumber. - pengamatan lapangan.
45
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
3.4.3 INDIKATOR PADA TINGKAT RUMPUN BAMBU
Indikator
Rating
Kerimbunan Pucuk Batang Kerapatan Daun
1) Jarang/tanpa daun 2) Sedang 3) Banyak dan rapat
Ujung Daun
1) Layu, kuning atau kering 2) Beberapa layu, kuning atau kering 3) Kebanyakan hijau
Parasit Daun
1) Banyak pada setiap bambu 2) Beberapa 3) Tidak ada
Jamur
1) Banyak pada batang dan daun 2) Beberapa 3) Tidak ada
Tengah Batang
46
Batang bambu saling menyilang
1) Banyak silangan/simpulan antar batang 2) Beberapa silangan antar bambu 3) Tidak ada silangan.
Bengkok, tumbang atau patah
1) Banyak yang bengkok, tumbang atau patah 2) Beberapa bengkok, timbang atau patah 3) Tidak ada yang bengkok, tumbang atau patah.
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Sumber Informasi - Cara Pengumpulan dan Verifikasi Kerimbunan - Pucuk Bambu - Kualitatif - perkiraan visual - Kuantitatif - potong satu bambu - hitung daun - kalikan dengan total jumlah bambu dalam rumpun, lakukan penerawangan ke atas untuk memperkirakan persentase tutupan daun, kaca cembung - Kualitatif - pengamatan visual
- Kualitatif - pengamatan visual - Lihat bagian 4.1.1 untuk ilustrasi parasit “Withces Broom” - Kualitatif - pengamatan visual - Lihat bagian 4.6.8.1 untuk informasi tentang jamur
- Kualitatif - pengamatan visual - Lihat bagian 4.1.1 untuk informasi tentang bambu yang saling menyilang.
- Kualitatif - pengamatan visual - Lihat bagian 4.1.1
47
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
3.4.3 IINDIKATOR PADA TINGKAT RUMPUN BAMBU (lanjutan)
Indikator Pangkal Bambu Percabangan kecil di pangkal (mengindikasikan stress)
1) Banyak percabangan muncul di pangkal 2) Sedikit percabangan 3) Tidak ada percabangan di pangkal
Jamur (jamur hitam, coklat, dll)
1) Banyak jamur di batang, tunggul dan akar. 2) Beberapa jamur pada batang, tunggul dan akar 3) Tidak ada serangan jamur.
Kerapatan
1) Batang bambu saling bersentuhan, bersilangan 2) Beberapa bambu bersentuhan dan bersilangan. 3) Ada cukup ruang antar bambu.
Rayap dan kumbang bubuk
1) Banyak rayap dan kumbang bubuk 2) Sedikit rayap dan kumbang 3) Tidak ada rayap dan kumbang bubuk
Lumut (putih atau yang lainnya)
1) Banyak lumut pada batang 2) Sedikit lumut 3) Tidak ada lumut
Kerusakan akibat pemanenan
Pemanenan yang berlebihan.
48
Rating
1) Banyak tunggul bekas tebangan dengan parang, gergajian pada tengah batang, pemotongan terlalu dekat denan tanah. 2) Sedikit tunggul bekas tebangan parang, gergajian bagian tengah batang, pemotongan terlalu dekat dengan tanah. 3) Semua batang dipotong dengan baik tepat diatas ruas pertama atau kedua. 1) Sebagian besar batang ditebang, tua dan muda, dibabat habis. 2) Banyak bambu yang ditebang habis, distribusi batang tidak seimbang (ruang dan umurnya) 3) Kebanyakan bambu usia 3-4 tahun ditebang, semua bambu usia 1-2 tahun. distribusi pohon berimbang.
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Sumber Informasi - Cara Pengumpulan dan Verifikasi Pangkal Bambu - Kualitatif - pengamatan visual
- Kualitatif - pengamatan visual, wawancara dengan petani. - Kuantiatif - identifikasi positif spesies jamur, konsultasikan dengan masyarakat setempat, universitas setempat - Kualitatif - pengamatan visual - Lihat bagian 4.1.2 untuk petunjuk jarak yang benar.
- Kualitatif - pengamatan visual, wawancara dengan petani. - Lihat bagian 4.6.8.2 untuk informasi tentang hama serangga.
- Kualitatif - pengamatan visual - Lihat bagian 4.6.8.1 untuk informasi tentang lumut
- Kualitatif - pengamatan visual - Lihat bagian 4.5 untuk informasi tentang pemanenan
- Kualitatif - perkiraan visual - Lihat bagian 4.5 untuk informasi tentang pemanenan
49
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
3.4.3 INDIKATOR PADA TINGKAT RUMPUN BAMBU (lanjutan)
Indikator Permukaan Tanah Kelembaban tanah
Kemunculan jaringan akar dan rizoma Jamur (we need to be careful here REEF, some of the mushrooms are good for the bamboo, others good medicine)
Jarak akar rambut (warna terang, dekat dengan permukaan tanah) dari tengah rumpun
Jumlah mata tunas yang sehat, muncul dari pohon induk. Kondisi di bawah tutupan daun
Rating 1) Kering dan retak, air tergenang. 2) Tidak ada tanah retak atau genangan air. 3) Drainase baik, selalu lembab pada kedalaman 15 cm. 1) Akar dan rizoma muncul akibat erosi 2) Tidak ada akar dan rizoma yang muncul. 3) Akar dan rizoma muncul karena pertumbuhan tunas. 1) Banyak jamur termasuk cendawan pada permukaan tanah dan pangkal bambu. 2) Sedikit jamur temasuk cendawan di permukaan tanah dan pangkal bambu. 3) Tidak ditemukanjamur atau cendawan pada pangkal. 1) Akar rambut hanya ada pada jarak 1-5 meter dari tengah rumpun 2) Ada akar rambut pada 5-10 meter dari tengah rumpun. 3) Akar rambut terdapat hingga melewati tutupan rimbunan daun bambu. 1) 2) 3)
0-3 mata tunas per pohon induk 4-7 mata tunas per pohon induk 8-12 mata tunas per pohon induk
1) Penuh dengan rumput dan tumbuhan lainnya. 2) Sedikit rumput dan tumbuhan lainnya. 3) Tidak ada rumput, hanya tanaman (sepeti jahe, kacang-kacangan, dll)
1) Tidak ada sisa daun di tanah, hanya daun, ketebalan daun kurang dari 30 cm. Ketebalan sisa daun yang 2) 1-9 sisa daun atau 20-30 cm sisa daun di jatuh di tanah sekitar rumpun 3 10-20 cm sisa daun disekeliling rumpun bambu.
50
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Sumber Informasi - Cara Pengumpulan dan Verifikasi Permukaan Tanah - Kualitatif - perkiraan, wawancara dengan petani. - Kualitatif - gunakan pengukur kelembaban tanah, juga gali tanah untuk memperkirakan level air tanah. - Kualitatif - pengamatan visual, wawancara dengan petani - Kuantitatif - Pengukuran erosi utnuk memastikan apakah erosi merupakan faktor yang berarti. - Kualitatif - pengamatan visual, wawancara dengan petani. - Kuantitatif - identifikasi positif spesies jamur, konsultasikan dengan universitas setempat.
- Kualitatif - pengamatan visual - Kuantitiatif - pengamatan biomasa akar, termasuk penggalian, pengeringan dan penimbangan akar.
- Kualitatif - pengamatan visual - Lihat bagian 4.5.14 untuk informasi tengan mata tunas.
- Kualitatif - pengamatan visual, wawancara dengan petani. - Lihat bagian 4.2.1 untuk informasi lebih lanjut tentang tanaman sela. - Kualitatif - perkiraan - Kuantitatif - pengukuran langsung, penelitian biomasa sisa daun. - Lihat bagian 4.4 untuk informasi tentang sisa daun dan mulsa.
51
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
3.4.4 INDIKATOR PADA TINGKAT MASYARAKAT
52
Indikator Masyarakat
Rating
Pola Pemukiman
1 berpindah-pindah 2 kadangkala berpindah 3 pemukiman tetap
Makanan, gizi dan sanitasi.
1 Kekurangan bahan pangan 2 Rawan akan kekurangan pangan 3 Cukup dan berimbang, sanitasi yang baik.
Struktur/kondisi
1 sementara/kondisi buruk 2 semi-permanen 3 permanen
Keamanan & ketertiban
1 tidak aman 2 cukup aman 3 aman, damai dan tertib.
Keterpaparan terhadap bahan kimia beracun dan polutan
1 selalu terpapar 2 sedang 3 sedikit
Akses pelayanan (kredit, dan pelayanan lainnya)
1 sedikit atau tidak ada sama sekali 2 kurang dari cukup/terbatas 3 cukup memiliki akses.
Pertisipasi masyarkat dalam pengelolaan lingkungan
1 tidak ada partisipasi 2 sedikit partisipasi, aktif tapi sedikit. 3. partisipasi aktif
Aturan lokal tentang pemanfaatan sumberdaya.
1 aturan yang ada tidak memadai 2 ada aturan tapi tdak ada pelaksanaan dan penegakan. 3. penegakan dan pelaksanaan aturan berjalan baik.
Keterlibatan pemerintah dalam pendampingan masyarkat
1 tidak ada pertisipasi 2 sedikit, aktif tapi partisipasi kecil. 3 aktif.
Integrasi antara praktek tradisonal dan moderen dalam pengelolaan lingkungan.
1 tidak terintegrasi 2 cukup terintegrasi 3 terintegrasi dengan baik.
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Sumber Informasi - Cara pengumpulan dan Verifikasi Masyarakat - catatan/laporan tentang kepemilikan tanah dari kantor pemerintah setempat. - kebijakan migrasi permanen, musiman dan relokasi. - catatan atau data statistik tentang kesehatann(seperti kesehatan, makanan, kondisi tempat tinggal dan layanan pendukung lainnya) - wawancara narasumber. - pengamatan lapangan. - statistik/peta dari pemerintah desa/LSM - pengamatan lapangan. - catatan dan lporan tentang kriminalitas. - wawancara narasumber - pengamatan lapangan. - catatan/laporan dari kelompok pencinta alam, puskesmas, rumah sakit dan surat kabar. - hasil sruvey/catata/ tentang hasil panen dan produksi dari kantor terkait. - daftar kelompok pendudung yang berkegiatan di tempat tersebut. - wawancara narasumber - pengamatan lapangan. - laporan penelitan/evaluasi dari kantor pemerintah terkait/LSM - tinjauan peraturan - laporan evaluasi dari LSM - wawancara narasumber - infomasi historis yang tersedia tentang aturanmain yang dilaksanakan oleh masyarakat berkatian dengan pengelolaan sumberdaya. - wawancara narasumber - pengamatan lapangan. - penelitian - wawancara narasumber - pengambatan lapangan.
53
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
3.5 FORMULIR SURVEY BAMBU (TINGKAT HUTAN)
2006 3
2007 3
Year 2008 3
Produktifitas tanah
3
2
2
1
Permasalahan tanah
3
3
2
2
Sungai
2
2
1
1
Kejadian banjir/ kekeringan Drainage
2
2
3
3
2
2
3
3
HUTAN - Indikator Tanah
Air
Hutan
Kehilangan tanah
Persentase status area konservasi Spesies pohon/ tumbuhan Produk hutan non kayu Satwa liar
Agro-ekosistem
sumber air untuk pertanian Pengendalian rumput dan hama Ternak Sistem tanaman pertanian Tenaga kerja & modal Sumber modal pertanian cara panen
54
2009 2010 3
EXAMPLE OF RATINGS
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Indikator BAMBU 2009 Kerimbunan daun /pucuk
Kerimbunan daun
Tahun 2010 2011 2012 2013
SURVEY FORM (BAMBOO-LEVEL)
Ujung daun Parasit “Witches broom” Jamur “Grey microtendril”
Tengah
Silangan permanen batang bambu
Bengkok, tumbang dan patah Pangkal
cabang kecil disekitar pangkal Jamur Kerapatan batang Rayap dan kumbang Lumut Kerusakan akibat panen Panen berlebihan
Permukaan tanah
Kelembaban tanah Kemunculan jaringan akar dan rizoma Jamur Jarak akar rambut dari tengah rumpun Jumlah mata tunas yang sehat Kondisi dibawah naungan daun Ketebalan sisa daun
55
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
FORMULIR SURVEY (TINGKAT MASYARAKAT)
Indikator - MASYARAKAT 2009 Masyarkat Pola Pemukiman Makanan, gizi & sanitasi Struktur/kondisi Keamanan & ketertiban Keterpaparan terhadap bahan kimia beracun dan polutan Akses terhadap dukungan pelayanan Partisipasi masyarkat dalam pengelolaan SDA Partisipasi pemerintah dalam pendampingan Intgrasi praktek pengelolaan tradisional dalam pengelolaan SDA
56
Tahun 2010 2011
2012 2013
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Pemetaan Sumberdaya Bambu
3.6 PEMETAAN SUMBERDAYA BAMBU
Definisi Merupakan cara untuk menandai dan merencanakan informasiyang didapat dari survey sumberdaya bambu. Infromasi termasuk keberadaan, distribusi, akses dan penggunaan bambu dalam bidang ekonomi dan sosial masyarkat tertentu. Ada perbedaan pada kelompok partisipasi berbeda (misal basis gender) ataudalam penambahan langkah lanjutan untuk membuat peta topografi atau pemetaan SIG berbasis masyarakat termasuk berbagai tema informasi.
DEFINISI
diadaptasi dari “Participatory Methods in Community Based Coastal Resource Management.”
Pemetaan sumberdaya dapat dilakukan dalam satu aktifitas membuat peta sketsa sederhana. Namun pemetaan sumberdaya idealnya didahului oleh survey sumber daya bambu (bagian 3.4-3.5) agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci pada peta. Peta Sumberdaya: Dapat digunakan oleh masyarkat sendiri (dengan atau tanpa fasilitator) untuk diskusi internal atau untuk meberikan informasi kepada pihak luar. Memberikan informasi penting bagi masyarkat atau pihak luar dalam perencanaan, pengelolaan dan monitoring. Membantu pembudidaya bambu memerkirakan stok bambu untuk penjualan saat ini dan masa yang akan datang. Tujuan Agar pembudidaya bambu dapat mengidenifikasi, menandai, membedakan sumberdaya bambu pada masa lalu dan sekarang, distribusi, penggunaan dan nilai yang diperoleh. Untuk mengatasi isu kepemilikan, akses dan pemanfaatan lahan. Untuk membentuk hubungan antara informasi-infromasi (yang diperoleh dari survey sumberdaya bambu) dengan dengan lokasinya. Trmasuk menciptakan kaitan visual antara sumberdaya dan permasalahannya
KEGUNAAN
57
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
Penting Pemetaan sumberdaya sebaiknya dihubungkan dengan petunjuk pengmumpulan informasi lain seperti survey sumberdaya bambu atau transek hutan, karena akan memberikan analisa yang lebih kritis tentang sumberdaya bambu. Pemetaan harus dilakukan di lokasi program Pengelolaan Bambu, hanya setelah hubungan baik telah terjalin dengan masyarkat setempat. Pengetahuan tentang struktur sosial masyarakat merupakan pra sayarat bagi seorang fasilitator yang datang dai luar. Ini karena distribusi, pemanfaatan dan akses bisa jadi merupakan isu sensitif di masyarkat. Pada kesempatan berikutnya, latihan yang sama dapat di ulang untuk memonitor dan mengevaluasi.
Pemetaan bambu dapat diaplikasikan pada semua skala, mulai dari kebun pekarangan, hutan bambu masyarakat hingga perkebunan bambu skala besar.
KEBUTUHAN
Sumberdaya Manusia fasilitator (diutamakan yang berpengalaman di bidang kehutanan dan mengerti pemetaan partitipatif) ko-fasilitator pendokumentasi. Alat dan Bahan kertas manila spidol/krayon berwarna isolasi kompas meteran 50 atau 100 meter kayu patok/pancang penggaris
58
Bahan tambahan peta dasar kawasan - peta topografi - peta satelit kamera Global Positioning Unit (GPS)
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Peta awal dapat digambarkan pada medaia apa saja. Dapat digambar dengan kapur tulis di lantai atau pada tanah dengan menggunakan tongkat. Hal-hal yang dianggap penting dapat ditandai dengan bahan yang tersedia seperti batu, daun, kayu dan sebagainya. Peta tersebut harus kemudian disalin di kertas sebagai bahan informasi yang dapat digunakans sewaktu-waktu.
Identifikasi Kelompok Peserta 1. Jelaskan kedunaan dan lingkup pelatihan pemetaan 2. Minta kelompok untuk memilih narasumber penting yang mengerti tentang sumberdaya bambu (tetua, pembudidaya bambu, petugas kehutanan dsb). Apaka akses dan pemanfaatan bambu berhubungan secara kultural atau sosial, dan apakah ini akan penting pada pengelolaan bambu pada masa depan, peserta kemudian dapat dibagi dalam kelo pok etnis, gender atau umur. 3. Susun daftar sumberdaya atau fitur yang akan dipetakan (pilih dari Indikator Survey Bambu, bagian 3.5). Pertimbangkan bahwa fitur yang dapat dimasukkan di peta terbatas. 4. Tempatkan kertas agar dapat dilihat dengan mudah. 5. Siapkan peta dasar, peta dasar dapat disapkan terlebih dulu oleh kelompok dengan menggunakan kompas atau GPS jika fasilitator dan peserta memiliki keterampilan dasar pemetaan. (kebangyakan LSM memiliki keahilan dan dapat membantu pemetaan batas). Pastikan peserta memiliki pemahaman tentang orientasi. Ukuran 1 x 2 meter akan memadai bagi setiap peserta utuk berpartisipasi bersama. Minta peserta menandai hal-hal penting, titik atau garis referensi. 6. Lakukan secara berurutan. Mulai dengan menggambar garis bukut atau sungai, lalu ikuti dengan lalan, jalan, lorong, pemukiman dst. Tandai dengan bahasa setempat titik-titik penting dipeta.
SARAN PENDEKATAN
Pastikan proses ini direkam dan isu yang diperbincangkan dicatat.
59
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
Contoh peta sketsabambu seloprojo, magelang , jawa tengah
60
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
61
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
7. Minta peserta manandai pada peta titik-titik sumberdaya. Minta mereka menambahkan hal-hal lain yang dianggap penting seperti distribusi, penggunaan, akses dan lain sebagainya. Gunakan simbol dan warna untuk membedakan berbagai informasi berbeda. 8. Lakukan validasi informasi tersebut dalam diskusi forum yang lebih luas. 9. Buat salinan peta. Tinggalkan gambar asli di masyarakat, dan jika dibutuhkan, buat salinan untuk pihak-pihak terkait.d parties. - Peta dan laporan tertulis proses. HASIL
- Komposisi peta yang mnggambarkan persepsi dan visi para peserta tentang berbagai sumberdaya dan komponennya yang telah mereka gambarkan dalam suatu hubungan yang dekat antara kelompok dengan sumberdaya. Sebagai contoh, isu sumberdaya yang penting bagi pseserta mungkin terlihat menonjol dalam hal ukuran dan warna, sedangkan isu kecil digambarkan dengan tidak terlalu menonjol. Hal-hal yang yang penting akan muncul partama pada peta. Dokumentasi proses ini sebagai bagian dari output proses yang penting. Siapkan presesntasi visual sumberdaya dan kegunaannya. Menggambarkan titik awal untuk analisa dan perencanaan partisipatif. Lebih mudah di mengerti dan diterapkan.nd implemented
KELEBIHAN
KEKURANGAN
62
− Sulit digunakan sebagai dokument pendukung dalam konteks fromal atau legal. − Indikator yang terbatas (biasanya kurang dari 10 indikator).sually)
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Variasi 1) Pemetaan Sumberdaya Bertingkat
VARIASI
Pemetaan sumberdaya bertingakat melibatkan peserta yang dibagia dalam kelompong berdasarkan jenis kelamin, umur, etnis dan lain sebagainya. Ini berguna dalam mengidentifikasi hubungan sosial kelompok dan sumberdaya. Pengetahuan ini penting untuk keperluaan perencanaan, khususnya ketika tingkatan komunitas yang dipilih memiliki eksklusifitas atau akses yang terbatas pada sumberdaya.
PEMETAAN SUMBERDAYA BERTINGKAT
Pendekatan ini menghasilkan infromasi berbeda yang berguna dalam indentifikasi hak adat dalam pemanfaatan sumberdaya, akses dan kedudukan dalam alokasi tanggungjawab pengelolaan sumberdaya. Tahap dalam pelaksanaan pemetaan sumberdaya bertingkat sama dengan pemetaan yang dijelaskan sebelumnya. Bedanya, fasilitator harus melakukan asessment awal terhadap masyarkaat unuk mendapatkan gambaran lebih dalam menyangkut struktur sosial, ini berguna untuk mengidentifikasi kegiatan dan waktu yang tepan untuk mengumpulkan kelompok peserta.
HASIL
Peta sumberdaya bertingkat berbasis gender, kelompok etnis atau umur. Garis besar sumberdaya menggambarkan secara jelas wilayah kepentingan dari msing-masing kelompok peserta. Variasi 2: Pemetaan Berbasis Gender
PEMETAAN BERBASIS GENDER
Ini merupakan variasi yang menggambarkan akses kelompok laki-laki dan perempuan, penguasaan dan persepsi berkaitan dengan pentingnya bambu dan sumberdaya hutan lainnya. Ada ruang untuk laki-laki dan perempuan dalam hutan/agro-ekosistem, demikian juga sumberdaya dan praktek yang berhubungan dengan kelompok gender tersebut. Sebagai contoh, penebangan bambu biasanya berhubungan dengan laki-laki sedangkan pemanenan rebung dilakukan oleh perempuan. Pemanenan efektif suatu rumpun atau keseluruhan hutan bambu akan membutuhkan masukan baik dari kelompok laki-laki maupun perempuan. Pemetaan gender biasaya dilakukan diantara kelompok-kelompok laki-laki dan perempuan yang berbeda.
63
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
Berikut ini adalah tahap tambahan yang dapat dipertimbangkan oleh fasilitator: 1. Minta peserta untuk mengidentifikasi simbol yang mewakili laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh, .... untuk laki-laki dan .... untuk perempuan. 2. Untuk setiap sumberdaya atau fitur dalam peta sketsa, minta kelompok untuk menentukan apakah secara dominan dihubungkan dengan kelompok laki-laki, perempuan atau atau dua-duanya, dan buat simbol untuk hal tersebut. Jika cukup waktu, klarifikasi lagi siapa yang memiliki akses dan siapa yang memegang kendali terhadap sumberdaya. KEGUNAAN
64
Pemetaan gender dapat berguna dalam: Mengangkat dan mendiskusikan isu dan perhatian masyarakat Mengidentifikasi pemnafaatan sumberdaya dan potensi konflik serta membentuk dasar bagi tindakan yang tepat. Mengidientifikasi kesempatan bagi sumber mata pencaharian alternatif yang berhubungan dengan bambu untuk kelompok laki-laki dan perempuan.
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Variasi 3: Pemetaan Sumberdaya Dua Tahap
PEMETAAN SUMBERDAYA DUA TAHAP
Variasi ini berupa pemindahan informasi dari peta sketsa menjadi peta topografi. Pemetaan dua tahap dapat berguna bagi masyarakat untuk keperluan formal yang berhubungan dengan isu tertentu seperti hak penggunaan, aturan pemanenan dan lain sebagainya. Hasil yang diperoleh dapat dipindahkan dengan distorsi minimum hingga berupa sistem penyimpanan data cangih (misalnya berupa data Sistem Infromasi Geografis atau SIG), dan dapat digunakan dalam perencaaan dan monitoring pada area geografis yang lebih luas. Untuk menjaga semangat di antara peserta, proses proses pemindahan data dilakukan se belum penyelesaian peta sketsa. (???) Berikut ini adalah beberapa langkah tambahan yang dapat dipertimbangkan oleh fasilitator: 1. Tunjukkan peta topografi (dalam skala yang memadai) berdampingan dengan peta sketsa yang sedang dibuat, , cocokkan kedua peta berdasarkan titik arah kompas. Berikan waktu pada para peserta untuk memahami dan mengenal peta topografi, bantu mereka dalam memahami fitur peta. 2. Minta beberapa peserta untuk mulai memindahkan informasi yang terdapat pada peta seketsa kedalam peta topografi. gunakan simbol dan warna secara konsisten dalam menggambarkan informasi. Jika satu peta topografi terlalu penuh, gunakan peta kedua untuk memuat informasi. Namai tanda alam, sungai, bukit, gunung, pemukiman, hutan, kawasan pertanian dsb. Pastikan keterangan atau legenda peta dibuat pada kedua peta 3. Pastikan kedua peta dilengkapi, lalu minta peserta menuliskan nama mereka pada bagian bawah peta. 4. Berikan waktu untuk validasi dalam forum yang lebih besar 5. Buat gambar salinan peta, tinggalkan yang asli di masyarakat.
65
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
HASIL
Peta sumberdaya dua tahap menghasilkan dua outpu, yaitu: peta sketsa sumber daya (tahap 1) dan peta topografi rinci (tahap 2). Peta pertama kaya dengan persepsi peserta. Peta kedua mencantumkan presisi dalam lokasi informasi, memungkinkan jenis dan jumlah informasi yang lebih besar untuk dipetakan karena penggambaran spontan yang lebih mendekati skala oleh peserta. Fasilitasi komunikasi dengan pihak luar, karena media ini dipahami dan dihargai oleh kedua belah pihak..
KELEBIHAN Penterjemahan informasi dari peta sketsa sumberdaya menjagi peta topografi memungkinkan: + Pendefinisian informasi berdasarkan tempat kejadian dan berarti secara lebih luas. + Pengumpulan nama lokal yang seringkali tidak tersedia dari sumber lain. + Hasil yang sudah terkait dengan informasi sekunder. + Penggunaan peta dalam proses evaluasi, karena dasar peta topografi akan tetap sama. + Pemindahan informasi yang telah dipetakan kedalam bentuk terkomputerisasi memberikan kontribusi berharga baik untuk penelitian ilmiah maupun perencanaan pengelolaan sumberdaya bambu secara menyeluruh.. KEKURANGAN − Keterbatasan mengaplikasikan pemetaan topografi adalah ketika peta topografi tidak tersedia ataupun tersedia tapi tidak akurat.
66
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Pertimbangan dan Rekomendasi Umum untuk Pemetaan
Kegiatan pemetaan mungkin membutuhkan waktu satu hari. Tambahan setengah hari mungkin dibutuhkan untuk membuat salinan output dan untuk mencocokkan catatan-catatan yang dibuat oleh dokumenter. Validasi dapat dilakukan pada hari yang sama dan biasanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Pertimbangkan waktu untuk melengkapi atau cek silang data dan informasi. Khususnya peta yang dibuat oleh masyarakat dengan peta yang dibuat pemerintah pada kawasan yang sama.
Cek-Silang peta yang dibuat masyarakat dengan peta yang tersedia di Dinas Kehutanan setempat.
67
CHAPTER 3 - ASSESSMENT
Contoh peta sumberdaya bambu dalam proses pemetaan partisipatif di DAS Progo - Jawa Tengah.
68